Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metode penelitian

NAMA : NURAFIFAH

NPM : A622019
Tugas 1

1. KEILMUAN KEPERAWATAN YANG DI PILIH


Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg
cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat
trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana
keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental,
masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis,
(CHS,1992).
Salah satu dari bagian dari ilmu keperawatan medical bedah adalah sistem
pencernaan. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi
di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah
proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus.
(http:sistempencernaan.ners.unair). Salah satu penyakit yang sering terjadi pada
sistem pencernaan adalah diare.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 hari/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suratmaja, 2010). Diare sering terjadi pada anak
di karenakan sistem pencernaan anak rentan terhadap bakteri.
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang
air besar (Dewi, 2010).
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti infeksi yang terjadi
dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare yang
meliputi infeksi bakteri, infeksi virus enterovirus dan infeksi parasit. Malabsorpsi
karbohidrat, lemak dan protein. Dapat pula disebabkan oleh makanan yang basi,
beracun dan alergi. Psikologis juga dapat menyebabkan diare misalnya rasa takut dan
cemas (Dewi, 2010). Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum
yang tidak aman juga berkontribusi pada diare (UNICEF, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) and UNICEF, ada sekitar 2
milyar kasus penyakit diare diseluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak- anak di
bawah umur 5 tahun meninggal karena diare setiap tahun, terutama di negara
berkembang. Jumlahnya mencapai 18% dari semua kematian anak- anak di bawah
umur 5 tahun dan rata-rata lebih dari 5000 anak meninggal setiap hari karena penyakit
diare. Hampir semua kematian anak karena diare, 78% terjadi di Afrika dan wilayah
Asia Selatan-Timur. Hampir setiap anak berumur dibawah 5 tahun mengalami rata-
rata 3 kali kejadian diare setiap tahun, serentak diumur ini diare adalah penyebab
kematian kedua (setelah pneumonia), dan insiden serta resiko kematian dari diare ini
merupakan yang terbesar pada anak dikisaran umur ini (World Gastroenterology
Organization, 2012).

2. URAIKAN KASUS DARI KEILMUAN YANG DI PILIH


Menurut data (World Health Organization, 2019) diare merupakan penyakit
yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia.
Setiap tahunnya ada sekitar 1.7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000
anak di bawah 5 tahun. Pada negara berkembang,anak-anak usia di bawah 3 tahun
rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2019 menunjukkan jumlah penderita diare di Indonesia sebanyak
2.549 orang dan angka Case Fatality Rat (CFR) sebesar 1.14%, Menurut karakteristik
umur, kejadian diare tetinggi di Indonesia terjadi pada balita (7.0%). Proporsi terbesar
penderita diare pada balita dengan insiden tertinggi berada pada kelompok umur 6-11
bulan yaitu sebesar (21,65%). lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar (14.43%),
kelompok umur 24-29 bulan sebesar (12.37%). Penyakit terbanyak pada balita yang
terdapat di tatalaksana dengan Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
penyakit yang menjadi penyebab utama kematian balita antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak, dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi. Diare masih
merupakan masalah kesehatan utama pada anak, terutama di negara berkembang
seperti Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Menurut Laporan Profil
Kesehatan Indonesia prevalensi diare pada balita di Jawa Barat pada tahun 2018
sebesar 46,35% dan mengalami kenaikan pada tahun 2019 menjadi 47,6%.
Berdasarkan data tersebut prevalensi diare di Jawa Barat termasuk kedalam 10
provinsi dengan kasus diare tertinggi di Indonesia (Profil Kesehatan Jawa Barat,
2019).

3. URAIAN HARAPAN
Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah. Padahal
keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak. Anak selalu membutuhkan
orang tua selama di rumah sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program
perawatan lainnya seperti pengobatan. Keterlibatan orangtua dan kemampuan
keluarga dalam merawat merupakan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan yang
berfokus pada keluarga (Hidayat, 2008). Dari data IDHS (Indonesia Demographic
Health Survey) 2007, penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian
cairan selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian oralit masih sangat
rendah bahkan masih banyak penderita yang tidak diobati yaitu bayi di bawah 6 bulan
(50,1%). Masih ada pula sekitar 15%-24% balita penderita diare yang diberikan
cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak
diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data ini menunjukkan perilaku
keluarga tentang perawatan anak diare masih sangat
rendah di Indonesia (Kemenkes RI, 2011).

4. URAIAN FAKTA/DATA (DAS SEIN)


Tahun 2018 jumlah perkiraan diare di Jawa Barat sebanyak 1.314.464 dan jumlah
penderita diare yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 803.533 (Profil Kesehatan
Indonesia, 2018). Berdasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
pada tahun 2018, prevalensi kejadian diare tertinggi di Kabupaten atau Kota yaitu
berada di Kabupaten Bandung yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah
kejadian sebanyak 57.468 (Profil Kesehatan Kabupaten Bandung,2018).

5. IDENTIFIKASI GAP/KESENJANGAN/KETIDAK SESUAIAN ANTARA


SEHARUSNYA DENGAN KENYATAN
Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masi rendah. Padahal keluarga
merupakan unsur penting dalam perawatan anak. Anak selalu membutuhkan orang tua
selama di rumah sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program perawatan
lainnya seperti pengobatan. Keterlibatan orangtua dan kemampuan keluarga dalam
merawat merupakan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada
keluarga (Hidayat, 2008). Dari data IDHS (Indonesia Demographic Health Survey)
2007, penderitadiare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama
diare,pemberian makanan selama diare, pemberian oralit masih sangat rendah bahkan
masih banyak penderita yang tidak diobati yaitu bayi di bawah 6 bulan (50,1%).
Masih ada pula sekitar 15%-24% balita penderita diare yang diberikan cairan lebih
sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan
lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data ini menunjukkan perilaku keluarga tentang
perawatan anak diare masih sangat rendah di Indonesia (Kemenkes RI, 2011).

6. MASALAH PENELITIAN YANG AKAN DI PILIH


“Gambaran Pengetahuan dan prilaku ibu dalam perawatan anak diare”

Anda mungkin juga menyukai