Ejaan yang dimaksud adalah ejaan dengan huruf Latin untuk menuliskan bahasa
Indonesa. Ejaan yang pernah ada, yaitu
1.a) Masih menggunakan huruf j untuk bunyi huruf y, seperti yang atau sayang ditulis
dengan jang, sajang.
1.b) Masih menggunakan huruf oe untuk untuk bunyi huruf u, seperti kata itu dan guru
ditulis dengan itoe dan guroe.
1.c) Masih menggunakan tanda diakritik, seperti koma ain / ‟/untuk kata ma’moer;
‘akal,tanda titik dua diatas huruf vokal (ë, ä, ü)merupakan ejaan Belanda untuk kata täät dan
huruf k ditulis dengan tanda /‟/ pada akhir kata misalnya bapa’, ta’;pa’.
1.d) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf a mendapat akhiran i, maka
di atas akhiran itu diberi tanda trema /‟/ ta’; pa’, dinamai’.
1.e) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan), mata2 (mata-mata), lompat2
(lompat-lompat), dsb.
2.a) Penggunaan huruf oe dalam ejaan van Ophuijsen berubah menjadiu, seperti kata
goeru - guru , itoe - itu, oemur- umur.
2.c) Tanda koma ain dan koma hamzah untuk bunyi sentak dihilangkan ditulis dengan k,
seperti kata-kata ta‟- tak; pa‟-pak; ma‟mur-makmur; ra‟jat- rakjat.
14
2.d) Kata ulang masih seperti ejaan van Ophuysen ditulis dengan angka 2,
seperti anak2;jalan2; ke-barat2-an. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah,
dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada kata ditulis, dikarang.
2.e) Huruf e keras dan e lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan;
seekor;seri; peta; petak, dsb.
2.f) Tanda trema pada huruf a dan i dihilangkan.dinamai’ menjadi dinamai.
2.g) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
Contohnya: i. Berlari-larian
ii. Berlari2-an
2.h) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
Contohnya : i. Tata laksana
ii. Tata-laksana
iii. Tatalaksana
2. i) Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan e lemah (pepet)
dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan e lemah, misalnya : putra bukan putera;
praktek bukan peraktek, grasi bukan gerasi, stir bukan setir, administrasi bukan
administerasi dsb.
3.b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai
unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.seperti fonem f: maaf, fakir; v: valuta,
universitas;z: zeni, lezat.
3.c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a : b = p : q Sinar-X.
3.d. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yaitu di- atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya Contoh:
i. di- (awalan): ditulis, dibakar,dilempar dsb.
ii. di (kata depan): di kampus, di rumah, di jalan dsb.
3.e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2 dengan
menggunakan tanda, seperti anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat, dsb.
15
PERBANDINGAN BEBERAPA HURUF DALAM EJAAN
B. PEMAHAMAN EJAAN
C. PEMAKAIAN HURUF
1. Huruf Abjad
Huruf Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut ini.
16
2. Huruf Vokal
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ) dapat digunakan jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
3. Huruf Konsonan
B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, dan Z.
4. Huruf Diftong
Huruf diftong dalam bahasa Indonesia: ai,au, dan oi
17
D. PEMAKAIAN HURUFKAPITAL/ H. BESAR, HURUF MIRING, HURUF TEBAL,DAN
PENULISAN KATA
1. Huruf Kapital
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai nama gelar, kehormatan, keturunan, dan
keagamaanyang tidak diikuti nama orang:
i. Dia baru saja diangkat menjadi sultan. ii. Pada tahun ini dia pergi naik haji.
iii. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
6. Huruf kapital dipakai sebagai. huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan unsur
nama peristiwa sejarah, dan hari raya: tahun Hijriah; tahun Masehi; bulan Agustus; bulan
Maulid; hari Kamis; hari Galungan; hari Lebaran; hari Natal; Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia; Perang Dunia II.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa: bangsa Eskimo; suku Sasak; bahasa Indonesia.
8 Huruf kapital tidak dipakai untuk menulis huruf pertama nama orang tertentu:
Abdurrahman bin Zaini; Siti Fatimah binti Zainal; van Bruggen (Belanda); vander Giessen
(Belanda); J.J de Hollander (Belanda); Vasco da Gama (Portugal); Otto von Bismarck
(Jerman); Muktar ibnu Khaldun .
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya: Palembang, Banyuwangi, Makassar, Eropa, Asia Tenggara, Jawa Barat, Amerika
Serikat.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang
diikuti nama diri. Misalnya: Bukit Barisan, Dataran Tinggi Dieng, Jalan Diponegoro,
Jazirah Arab, Lembah Baliem, Selat Lombok, Sungai Musi, Terusan Suez, Teluk
Banggala, Danau Toba, Ngarai Sianok, Gunung Semeru.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai. nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
Pas→ Pascal second; J/K atau JK-1 →Joule per Kelvin; N →Newton
18
12. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel; 10 volt; 5
ampere.
13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yg digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan
kata asing; keinggrisa-inggrisan; kejawa-jawaan.
14. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia; Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: Berlayar ke teluk; Menyeberangi selat; Mandi
di sungai; Berenang di danau.
16. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yg bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya: beberapa badan hukum; kerja sama antara pemerintah dan rakyat; menjadi
sebuah republik; menurut undang-undang yang berlaku.
Catatan:
jika yang dimaksud ialah negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata
itu ditulis degan huruf kapital. Misalnya: (1) Peberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui
Pemerintah. (2) Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. (3) Surat ini telah
ditandatangani oleh Direktur.
17. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda; kunci inggris; petai
cina; pisang ambon.
18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya:
(1) Republik Indonesia; (2) Departemen Keuangan; (3) Majelis Permusyawaratan
Rakyat; (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972; (5) Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Catatan: Kata tugas, seperti: dan, oleh, atau, untuk, di, ke, dari, dan, yang, tidak ditulis
dengan huruf kapital, kecuali terletak pada posisi awal.
19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yg terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
nama dokumen resmi. dan judul karangan. Misalnya: (1) Perserikatan Bangsa-Bangsa;
(2) Rancangan Undang-Undang Kepegawaian; (3) Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial; (4) Dasar-
Dasar Ilmu Pemerintahan.
20. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah.
19
Misalnya: i. Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain keRoma.
ii. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
iii. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
iv. Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan, yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya: Dr. → doktor; S.E. → sarjana ekonomi; S.S. → sarjana sastra; S.Kp. →
sarjana keperawatan; M.A. → master of arts; M.Hum. → magister
humaniora; Prof. → profesor; K.H. → kiai haji; Tn . → tuan; Ny. →
nyonya; Sdr. → Saudara; Anda.
22. i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan
dalam penyapaan atau pengacuan.
ii. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
23. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ANDA digunakan dalam
penyapaan.
24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan
yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
* Keterangan: ……………
* Misalnya: ………, ………
* Catatan: ……….
2. Huruf miring
1) dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
20
ii. Majalah Bahasa dan Budaya diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
iii. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik (‘’…”).
3) i..Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
a) Nama ilmiah buah manggis aialah Carcinia mangostana.
b) Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
c) Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anaknya.
d) Weltanschauung dipadankan dengan „pandangan dunia‟.
ii.Huruf miring dipakai untuk menulis ungkapan asing yang telah diserap ke
dalam bahasa Indonesiapenulisannya diperlukan sebagai kata Indonesia.
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
3. Huruf Tebal
a) Huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar tabel,daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:
1.2 Tujuan
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
21
b) Huruf Tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lambang lema
dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi
(lawan kata).
Misalnya:
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan
huruf tebal diberi garis bawah ganda.
4. Penulisan Kata (kata dasar, kata turunan, bentuk kata ulang, gabungan kata,
suku kata, kata depan, partikel, kata ganti, kata si dan sang)
Unsur terikat:
1) non; pan; pro; apabila berhadapan denganhuruf awalnya huruf kapital, harus
menggunakan tanda hubung. Misalnya: non-Indonesia pan-Afrika pro-xBarat
2) Kata maha; apabila diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan
unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Maha Pengasih, Maha Pengampun,
Maha Melihat
3) Kata maha diikuti oleh kata dasar, gabungan itu harus ditulis serangkai. Misalnya:
Mahakuasa, kecuali kata esa, ditulis terpisah. Maha Esa
4) pro, kontra, dan anti adalah bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,
dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya: (a) Sikap masyarakat yang pro lebih
banyak daripada yang kontra. (b) Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
5) i.Kata tak ditulis serangkai dengan bentuk kata dasar yang mengikutinya. Misalnya:
taklaik terbang; taktembus cahaya.
22
ii. Kata tak ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: tak bersuara;
tak terpisahkan
A. Bentuk kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-
unsurnya.
Misalnya: (a) anak-anak; (b) berjalan-jalan; (c) ramah-tamah; (d) lauk-pauk; tukar-menukar;
(e) sayur-mayur; (f) terus-menerus; (g) serba-serbi.
Catatan:
1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya:
(a) surat kabar→ surat-surat kabar;(b) kapak barang →kapal-kapal barang ;
(c) rak buku rak-rak buku
2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva (kata sifat) ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya:
(a) orang besar→ orang-orang besar; orang besar-besar ; (b) gedung tinggi → gedung-gedung
tinggi; gedung tinggi-tinggi
Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya, (a) Pemerintah sedang
mempersiapkan rancangan undang2 baru. (b) Kami mengundang orang2 yang berminat
saja. (c) Mereka me-lihat2 pameran. (d) Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah
buku2 terbitan Jakarta. (e) Bajunya ke-merah2-an.
a) Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
(i) duta besar; (ii) model linear; (iii) kambing hitam ; (iv) simpang empat ; (v) orang tua ;
(vi) persegi panjang ; (vii) mata kuliah; (viii) meja tulis ; (ix) rumah sakit umum; (x) kereta
api cepat luar biasa
b) Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubungan di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur bersangkutan.
(i) ibu-bapak kami ibu bapak- kami ; (ii) buku-sejarah baru buku sejarah -baru
(iii) korma-makanan sehat korma makanan- sehat
1) jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf vokal: bu-ah ma-in ni-at sa-at
3) jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalanya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Ba-pak
la-wan de-ngan Ke-nyang mu-ta-khir mu-sya-wa-rah
4) jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf kosonan itu. Ap-ril cap-lok makh-luk man-di
sang-gup som-bong swas-ta
5) jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalan dilakukan di antara huruf kosonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua. ul-tra in-fra ben-trok in-stru-men
Catatan: (i) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal:
bang-krut bang-sa ba-nyak ikh-las Kong-res masy-hur sang-gup makh-luk
(ii) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di
awal atau akhir baris. itu→ i-tu setia → se-ti-a
B. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk
dasar dan imbuhan atau partikel itu.
24
3) Pemenggalan kata sisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya,
(a) ge-lem-bung (b) ge-mu-ruh (c) ge-ri-gi si-nam-bung (d) te-lun-juk
4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya: a) Beberapa pendapat mengenai masalah itu.
telah disampaikan.
c) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
d) Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur
atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda dipisah). Unsur
nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan. Misalnya:
(i) nama orang: Gani → Ga ni; Irwan → Ir wan; Sofie →So fie
(ii) badan hukum: jaksa →jak sa; hakim → ha kim; mahkamah → mahkama mah;
polisi → poli si
(iii) nama berupa singkatan:pemilu, pilkada, rapim,iptek, rudal , bappenas, iwapi, kowani
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam kata yang sudah lain dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1) Beristirahat sajalah di sini.
2) Di mana dia sekarang?
3) kain itu disimpan di lemari.
4) Kawan-kawan belajar di dalam perpustakaan.
5) Dia berjalan-jalan di area taman.
6) Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
7) Mari kita berangkat ke kantor.
8) Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
9) Ia datang dari Surabaya kemarin.
10) Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
11) Cincin itu terbuat dari emas.
4.7 Partikel
A. Partikel –lah; -kah; dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
25
1) Bacalah buku itu baik-baik!
2) Apakahyangtersirat dalam surat itu?
3) Siapakah gerangan dia?
4) Apatah gunanya bersedih hati?
Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Misalnya:
C. Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Catatan: Kata ganti ku- , -mu, dan -nya dirangkaikan dengan tanda hubung apabila dengan
bentuk yang serupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf capital
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1.a..Singkatan nama orang nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:
1.b.. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PT Perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk .
1.c.1. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: jml. Jumlahdl. dalam
kpd. kepadaNo.nomor
tgl. tanggalyg. yang
hlm. halaman
1.c.2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atsa tiga huruf diakhiri tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lainYth. Yang terhormat
dsb. dan sebagainyaybs, yang bersangkutan
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
27
1.d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atsa dua huruf (lazim digunakan dalam
suratmenyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
1.e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik. Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
KVA kilovolt-ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.
2.a.Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama
diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
2.b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf
awal kapital.
2.c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dengan
ditulis huruf kecil.
28
2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa
Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1000), V (5.000), M (1000.000)
F.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
c) Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju,
15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
d) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
F.2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.
F.3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja Sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
b) Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta untuk mengembangkan
usahanya.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya
Rp10 trilliun.
F.6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
b) Bilangan pecahan :
setengah (½ )
seperdelapan (⅛ )
tujuh perdelapan ( ⅞)
tiga dua pertiga (3⅔)
satu permil (1 ‰)
dua persen (2℅)
seratus lima puluhduapertiga (150 ⅔)
Bilangan pecahan
Catatan:
1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya: 20 ⅖ (dua puluh dua-pertiga)
150 ⅔ (seratus lima puluh –dua pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20…….(dua puluh lima-belas pertujuh belas)
152/3 (seratus -lima -puluh –dua pertiga)
F.8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
F.9.Penulisan bilangan yang mndapat akhiran –an mengikuti cara berikut. Misalnya:
a) lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
b) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c) uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
30
F.10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya:
a) Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
b) Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
c) Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00
F.11.Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat
Misalnya:
a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50.(sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
b) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
c) Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
31
32