Anda di halaman 1dari 14

Machine Translated by Google

E-ISSN : 2548-7892 & P-ISSN : 2527-4449

Jilid 7 Nomor 2 Desember 2022

Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama


Paradigma Teoantropoekosentris pada Ma'had Al-Jamiah di IAIN
Padangsidimpuan

Hamdan Hasibuan1, Irsal Amin2, Achmad Yani3


1,2Universitas Islam Negeri Syaikh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, Indonesia
3Universitas Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam

Penulis yang sesuai irsalamin@iain-padangsidimpuan.ac.id


ABSTRAK
Kehadiran Ma'had Al-Jamiah di perguruan tinggi agama Islam wajib
laboratorium internalisasi nilai-nilai moderasi beragama. Proses internalisasi
harus berjalan sejalan dengan tuntutan sosial masyarakat melalui institusi
pendidikan tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis
deskriptif kualitatif yaitu mengungkap proses internalisasi nilai-nilai moderasi
beragama pada mahasiswa Ma'had al-Jamiah IAIN Padangsidimpuan.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data digunakan triangulasi yaitu
INFO PASAL
pengumpulan data dan mengklasifikasikan, menyajikan, dan menarik
Sejarah artikel: kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai-nilai
Diterima
moderasi beragama dengan pendekatan teoantropoekosentris (ketuhanan,
28 Juli 2022
Diperbaiki kemanusiaan, dan lingkungan) dilakukan dengan proses pembelajaran yang
21 September, bersifat
2022 diprogramkan menjadi beberapa bagian, yaitu penguatan nilai-nilai ketuhanan
Diterima dibandingkan nilai-nilai fiqh yang rentan terhadap perbedaan, mengedepankan
1 Oktober 2022 konsep hidup manusiawi melalui pola hidup asrama dengan nilai-nilai kerukunan,
kebersamaan, saling menghormati perbedaan paham agama, dan menciptakan
sikap mencintai
lingkungan. Ketiga aspek tersebut saling menguatkan karena mempunyai
hubungan yang sangat erat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa siswa yang
memahami keimanan yang benar memiliki sikap manusia yang toleran, dan
akan menghargai ciptaan Tuhan berupa alam semesta.

Kata Kunci: Internlisasi Nilai Religius, Pradigma Teoantropoekosentris, Nilai


Moderasi Beragama
Cara mengutip Hasibuan, H., et al., (2022). Internalization Values of Religious Moderation Using
Theoanthropoecocentric Pradigma at Ma'had Al-Jamiah at IAIN Padangsidimpuan.
Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan, 7(2). 142-155
https://doi.org/10.25217/ji.v7i2.2631
Beranda Jurnal http://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/ji/
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY SA
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

PERKENALAN
Permasalahan yang menimpa masyarakat Indonesia semakin kompleks seiring dengan
bertambahnya usia negara. Hampir seluruh aspek kehidupan mempunyai permasalahan yang dapat
mempengaruhi keharmonisan hidup, seperti aspek ekonomi, pendidikan, politik, hukum, sosial,
budaya, dan lainnya terutama aspek kehidupan beragama. Religiusitas kehidupan berbangsa
merupakan nilai yang mampu mempersatukan bangsa di tengah permasalahan yang ada (Darajat,
2019). Agama sebagai pengikat juga dapat menjadi pemisah dalam masyarakat luas baik secara horizontal maupun vertik

Jurnal Iqra': Kajian Pendidikan 7(2): 142-155


Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

Kehidupan sosial yang didalamnya terjadi interaksi umat beragama menjadi tantangan tersendiri karena
dalam setiap kehidupan sosial yang didalamnya terdapat hubungan keagamaan yang saling terkait. Dalam
masyarakat mungkin ada beberapa agama yang hidup berdampingan, seperti Islam, Budha, Kristen, dan
agama lainnya. Ia berharap meski hidup berdampingan, tetap mengedepankan kerukunan yang diliputi
toleransi, rasa hormat, dan simpati dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan beragama (Mohd.
Syukri Jaffar & Jaffary Awang, 2020).

Pendidikan merupakan solusi yang sangat pasti untuk meningkatkan akhlak karena akan berjalan
secara sistematis dari seluruh aspek kemanusiaan (Ghazali & Busro, 2017). Pendidikan yang dimaksud
dalam hal ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada manusia dalam
menjaga nilai-nilai agama Islam agar nilai-nilai tersebut mencerminkan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
(Sholihah & Maulida, 2020; Yuliani & Muslimah, 2022). Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama
Islam dapat tercermin dalam pendidikan akhlak yaitu proses pendewasaan diri yang dimulai dari
pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Wahyuni, W., Jannah, SR, & Fadillah, K. 2022; Ngubad,
Mispani, & Tukiran, 2022). Tantangan saat ini dan masa depan adalah bagaimana pendidikan dapat
menempatkan pendidikan moral sebagai kekuatan bangsa (Najmina, 2018). Salah satu kekuatan suatu
bangsa untuk menjadi bangsa yang besar adalah kekuatan moralnya. Berbagai macam teknologi yang
dimiliki suatu negara tidak akan menjadikan suatu negara besar dan berarti bagi negaranya sendiri maupun
negara lain jika warga negaranya tidak memiliki kualitas moral. Kecanggihan teknologi malah akan menjadi
bencana bagi negara itu dan negara lainnya. Sebaliknya jika suatu negara mempunyai kemajuan teknologi
dan warga negaranya mempunyai kualitas moral yang baik maka akan menjadikan negara tersebut
menjadi negara yang kuat dan bermanfaat bagi negara lain (Radiansyah, 2020).

Kehadiran Mahad al-Jamiah di PTKIN menjadi forum baru yang dinilai efektif dalam menginternalisasikan
nilai-nilai moderasi beragama di kalangan mahasiswa. Wada h ini sebagai pendidikan dasar, melaksanakan
proses pendidikan Islam dalam bentuk modern yang menguatkan baik secara teoritis maupun praktis.
Pengamalan Islam merupakan kegiatan amaliah yang menekankan pada penanaman nilai-nilai Islam
dalam kehidupan siswa sehingga menjadi suatu kebiasaan yang menyatu. Proses penanaman nilai
moderasi menjadi suatu keharusan dalam rangka mencetak siswa yang siap menjadi pionir Muslim moderat
setelah kembali ke masyarakat. Ma'had Al Jamiah bahkan menjadi unit utama sebagai laboratorium
moderasi agama yang harus dikembangkan seperti lembaga pendidikan lainnya (Sutrisno, 2019). Moderasi
beragama harus hadir di kalangan masyarakat karena terbukti di kalangan masyarakat adanya sikap
pengantar dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Disadari atau tidak adanya kantong-kantong
intoleransi, kerentanan konflik komunal dan sikap-sikap radikal yang memerlukan perbaikan di berbagai
aspek (Setiadi, 2019).

Setiap elemen masyarakat harus ambil bagian untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial.
Di antara unsur masyarakat yang di dalamnya terdapat lembaga pendidikan (Mujizatullah, 2020), termasuk
perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat akademisi negeri yang berperan sebagai dosen, tenaga
kependidikan, dan mahasiswa. Unsur ketiga ini harus bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan
sehingga kehidupan bermasyarakat dan beragama menjadi lebih kondusif dalam berbagai aspek perannya
dalam masyarakat. Perguruan tinggi harus menempatkan diri di depan umum sebagai solusi tidak menjadi
masalah baru. Perannya bermacam-macam berdasarkan tugasnya masing-masing. Proses pendidikan
harus mengedepankan pendidikan yang dapat memberikan pencerahan kepada peserta didik dan
masyarakat luas karena menuntut tridharma perguruan tinggi.
Perguruan tinggi harus menjadi penggerak dalam sebagai agen solusi di masyarakat karena akademisi
negeri merupakan kelompok masyarakat tertinggi dalam penataan kehidupan bersosialisasi agar mendapat
tempat yang lebih baik di mata masyarakat umum. Civitas akademika belum cukup mempunyai tanggung
jawab moral untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dan dinamis. Siswa

143
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

menjadi salah satu pelaku utama selama berada di luar kampus dan sekaligus menjalankan
fungsi sebagai agen perubahan seperti dalam program pembelajaran di luar kampus (Muniarty
et al., 2021). Untuk mewujudkannya tentunya ketika berada di dalam kampus harus melakukan
proses internalisasi dalam setiap proses pendidikan yang ada didalamnya dengan berbagai
macam bentuknya (Rustya & Akhmad Zaini, 2020). Nilai-nilai moderasi agama harus ditanamkan
dalam diri mahasiswa agar setelah keluar kampus menjadi bagian dari masyarakat kampus bisa
memberi contoh sosial.
Lembaga Pendidikan khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam harus berperan dalam
mengembangkan desain Pendidikan Keagamaan dan memperkuat kerangka literasi keagamaan
untuk memperluas metode melihat agama di tengah gempuran kebebasan dalam mendapatkan
pemahaman agama. Kekayaan literasi agama mampu menjadikan penganut agama melihat
agama lebih dalam dan luas dengan berbagai literatur. Perguruan tinggi agama Islam harus
membuka diri untuk melihat agama-agama dari sudut pandang sastra sebagai bagian dari
tuntutan intelektual akademis, mempelajari dasar-dasar pengetahuan agama-agama sehingga
menimbulkan sikap menghargai perbedaan dengan semangat kemanusiaan. Paradigma post
transnasionalisme dalam Pendidikan Islam adalah melakukan manajemen multikultural dengan
nilai-nilai keselarasan sosial, toleransi, kerukunan, keberagaman, dan nilai timbal balik untuk
menjadi modal sosial bagi civitas akademika untuk membangun perdamaian dunia (Thoyib, 2020).
Pembaruan perubahan dan ekspresi agama di tengah masyarakat menunjukkan perubahan
yang dihadapi agama di Indonesia (Rambe et al., 2021). Menguatnya kewibawaan agama
mengakibatkan perubahan warna sosial politik. Fermentasi pemahaman agama dan agama yang
semakin bersinggungan di dunia maya turut serta memberikan pengaruh terhadap pemahaman
agama. Multitafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur'an mengakibatkan kerawanan di ruang publik
sehingga setiap orang seakan-akan memiliki pemahaman terhadap konteks keagamaan.
Digitalisasi dakwah sangat kuat terutama di masa pandemi sebagai upaya membangun peradaban
baru (Riza, 2021). menyatakan hal ini memberikan kesadaran harus ada solusi yang tepat dalam
mengatasinya yaitu melalui jalan moderasi agama yang harus ditempuh di tengah keterbukaan
informasi dan kemudahan dalam mendapatkannya.
Revolusi industri dengan menguatnya digitalisasi pada seluruh aspek kehidupan akademik
perguruan tinggi yang menawarkan kebebasan berekspresi saat ini telah memicu doktrin konten
agama yang eksklusif dan menyasar kalangan pelajar. Dunia digital hadir dengan narasi murah,
akses keagamaan yang bebas dan seringkali menggunakan kelompok yang tidak bertanggung
jawab untuk memupuk konflik dan identitas politik sehingga mengakibatkan pergeseran otoritas
agama, menguatnya individualisme, dan mengubah pluralisme menjadi tribalisme (Hefni, 2020).
Selain itu masukan pemahaman agama yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh pendidikan
di tingkat universitas khususnya pada ilmu-ilmu agama Islam. Banyak pelajar yang belum memiliki
latar belakang Islam yang kuat sebelum menjadi mahasiswa.
Kehadiran Ma'had Al-Jamiah menjadi wadah pelembagaan tradisi keilmuan pesantren dan
memperkuat paradigma membangun limun Islam.
Moderasi agama dalam bentuk nilai-nilai dapat membuat mahasiswa menjadi lebih berhati-
hati dan terbuka terhadap perbedaan-perbedaan yang mungkin ditemui di luar dunia kampus.
sejalan dengan makna bahwa moderasi adalah jalan tengah dari perbedaan (ABROR, 2020).
Dalam menyikapi perbedaan selalu mencari jalan terbaik tanpa harus mengutamakan pendapat
pribadi dan menyalahkan pendapat orang lain (Khalil Nurul Islam, 2020). Dengan adanya
pemahaman agama yang moderat, seseorang dengan tidak berlebihan dan ekstrim menjalani
ajaran agama sehingga konflik horizontal dapat diminimalisir. Kecenderungan Masyarakat
sekarang inilah yang muncul dari nilai-nilai moderasi yang ekstrim atau ketat dalam memahami
teks-teks keagamaan dan mencoba memaksakan metode yang ada di tengah-tengah Masyarakat
Muslim, kecenderungan tunduk pada perilaku dan pemikiran negatif

144
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

that come from culture and civilization another (Fahri & Zainuri, 2019; Kristiawan, et al., 2021).

Dalam bahasa Arab moderat artinya Al-wasath yaitu model berpikir dan berinteraksi dengan
menyeimbangkan antara dua kondisi, sehingga sesuai prinsip Islam dalam beriman, beribadah, dan
beretika. Integrasi dan perpaduan Islam dalam aspek kehidupan menjadi ciri moderasi beragama (Islam,
2019). Merujuk pada Al-Qur’an sebagai acuan ungkapan keagamaan baik pada tingkat pemahaman atau
pengamalannya, maka keberadaan ummat moderat merupakan induk bagi pemahaman Islam atau
Muslim moderat.
Wasatiyah menjadi landasan dalam membahas Islam dengan peradaban modern yang terintegrasi untuk
menghadirkan Islam yang lebih relevan dan adil (Akhmad Fajron dan Naf'an Tarihoran, 2020) untuk
menghindari terjadinya konflik antar agama (Najib & Fata, 2020).
Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa internalisasi agama moderasi di lingkungan perguruan
tinggi dengan berbagai jenis metode diantaranya melalui pendekatan kurikulum (Pujiati, 2021), menjadikan
kompetensi nilai-nilai moderasi beragama sebagai landasan kehidupan mahasiswa (Rifqi, 2021),
membuat berbagai macam program kegiatan ( Sumarto, 2021), pelaksanaan pelatihan pada organisasi
kemahasiswaan (Hadziq, 2019), pendampingan mahasiswa (Nasih et al., 2021), dan sebagainya
penelitian menunjukkan bahwa internalisasi moderasi keagamaan dalam kerangka menjadikan mahasiswa
sudah berwawasan luas terhadap Islam. Banyak dengan berbagai model dan bentuk, namun belum
ditemukan penelitian yang menjelaskan tentang proses internalisasi dengan menjadikannya sebagai
bagian dari rancangan kehidupan siswa dan pendekatan yang jelas sehingga dapat diukur. Kajian ini
berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dengan paradigma yang jelas yaitu
theoanthropoecocentric.
Integrasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan hidup dalam kehidupan mahasiswa selama
tinggal di asrama kampus.
Paradigma theoanthropoecocentric ini merupakan rancangan pembangunan keilmuan Islam yang
terintegrasi antara kekuatan keimanan kepada Allah SWT, sikap sosial umat manusia yang kuat dan
peduli terhadap alam yang saat ini berada dalam krisis. Paradigma ilmu pengetahuan merupakan hasil
ijtihad keilmuan yang sangat mendalam yang dibangun oleh Ibrahim Siregar yaitu seorang guru besar
agama Islam dari tanah Sumatera Utara sebagai landasan pengembangan dalam berbagai aspek
kehidupan akademis. Dalam pandangannya, ada ketuhanan (tauhid) kepada Allah SWT yang harus
dikuatkan dalam segala aspek kehidupan sehingga landasan pertama adalah membangun keimanan
yang kuat kepada Allah SWT. Jika keyakinan sudah kuat maka beragam pemahaman agama yang hadir
menjadi bukan sesuatu yang buruk karena setiap siswa sudah mempunyai benteng untuk menghindarinya.
Anthropo adalah kemanusiaan yang merupakan perwujudan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan
bersosialisasi agar peserta didik mempunyai sikap manusiawi. Ekosentrisme berarti lingkungan hidup (alam) yang harus dilest
Sikap peduli terhadap alam sekitar merupakan suatu sikap yang sedang mengalami krisis saat ini.

IAIN Padangsidimpuan menjadi salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri yang mempunyai
rancangan totalitas yang mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk mengikuti proses pendidikan di
Ma’had Al-Jamiah dan tinggal di asrama. Membangun paradigma ilmu pengetahuan dimulai dan dikuatkan
siswa Selama berada di dalamnya, maka pahamilah agama yang telah anda tata dengan baik dengan
nilai-nilai yang moderat. Proses pengembangan moderasi keagamaan ini diinternalisasikan dengan
paradigma theoanthropoecocentric, dimana keberadaan tiga pilar ilmu pengetahuan berupa ketuhanan,
kemanusiaan dan cinta lingkungan hidup. Ketiga pilar ini dijadikan landasan dalam menjalankan seluruh
proses Pendidikan sebagai upaya internalisasi moderasi Islam. Menggunakan paradigma yang jelas
melalui rumusan yang terkonsep dengan baik diharapkan menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan
suasana damai dan mempersatukan seluruh elemen, kelompok, dan budaya Islam dalam masyarakat.

Proses internalisasi nilai-nilai moderasi agama di kalangan santri di Ma'had Al-Jamiah harus
mengikuti langkah-langkah yang benar dan terarah dengan tujuan agar nilai-nilai tersebut dapat terwujud.

145
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

menjadi jati diri mereka. Abdul Hamid menjelaskan internalisasi harus melalui tahapan yang
jelas yaitu tahapan skor transformasi dengan penggunaan komunikasi formal, tahapan skor
transaksi yaitu komunikasi dua arah, dan transinternalisasi yang bersifat sasaran mental
(Hamid, 2016). Ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam proses Pendidikan bagi seorang
peserta didik dengan berbagai metode baik melalui pembelajaran, pemahaman, dan
menjadikannya program Institusi. Upaya menjadikan kepribadian siswa moderat
memerlukan proses dengan memperhatikan segala aspek baik dalam diri maupun lingkungan
siswa.
Internalisasi nilai-nilai moderasi keagamaan dengan pendalaman atau penghayatan
terhadap ajaran Islam dilakukan agar nilai-nilai keimanan menjadi kuat.
Menurut Chabib Thoha, bahwa internalisasi adalah suatu teknik dalam proses pemberian
pendidikan nilai yang bertujuan untuk mencapai kepemilikan nilai dan mengintegrasikannya
ke dalam kepribadian seseorang (Chabib Thoha, 2006). Tujuannya agar nilai-nilai yang ditanamkan
Penggabungan diri seseorang dalam psikologi adalah penyesuaian nilai, sikap, keyakinan,
dan aturan pada diri seseorang (Hamdani Ihsan, 2007, p. 153). Penelitian sebelumnya terkait
moderasi beragama dalam lingkup masyarakat dan lembaga pendidikan hingga
menginternalisasikan nilai-nilai moderasi beragama dengan konsep umum. Penelitian ini
diarahkan dengan membangun konsep dan paradigma yang terukur, yaitu pendekatan
ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan (theoanthropoecocentric), artinya internalisasi
dilakukan dengan menggunakan bangunan keilmuan yang kuat.
Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap proses internalisasi nilai-nilai
moderasi beragama dengan tiga pilar paradigma theoanthropoecocentric yaitu ketuhanan
(belajar tauhid), membangun sikap humanisme (kemanusiaan), dan cinta alam sekitar yang
merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. . Mengungkap Program Pendidikan yang
dilaksanakan untuk menanamkan skor moderasi beragama (Islam moderat), dan pelaksanaan
program dalam ruang lingkup theoanthropoecocentric. dengan melakukan kajian maka dapat
diketahui proses internalisasi, program, dan implementasinya. Setelah dilakukannya kajian ini
dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan moderasi keagamaan
untuk diimplementasikan dalam berbagai model dan proses.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif tentang penerapan
teoantropoekosentris dalam konteks pendidikan di Ma'had Al-Jamiah. Untuk memperoleh
data penelitian, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen.
Peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan oleh muwajjih (dosen pembimbing), dan musyrif
(mahasiswa senior), untuk memperkuat data observasi, peneliti melakukan wawancara
kepada mudir (kepala pengasuh), muwajjih, musyrif, dan mahasiswa sebagai objek tindakan
untuk mengetahui proses terjadinya internalisasi nilai-nilai moderasi beragama.
Studi dokumen dilakukan peneliti untuk mengungkap program yang ada dengan melengkapi
baik bentuk program, tujuan, pedoman, kurikulum, dan lain sebagainya. Untuk menganalisis
data yang telah diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu penyajian data,
klasifikasi, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN DISKUSI


Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dengan pendekatan teoantropoekosentris pada
Ma'had al-Jamiah IAIN Padangsidimpuan diwujudkan dalam berbagai macam program
pendidikan dan pembinaan. Data wawancara menunjukkan bahwa proses internalisasi
dilakukan terhadap seluruh struktur yang bertanggung jawab di Ma'had Al-jamiah terkait

146
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

program yaitu visi dan misi ma'had al-jamiah adalah menanamkan moderasi beragama melalui
ma'had sehingga disebut dengan laboratorium moderasi. Mudir menjelaskan, program kegiatan
didasarkan pada moderasi yang dibingkai dalam teoanthropoecocentrism. muwajjih/ah menjelaskan
bahwa setiap kegiatan harus mempunyai nilai moderasi yaitu menanamkan keimanan yang tidak
menyalahkan agama orang lain dan ibadah yang mengakomodasi pemahaman orang lain. Observasi
yang dilakukan terhadap kegiatan menunjukkan adanya nilai-nilai yang luas dan tidak terbatas pada
materi yang disampaikan.

Wawancara dengan muwajjih yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa setiap kegiatan
harus mempunyai nilai-nilai moderat yaitu menanamkan keimanan yang tidak menyalahkan orang lain.
agama dan ibadah masyarakat harus mengakomodasi pemahaman agama orang lain. Artinya
kegiatan di asrama dibangun dengan paradigma Islam yang luas dan dibingkai oleh nilai-nilai
Pancasila dan keberagaman karena setelah mereka keluar dari asrama harus memahami bahwa
mereka hidup dalam lingkungan yang multi pengertian (Salamah et al., 2020). . Hal serupa juga
disampaikan oleh Mufidatul Husna bahwa penanaman nilai dalam kajian Islam harus mengedepankan
nilai-nilai kebangsaan (Siregar et al., 2021). Pada aspek lain, tidak hanya terbatas pada kajian yang
dibangun dengan moderasi, namun juga pembinaan kegiatan unit kemahasiswaan karena termasuk
membangun praktik moderasi (Anwar & Muhayati, 2021).

Dan musyrif juga menyampaikan bahwa sebelum menjadi musyrif harus memahami konsep moderasi
beragama yang jelas agar tidak menimbulkan permasalahan baru yang dapat menghambat aktivitas
ibadah di lingkungan Ma'had Al-jamiah. Untuk memahami nilai moderasi beragama pada mahasiswa,
peran dosen sangat diperlukan karena mereka merupakan orang yang bersentuhan langsung dengan
mahasiswa (Winata et al., 2020).
Kemudian peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan, semuanya mengandung
nilai-nilai yang luas dan tidak terbatas pada materi yang disampaikan sehingga tersampaikan dari
berbagai sudut pandang. Kebijakan penanaman nilai ini merupakan proses aktualisasi moderasi di
lembaga pendidikan (Nashuddin, 2020). Kemudian peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan
yang dilakukan, semuanya mengandung nilai-nilai yang luas dan tidak terbatas pada materi yang
disampaikan sehingga tersampaikan dari berbagai sudut pandang. Kebijakan penanaman nilai ini
merupakan proses aktualisasi moderasi di lembaga pendidikan (HS, 2021).

Hal ini sejalan dengan proses transmisi nilai ke dalam kurikulum dan kegiatan di kampus-kampus
pesantren lainnya seperti Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim dan Darussalam Gontor (Nasir &
Rijal, 2021). Tidak hanya di perguruan tinggi agama, proyeksi moderasi beragama juga menjadi
agenda di perguruan tinggi negeri melalui penapisan pemahaman mahasiswa secara berkala
(Purwanto et al., 2019).
seperti di Universitas Pendidikan Indonesia. Theo berarti ketuhanan, Anthropos berarti kemanusiaan,
dan ekosentris berarti lingkungan. Implementasi ketiga paradigma tersebut dibangun pimpinan
kampus dengan melihat ilmu agama Islam dari aspek yang lebih spesifik agar lebih mudah
diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk program. Perumusan ini didasarkan pada kenyataan bahwa
manusia dilahirkan untuk menjadi hamba yang beribadah kepada Allah dengan segala bentuk
ketaqwaan, baik lahiriah maupun batiniah.
Proses internalisasi dilaksanakan melalui proses pembelajaran, pembiasaan, dan pengawasan.
Berbagai strategi juga telah dikembangkan di perguruan tinggi lain yang tentunya berbeda dengan
IAIN Padangsidimpuan, seperti menjadikannya sebagai perguruan tinggi mata (Mualimin et al.,
2021). Proses internalisasi melalui pembelajaran adalah memberikan pemahaman kepada peserta
didik tentang berbagai konsep, materi, dan nilai dengan tujuan untuk meningkatkan kognitif yang
berlaku dari atas ke bawah dari pengajar yang

147
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

terdiri dari pengawas asrama. Internalisasi melalui pembiasaan adalah menjadikan nilai-nilai
ditransformasikan menjadi kegiatan-kegiatan yang harus diikuti dengan baik (praktik) sehingga peserta
didik mempunyai pedoman hidup dan kegiatan-kegiatan yang harus diikuti dengan tertib. Pengawasan
dibentuk untuk memastikan bahwa nilai-nilai dari tiga paradigma utama yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
dan lingkungan hidup hidup berdampingan dengan nilai-nilai moderat dan berjalan sesuai rencana
yang telah ditentukan. Prosesnya dilakukan melalui evaluasi dan penindakan terhadap setiap kasus pelanggaran.

Proses internalisasi oderasi Islam dengan theoantropoekosentris pada


Ma’ha Al-Jamiah IAIN Padangsidimpuan

Gambar 1. Proses Internalisasi Moderasi Islam melalui


Paradigma Theoantropoekosentris

Tiga paradigma dalam teoantropoekosentris berjalan dengan tiga proses yang disesuaikan dengan
proses siswa. Untuk mempertebal keimanan Verstand, para santri mengadakan pembelajaran tentang
ketuhanan (tauhid) melalui pembelajaran Al-Quran dan pembinaan kepribadian. Penguatan pemahaman
tentang Allah SWT akan menjadikan siswa lebih mengutamakan Islam dibandingkan memahami
perbedaan pemahaman fiqh. Penguatan nilai Tuhan dianggap penting untuk membentengi siswa dari
pemahaman dan menganggap pemahaman lebih baik dibandingkan pemahaman orang lain (Norhadi,
2019). Tauhid dijadikan sebagai Teori utama dalam menguatkan diri dalam menjalankan ibadah
sehingga mampu melunakkan hati yang keras, menentramkan keadaan hati yang gelisah. Memahami
keimanan yang hakiki lebih penting untuk diajarkan dibandingkan memahami banyak perbedaan
pemahaman fikih sehingga sikap santri yang ekstrim dan radikal dapat terhindar darinya. Pembelajaran
fiqh yang permanen ada namun dijelaskan dengan penguatan muatan akidah atau argumentasi
penguatan keyakinan (Iqbal, 2021).

Nilai-nilai kemanusiaan tersebut diwujudkan dengan disiplin hidup pesantren yang diterapkan
dalam setiap sudut kehidupan santri, mulai dari aktivitas makan tertib antrian, shalat tepat waktu,
mengikuti setiap program pembelajaran, dan aktivitas jam malam. Itu
Penanaman nilai-nilai kemanusiaan sangat diajarkan dengan menjaga ketertiban bersama karena tidak
membuat keributan dengan menunjukkan sikap ketaatan terhadap aturan yang ada. Kemanusiaan adalah
manusia yang dimanusiakan dengan memberikan hak-hak sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang sama derajatnya.
Pembiasaan menjadi metode internalisasi dalam konteks berperilaku hidup, dan ketaatan menjadi nilai
sikap setiap aturan yang dijalankan. Nilai-nilai Islam yang moderat dalam konteksnya adalah
menciptakan kesadaran hukum (kepatuhan) sehingga jauh dari sikap egoisme.
Nilai-nilai cinta lingkungan diwujudkan dengan kewajiban menjaga fasilitas asrama, baik lampu
pijar yang digunakan, kaca jendela, pintu, menghemat air, serta menjaga kebersihan dan keindahan
lingkungan. Nilai dari

148
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

moderasi yang terkandung dalam hal ini adalah nilai menjaga kenyamanan dan keindahan asrama yang merupakan
nilai moderasi dalam agama islam karena islam tidak hanya mengatur tata cara ibadah yang rutin namun juga
menjaga lingkungan yang merupakan ciptaan allah swt. SWT. Dalam konsep Islam moderat diharapkan umat Islam
menjadi rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya manusia tetapi juga makhluk lainnya. Komitmen tersebut menjadi
agenda utama pemerintah untuk menghadirkan moderasi beragama dalam berbagai aspek kehidupan, salah
satunya di lingkungan kampus (Malik & Busrah, 2021).

Internalisasi dalam konteks ini melalui pengawasan dan pemberian teguran kepada mahasiswa yang tinggal di
asrama untuk menjaga segala bentuk fasilitas dan lingkungan.

Gambar 2 Aspek Internalisasi Paradigma Theoantropoekosentris

Ketiga aspek di atas yang diinternalisasikan kepada peserta didik mempunyai relevansi yang sangat kuat
dengan moderasi beragama. Relevansi nilai ketuhanan dan kemanusiaan dapat menciptakan kehidupan yang baik,
perubahan agama dan mental akan terlihat pada diri seseorang karena beriman kepada Allah SWT yang tentunya
akan mencintai ciptaan-Nya (Simanjuntak & Benuf, 2020). Nilai ketuhanan yang tidak tertanam dalam diri seseorang
akan menimbulkan sikap tidak manusiawi sehingga dapat melakukan penyiksaan, penganiayaan, bahkan
pemerkosaan. Banyak contoh berupa fakta yang ada di depan mata pada negara-negara yang tidak beriman
kepada Tuhan dan tidak mempunyai sikap kemanusiaan yang kuat sehingga bisa memperlakukan manusia seperti
binatang (Dewi et al., 2020). Pemahaman terhadap ketuhanan akan memunculkan sikap lebih manusiawi dalam
agama apapun (Triguna, 2018).

Kedamaian akan terwujud karena terjadi kesatuan dimensi rahmat Lil'alamin dalam alam semesta. Ada tiga
dimensi perdamaian dalam Islam yang pertama, dimensi tauhid (kemanusiaan) dimana Allah SWT sebagai inspirasi
dan sumber perdamaian.
Dimensi kedua inshperseh (kemanusiaan) adalah manusia diciptakan dalam keadaan suci dan mempunyai nilai-
nilai yang sangat mendasar bagi kedamaian hidup, manusia harus berdamai dengan dirinya sendiri saja keluarganya,

149
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

dan lingkungan masyarakat, dimensi ketiga kauniyah (alam) yaitu tempat alam diciptakan untuk
dikelola oleh manusia (Yati, 2018). Kegiatan mengintegrasikan ketiga aspek ini menjadi suatu
kewajiban bagi Lembaga Pendidikan Islam karena merupakan amanah pendidikan semata. Ketika
seseorang hanya mengenal Tuhan saja tidak mengetahui rancangan alam semesta maka ilmu tidak
menghasilkan teknologi yang dapat digunakan oleh manusia, Pengetahuan tentang alam semesta
semakin kuat sehingga menghasilkan teknologi yang ampuh untuk digunakan sebagai pertolongan
sekitar akan tetapi hanya memperkaya diri sendiri bahkan menimbulkan kerusakan. ke yang baru.
Keterpaduan ketiga aspek tersebut pada hakikat diri seseorang di antara ketuhanan, kemanusiaan,
dan fitrah akan menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia secara luas tanpa
menimbulkan kerusakan baru (Amin, 2017).
Program internalisasi nilai-nilai keislaman yang moderat di atas ditransformasikan kepada pelajar
menjadi beberapa program yang sesuai dengan kebutuhan pelajar yang terdiri dari program mingguan,
bulanan dan tahunan. Program mingguan terdiri dari pembelajaran dan pembinaan kepribadian.
Pembinaan kepribadian dilaksanakan setiap hari Sabtu dengan menghadirkan narasumber dari luar
kampus, dan pembinaan terhadap tata tertib yaitu dengan melakukan evaluasi malam terhadap
seluruh kegiatan yang dilaksanakan di asrama dengan melakukan apresiasi dan teguran. Program
bulanan merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dimasa depan pada setiap bulannya yang
terdiri dari monitoring oleh pimpinan kampus dan tim kode etik mahasiswa. Sedangkan program
tahunannya terdiri dari pembinaan bakat mahasiswa yang menghadirkan nilai-nilai Islam moderat.
Implementasi proses internalisasi adalah menghadirkan nilai-nilai Islam moderat dalam setiap aktivitas
yang dilalui siswa.
Kajian ini menunjukkan bahwa kehadiran ma'had al-jamiah merupakan laboratorium moderasi
beragama bagi santri dan menjadi wadah utama dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama.
Kegiatan tersebut dikonsep sedemikian rupa sehingga ditanamkan melalui paradigma
thoeanthropoecocentric yang disalurkan melalui program yaitu pengembangan kepribadian yang
moderat, kehidupan beragama yang menjemukan artinya peserta didik dapat menjadi imam dengan
pemahamannya, menanamkan konsep hidup toleran. dalam berbagai bidang kehidupan di lingkungan
asrama. menanamkan nilai moderasi dalam lingkup kemanusiaan dengan menjalani hidup dalam
sikap menghadirkan perasaan siswa terhadap perasaan orang lain dengan melakukan kunjungan ke
keluarga siswa yang terkena musibah.

Di lembaga kementerian, yang dilakukan adalah implementasi kebijakan sebagai perpanjangan


tangan kementerian agama dengan mengambil kebijakan yaitu penanaman nilai moderasi melalui
apel pagi, dialog antaragama, dan koordinasi. (Litiloli, 2020). Agus menjelaskan moderasi kepada
masyarakat melalui keagamaan yang ada
instruktur dengan menanamkannya pada penyuluh dan kemudian mensosialisasikannya
masyarakat (Agus Akhmadi, 2019). Kemudian Riniti mengatakan akan lebih mudah jika dilakukan
dengan memaksimalkan peran perempuan lintas agama karena mereka adalah pemeran utama dalam
keluarga (Riniti Rahayu & Surya Wedra Lesmana, 2020). Di ranah media, sosialisasi dilakukan melalui
Facebook dan Instagram untuk menyebarkan konsep moderasi beragama sebagai penegas isu
radikalisme (Wibowo & Nurjanah, 2021), pengembangan konten moderasi beragama dengan berbagai
kreativitas dengan menampilkan Islam Humanis untuk mengubah hal-hal negatif. pandangan Islam
(Hamdi et al., 2021).
Yahya menjelaskan bahwa dalam masyarakat multi agama, kenyamanan beragama harus saling
menjaga agar tidak terjadi konflik horizontal (Yahya, 2020). n lingkungan pesantren dilakukan dengan
dua model, yaitu penanaman nilai-nilai pesantren dan penanaman nilai-nilai Pancasila, Bhinneka
Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 1945.(Nurdin & Syahrotin
Naqqiyah, 2019). Pesantren adalah

150
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

juga diwujudkan dalam bentuk komitmen nasional, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif
terhadap budaya lokal (Massoweang, 2020).
Dalam lingkup Ma'had al-jamiah pernah diterapkan di Ma'had Aly Sukorejo
dengan memperkuat moderasi pada ranah fiqh moderat yang didasarkan pada penjelasan usulan
fiqh, karena usulan fiqh membuat mereka mengetahui dasar-dasarnya sehingga tidak fanatik dalam
memahaminya (Kamal Abdul Aziz Ibrahim, 2006), di Ma'had Aly As- adiyah dilaksanakan di kelas
formal dan halakoh (Saddam & Andi EKi, 2021), serta di Ma'had Al-jamiah UIN Raden Intan
Lampung dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur hidup di lingkungan asrama. Melihat
dari berbagai kajian yang ada, maka posisi penelitian ini adalah sebagai model baru dengan
bangunan paradigma keilmuan yang direduksi menjadi program Ma’had Al-jamiah yaitu bertaqwa
yang tangguh, berjiwa humanis, dan peduli terhadap alam. lingkungan.

Penelitian ini memberikan informasi akurat tentang perkembangan Ma'had Al-jamiah yang
dibangun berdasarkan paradigma keilmuan yang jelas yang dapat dijadikan acuan Ma'had Al-
jamiah di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam atau program Ma'had lainnya. yang dirancang
sangat kuat karena merupakan koordinator bisnis Universitas Islam Negeri Padangsidimpuan.
Penelitian ini juga mempunyai keterbatasan terutama pada aspek pendalaman metodologi karena
penelitian harus disesuaikan dengan kegiatan asrama. Untuk memperkuat penelitian ini, diharapkan
bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan uji coba efektivitas program dengan pendekatan
theoanthropoecocentric dan mengaitkannya dengan aspek-aspek penguatan program yang
mungkin dilakukan.

KESIMPULAN
Setelah peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa
internalisasi moderasi beragama atau Islam moderat di Ma’had Al-Jamiah dengan paradigma
teoantropoekosentris dilakukan dengan menerjemahkan berbagai program pembelajaran dan
pembinaan dalam lingkup pesantren. kehidupan.
Nilai-nilai moderasi dibingkai dalam lingkup pemahaman siswa terhadap konsep ketuhanan (tauhid)
untuk lebih memperkuat pemahaman aqidah dibandingkan dengan pemahaman fiqh yang rentan
terhadap berbagai macam perbedaan sehingga memiliki
potensi menyalahkan pemahaman orang lain atau yang disebut dengan konsep.
Nilai-nilai kemanusiaan dan ketertiban lazim ditanamkan pada diri santri dengan rancangan
pembiasaan dan pengawasan terhadap setiap aktivitas santri dengan membuat rancangan
kehidupan kost. Meningkatkan kesadaran untuk menaati peraturan yang ada merupakan jalan
utama sehingga menghadirkan sikap saling menghargai antar sesama siswa. Model internalisasi
ini dikenal dengan konsep antropo (kemanusiaan). Internalisasi cinta lingkungan hidup
diselenggarakan dengan pemahaman bahwa Islam adalah agama cinta seluruh ciptaan Allah
termasuk alam sekitar. Konsep ini dikenal dengan istilah internalisasi ekosentris. Tiga pendekatan
dalam menginternalisasikan nilai-nilai moderasi beragama atau Islam moderat ke dalam diri siswa
ini dari berbagai penelitian yang ada, terdapat perbedaan, dimana pada penelitian lain, fokus utama
nilai-nilai moderasi beragama lebih mengatur untuk menghubungkan manusia dengan manusia
lain dalam ruang lingkup toleransi. , keharmonisan, dan kebersamaan. Sedangkan pembelajaran
dengan pendekatan paradigma theoanthropoecocentric ini menambah satu poin lagi sebagai nilai
kemanusiaan terhadap alam sekitar sebagai ciptaan Allah. Manusia juga harus menjaga alam
sekitar sebagai jalan untuk mengenal Allah SWT sebagai Penciptanya harus dilestarikan. Alam
sekitar mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan manusia terutama kebutuhan akan oksigen.
Kajian ini belum sempurna sehingga harapan kepada peneliti selanjutnya harus melihat aspek-
aspek lain seperti tingkat kesadaran siswa terhadap nilai-nilai moderasi beragama.

151
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

PENGAKUAN
Terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Ibrahim Siregar selaku Rektor
Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan yang telah membangun paradigma keilmuan Islam
serta memberikan dukungan dan masukan dalam menyelesaikan proyek luar biasa ini.

PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS


Hamdan Hasibuan (HH) adalah penulis utama artikel ini. HH telah merancang penelitian dan
mengumpulkan data. kemudian Irsal Amin (IA) mengumpulkan data dan menganalisis data yang
diperoleh. maka penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Ahmad Yani (AY) telah membantu
dalam penyuntingan naskah.

REFERENSI
Abror, M. (2020). Moderasi beragama dalam bingkai toleransi. rusydiah: Jurnal
pemikiran Islam. https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174
Agus Akhmadi. (2019). Moderasi Beragama dalam Keragaman Indoensia. Jurnal Diklat
Keagamaan.
Akhmad Fajron dan Naf’an Tarihoran. (2020). Moderasi Beragama (perspektif Quraish Shihab dan
Syeikh Nawawi Al-Bantani: Kajian Analisis Ayat tentang Wasathiyyah di Wilayah Banten (1st
ed.). Media madani.
Amin, H. (2017). Integrasi pendidikan islam. Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah
Islamiyah. https://doi.org/10.48094/raudhah.v2i1.17
Chabib Thoha. (2006). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar.
Gelar, Z. (2019). Probematika Agama dan Negara: Sebuah Perspektif Sejarah. Buletin Al-
Perjalanan. https://doi.org/10.15408/bat.v25i1.8682
Dewi, N. R., Irsyad, M., Mufarikhin, M., & Feriansyah, A. M. (2020). Dinamika Kemanusiaan Muslim
Uyghur di Cina. Ijtimaiya: Journal of Social Science Teaching. https://doi.org/10.21043/
ji.v4i1.7452
Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia. Intizar.
Ghazali, A. M., & Busro, B. (2017). Pendidikan Islam dalam Dinamika Kehidupan Beragama di
Indonesia. Intizar. https://doi.org/10.19109/intizar.v23i1.1615
Hadziq, A. (2019). Nasionalisme Organisasi Mahasiswa Islam dalam Menangkal Radikalisme di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah.
https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2019.vol4(1).2791
Hamdani Ihsan, F. I. (2007). Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung. Pustaka Setia.
Hamdi, S., Munawarah, M., & Hamidah, H. (2021). Revitalisasi Syiar Moderasi Beragama di Media
Sosial: Gaungkan Konten Moderasi untuk Membangun Harmonisasi. Intizar. https://doi.org/
10.19109/intizar.v27i1.8191
Hamid, A. (2016). Metode Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 17 Kota Palu. Jurnal Pendidikan Agama Islam- Ta’lim.

Hefni, W. (2020). Moderasi Beragama dalam Ruang Digital: Studi Pengarusutamaan Moderasi
Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri. Jurnal Bimas Islam. https://doi.org/
10.37302/jbi.v13i1.182
Iqbal, M. (2021). Nuansa fiqih dalam pemikiran teologis Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam
risalah tuhfat al-râghibîn. Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora. https://doi.org/10.18592/
khazanah.v19i1.4938
Islam, MH (2019). Paradigma Moderasi (Wasatiyah) di Dunia Melayu:

152
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

Pemikiran M. Kamal Hassan. Arsip Riset Bisnis. https://doi.org/10.14738/abr.711.7456

Kamal Abdul Aziz Ibrahim. (2006). Balaghatu Al-Faraid Al-Fazzah Fi Al-Quran Al-Karim: Al-Mudhari`
Namujazan, (Edisi ke-1st). Al-Qohirah : Ad-Daar As-Tsaqafiyah.
Khalil Nurul Islam. (2020). Moderasi Beragama di Tengah Pluralitas Bangsa: Tinjauan Revolusi Mental
Perspektif Al-Qur’an. Kuriositas: Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan. https://doi.org/
10.35905/kur.v13i1.1379
Kristiawan, M., Suhono, S., Yussof, M. H. B., & Muslimah, M. (2021). The international school’s culture
in Indonesia and Brunei Darussalam. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan, 6(1), 180-191. https://
doi.org/10.25217/ji.v6i1.1263
Litiloly, A. (2020). Implementasi Kebijakan Penguatan Moderasi Beragama Di Lingkungan Kementerian
Agama Kota Ambon. Jurnal 12 Waiheru.
Malik, A., & Busrah, B. (2021). Relasi Pemerintah dan Akademisi dalam Isu Moderasi Beragama di
Indonesia. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin. https://doi.org/10.22373/substantia.v23i2.9167

Massoweang, A. K. (2020). Merajut Moderasi Beragama dari Tradisi Pesantren.


PUSAKA. https://doi.org/10.31969/pusaka.v8i2.421
Mohd. Shukri Jaffar, & Jaffary Awang. (2020). Kehidupan Keagamaan Masyarakat Muslim Sarawak :
di Daerah Bau , Hubungannya dengan Penganut Agama Lain. Jurnal
Wacana Sarjana.
Mualimin, M., Frimayanti, A. I., & ... (2021). Strategi Mengembangkan Sikap Moderasi dalam Beragama
pada Mahasiswa di Universitas Lampung. Jurnal Pengembangan
Mujizatullah, M. (2020). Pendidikan moderasi beragama peserta didik madrasah aliyah muhammadiyah
isimu kabupaten gorontalo. educandum.
https://doi.org/10.31969/educandum.v6i1.325
Muniarty, P., Wulandari, W., & Saputri, D. (2021). Peningkatan Kompetensi Mahasiswa melalui
Pembekalan Kuliah Kerja Nyata Tematik Wira Desa (KKNT-WD).
Dharma: Jurnal Pengabdian Masyarakat. https://doi.org/10.35309/
dharma.v2i1.4709
Najib, M. A., & Fata, A. K. (2020). Islam Wasatiyah dan Kontestasi Wacana Jurnal Theologia.
Moderatisme Islam di https://doi.org/ Indonesia.
10.21580/teo.2020.31.1.5764
Najmina, N. (2018). Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia.
Jurnal pendidikan ilmu-ilmu Jupiis: sosiaL.
https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.8389

Nasih, AM, Sultoni, A., & Thoriquttyas, T. (2021). Perumusan moderasi kurikulum pendampingan
keagamaan: Studi kasus dari tiga perguruan tinggi negeri di Indonesia. Dalam Pemberdayaan
Masyarakat melalui Penelitian, Inovasi dan Akses Terbuka. https://doi.org/10.1201/9781003189206-3

Nasir, M., & Rijal, MK (2021). Menjaga jalan tengah: mengarusutamakan moderasi beragama melalui
perguruan tinggi Islam di Indonesia. Jurnal Islam dan Masyarakat Muslim Indonesia. https://
doi.org/10.18326/ijims.v11i2.213-241
Norhadi, M. (2019). Relasi iman dan fikih. El-Mashlahah. https://doi.org/10.23971/el-
mas.v9i1.1354
Nurdin, A., & Syahrotin Naqqiyah, M. (2019). Model Moderasi Beragama Berbasis Salaf.
Pesantren Islamica: Jurnal Studi Keislaman.
https://doi.org/10.15642/islamica.2019.14.1.82-102
Ngubad, K., Mispani, M., & Tukiran, T. (2021). Moral Development of Students at SD Negeri 2 Sumber
Agung Ogan Komering Ilir Regency. Bulletin of Pedagogical

153
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

Penelitian, 1(1), 70-82. http://dx.doi.org/10.51278/bpr.v1i1.179


Pujiati, T. (2021). Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Islam melalui Buku Ajar Bahasa Arab “Hayya
Nata’allam Al-Lughah Arabiyah.” Arab.
https://doi.org/10.21043/arabia.v13i1.10398
Purwanto, Y., Qowaid, Q., Ma’rifataini, L., & Fauzi, R. (2019). Internalisasi Nilai Moderasi Melalui
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Edukasi: Jurnal Penelitian Keagamaan.
Pendidikan
https://doi.org/10.32729/edukasi.v17i2.605 Agama Dan

Radiansyah, D. (2020). Pengaruh perkembangan teknologi terhadap remaja islam


(Studi Kasus di Desa Citeureup Desa Sukapada). Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam. https://
doi.org/10.15575/jaqfi.v3i2.9568
Rambe, T., Sari, S. M., & Rambe, N. (2021). Ragam Ekspresi Beragama: Agama Dalam Perspektif
Sosiologi. Studia Sosia Religia.
Rifqi, M. (2021). Internalisasi Moderasi Beragama dalam Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik. Jurnal Ilimiah Al-Muttaqin.
Riniti Rahayu, L., & Surya Wedra Lesmana, P. (2020). Potensi Peran Perempuan dalam Mewujudkan
Moderasi Beragama di Indonesia. Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya. https://doi.org/10.24843/
pjiib.2020.v20.i01.p05
Riza, M. H. (2021). Digitalisasi dakwah sebagai upaya membangun peradaban baru islam di masa
pandemi covid-19. fastabiq : jurnal studi islam.
https://doi.org/10.47281/fas.v2i1.33
Rustya, D., & Akhmad Zaini. (2020). Peranan perguruan tinggi dalam peningkatan kepedulian sosial
mahasiswa melalui pelatihan kewirausahaan sosiaL. Tadris : Jurnal Penelitian Pemikiran
Dan
Pendidikan Islam. https://doi.org/10.51675/jt.v14i2.100

Saddam, & Andi EKi. (2021). Moderasi beragama berbasis tradisi pesantren pada ma’had aly as’adiyah
sengkang wajo sulawesi selatan. Harmoni. https://doi.org/10.32488/harmoni.v20i1.455

Setiadi, O. (2019). Gerakan Islam Politik : Problem Ideologi Radikal, Global Jihad, dan Terorisme
Keagamaan. Kesopanan: Islam. https://doi.org/10.20414/
Jurnal Politik
politea.v2i1.1345
Sholihah, A. M., & Maulida, W. Z. (2020). Pendidikan Islam sebagai Fondasi Pendidikan Karakter.
Qalamuna: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v12i01.214

Simanjuntak, S., & Benuf, K. (2020). Relevansi Nilai Ketuhanan dan Nilai Kemanusiaan dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. DIVERSI : Jurnal Hukum. https://doi.org/10.32503/
diversi.v6i1.890
Sumarto, S. (2021). Implementasi program moderasi beragama kementerian agama RI.
Jurnal Pendidikan Guru. https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.294
Sutrisno, E. (2019). Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal Bimas Islam.
https://doi.org/10.37302/jbi.v12i2.113
Thoyib, M. (2020). Pengelolaan Resolusi Multikultural Pasca Transnasionalisme Pendidikan Islam
Indonesia: Tantangan Masa Depan.
Cendekia: Jurnal Kependidikan Kemasyarakatan. https://doi.org/10.21154/cendekia.v18i2.1901
Dan

Triguna, I. Y. (2018). Konsep ketuhanan dan kemanusiaan dalam hindu. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu
Agama Dan Kebudayaan. https://doi.org/10.32795/ds.v1i18.104
Wahyuni, W., Jannah, SR, & Fadillah, K. (2022). Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Membentuk Moral Siswa di SMP Negeri 3 Baradatu.

154
Machine Translated by Google

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Menggunakan Paradigma Teoantropoekosentris di Ma'had Al-


Jamiah at IAIN Padangsidimpuan

Buletin Pedagogis
darihttp://dx.doi.org/ Riset, 2(2), 158-169.
10.51278/bpr.v2i2.374
Wibowo, R. W., & Nurjanah, A. S. (2021). Aktualisasi Moderasi Beragama Abad 21
Melalui Media Sosial. Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman.
Yahya, S. (2020). SLOGAN “Torang Samua Ciptaan Tuhan” Dalam Konteks Moderasi
Beragama Di Kota Manado. Dialog. https://doi.org/10.47655/dialog.v43i1.361
Yati, A. M. (2018). Islam Dan Kedamaian Dunia. Jurnal Ilmiah Islam Futura. https://doi.org/
10.22373/jiif.v6i2.3042
Yuliani, Y., & Muslimah, M. (2022). Merapi (Mengaji Rutin Jam Sepuluh Pagi) as an Assistance
Reading Al Qur'an for Housewives at Sidomulyo Village. Bulletin of Community
Engagement, 2(2), 118-124. http://dx.doi.org/10.51278/bce.v2i2.428

Pemegang Hak Cipta :


© Hasibuan, H., et al., (2022).

Hak Publikasi Pertama :


© Jurnal Iqra': Kajian Pendidikan

Artikel ini berada di bawah:

155

Anda mungkin juga menyukai