Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL

TUGAS MATA KULIAH


INOVASI PEMBELAJARAN PAI

Oleh:
WILIS ANGGRAENI
NIM : 223901200044

PRODI (S2) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI
TAHUN 2023
JURNAL 1
Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
JUDUL
Karakter Empati pada Generasi Z
JURNAL Jurnal Pendidikan Agama Islam
VOLUME & HALAMAN Vol. 17, No. 1
TAHUN 2020
PENULIS Muhammad Miftakhuddin
REVIEWER Wilis Anggraeni
TANGGAL 7 Nopember 2023

Abstrak Jurnal yang berjudul "Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Karakter Empati pada Generasi Z" ini berisi tentang meneliti
pengembangan model PAI dalam membentuk karakter empati pada
generasi Z yang lebih sederhana, efektif, efisien, dan mudah untuk
diaplikasikan. Abstrak yang disajikan penulis menggunakan Bahasa inggris
(Bahasa Internasional) dan Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan isi dari
abstrak atau bagian pendahuluan ini langsung menuju ke topic bahasan
yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca menjadi mudah
memahami jurnal ini.
Pendahuluan Pada paragraf pertama peneliti menekankan pada pengertian model
mengajar yaitu kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai (Usman, 2012). Paragraf
selanjutnya membahas tentang pengertian dan tujuan Pendidikan Agama
Islam. Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-
Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, dan pengalaman
peserta didik (Rusdiana, 2014). Tujuan pendidikan agama Islam dalam
lampiran UU No. 22 tahun 2006 yaitu untuk menghasilkan manusia yang
selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat (Ainiyah, 2013). Paragraf
selanjutnya peneliti mengungkapkan pengertian karakter. Karakter
merupakan watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan
mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang tersebut
(Afandi, 2011). Paragraf selanjutnya menjelaskan tentang generasi Z yaitu
merupakan generasi yang hidup di zaman komunikasi teknologi tinggi, gaya
hidup berbasis teknologi dan produktif dalam menggunakan media sosial
(Kapil & Roy, 2014). Paragraf selanjutnya peneliti mengungkapkan tentang
Pendidikan karakter empati, dalam Al-Qur’an terdapat pada Surat An Nisa
ayat 8. Selanjutnya peneliti menjelaskan peran Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam berperan besar dalam membentuk karakter empati
untuk generasi ini. Paragraf terakhir peneliti menyebutkan subjek
penelitiannya yaitu Penelitian ini dilakukan melalui forum Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMP di Kab. Semarang.
Metode Penelitian Pada bagian metode penelitian Peneliti menjelaskan tentang prosedur
penelitian. Prosedur Pengembangan dalam penelitian ini meliputi Studi
Pendahuluan dengan melakukan analisis kebutuhan/need assesment
melalui angket, wawancara dan dokumentasi yang ditujukan kepada guru
PAI&BP SMP di Kab. Semarang untuk menjaring keinginan responden yang
diperlukan dalam rangka mendukung terbentuknya draf model.
Setelah dilakukan revisi dari hasil FGD kemudian model dan produk
sampingan hasil FGD kemudian divalidasi oleh ahli/pakar dan praktisi.
Selanjutnya model hasil validasi yang telah direvisi dilakukan uji coba
perorangan oleh 6 responden. Hasil uji coba perorangan jika ada
kekurangan, maka peneliti melakukan revisi terhadap model dan produk
sampingan.
Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok dimana respondennya dua kali
lipat dari uji coba perorangan. Hasil uji coba kelompok yang telah direvisi
(jika ada revisi), selanjutnya dilakukan uji coba terbatas dengan responden
minimal 30 orang. Responden uji coba perorangan tidak boleh dijadikan
responden pada uji coba kelompok dan uji coba terbatas (Saputro, 2017).
Produk hasil uji coba terbatas diuji efektifitasnya dan menghasilkan produk
final dan produk sampingan final (Saputro, 2017).
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
diskriptif dan analitik. Analisis data diskriptif digunakan untuk
menganalisis data needs assesment/analisis kebutuhan model
pembelajaran yang berupa skor.
Sedangkan teknik analisis data analitik digunakan untuk menguji
keefektifan model adalah dengan mengunakan disain penelitian “One-Group
Pretest-Posttest Design”.
Hasil Penelitian dan Hasil yang didapatkan dari penelitian ini meliputi
1. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap para
Pembahasan
guru yang tergabung dalam MGMP PAI & BP SMP Kab. Semarang,
pendidikan karakter empati saat ini masih kurang terealisasi dengan
baik. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal yang meliputi; latar
belakang peserta didik yang berbeda (D. Nuraeni, Komunikasi pribadi.
2019, 26 Agustus), pengaruh negatif teknologi dan media sosial yang
sulit dibendung (T. Murdopo, Komunikasi pribadi. 2019, 15 Oktober),
kurangnya kerjasama dari semua pihak (A. Jamhari, Komunikasi
pribadi. 2019, 27 September), dan kurangnya pemahaman peserta
didik mengenai empati (D. Jazilah, Komunikasi pribadi. 2019, 24
September), sehingga kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
2. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti terhadap
guru PAI&BP Kab. Semarang, tingkat kebutuhannya mencapai 3,47.
Angka tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan adanya
pengembangan model pendidikan agama islam dalam membentuk
karakter empati diperlukan.
3. Berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan inovasi pengembangan
model Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter empati
dengan format yang sederhana dan mudah dilaksanakan, efektif dan
efisien, serta disukai dan mudah ditangkap oleh siswa namun tidak
menghilangkan substansi pendidikan karakter empati itu sendiri.
Model pembelajaran yang dikembangkan peneliti yaitu model
pembelajaran berbasis penemuan (inquiry) yang di dalamnya meliputi;
media atau bahan ajar yang mudah didapatkan, media/tempat
observasi/pengamatan yang mudah didapatkan/ dijangkau, format
perencanaan pemecahan masalah yang mudah diselesaikan,
perencanaan untuk mengeksplorasi hasil temuan peserta didik yang
mudah dilaksanakan, dan format evaluasi pembelajaran untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik yang tepat dan mudah.
4. Selanjutnya sintak dari model pembelajaran berbasis penemuan
(inquiry) yang dikembangkan meliputi; orientasi pembelajaran yang
meliputi (materi, tujuan, langkah) yang tepat dan mudah, perumusan
masalah yang efektif dan efisien, perumusan hipotesis yang tepat dan
mudah, pengumpulan data yang efektif dan efisien, uji hipotesis yang
efektif dan efisien, dan yang terakhir penyimpulan yang tepat dan
mudah. Ahli materi memberikan masukan untuk mengurutkan tata
urutan pada tujuan dan materi. Selain itu, ahli materi juga memberikan
saran untuk menambahkan materi pilihan nilai atau manfaat dari
pembelajaran empati. Saran dan masukan yang kedua didapat dari ahli
model. Di sini ahli model memberikan masukan untuk menambahkan
living practice sampai outcome, mengingat empati harus menjadi nilai
yang diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.
5. Berdasarkan hasil uji kelayakan yang dilakukan oleh ahli materi
memperoleh rerata keseluruhan 3,50, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model ini layak untuk digunakan dengan memperhatikan
masukan dari ahli materi.
6. Berdasarkan hasil uji kelayakan ahli model memperoleh rerata
keseluruhan 3,50, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini layak
untuk digunakan dengan memperhatikan masukan dari ahli model.
7. Berdasarkan hasil uji coba perorangan perolehan rata-rata
keseluruhan adalah 3,90 dari skala 1-4. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa model ini sudah baik dan bisa dilanjutkan pada uji coba
kelompok.
8. Hasil dari uji coba kelompok memperoleh rata-rata keseluruhan 3,93
dari skala 1-4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model ini baik dan
bisa dilanjutkan pada uji coba terbatas.
9. Hasil dari uji coba terbatas memperoleh rata-rata keseluruhan 4,00
dari skala 1-4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model PAI ini sudah
sangat baik untuk digunakan dalam membentuk karakter empati pada
generasi Z. Uji efektifitas model PAI dari hasil pretest dan posttest yang
telah diuji normalitas. Maka, dilakukan uji efektifitas dengan uji
Wilcoxon.
10. Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh hasil t hitung 4,817. Sedangkan p=
0.000<0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa pengembangan model PAI ini efektif dalam
membentuk karakter empati pada generasi Z.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan bahwa
Pendidikan karakter empati saat ini masih kurang terealisasi dengan baik.
Hal tersebut dapat dilihat melalui tingkat kebutuhan terhadap adanya
pengembangan model PAI dalam membentuk karakter empati yang
mencapai 3,47. Selain itu, problematika yang dihadapi para guru PAI & BP
yang meliputi; latar belakang peserta didik yang berbeda, pengaruh negatif
teknologi dan media sosial yang sulit dibendung, kurangnya kerjasama dari
semua pihak, dan kurangnya pemahaman peserta didik mengenai empati
sehingga kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Bentuk Model
pembelajaran yang dikembangkan yaitu model Pembelajaran berbasis
penemuan (inquiry) dipadukan dengan cooperative script yang di dalamnya
meliputi; media atau bahan ajar mudah didapatkan, media/tempat
observasi/pengamatan yang mudah didapatkan/dijangkau, format
perencanaan pemecahan masalah yang mudah diselesaikan, perencanaan
untuk mengeksplorasi hasil temuan peserta didik yang mudah
dilaksanakan, dan format evaluasi pembelajaran untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik yang tepat dan mudah. hasil analisis uji efektifitas
dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 diperoleh t hitung 4,817 dan p=0.00
<0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa model PAI ini efektif dalam
membentuk karakter empati pada generasi Z. Model ini dapat diaplikasikan
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI & BP)
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII Kompetensi Dasar (KD)
enam (6). Selain itu Model ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI & BP) atau mata pelajaran
lain yang berkaitan dengan materi pendidikan karakter. Selain itu model ini
juga dapat dikembangan pada materi atau mata pelajaran lain yang
berkaitan dengan pendidikan karakter.
1. Teori dan model analisis yang diguakan tepat
Kekuatan Penelitian 2. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud dan
tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah dipahami
Perlu dilakukan penelitian/kajian lebih lanjut dengan mengkaji variabel
yang lebih luas dan kajian teori yang mendalam dalam menemukan
Kelemahan Penelitian variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh signifikan terhadap Bentuk
Model pembelajaran yang dikembangkan yaitu model pembelajaran
berbasis penemuan (inquiry) dipadukan dengan cooperative script.
JURNAL 2
Desain Pembelajaran Flipped Learning Sebagai Solusi Model Pembelajaran PAI
JUDUL
Abad 21
JURNAL Quality
VOLUME & HALAMAN Volume 8, Nomor 1, 2020: 149-164
TAHUN 2020
PENULIS Abdulloh Hamid, Mohamad Samsul Hadi
REVIEWER Wilis Anggraeni
TANGGAL 7 Nopember 2023

Abstrak Jurnal yang berjudul " Desain Pembelajaran Flipped Learning Sebagai Solusi
Model Pembelajaran PAI Abad 21" ini berisi tentang mendeskripsikan
desain pembelajaran terbalik atau flipped learning dan penerapannya
sebagai salah satu bentuk pembelajaran berbasis teknologi dalam
meningkatkan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru,
utamanya guru agama di sekolah maupun madrasah.. Abstrak yang
disajikan penulis menggunakan Bahasa inggris (Bahasa Internasional) dan
Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan isi dari abstrak atau bagian
pendahuluan ini langsung menuju ke topic bahasan yang dibahas dalam
jurnal ini, yang menurut saya pembaca menjadi mudah memahami jurnal
ini.
Pendahuluan Pada paragraf pertama peneliti menjelaskan tentang pembelajaran secara
konvensional. Secara konvensional, pembelajaran dilaksanakan dengan
tatap muka antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa dalam
masingmasing kelas.
Paragraf ke dua menjelaskan cara agar pembelajaran dapat efektif dan
adaptif dengan perubahan dan perkembangan teknologi yang kini dihadapi
para peserta didik salah satunya yaitu blended learning.
Paragraf selanjutnya menjelaskan tentang perkembangan konsep blended
learning. Diantaranya adalah flipped learning yang memberikan inovasi
terhadap paradigma pembelajaran di dalam kelas.
Dua paragraf selanjutnya peneliti mengungkapkan beberapa lembaga
pendidikan masih menggunakan metode ceramah berupa penjelasan materi
secara langsung oleh seorang guru di kelas pada setiap sesi pembelajaran
dalam satu waktu saja.
Paragraph selanjutnya peneliti menjelaskan tentang Pembelajaran PAI
sebagaimana pelajaran lain berhak didesain sekreatif mungkin dalam
proses pencapaian belajar.
Metode Penelitian Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan, pengolahan dan analisa data terkait desain pembelajaran
flipped learning sebagai salah satu desain pembelajaran modern PAI abad
21. Selain itu, peneliti menggunakan desain penelitian library research atau
penelitian pustaka, sebab data yang diperoleh berasal dari artikel ilmiah
dan penelitian terdahulu yang telah terpublikasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi dokumen
terkait desain pembelajaran flipped learning yang kemudian dilanjutkan
dengan proses analisa data sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik observasi
nonparticipatory.
Pembahasan Penelitian ini mendeskripsikan desain pembelajaran flipped learning
sebagai solusi model pembelajaran PAI di abad 21. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. model pembelajaran flipped learning menjadikan peserta didik lebih
banyak aktif dan terlibat dalam proses belajar-mengajar, hal ini karena
flipped learning besifat studentcentered dibanding metode konvensional
pada umumnya;
2. sebagaimana materi pelajaran pada umumnya, PAI juga dapat
disesuaikan dengan keterampilan guru dalam mendesain pembelajaran
semenarik mungkin, dan
3. meskipun alat teknologi telah memadai, proses flipped learning tidak
akan efektif jika guru belum memiliki kompetensi TIK atau ICT. Karena
hal itu merupakan syarat mutlak dalam penerapan flipped learning ini.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan bahwa
Model pembelajaran terbalik atau flipped learning merupakan salah satu
inovasi dalam dunia pendidikan. Konsep yang dibangun adalah dengan
mengalihkan pembelajaran langsung di ruang belajar berskala besar ke
pembelajaran di ruang belajar yang lebih kecil atau individual.
Penerapan model flipped learning pada pembelajaran PAI akan terasa
mudah jika para elemen yang terlibat telah memiliki fasilitas yang memadai,
seperti kompetensi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), jaringan
internet yang stabil, mental peserta didik dalam belajar, kemandirian
belajar dan sebagainya.
1. Teori dan model analisis yang diguakan tepat
2. Bahasa yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kaidah
Kekuatan Penelitian bahasa baku dan memperhatikan EYD sehingga mudah dipahami
maksud dan tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan
mudah dipahami
1. Penelitian ini perlu diujikan di kelas.
2. Perlu dilakukan penelitian/kajian lebih lanjut dengan mengkaji variabel
Kelemahan Penelitian
yang lebih luas dan kajian teori yang mendalam dalam menemukan
variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh signifikan
JURNAL 3
Innovations In Teaching Pedagogy: For Higher Engagement With Millennials
JUDUL
And Genz
JURNAL The Online Journal of Distance Education and e-Learning
VOLUME & HALAMAN Volume 11, Issue 2
TAHUN 2023
PENULIS Indrajeet Bharat Kole, Sphurti Birajdar, Nagesh Ambadas Kanki
REVIEWER Wilis Anggraeni
TANGGAL 7 Nopember 2023

ABSTRACT Journal entitled "Innovations In Teaching Pedagogy: For Higher


Engagement With Millennials And Genz " contain The study delves into
exploring the impact of innovative teaching pedagogies on enhancing
engagement levels among millennials and Gen Z learners.
Introduction Millennials, born between the early 1980s and the mid-1990s, and Gen Z,
born from the mid-1990s to the early 2010s, represent a generation that
has grown up with technology at their fingertips.
Traditional teaching methods, which primarily relied on lecturing and rote
memorization, no longer resonate with the millennial and Gen Z mindset.
One of the key elements in engaging millennials and Gen Z learners is the
integration of technology in the classroom.
Moreover, the rise of social media and online communities has transformed
the way millennials and Gen Z interact and communicate.
Another crucial aspect of effective pedagogy for millennials and Gen Z is the
emphasis on relevance and real world applications.
Furthermore, personalized learning approaches are paramount in engaging
millennials and Gen Z learners.
The current study delves into exploring the impact of innovative teaching
pedagogies on enhancing engagement levels among millennials and Gen Z
learners.
The rapid advancement of technology has revolutionized the way we access
and process information, and millennials and Gen Z have been at the
forefront of this digital revolution.
The findings of this study will contribute to the existing body of knowledge
on effective teaching pedagogies for millennials and Gen Z learners.
Objectives of the study
research methods 1. To identify and analyse innovative teaching pedagogies that have been
implemented in higher education settings to enhance engagement levels
among millennials and Gen Z learners.
2. To examine the impact of integrating technology, such as interactive
digital tools, multimedia resources, and online platforms, on engagement
and active participation among millennials and Gen Z learners
Hypotheses
H1: The implementation of innovative teaching pedagogies in higher
education settings significantly enhance engagement levels among
millennials and Gen Z learners.
H2: Millennials and Gen Z learners who are exposed to innovative teaching
pedagogies and technology integration demonstrate improved learning
outcomes
Methodology
• The participants in this study consisted of 100 teachers who teach
students from various disciplines, aged between 18 and 30 years. A
purposive sampling technique was employed.
• Quantitative data were collected through a survey questionnaire
administered to the participants. The questionnaire consisted of Likert-
scale and multiple-choice questions aimed at capturing the satisfaction
with teaching pedagogies, and perceptions of the impact of technology
integration on their teaching experience. The survey was distributed
electronically using an online survey platform, and responses were
collected anonymously.
• Quantitative data were analysed using descriptive statistics, including
frequencies, means, and standard deviations.
 Ethical guidelines were followed throughout the study. Informed
consent was obtained from all participants, and their anonymity and
confidentiality were ensured. The study was conducted in accordance
with the ethical guidelines provided by the research institution
Data Analysis The largest age group among the respondents was 46 to 55 years,
comprising 36% of the participants. This indicates that a significant portion
of the participants in this study were in the middle age range.
The gender distribution was evenly split among the respondents, with 50%
identifying as male and 50% identifying as female. This indicates an equal
representation of both genders in the study.
Among the respondents, 5% reported having 1-3 years of teaching
experience. This indicates a small proportion of participants who are
relatively new to the teaching profession.
The majority of teachers (49%) strongly agree that the use of innovative
teaching pedagogies enhances student engagement. This suggests that
innovative teaching pedagogies are a valuable tool for teachers who are
looking to engage their students.
The majority of teachers (70%) agree or strongly agree that integrating
technology in their teaching practices improves student participation and
interaction. This suggests that technology can be a valuable tool for teachers
who are looking to engage their students.
the majority of teachers (74%) agree or strongly agree that they feel
confident in their ability to implement innovative teaching strategies
effectively. This suggests that teachers are open to change and are willing to
try new things in the classroom
the majority of teachers (72%) agree or strongly agree that incorporating
multimedia resources in their lessons enhances student interest and
attention. This suggests that multimedia resources can be a valuable tool for
teachers who are looking to engage their students.
Based on the survey results, 70% of teachers perceive that their students
are more motivated to learn when interactive digital tools are used in the
classroom. This suggests that interactive digital tools can be a valuable tool
for teachers who are looking to engage their students. Here are some
specific examples of how interactive digital tools can be used to motivate
students:
• Quizzes: Quizzes can be used to assess student understanding, provide
feedback, and motivate students to learn.
• Games: Games can be used to make learning more fun and engaging, and
to motivate students to learn.
 Simulations: Simulations can be used to provide students with a hands-
on learning experience, and to motivate them to learn.
The majority of teachers (75%) agree or strongly agree that collaborative
learning activities promote higher levels of engagement among students.
This suggests that collaborative learning activities can be a valuable tool for
teachers who are looking to engage their students.
Based on the survey results, 81% of teachers perceive that student
satisfaction with their teaching is higher when innovative pedagogical
strategies are utilized. This suggests that innovative pedagogical strategies
can be a valuable tool for teachers who are looking to improve student
satisfaction.
The majority of teachers (79%) agree or strongly agree that innovative
teaching pedagogies positively impact student learning outcomes. This
suggests that innovative teaching pedagogies can be a valuable tool for
teachers who are looking to improve student learning.
These results suggest that innovative teaching pedagogies are effective in
enhancing student engagement and improving student learning outcomes.
These results are consistent with the findings of other studies that have
examined the impact of innovative teaching pedagogies on student learning.
Conclusions Innovative teaching pedagogies are effective in enhancing student
engagement and improving student learning outcomes.
There are a number of reasons why innovative teaching pedagogies are
effective.
1. They allow students to learn in a more active and engaging way. This is
because innovative pedagogies often involve hands-on activities, group
work, and problem-solving.
2. Innovative pedagogies often incorporate real-world applications, which
helps students to see the relevance of what they are learning.
3. Innovative pedagogies often provide students with opportunities to
collaborate with their peers, which helps them to develop important
teamwork and communication skills

Anda mungkin juga menyukai