Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
(EYD)
EDISI KELIMA

DOSEN MATA KULIAH : Nur Irwansyah M.Pd

Di susun oleh:

Faizatul ula 202021500350

M. Isnaini Firmansyah 202021500585

Robby Aqil Munawar 202021500594

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Tahun Akademik 2022/2023


2

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang,puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan
Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga mampu menyelesaikan
penyusunan makalah Ejan Yang Disempurnakan tepat pada
waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
penyusunan, bahasa, serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan
lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan
makalah ini.
Semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan
juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas, besar keinginan
kamibisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai
permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada makalah-
makalah berikutnya.

Jakarta, 6 Oktober 2022

Tim Penyusun
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan Ejaan sebelumnya,
Ejaan Republik. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan besar yang telah
ditandatangani oleh Mentri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Husein
Onn Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang
telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan
Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
keputusan presiden no.57, Tahun 1972, berlaku sistem Ejaan latin bagi
Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Pada tanggal 12 Oktober 1972,
panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen pendidikan dan
Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih
luas

B. Tujuan Makalah.
Pembaca dapat mengetahui EYD, mengetahui tata cara penulisan huruf,
pemenggalan kata yang benar dalam kalimat, gabungan kata dalam
kalimat, dan tanda titik koma.
4

BAB II

PEMBAHASAN

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang
dapat digunakan oleh instanti pemerintah dan swastra serta masyarakat dalam
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

A. Pnggunaan Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia ada 26 huruf, yaitu:

Huruf Huruf
Dibaca Dibaca
Abjad Abjad
Aa a Nn en
Bb be Oo o
Cc ce Pp pe
Dd de Qq ki
Ee e Rr er
Ff ef Ss es
Gg ge Tt te
Hh ha Uu u
Ii i Vv ve
Jj je Ww we
Kk ka Xx eks
Ll el Yy ye
Mm em Zz zet

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Contoh pemakaian dalam kata


5

Vokal Di Awal Di Tengan Di Akhir


a azrar hani Ifa
e* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi wahyu
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas 21 huruf, yaitu:

Huruf Contoh pemakaian dalam kata


Konsonan Di Awal Di Tengan Di Akhir
b bahasa sebut Adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafir maaf
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa sesak
- rakyat* bapak*
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama anak daun
p pasang apa siap
q** Quran furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varia lava -
6

w wanita hawa -
x** xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim Juz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu

4. Gabungan Huruf Vokal


A. Monoftong

Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf


vokal eu yang dilafalkan [ǝ].

Contoh Contoh Contoh


monoftong
posisi awal posisi tengah posisi akhir

eu Eurih seudati Sadeu

B. Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.

Huruf Contoh pemakaian dalam kata


Diftong Di Awal Di Tengan Di Akhir
Ai ain syaitan Pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

5. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
7

Gabungan Contoh pemakaian dalam kata


Huruf
Di Awal Di Tengan Di Akhir
Konsonan
Kh khusus akhir Tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata hanyut -
sy syarat isyarat Arasy

Singkatan kata (termasuk singkatan kata asing) yang dibaca huruf


demi huruf dilafalkan menurut cara bahasa Indonesia, seperti:

Singkatan Dibaca Bukan Dibaca

ABC a-be-ce ei-bi-si


BBC be-be-ce bi-bi-si
ICCU i-ce-ce-u ai-si-si-yu
LCD el-ce-de el-si-di
IUD i-u-de ai-yu-di
LCC el-ce-ce el-si-si
LPG el-pe-ge el-pi-ji
YMCA ye-em-ce-a wai-em-si-ei
MTQ em-te-ki em-te-kyu
TV te-ve ti-vi

B. Penulisan Huruf
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut
ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:
8

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan


yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan kuasa-Nya
Al Qur’an dengan izin-Mu
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk
menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa, dan misa.
Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Benar Salah
ayahnya menunaikan Ayahnya menunaikan
ibadah haji Ibadah Haji
sebagai seorang sultan Sebagai seorang Sultan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
9

Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
(bukan)
Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di
daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang
dipimpinnya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:

Benar Salah
tahun Hijriah Tahun Hijriah
tahun Masehi Tahun Masehi
bulan Agustus Bulan Agustus
Perang Diponegoro perang Diponegoro
Proklamasi Kemerdekaan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia republik Indonesia
10

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:

Benar Salah
Teluk Bone teluk Bone
Gunung Bawakaraeng gunung Bawakaraeng
Danau Tempe danau Tempe
Selat Selayar selat Selayar
Sungai Jeneberang sungai Jeneberang
Asia Tenggara asia tenggara
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
11

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung


kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu Hanifah?
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Benar
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
2. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau
ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1)
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau
12

kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya.
Contoh:
Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?
Majalah Dunia Pendidikan sangat digemari oleh guru.
Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.
Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana

C. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
13

Dilipatgandakan Penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati Mahasiswa
Aerodinamika Mancanegara
Antarkota Narapidana
Audiogram Nonkolaborasi
Pancasila Bikarbonat
Biokimia Paripurna
Dasawarsa Poligami
Pramugari Dekameter
Prasangka Reinkarnasi
3. Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung (-).
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar
Kupu-kupu tukar-menukar
Laba-laba terus-menerus
Mata-mata sia-sia
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
Duta besar mata pelajaran
14

Orang tua simpang empat


Kambing hitam meja tulis
Persegi panjang rumah sakit umum
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami anak-istri saya
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali manakala
Adakalanya manasuka
Akhirulkalam mangkubumi
Alhamdulillah astagfirullah
Olahraga bagaimana
Padahal barangkali
Beasiswa peribahasa
Belasungkawa bismillah
Radioaktif saputangan
Daripada saripati
Kacamata sukarela
5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Kata depan di, ke, dan dari
15

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
7. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8. Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Makassar adalah tempat yang indah.
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
16

Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun,


andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun,
meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.
9. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Suman Hs.
M. Rais
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
Bpk. bapak
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
17

Contoh:
DRP Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Rakyat Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
KTP Kartu Tanda Penduduk
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contoh:
dll. Dan lain-lain
dsb. Dan sebagainya
dst. Dan seterusnya
hlm. Halaman
sda. Sama dengan atas
Yth. Yang terhormat

Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
18

1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
10. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan
isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
19

5 kilogram pukul 15.00


10 liter tahun 1928
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23
Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh

Bab II
20

Bab ke-2
Bab kedua
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
21

Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan
majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75
(sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan


ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus) rupiah.
22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad,
huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.
2. Penulisan huruf sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf
miring. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan
ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf
miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan
dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3)
menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang
telah disesuaika ejaannya
3. Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang
bilangan.
23

B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan olehnya itu :
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan perbaikan yang
semestinya demi kesempuranaan makalah ini.
2. Diharapkan agar pembaca memberikan koreksi terhadap materi-materi EYD
yang sekiranya ada tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
3. Diharapkan kepada para pembaca untuk mencari referensi lain agar dapat
menambah wawasan.

Anda mungkin juga menyukai