Anda di halaman 1dari 8

JERE 5 (1) (2016)

Journal of Educational Research and Evaluation


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN SIKAP SISWA


TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA ISLAM

Muh Haris Burhanuddinsyah, Wahyu Lestari, Zaim Elmubarok

Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis instrumen faktual terkait pengukuran sikap siswa
Diterima 25 Maret 2016 terhadap radikalisme atas nama agama Islam, (2) Mengembangkan instrumen hipotetik
Disetujui 19 Juni 2016 pengukuran sikap siswa terhadap radikalisme atas nama agama Islam berbasis, (3) Menghasilkan
Dipublikasikan 15 instrumen akhir berupa buku panduan bagi guru untuk mengukur sikap siswa terhadap radikalisme
Agustus 2016 atas nama agama Islam. yang valid secara isi, valid secara konstruk, reliabel, dan praktis. Metode
________________ penelitian adalah mixed methode dengan desain R&D. desain pengembangan instrumen terdiri atas
Keywords: 12 langkah yang terbagi dalam 4 tahap. Teknik pengumpul data menggunakan wawancara, studi
Pengembangan Instrumen, dokumen, expert judgement, dan kuesioner. Instrumen pengumpul data menggunakan pedoman
Pengukuran Sikap, wawancara, daftar cek, lembar penilaian ahli, dan angket. Validasi isi diuji dengan teknik expert
Radikalisme Agama Islam judgement dan analisis item, validitas konstruk diuji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA),
____________________ reliabilitas diuji dengan koefisien Alpha Cronbach. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Jepara. Hasil
validasi ahli menghasilkan kesepakatan ahli bahwa instrumen dinyatakan valid. Butir instrumen
hipotetik adalah 60 butir. Hasil uji coba I diperoleh 48 butir valid dan 12 butir tidak valid. Hasil uji
coba II diuji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan analisis korelasi item menghasilkan 44
butir valid. Hasil uji kepraktisan diperoleh skor 21,7 yang masuk pada kriteria sangat praktis.
Simpulan hasil penelitian, instrumen pengukuran sikap siswa terhadap radikalisme atas nama
agama Islam terdiri atas 44 butir valid dari segi isi, valid dari segi konstruk, reliable, dan praktis,
yang dikemas dalam bentuk buku panduan guru untuk mengukur sikap siswa terhadap radikalisme
atas nama agama Islam.

Abstrac
_____________________________________________________________
The purpose of this research are to (1) analyze factual instruments related attitude measurement student
towards Islamic radicalism, (2) Develop the instrument hipotetik of the measurement of student`s attitude
toward the islamic radicalism, (3) produces a final instrument in the form of handbooks for teachers to measure
the attitude of students towards islamic radicalism.. The research method is the mixed method design with
R&D. design development instrument consists of 12 steps that are divided into 4 stages. The technique of
collecting data using interviews, document studies, expert judgement, and questionnaires. Instrument collecting
data using the guidelines check list, interview, expert assessment sheets, and question form. Validation of the
content tested by expert judgement and analysis of the item, the validity of invalid constructs were tested by
Confirmatory Factor Analysis (CFA), reliability, tested with Cronbach Alpha coefficient. The research was
carried out in MAN 1 Jepara. The results of validation experts produce a deal experts that the instrument was
declared valid. Item of hipotetik instrument is 60 item. Trial results I obtained 48 item valid. Trial results II
tested by Confirmatory Factor Analysis (CFA) and item correlation analysis yielded 44item. Practicability test
results obtained score 21.7 that goes on very practical criteria. A summary of research results, the measurement
instrument attitude of students towards islamic radicalism consists of 44 utem valid in terms of content,
constructs validity, reliable, and practical, were cast in a teacher's Guidebook to measure the attitude of
students towards islamic radicalism.
© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: P-ISSN 2252-6420
Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237
E-ISSN 2503-1732
E-mail: haris.burhansyah@gmail.com

64
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN pendidikan agama yang dikuasai oleh kelompok


– kelompok radikal. Penyebaran juga melalui
Radikalisme atas nama agama Islam media cetak seperti majalah, buletin, atau
merupakan paham ekstrim tentang pemahaman selebaran – selebaran, buku, dan internet
agama Islam yang dimiliki individu atau (Munip, 2012).
kelompok yang tidak puas dengan kondisi Internet menjadi pintu masuk
masyarakat yang ada, sehingga tidak sabar menyebarnya paham radikal terhadap siswa
untuk melakukan perubahan yang fundamental. yang sulit dibendung. Asumsi ini berdasarkan
Siroj (2006) menjelaskan radikalisme dalam survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
bahasa arab dianalogikan dengan syiddah ( APJII ) dan Pusat Kajian dan Komunikasi (
attanatu yang artinya keras, eksklusif, berpikiran PUSKAKOM ) Universitas Indonesia pada
sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. tahun 2014 menunjukkan bahwa pengguna
Muslim radikal adalah orang Islam yang internet terbesar di Indonesia adalah usia 18 –
berpikiran sempit, kaku dalam memahami 25 tahun sebanyak 49%, sedangkan dilihat dari
Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang jenjang pendidikan maka jenjang pendidikan
agama-agama lainnya terbesar adalah SMA sederajat sebanyak 64,7%
Radikalisme dibedakan ke dalam dua (Puskakom UI, 2015). terlebih lagi munculnya
level, yaitu level pemikiran dan level aksi atau situs-situs media sosial yang menjadi kegemaran
tindakan. Pada level pemikiran, radikalisme siswa dapat menjadi media propaganda yang
masih berupa wacana, konsep dan gagasan yang bebas dalam menyebarkan ajaran Islam radikal
masih diperbincangkan, yang intinya (Torok, 2013). Informasi – informasi dan
mendukung penggunaan cara-cara kekerasan propaganda dari kelompok – kelompok radikal
untuk mencapai tujuan. Adapun pada level aksi ini jika tidak di-filter akan mudah
atau tindakan, radikalisme bisa berada pada mempengaruhi sikap siswa.
ranah sosial-politik dan agama. Internet bukan lagi barang mewah bagi
Radikalisme pada ranah politik tampak masyarakat Indonesia. Kemajuan teknologi,
tercermin dari adanya tindakan memaksakan komunikasi global dengan melalui berbagai
pendapat dengan cara-cara yang sarana, seperti alat komunikasi, media cetak
inkonstitusional, bahkan bisa berupa tindakan maupun elektronik sudah merambah sampai
mobilisasi masa untuk kepentingan politik masyarakat lapisan bawah (Putriningtyas,
tertentu dan berujung pada konflik sosial. Lestari & Hartono, 2015). dan arus teknologi
Sedangkan dalam bidang keagamaan, menurut informasi dan komunikasi telah terbuka tanpa
Munip (2012) fenomena radikalisme atas nama batas (Rachman, 2013)
agama tercermin dari tindakan-tindakan Siswa setingkat SMA yang masih berada
destruktif-anarkis atas nama agama dari dalam proses pencarian identitas diri dan tahap
sekelompok orang terhadap kelompok pemeluk belajar mengenal banyak hal, menjadi sasaran
agama lain (eksternal) atau kelompok seagama yang paling strategis sebagai ladang doktrinasi
(internal) yang berbeda dan dianggap sesat, untuk memperkuat gerakan radikalisme
termasuk dalam tindakan radikalisme atas nama keagamaan (Fanani, 2013). Azca (2013)
agama Islam adalah aktifitas untuk memaksakan menjelaskan pula bahwa usia remaja atau
pendapat, keinginan, dan cita-cita keagamaan pemuda memiliki kecenderungan lebih kuat dan
dengan jalan kekerasan. kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam
Paham radikal mengatasnamakan agama gerakan sosial radikal dibandingkan usia lain
Islam menyebar secara sistemik melalui banyak (Scanlon, JR. & Gerber, 2014). Hal tersebut,
pintu, antara lain melalui pengkaderan antara lain, disebabkan oleh fase transisi dalam
organisasi, masjid atau lembaga – lembaga pertumbuhan usia yang dialami pemuda

65
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

membuat mereka lebih rentan mengalami krisis data dari karakteristik individu yaitu berupa
identitas (Haddad, dkk., 2015). Oleh karena itu instrumen. Instrumen memegang kunci utama
untuk mengetahui sejauh mana potensi sebagai alat yang diharapkan dapat dengan valid
masuknya paham radikal mengatasnamakan dan tepat mengukur potensi sikap radikalisme
agama Islam dalam diri siswa perlu adanya atas nama agama Islam dalam diri siswa.
sebuah pengukuran. Instrumen sebagai alat ukur harus
Poin penting dalam upaya mengantisipasi dirancang dengan baik agar hasilnya dapat
meluasnya paham radikal mengatasnamakan dipertanggungjawabkan dan konsisten (Yudha,
agama Islam adalah melalui pengukuran sikap. dkk., 2014). Syarat alat ukur yang baik yaitu
Sikap menjadi kunci penting, karena sikap valid dan reliabel yang diuji dengan uji validitas
berpengaruh terhadap adanya perasaan dan uji reliabilitas (Purwanto, 2012). Validitas
mendukung atau memihak maupun perasaan berhubungan dengan sejauh mana alat ukur
tidak mendukung atau tidak memihak pada dapat menjalankan fungsi pengukuran secara
objek tertentu (Azwar, 2013). Informasi atau tepat terhadap objek yang diukur (Azwar, 2014),
objek yang yang direspon merupakan sesuatu sedangkan reliabilitas mengacu pada
yang buruk, maka akan melahirkan respon sikap keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang
yang buruk pula. berhubungan dengan seberapa tinggi kecermatan
Elmubarok (2013) menjelaskan sikap pengukuran (Farnik, dkk, 2010).
adalah kondisi mental seseorang berupa evaluasi Model measurrement by scales dipilih
perasaan dan kecenderungan untuk bereakasi sebagai teknik untuk menyusun instrumen
terhadal suatu hal, secara sederhana ada pengukuran sikap karena merupakan model
stimulus maka ada respon. Respon dalam sikap yang paling tepat digunakan untuk mengukur
diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respon dan mengungkap karakteristik sikap seseorang
kognisi (respons perseptual dan pernyataan (Azwar, 2013). Sedangkan Madrasah Aliyah
mengenai apa yang diyakini), respon afeksi Negeri (MAN) 1 Jepara dipilih menjadi lokasi
(respons syaraf simpatetik dan pernyataan penelitian karena beberapa alasan. Pertama,
afeksi), serta respon konasi (respons berupa MAN 1 Jepara merupakan lembaga pendidikan
kecenderungan bertindak) (Boer, 2012). formal sederajat SMA yang berbasis agama
Sikap munculnya diawali dengan adanya Islam sehingga lebih memperhatikan dan
objek, informasi, atau fenomena sosial yang concern pada aktifitas keagamaan siswa. Kedua,
disebut sebagai objek sikap. Objek sikap MAN 1 Jepara sebagai lembaga pendidikan
selanjutnya direspon oleh tiga respon pembentuk formal sederajat SMA dimana peserta didiknya
sikap, yaitu respon kognisi, afeksi, dan konasi berusia 16 – 19 tahun menjadi objek yang riskan
(Graaf, 2009). Hasil evaluasi psikologis dan rentan dengan masuknya paham
berdasarkan ketiga respon akan memunculkan radikalisme agama Islam. Asumsi ini didasarkan
kondisi mental berupa sikap seseorang terhadap pada hasil penelitian dari Qodir (2013) yang
objek. menyatakan bahwa salah satu elemen
Pengukuran menjadi poin penting untuk masyarakat yang sangat potensial dan rentan
dilakukan dalam mengungkap kecenderungan dengan radikalisasi adalah remaja (kaum muda)
sikap seseorang (Milas, G., 2013). Begitu pula yang berumur 16-19 tahun setingkat SMA di
dalam mengukur siswa terhadap radikalisme Indonesia. Ketiga, MAN 1 Jepara merupakan
atas nama agama Islam, karena melalui sekolah sederajat SMA yang berbasis agama
pengukuran sikap, potensi radikalisme Islam namun tidak mengkhususkan diri atau
mengatasnamakan agama Islam dalam diri berafiliasi dengan organisasi-organisasi
siswa dapat terungkap. Pengukuran keagamaan Islam tertentu, sehingga perbedaan
membutuhkan alat bantu untuk mengumpulkan pemahaman keagamaan siswa dari lingkungan

66
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

keluarga maupun masyarakat menjadi praktisi guru BK MAN 1 Jepara. Validasi isi
keragaman dalam pola beragama siswa di MAN kedua menggunakan analisis item untuk
1 Jepara. Keempat, adanya kebutuhan MAN 1 mengetahui kualitas butir instrumen (Sugiyono,
Jepara untuk mengetahui potensi radikalisme 2013).
agama Islam dalam diri siswa. Validitas konstruk dianalisis
Berdasarkan permasalahan dan adanya menggunakan analisis faktor konfirmatori untuk
kebutuhan serta harapan MAN 1 Jepara tentang menguji kontribusi indikator terhadap faktor-
adanya instrumen yang dapat digunakan untuk faktor pembentuk variabel. Reliabilitas
mengungkap potensi radikalisme menggunakan rumus reliabilitas Cronbach Alpa
mengatasnamakan agama Islam dalam diri (Suharsimi, 2012).
siswa, maka penelitian ini berusaha
menjembatani dan memfasilitasi dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan sebuah model panduan
pengukuran berupa instrumen pengukuran sikap Proses pengembangan sebuah produk
yang diharapkan secara efektif dapat digunakan harus didasarkan atas adanya kebutuhan produk
untuk mengetahui potensi radikalisme secara faktual. Kebutuhan faktual menjadi
mengatasnamakan agama Islam dalam diri landasan dikembangkannya suatu produk baru,
siswa. demikian pula dalam pengembangan instrumen,
maka perlu dikaji terlebih dahulu instrumen
METODE faktual atau instrumen yang telah ada.
Instrumen faktual diperlukan untuk
Metode yang digunakan dalam penelitian mengetahui letak kekurangan yang perlu
ini adalah mixed methode Research dengan diperbaiki dan disempurnakan. Instrumen
desain penelitian dan pengembangan (R&D). faktual juga berfungsi sebagai dasar
Prosedur pengembangan adalah adopsi dan pengembangan instrumen agar hasil
modifikasi dari prosedur pengembangan pengembangan instrumen lebih berdaya guna
instrumen Sugiyono (2012), Purwanto (2012), dan aplikatif. Instrumen faktual sebagai dasar
dan Azwar (2014) yang dimodifikasi sesuai pengembangan instrumen, dalam prosesnya
kebutuhan penelitian. langkah-langah perlu dikaji dan dianalisis, kemudian celah-celah
pengembangan meliputi 1) Studi pendahuluan. kekurangan dari instrumen faktual menjadi
2) Menentukan subjek penelitian, 3) Deskripsi dasar pengembangan menjadi instrumen
teori, 4) Pengembangan spesifikasi instrumen, 5) hipotetik.
penulisan butir instrumen, 6) Validasi pakar, 7) Instrumen faktual yang didapatkan dari
Uji Coba I, 8) Uji Validitas dan reliabilitas, 9) penelitian adalah Daftar Cek Masalah disingkat
Uji coba II, 10) Uji validitas, reliabilitas, dan DCM. Menurut Rokhim (wawancara,
kepraktisan, 11) Kompilasi butir instrumen, 12) 16/02/2016) DCM merupakan “ alat ungkap
Finalisasi instrumen. Responden uji coba I masalah berupa instrumen untuk mencari dan
adalah 30 siswa kelas XII MAN 1 Jepara yang mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
dipilih secara acak. Responden uji coba II yang dialami peserta didik”.
adalah 113 siswa kelas XII MAN 1 Jepara yang DCM berisikan 243 butir yang terangkum
dipilih secara acak. dalam 13 tema. 240 butir terbagi dalam 12 tema
Validasi instrumen menggunakan berbentuk pernyataan yang bisa dipilih peserta
validitas isi dan konstruk. Uji validitas isi didik sesuai dengan permasalahan yang dialami.
instrumen oleh ahli melalui 3 validator yaitu 1 3 butir lainnya berbentuk pertanyaan singkat
akademisi ahli pengembangan instrumen, 1 tentang permasalahan yang dihadapi peserta
akademisi ahli bidang agama Islam, dan 1 didik, masuk ditema ke 13.

67
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

Berdasarkan studi dokumentasi, DCM spesifikasi skala, 5) teknik penskoran, 6) kriteria


tidak secara khusus mengukur tentang potensi hasil jawaban, dan 7) kisi-kisi instrumen.
radikalisme mengatasnamakan agama Islam Kisi-kisi instrumen dikembangkan
dalam diri siswa. Hal demikian tampak pada berdasarkan teori bahwa radikalisme atas nama
tema dan butir-butir yang terdapat dalam DCM agama Islam di Indonesia dapat diklasifikasikan
yang tidak secara khusus mengarah pada upaya dalam dua aspek, yaitu dalam aspek
menggali potensi radikalisme beragama dalam pemerintahan (menjadi faktor 1) dan aspek
diri siswa. beragama (menjadi faktor 2). Radikalisme atas
Keumuman isi DCM tercermin pula dari nama agama Islam dalam aspek pemerintahan
pernyataan Rokhim (wawancara, 16/11/2016) ditandai dengan 1) memaksakan agama Islam
bahwa di MAN 1 Jepara “instrumen khusus menjadi ideologi Negara Kesatuan republik
untuk mengetahui potensi radikalisme atas Indonesia (menjadi indikator 1), 2) memaksakan
nama agama Islam dalam diri siswa belum ada”. syariat Islam menjadi dasar hukum NKRI
Pernyataan demikian juga disampaikan (menjadi indikator 2). Sedangkan bentuk
Tafrikhan (wawancara, 16/11/2016) bahwa radikalisme atas nama agama Islam dalam aspek
MAN 1 Jepara “tidak menggunakan alat beragama ditandai dengan 1) memaksakan
khusus”. Amirudiin (wawancara, 16/11/2016) pendapat keagamaan pribadi terhadap orang
juga mempertegas bahwa MAN 1 Jepara belum lain (menjadi indikator 3), 2) memperbolehkan
punya alat khusus yang digunakan untuk penggunaan kekerasan dalam beragama
mengukur potensi radikalisme beragama dalam (menjadi indikator 4), 3) memaknai jihad
diri siswa. sebagai perang fisik semata (menjadi indikator
Hasil wawancara dan studi dokumentasi 5).
menghasilkan kesimpulan, yaitu : (1) Cara yang Berdasarkan hasil validasi isi dari
dilakukan MAN 1 Jepara untuk mengetahui validator ahli pada tahap expert judgement,
potensi radikalisme atas nama agama Islam instrumen hipotetik dinilai baik. Revisi hanya
dalam diri siswa hanya sebatas pengamatan terdapat dibagian panduan instrumen tanpa
terhadap sikap dan kebiasaan siswa oleh guru di menggugurkan butir instrument, maka hasil dari
kelas atau oleh guru BK. (2) Alat yang tahap validasi pakar dapat disimpulkan bahwa
digunakan untuk mengungkap permasalahan instrumen pengukuran sikap siswa terhadap
yang dihadapi siswa adalah Daftar Cek Masalah radikalisme atas nama agama Islam dengan
(DCM), namun tidak secara khusus butir instrumen yang berjumlah 60 butir adalah
mengungkap potensi radikalisme atas nama valid dan dapat digunakan untuk langkah uji
agama Islam dalam diri siswa. (3) Tidak adanya coba I.
panduan yang dapat digunakan untuk Validitas isi dilakukan untuk mengetahui
mengetahui potensi radikalisme atas nama kelogisan instrumen dengan melihat kesesuaian
agama Islam dalam diri siswa di MAN 1 Jepara. butir dengan kisi-kisi atau teori. Teknik expert
(4) Perlunya sebuah alat yang dapat digunakan judgement digunakan merujuk pada pendapat
untuk mengetahui potensi radikalisme atas Purwanto (2012: 125) bahwa untuk menilai
nama agama Islam dalam diri siswa di MAN 1 validitas isi sebuah produk dapat dilakukan
Jepara dengan teknik expert judgement.
Hasil analisis instrumen faktual menjadi Hasil analisis item terhadap 60 butir
dasar pengembangan instrumen hipotetik. intrumen uji coba I, diperoleh 48 butir
Instrumen hipotetik terdiri atas 60 butir yang dinyatakan valid, sedangkan 12 butir dinyatakan
disertai dengan kelengkapan dokumen, yaitu gugur karena tidak memenuhi kriteria minimal
dokumen berisi 1) definisi konseptual, 2) definisi koefisien korelasi (rhitung < 0,30). Selanjutnya
operasional, 3) bentuk dan jenis instrumen, 4) hasil uji reliabilitas 48 butir valid hasil uji coba I

68
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

menunjukkan koefisien alpha r11 = 0, 935 > dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar
0,7 =. Sehingga instrumen hasil uji coba 1 penelitian ini. Lihat gambar 1.
dinyatakan reliabel.
Uji reliabilitas diperlukan karena
Faktor
Sebelum Rotasi
merupakan syarat sebuah instrumen dikatakan
Lain
baik. Reliabilitas digunakan untuk mengukur
32%
kehandalan dan konsistensi suatu alat ukur
(Mugiri & Lestari, 2013 : 9) Faktor
Uji validitas konstruk dilakukan terhadap Faktor 1
5 indikator untuk mengkonfirmasi 2 faktor 2 50%
pembentuk variabel. Hasil uji validitas konstruk 18%
menggunakan Confirmatory factor Analysis
Faktor setelah rotasi
(CFA) pada hasil uji coba II menunjukan nilai Lain
KMO sebesar 0,709. Karena nilai KMO = 0,709 32%
≥ 0,5. Maka indikator dan sampel yang ada Faktor
sudah memenuhi kriteria untuk dilakukan 2 Faktor
analisis faktor. Nilai MSA pada masing-masing 32% 1
indikator juga mempunyai nilai > 0,5, sehingga 36%
keseluruhan indikator adalah memadai dan Gambar 1. Diagram Nilai sumbangan faktor
dapat digunakan untuk analisis faktor. terhadap variabel
Nilai communalities menunjukkan bahwa
indikator 1 dapat menjelaskan faktor sebesar Selanjutnya indikator menjadi bagian dari
79,3%, indikator 2 dapat menjelaskan faktor faktor jika indikator memberikan sumbangan /
sebesar 80,5%, indikator 3 dapat menjelaskan muatan faktor (factor loadings) > 0,5, hal ini
faktor sebesar 57,9%, indikator 4 dapat sejalan dengan pendapat Ghozali (2011) bahwa
menjelaskan faktor sebesar 64,7%, indikator 5 analisis faktor menghendaki bahwa matrik data
dapat menjelaskan faktor sebesar 59,1%. Hasil harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat
keseluruhan masing-masing indikator dilakukan analisis faktor, yaitu diatas 0,50.
menunjukkan > 50%, maka dapat disimpulkan Berdasarkan nilai rotasi matrik diperoleh
bahwa semua indikator dapat menjelaskan indikator 1 dan indikator 2 berkorelasi kuat
faktor terhadap faktor 1 dengan muatan faktor masing-
Pada nilai kumulatif pembentuk variabel, masing indikator 1 sebesar 0,882, dan indikator
sumbangan antara faktor 1 dan faktor 2 relatif 2 sebesar 0,868. Sedangkan indikator 3,
sama, yaitu faktor 1 mampu menjelaskan indikator 4, dan indikator 5 berkorelasi kuat
variabel sebesar 36,383%, dan faktor 2 mampu terhadap faktor 2 dengan muatan faktor masing-
menjelaskan variabel sebesar 31,912%, dengan masing indikator 3 sebesar 0,760, indikator 4
nilai nilai kumulatif faktor 1 dan faktor 2 sebesar 0,702, dan indikator 5 sebesar 0,677.
mampu menjelaskan variabel sebesar 68, 295%, Lihat tabel 1.

69
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

Tabel 1. Muatan indikator pada masing-masing KESIMPULAN


faktor
Simpulan dari hasil pengembangan
instrumen pengukuran sikap siswa terhadap
Component radaikalisme atas nama agama Islam adalah
1 2 Instrumen faktual yang digunakan MAN 1
indikator1 ,882 ,125 Jepara untuk mengetahui penyimpangan sikap
indikator2 ,868 ,227 siswa adalah menggunakan instrumen Daftar
Cek Masalah (DCM). Adapun instrumen
indikator3 -,038 ,760
hipotetik pengukuran sikap siswa terhadap
indikator4 ,392 ,702 radikalisme atas nama agama Islam terdiri atas
indikator5 ,365 ,677 60 butir pernyataan dengan pilihan jawaban
Hasil analisis CFA terhadap instrumen berbasis skala 4. Instrumen akhir terdiri atas 44
pengukuran sikap siswa terhadap radikalisme butir valid dari segi isi dan konstruk, reliabel,
atas nama agama Islam menghasilkan bahwa serta praktis yang selanjutnya disajikan dalam
indikator 1 dan indikator 2 merupakan bentuk buku panduan guru yang dapat
kelompok faktor 1, sedangkan indikator 3, digunakan untuk mengukur sikap siswa
indikator 4, dan indikator 5 merupakan terhadap radikalisme atas nama agama Islam.
kelompok faktor 2. Hasil CFA tersebut Pencegahan terhadap masuknya potensi
mengkonfirmasi bahwa antara CFA dan teori paham radikal mengatasnamakan agama Islam
sudah sesuai, maka instrumen pengukuran sikap di sekolah sebaiknya dilakukan sedari dini dan
siswa terhadap radikalisme atas nama agama berkesinambungan, sehingga masuknya paham
Islam adalah valid secara konstruk radikal mengatasnamakan agama Islam
Selanjutnya masing-masing butir faktor dikalangan peserta didik dapat diketahui secara
dianalisis dan diuji relibilitas. Hasil analisis cepat.
terhadap 18 butir faktor 1 diperoleh 16 butir
valid dan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
Alpha sebesar 0,818, karena r11 = 0,818 > 0,7 DAFTAR PUSTAKA
maka faktor 1 adalah reliabel. Sedangkan Hasil
analisis terhadap 30 butir faktor 2 diperoleh 28 Azwar, Saifuddin. 2012.Sikap Manusia; Teori dan
butir valid dan hasil uji reliabilitas diperoleh Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
nilai Alpha sebesar 0,736, karena r11 = 0,736 > Azwar, Saifuddin. 2013.Reliabilitas dan Validitas.
0,7 maka Faktor 2 adalah reliabel. Hasil analisis Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2014.Penyusunan Skala Psikologi.
kepraktisan juga diperoleh skor 21,7 yang masuk
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kategori sangat praktis.
Boer, A., Timmerman, M., Pijl. & Minnaert, A. 2012.
Hasil akhir instrumen pengukuran sikap
“ The psychometric evaluation of a
siswa terhadap radikalisme atas nama agama questionnaire to measure attitudes towards
Islam terdiri atas 44 butir yang valid, reliabel, inclusive education “. European Journal of
dan praktis. Instrumen dapat digunakan untuk Psychology of Education. 27: 573-589.
mengukur sikap siswa terhadap radikalisme atas Elmubarok, Zaim. 2013. Membumikan Pendidikan
nama agama Islam dan hasil pengukuran dapat Nilai(MengumpulkanyangTerserak,Menyamb
dipertanggungjawabkan karena instrumen telah ung yang terputus, dan Menyatukan yang
Tercerai). Bandung: Alfabeta.
dikembangkan berdasarkan prosedur
Fanani, Ahmad Fuad. 2013.“ Fenomena Radikalisme
pengembangan ilmiah. Hasil akhir instrumen
di kalangan Kaum Muda “.MAARIF. 8(1): 4-
selanjutnya dapat dimasukkan dalam buku
13.
panduan guru untuk mengukur sikap siswa
terhadap radikalisme atas nama agama Islam.

70
Muh Haris Burhanuddinsyah, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

Farnik,M., Brożek, G., Pierzchała, W., Zejda, J., Puskakom UI. (Ed). 2015. Profil Pengguna Internet
Skrzypek, M.& Walczak, L. 2010. Indonesia 2014. Jakarta: Asosiasi
“Development, Evaluation and Validation of Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
A New Instrument for Measurement Quality Putriningtyas, I., Lestari, W., & Hartono. 2015.
of Life in the Parents of Children with chronic “Nilai Budi Pekerti pada Ragam Gerak Tari
Disease “. Health and Quality of Life Topeng Lanyapan Alus Kabupaten
Outcomes. 8(151): 2-9. Tegal”Catharsis. 4(2) : 92-98.
Graaf, Roelofs & Huibers. 2009. “Measuring Qodir, Zuly. 2013.“ Perspektif Sosiologi tentang
Dysfunctional Attitudes in the General Radikalisasi Agama Kaum Muda “.MAARIF.
Population”. Clinical Psychological Science. 8(1): 45-66.
33:345–355. Rachman, Maman. 2013. “Pengembangan
Haddad, M., Menchetti, M., McKeown, E., Tylee, Pendidikan Karakter Berwawasan Konservasi
A., & Mann, A. 2015. “ The development and Nilai-Nilai Sosial”. Forum Ilmu Sosial. 40(1) :
psychometric properties of a measure of 1-15.
clinicians’ attitudes to depression: the revised Scanlon, J.R. & Gerber, M.S. 2014. “ Automatic
Depression Attitude Questionnaire (R-DAQ) detection of cyber-recruitment by violent
“. BMC Psychiatry. 15(7): 2-12. extremists “ Security Informatics 3(5): 3-10.
Milas, G., Mlacic, B., & Mikloušic, I. 2013. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan:
“Construct Validation of A General Social Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Attitudes Scale (SAS_G)”.Journal of Bandung: Alfabeta.
Individual Differences. 34: 203-213. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi
Mugiri & Lestari, W. 2013.Instrumen Evaluasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Program Dana BOS Model CIPP”. Journal of Suharsimi, Arikunto. 2012.Prosedur Penelitian Suatu
Educational Research and Evaluation. 2 (1) : Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
7-11. Torok, Robyn. 2013.“ Developing an explanatory
Munip, Abdul. 2012.“ Menangkal Radikalisme atas model for the process of online radicalisation
nama agama Islam di Sekolah“.Jurnal and terrorism”, Security Informatics. 2(6): 2-
Pendidikan Islam. I(2):160-180. 10.
Purwanto. 2012.Instrumen Penelitian Sosial dan Yudha, R.V., Masrukhan, & Djuniadi. 2014.
Pendidikan; Pengembangan dan “Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik
Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Unjuk Kerja Materi Bangun Ruang di Sekolah
Dasar”. Journal of Education Research and
Evaluation. 3(2): 62-67.

71

Anda mungkin juga menyukai