Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Riski

03202340093

Ilmu Komunikasi

Konflik Sosial dalam film “Elysium”

Diceritakan dalam Elysium, pada tahun 2154, Bumi sudah kelebihan populasi. Sumber daya alam yang
ada di Bumi tidak mampu menampung kebutuhan setiap manusia.Bumi telah menjadi gersang dan
kumuh. Kemiskinan dan kriminalitas menjadi santapan tiap orang karena untuk bertahan hidup.Melihat
hal tersebut, orang kaya yang jumlahnya hanya segelintir, membuat satu tempat pemukiman baru
bernama Elysium. Hebatnya, surga bagi para orang kaya tersebut tidaklah bertempat di Bumi. Namun,
terletak di luar planet Bumi. Tentu dibutuhkan biaya yang sangat banyak untuk membuat tempat yang
menyerupai bumi.

Di Elysium, semua hidup dengan tenang dan damai. Semua kebutuhan tersedia dengan baik. Mulai dari
fasilitas kesehatan yang dapat menyembuhkan segala penyakit hingga pemerintahan yang ramah terhadap
penduduk di Elysium, namun begitu kejam dan mengeksploitasi para orang miskin yang masih
menempati Bumi yang sudah kotor. Di Bumi sendiri keadaan sudah seperti neraka. Para penduduk di
Bumi harus bekerja mati-matian untuk hidup dengan bekerja di perusahaan-perusahaan orang kaya yang
menempati Elysium.

Seorang pemuda sebatang kara bernama Max Costa (Matt Damon) merasakan bagaimana kerasnya
kehidupan semenjak dia berada di rumah yatim piatu. Max dewasa kali ini bekerja di satu perusahaan
milik saudagar kaya yang tinggal di Elysium.

Di Elysium, pemerintahan sedikit banyak diatur oleh Nyonya Delacourt (Jodie Foster) yang menempati
posisi sebagai Menteri Pertahanan. Tugas utama Nyonya Delacourt bukanlah menghadapi invasi aliens
atau menghadapi serbuan musuh ganas dari planet lain. Tugas utamanya adalah bagaimana mencegah dan
memusnahkan setiap penduduk di Bumi yang secara ilegal berusaha masuk ke Elysium untuk kehidupan
yang lebih baik. Kondisi menjadi pelik ketika Max Costa yang hanyalah seorang penduduk biasa yang
mempunyai catatan kejahatan memilih bekerja-sama dengan kelompok Spider (Wagner Moura) yang
ingin menembus keamanan Elysium dan meruntuhkan dominasi pemerintahan Elysium yang bertindak
tak adil dan kejam terhadap penduduk di Bumi.

Elysium yang ditulis dan disutradarai Neil Blomkamp ini hanyalah menggambarkan bagaimana
ketimpangan yang terjadi di dunia saat ini. Yaitu, ketimpangan sosial yang terjadi antara si miskin dan si
kaya. Ketimpangan sosial dan ketidak-adilan yang sudah terjadi ribuan tahun semenjak masih abad
pertengahan hingga di jaman modern saat ini. Dimana kaum kaya selalu bertindak semena-mena dan
membiarkan si miskin harus terjerembab dengan kemiskinan.
Hanya saja, kali ini Neil Blomkamp menggambarkan hal tersebut terjadi di masa depan. Di tahun 2154
dimana teknologi sudah begitu maju namun sifat manusia tetaplah sama. Si Kaya memilih tinggal di
tempat terpisah agar tak bersama dengan si miskin yang mempunyai jumlah mayoritas. Penampilan Matt
Damon sebagai tokoh sentral memerankan tokoh Max cukup pas. Karakter ksatria Damon yang tercermin
dalam Jason Bourne terlihat apik dalam film yang berdurasi 120 menit ini. Untuk peran ini, Mat Damon
harus tampil plontos demi perannya sebagai Max.

Untuk karakter antagonis, cukup mengejutkan ketika diperankan oleh Jodie foster yang berperan sebagai
Nyonya Delacourt. Paras Jodie Foster yang sebelumnya memerankan tokoh baik, kali ini terlihat sukses
berperan sebagai tokoh politisi yang rakus, kejam, dan tidak mempunyai rasa empati terhadap si miskin.

Berbicara efek visual grafis dalam film ini, terlihat begitu apik dan tak juga musti menampilkan
kerumitan di mata penonton. Neil Blomkamp sebagai sutradara mampu menghasilkan sebuah tampilan
visual efek yang menarik tanpa harus membuat penonton jadi pusing. Kadangkala, efek yang begitu rumit
justru membuat penonton menjadi capek sendiri ketika menontonnya.

Secara keseluruhan, Elysium sebenarnya menjadi film dengan tema kesenjangan sosial yang terjadi
sepanjang jaman selama manusia menempati bumi ini. Hanya saja, sutradara Neil Blomkamp memilih
waktu di masa depan dengan setting waktu tahun 2145.

Film ini mengajarkan dan memberikan pelajaran kepada setiap umat manusia, tanpa keserakahan dan
ketamakan, sebenarnya kita bisa tinggal menempati dunia yang sama demi kepentingan kita bersama.

https://ameera.republika.co.id/berita/mrutqk/elysium-kesenjangan-sosial-dalam-balutan-fiksi-sains

Anda mungkin juga menyukai