Anda di halaman 1dari 31

Multi Echelon Inventory System

Faculty of Industrial Technology


Hub Hub
D Anta Pelabuha
r Pelabuha
e K n
D o
Pula nInternas
D s u Internasi
e t Hub ional
e a
D s K a An Pelabuha
AFRIKA onalHub
Ds o /

Bandung Institut of Technology


e a n RIKA EROPA
Pelabuha
a t K tar
e Ds a a Pul Internasi n
sD ea / Kb au onal Internasi
ae sD Ko An Hub
a t Indonesia
Hub onal
e tar Pelabuha
s Da s b a Pelabuha ASIA
/ Pul n
a e a K au n
a Internasi
s b Internasi onal
a onal AMERIK
AUSTRA A
LIA

Multi Echelon Inventory System


Jaringan Rantai Pasok

Suppliers Plants

Distribution Retailers Customers


Centers
Integrated OperationPlanning System
Multi Echelon System

Senator Nur Bahagia@


Permasalahan

Bagaimana mengatur aliran barang dari produsen


ke konsumen secara terintegrasi ?
Kriteria Dan Variabel Keputusan
• Kriteria Performansi
– Ongkos Persediaan/tahun
• Variable Keputusan
· Pada unit produksi : Ukuran lot produksi (Qo) dan saat
mulai berproduksi ( Ro )
· Pada depot : Ukuran kwantitas pemesanan (Qd), kapan
pemesanan dilakukan ( Rd )
· Pada retailer : Ukuran kwantitas pemesanan (Q j ) dan
safety stock ( SSj ) dan kapan pemesanan dilakukan ( Rj )

Senator Nur Bahagia@


Komponen Model
Kriteria Variabel
Problem Pembatas Parameter
Performansi Keputusan
Bagaimna Ongkos • Ukuran lot • Ongkos
mengatur inventori / p ro d u k s i / pesan/kali
pesan
aliran tahun pemesanan • Ongkos
barang dari • Reorder simpan per
produsen ke point unit/tahun
konsumen Pada eselon • Ongkos
kekurangan/
secara produksi, unit
terintegrasi ? Pada eselon • Tingkat
depot dan pelayanan
Pada retailer Pada eselon
produksi, Pada
eselon depot dan
Pada retailer

Senator Nur Bahagia@


Methoda Integrasi
1. Perencanaan Terintegrasi
2. Single Cycle Policy (Waktu Siklus Tunggal)
(CLARK & SCARF)
3. Echelon Stock (CROWSTON & WAGNER )

Senator Nur Bahagia@


Perencanaan Terkoordinasi
Perencanaan terkoordinasi berarti
keputusan yang berkaitan dengan
pengaturan aliran barang dilakukan
secara terkoordinasi. Dalam hal ini maka
perencanaan produksi dan distribusi
dibuat oleh unit perencanaan terpadu
bukan oleh setiap subsistem dan
keputusan yang ditetapkan bersifat
mengikat bagi para pihak yang terkait.
Senator Nur Bahagia@
Konsep Eselon Stock
CLARK & SCARF
Pada prinsipnya menyatakan bahwa
persediaan (stock) pada suatu eselon
adalah semua persediaan yang ada pada
unit fasilitas yang bersangkutan dan
semua persediaan yang ada pada semua
fasilitas yang yang mengikutinya
(successor nya ).

Senator Nur Bahagia@


Echelon Holding Cost
CROWSTON & WAGNER
Satuan ongkos simpan pada eselon (echelon
holding cost ) yang merupakan pertambahan
satuan ongkos simpan yang terjadi pada suatu
unit fasilitas. Hubungan antara satuan ongkos
simpan biasa dengan satuan ongkos simpan
eselon dapat dinyatakan sebagai berikut:
Hi = Hi’ - Hi, ;i P
Dimana Hi : satuan ongkos simpan pada eselon i
Hi’: satuan ongkos simpan biasa pada fasilitas i
P : kumpulan predesesor dari fasilitas i

Senator Nur Bahagia@


Kebijakan Waktu SiklusTunggal
Yang dimaksud dengan Waktu Siklus
Tunggal ( T ) adalah waktu siklus
dimana ada suatu saat tertentu ( yaitu
diawal atau pada akhir waktu siklus
tersebut) semua unit fasilitas yang ada
dalam suatu sistem rantai nilai akan
melakukan pemesanan atau mulai
berproduksi secara serentak.
Senator Nur Bahagia@
Kebijakan Waktu SiklusTunggal
T = Qo/Do = NodQd/Dd = NodNdjQj/Dj
Dimana
Qo :Ukuran lot produksi pada unit produksi
Qd : Ukuran lot pemesanan pada depot
Qj : Ukuran lot pemesanan pada retailer j
Do : Permintaan barang rata-rata pada unit produksi per tahun
Dd : Permintaan barang rata-rata pada depot per tahun
Dj : Permintaan barang rata-rata pada retailer j per tahun
Nod : Frekwensi pemesanan dari depot ke unit produksi selama T
Ndj : Frekwensi pemesanan dari retailer j ke depot selama [Qd/Dd]

Senator Nur Bahagia@


Asumsi
1. Permintaan barang pada retailer j berdistribusi normal, dan
permintaan barang hanya akan dilayani melalui retailer.
2. Pasar bersifat kompetitif, oleh sebab itu permintaan barang
yang tidak dapat dilayani pada suatu retailer akan hilang
(lost sales )
3. Barang yang ada pada retailer tidak dapat dipindahkan dari
satu retailer kepada retailer yang lain (non transferable )
4. Lead time tidak bervariasi, walaupun lead time dapat berbeda
beda antara depot dan retailer.
5. Tingkat pelayanan pada setiap retailer j telah ditetapkan oleh
pihak manajemen
6. Ongkos pemesanan barang konstan untuk setiap kali
pemesanan, ongkos kekurangan sebanding dengan jumlah
barang yang tak terlayani, dan ongkos simpan sebanding
dengan jumlah barang yang disimpan dan waktu
penyimpanan
Senator Nur Bahagia@
Kebijakan Perencanaan
Terkoordinasi Pada Retailer
• Ukuran kwantitas ( lot ) pemesanan pada retailer j (Qj )
konstant untuk setiap kali melakukan pemesanan.
• Pemesanan pada retailer akan dilakukan bila tingkat
persediaan barang mencapai tingkat Rj, dimana :

Rj = Ldj Dj +SSj

• Dimana
– SSj : safety stock pada retailer j
– Dj : permintaan rata-rata tahunan pada retailer j
– Ldj : lead time retailer j ke depot
Senator Nur Bahagia@
Kebijakan Perencanaan
Terkoordinasi Pada Depot

• Ukuran kwantitas ( lot ) pemesanan pada depot konstan


sebesar Qd untuk setiap kali melakukan pemesanan
• Pemesanan pada depot ke unit produksi dilakukan bila
tingkat persediaaan barang pada eselon depot mencapai
Rd, dimana :

Rd =  { ( Lod +Ldj ) Dj + SSj}

• Lod : lead time depot ke unit produksi

Senator Nur Bahagia@


Kebijakan Perencanaan
Terkoordinasi Pada Unit Produksi
• Ukuran lot produksi selalu konstan sebesar Qo untuk
setiap kali berproduksi
• Produksi mulai dilakukan bila tingkat persediaan pada
eselon unit produksi mencapai tingkat Ro, dimana :

Ro =  { (Qd/K + Ldj + Loj).Dj + SSj }

• Dimana:
– K : Kapasitas produksi per tahun unit produksi
– Aj : Ongkos pemesanan dari retailer j ke depot (Rp/pesan )
– Hj : Ongkos simpan per unit persatuan waktu pada retailer j
(Rp./unit/tahun )
Senator Nur Bahagia@
Formulasi Model
Min. Ongkos:

CT = Cret + C dep + C pro + Ctran

Dimana:
CT : Ekspekatasi ongkos inventori total/tahun
Cret : Ekspektasi ongkos tahunan pada retailer
Cdep: Ekspektasi ongkos tahunan pada eselon unit depot
Cpro: Ekspektasi ongkos tahunan pada eselon unit produksi
Ctran:Ekspektasi ongkos tahunan transportasi

Senator Nur Bahagia@


Ongkos Pada Retailer ( Cret )

Cret =  Cj
=  { Ongkos pesan + Ongkos simpan + Ongkos
kekurangan} pada retailer j

Cret = {(Aj.Dj / Qj + Hj ( Qj/2 + SSj ) + Bj.Mj.Dj/Qj }

Senator Nur Bahagia@


( Cret )
Aj: Ongkos pemesanan dari retailer j ke depot ( Rp/pesan )
Hj : Ongkos simpan per unit persatuan waktu pada retailer j
( Rp./unit/tahun )
Bj : Ongkos kekurangan perunit pada retailer j ( Rp/unit)
Mj : Banyaknya kekurangan barang pada setiap siklus ( Qj/Dj)
pada retailer j 
Mj :  (zj – Rj ) h(zj )dzj
Rj
zj : Permintaan selama lead time pada retailer j
h(z j ): Fungsi distribusi permintaan selama lead time pada
retailer j

Senator Nur Bahagia@


Ongkos Tahunan Pada Depot (Cdep )
Ekspektasi ongkos tahunan pada eselon depot terdiri atas
ongkos pesan , dan ongkos simpan. Dengan menggunakan
konsep echelon stock maka ekspektasi ongkos tahunan
pada eselon depot dapat diformulasikan sbb:

C dep = AdDd/Qd + Hd{ Qd/2 +  (Lod Dj +


Ldj.Dj + SSj)}

Dimana:
– Dd : Permintaan tahunan pada depot ( Do =  Dj )
– Hd : Ongkos simpan per unit pertahun pada eselon depot ( Rp/unit /tahun)
Senator Nur Bahagia@
Ongkos tahunan pada unit produksi (Cpro)
Ekspektasi ongkos tahunan pada unit produksi terdiri
atas ongkos set-up dan ongkos simpan pada eselon
produksi, yang dapat dinyatakan sbb:

C pro = Ao.Do/Qo + Ho{  (Qo/K + L pd +L0d+


Ldj)Dj + (1-Do/K)Qo/2 + SSj }

Dimana,
Do : Permintaan tahunan pada unit produksi ( Do =  Dj )
Ho : Ongkos simpan tiap unit barang per tahun pada eselon unit
produksi ( Rp/unit/tahun )
K : Kapasitas produksi per tahun ( unit/tahun )

Senator Nur Bahagia@


Ongkos transport tahunan ( Ctran )
Elemen ongkos ini meliputi ongkos transpor dari unit
produksi ke depot dan ongkos transportasi dari depot ke
retailer, yang dapat dirumuskan sbb:

Ctran =  ( Cod + Cdj )Dj

• Dimana,
Cod : Ongkos satuan transportasi barang dari unit produksi ke
depot ( Rp./unit )
Cdj : Ongkos satuan transportasi barang dari depot ke retailer j
( Rp/unit)
Senator Nur Bahagia@
Formulasi Model
• Min Co =  {(Aj Dj/Qj + Hj ( Qj/2 + SSj ) + Bj.Mj.Dj/Qj }
+ Ad.Dd/Qd + Hd { Qd/2 +  ( Ldj.Dj + SSj)} + Ao.Do/Qo
+ Ho{  (Qo/K + Lpd +Ldj)Dj + ( 1-Do/K)Qo/2 + SSj }
+  ( Cod + Cdj )Dj
• Pembatas :

– 1). Do = Dd =  Dj
– 2). Qo/Do = NodQd/Dd = Nod Ndj Qj/Dj = NojQj/Dj
– 3). Qo, Qd  0
– 4). Qj  0 ; j
– 5). Nod, Ndj  1 integer ; j

Senator Nur Bahagia@


Formulasi Model
• Min Co =  {(Aj + Bj.Mj ) Nod, Ndj Do/Qo + Hj ( QoDj/( 2Nod NdjDo) + SSj
+ Nod, Ad.Do/Qo + Hd { QoDd/2 NodDo +  ( Ldj.Dj + SSj)}
+ Ao.Do/Qo + Ho[ {(Qo/NodK + Lod +Ldj)Dj + SSj }
+ 2( 1-Do/K)Qo] +  ( Cod + Cdj )Dj

• Pembatas :

– 1). Qo, Qd  0
– 2). Qj  0 ; j
– 3). Nod, Ndj  1 integer ; j

Senator Nur Bahagia@


Solusi Model
Untuk harga Nod, dan Ndj tertentu harga optimal Qo*
dicapai apabila C/Qo = 0, sehingga akan dapat
diperoleh harga Qo* sebagai berikut:

1/2
Qo* =  2Do{ Ao + AdNod + Nod Ndj(Aj + Bj.Mj)} 
Ho ( 1-Do/K + 2Do/ NodK ) + Hd/Nod + HjDj /(Nod NdjDo)

Senator Nur Bahagia@


Solusi Model
Dengan pendekatan heuristik yaitu dengan menganggap
Nod dan Ndj sebagai bilangan kontinu. Dengan
demikian syarat optimalitas akan dicapai apabila
C/Nod = 0 dan C/Ndj = 0 untuk sertiap j, sehingga
dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
• Frekwensi pemesanan dari depot ke unit produksi (Nod ) dalam
satu siklus T adalah bilangan integer minimum yang memenuhi
ketidaksamaan berikut:

Nod(Nod +1 )  [ Ao(Hd + 2HoDo/K)]/[AdHo( 1-Do)/K]


• Frekwensi pemesanan dari retailer j ke depot (Ndj) dalam waktu
[Q d /D d ] adalah bilangan integer minimum yang memenuhi
ketidaksamaan berikut:

Ndj (Ndj+1)  [AdHjDj]/[Do(Hd + 2HoDo/K)(Aj+MjBj)]


Senator Nur Bahagia@
Contoh Numerik
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh model yang
dikembangkan berfungsi, berikut ini akan dikemukakan
contoh numerik. Dalam hal ini sistem rantai nilai terdiri atas
satu unit produksi, satu depot dan 10 retailer. Unit produksi
berkapasitas 20.000 unit per tahun, ongkos set up sebesar
Rp.1.000.000/set up dan ongkos simpan pada eselon produksi
sebesar Rp. 20.000/unit/tahun, waktu pengiriman barang dari
unit produksi ke depot 0.1 tahun sedangkan ke rertailer
ditunjukkan pada tabel 1 . Ongkos pemesanan dari depot ke
unit produksi sebesar Rp 100.000/pesan, lead time sebesar
0.1 tahun dan ongkos transport dari unit produksi ke depot
sebesar Rp. 5000/unit, sedangkan ongkos simpan pada eselon
depot sebesar Rp.4000/unit/tahun. Adapun data pada retailer
ditunjukkan pada tabel 1.berikut:
Senator Nur Bahagia@
Tabel 1. Data Pada Retailer

Retailer Aj Hj Bj Dj Sj Ldj Cdj


j Rp/Psn Rp/unit/thn Rp/unit unit/thn unit/thn thn Rp/unit
1 50000 4000 50000 500 50 0.05 2500
2 40000 6000 50000 400 40 0.03 3000
3 30000 8000 35000 450 45 0.10 5000
4 60000 10000 40000 500 50 0.10 5000
5 75000 12000 40000 600 60 0.05 3000
6 65000 8000 30000 550 55 0.05 3000
7 70000 10000 40000 600 60 0.10 5000
8 60000 8000 45000 500 50 0.05 3000
9 55000 12000 50000 400 40 0.05 3000
10 70000 8000 40000 500 50 0.03 3000

Senator Nur Bahagia@


Solusi
• Pada eselon unit produksi, ukuran lot produksi optimal
Qo* adalah sebesar 2500 unit ( dibulatkan ), ini berarti
bahwa waktu siklus tunggalnya ( T* ) adalah sebesar
0.5 tahun.
• Pada eselon depot, frekwensi pemesanan dari depot ke
unit produksi Nodselama waktu siklus adalah sebesar 2
kali yang berarti ukuran lot pemesanan Qd* adalah
sebesar 1250 unit untuk setiap kali pemesanan.
• Pada retailer hasil selengkapnya dapat ditunjukkan
pada tabel 2 berikut.

Senator Nur Bahagia@


Tabel 2
Frekwensi Pesan dan Ukuran Lot pada Retailer
____________________________
Retailer Ndj Qj
--------------------------------------------------------------------
1 1 125
2 1 100
3 1 113
4 1 100
5 1 150
6 1 137
7 1 150
8 1 125
9 1 100
10 1 125
___________________________________________________
Senator Nur Bahagia@

Anda mungkin juga menyukai