Anda di halaman 1dari 19

BAB III

EJAAN DAN KAIDAH TATATULIS

A. SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang dimaksud adalah ejaan dengan huruf Latin untuk menuliskan bahasa
Indonesa. Ejaan yang pernah ada, yaitu

1. Ejaan van Ophuijsen – 1901;


2. Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik – 1947;
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) – 1972.

1. Ejaan van Ophuijsen mempunyai ciri-ciri khusus, diantaranya

1.a) Masih menggunakan huruf j untuk bunyi huruf y, seperti yang atau sayang ditulis
dengan jang, sajang.

1.b) Masih menggunakan huruf oe untuk untuk bunyi huruf u, seperti kata itu dan guru
ditulis dengan itoe dan guroe.

1.c) Masih menggunakan tanda diakritik, seperti koma ain / ‟/untuk kata ma’moer;
‘akal,tanda titik dua diatas huruf vokal (ë, ä, ü)merupakan ejaan Belanda untuk kata täät dan
huruf k ditulis dengan tanda /‟/ pada akhir kata misalnya bapa’, ta’;pa’.

1.d) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf a mendapat akhiran i, maka
di atas akhiran itu diberi tanda trema /‟/ ta’; pa’, dinamai’.

1.e) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan), mata2 (mata-mata), lompat2
(lompat-lompat), dsb.

1.f) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan dua cara, yakni


1.f.1) Dirangkai menjadi satu, misalnya hoeloebalang, apabila, dsb.
1.f.2) Dengan menggunakan tanda penghubung. Misalnya: rumah-sakit, anak-negeri, dsb.

2. Ejaan Suwandi mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain, sebagai berikut.

2.a) Penggunaan huruf oe dalam ejaan van Ophuijsen berubah menjadiu, seperti kata
goeru - guru , itoe - itu, oemur- umur.

2.b) Masih menggunakan huruf dj-djalan untuk kata jalan;j-pajung pada


kata payung;nj- njonya, njamuk untuk kata nyanyi, nyamuk;tj-tjukup untuk kata cukup, ch-tarich
untuk kata tarikh.

2.c) Tanda koma ain dan koma hamzah untuk bunyi sentak dihilangkan ditulis dengan k,
seperti kata-kata ta‟- tak; pa‟-pak; ma‟mur-makmur; ra‟jat- rakjat.

14
2.d) Kata ulang masih seperti ejaan van Ophuysen ditulis dengan angka 2,
seperti anak2;jalan2; ke-barat2-an. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah,
dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada kata ditulis, dikarang.

2.e) Huruf e keras dan e lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan;
seekor;seri; peta; petak, dsb.
2.f) Tanda trema pada huruf a dan i dihilangkan.dinamai’ menjadi dinamai.
2.g) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
Contohnya: i. Berlari-larian
ii. Berlari2-an
2.h) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
Contohnya : i. Tata laksana
ii. Tata-laksana
iii. Tatalaksana
2. i) Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan e lemah (pepet)
dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan e lemah, misalnya : putra bukan putera;
praktek bukan peraktek, grasi bukan gerasi, stir bukan setir, administrasi bukan
administerasi dsb.

3. Ejaan Yang Disempurnakan mempunyai ciri-ciri, diantaranya


3.a. Perubahan Huruf Ejaan Suwandi dari dj menjadi j (jalan) ;j menjadi y (payung); tj menjadi
c (cukup);ch menjadi kh (tarikh).

3.b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai
unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.seperti fonem f: maaf, fakir; v: valuta,
universitas;z: zeni, lezat.

3.c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a : b = p : q Sinar-X.

3.d. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yaitu di- atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya Contoh:
i. di- (awalan): ditulis, dibakar,dilempar dsb.
ii. di (kata depan): di kampus, di rumah, di jalan dsb.

3.e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2 dengan
menggunakan tanda, seperti anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat, dsb.

15
PERBANDINGAN BEBERAPA HURUF DALAM EJAAN

van Ophuysen Suwandi EYD


(1901) (1947) (1972-
sekarang)
Oe U u
ě-é E e
Ai Ai ai
Oi Oi oi
Au Au au
F F f
J J y
Dj dj j
Ng ng ng
Tj Tj c
Nj nj Ny
Sj sj Sy
Ch ch Kh

B. PEMAHAMAN EJAAN

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan


penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca.

C. PEMAKAIAN HURUF

1. Huruf Abjad

Huruf Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut ini.

Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal


A–a A J- j je S -s es
B–b Be K-k ka T -t te
C– c Ce L- l el U-u u
D– d De M-m em V-v ve
E– e E N-n en W-w we
F–f Ef O -o o X -x eks
G–g Ge P -p pe Y -y ye
H–h Ha Q -q ki Z -z zet
I -i I R -r er

16
2. Huruf Vokal

Huruf Vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf vokal di awal di tengah di akhir


A Api Padi lisa
E* Enak petak sore
Emas kena tipe
I Itu Simpan murni
O Oleh Kota radio
U Ulang Bumi ibu

* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ) dapat digunakan jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.

Misalnya: a) Anak-anak bermain di teras rumah (téras)

b) Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.


c) Kami menonton film seri (séri)
d) Pertandingan itu berakhir seri.
e) Di mana kécap itu dibuat?
f) Coba kecap dulu makanan itu.

3. Huruf Konsonan
B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, dan Z.

4. Huruf Diftong
Huruf diftong dalam bahasa Indonesia: ai,au, dan oi

Huruf diftong di awal di tengah di akhir


Ai Ai Syaitan Pandai
Au Aula Saudara Harimau
Oi --------- Boikot Amboi

5. Huruf konsonan gabungan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat konsonan gabungan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Huruf konsonan gabungan di awal di tengah di akhir


Kh khusus Akhir Tarikh
Ng ngilu Bangun Senang
Ny nyata Hanyut -------
Sy syarat Isyarat --------

17
D. PEMAKAIAN HURUFKAPITAL/ H. BESAR, HURUF MIRING, HURUF TEBAL,DAN
PENULISAN KATA

1. Huruf Kapital

1. Huruf kapital dipakai pada huruf pertama awal kalimat:

i. Dia membaca buku.


ii. Apa maksudnya?
iii. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf pertama petikan langsung:

i. Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”


ii “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
iii. “Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”

3. Berhubungan dengan keagamaan: Tuhan; dengan rahmat-Nya; Allah;Islam;


Kristen; Hindu; Yang Mahakuasa; Yang Maha Esa;; hamba-Mu, ya Tuhan; Weda ; Injil;
Alquran.

4. Nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yg diikuti nama orang:


Mahaputra Yamin; Sultan Hasanudin; Haji Agus Salim; Imam Safii; Nabi Ibrahim.

5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai nama gelar, kehormatan, keturunan, dan
keagamaanyang tidak diikuti nama orang:
i. Dia baru saja diangkat menjadi sultan. ii. Pada tahun ini dia pergi naik haji.
iii. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

6. Huruf kapital dipakai sebagai. huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan unsur
nama peristiwa sejarah, dan hari raya: tahun Hijriah; tahun Masehi; bulan Agustus; bulan
Maulid; hari Kamis; hari Galungan; hari Lebaran; hari Natal; Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia; Perang Dunia II.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa: bangsa Eskimo; suku Sasak; bahasa Indonesia.

8 Huruf kapital tidak dipakai untuk menulis huruf pertama nama orang tertentu:
Abdurrahman bin Zaini; Siti Fatimah binti Zainal; van Bruggen (Belanda); vander Giessen
(Belanda); J.J de Hollander (Belanda); Vasco da Gama (Portugal); Otto von Bismarck
(Jerman); Muktar ibnu Khaldun .

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya: Palembang, Banyuwangi, Makassar, Eropa, Asia Tenggara, Jawa Barat, Amerika
Serikat.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang
diikuti nama diri. Misalnya: Bukit Barisan, Dataran Tinggi Dieng, Jalan Diponegoro,
Jazirah Arab, Lembah Baliem, Selat Lombok, Sungai Musi, Terusan Suez, Teluk
Banggala, Danau Toba, Ngarai Sianok, Gunung Semeru.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai. nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:

Pas→ Pascal second; J/K atau JK-1 →Joule per Kelvin; N →Newton
18
12. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel; 10 volt; 5
ampere.

13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yg digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan
kata asing; keinggrisa-inggrisan; kejawa-jawaan.

14. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia; Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.

15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: Berlayar ke teluk; Menyeberangi selat; Mandi
di sungai; Berenang di danau.

16. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yg bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya: beberapa badan hukum; kerja sama antara pemerintah dan rakyat; menjadi
sebuah republik; menurut undang-undang yang berlaku.

Catatan:

jika yang dimaksud ialah negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata
itu ditulis degan huruf kapital. Misalnya: (1) Peberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui
Pemerintah. (2) Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. (3) Surat ini telah
ditandatangani oleh Direktur.

17. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda; kunci inggris; petai
cina; pisang ambon.

18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya:
(1) Republik Indonesia; (2) Departemen Keuangan; (3) Majelis Permusyawaratan
Rakyat; (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972; (5) Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak.

Catatan: Kata tugas, seperti: dan, oleh, atau, untuk, di, ke, dari, dan, yang, tidak ditulis
dengan huruf kapital, kecuali terletak pada posisi awal.

19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yg terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
nama dokumen resmi. dan judul karangan. Misalnya: (1) Perserikatan Bangsa-Bangsa;
(2) Rancangan Undang-Undang Kepegawaian; (3) Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial; (4) Dasar-
Dasar Ilmu Pemerintahan.

20. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah.

19
Misalnya: i. Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain keRoma.
ii. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
iii. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
iv. Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan, yang digunakan dengan nama diri.

Misalnya: Dr. → doktor; S.E. → sarjana ekonomi; S.S. → sarjana sastra; S.Kp. →
sarjana keperawatan; M.A. → master of arts; M.Hum. → magister
humaniora; Prof. → profesor; K.H. → kiai haji; Tn . → tuan; Ny. →
nyonya; Sdr. → Saudara; Anda.

22. i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan
dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya: a) Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

b) Besok Paman akan datang.

c) Surat Saudara sudah saya terima.


d) “Kapan Bapak berangkat?” tanya Ani.
e) “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

ii. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya: a) Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
c) Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.

23. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ANDA digunakan dalam
penyapaan.

Misalnya: i. Sudahkah Anda tahu? ii. Siapa nama Anda?

iii. Surat Anda telah kami terima dengan baik.

24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan
yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

* Keterangan: ……………
* Misalnya: ………, ………
* Catatan: ……….

2. Huruf miring

1) dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:

i. Saya belum pernah membaca buku Negarakertagamakarangan Prapanca.

20
ii. Majalah Bahasa dan Budaya diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
iii. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.

Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik (‘’…”).

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:

i. Huruf pertama kata abad adalah a.


ii. Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
iii.Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
iv. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.

3) i..Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
a) Nama ilmiah buah manggis aialah Carcinia mangostana.
b) Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
c) Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anaknya.
d) Weltanschauung dipadankan dengan „pandangan dunia‟.

ii.Huruf miring dipakai untuk menulis ungkapan asing yang telah diserap ke
dalam bahasa Indonesiapenulisannya diperlukan sebagai kata Indonesia.

Misalnya: a) Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.


b) Korps diplomatik memperoleh perlakukan khusus.

Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.

3. Huruf Tebal

a) Huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar tabel,daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:

Judul : METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Bab : BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMBANG

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

LAMPIRAN

21
b) Huruf Tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lambang lema
dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi
(lawan kata).

Misalnya:

kalah v 1 tidak menang …2 kehilangan atau merugi …; 3 tidak menyamai


mengalah v mengaku kalah
terkalahkan v dapat dikalahkan …
mengalahkan v 1 menjadi kalah …; 2 menaklukkan …;

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan
huruf tebal diberi garis bawah ganda.

4. Penulisan Kata (kata dasar, kata turunan, bentuk kata ulang, gabungan kata,
suku kata, kata depan, partikel, kata ganti, kata si dan sang)

4.1 Kata Dasar: a)buku itu sangat menarik.


b) Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
c) Kantor pajak penuh sesak.
d) Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
e) Dalam pengasingan ia dapat mendalami falsafah hidup.

4.2 Kata Turunan

a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis


serangkai dengan bentuk kata dasarnya.
Misalnya: berjalan; dipermainkan; gemetar; kemauan; lukisan; menengok; petani.

b) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk


singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan; di-
PTUN-kan; di-upgrade; me-recall

Unsur terikat:

1) non; pan; pro; apabila berhadapan denganhuruf awalnya huruf kapital, harus
menggunakan tanda hubung. Misalnya: non-Indonesia pan-Afrika pro-xBarat

2) Kata maha; apabila diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan
unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Maha Pengasih, Maha Pengampun,
Maha Melihat

3) Kata maha diikuti oleh kata dasar, gabungan itu harus ditulis serangkai. Misalnya:
Mahakuasa, kecuali kata esa, ditulis terpisah. Maha Esa

4) pro, kontra, dan anti adalah bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,
dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya: (a) Sikap masyarakat yang pro lebih
banyak daripada yang kontra. (b) Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

5) i.Kata tak ditulis serangkai dengan bentuk kata dasar yang mengikutinya. Misalnya:
taklaik terbang; taktembus cahaya.

22
ii. Kata tak ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: tak bersuara;
tak terpisahkan

4.3 Bentuk kata Ulang

A. Bentuk kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-
unsurnya.

Misalnya: (a) anak-anak; (b) berjalan-jalan; (c) ramah-tamah; (d) lauk-pauk; tukar-menukar;
(e) sayur-mayur; (f) terus-menerus; (g) serba-serbi.

Catatan:
1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya:
(a) surat kabar→ surat-surat kabar;(b) kapak barang →kapal-kapal barang ;
(c) rak buku rak-rak buku

2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva (kata sifat) ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya:
(a) orang besar→ orang-orang besar; orang besar-besar ; (b) gedung tinggi → gedung-gedung
tinggi; gedung tinggi-tinggi

B. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang

(a) kekanak-kanakan; (b) perundang-undangan; (c) melambai-lambaikan;


(d) dibesar-besarkan; (e) memata-matai; (f) berhambur-hamburan; (g) kehitam-hitaman; (h)
ditanam-tanami; (i) keinggris-inggrisan; (j) dikemas-kemasi

Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya, (a) Pemerintah sedang
mempersiapkan rancangan undang2 baru. (b) Kami mengundang orang2 yang berminat
saja. (c) Mereka me-lihat2 pameran. (d) Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah
buku2 terbitan Jakarta. (e) Bajunya ke-merah2-an.

4.4 Gabungan Kata

a) Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

(i) duta besar; (ii) model linear; (iii) kambing hitam ; (iv) simpang empat ; (v) orang tua ;
(vi) persegi panjang ; (vii) mata kuliah; (viii) meja tulis ; (ix) rumah sakit umum; (x) kereta
api cepat luar biasa

b) Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubungan di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur bersangkutan.

(i) ibu-bapak kami ibu bapak- kami ; (ii) buku-sejarah baru buku sejarah -baru
(iii) korma-makanan sehat korma makanan- sehat

c) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.


Misalnya: acapkali kasatmata astagfirullah
23
adakalanya kacamata hulubalang
akhirulkalam sekalipun perilaku
apalagi sukarela beasiswa
kepada sukacita waralaba
padahal darmabakti segitiga
dukacita sediakala saripati
radioaktif syahbandar puspawarna
saripati sebagaimana darmawisata

4.5 Suku Kata

A. Pemenggalan kata pada kata dasar sebagai berikut.

1) jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf vokal: bu-ah ma-in ni-at sa-at

2) huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.


pan-dai au-la sau-da-ra am-boi

3) jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalanya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Ba-pak
la-wan de-ngan Ke-nyang mu-ta-khir mu-sya-wa-rah

4) jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf kosonan itu. Ap-ril cap-lok makh-luk man-di
sang-gup som-bong swas-ta

5) jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalan dilakukan di antara huruf kosonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua. ul-tra in-fra ben-trok in-stru-men
Catatan: (i) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal:
bang-krut bang-sa ba-nyak ikh-las Kong-res masy-hur sang-gup makh-luk

(ii) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di
awal atau akhir baris. itu→ i-tu setia → se-ti-a

B. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk
dasar dan imbuhan atau partikel itu.

ber-jalan mem-bantu di-ambil ter-bawa per-buat


makan-an letak-kan me-rasa-kan pergi-lah apa-kah
per- buat-an ke-kuat-an be-rantai ber-evolusi te-rasa

Catatan: 1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan


dilakukan seperti pada kata dasar.

me-nu-tup me-ma-kai me-nya-pu me-nge-cat


pe-no-long pe-mi-kir pe-nga-rang pe-mi-kir
pe-nga-rang pe-nye-but pe-nge-tik

2) Akhiran-I tidak dipisahkan pada pergantian baris. Misalnya: me-me-tiki,


men-du-duki, men-da-tangi, me-ma-gari

24
3) Pemenggalan kata sisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya,
(a) ge-lem-bung (b) ge-mu-ruh (c) ge-ri-gi si-nam-bung (d) te-lun-juk

4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya: a) Beberapa pendapat mengenai masalah itu.
telah disampaikan.

b) Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau .


ambil makanan itu.

c) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.

bio-grafi bi-o-gra-fi pasca-panen pas-ca-pa-nen


bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi fo-to-gra-fi pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
foto-kopi fo-to-ko-pi
intro-speksi in-tro-spek-si
intro-jeksi in-tro-jek-si
Kilo-gram ki-lo-gram
Kilo-meter ki-lo-me-ter

d) Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur
atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda dipisah). Unsur
nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan. Misalnya:
(i) nama orang: Gani → Ga ni; Irwan → Ir wan; Sofie →So fie
(ii) badan hukum: jaksa →jak sa; hakim → ha kim; mahkamah → mahkama mah;
polisi → poli si
(iii) nama berupa singkatan:pemilu, pilkada, rapim,iptek, rudal , bappenas, iwapi, kowani

4.6 Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam kata yang sudah lain dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

Misalnya:
1) Beristirahat sajalah di sini.
2) Di mana dia sekarang?
3) kain itu disimpan di lemari.
4) Kawan-kawan belajar di dalam perpustakaan.
5) Dia berjalan-jalan di area taman.
6) Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
7) Mari kita berangkat ke kantor.
8) Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
9) Ia datang dari Surabaya kemarin.
10) Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
11) Cincin itu terbuat dari emas.

4.7 Partikel

A. Partikel –lah; -kah; dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
25
1) Bacalah buku itu baik-baik!
2) Apakahyangtersirat dalam surat itu?
3) Siapakah gerangan dia?
4) Apatah gunanya bersedih hati?

B. Partikel pun terpisahdari kata yang mendahuluinya.

1) Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.


2) Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
3) Jangankan dua kali, satu kali pun engjkau belum pernah datang ke rumahku.
4) Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.

Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Misalnya:

1) Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.


2) Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
3) Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
4) Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
5) Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.

C. Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.

1) Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.


2) Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
3) Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

Catatan: partikel „per‟ dalam bilangan pecahan ditulis serakai. Misalnya:


perseratus, dua perlima, seperenam, tiga dua pertiga;
seperenam belas; dua persepuluh; satu persen; satu permil

4.8 Kata Ganti

Kata Ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
(a) Buku ini boleh kaubaca. (b) Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
(c) Rumahnya sedang diperbaiki.

Catatan: Kata ganti ku- , -mu, dan -nya dirangkaikan dengan tanda hubung apabila dengan
bentuk yang serupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf capital

(a) KTP-mu; (b) SIM-nya; ( c)STNK-ku

4.9 Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
a) Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
b) Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
c) Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
d) Nita mematuhi nasihat sang kakak.
26
Catatan: Haruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlukan
sebagai unsur nama diri.

Misalnya: (a) Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.


( b) Dalam cerita itu Si Buta dari Goa hantu berkelahi dengan musuhnya.

E. SINGKATAN DAN AKRONIM

1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1.a..Singkatan nama orang nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:

A.H. Nasution Abdul Haris Nasution


H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudof Supratman
M.B.A . master of business adinistration
M.Hum. magister humaniora
M.si.magister sains
S.Sos. sasrjana Sosial
S.K.M. Sarjana kesehatan masyarakat
Kol. Kolonel
Bpk. Bapak
Sdr. saudara

1.b.. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PT Perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk .

1.c.1. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: jml. Jumlahdl. dalam
kpd. kepadaNo.nomor
tgl. tanggalyg. yang
hlm. halaman

1.c.2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atsa tiga huruf diakhiri tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lainYth. Yang terhormat
dsb. dan sebagainyaybs, yang bersangkutan
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas

27
1.d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atsa dua huruf (lazim digunakan dalam
suratmenyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.

Misalnya: a.n. atas nama


d.a.dengan alamat
u.b.untuk beliau
u.p.Untuk perhatian

1.e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik. Misalnya:

Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
KVA kilovolt-ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene

2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.

2.a.Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama
diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya: LIPI → Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


LAN → Lembaga Administrasi Negara
PASI → Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM→Surat izin mengemudi

2.b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf
awal kapital.

Misalnya: Bulog→Badan Urusan Logistik


Bappenas→Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
IwapiIkatan→Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani →Kongres Wanita Indonesia

2.c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dengan
ditulis huruf kecil.

Pemilu → pemilihan umum


rudal→ peluru kendali; iptek → ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim→ rapat pimpinan; tilang → bukti pelanggaran
radar→ radio detecting and ranging

Catatan : Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat


berikut ini.

1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata


yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).

28
2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa
Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

F. ANGKA DAN BILANGAN

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1000), V (5.000), M (1000.000)
F.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
c) Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju,
15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
d) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

F.2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.

Misalnya: a) Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.


b) Panitia mengundang 250 orang peserta.

F.3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja Sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
b) Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta untuk mengembangkan
usahanya.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya
Rp10 trilliun.

F.4. Angka digunakan untuk menyatakan

a. ukuran panjang. Misalnya: 0,5 sentimeter, 20,50 sentimeter


ukuran berat. Misalnya: 5 kilogram, 20 gram
ukuran luas. Misalnya: 4 meter persegi
ukuran isi. Misalnya: 10 liter
b. satuan waktu. Misalnya: 1 jam 20 menit, pukul 15.00; tahun 1928;
17 Agustus 1945
c. nilai uang. Misalnya: Rp5.000,00; US$ 3,50; £ 5,10; ¥ 100
d. jumlah. Misalnya: 2.000 rupiah; 10 persen; 27 orang
29
F.5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar. Misalnya: a) Jalan Tanah Abang 1 No. 15
b) Jalan Wijaya No. 14
c) Apartemen No. 5b
d) Hotel Mahameru, Kamar 321

F.6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya: a) Bab X, Pasal 5, halaman 215


b) Surah Yasin: 9
c) Markus 2: 3

F.7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a) Bilangan utuh: dua belas (12)


tiga puluh (30)
lima ribu (5000)

b) Bilangan pecahan :
setengah (½ )
seperdelapan (⅛ )
tujuh perdelapan ( ⅞)
tiga dua pertiga (3⅔)
satu permil (1 ‰)
dua persen (2℅)
seratus lima puluhduapertiga (150 ⅔)

Bilangan pecahan

Catatan:
1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya: 20 ⅖ (dua puluh dua-pertiga)
150 ⅔ (seratus lima puluh –dua pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20…….(dua puluh lima-belas pertujuh belas)
152/3 (seratus -lima -puluh –dua pertiga)

F.8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:

a) pada awal abad XX (angka Romawi kapital)


pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)

b) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)


di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

F.9.Penulisan bilangan yang mndapat akhiran –an mengikuti cara berikut. Misalnya:
a) lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
b) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c) uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
30
F.10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya:
a) Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
b) Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
c) Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00

F.11.Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat
Misalnya:
a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50.(sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
b) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
c) Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan: 1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.


2)Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab
(dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman
sebelum Bab 1 dalam naskah dan buku.

31
32

Anda mungkin juga menyukai