Anda di halaman 1dari 17

Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021

Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib

Upaya Deradikalisasi Pemahaman Beragama Melalui Moderasi


Beragama Bagi Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang

Muhamad Fauzi1*, Rohmadi1

UIN Raden Fatah, Palembang, Indonesia


1

*Corresponding Author Email: muhamadfauzi_uin@radenfatah.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History: Prasangka dan klaim perguruan tinggi sebagai pusat dan bibit
Recieved : 15-Juni-2021 radikalisme muncul setelah Badan Nasional Penanggulangan
Revised : 09-Agustus-2021 Terorisme (BNPT) merilis hasil penelitiannya. Walaupun
Accepted : 28-Oktober-2021 harus diuji secara metodologis, hasil penelitian yang dilakukan
oleh BNTP ini berhasil menciptakan “politik ketakutan”
Keyword:
Deradicalization;
karena secara eksplisit menyebutkan bahwa ada tujuh
Strengthening Islamic; perguruan tinggi ternama yang terpapar paham radikal.
Moderation. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif (mixed
method). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Sedangkan teknik
analisis data menggunakan teknik analisis data kulaitatif model
Miles dan Huberman dengan langkah reduksi data, penyajian
data dan verifikasi data dan diperkuat dengan teknik analisis
kuantitatif prosentase. Uji keabsahan data menggunakan model
triangulasi dan validasi instrumen kuisioner. Setelah dilakukan
penelitian tentang paham radikal, ternyata ada bibit-bibit
potensi radikalisme yang terjadi di kalangan mahasiswa UIN
Raden Fatah Palembang, meski tidak tergabung dalam
organisasi yang berpandangan radikal. Berdasarkan data yang
diperoleh mengenai indikator moderasi beragama, ditemukan
bahwa beberapa siswa memiliki pemahaman yang sangat
rendah tentang komitmen kebangsaan, keterbukaan/toleransi,
anti kekerasan, dan budaya lokal yang terakomodasi.
Kebijakan UIN Raden Fatah Palembang dalam penyusunan
kurikulum dalam upaya deradikalisasi pemahaman beragama,
1) Penguatan pendidikan karakter melalui Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama Islam, Pendidikan Karakter, Pendidikan Multikultural,
2) Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) siap menjadi agen
moderasi melalui Wirakarya Nasional Camp, 3) PBAK, Kuliah
Iftitah, Kuliah Umum, dan Seminar Penguatan Moderasi
Beragama di Perguruan Tinggi, 4) Mendirikan Rumah
Moderasi Keagamaan di UIN Raden Fatah Palembang.
This is an open access article under the CC-BY-SA license

How to Cite:
Fauzi, Muhamad., Rohmadi. (2021). Deradicalization Of Religious Understanding Through
Religious Moderation On Students Of UIN Raden Fatah Palembang. Ta`dib: Jurnal Pendidikan
Islam, 26(2), 1-12.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 1
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

https://doi.org/10.19109/tjie.v24i1.xxxx

INTRODUCTION
Semangat moderasi beragama menjadi titik temu dua kutub ekstrem dalam agama,
yakni antara sayap kanan dan sayap kiri. Sayap kiri sangat meyakini validitas salah satu
penafsiran teks-teks agama yang menyebabkan munculnya kelompok Islam fundamentalis
dan selanjutnya menganggap bahwa mereka yang berbeda penafsiran dengannya adalah
sesat, sehingga menimbulkan pemahaman yang dangkal tentang agama yang merupakan
contoh penganut agama yang ekstrim. Ada juga kelompok sayap kanan yang mengabaikan
kemurnian agama, kelompok ini lebih condong ke kanan yang mengutamakan kesetaraan,
keadilan sosial serta masyarakat yang egaliter atau mempertaruhkan keyakinan dasar
ajaran agamanya atas nama keterbukaan terhadap pemeluk agama lain. Moderasi perlu
dilakukan terhadap dua sikap ekstrem ini. Keseimbangan dan keadilan merupakan prinsip
dasar moderasi dalam beragama (Hiqmatunnisa and Zafi, 2020).
Dalam Islam, sulit untuk menggambarkan moderasi beragama. Karena munculnya
istilah moderasi, yaitu setelah populernya paham radikalisme dan ekstremisme (Rezi,
2020). Moderasi beragama dalam istilah Al-Qur’an yang paling dekat, yaitu “wasathiyah”,
wasath berarti tengah dari segalanya. Wasith adalah sebutan bagi orang yang menjalankan
prinsip wasathiyah. Kata wasathiyah dalam bahasa Arab memiliki arti “pilihan yang
terbaik”. Setiap kata yang digunakan, semuanya menunjukkan arti yang sama yaitu adil,
dalam pembahasan ini diartikan dengan memilih jalan tengah di antara banyak pilihan
ekstrim. Lebih lanjut dapat dipahami bahwa moderasi beragama merupakan cara pandang
dan perilaku yang selalu mengambil posisi tengah, selalu menjunjung tinggi keadilan, dan
tidak berlebihan dalam beragama (Habibie et al., 2021).
Upaya penguatan kerukunan umat beragama dalam kehidupan moderasi beragama
telah dilakukan pemerintah dengan menetapkan Peraturan Menteri Agama Nomor 18
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024 dan
Keputusan Menteri Agama. Agama Republik Indonesia Nomor 328 Tahun 2020 tentang
Pokja Penguatan Program Moderasi Beragama di Kementerian Agama. Indikator teoritis
yang digagas Kementerian Agama tentang moderasi beragama dan kerukunan umat
beragama, yaitu komitmen kebangsaan, anti kekerasan, akomodatif terhadap budaya lokal,
dan toleransi (Kementerian Agama RI, 2019).
Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama
(Kemenag) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) melalui Zoom dan kanal Youtube Kementerian Agama pada Selasa
(3/11) menegaskan bahwa moderasi beragama dapat mencegah konflik, radikalisme, dan
menciptakan perdamaian di dalam negara (Republika.co.id, 2020). Moderasi juga
mendorang terciptanya kerukunan keluarga dan masyarakat, selain itu juga dapat
mendorong keharmonisan ditingkat nasional dan global. Ada empat indikator dalam
moderasi beragama, yang pertama adalah toleransi, penerimaan, dan penghargaan terhadap
keberadaan orang lain dalam beragama. Kedua, anti kekerasan, moderasi beragama tidak
memaafkan kekerasan, baik secara verbal maupun fisik. Ketiga, komitmen nasional yaitu
dengan menerima Pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD 1945 sebagai konstitusi, dan

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 2
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

terakhir NKRI sebagai satu kesatuan. Keempat, indikator pemahaman, dengan perilaku
akomodatif. Termasuk narasi kerukunan dalam mengkomunikasikan ajaran masing-masing
agama, bukan narasi konflik.
Kajian penelitian terdahulu terkait dengan penelitian saat ini antara lain: Pertama,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmadi yang menyatakan bahwa dalam kehidupan
keragaman budaya diperlukan pemahaman dan pengetahuan multikultural yang
menghargai perbedaan, keragaman juga sebagai keinginan untuk berinteraksi dengan siapa
pun secara tidak memihak. Menghadapi keragaman membutuhkan sikap moderasi yang
dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Sikap tersebut dapat berupa
mengakui keberadaan orang lain, bersikap terbuka, menghargai perbedaan pendapat, dan
tidak menuntut kehendak dengan cara kekerasan. Peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan
penyuluh agama sangat diperlukan untuk mensosialisasikan, meningkatkan wawasan
moderasi beragama pada masyarakat Indonesia agar tercipta situasi yang damai dan
harmonis (Akhmadi, 2019). Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
mengeksplorasi konsep moderasi beragama, kemudian perbedaan dalam penelitian ini
adalah upaya deradikalisasi pemahaman beragama melalui moderasi beragama, sedangkan
penelitian di atas menganalisis moderasi beragama dalam keberagaman di Indonesia.
Kedua, hasil penelitian yang dilakukan oleh Mualimun Huda yang menyatakan
bahwa agama sangat mengancam masa depan pesantren dan geneasi bangsa, pendidikan
Islam yang mengajarkan kebencian terhadap pendapat dan keyakinan yang berebeda
sangatlah tidak ideal bagi kelangsungan kebhinekaan dan keragaman di Indonesia. Hal ini
juga tidak sesuai dengan misi perdamaian yang diusung oleh Islam sebagai din rahmatan lil
‘alamin. Pendidikan Islam yang inklusif, toleran, multikulturalis, dan humanis yang
mengajarkan kasih sayang, kesantunan, menghormati orang lian, dan kerukunan, sehingga
di masa mendatang dapat mendorong terwujudnya keharmonian dalam keberagamaan di
bumi Nusantara. Peran yang penting adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik mengenai pentingnya menentukan pilihan nilai yang akan dijadikan pegangan
hidupnya, seperti kebebasan, persamaan, toleransi, kesetiakawanan, keadilan, kejujuran,
dan kesabaran, baik dalam lingkup lembaga pendidikan, masyarakat, maupun negara
(Huda, 2018). Kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah upaya
deradikalisasi agama atau pencegahan radikalisme melalui deradikalisasi agama.
Perbedaannya terletak pada subjek penelitian, peneliti fokus pada mahasiswa di UIN
Raden Fatah Palembang, sedangkan pada penelitian sebelumnya fokus pada siswa di
Pesantren.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di latar belakang, dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu bagaimana upaya deradikalisasi pemahaman agama melalui moderasi
beragama pada mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang?
LITERATURE REVIEW
Deradicalization
Secara etimologis, asal kata deradikalisasi yaitu “radikal” diberi akhiran “de” dan
akhiran “sasi”. Deradikalisasi mengambil kata bahasa Inggris "deradikalisasi" dan akar
kata radikal. Dalam bahasa latin, radikal berasal dari kata “radix” yang berarti “akar”.
Kesimpulannya, “deradikalisasi” adalah tindakan atau strategi untuk mengubah perilaku

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 3
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

dan cara pandang yang dianggap ekstrim menjadi moderat, seperti bersikap terbuka dan
pluralis (M. Marwan dan Jimmy P, 2009:519).
Deradikalisasi adalah segala upaya untuk menyeimbangkan paham radikalisme
melalui pendekatan bidang studi, seperti hukum, psikologi, agama, dan sosial budaya bagi
mereka yang terpengaruh oleh radikalisme dan pro-kekerasan. Rencana reorientasi
motivasi, re-edukasi, sosialisasi, serta mengupayakan kesejahteraan sosial dan kesetaraan
dengan masyarakat bagi orang-orang yang pernah terlibat terorisme atau bagi simpatisan
dapat menjadi cara untuk mewujudkan deradikalisasi terorisme, sehingga rasa
nasionalisme dapat muncul dan sebagai warga negara Indonesia ingin berpartisipasi
dengan baik (Peter Reinhard Golose, 2009).

Religious Moderation
Prinsip moderasi beragama, yaitu selalu menjaga kesetaraan antara dua hal, misalnya
kesetaraan antara akal dan wahyu, jasmani dan rohani, hak dan kewajiban, kepentingan
individu dan kemaslahatan umum, kebutuhan dan kesukarelaan, nash agama dan ijtihad
para tokoh agama, ide-ide ideal dan realitas, dan masa lalu dan masa depan. Dengan
demikian, moderasi beragama memiliki inti, yaitu adil dan seimbang dalam memandang,
bertindak, dan menerapkan semua konsep yang terpasang.
Selanjutnya, asas keseimbangan yang merupakan istilah untuk menggambarkan
pandangan, perilaku, dan keterikatan untuk selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan,
dan kesetaraan. Kecenderungan untuk memiliki sikap yang seimbang juga berarti memiliki
pendapat. Seseorang yang seimbang memiliki ketegasan, tetapi tidak kasar dan selalu
berpihak pada keadilan, tidak mengambil hak orang lain, dan tidak merugikan. Salah satu
cara memandang melakukan sesuatu dengan benar, tidak berlebihan dan tidak mengurangi,
tidak ortodoks dan tidak radikal adalah bentuk keseimbangan.
Mohammad Hashim Kamalia Kamali (2015) menjelaskan dalam konsep moderasi
(wasathiyah) bahwa prinsip keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan beragama
ditentukan oleh sikap seseorang yang tidak boleh melebih-lebihkan sudut pandangnya,
tetapi harus selalu memilih jalan tengah. Bagi Kamali, bagian terpenting dari Islam yang
sering dilupakan para pengikutnya adalah wasathiyah. Sedangkan wasathiyah merupakan
inti ajaran Islam.
Adil dan seimbang akan lebih mudah terbentuk jika seseorang memiliki tiga karakter
utama dalam dirinya, yaitu kebijaksanaan (wisdom), ketulusan (purity), dan keberanian
(courage). Jika seseorang memiliki ilmu agama yang luas sehingga dapat arif dalam
sikapnya, dapat ikhlas dengan mampu menahan godaan, tidak pluralistik dalam penafsiran
kebenarannya sendiri sehingga mampu menghargai penafsiran kebenaran orang lain. , dan
berani memberikan pandangan berdasarkan ilmu, maka sikap moderasi beragama atau
memilih jalan tengah akan lebih mudah diwujudkan.
Moderasi diibaratkan sebagai berat sebuah jam yang bergerak dari tepi dan condong
ke tengah (sentripetal) dan tidak pernah diam. Dasar dari sikap moderasi beragama adalah
kondisi yang selalu bergerak, karena proses perjuangan yang selalu dilakukan oleh
manusia dalam kehidupan merupakan dasar dari moderasi. Dalam agama, moderasi dan
moderasi selalu bertentangan dengan nilai-nilai di kanan dan kiri. Maka dalam menilai
moderasi beragama, seseorang harus mampu menggambarkan bagaimana hal itu terjadi.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 4
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

Analogi ini dapat diperjelas sebagai berikut: akal dan wahyu dapat berpengaruh besar
terhadap sikap keagamaan seseorang. Membesar-besarkan keberpihakan dengan alasan
dianggap sebagai ekstrim kiri, yang akibatnya sering dapat menyebabkan perilaku
meremehkan dalam teks. Sementara itu, penafsiran teks-teks agama secara literal juga
dapat melahirkan sikap ortodoks, jika secara ekstrem hanya kebenaran mutlak dari suatu
penafsiran agama yang diterima.
Seseorang yang selalu berusaha berkompromi di kedua sisi, mampu bergerak ke kiri
dan menggunakan akalnya, tetapi tidak diam atau ekstrem di tempatnya. Kemudian mampu
berayun ke kanan bersandar pada teks dan tetap menguasai konteks, maka orang tersebut
dapat dikatakan sebagai orang yang moderat. Indikator moderasi beragama adalah:
komitmen kebangsaan, keterbukaan, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya
lokal. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa kuat moderasi beragama
seseorang di Indonesia, dan seberapa besar kepekaan yang dimilikinya. Kepekaan ini harus
diketahui agar kita dapat mengetahui dan tepat dalam mengambil keputusan untuk
memperkuat moderasi beragama (Kementerian Agama RI, 2019: 42-43).
METHOD
Research Approach and Type
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods.
Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk
penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
Menurut Creswell penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. (John W.
Creswel, 2010). Menurut pendapat Sugiyono menyatakan bahwa metode penelitian
kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian antara metode kuantitatif
dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan objektif.
(Sugiyono, 2012).
Research Setting and Participant
Berdasarkan temuan dari 1590 mahasiswa yang peneliti ambil ternyata ada beberapa
mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang yang terindikasi paham radikal berdasarkan
pada indikator moderasi beragama yang bersumber dari Kementerian Agama RI, yaitu:
komitmen kebangsaan, terbuka/toleransi, antikekerasan, dan mengakomodasi kebudayaan
lokal (Kementerian Agama RI, 2019: 42-43). Untuk memperoleh hasil yang akurat
mengenai upaya deradikalisasi pemahaman beragama melalui moderasi beragama bagi
mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, maka dilakukan wawancara dengan pertanyaan
yang menghendaki penjelasan atau pendapat responden yaitu dengan beberapa mahasiswa
secara acak untuk mendukung hasil penelitian. Pada penelitian ini digunakan kuesioner
yang berisikan indikator moderasi beragama yang harus dicapai.
Data collection technique
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data untuk
menggali dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, metode yang
digunakan antara lain sebagai berikut:

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 5
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode,


yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan otomatis yang merekam fenomena. Dalam observasi
ini peneliti menggunakan jenis observasi non-partisipan, yaitu peneliti hanya
mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta
secara langsung ( Husain Usman, 1995: 56).

Format Lembar Rekaman Observasi (1 subjek)


LEMBAR REKAMAN OBSERVASI
Tujuan : …………………………………………………..
TINGKAH LAKU DAN OBSERVASI KE / TGL
NO PENAMPILAN 1 2 3 4 KETERANGAN
Dimensi Indikator …. …. …. ….
1

CATATAN: (tuliskan kejadian-kejadian yang muncul saat observasi dilakukan, yang


dianggap bermakna sebagai data tambahan)
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………..
b. Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang sangat populer karena banyak
digunakan dalam berbagai penelitian (Eko Murdiyanto, 2020). Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan
tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan
sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Wawancara yang dilakukan peneliti
adalah wawancara dengan mahasiswa dan dosen UIN Raden Fatah Palembang untuk
memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai deradikalisasi pemahaman
beragama melalui moderasi beragama.

c. Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi
yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang
memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk
instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi,
peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan check-list,

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 6
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala (N. Cooper dkk, 2002). Data
dokumentasi pada penelitian ini berupa buku- buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian/tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek
yang diteliti (Ulfatin, 2014, Clemmens, 2003). Data dokumen dalam penelitian ini
digunakan sebagai penyempurna dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan
untuk mendukung data penelitian dan sebagai penguat data yang diperoleh, seperti
dokumentasi yang berkaitan dengan deradikalisasi pemahaman beragama dan potensi
faham radikal beragama di kalangan mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang.

D. Kuesioner

Untuk memperkuat data penelitian, peneliti juga menggunakan teknik kuesioner


dalam pengumpulan data. Kuesioner diberikan kepada 1590 mahasiswa baru (MABA)
angkatan 2021/2022 sebagai responden penelitian ini. Data hasil penyebaran kuesioner ini
kemudian dibuat pemetaan dan kategorisasi sebagaimana datanya tersaji di bagian
pembahasan sesuai dengan indikator benih-benih radikalisme beragama secara umum.

Data analysis technique


Proses analisis data dilakukan peneliti dimulai sejak sebelum memasuki penelitian di
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis dilakukan terhadap
data hasil observasi atau data sekunder yang kemudian digunakan untuk membuat fokus
penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles
dan Huberman. Mereka berpendapat bahwa dalam menganalisis penelitian kualitatif
dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai tuntas. Rangkaian kegiatan
menganalisis data penelitian ini meliputi: data reduction (reduksi data), display data
(penyajian data), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (menarik kesimpulan) (Miles dan
Huberman, 1992). Hasil analisis data kualitatif selanjutnya diperkuat dengan hasil analisis
data kuantitatif menggunakan teknik prosentase.
Data Validity Check Technique
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik triangulasi. Triangulasi merupakan suatu cara mendapatkan data yang benar-benar
absah dengan menggunakan metode ganda (check and recheck). Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
sendiri, untuk memeriksa kembali atau membandingkan terhadap data yang sudah
diperoleh (Bachtiar S. Bachri, 2010). Ada beberapa macam triangulasi, adapun dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber
merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dengan cara memeriksa
beberapa sumber data antara lain mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang dan juga data
skunder berupa artikel-artikel yang relevan kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan,
dan dianalisis sehingga didapatkan kesimpulan. Sedangkan triangulasi teknik merupakan
teknik untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek data dari sumber yang sama, akan
tetapi dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu observasi dan wawancara. Pada

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 7
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

penelitian ini, triangulasi teknik dilakukan kepada mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang.

FINDINGS
A. Benih-benih Radikalisme di Lingkungan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta penyebaran kuesioner yang
telah dilakukan ditemukan bahwa paham radikal tidak bisa lepas dari peran mahasiswa
tersebut sejak berada di jenjang pendidikan sebelumnya, baik tingkat pertama (SLTP)
maupun pada tingkat atas (SLTA). Hal ini berdasarkan data hasil wawancara maupun
kuesioner yang telah dilakukam kepada mahasiswa yang sebelum masuk perguruan
tinggi umumnya sudah aktif berorganisasi. Ada banyak macam organisasi yang diikuti
sesuai dengan minat dan bakatnya.

Gambar 1
Organisasi yang Pernah diikuti Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang

Berdasarkan data di atas, dari 1590 mahasiswa yang menjadi informan dan
responden ternyata ada beberapa mahasiswa yang terindikasi paham radikal berdasarkan
pada indikator moderasi beragama yang bersumber dari Kementerian Agama RI, yaitu:
komitmen kebangsaan, terbuka/toleransi, antikekerasan, dan mengakomodasi
kebudayaan lokal (Kementerian Agama RI, 2019: 42-43). Dari hasil analisis data
kuesioner diperoleh data sebagai berikut:

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 8
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

1. Ada 42 mahasiswa dari 1590 (2,6%) tidak setuju Demokrasi sebagai ideologi politik
Indonesia.

2. Ada 118 mahasiswa dari 1590 (7,4%) yang beranggapan bahwa Pancasila
bertentangan dengan ajaran agama Islam.

3. Ada 348 mahasiswa sangat setuju (21,9%) dan 574 setuju (36,1%) dari 1590
mahasiswa beranggapan bahwa wajar jika Indonesia menjadi negara Islam, karena
warga negara Indonesia mayoritas beragama Islam.

4. Ada 632 mahasiwa sangat setuju (39,8%) dan 589 mahasiswa setuju (37,1%) dari
1590 mahasiswa yang beranggapan bahwa pemimpin Indonesia tidak boleh non-
muslim.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 9
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

5. Ada 104 mahasiswa dari 1590 (6,5%) mahasiswa yang setuju bahwa berdiri sembari
memberi penghormatan pada bendera Merah Putih merupakan hal yang berlebihan
bahkan bisa terjerumus pada perbuatan syirik.

6. Ada 214 mahasiswa tidak setuju dari 1590 (13,5%) yang beranggapan bahwa tidak
membolehkan seorang pemimpin daerah yang beragama Islam mengucapkan selamat
hari raya agama lain.

Dari gambar 1 terkait dengan organisasi yang pernah diikuti oleh mahasiswa
UIN Raden Fatah Palembang dan diagram di atas menunjukkan bahwa benih-benih
potensi radikalisme yang ada di lingkungan mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang,
walaupun organisasi yang mereka ikuti tidak berhubungan dengan organisasi yang
berpaham radikal. Dari data di atas ditemukan bahwa mahasiswa yang di kampus hanya
aktif dalam organisasi internal kampus saja cenderung tidak memiliki paham yang
radikal misalnya sangat menghargai agama lain serta setuju dengan pemimpin meskipun
berbeda keyakinan ataupun agama yang berbeda, dihindarinya perilaku arogansi
maupun kekerasan dalam berbagai tindakannya, serta mengakui bahwasanya dasar
negara Republik Indonesia ialah Pancasila. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh
Hamli selaku Brigjen Pol Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) bahwasnya terdapat dua faktor yang menjadikan masuknya faham
radikalisme di kalangan kampus yang mana salah satunya ialah dikarenakan kurangnya
dalam pemahaman agama. Selanjutnya karena kurangnya wawasan kebangsaan di
kalangan mahasiswa (U. Huda, Haryanto, and Haryanto 2018)
B. Upaya Deradikalisme Pemahaman Beragama Melalui Moderasi Beragama bagi
Mahasiswa di UIN Raden Fatah Palembang
Upaya deradikalisasi pemahaman agama meliputi: 1) Kebijakan UIN Raden
Fatah Palembang dalam Menggabungkan Kurikulum, 2) Organisasi Mahasiswa

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 10
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

Keagamaan (Ormawa) Siap Menjadi Agen Moderasi, 3) PBAK, Kuliah Iftitah, Kuliah
Umum, dan Seminar Penguatan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi, dan 4)
Mendirikan Rumah Moderasi Beragama di UIN Raden Fatah Palembang.
1. Kebijakan UIN Raden Fatah Palembang dalam Penyusunan Kurikulum
Bentuk kurikulum yang memuat moderasi beragama sebagai upaya perguruan
tinggi untuk melakukan deradikalisasi paham keagamaan di kalangan mahasiswa
UIN Raden Fatah Palembang, adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam
Upaya membangun sikap moderasi beragama melalui mata kuliah PAI di
UIN Raden Fatah dilakukan dengan memberikan pembelajaran kepada mahasiswa
UIN Raden Fatah tentang metodologi pemahaman ajaran Islam secara
komprehensif. Hal ini dilakukan oleh dosen PAI dengan memberikan edukasi
tentang makna menghargai perbedaan pendapat antar umat Islam, termasuk
perbedaan pendapat antar mahasiswa itu sendiri. Pembelajaran metodologi
pemahaman ajaran Islam memiliki tujuan sebagai berikut; pertama, mahasiswa
mampu memahami pentingnya seorang muslim mengetahui dan perlu
mempelajari metodologi pemahaman Islam; kedua, memahami aturan, ketentuan
dan rambu-rambu dalam memahami Islam; ketiga, berhati-hati dalam
menerapkan ajaran Islam yang tidak didukung oleh metodologi pemahaman yang
benar; keempat, mengembangkan pemahaman Islam sesuai dengan tuntunan
metodologis yang benar; dan kelima, bersikap terbuka terhadap pemikiran, dan
pembaharuan namun tetap mampu menyaring dan bersikap positif (Wawancara
dengan Dr. Baldi Anggara, M.Pd.I., Program Studi Pendidikan Islam GPMP, 24
Agustus 2021. Temuan ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Supiana
bahwa dalam mempelajari Islam dituntut memiliki pemahaman Islam yang
komprehensif dan inklusif dalam berbagai aspek, mengetahui berbagai metode
dan pendekatan dalam mempelajari Islam (Ningsih, Anwar, and Zakiah, 2022).
Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan Akhmadi, yang mengatakan
bahwa dalam memahami teks-teks agama, ada kecenderungan penganut agama
terpolarisasi menjadi dua kutub ekstrem, yaitu terlalu mendewakan teks yang
terlepas dari kapasitas akal. Teks Alkitab dipahami dan kemudian dipraktikkan
tanpa memahami konteksnya (Akhmadi, 2019).
b. Pendidikan Multikultural
Proses pendidikan multikultural di perguruan tinggi tidak harus menjadi
mata pelajaran tersendiri (Furqon, 2020). Prinsip-prinsip pendidikan multikultural
juga dikemukakan oleh Gay sebagaimana dikutip Nashihin yang mengatakan
bahwa sangat salah menyelenggarakan pendidikan multikultural dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah atau monolitik. Sebaliknya, ia mengusulkan agar
pendidikan multikultural diperlakukan sebagai pendekatan untuk memajukan
pendidikan secara keseluruhan dan komprehensif. Pendidikan multikultural juga
dapat dijadikan alat untuk bertoleransi, inklusif, dan berjiwa humanis yang
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga terwujud suasana
kehidupan yang damai dan toleran (Nashihin, 2022).
Berdasarkan pengamatan dalam pengembangan strategi pendidikan tinggi,
beberapa kegiatan belajar mengajar berbasis multikulturalisme dapat diterapkan

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 11
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

dalam beberapa hal, antara lain: (1) Strategi pembelajaran kooperatif, artinya
kegiatan belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan kemampuan
mahasiswa/siswa dalam pembelajaran, bersama-sama mensosialisasikan nilai dan
konsep budaya daerah dalam kelompok belajar bersama dengan memperhatikan
perbedaan latar belakang yang ada. Dengan strategi ini diharapkan
mahasiswa/siswa mampu berpartisipasi dalam melihat nilai-nilai lokal dan
mengembangkan sikap kebangsaan. Pengalaman yang diperoleh dalam kondisi
ini, siswa dapat memperoleh pengalaman dan pengalaman menghargai dan
menghormati budaya lain, mengembangkan toleransi terhadap perbedaan budaya
yang beragam yang akomodatif, terbuka dan jujur dalam berinteraksi dengan
orang lain (kelompok) yang berbeda suku, agama, ras, suku dan budaya, memiliki
simpati dan empati terhadap budaya lain dan mampu mengelola konflik dengan
baik tanpa kekerasan. Kegiatan ini dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas
kegiatan bersama, suasana kondusif untuk kegiatan, membangun interaksi aktif
dan positif antara siswa dan guru, sesama siswa, dalam kegiatan bersama di
sekolah/kampus.
2. Organisasi Mahasiswa Keagamaan (Ormawa) sebagai Agen Moderasi
Melalui pembinaan dan pendampingan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ada
kegiatan kemahasiswaan yang diarahkan pada konsep toleransi, menghargai
keberagaman, bersifat multikultural dan tidak mengandung unsur kekerasan,
khususnya bagi unit kegiatan kemahasiswaan berbasis Islam di UIN Raden Fatah
untuk menjaga sikap komitmen kebangsaan. Pentingnya membangun komitmen
kebangsaan mahasiswa sebagai upaya untuk melihat sejauh mana mahasiswa sebagai
kelompok organisasi mahasiswa memandang dan mengekspresikan ideologi
nasionalnya, terutama komitmen untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara. Isu
komitmen kebangsaan saat ini perlu mendapat perhatian yang mendalam dari
berbagai pihak, apalagi pernyataan tersebut dilontarkan dengan munculnya gagasan-
gagasan baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang telah lama terpatri
sebagai jati diri bangsa yang luhur. Dirjen Pendidikan Islam Nomor 7272 Tahun
2019. Temuan ini didasarkan pada hasil penelitian, bahwa untuk meningkatkan
kualitas institusi dan mahasiswa yang tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa
(UKM) perlu dilakukan perencanaan, pembinaan, pengorganisasian, koordinasi
sebagai bagian dari pengelolaan pengembangan organisasi dalam hal ini unit
kegiatan mahasiswa (Kawasan and Tamansari, 2008).
Salah satu bentuk kegiatan moderasi beragama yang dilakukan oleh organisasi
Pramuka UIN Raden Fatah Palembang adalah dengan membuat rekor muri
pembuatan pantun tentang moderasi beragama bagi seluruh civitas akademika, ujar
Ariyanto selaku panitia dalam kegiatan tersebut. Kemudian integritas, humanisme,
spiritualitas, adaptasi, dan nasionalisme adalah filosofi Perkemahan Wirakarya
Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan (PWN PTK) XV yang dapat menjadikan
anggota pramuka mampu menjadi manusia moderat.
3. PBAK, Kuliah Iftitah, Kuliah Umum, dan Seminar Penguatan Moderasi
Beragama di Perguruan Tinggi
Pihak lain yang mendukung dalam mewujudkan karakter mahasiswa/siswa
yang moderat dan bermoral dalam beraktivitas. Metode pembentukan

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 12
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

mahasiswa/siswa yang agamis adalah melalui kegiatan penunjang yang dilakukan


melalui seminar bertema kerukunan dan toleransi beragama, memahami Islam secara
kaffah, dan membentuk sikap moral beragama. keberadaan agama merupakan
landasan, langkah awal, dan awal terciptanya masyarakat yang bermoral. Moralitas
inilah yang kemudian mampu merangsang naluri dan hati nurani manusia untuk
menjadi makhluk yang beradab sehingga pada akhirnya dapat terselenggaranya
kegiatan berbangsa dan bernegara yang adil dan makmur (Sumarto, 2019).
Hal ini sejalan dengan kegiatan UIN Raden Fatah Palembang dalam
mengadakan kegiatan seminar, misalnya:
a. PBAK Merdeka UIN Raden Fatah Palembang dengan tema “Wujudkan Moderasi,
Lindungi NKRI, Untuk Generasi Unggul”.
b. Kuliah Umum FITK Iftitah bertema "Peduli Keberagaman Melalui Penguatan
Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi".
c. Kuliah Tamu Moderasi Keagamaan dengan Tema “Kebijakan Kementerian
Agama Republik Indonesia Tentang Moderasi Keagamaan di Perguruan Tinggi
Negeri Keagamaan” dan “Langkah Strategis Moderasi Keagamaan di Perguruan
Tinggi Negeri.
4. Mendirikan Rumah Moderasi Keagamaan di UIN Raden Fatah Palembang
Rumah moderasi beragama tidak hanya diperkuat secara fisik, tetapi landasan
perilaku juga menjadi tujuan yang harus diperkuat dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk ini. Hal itu diungkapkan Menteri Agama (Menag) Republik
Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas saat meresmikan Rumah Moderasi Keagamaan di
UIN Raden Fatah Palembang (Senin, 24/5/2021).
Yaqut Cholil Qoumas menambahkan, ada yang memahami bahwa moderasi
beragama berarti agama yang dimodernisasi. Itu anggapan yang salah, modernisasi
yang dimaksud adalah perilaku umat beragama yang harus dimodernisasi sesuai
dengan kemajemukan Indonesia. “Masyarakat Indonesia itu plural, dan radikalisme
bisa memecah belah persatuan. Moderasi perilaku umat beragama adalah salah satu
cara untuk menjaga keutuhan masyarakat Indonesia yang majemuk,” kata Gus
Yaqut.
Sementara itu, Prof Nyayu Khodijah menjelaskan, Rumah Moderasi
Keagamaan di UIN Raden Fatah sebagai pusat studi dan pusat dakwah penyiaran
Islam moderat atau Islam Rahmatan Lil'alamin. Islam yang mengamalkan prinsip-
prinsip tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleransi) tanpa
mencabut budaya pluralistik dan fakta sosial Indonesia. “Kehadiran Rumah Moderasi
Umat Beragama merupakan wadah akademik untuk memperkuat pemikiran dan
sikap moderat,” demikian nyanyian Prof Khodijah.
Lebih lanjut Prof. Nyanyu Khodijah menambahkan, upaya melalui pendekatan
akademik menjadi peran serius UIN Raden Fatah Palembang dalam mendukung
program Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama untuk memerangi dan
meminimalisir penyebaran paham keagamaan eksklusif atau gerakan radikal di
negeri ini.
DISCUSSION

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 13
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

Perguruan tinggi memiliki peran penting dan strategis dalam menangkal bahaya
radikalisme yang berkembang di masyarakat. Mahasiswa diharapkan menjadi ujung
tombak untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya radikalisme. Salah satunya adalah
upaya deradikalisasi paham keagamaan melalui moderasi beragama bagi mahasiswa UIN
Raden Fatah Palembang. Jenis-jenis upaya penanaman moderasi beragama untuk
deradikalisasi paham keagamaan adalah sebagai berikut.
A. Kebijakan UIN Raden Fatah Palembang dalam Penyusunan Kurikulum
Bentuk kurikulum yang memuat moderasi beragama sebagai upaya perguruan
tinggi untuk deradikalisasi paham keagamaan di kalangan mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang, adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam
Keberadaan Pendidikan Agama (termasuk Pendidikan Agama Islam atau PAL)
di Perguruan Tinggi selain sebagai mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh
mahasiswa, juga sangat berarti untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan
yang digariskan oleh Sistem Pendidikan Nasional yaitu manusia. yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mahakuasa dan berbudi luhur. PAI
diharapkan berimplikasi pada terwujudnya masyarakat yang berkualitas (baik
kualitas berpikir maupun dzikir), kreatif, produktif, serta berlandaskan iman dan
taqwa kepada Allah swt.
2. Pendidikan Multikultural
Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu metode dan strategi. Karena
metode dan strategi merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, dosen sebagai pendidik harus dapat memilih strategi pembelajaran
yang tepat untuk memudahkan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
diajarkan, terutama dalam memasukkan nilai-nilai multikulturalisme dalam proses
pembelajaran. Metode yang digunakan dosen dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan multikultural antara lain dengan menyisipkan isu-isu kontemporer yang
sedang hangat dibicarakan. Kemudian buatlah kajian bersama. Dengan cara ini,
siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu kontemporer yang
sedang dibahas. Dan akhirnya wawasan siswa menjadi semakin terbuka.
B. Organisasi Mahasiswa Keagamaan (Ormawa) sebagai Agen Moderasi
Salah satu bentuk kegiatan moderasi beragama yang dilakukan oleh organisasi
Pramuka UIN Raden Fatah Palembang adalah dengan membuat rekor muri pembuatan
pantun tentang moderasi beragama kepada seluruh civitas akademika, ujar Ariyanto
selaku panitia dalam kegiatan tersebut. Kemudian integritas, humanisme, spiritualitas,
adaptasi, dan nasionalisme adalah filosofi Perkemahan Wirakarya Nasional Perguruan
Tinggi Keagamaan (PWN PTK) XV yang dapat menjadikan anggota pramuka mampu
menjadi manusia moderat.
C. PBAK, Iftitah Lectures, Public Lectures, and Seminars in Strengthening Religious
Moderation in Higher Education
a. PBAK Merdeka UIN Raden Fatah Palembang dengan tema “Wujudkan Moderasi,
Lindungi NKRI, Untuk Generasi Unggul”.
b. Kuliah Umum FITK Iftitah bertema "Peduli Keberagaman Melalui Penguatan
Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi".

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 14
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

c. Kuliah Tamu Moderasi Keagamaan dengan Tema “Kebijakan Kementerian Agama


Republik Indonesia Tentang Moderasi Keagamaan di Perguruan Tinggi Negeri
Keagamaan” dan “Langkah Strategis Moderasi Keagamaan di Perguruan Tinggi
Negeri.
D. Mendirikan Rumah Moderasi Keagamaan di UIN Raden Fatah Palembang
Moderasi beragama digunakan sebagai kontra-narasi dari pemahaman yang
dikembangkan oleh kelompok tertentu. Hal ini selalu disampaikan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin. Kementerian Agama
mengeluarkan surat edaran berupa pendirian Rumah Moderasi dengan harapan mampu
menjadi motor penggerak gerakan moderasi keagamaan yang memberikan pesan
keagamaan yang damai dan terbuka, erat kaitannya dengan menjadi kontra narasi.
tempat untuk pemahaman agama yang ekstrim. Di Perguruan Tinggi Agama Islam,
rumah moderasi keagamaan dapat menjadi wadah untuk mengungkapkan pendapat
(speak up) dengan komitmen moderasi keagamaan seperti analisis, penelitian, publikasi,
dan pendampingan masyarakat (Hefni, 2020: 8-9)
CONCLUSION
Prasangka dan klaim perguruan tinggi sebagai pusat dan bibit radikalisme muncul
setelah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis hasil penelitiannya.
Meski perlu diuji secara metodologis, penelitian yang dihadirkan BNPT menciptakan
“politik ketakutan” setelah secara tegas menyebut tujuh perguruan tinggi negeri ternama
terpapar ideologi radikal. Setelah dilakukan penelitian tentang paham radikal, ternyata ada
bibit-bibit potensi radikalisme yang terjadi di kalangan mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang, meski tidak tergabung dalam organisasi yang berpandangan radikal.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai indikator moderasi beragama, ditemukan
bahwa beberapa siswa memiliki pemahaman yang sangat rendah tentang komitmen
kebangsaan, keterbukaan/toleransi, anti kekerasan, dan budaya lokal yang terakomodasi.
Perguruan tinggi memiliki peran penting dan strategis dalam menangkal bahaya
radikalisme yang berkembang di masyarakat. Mahasiswa diharapkan menjadi ujung
tombak untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya radikalisme. Salah satunya adalah
upaya deradikalisasi paham keagamaan melalui moderasi beragama bagi mahasiswa UIN
Raden Fatah Palembang. Jenis-jenis upaya penanaman moderasi beragama untuk
deradikalisasi paham keagamaan adalah sebagai berikut. 1) Kebijakan UIN Raden Fatah
Palembang dalam Penyusunan Kurikulum, 2) Organisasi Mahasiswa Keagamaan
(Ormawa) Siap Menjadi Agen Moderasi melalui Perkemahan Wirakarya Nasional, 3)
PBAK, Kuliah Iftitah, Kuliah Umum, dan Seminar Penguatan Moderasi Keagamaan di
Perguruan Tinggi , 4) Mendirikan Rumah Moderasi Keagamaan di UIN Raden Fatah
Palembang.

REFERENCES
Akhmadi, Agus. 2019. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious
Moderation in Indonesia’s Diversity.” Jurnal Diklat Keagamaan 13 (2): 45–55.
Bachtiar S. Bachri. 2010. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif.” Teknologi Pendidikan 10 (1): 46–62.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 15
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

E. Kristi Poerwandari. 2013. Pendekatan Kualitatif Untuk Meneliti Perilaku Manusia.


Jakarta: LPSP3.
Eko Murdiyanto. 2020. Metode Penelitian Kualitatif (Teori Dan Aplikasi Disertai Contoh
Proposal). Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat UPN
”Veteran” Yogyakarta Press.
Furqon, Mohamad. 2020. “Pendidikan Multikultural Dalam Dunia Pendidikan Di
Indonesia.” Jurnal Pendidikan Nusantarasantara 1 (1): 1–12.
Habibie, M Luqmanul Hakim, Muhammad Syakir Al Kautsar, Nor Rochmatul Wachidah,
and Anggoro Sugeng. 2021. “Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam Di
Indonesia.” MODERATIO: Jurnal Moderasi Beragama 1 (1): 121–41.
Hefni, Wildani. 2020. “Moderasi Beragama Dalam Ruang Digital: Studi Pengarusutamaan
Moderasi Beragama Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri.” Jurnal Bimas
Islam 13 (1): 1–22. https://doi.org/10.37302/jbi.v13i1.182.
Hiqmatunnisa, Hani, and Ashif Az Zafi. 2020. “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam
Dalam Pembelajaran Fiqih Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Basic
Learning.” Jipis 29 (1): 29. http://ejournal.unis.ac.id/index.php/JIPIS/article/view/546.
Huda, Mualimul. 2018. “Eksistensi Pesantren Dan Deradikalisasi Pendidikan Islam Di
Indonesia (Menyemai Spirit Toleransi Dan Pendidikan Islam Multikultural).” Fokus
Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan 3 (1): 87.
https://doi.org/10.29240/jf.v3i1.458.
Huda, Ulul, Tenang Haryanto, and Budiman Setyo Haryanto. 2018. “Strategi
Penanggulangan Radikalisme Di Banyumas.” An-Nidzam 5 (1): 541–52.
Kamali, Mohammad Hasyim. 2015. The Middle Path of Moderation in Islam, the Qur’anic
Principle of Wasathiyah. Oxford: Oxford University Press.
Kawasan, Revitalisasi, and Lembah Tamansari. 2008. “Revitalisasi Kawasan Lembah
Tamansari Melalui Pemberdayaan Organisasi Masyarakat.” Teras 8 (1): 84–96.
Kementerian Agama RI. 2019. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI.
M. Marwan dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum: Dictionary of Law Complete Edition.
Surabaya: Reality Publisher.
Miles, Mathew. B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indinesia Press.
Nashihin. 2022. “Pendidikan Multikultural Di Indonesia Dan Relevansinya Dengan
Konsep Islam.” UmmulQura : Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD)
Lamongan 17 (01): 11–25.
Ningsih, Indah Wahyu, Andi Saefullah Anwar, and Qiqi Yuliati Zakiah. 2022.
“Penggunaan Teknologi Informasi Sebagai Jembatan Reformasi Pendidikan Islam Di
Indonesia.” Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 5 (2): 179–
94. https://doi.org/10.30868/im.v4i02.2608.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 16
P-ISSN : 2722-9564 Ta`dib: Jurnal Pendidikan Islam, 26(2), 2021
E- ISSN : 2722-9572 Muhamad Fauzi, Rohmadi

Peter Reinhard Golose. 2009. Deradikalisasi Terorisme, Humanis, Soul Approach Dan
Menyentuh Akar Rumput. Jakarta: YPTIK.
Rezi, Muhamad. 2020. “Moderasi Islam Era Milenial (Ummatan Wasathan Dalam
Moderasi Islam Karya Muchlis Hanafi).” Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial Dan
Budaya 2 (2): 16–30.
http://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/article/view/2405.
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sugiyono. 2018. Metodelogi Penelitian Dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarto, Emmi Kholilah Harahap. 2019. “Mengembangkan Moderasi Pendidikan Islam
Melalui Peran Pengelolaan Pondok Pesantren.” Ri’ayah 4 (1).
Tersiana, Andra. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Start Up.

Copyright © 2021, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Print ISSN: 1410-6973, Online ISSN: 2443-2512 17

Anda mungkin juga menyukai