Disusun oleh :
Kelompok 3
Juliana (201014286206335)
M Syukron Ma'mun (201014286206337)
Muhammad Zen (201014286206406)
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari dosen kami pak Refril Dani,
M.pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
A. Pengertian Ejaan..................................................................................................................3
B. Sejarah Ejaan..........................................................................................................................3
1. Pemakaian Huruf.....................................................................................................................7
3. Penulisan Kata.................................................................................................................9
iii
C. PEMAKAIAN ANGKA...............................................................................................................13
E. PENULISAN SINGKATAN........................................................................................................15
F. PENULISAN AKRONIM...........................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................................17
PENUTUP......................................................................................................................................17
KESIMPULAN........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua kasus yang melatari penerapan ejaan yang disempurnakan
sebagai salah satu kriteria kelayakan sebuah naskah. Kasus pertama yaitu
terkadang tidak mampunya pedoman ejaan yang disempurnakan menjawab
beberapa persoalan dalam masalah tata tulis naskah, baik dalam penggunaan
kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu
kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah, terhadap ejaan
yang disempurnakan itu sendiri sehingga kesalahan-kesalahan elementer
dalam penulisan naskah masih sering terjadi, seperti penggunaan kata non
baku dan penggunaan tanda baca yang keliru.
Dalam kasus pertama, buku pedoman ejaan yang disempurnakan
ataupun kamus besar bahasa indonesia, tidak bisa semata-mata dijadikan
acuan untuk menilai kelayakan naskah, pun termasuk dijadikan satu-satunya
referensi untuk penyuntingan naskah. Karena itu, para penulis ataupun
penerbit perlu mencari solusi kebahasaan yang lain dan menetapkan suatu
keputusan yang ajek sebagai gaya penulisan.
Sebetulnya masalah untuk kasus pertama ini sudah lama dikaji dan
akhirnya muncullah gagasan membuat semacam buku
pedoman gaya selingkung (house style) penerbitan dalam bahasa indonesia.
Pada awalnya gagasan ini akan dilaksanakan oleh pusat perbukuan depdiknas.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara penggunaan ejaan yang disempurnakan yang benar pada
penulisan huruf dan kata?
2. Bagaimana cara penggunaan ejaan yang disempurnakan yang benar pada
penulisan partikel, singkatan, akronim dan angka?
1
2
A. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan
dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca . Atau dengan kata
lain Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Menurut Ida (2010:21) “ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang
(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa)”.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan merupakan rambu lalu-lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, maka
akan terciptalah lalu-lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira hubungan
antara pemakai bahasa dengan ejaan.
B. Sejarah Ejaan
1. Ejaan van Ophuijsen (1901)
dikonsep oleh
- CH. A. Van Ophuysen
- Engku Nawawi Sutan Ma’moer dan
- Mohammad Taib Soetan Ibrahim.
3
4
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal
19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan
Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh
iya, ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik.
Jum’at → Jumat
ra’yat → rakyat
5
ma’af → maaf
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua
negara. Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat ketegangan politik antara
Indonesia dan Malaysia waktu itu.
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo. Panitianya masih
campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga
tidak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan
selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja.
6
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini,
istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb →
kalbu; guerilla → gerilya.
Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan”
ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap
tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan,
tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan
penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental
dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.
Dj Dj J
J J Y
Nj Nj Ny
Ch Ch Kh
Sj Sj Sy
Oe U U
diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan
EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak
tebal.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk penulisan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
3. Penulisan Kata
a. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b. Kata turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2) Jika merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
4) Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
c. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
d. Gabungan kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
3) Gabungan kata ditulis serangkai.
e. Kata ganti ku, dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku,mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
f. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata.
g. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
h. Partikel
1) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
10
mendahuluinya.
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3) Partikel per ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau
mengikutinya.
i. Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang yang diikuti tanda titik.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
j. Angka dan Lambang Bilangan
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
11
C. PEMAKAIAN ANGKA
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan
dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahasa jurnalistik.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
E. PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang
terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik.
a. Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga
huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan
tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya
jurnalistik seperti tajuk rencana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca,
berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca,
atau judul-judul berita.
Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran ,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
F. PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabungan suku kata. Kedua, akronim
yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
16
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ejaan adalah aturan
dalam penulisan yang berlaku di Indonesia. Komponen pembelajaran ejaan berisi
tentang kesempatan menulis setiap hari, kesempatan membaca setiap hari, dinding
kata, mengoreksi naskah, prosedur dalam kamus, pilihan ejaan dan kesadaran
mengeja. Pengajaran ejaan dapat dilakukan dengan menggunakan tes mingguan,
menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan siswa dan menilai kemampuan
mengeja siswa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alek & Achmad. (2011). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Predana Media Grup.
Allyn dan Bacon. (1999). Theaching Langu- age Arts: A Student and Response-
Centered Classroom. California State University, Long Beach.
Tim Penyusun. (2010). Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogya-
karta: Pustaka Timur.
https://bobo.grid.id/read/082496789/contoh-penulisan-kata-partikel-lah-kah-dan-
pun-seharusnya-dipisah-atau-disambung?page=all
18