Anda di halaman 1dari 47

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai tindak tutur direktif dan strategi kesantunan sudah

banyak dilakukan dengan berbagai macam objek pembahasan. Sejauh penelusuran

peneliti, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian ini,

tetapi yang peneliti gunakan sebagai kajian pustaka hanya yang paling relevan.

Penelitian pertama terkait tindak tutur direktif dan strategi kesantunan

dilakukan oleh Nur & Syah (2017) yang mengkaji bentuk tuturan direktif dan

strategi kesantunan dalam acara “Satu Jam Lebih Dekat” di tvOne. Tuturan yang

dikaji adalah tuturan pembawa acara, narasumber, dan mistery guest pada rentang

bulan Januari−Mei 2016. Hasil dari penelitian tersebut adalah ditemukannya enam

subtindak tutur direktif dan empat strategi kesantunan yang terdiri dari strategi

langsung, positif, negatif dan strategi tidak langsung.

Hasil lain dari penelitian Nur & Syah (2017) adalah strategi kesantunan dan

tindak tutur direktif yang digunakan dalam talk show “Satu Jam Lebih Dekat”

mendukung keefektifan komunikasi talk show dari segi afektif, kognitif, dan

konatif. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa aspek

konteks berupa jenis kelamin dari peserta tutur tidak disinggung lebih mendalam.

Hal tersebut disebabkan konteks tuturan yang dikaji Nur & Syah (2017) diambil

secara bebas dan hanya berfokus pada rentang unggah Januari−Mei 2016.

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Penelitian kedua adalah penelitian Heryana (2021) yang mengkaji bentuk

tuturan direktif dan strategi kesantunan dalam acara “Debat Final Pemilihan

Presiden” yang terdapat di YouTube. Tuturan yang dikaji adalah tuturan moderator.

Acara debat tersebut bersuasana tegang. Hasil penelitian adalah ditemukannya

tujuh bentuk tuturan direktif moderator dalam debat, yaitu 45 tindak tutur direktif

mempersilakan, 17 tindak tutur direktif mengajak, 11 tindak tutur direktif meminta,

30 tindak tutur direktif melarang, 1 tindak tutur direktif bertanya, 40 tindak tutur

direktif mengingatkan, dan 16 tindak tutur direktif memerintahkan.

Sementara itu, strategi kesantunan yang ditemukan adalah kesantunan

langsung, kesantunan tidak langsung, kesantunan positif, dan kesantunan negatif.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa aspek konteks

berupa jenis kelamin dari peserta tutur juga tidak disinggung. Konteks tuturan yang

dikaji pada penelitian tersebut dipilih secara bebas, tanpa pertimbangan jenis

kelamin moderator.

Berikutnya, penelitian ketiga dilakukan oleh Mulitania (2021) yang

mengkaji bentuk tuturan direktif dan strategi kesantunan dalam acara “Obrolan

Sehat Mental” yang disiarkan kanal YouTube Adjie Santosoputro. Tuturan yang

dikaji adalah tuturan pembawa acara dan narasumber rentang Juni−Desember 2020.

Acara debat tersebut bersuasana santai. Hasil penelitian tersebut adalah delapan

jenis tindak tutur direktif, meliputi tindak tutur meminta; tindak tutur menyarankan;

tindak tutur bertanya; tindak tutur mengajak; tindak tutur melarang; tindak tutur

mengizinkan; tindak tutur memperingatkan; dan tindak tutur berdoa.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Selain tindak tutur, Maulitania (2021) juga menemukan strategi kesantunan,

meliputi strategi kesantunan positif, strategi tanpa basa-basi, strategi kesantunan

negatif, dan strategi samar-samar. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut,

diketahui bahwa permasalahan aspek konteks berupa jenis kelamin dari peserta

tutur juga tidak disinggung secara lebih mendalam. Hal tersebut disebabkan konteks

tuturan yang dikaji Maulitania (2021) diambil secara bebas dan hanya berfokus

pada rentang unggah Juni−Desember 2020.

Terakhir, penelitian keempat dilakukan oleh Hadiwijaya et al. (2021) yang

mengkaji tuturan direktif meminta mahasiswa multikultural di Kota Malang.

Tuturan yang dikaji ialah tuturan meminta mahasiswa dari suku Jawa, Sumba,

Flores, Dayak, dan Madura. Tuturan meminta yang dikaji dimisalkan apabila

bertemu dengan orang yang dihormati namun akrab, orang yang dihormati namun

tidak akrab, dan teman sebaya yang akrab. Penuturan tuturan meminta yang

dituturkan dikaji dengan parameter cara bertutur, penggunaan honorifik,

penggunaan bentuk berpagar yang dipakai, dan penyesuaian dengan tingkat tutur

dalam bahasa yang dipakai.

Hasil penelitian tersebut ialah ditemuinya pola mahasiswa multikultural saat

bertutur. Pada aspek cara bertutur langsung dan tidak langsung, di tiga ranah

berbeda, mahasiswa multikultural dominan menggunakan tindak tutur langsung,

begitu pula dalam aspek honorifik. Penggunaan bentuk berpagar lebih banyak

digunakan dalam ranah kampus, yakni saat bertemu orang yang dihormati namun

tidak akrab. Sementara itu, dalam aspek tingkat tutur, hanya mahasiswa Jawa dan

Maduralah yang menggunakannya karena terdapat tingkat tutur dalam bahasa


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

mereka. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa

permasalahan aspek konteks berupa jenis kelamin dari peserta tutur juga tidak

disinggung secara lebih mendalam. Hal tersebut disebabkan konteks tuturan yang

dikaji Hadiwijaya et al. (2021), yakni tuturan seratus mahasiswa berbeda suku

tersebut hanya dipilih berdasarkan suku tertentu tanpa mempertimbangkan jenis

kelamin.

Selain keempat penelitian di atas, penelitian mengenai tindak tutur atau

strategi kesantunan yang dikaitkan dengan situasi pandemi juga sudah pernah

dilakukan. Namun, penelitian-penelitian tersebut cenderung berbeda dengan

penelitian ini. Perbedaan terletak baik dari segi objek, teori, maupun konteks.

Penelitian pertama dilakukan oleh Safitri et al. (2021) yang mengkaji bentuk

maksim kesantunan dan tindak ilokusi pada media sosial Twitter Anies Baswedan

di masa pandemi Covid-19. Data pada penelitian tersebut berupa tulisan. Simpulan

dari penelitian tersebut adalah ditemukannya 51 tuturan yang mengandung 5 jenis

tindak tutur yaitu, 4 tuturan dengan tindak tutur representatif, 23 tuturan dengan

tindak tutur direktif, 11 tuturan dengan tindak tutur ekspresif, 9 tuturan dengan

tindak tutur komisif, dan 4 tuturan dengan tindak tutur deklarasi.

Sementara itu, pemaksimalan skala kesantunan pada 51 tuturan terbagi atas,

6 skala kesantunan formalitas, 4 skala kesantunan kesekawanan, 4 skala kesantunan

status sosial, 1 skala kesantunan tindak tutur, 16 skala kesantunan untung dan rugi,

2 skala kesantunan pilihan, 11 skala kesantunan ketidaklangsungan, dan 7 skala

kesantunan otoritasan. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut, diketahui

bahwa objek penelitian Safitri et al. (2021) adalah maksim kesantunan dalam tindak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

tutur ilokusi dengan teori Searle dan teori kesantunan Leech. Konteks jenis kelamin

juga tidak disinggung dalam penelitian tersebut.

Penelitian kedua dilakukan oleh Herliana & Tazkiyah (2021) yang mengkaji

bentuk tindak tutur ilokusi dan strategi kesantunan pada akun media sosial Ridwan

Kamil di Twitter dan Instagram yang berisi sosialisasi vaksin Covid-19. Data pada

penelitian tersebut berbentuk tulisan. Hasil penelitian Herliana & Tazkiyah adalah

ditemukannya 155 data yang memenuhi enam maksim prinsip kesantunan yaitu

maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim

kerendahan hati, maksim persetujuan dan maksim kesimpatian. Selain itu, hasil

penelitian menunjukkan lima fungsi tuturan yaitu, fungsi representatif, fungsi

direktif, fungsi komisif, fungsi ekspresif dan fungsi deklaratif. Objek penelitian

tersebut adalah kesantunan dan tindak tutur ilokusi. Teori yang dipakai dalam

penelitian tersebut adalah teori Searle dan teori kesantunan Leech.

Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa penelitian terdahulu, terdapat

perbedaan antara penelitian ini dan penelitian-penelitian tersebut. Objek penelitian

ini adalah tindak tutur direktif dan strategi kesantunan. Fokus tuturan yang dikaji

dalam penelitian ini adalah tuturan pembawa acara dan narasumber dengan profesi

berbeda dan berjenis kelamin perempuan. Data diperoleh dari acara Live Corona

Update kanal YouTube Kumparan. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah

teori tindak tutur direktif Searle dan strategi kesantunan Brown & Levinson.

Keempat pernyataan tersebut memberikan gambaran konkret antara penelitian ini

dan penelitian sebelumnya yang sudah dipaparkan. Oleh karena itu, tindak tutur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

direktif dan strategi kesantunan dalam acara Live Corona Update kanal YouTube

Kumparan ini layak untuk diteliti.

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Pragmatik memiliki berbagai definisi dan batasan yang telah

diungkapkan oleh para ahli linguistik. Pragmatik merupakan keilmuan yang

berbeda dengan semantik. Pragmatik mengkaji maksud tuturan yang didasarkan

atas konteks pada saat tuturan dibuat, sedangkan semantik mengkaji makna

tanpa melibatkan konteks (Subroto, 2011:8). Selain itu, pragmatik juga

didefinisikan sebagai studi yang mengkaji relasi sistematis penggunaan bahasa

dengan konteksnya (Brown & Levinson, 1988:281).

Di sisi lain, Yule (1996:3) memberikan batasan pragmatik ke dalam 4

hal. Pertama, pragmatics is the study of speaker meaning, bermaksud bahwa

studi pragmatik berhubungan dengan analisis antara apa yang dimaksud orang

dan tuturan-tuturannya, daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa

yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Kedua, pragmatics is the study of

contextual meaning, bermaksud bahwa pragmatik merupakan studi yang

melibatkan penafsiran konteks dalam memahami maksud penutur. Ketiga,

pragmatics is the study of how more gets communicated than is said, bermaksud

bahwa penutur −ketika menyampaikan tuturannya− tidak perlu panjang lebar;

cukup dengan kata singkat, tetapi maksud dan makna yang dimaksudkan penutur

dapat tersampaikan secara utuh kepada petutur. Terakhir, pragmatics is the study
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

of the expression of relative distance, bermaksud bahwa kedekatan atau

keakraban penutur dan petutur akan menentukan seberapa banyak kebutuhan

yang perlu dituturkan.

Berdasarkan definisi dan batasan yang diungkapkan para ahli linguistik

tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa pragmatik merupakan studi tentang

maksud yang ingin disampaikan penutur, berikut dengan memperhatikan

konteks. Konteks menjadi pokok penentu terkait ujaran yang dituturkan dapat

dipersingkat dan disesuaikan dengan siapa yang diajak bicara.

Aspek-aspek mengenai konteks sudah pernah dipaparkan oleh Dell

Hymes dalam teorinya yang disebut “Model of Speaking”. Berikut 8 aspek yang

terdapat dalam teori Hymes (1974:55-60).

a. Setting and Scene

Setting ialah tempat dan waktu berlangsungnya sebuah pembicaraan. Sementara

itu, scene adalah psychological setting atau situasi psikologis pembicaraan.

b. Participants

Participants ialah seluruh pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa tutur.

c. Ends

Ends ialah tujuan atau maksud yang ingin dicapai dalam sebuah peristiwa tutur.

d. Acts

Acts ialah bentuk tuturan yang berkaitan dengan kata-kata yang digunakan,

bagaimana penggunaan, dan bagaimana hubungannya dengan topik

pembicaraan.

e. Key
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Key ialah ekspresi penutur dan petutur saat peristiwa tutur terjadi.

f. Instrumentality

Instrumentality ialah gaya bahasa yang dipakai saat bertutur. Baik gaya bahasa

santai maupun formal.

g. Norms

Norms ialah norma atau aturan yang dipakai saat bertutur. Aturan-aturan ini

membatasi apa yang harus dituturkan dan apa yang tidak perlu dituturkan serta

bagaimana penutur dan petutur menanggapi suatu pembicaraan.

h. Genres

Genres mengacu pada bentuk penyampaian. Bentuk dapat berupa meminta

maaf, berdoa, narasi, pepatah, dan lain-lain.

2. Situasi Ujar

Fenomena semantis dan fenomena pragmatis diketahui berlainan. Salah

satu acuan yang dipakai untuk membedakan kedua fenomena tersebut adalah

situasi ujar (Leech, 2011:19-20). Situasi ujar yang dipaparkan Leech terbagi

menjadi lima aspek sebagaimana uraian berikut.

a. Penyapa dan pesapa

Penyapa disebut juga penutur, yaitu orang yang memberikan sapaan

atau menyampaikan tuturan terlebih dahulu. Sementara itu, pesapa disebut

juga petutur, yaitu orang yang disapa atau menjadi sasaran tuturan.

Penggunaan kedua istilah tersebut tidak terbatas pada bahasa lisan saja.

b. Konteks sebuah tuturan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Konteks dalam tuturan berguna untuk menafsirkan makna yang

terkandung di dalam suatu tuturan. Leech (2011) memaparkan bahwa konteks

adalah suatu pengetahuan yang sama-sama dimiliki, baik oleh penutur

maupun petutur. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang

berkaitan dengan kehidupan sosial dan lingkungan fisik suatu tuturan.

c. Tujuan dalam suatu tuturan

Leech lebih memilih istilah tujuan dibanding istilah maksud. Pilihan

istilah tujuan karena istilah tersebut dinilai lebih netral dibanding istilah

maksud. Istilah tujuan dianggap tidak membebani pemakai dan lebih umum

jika dipakai untuk segala kegiatan yang berorientasi tujuan.

d. Tindak ujar

Tata bahasa berkaitan dengan unsur yang statis dan abstrak, misalnya,

proposisi (semantik) dan kalimat (sintaksis). Sementara itu, pragmatik

berhubungan dengan tindak verbal yang muncul dalam situasi dan kondisi

tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pragmatik mengkaji

bahasa dalam tingkatan yang lebih konkret dibanding tata bahasa itu sendiri.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan dapat disebut produk tindak verbal. Suatu tuturan dapat

berupa tanda atau sebuah kalimat. Namun, suatu tuturan bukan berarti sebuah

kalimat. Makna kalimat dikaji dengan semantik, sedangkan makna tuturan

yang dikaitkan situasi akan dikaji dengan keilmuan pragmatik.

3. Rating Power
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Istilah Rating Power terdapat dalam salah satu konteks ekstralinguistik

yang disebut konteks sosietal. Konteks sosietal dimaksudkan bahwa hubungan

sosial di masyarakat yang bersifat vertikal erat kaitannya atau bertali-temali

dengan konsep status sosial (Rahardi, 2019:115).

Di dalam sebuah kampus, sekalipun dalam kampus tersebut sudah

diterapkan demokratisasi dalam berinteraksi, tetap saja seorang karyawan

dengan seorang rektor tidak akan memakai bahasa bertipe sama. Sang karyawan

apabila bertutur dengan seorang rektor pasti menggunakan tutur kata sopan dan

menghormati sang rektor. Kondisi seperti itulah yang disebut rating power saat

bertutur.

Sementara itu, ditemui pula kondisi relative power, yakni berbeda

kedudukan tapi memakai bahasa yang bertipe sama ketika bertemu. Contohnya,

karyawan dan rektor di suatu kampus yang bertutur dengan gaya bahasa non

formal. Hal tersebut dapat terjadi apabila keduanya sudah kenal atau berteman

akrab maka konsep rating power tidak akan muncul karena sudah tidak ada

jarak sosial lagi di antara mereka.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

4. Tindak Tutur

Konsep tindak tutur bermula dari pandangan seorang filsuf Inggris, yaitu

J. L. Austin. Austin (1962:12) menyampaikan pandangannya bahwa ketika

seseorang menuturkan sesuatu, sebenarnya orang tersebut juga sedang

melakukan sesuatu atau terdapat sebuah tindakan dibalik apa yang dituturkan.

Teori tindak tutur Austin diawali oleh adanya tuturan konstatif dan

tuturan performatif. Tuturan konstatif bermaksud sebagai tuturan yang dapat

mendeskripsikan suatu keadaan sehingga dapat diperoleh pernyataan yang benar

atau keliru (Austin, 1962:1–5). Sementara itu, tuturan performatif adalah tuturan

yang apabila diujarkan oleh seseorang maka secara tidak langsung, orang

tersebut juga dinilai telah melakukan suatu tindakan. Tuturan performatif terbagi

menjadi tiga macam, yaitu ilokusi, lokusi, dan perlokusi (Austin, 1962:108).

Tindak lokusi dimaksudkan sebagai semua pernyataan, pertanyaan, dan tawaran

yang dituturkan sebagaimana adanya. Tindak ilokusi dimaksudkan sebagai

tuturan yang ditujukan untuk tindakan atau maksud tertentu. Terakhir, tindak

perlokusi merupakan efek yang ditimbulkan dari suatu tuturan.

Berdasarkan pandangan-pandangan Austin tersebut, Searle &

Vanderveken (1985:52) mengembangkan dan membagi tindak ilokusi menjadi

lima macam: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Asertif adalah

bentuk tuturan yang berisi kebenaran apa adanya dari konten. Penutur tindak

asertif mengungkapkan kebenaran dari proposisi yang dipakai. Contoh tindak

tutur asertif meliputi penyangkalan (deny), penegasan suatu pernyataan (assert),

mengklaim (claim), dan sikap keberatan (object).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Sementara itu, direktif adalah tindak tutur yang penuturannya mampu

membuat petutur melakukan sesuatu. Contoh tindak tutur direktif meliputi

meminta (request), bertanya (ask), mendesak (urge), dan memerintahkan

(command). Selanjutnya, komisif merupakan tindak tutur yang mengikat

penuturnya untuk melakukan suatu tindakan di masa depan sesuai dengan apa

yang telah dituturkan. Contoh tindak tutur komisif meliputi berkomitmen

(commit), bersumpah (swear), berjanji (pledge), dan mengancam (threaten).

Di sisi lain, ekspresif adalah tindak tutur yang tuturannya berisi

ungkapan sikap dan perasaan yang dinilaikan penuturnya. Contoh tindak tutur

ekspresif meliputi memuji (praise), permintaan maaf (apologize), mengeluh,

ucapan duka cita (condole), dan penyesalan (lament). Terakhir, deklarasi adalah

tindak tutur yang dalam penuturannya bersifat mengubah atau memunculkan

suatu hal yang baru. Tindak tutur deklarasi hanya dapat dituturkan oleh

seseorang yang memiliki kewenangan. Contoh tindak tutur deklarasi meliputi

pembaptisan (christen), pemberian nama (name), mengangkat (appoint), dan

mengundurkan diri (resign).

Selain kelima pembagian tersebut, tindak tutur juga terbagi menjadi

tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur dapat

dikatakan langsung apabila terdapat relasi antara struktur dan fungsi.

Sebaliknya, tindak tutur tidak langsung terjadi apabila tidak ada relasi antara

struktur dan fungsi (Yule, 1996:14-15).

5. Tindak Tutur Direktif


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang penuturannya dimaksudkan

untuk membuat petutur melakukan sesuatu (Searle & Vanderveken, 1985:52).

(Searle & Vanderveken, 1985:52) mengklasifikasikan tuturan direktif dengan

kata kerja bahasa Inggris menjadi 26 macam : (1) direct ‘mengarahkan’; (2)

request ‘meminta’; (3) ask ‘meminta/bertanya’; (4) urge ‘mendesak’ ; (5) tell

‘menyuruh’; (6) require ‘menuntut’ ; (7) demand ‘menuntut’ ; (8) command

‘memerintah’; (9) order ‘menyuruh’; (10) forbid ‘melarang’; (11) prohibit

‘melarang’; (12) enjoin ‘melarang’; (13) permit ‘mengizinkan’; (14) suggest

‘menyarankan’; (15) insist ‘menyarankan’; (16) warn ‘memperingatkan’; (17)

advise ‘menasihati’; (18) recommend ‘merekomendasikan’; (19) beg

‘mengemis’; (20) supplicate ‘memohon’; (21) entreat ‘memohon dengan

sangat’; (22) beseech ‘memohon’; (23) implore ‘memohon dengan sangat’; (24)

pray ‘berdoa’; (25) dare ‘menantang’; dan (26) invite ‘mengajak’. Pendefinisian

klasifikasi tersebut dijelaskan dalam Searle & Vanderveken (1985:198-215) dan

Searle dalam buku lainnya (1979:11-14) sebagai berikut.

a. Mengarahkan (direct)

Tindak tutur mengarahkan menurut Searle & Vanderveken (1985)

adalah tindak tutur yang bertujuan untuk memberi arahan. Pada tindak tutur

ini, pendengar memiliki opsi untuk menolak atau menerima apa yang

diarahkan oleh penutur. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur

mengarahkan.

(2) Konteks :Tuturan terjadi di dalam kampus. Mahasiswa A


sedang mengobrol dengan mahasiswa B di kelas. Mahasiswa
B memberikan tanggapan yang kurang jelas dan terlihat
kebingungan saat diajak mengobrol. Saat itu, mahasiswa B
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

memakai headset di telinganya meski volume sudah


dikecilkan tuturan yang didengar masih kurang jelas. Hal
tersebut terlihat dari tanggapan yang dia berikan. Mahasiswa
C melihat kejadian tersebut, kemudian mahasiswa C memberi
arahan agar mahasiswa B dapat mendengar secara lebih jelas.

Mahasiswa C : “Lepas headset-mu biar terdengar lebih


jelas!”

b. Meminta (request)

Tindak tutur meminta menurut Searle & Vanderveken (1985) adalah

tuturan yang diujarkan untuk mendapatkan sesuatu. Tindak tutur meminta

dinilai lebih sopan daripada tindak mengarahkan. Pada tindak meminta,

pendengar juga memiliki opsi untuk melakukan atau menolak permintaan

penutur. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur meminta.

(3) Konteks :Tuturan terjadi di rumah sakit. Seorang dokter


menyuruh asistennya untuk membantunya mencatat keperluan
sebelum melakukan operasi. Sang asisten menyanggupi
suruhan dokter tersebut namun sang asisten juga meminta
kepada si dokter untuk mengecek catatan yang selesai
ditulisnya nanti karena takut apabila ada hal yang keliru.

Asisten Dokter : “Baik, Dok, nanti setelah selesai tolong


dicek kembali ya, Dok. Saya takut ada yang keliru.”

c. Bertanya (ask)

Tindak tutur bertanya menurut Searle & Vanderveken (1985) adalah

tuturan pertanyaan yang diujarkan penutur agar petutur memberikan

jawaban yang disesuaikan dengan konteks pertanyaan. Dengan kata lain,

tindak tutur bertanya tidak hanya sekadar bertanya, namun juga memiliki

ilokusi agar seseorang melakukan suatu tindakan. Contohnya, pertanyaan

iya atau tidak yang bermaksud meminta petutur untuk mengafirmasi atau

menolak. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur bertanya.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

(4) Konteks :Tuturan terjadi pada saat press conference antara


pelatih sepak bola A dengan para wartawan. Press conference
dilakukan setelah sepak bola negara A mengalami
ketertinggalan dan masih ada satu kali lagi kesempatan
bermain. Pelatih diberi berbagai macam pertanyaan oleh
wartawan. Salah satu pertanyaan yang dilontarkan wartawan
adalah terkait strategi apa yang akan dipakai untuk
meningkatkan skor.

Wartawan : “Apa yang akan dilakukan nih, Coach, untuk


meningkatkan skor?”

d. Mendesak (urge)

Tindak tutur mendesak menurut Searle & Vanderveken (1985)

adalah tindak tutur yang meminta pendengar melakukan sesuatu di saat

situasi sedang terdesak. Tindak tutur ini cenderung lebih kuat daripada

tindak tutur meminta, tidak di atas tindak tutur memerintahkan, tetapi juga

tidak selemah tindak tutur memohon. Berikut contoh tuturan yang tergolong

tindak tutur mendesak.

(5) Konteks :Tuturan terjadi di kamar kecil dekat tempat wisata.


Tepat di samping kamar kecil terdapat pedagang petasan dan
pedagang cemilan. Ketika sedang memasak, pedagang
cemilan memakai tabung gas berukuran 3 kg. Tabung gas 3 kg
tersebut ternyata bermasalah, tabung bocor dan tiba-tiba
terjadi ledakan karena terkena sesuatu. Api mulai menjalar
area pedagang dan seiring waktu menyebar ke area kamar
kecil. Pak B yang melihat kejadian tersebut segera menggedor
pintu kamar kecil sambil mendesak orang-orang di kamar kecil
untuk segera keluar.

B : “Segera keluar kalian! Cepat cepat! Api mulai melalap!”

e. Mengatakan (tell)

Tindak tutur mengatakan berdasarkan pemaparan Searle &

Vanderveken (1985) adalah tindak tutur yang tergolong asertif dan direktif.

Apabila meminta pendengar melakukan sesuatu dan tidak memberikan opsi


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

untuk menolak, tuturan tersebut tergolong direktif. Sementara itu, tindak

tutur dapat menjadi asertif apabila memberitahu suatu proposisi ke

pendengar. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur mengatakan.

(6) Konteks :Tuturan terjadi di warung makan. A dan B akan


makan siang di warung dekat kantor mereka bekerja. Pada saat
ditanyai oleh pemilik warung, A menjawab akan membeli nasi
sayur dan tempe, namun ketika B diberi pertanyaan serupa, B
tidak menjawab demikian. B mengatakan kepada pemilik
warung bahwa Ia suka nasi goreng. Secara tidak langsung, B
sudah memberi isyarat kalau ia ingin dibuatkan nasi goreng
karena itu makanan yang dia suka.

B : “Aku suka makan nasi goreng.”

f. Mengharuskan/menuntut (require/demand)

Searle & Vanderveken (1985) memaparkan bahwa tindak tutur

mengharuskan dan menuntut adalah tindak yang dituturkan dengan tujuan

menuntut pendengar untuk melakukan suatu tindakan. Tindak ini memiliki

kekuatan lebih besar dari meminta. Berikut contoh tuturan yang tergolong

tindak tutur mengharuskan.

(7) Konteks :Tuturan terjadi di teras rumah antara seorang ayah


dan anak laki-lakinya. Sang ayah baru saja mendapat laporan
dari guru bahwa sang anak sering tidur dan bertengkar saat di
kelas. Nilai sang anak di rapor juga banyak yang berada di
bawah KKM, karena malas belajar. Setelah mendapat teguran
dari guru, si ayah mengharuskan si anak untuk berubah.

Ayah : “Kamu harus berubah agar bisa naik kelas!”

g. Memerintah (command) dan menyuruh (order)

Tindak tutur memerintah dan menyuruh menurut Searle &

Vanderveken (1985) adalah tindak tutur yang diujarkan oleh penutur yang

memiliki kekuasaan lebih tinggi dibanding petutur. Tindak tutur ini


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

memiliki hireraki lebih tinggi dari tindak tutur mengatakan ‘tell’. Tindak

tutur memerintah lebih condong kepada pemberian kewenangan pada suatu

kekuasaan dibanding tindak tutur menyuruh. Keduanya sama-sama tidak

menerima penolakan. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur

memerintah dan menyuruh.

Memerintah

(8) Konteks :Tuturan terjadi di kantor kepolisian. Sudah beberapa


hari daerah A diserang oleh para perampok, banyak warga
kehilangan harta benda. Para perampok memiliki strategi yang
sangat cerdik sehingga banyak warga yang tertipu. Kepala
kepolisian geram dengan kasus tersebut, ia memerintah
bawahannya untuk menangkap kelompok perampok yang
berhasil kabur dengan strategi yang ia buat.

Kepala Kepolisian : “Menyebar! Tangkap para perampok di


area-area ini!” (sambil menunjuk denah lokasi)

Menyuruh

(9) Konteks :Tuturan terjadi antara narasumber dan pembawa


acara. Narasumber adalah seorang pemuda yang berhasil
mendirikan banyak panti asuhan dari hasil wirausaha keripik
tempe. Pembawa acara tertarik dengan usaha si pemuda
tersebut dan Ia ingin mengetahui bagaimana awal mula
pemuda tersebut dapat melakukan usaha keripik tempe. Oleh
karena itu, pembawa acara menyuruh pemuda tersebut
menjelaskan awal mula wirausahanya.

Pembawa acara : “Coba jelasin nih, Kak, sejak kapan dan


gimana sih, Kakak bisa berwirausaha keripik tempe!”

h. Melarang (forbid/prohibit)

Tindak tutur forbid dan prohibit menurut Searle & Vanderveken

(1985) adalah tindak tutur yang berisi larangan agar petutur tidak melakukan

sesuatu. Pembeda antara forbid dan prohibit terletak pada sifat larangannya.

Forbid bersifat larangan secara umum sedangkan prohibit bersifat larangan,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

tetapi dalam hal ketertiban yang berlangsung beberapa waktu. Berikut

contoh tuturan yang tergolong tindak tutur melarang.

(10) Konteks :Tuturan terjadi di perpustakaan kampus. B, C, dan


A adalah mahasiswa yang saat itu berada di perpustakaan. B
dan C sering sekali mengobrol dan terdengar sangat berisik. A
adalah salah satu mahasiswa yang sedang membaca buku
merasa sangat terganggu. Kemudian, A melarang B dan C
untuk mengobrol kencang-kencang.

A : “Jangan mengobrol terlalu keras!”

i. Melarang pada konteks formal (enjoin)

Tindak tutur enjoin menurut Searle & Vanderveken (1985) adalah

tindak tutur melarang yang bersifat formal. Formal yang dimaksud adalah

larangan yang dibuat oleh badan resmi sehingga tuturan yang diujarkan

tergolong legal. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur

melarang pada konteks formal.

(11) Konteks : Tuturan dituturkan oleh menteri lingkungan hidup


kepada masyarakat pada saat bersosialisasi. Banyak pohon di
daerah A habis karena ditebang oleh pihak yang kurang
bertanggung jawab. Penebangan yang kurang bertanggung
jawab memiliki aturan dan ancaman pidana apabila melihat
undang-undang. Larangan menebang pohon sembarangan
sudah sering disampaikan di berbagai macam media sosial
maupun media massa oleh pemerintah.

Menteri Lingkungan : “Dilarang menebang pohon


sembarangan!”

j. Mengizinkan (permit)

Tindak tutur mengizinkan menurut Searle & Vanderveken (1985)

adalah tindak tutur untuk memperbolehkan petutur dalam melakukan

tindakan. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur mengizinkan.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

(12) Konteks :Tuturan terjadi antara pemilik rumah dan tamu


perempuannya yang datang. Ketika masuk ke dalam rumah,
sang pemilik rumah langsung masuk ke dapur untuk
mempersiapkan makanan dan minuman untuk disajikan. Usai
menyiapkan makanan, pemilik rumah membawa sajian ke
ruang tamu. Pemilik rumah kaget karena sang tamu masih
berdiri di dekat jendela dan tidak duduk. Pemilik rumah pun
teringat bahwa ia belum mempersilakan tamu untuk duduk.
Kemudian, pemilik rumah langsung mempersilakan dan
mengizinkan si tamu untuk duduk di sofa.

Pemilik rumah : “Silakan duduk, tidak apa-apa.”

k. Menyarankan (suggest/insist)

Searle & Vanderveken (1985) memaparkan bahwa suggest dan insist

sama-sama tergolong dalam tindak tutur menyarankan, namun memiliki

daya ilokusi berbeda. Tindak tutur insist memiliki daya kekuatan lebih

tinggi dibanding suggest. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur

menyarankan.

(13) Konteks :Tuturan terjadi pada saat kerja kelompok di rumah


C. Kerja kelompok terdiri dari tiga orang, yaitu A, B, dan C.
Pada saat mulai membuat power point, laptop A tiba-tiba
bermasalah dan tombol power saat ditekan pun tidak bisa. B
mencoba membetulkan laptop A dengan terus mencoba
menekan tombol power untuk mematikan ternyata langsung
bisa. A pun bertanya lagi apabila suatu saat tombol power tidak
bisa digunakan bagaimana. B pun langsung menjawab sembari
menyarankan A untuk tidak khawatir dan menyarankan untuk
menekan tombol Alt+F4 saja jika benar-benar tidak bisa.

B : “Kamu tidak perlu khawatir, kalau nanti error lagi kamu


bisa coba menekan tombol Alt+F4 saja.”

l. Memperingatkan (warn) dan menasihati (advise)

Tindak tutur memperingatkan menurut Searle & Vanderveken

(1985) adalah tindak tutur yang bertujuan memperingatkan petutur agar

melakukan sesuatu dan apabila tidak dilakukan akan memiliki implikasi


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

yang buruk. Sementara itu, tindak tutur menasihati bertujuan memberikan

nasihat dan memiliki implikasi hal positif apabila dilakukan. Berikut contoh

tuturan yang tergolong tindak tutur memperingatkan dan menasihati.

Memperingatkan

(14) Konteks :Tuturan terjadi antara seorang ibu dan anak di dalam
kamar mandi. Setelah selesai menggosok gigi, sang ibu
melihat anak perempuannya yang masih SD tidak menggosok
gigi melainkan hanya buang air kecil dan mencuci kaki. Ibu
tidak suka kebiasaan tersebut, lalu si Ibu memperingatkan sang
anak untuk tidak lupa menggosok gigi.

Ibu : “Jangan lupa menggosok gigi.”

Menasihati

(15) Konteks :Tuturan terjadi di ruang makan. Ibu menyediakan


nasi, tahu, ayam, dan sayur bayam untuk dimakan oleh
keluarganya. Saat makan bersama, ayah dan si anak sulung
makan semua lauk beserta sayur bayam namun anak bungsu
hanya mengambil ayam dan nasi. Si Ibu memberikan petuah-
petuah kepada si anak bungsu untuk mau memakan sayur.

Ibu : “Kalau kamu rajin makan sayur, tubuhmu nanti akan


bugar.”

m. Merekomendasikan (recommend)

Tindak tutur merekomendasikan menurut Searle & Vanderveken

(1985) adalah tindak tutur yang bertujuan menganjurkan atau memberi

rekomendasi sesuatu yang baik kepada petutur. Berikut contoh tuturan yang

tergolong tindak tutur merekomendasikan.

(16) Konteks :Tuturan terjadi di toko kecantikan. A dan B


berbelanja make up mereka yang sudah habis. Saat melihat sesi
bedak, A kebingungan memilih merek bedak yang seperti apa
karena sebelumnya ia hanya meminta bedak milik ibunya
untuk dipakai. Lalu, B merekomendasikan bedak merek X
yang terkenal bagus dan pernah dibelinya dahulu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

B : “Kamu beli deh bedak ini. Bedaknya menghaluskan


sekali.”

n. Mengemis (beg)

Tindak tutur mengemis menurut Searle & Vanderveken (1985)

adalah tindak tutur yang diujarkan oleh penutur dengan meminta secara

rendah hati dan dengan kemauan yang kuat. Biasanya tindak tutur ini

dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh

penutur. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur mengemis.

(17) Konteks :Tuturan terjadi antara Ibu Ana dan Ibu Rosa, mereka
bertetangga. Ibu Rosa terkenal sebagai salah seorang
pengusaha kaya di kampung X. Pada suatu ketika, anak Ibu
Ana tertabrak mobil di jalan dan harus segera dioperasi. Ibu
Ana kebingungan, ia beusaha meminjam pada Ibu Rosa tapi
tidak kunjung diberi. Kemudian, Ibu Ana bersujud dan
menangis di depan Ibu Rosa sambil mengemis-ngemis agar
diberi bantuan oleh Ibu Rosa.

Ibu Ana : “Saya mohon sekali, Bu, beri sedikit pinjaman


untuk saya. Anak saya akan dioperasi. Saya akan turuti segala
perintah Ibu,” (sambil bersujud dan menangis)

o. Memohon (beg/supplicate/entreat/implore/beseech)

Searle & Vanderveken (1985) menjelaskan bahwa tindak tutur

memohon ialah tindak tutur yang diujarkan oleh penutur dengan penuh

kesopanan atau kerendahan hati dalam hal meminta sesuatu kepada petutur.

Tindak tutur ini terbagi ke dalam beg, supplicate, entreat, implore, dan

beseech. Ketiga kata kerja tersebut sama-sama memiliki arti memohon. Beg

diartikan sebagai memohon dengan sangat amat karena berada di situasi

terdesak. Supplicate diartikan sebagai memohon, tetapi dengan cara yang

sangat sopan. Entreat, beseech, dan implore diartikan sebagai memohon


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

dengan keinginan kuat dan sangat sopan. Berikut contoh tuturan yang

tergolong tindak tutur memohon.

(18) Konteks :Tuturan disampaikan narasumber kepada pembawa


acara pada saat diberi pertanyaan seputar program kerja
terbaru perusahaan X. Narasumber adalah salah satu jurnalis
di perusahaan X namun narasumber belum memahami
sepenuhnya terkait teknis aturan terbaru perusahaan. Seusai
memaparkan teknis yang dia ketahui, di ujung tuturannya,
narasumber memohon kepada pembawa acara dan para
penonton untuk memaklumi tuturannya apabila terdapat
kekeliruan.

Narasumber : “Saya kurang tau persis teknisnya bagaimana


jadi mohon sekali dimaklumi, ya, kalau saya keliru.” (sambil
menyatukan kedua tangan)

p. Berdoa (pray)

Tindak tutur berdoa berdasar Searle & Vanderveken (1985) adalah

tindak tutur memohon yang ditujukan kepada Tuhan atau entitas lain yang

bersifat sakral. Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur berdoa.

(19) Konteks :Tuturan terjadi di rapat warga kampung X. Para


warga dan ketua RT berencana untuk mengadakan pelatihan
kerja dan pendirian usaha mikro yang berbasis pada kerajinan.
Ibu-ibu PKK digerakkan dalam rencana usaha tersebut. Ketua
RT sudah memberikan lokasi dan alat-alat yang cukup
memadai. Seusai rapat, ketua RT memberikan ucapan terima
kasih dan memanjatkan doa supaya segala urusan yang
diniatkan diberi kelancaran oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Ketua RT : “Semoga Tuhan mempermudah urusan-urusan


kita.”

q. Menantang (dare or challenge) dan mengajak (invite)

Tindak tutur menantang dan mengajak juga tergolong ke dalam

tindak tutur direktif. Kedua tindak tutur tersebut digolongkan direktif karena

diperlukan tindakan dari petutur setelah tuturan tersebut diujarkan (Searle,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

1979:11-14). Berikut contoh tuturan yang tergolong tindak tutur menantang

dan mengajak.

Menantang

(20) Konteks :Tuturan terjadi di jalan raya. A dan B adalah preman


yang saling bermusuhan. Suatu ketika, A tidak sengaja
bertemu B di jalan. B menatap A dengan tatapan sinis, lalu A
tidak terima dan menantang B untuk berkelahi.

A : “Kemarilah kalau berani!” (sambil mengepalkan tangan)

Mengajak

(21) Konteks :Tuturan terjadi di taman. Karina dan teman-


temannya bermain sepeda bersama di sekitar taman, ketika
matahari mulai terik mereka berhenti dan duduk di tepi taman.
Tiba-tiba, Karina menyeletuk di hadapan 3 temannya untuk
mengajak mereka pergi ke pantai bersama.

Karina : “Besok kita ke pantai, yuk!”

6. Strategi Kesantunan Brown & Levinson

Strategi Brown & Levinson berawal dari konsep muka yang dipaparkan

oleh Goffman tahun 1967 dan dari istilah di masyarakat Inggris. Konsep muka

adalah suatu hal yang dapat dipertahankan, secara emosional dapat

diinvestasikan, dapat ditingkatkan, dan akan selalu hadir pada saat

berkomunikasi (Brown & Levinson, 1988:61). Konsep muka yang dipaparkan

Brown & Levinson (1988:62) terbagi menjadi dua yaitu muka positif dan muka

negatif. Muka negatif berkaitan dengan keinginan seseorang agar tidak dihalangi

pada saat bertindak, sedangkan muka positif berkaitan dengan keinginan agar

citra diri dapat diinginkan dan dihargai orang lain.

Pada saat melakukan tindak tutur, baik muka petutur maupun penutur

sama-sama memiliki potensi untuk terancam. Istilah untuk menyebut


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

keterancaman muka petutur atau penutur disebut dengan istilah Face

Threatening Act (FTA) atau dalam bahasa Indonesia dapat disebut tindak

pengancaman muka (TPM). Adapun pembagian FTA menurut Brown &

Levinson (1988:66-68) sebagai berikut.

a. Tindak pengancaman muka negatif petutur

1) Tindakan yang menimbulkan akibat agar petutur melakukan sesuatu hal,

misalkan, tuturan perintah, tuturan meminta, tuturan mengancam,

tuturan menentang, tuturan yang berisi pemberian saran, dan tuturan

menasihati.

2) Tindakan menawarkan dan perjanjian yang dapat memicu tekanan

kepada petutur untuk menerima atau menolak.

3) Tindakan penutur yang dapat mengungkap keinginannya terhadap

petutur, misal, pemberian ucapan selamat, ucapan untuk memberi

pujian, ekspresi negatif pada petutur seperti marah, benci, atau cemburu.

b. Tindak pengancaman muka positif petutur yang menununjukkan rasa tidak

peduli akan perasaan dan keinginan petutur

1) Memperlihatkan ketidaksukaan penutur dengan memberikan penilaian

negatif kepada petutur, seperti mengkritik, penolakan, memberi ejekan,

dan memberikan tuduhan.

2) Memperlihatkan rasa tidak peduli terhadap muka positif petutur,

misalnya dengan membuat petutur malu, membuat petutur ketakutan,

mengujarkan hal-hal tabu, mengangkat topik yang mampu memecah

suasana, dan secara jelas menunjukkan sikap tidak ingin bekerja sama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

c. Tindak pengancaman muka negatif penutur

Mengujarkan terima kasih, menerima ujaran terima kasih serta permohonan

maaf, melakukan tindak pembelaan, menerima suatu tawaran, dan

keengganan untuk melakukan janji dan penawaran.

d. Tindak pengancaman muka positif penutur

Permintaan maaf, penerimaan pujian, mempermalukan diri, melakukan

pengakuan, dan emosi yang tidak terkendali.

Selanjutnya, strategi kesantunan dibagi ke dalam lima bagian oleh Brown

& Levinson. Kelima strategi dibuat dengan tujuan untuk mengurangi tingkat

pengancaman muka. Adapun pemaparan kelima strategi milik Brown &

Levinson sebagai berikut.

a. Strategi tanpa basa-basi (bald on record)

Strategi tanpa basa-basi adalah strategi yang dilakukan secara

lugas, dituturkan secara terus terang, dan strategi yang lebih mementingkan

pengefektifkan tuturan dibanding penyelamatan muka petutur. Strategi ini

dapat dipakai apabila memenuhi konteks tertentu. Adapun konteks yang

dimaksud yaitu, apabila sedang berada dalam situasi yang mendesak,

tindakan terjadi karena memedulikan petutur sehingga penutur berani

melakukan tindakan pengancaman muka dan terjadi karena tingkat

mengancam muka petutur dinilai kecil alias penutur memiliki kedudukan

jauh lebih tinggi dibanding petutur (1988:95-98). Contohnya sebagai

berikut.

(22) Konteks: Situasi terjadi di jalanan sepi pada saat matahari


sedang terik. Sekumpulan perampok terlihat berdiri di
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

pinggir jalan. Pada saat berdiri, beberapa perampok melihat


seorang ibu membawa tas mewah dan seketika para
perampok mengejar ibu tersebut. Si ibu berteriak dengan
kencang dan kemudian didengar salah seorang pemuda yang
sedang berjalan santai di taman dekat jalan. Si pemuda
berteriak menyuruh si Ibu bersembunyi, sedangkan si
pemuda bergegas melawan sekumpulan perampok.

Pemuda: “Sembunyi!”

b. Strategi kesantunan positif (positive politeness)

Strategi kesantunan positif adalah strategi yang berorientasi untuk

menyelamatkan muka positif petutur. Petutur dalam strategi ini akan

diperlakukan sebagai bagian dari suatu kelompok yang sama, sebagai

seorang teman yang memiliki hubungan baik, dan sebagai seseorang yang

disukai baik keinginan atau kepribadiannya oleh penutur (1988:70). Strategi

kesantunan positif memiliki 15 macam substrategi. Adapun kelima belas

substrategi tersebut sebagai berikut.

1) Strategi memperhatikan minat, keinginan, kebutuhan, atau segala

sesuatu yang dimiliki petutur (notice, attend to H (his interests, wants,

needs, goods))

Strategi ini dilaksanakan oleh penutur dengan memperhatikan

segala aspek yang berkaitan dengan kondisi petutur, seperti perubahan

yang terjadi pada diri petutur, sesuatu hal yang dimilikinya, atau segala

hal yang terlihat diinginkan oleh petutur dari penutur. Contohnya

sebagai berikut

(23) Konteks : Interaksi berlangsung seusai ujian didalam


kelas. Reni memperhatikan Sinta duduk terdiam sambil
melamun di pojok kelas, Reni lalu menghampirinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Reni : “Kamu terlihat cemas setelah mengerjakan ujian


siang tadi. Bagaimana jika kita bersenang-senang nanti
malam?”

2) Strategi melebih-lebihkan kepentingan, persetujuan, dan rasa simpati

terhadap petutur (exaggerate (interest, approval, sympathy with H))

Strategi ini dilakukan dengan cara melebih-lebihkan intonasi

atau pemberian tekanan saat melakukan tuturan. Penutur melakukan hal

tersebut untuk menunjukkan rasa ketertarikan atau simpati yang sangat

mendalam kepada petutur. Berikut contoh tuturan yang tergolong

strategi melebih-lebihkan.

(24) Konteks : Interaksi berlangsung antara Sinta dan Andi


pada acara seminar karya. Andi memiliki kesempatan
pertama untuk memaparkan karyanya. Seusai Andi
selesai presentasi, Sinta tiba-tiba menghampiri Andi
sambil memuji penampilannya.

Sinta : “Penampilanmu tadi menawan sekali. Seperti


seorang profesor jenius!

3) Strategi meningkatkan intensi ketertarikan terhadap petutur (intensify

interest to H)

Strategi ini dilakukan oleh penutur untuk meningkatkan rasa

ketertarikannya terhadap petutur, misalnya dengan membahas suatu

cerita yang menarik, menceritakan ekspresi seseorang, atau melebih-

lebihkan fakta agar mampu menarik perhatian petutur. Berikut contoh

tuturan yang tergolong strategi meningkatkan intensi ketertarikan.

(25) Konteks : Interaksi berlangsung di halaman rumah Rita.


Interaksi terjadi di antara Rita dan 2 teman
perempuannya. Rita memulai obrolan dengan membahas
pengalaman pribadinya yang menyeramkan. Saat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

bercerita, Rita tidak langsung ke intinya namun membuat


dua temannya yang lain ikut berpikir dan penasaran.

Rita : “Bulan lalu aku tidak sengaja memasuki sebuah


lorong tersembunyi dekat rumah nenekku di kampung.
Coba tebak, apa yang aku lihat?

4) Strategi 4: Menggunakan penanda identitas kelompok (use in-group

identity markers.)

Strategi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa petutur juga

merupakan bagian dari kelompok yang sama dengan penutur. Cara

yang dipakai untuk menunjukkan hal tersebut adalah dengan

penggunaan bentuk sapaan, penggunaan jargon, dialek, dan elipsis

ketika melakukan tuturan. Berikut contoh tuturan yang tergolong

strategi menggunakan penanda identitas kelompok.

(26) Konteks :Tuturan terjadi saat jam makan siang kantor.


Dua karyawan saling mengobrol dan salah satunya tiba-
tiba bertanya mengenai makanan yang kira-kira cocok
dimakan saat makan siang.

A: “Sekarang enaknya makan apa, ya, Bro?”

5) Strategi mencari atau menunjukkan kecocokan (seek agreement)

Strategi ini dilakukan penutur dengan menekankan

persetujuannya pada petutur dengan membahas suatu tema yang umum.

Oleh karena itu, penutur membuat topik yang mungkin disetujui oleh

petutur. Selain itu, penutur dapat menunjukkan kecocokan dengan

mengulang sebagian atau keseluruhan tuturan petutur. Berikut contoh

tuturan yang tergolong strategi mencari atau menunjukkan kecocokan.

(27) Konteks : Interaksi terjadi di dalam rumah si A. Saat itu,


suasana dingin sekali, karena sedang turun hujan. A
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

mengusulkan dan meminta pendapat kepada B terkait


makanan berkuah yang menurutnya cocok dimakan saat
hawa dingin. Lalu, B menyatakan kesependapatannya
terhadap usul A untuk makan-makanan yang berkuah.

A: “Pada musim hujan begini, makan sesuatu yang


berkuah panas sepertinya enak, ya?”
B: “Iya, musim hujan begini memang enaknya makan-
makanan yang berkuah panas.”

6) Strategi menghindari ketidaksepakatan (avoid disagreement)

Strategi ini dilakukan penutur untuk menghindari kejelasan

sikap bahwa penutur tidak setuju akan sesuatu. Cara yang ditempuh

untuk menghindari ketidaksepakatan dapat dilakukan dengan

mengiyakan dan diikuti kata tapi, dapat pula dilakukan dengan

melakukan kebohongan untuk melindungi muka positif petutur, dan

atau dapat dilakukan dengan memakai opini berpagar. Berikut contoh

tuturan yang tergolong strategi menghindari ketidaksepakatan.

(28) Konteks :Interaksi berlangsung di dalam kantin. Edo


bertanya kepada Dodi mengenai salah satu perempuan
cantik di kelasnya. Dodi berpendapat bahwa salah satu
perempuan tersebut memang cantik namun Dodi juga
memiliki pendapat lain. Dodi sebenarnya terlihat tidak
sependapat, namun Dodi mengutarakan isi hatinya tidak
secara tegas dan tidak terlalu menunjukkan kalau ia
kurang sependapat.

Dodi : “Ya, dia cantik, tapi menurutku dia cenderung


manis.”

7) Strategi meningkatkan kesamaan antara penutur dan petutur

(presuppose/raise/assert common ground)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Strategi ini dapat dilakukan penutur dengan memberikan

empati yang dimilikinya kepada petutur. Berikut contoh tuturan yang

tergolong strategi meningkatkan kesamaan antara penutur dan petutur.

(29) Konteks :Interaksi terjadi antara seorang kakak dan


adik di sebuah rumah sakit. Si adik sudah dirawat
beberapa hari dan ia menyatakan tidak nyaman berbaring
di rumah sakit. Sang kakak yang mendengar ujaran
adiknya langsung merasa iba dan memberikan empati
seolah-olah ikut merasakan apa yang dialami adiknya.

Adik: “Berbaring di sini sungguh tidak nyaman, Kak.”


Kakak: “Iya, benar, Dik. Kakak tahu kok, rasanya
memang tidak nyaman.”

8) Strategi berkelakar (joke)

Strategi ini dapat dimunculkan apabila antara petutur dan

penutur didasari pengetahuan yang sama. Bentuk strategi ini adalah

senda gurau. Beberapa faktor kemunculan senda gurau adalah ketika

terdapat kesalahan dari petutur atau dapat juga digunakan ketika

meminta suatu hal. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi

berkelakar.

(30) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B yang


keduanya adalah sahabat karib. Sepulang kerja, A
bertemu B di jalan. Rumah A tidak ada orang karena
istrinya sedang pergi bersama teman-temannya. A lalu
meminta untuk diajak mampir ke rumah si B. A
mengetahui kalau rumah B sangatlah besar, lalu A
membuat senda gurau seolah merendahkan rumah B.

A : “Aku mau dong mampir ke gubuk tuamu. Itu yang


kecil itu lo, masa tidak boleh?” (sambil tersenyum)

9) Strategi membuat anggapan bahwa penutur memahami keinginan

petutur (assert/presuppse S’s knowledge of and concern for H’s wants)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Strategi ini dibuat untuk mempersepsikan bahwa penutur

memahami keinginan petutur dengan ditunjukkan melalui pengetahuan

dan kerja sama baik antara penutur dan petutur. Berikut contoh tuturan

yang memuat strategi ini.

(31) Konteks: Interaksi terjadi di kampus pada jam istirahat.


Dina meyakinkan Anggun teman sebangkunya yang
tidak suka menonton film komedi agar mau diajak
menonton dengan ujaran yang seolah-olah Dina sangat
memahami karakter si Anggun.

Dina : “Aku tahu kamu tidak suka menonton film


komedi, tapi percayalah film yang satu ini akan
membuatmu terkejut karena sangat berbeda dengan film
komedi yang pernah ada. Aku jamin kamu akan
menyukai film ini!”

10) Strategi menawarkan, janji (offer, promise)

Strategi ini berorientasi pada penutur yang memilih bekerja

sama melalui menawarkan atau berjanji terhadap petutur akan suatu hal

tertentu. Strategi ini dipakai sebagai upaya penyelamatan muka petutur.

Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(32) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B si dua


teman yang bertemu saat reuni sekolah. Setelah reuni
usai, A mampir ke rumah B untuk melanjutkan
perbincangan sambil bernostalgia ketika sekolah. Saat
mengobrol, telepon A tiba-tiba berdering dan A diminta
untuk segera pulang oleh kakaknya. A berpamitan
dengan B sambil menyatakan janji kepada B.

A: “Saya akan mampir ke tempat tinggalmu lagi minggu


depan.”

11) Strategi bersikap optimis (be optimistic)

Strategi ini dilaksanakan dengan keoptimisan penuh bahwa

apa yang diinginkan penutur juga sama-sama diinginkan oleh petutur,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

begitu juga sebaliknya. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi

ini.

(33) Konteks :Interaksi terjadi antara A dan B, siswa SMA


pada salah satu sekolah di Jakarta. A sudah terbiasa
meminjamkan buku catatannya untuk disalin oleh B.
Begitu juga sebaliknya, jika B yang tertinggal maka A
yang akan meminjamkan buku catatannya untuk B. B
sudah beberapa hari tidak masuk sekolah karena sakit.
Saat sudah sembuh, B menghampiri rumah A dengan
optimis untuk meminjam buku catatan.

B : “Kamu pasti akan meminjamiku buku catatan yang


kamu punya kepadaku.”

12) Strategi melibatkan penutur dan petutur dalam suatu kegiatan (include

both S and H in the activity)

Strategi ini dilaksanakan oleh penutur dengan cara melibatkan

petutur dalam segala kegiatan agar terjadi suatu kesatuan antara penutur

dan petutur. Keterlibatan yang dilakukan ditandai oleh penggunaan kata

kita pada saat tuturan diujarkan. Berikut contoh tuturan yang memuat

strategi ini.

(34) Konteks :Interaksi terjadi di dalam kelas. A salah satu


mahasiswa mengajak B untuk ikut menonton film
bersamanya.
A : “Mari kita menonton film itu bersama!”

13) Strategi memberi atau meminta alasan (give or ask for reasons)

Strategi ini terjadi ketika petutur melakukan atau tidak

melakukan sesuatu sehingga penutur dapat menanyakan atau

mengkritik petutur. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(35) Konteks :Interaksi berlangsung di halaman rumah A.


A mengajak teman-temannya untuk bermain lompat tali
bersama di rumahnya. Semua teman-teman A ikut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

bermain namun si C hanya berdiam diri dan tidak ikut


bermain. A bingung dan menanyakan alasan tidak ikut
kepada si C.
A : “Mengapa kamu tidak ikut bermain?”

14) Strategi 14: menyatakan pertukaran atau hal yang bersifat timbal balik

(assume/assert reciprocity)

Strategi ini dilaksanakan oleh penutur dan petutur dengan sifat

kooperasi alias kerja sama. Kerja sama yang terjalin di antara penutur

dan petutur dapat memunculkan kewajiban timbal balik atau utang

budi. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(36) Konteks :Interaksi berlangsung antara seorang ibu dan


anak. Si anak ingin bermain petak umpet bersama teman-
temannya, sang ibu memperbolehkan keinginan anaknya
tersebut asal sang anak juga memenuhi syarat yang
diberikan oleh si Ibu.
Ibu : “Ibu mengizinkan kamu bermain nanti, asal kamu
menyelesaikan tugasmu dahulu.

15) Strategi memberi suatu barang, simpati, pengertian, atau kooperasi

kepada petutur (give gifts to H (goods, sympathy, understanding,

cooperation)

Strategi ini dilaksanakan oleh penutur untuk memberikan

hadiah kepada petutur. Hadiah yang dimaksud adalah pemenuhan muka

positif petutur melalui tuturan simpati atau keinginan yang disukainya.

Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(37) Konteks :Interaksi berlangsung antara Deni dan


Rangga di tempat kerja. Rangga usai terkena musibah,
rumah keluarganya terbakar. Deni sebagai seorang
teman mencoba memahami situasi yang dihadapi oleh
Rangga.
Deni : “Aku paham apa yang kamu hadapi sekarang,
kamu yang sabar, ya.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

c. Strategi kesantunan negatif (negative politeness)

Strategi kesantunan negatif dipakai dalam rangka memberi

perlindungan atau penyelamatan muka negatif petutur (1988:129). Strategi

kesantunan negatif terdiri dari

1) Strategi menggunakan tuturan tidak langsung (be conventionally

indirect)

Strategi ini dilakukan melalui penggunaan frasa atau kalimat

yang konteksnya jelas dan tidak ambigu. Berikut contoh tuturan yang

memuat strategi ini.

(38) Konteks :Interaksi berlangsung antara Tono dan Toni


ketika akan melaksanakan ujian. Tono lupa membawa
pensil dan ia melihat Toni yang sedang sibuk meraut
banyak pensil. Tono kemudian berusaha meminjam
pensil yang sudah diraut Toni.
Tono : “Jika boleh, bisakah kamu meminjamiku pensil
yang sudah kamu raut?”
Atau tuturan yang agak santun, seperti : “Pinjami aku
pensilmu itu.”

2) Strategi menggunakan bentuk berpagar (question, hedge)

Strategi ini digunakan untuk bertanya, memerintah, atau

menyatakan sesuatu. Tuturan berpagar memiliki bentuk, antara lain

berupa kata sebaiknya, silakan, tolong, maaf, mungkin, dan sebagainya.

Strategi berpagar dinilai dapat menghaluskan tuturan meski tidak

menguntungkan bagi penutur. Berikut contoh tuturan yang memuat

strategi ini.

(39) Konteks :Interaksi berlangsung di sekolah. Bu Dina


tidak sengaja melihat Andi jajan di kantin saat jam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

pelajaran. Bu Dina memanggil dan menyuruh Andi


untuk menghampirinya.
Bu Dina : “Tolong kemari sebentar!”

3) Strategi bersikap pesimis (be pessimistic)

Strategi ini dilakukan untuk mengungkapkan keraguan kepada

petutur terkait suatu hal yang diminta oleh penutur. Berikut contoh

tuturan yang memuat strategi ini.

(40) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B yang


sedang mengobrol di teras rumah. A bercerita terkait
kesulitan yang sedang dihadapi keluarganya. Lalu, A
meminta bantuan B, namun B masih sedikit ragu.
B : “Aku tidak yakin apakah aku bisa membantumu.”

4) Strategi mengurangi imposisi terhadap petutur (minimize the imposition)

Strategi ini dilakukan untuk mengurangi bentuk imperatif

kepada petutur secara langsung. Strategi ini ditandai dengan

penggunaan kata hanya ketika bertutur. Berikut contoh tuturan yang

memuat strategi ini.

(41) Konteks :Interaksi berlangsung antara Sinta dan Doni.


Sinta sempat tidak masuk sekolah beberapa hari. Sinta
tertinggal banyak dalam hal catatan fisika. Lalu, Sinta
meminjam catatan Doni yang merupakan murid paling
pintar di kelas.
Sinta : “ Aku hanya ingin bertanya sebentar, apakah aku
boleh meminjam catatanmu kemarin?

5) Strategi menunjukkan rasa hormat kepada petutur (give deference)

Strategi ini dilakukan oleh penutur dengan memberi

penghormatan atau bersikap sangat ramah kepada petutur.

Penghormatan dan keramahan yang diberikan bisa saja sampai


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

merendahkan diri penutur. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi

ini.

(42) Konteks :Interaksi berlangsung antara asisten dan


majikannya. Asisten ingin menutup pintu karena banyak
debu masuk. Sebelum menutup, asisten bertanya kepada
majikannya terlebih dahulu karena sang majikan sedang
duduk di dekat sofa.
Asisten : “Permisi, Madam, apakah Anda keberatan jika
pintu ini saya tutup?”

6) Strategi pemakaian pernyataan maaf (apologize)

Strategi ini dilakukan oleh penutur dengan meminta maaf atas

tindak pengancaman muka yang dilakukannya agar muka petutur

terselamatkan. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(43) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B. A


adalah seorang pembawa acara dan B adalah seorang
narasumber. A menyuruh B menjelaskan sesuatu dengan
tuturan yang kurang sopan. B pun menjelaskan. Seusai B
menjelaskan, A langsung meminta maaf atas tuturannya
tadi yang dinilai kurang sopan.
A : “Mohon maaf, ya, suasananya jadi kurang enak
karena perkataan saya tadi.”

7) Strategi impersonalisa penutur dengan petutur (impersonalize S and H)

Strategi ini dilakukan dengan menghindari penggunaan kata

penutur, petutur, aku, dan pengunaan kata kamu agar tidak mengancam

muka petutur. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(44) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B di


supermarket. A melihat B membawa buku milik C yang
sudah dipinjam B selama dua minggu. A
memperingatkan B untuk segera mengembalikan buku
tersebut.
A : “Buku ini harusnya segera dikembalikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

8) Strategi menyatakan FTA sebagai hal yang umum (state the FTA as a

general rule)

Strategi ini dilakukan penutur sebagai suatu aturan sosial yang

bersifat umum. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(45) Konteks: Interaksi berlangsung ketika makan siang di


acara seminar. Pembawa acara memperingatkan peserta
untuk makan dengan tertib dan tidak sambil berbicara.
Pembawa acara: “Mohon tidak makan sambil
berbicara.”

9) Strategi nominalisasi (nominalize)

Strategi ini dilakukan dengan pernyataan yang terkait

keformalan. Semakin formal tuturan yang dipakai maka dinilai semakin

santunlah tuturan tersebut. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi

ini.

(46) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B yang


keduanya adalah kolega bisnis. A selalu menolong B
ketika bisnis B mengalami ujian dan terpuruk, begitu
juga sebaliknya. Suatu ketika, B meminta tolong kepada
A, tetapi A tidak bisa membantu hingga menyebabkan
bisnis B bangkrut. A kemudian menemui B dan mengaku
sangat menyesal dengan keputusannya dahulu.
A : “Saya sangat menyesal karena belum mampu
menolong Anda saat itu.”

10) Strategi menyatakan berutang kepada petutur (go on record as

incurring a debt or as not indebting H)

Strategi ini dilakukan dengan pengungkapan utang budinya

penutur terhadap petutur baik secara eksplisit atau dengan

penyangkalan. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

(47) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B di


bandara. A adalah orang yang baru dikenal B selama di
Jakarta, tetapi A sudah banyak membantu B. Sebelum B
pulang ke kampungnya, B menyatakan senang dan
merasa banyak berutang kepada A.
A : “Aku tidak akan pernah bisa melupakan segala
kebaikan yang telah kamu berikan.”

d. Strategi samar-samar (off record)

Strategi samar-samar adalah strategi yang digunakan secara

ambigu ketika menyatakan tindak pengancaman muka. Strategi ini

memanfaatkan bentuk tuturan tidak langsung ketika bertutur. Strategi

ini dibuat agar petutur menafsirkan sendiri tuturan yang telah diujarkan

oleh penutur, karena penutur tidak ingin mengambil risiko atas TPM

yang telah dilakukan (1988:211). Adapun lima belas strategi samar-

samar sebagai berikut.

1) Strategi memberi isyarat (give hints)

Strategi ini dilakukan dengan memberi isyarat secara tidak

langsung atau tidak terus terang sehingga petutur perlu menafsirkannya

sendiri. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(48) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B. A


adalah seorang tamu yang datang ke rumah B. Cuaca saat
A datang suasana masih sejuk namun ketika A duduk, A
merasa suasana berubah menjadi panas. Lalu, A meminta
pada tuan rumah untuk menghidupkan kipas, tetapi tidak
diutarakan secara langsung.
A : “Aduh panas sekali, ya, di sini.” (memberi isyarat
agar menghidupkan kipas)

2) Strategi memberi petunjuk (give association clues)

Strategi ini dilakukan penutur dengan memberikan petunjuk

kepada petutur agar melakukan suatu tindakan. Petunjuk yang


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

dituturkan adalah hal yang sudah menjadi pengetahuan bersama atau

terlepas di luar pengalaman keduanya. Berikut contoh tuturan yang

memuat strategi ini.

(49) Konteks :Interaksi berlangsung antara A dan B. A dan


B adalah sahabat karib. A ingin pergi liburan ketika hari
minggu, tetapi keluarganya sibuk. A ingin B
menemaninya, lalu A menyampaikankepada B secara
tidak langsung karena A yakin B pasti tahu.
A : “Besok aku ingin pergi, tapi keluargaku sedang sibuk
sehingga tidak ada yang bisa menemaniku (minta
ditemani).”

3) Strategi memakai presuposisi (presuppose)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

mengemukakan tuturan yang sudah pernah terjadi dan sepenuhnya

sesuai dengan konteks, namun terbatas pada tingkat anggapan. Berikut

contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(50) Konteks :Interaksi terjadi antara Bu Guru dan Siska.


Siska adalah anak yang sering lupa mengerjakan tugas.
Pada suatu ketika, Bu Dina selaku Bu Guru berkeliling
untuk mengecek tugas anak-anak. Bu Dina menghampiri
meja Siska dan melihat buku tugas Siska yang masih
kosong. Bu Diana geram karena Siska tidak mengerjakan
tugas lagi setelah kemarin juga lupa mengerjakan.
Bu Dina : “Siska tidak mengerjakan tugas lagi hmm.”

4) Strategi memakai ungkapan yang lebih halus (understate)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

pemakaian tuturan yang jauh lebih halus dibanding keadaan aslinya.

Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(51) Konteks :Interaksi terjadi di kantin sekolah. Budi dan


Dodi sibuk makan sambil mengobrol, tiba-tiba salah
seorang anak perempuan tomboi lewat di depan mereka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

berdua. Dodi memberi sedikit komentarnya sambil


melanjutkan obrolan dengan Budi.
Dodi : “Dia lumayan cantik jika dia sedikit anggun.”

5) Strategi mengungkapkan tuturan yang berlebihan (overstate)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

melebih-lebihkan tuturan dari keadaan aslinya. Berikut contoh tuturan

yang memuat strategi ini.

(52) Konteks :Interaksi terjadi antara seorang ibu dan anak


perempuannya. Sang ibu mencuci baju, tetapi tidak
kunjung bersih. Lalu, ketika anak perempuannya lewat
di samping sang ibu. Seketika itu, sang ibu langsung
mencurahkan isi hatinya dengan ujaran yang hiperbola.
Ibu : “Baju ini masih saja kotor meski sudah kucuci
beribu kali.”

6) Strategi menggunakan tautologi (use tautologies)

Strategi ini dilakukan dengan mengulangi tuturan untuk

mengungkapkan suatu kebenaran. Berikut contoh tuturan yang memuat

strategi ini.

(53) Konteks :Tuturan terjadi di kantor. A adalah teman


kantor B yang pernah berjanji untuk membantu B, baik
dalam keadaan susah maupun senang. Suatu ketika, B
mengalami kesulitan yang membutuhkan biaya besar, B
meminta tolong kepada A, tetapi A tidak mau. Lalu, B
mengingatkan janji yang dahulu diucapkan oleh A.
B : “Janji tetaplah janji.” (jangan suka mengingkari)

7) Strategi menggunakan kontradiksi (use contradictions)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

menyampaikan dua hal yang kontradiktif tanpa mengungkap kebenaran

di balik apa yang telah dituturkan. Berikut contoh tuturan yang memuat

strategi ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

(54) Konteks :Interaksi terjadi di toko baju. Lani dan Fitri


sedang melihat-lihat baju, seketika Lani meminta
pendapat Fitri terkait salah satu baju yang berada di
pojok toko.
Lani : “Apakah kamu suka baju itu?”
Fitri : “Biasa saja.” (antara suka dan tidak suka)

8) Strategi pemakaian ironi (be ironic)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

menuturkan kebalikan dari kenyataan yang sebenarnya. Berikut contoh

tuturan yang memuat strategi ini.

(55) Konteks :Tuturan terjadi pukul 12.00 setelah salah


satu mata kuliah usai. Dosen memberi Rani tugas yang
cukup banyak. Rani menghela napas panjang di depan
teman-temannya sambil tersenyum dan menuturkan
tuturan yang berkebalikan dengan keadaan sebenarnya.
Rani : “Siang ini luar biasa banget.”

9) Strategi Penggunaan metafora (use metaphor)

Strategi ini dilakukan penutur dengan cara mengungkapkan

metafora untuk menyembunyikan makna yang sebenarnya. Berikut

contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(56) Konteks : Tuturan dituturkan oleh Sinta kepada Sasa.


Sinta dan Sasa adalah kakak-adik. Sinta melihat Sasa
sangat patuh dan baik hati terhadap teman-temannya.
Saat berada di kamar, Sinta berkata secara tidak langsung
kepada Sasa seolah memujinya.
Sinta : “Sikapmu bak Cinderella.”

10) Strategi menggunakan pertanyaan retoris (use rhetorical questions)

Strategi ini dilakukan oleh penutur melalui pertanyaan retorik

tanpa menginginkan jawaban apa pun dari petutur. Berikut contoh

tuturan yang memuat strategi ini.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

(57) Konteks :Tuturan dituturkan oleh A terhadap B. A


membantu B dari pagi hingga petang untuk mencarikan
rumah untuk B. Setelah mendapat rumah, B berusaha
melakukan negosiasi dengan penjual sampai diperoleh
kesepakatan. Lalu, A bertutur terkait hal apa lagi yang
harus ia lakukan untuk B.
A : “Apa lagi yang harus kulakukan?” (diujarkan ketika
telah melakukan banyak hal)

11) Strategi menggunakan ungkapan ambigu (be ambiguous)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

mengujarkan tuturan ambigu yang bermakna ganda. Berikut contoh

tuturan yang memuat strategi ini.

(58) Konteks :Tuturan dilakukan oleh seorang ayah dan


anak. Sang istri sedang arisan dan anaknya yang lain
masih belum pulang kerja, kondisi rumah sangat sepi
karena hanya tersisa ayah dan si bungsu laki-laki saja.
Sang ayah menyatakan pernyataan ambigu karena
bingung akan pergi keluar juga atau tetap di rumah
menemani si bungsu yang sendirian.
Ayah : “Aku ingin keluar, tapi aku ingin di rumah saja.”

12) Strategi menggunakan ungkapan samar-samar (be vague)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

menuturkan ujaran yang bersifat tidak jelas maksud dan untuk siapa

tuturan tersebut diajukan. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi

ini.

(59) Konteks :Interaksi terjadi antara A dan B. A dan B


adalah teman akrab, suatu ketika kondisi hati A sedang
buruk karena mendapat berbagai tekanan dari keluarga
dan pekerjaan. Sepulang kerja, A bertemu dengan B. B
membahas topik yang sangat sensitif dan tidak sengaja
melontarkan kata kurang sopan. Lalu, A tidak enak hati
dan menuturkan tuturan menyindir yang dituturkan
secara tidak jelas.
A : “Seseorang baru saja menghinaku.”
(petuturlah yang baru saja menghinanya)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

13) Strategi memakai generalisasi yang berlebihan (overgeneralize)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

menuturkan sesuatu hal yang bersifat umum atau suatu aturan yang

dinilai umum. Berikut contoh tuturan yang memuat strategi ini.

(60) Konteks :Tuturan dilakukan oleh ayah kepada anak


laki-lakinya. Anak tersebut bernama Edo. Edo tidak
sengaja menendang bola hingga memecahkan pot bunga
milik tetangga, tetapi setelah memecahkan Edo langsung
kabur. Tetangga tersebut melaporkan kejadian tersebut
kepada ayah si Edo. Kemudian, Edo diberi nasihat untuk
bertanggung jawab.
Ayah Edo : “Anak laki-laki harus bertanggung jawab.”

14) Strategi tidak mengacu kepada petutur secara langsung (displace H)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan tidak

menyebutkan target sebenarnya atau digantikan agar petutur merasa

tidak terancam secara langsung. Berikut contoh tuturan yang memuat

strategi ini.

(61) Konteks :Interaksi berlangsung di dalam rumah.


Tuturan diujarkan oleh seorang bapak kepada anaknya
yang sedang menunggu sarapan yang masih dibuat oleh
ibunya. Sarapan yang dibuat oleh ibu sangat lama
mengakibatkan sang bapak menyindir dengan halus.
Tuturan diujarkan secara tidak langsung.
Bapak : “Nak, sudah pukul berapa sekarang?”

15) Strategi menggunakan ungkapan yang tidak lengkap atau pemakaian

elipsis (be incomplete, use ellipsis)

Strategi ini dilakukan penutur terhadap petutur dengan

menuturkan suatu hal secara tidak lengkap atau menggantung. Berikut

contoh tuturan yang memuat strategi ini.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

(62) Konteks :Interaksi berlangsung di sekolah. Tuturan


diujarkan oleh A kepada B, keduanya adalah teman
sebangku. B sering terlambat dan tidak masuk sekolah.
A mencemaskan B, karena B terancam tidak naik kelas.
A berusaha memperingatkan B, tetapi A tidak tega
sehingga tuturan yang muncul dibuat menggantung.
A : “Kalau kamu tidak masuk lagi.”

e. Strategi jangan lakukan TPM (don’t do FTA)

Strategi jangan lakukan TPM adalah strategi yang dilakukan ketika

ancaman muka petutur sangat tinggi. Strategi ini dilakukan dengan diam

atau bertutur di dalam hati untuk menghindari ketidakharmonisan di antara

petutur atau penutur (1988:72).

7. Variabel Sosiologis Penentu Kesantunan

Brown & Levinson memaparkan tiga variabel sosiologis penentu

kesantunan. Ketiga variabel itu ialah faktor jarak sosial, faktor kekuasaan,

dan faktor tingkat tutur dalam suatu budaya (1988:74). Faktor jarak sosial

antara penutur dan petutur atau the sosial distance between speaker and

hearer berkaitan dengan hubungan simetri atau hubungan keakraban antara

penutur dan petutur (1988:76-77). Selanjutnya, faktor tingkat kekuasaan

antara penutur dan petutur atau the relative power between speaker and

hearer berkaitan dengan perbedaan tingkat kekuasaan yang dimiliki antara

penutur dan petutur (1988:76-78). Terakhir, faktor tingkat tutur dalam

budaya masyarakat pemakai atau the absolut ranking of impositions in the

particular culture. Variabel ini berkaitan dengan tindak tutur pada budaya

dan situasi tertentu yang dinilai tidak terlalu mengancam muka (1988:77).

Dari teori tersebut dapat diketahui bahwa kesantunan yang dimunculkan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

seseorang banyak sedikitnya dipengaruhi oleh jarak kedekatan, kedudukan,

dan budaya setempat. Seseorang yang memiliki kedudukan setara namun

tingkat kekrabannya berbeda pasti cara bertuturnya berbeda. Seseorang

yang memiliki jarak kedekatan yang erat atau sudah akrab tuturan yang

dipakai cenderung kurang santun dibanding seseorang yang belum kenal

sama sekali.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah uraian cara kerja yang mengonstruksikan pola dan

proses analisis masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini berporos pada fenomena

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan seputar pandemi obrolan Live Corona

Update kanal YouTube Kumparan. Data yang terdapat dalam penelitian ini

mencakup tuturan narasumber dan pembawa acara berjenis kelamin perempuan

yang berbeda profesi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan realisasi

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan seputar pandemi yang terdapat dalam

obrolan Live Corona Update kanal YouTube Kumparan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur direktif

Searle dan strategi kesantunan Brown & Levinson. Adapun data dalam penelitian

ini dikumpulkan dengan metode simak, lalu diikuti teknik simak bebas libat cakap

dan teknik catat. Setelah dikumpulkan, data dianalisis menggunakan metode

analisis kontekstual. Hasil analisis yang diperoleh berupa realisasi tindak tutur

direktif dan strategi kesantunan pada obrolan Live Corona Update kanal YouTube
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Kumparan. Berikut adalah bagan kerangka pikir yang memuat pola rancangan

penelitian ini.

Bagan 2.1 Kerangka Pikir


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Tindak Tutur Direktif dan


Strategi Kesantunan Pada
Obrolan Live Corona
Update Kanal Youtube
Kumparan

Sumber Data: Obrolan


Live Corona Update
Masalah
Kanal Youtube
Penelitian
Kumparan Pendekatan
Pragmatik
Tujuan
Data: Tuturan narasumber Penelitian
dan pembawa acara yang
berjenis kelamin
perempuan serta berbeda Mendeskripsikan
profesi Realisasi Tindak Tutur
Tindak Tutur
Direktif Seputar
, Pandemi dalam Live Direktif Searle
Corona Update Kanal
Pengumpulan Data: Youtube Kumparan
Metode Simak dengan
Teknik Simak Bebas
Libat Cakap dan Catat Mendeskripsikan
Penggunaan Strategi Strategi
Kesantunan Seputar Pandemi Kesantunan
dalam Live Corona Update Brown &
Analisis Data: Metode Levinson
Analisis Kontekstual Kanal Youtube Kumparan

Hasil Analisis Data: Realisasi


Tindak Tutur Direktif dan
Strategi Kesantunan Seputar
Pandemi dalam Live Corona
Update Kanal Youtube
Kumparan

Anda mungkin juga menyukai