Anda di halaman 1dari 12

Kisah Dinda : BAGIAN 2

Kebiasaan Aneh Yang Menyenangkan

Kemarin aku sudah bercerita bagaimana aku bisa mengenal masturbasi. Meskipun awalnya aku
'tidak sengaja' melakukan masturbasi dengan caraku sendiri, aku harus berterima kasih kepada
kak Naya karena telah mengajariku cara masturbasi yang menurutnya lebih benar. Namun aku
tidak hanya belajar tentang masturbasi kepada kak Naya. Aku belajar hal lainnya, yaitu
kebiasaan kak Naya yang menurutku aneh. Hal ini dimulai tepat di hari setelah aku belajar
masturbasi dengan kak Naya.

****

Aku terbangun terlalu pagi waktu itu. Kulihat kak Naya masih tidur di balik selimutnya. Aku
merasakan sedikit sakit di area selangkanganku. Mungkin ini efek dari masturbasiku semalam.

Kulihat jam masih menunjukkan pukul 3 pagi kurang seperempat. Kucoba untuk kembali
memejamkan mata sambil sesekali merubah posisi tidur agar lebih nyaman. Ketika aku
merubah posisi, tanganku tidak sengaja menyentuh sebuah benda yang bentuknya tidak asing
di sela antara kami tidur. Kuambil benda tersebut, dan berusaha melihat untuk meyakinkan
benda tersebut. Dan benar dugaanku, benda yang tidak sengaja kusentuh ini adalah bra.
Pastilah bra ini milik kak Naya, karena braku masih terpakai. Mungkin kak Naya punya
kebiasaan untuk melepas bra ketika tidur, karena hal tersebut memanglah yang baik untuk
dilakukan.

Kukembalikan bra tersebut ke tempatnya semula. Namun aku malah menemukan benda
lainnya tidak jauh dari posisi bra kak Naya. Kuambil benda tersebut, dan ternyata benda yang
kupegang ini adalah sebuah celana dalam! Aku mulai berpikir jika kak Naya mungkin ketiduran
setelah masturbasinya semalam dan tidak sempat memakai celana dalamnya kembali. Namun
bagaimana dengan celananya? Apakah kak Naya juga tidak memakainya kembali?

Kembali tanganku meraba-raba mencari keberadaan celana kak Naya di sampingku. Dan
ketemu! Namun tidak hanya celana, melainkan kaosnya juga! Itu artinya sekarang ini kak Naya
benar-benar telanjang di balik selimutnya!

Karena penasaran, kucoba untuk menyingkap selimut yang menutupi tubuh kak Naya. Kubuka
pelan-pelan agar kak Naya tidak sampai bangun. Kubuka penuh selimut tersebut agar tubuh
kak Naya terlihat semua.

Ternyata benar, kak Naya tidur sambil telanjang. Posisinya saat itu adalah terlentang, tangan
kanannya berada diatas perut, sedangkan tangan kirinya dinaikkan di atas kepalanya. Kaki
kanannya sedikit ditekuk ke samping sehingga posisinya sedikit agak ngangkang.
Kini aku bisa melihat kemaluannya dengan jelas. Vaginanya tertutup oleh rambut kemaluan
yang jauh lebih banyak dari punyaku. Rambutnya terlihat berantakan, sisa-sisa sentuhan
tangannya ketika memainkan area tersebut.

Naik ke atas, tepat diatas perutnya yang rata, terdapat bagian tubuh kak Naya yang sangat aku
kagumi. Ukurannya jelas lebih besar dari punyaku yang hanya 32B. Dari branya kudapati
ukurannya 34 dengan cup C. Bentuknya hampir bulat sempurna dengan puting yang sedikit
lebih besar dari punyaku.

Meski aku sama-sama cewek, tapi entah kenapa aku suka memandangi tubuh bugil kak Naya.
Bukan berarti aku suka sesama jenis, hanya saja aku mengagumi bentuk tubuhnya.

Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah, masa iya kak Naya ketiduran setelah
masturbasi yang bahkan tidak sempat memakai bajunya kembali? Apa jangan-jangan kak Naya
sengaja tidak memakainya?

Kembali kututupi tubuh kak Naya dengan selimutnya, dan aku kembali ke posisi tidurku.

Aku masih tetap tidak bisa memejamkan mataku. Tiba-tiba timbul hasrat ingin bermasturbasi
lagi ketika tanganku secara iseng kumasukkan ke celana dalamku. Kumainkan jari-jariku di
permukaan kemaluanku yang memang sudah basah.

Karena kak Naya masih tidur, ku beranikan diri untuk membuka celanaku. Kupelorotkan celana
dan celana dalamku sekaligus hingga ke bawah lutut namun tidak sampai lolos dari mata kaki.
Dengan begitu, aku bisa sedikit membuka kakiku agar tanganku lebih leluasa memainkan
kemaluanku.

Sesuai saran kak Naya tadi, aku juga mencoba menyentuh payudaraku. Kuangkat kaosku
hingga terlihat dadaku. Dan kutarik juga braku ke atas agar dadaku terbebas dari sangkarnya.
Setelah terbuka, kuraba payudaraku dan sedikit meremasnya dengan pelan oleh tanganku
yang satunya. Oh kak Naya memang benar, ternyata memang enak ketika dadaku diremas.

Kugigit bibir bawahku, dan kupejamkan mata ketika ketika jari-jariku menemukan titik sensitif di
kemaluanku. Kurasakan kemaluanku semakin basah seiring gerakan jari-jariku yang tidak
henti-hentinya bermain di permukaan kemaluanku. Payudaraku kurasakan juga mengeras dan
puting yang sangat sensitif ketika kusentuh.

Ohh...

Sepertinya aku tidak dapat menahan kenikmatan ini lebih lama lagi. Hingga akhirnya kurasakan
vaginaku berkedut seiring dengan gelombang oragasmeku. Seketika badanku lemas dengan
nafas yang tersengal-sengal.
Tiba-tiba ada tanda-tanda jika kak Naya terbangun. Buru-buru kuselimuti tubuhku dan
berpura-pura tidur. Padahal aku belum sempat membetulkan posisi bajuku.

"Din?" panggil kak Naya.

Aku tidak merespon dan tetap memejamkan mata sambil berpura-pura tidur. Kak Naya masih
mencoba memanggil namaku beberapa kali. Mungkin untuk mengecek apakah aku masih
tertidur. Hingga akhirnya kak Naya tidak lagi memanggil namaku, dan sepertinya dia kembali
tidur.

Dengan kondisi masih setengah telanjang yang ditutupi selimut, aku menunggu kak Naya
benar-benar tertidur sebelum aku mengambil kesempatan untuk membetulkan posisi bajuku.
Selama menunggu, aku masih tetap memejamkan mataku sambil berpura-pura tidur. Hingga
akhirnya yang awalnya cuma berpura-pura, aku malah ketiduran beneran.

****

Paginya, aku bangun dari tidur yang 'tak disengaja'. Tentu ketika aku mulai sadar, hal pertama
yang aku khawatirkan adalah selimutku. Dan setelah kucek, selimutku masih tetap menutupi
tubuh setengah telanjangku. Namun ada yang aneh, aku tidak merasakan adanya celana di
ujung kakiku. Sepertinya celana dan celana dalamku sudah lolos dari kakiku, mungkin karena
tidurku yang banyak gerak. Sedangkan kaos dan braku masih tetap 'nyangkut' di atas dadaku.

Kulihat kak Naya sudah tidak berada di sebelahku. Sepertinya dia sudah bangun lebih dulu dan
sekarang berada di kamar mandi, karena terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi
yang ada di kamarku. Tidak mau kusia-siakan, kumanfaatkan kesempatan ini untuk memakai
lagi pakaianku.

Aku bangun dari posisi tidurku dan langsung membetulkan posisi bra dan kaosku. Aku agak
lama membetulkan posisi braku karena ternyata kait braku terlepas. Setelah berhasil
membetulkan bra dan kaosku, kulanjutkan dengan membuka selimut yang masih menutupi
tubuh bagian bawahku guna mencari keberadaan celana beserta celana dalamku. Namun aku
tidak menemukan kedua benda tersebut di sekitar kakiku. Apakah mereka terjatuh ke bawah
tempat tidur?

Bergegas kucek bawah tempat tidurku di tempat yang ku kira jatuhnya celana dan celana
dalamku tersebut. Tiba-tiba....

Cekreeek...

Pintu kamar mandi terbuka, dan kak Naya muncul di balik pintu tersebut dan melihatku. Sialnya,
posisiku saat itu benar-benar memalukan. Bagaimana tidak, dengan tidak memakai celana,
posisiku saat itu sedang menungging di tepi tempat tidur karena sedang mencari celanaku di
bawah tempat tidur. Dan parahnya, pantatku mengarah tepat ke posisi kak Naya.

"Kamu ngapain Din?" tanya kak Naya yang terkejut melihatku dengan posisi seperti itu.

"Ah gak ngapa-ngapain kok kak..." jawabku yang segera menutupi tubuh bagian bawahku
dengan selimut.

"Hahaha.... kamu nyari celana? Aku taruh di meja tuh.." katanya.

"Ko...kok.. bisa di meja?" tanyaku yang tidak dapat menutupi rasa maluku.

"Ya abisnya aku nemu di bawah kasur tadi... ya aku taruh meja aja.... hayo....... ngapain kamu
tidur gak pake celana?" kata kak Naya.

"Ee.... anu.. kak..." aju tidak bisa menjawabnya.

"Pasti abis gituan ya? Udah dibilangin jangan sering-sering juga...." katanya sambil mengambil
celanaku di atas meja belajarku.

"Maaf kak... aku gak bakal sering-sering lagi...." jawabku.

"Hahahaha... kenapa kamu harus minta maaf? Itu kan hak kamu din... wajar kok... aku dulu
pertama ngerti masturb juga ketagihan kayak kamu gitu hahaha.... nih cangcutmu.." katanya
sambil menyodorkan celana dalamku dengan tangannya, hanya saja posisi kak Naya masih
jauh dari tempatku sekarang.

"Lempar aja kak...." kataku.

"Ambil dong.. nih.." jawabnya.

"Aku malu kak..."

"Kenapa mesti malu sih? Kita kan sama-sama cewek..." katanya.

"Lah, semalem aja kak nay juga gak mau buka baju di depan aku..." kataku.

"Iya... tapi kamu udah liat kan semalem?" katanya.

"Maksudnya?" kataku.

Apakah kak Naya tahu kalau aku semalam membuka selimutnya dan meihat tubuh
telanjangnya?
"Haha.. aku tahu kok kamu semalem buka selimut aku... aku juga tahu kalau kamu masturb
lagi..." katanya.

"Ma..maaf kak... aku...."

"Udah gausah minta maaf terus... udah buka aja selimutnya... biar fair... masa kamu udah liat
punyaku, tapi punyamu ditutup-tutupin terus...." katanya.

Mengalah, akhirnya aku menuruti perkataan kak Naya. Kubuka selimutku dan membiarkan
kemaluanku terlihat olehnya. Aku juga segera beranjak dari tempat tidur dan menghampiri kak
Naya untuk mengambil celana dalamku.

"Nah gitu dong.... ngapain mesti malu sih... punya kamu bagus kok.... rambutnya masih dikit...
imut banget... haha..." kata kak Naya entah maksudnya memuji kemaluanku atau malah justru
menyindirnya.

Aku segera mengambil celana dalamku dari tangan kak Naya dan langsung memakainya.

"Celanaku mana kak?" kataku setelah memakai celana dalamku dan bermaksud menanyakan
celanaku.

"Lho, katanya kamu gak suka pake celana panjang? Katanya kamu lebih suka pake daleman
aja?" jawab kak Naya.

"Iya.. tapi..."

"Udah... gausah dipake aja... udah gak malu lagi kan?" katanya.

"Tapi..... ah kak nay curang... kan gak fair" kataku.

"Kamu mau fair? oke." jawabnya.

Tiba-tiba kak Naya mulai menurunkan celana tidurnya. Dan ternyata, kak Naya tidak memakai
celana dalam lagi! Dia membiarkan kemaluannya terlihat olehku begitu saja ketika celananya
lolos dari kakinya.

"Nih... udah fair? aku kasih bonus deh..." katanya.

Tanpa disangka, kak Naya juga menarik kaosnya keatas hingga terlepas dari kepalanya. Dan
ternyata kak Naya juga tidak memakai bra! Sekarang tubuhnya benar-benar telanjang bulat.

"Gimana? Puas kamu?" katanya sambil membiarkan tubuh telanjangnya dilihat olehku.

"Aa..aku gak minta kak Naya buat buka semuanya kok..." kataku.
"Katanya biar fair? Kamu ngelakuin kebiasaan kamu, ya biar fair aku juga ngelakuin kebiasaan
aku..." katanya.

"Kebiasaan?" tanyaku. Apa maksudnya kebiasaanya dengan bertelanjang seperti itu?

"Iya... udah ah yuk turun... pengen bikin anget-anget..." jawabnya dengan santai.

"Tapi kak.."

"Tapi apa?"

"Kak Nay serius mau keluar gak pake apa-apa gitu?" tanyaku bermaksud menanyakan
ketelanjangannya.

"Udah, gak papa... lagian kan gak ada orang...." jawabnya.

Di rumah ini memang hanya ada aku dan kak Naya. Sedangkan kedua orang tuaku sudah pergi
keluar kota semalam. Itu sebabnya kenapa Kak Naya menginap di rumahku sekarang ini. Aku
memang meminta dia untuk menemani aku selama orang tuaku pergi.

"Tapi serius kak Naya bugil gitu? Kayak orang gila tau kak..." kataku.

"Hahaha... udah biasa kok..." jawab kak Naya yang sudah berada di luar kamarku.

Lagi-lagi kak Naya menjawab 'udah biasa', apa itu artinya kak Naya terbiasa bertelanjang begitu
di rumah?

Aku tak menghiraukan lagi keberadaan celanaku, dan langsung menyusul kak Naya di lantai
bawah. Benar kata kak Naya, toh tidak ada orang di rumah.

Kulihat kak Naya sedang di dapur. Dengan tubuh telanjangnya, dia menungging untuk mencari
sesuatu di lemari bawah.

"Maksud kak Nay biasa apa sih?" tanyaku ketika menghampirinya.

"Ya... gini..." jawabnya.

"Kak Nay biasa bugil gitu?"

"Iya" jawabnya singkat.

"Kak Nay gak takut diliat orang?"


"Ya bugilnya kondisional dong... masa aku bugil kalo lagi ada orang... ntar beneran disangka
orang gila kali...." jawabnya.

"Oo... jadi kalo lagi gak ada orang ya? Emang apa enaknya sih kak?"

"Enaknya? Hahaha... kamu harus nyoba dulu... biar tau enaknya... seru tau" jawabnya santai.

Mencobanya. Jujur aku penasaran seperti apa rasanya beraktifitas sambil bertelanjang seperti
itu.

"Trus kak Nay ngapain aja sambil bugil gitu?"

"Ya banyak.... tidur.. makan.. nonton tv... pokoknya ya kayak aktivitas biasa... cuma sambil bugil
aja... haha.." jawabnya.

"Masturbasi juga?" tanyaku.

"Ihh.. kamu nih mikirnya cuma masturbasi aja... ya masturbasinya tetep kalo lagi pengen aja..."
jawabnya.

"Trus..."

"Udah ah... nanya terus kamu... sana mandi... kamu kan sekolah..."

Aku hampir lupa kalau aku harus sekolah. Aku pun bergegas mandi. Ketika mandi, aku sempat
bermaksud untuk masturbasi lagi katika tanganku menyentuh area selangkanganku. Entah
kenapa, sekarang bagian tubuhku tersebut sangat sensitif untuk disentuh. Tapi kuurungkan
niatku, karena bisa saja aku terlambat ke sekolah gara-gara aktivitas tersebut.

Selesai mandi, kupakai seragam sekolahku lengkap dengan jilbabnya. Ketika aku hendak
berangkat, kulihat kak Naya masih menonton tv masih dengan kondisi tanpa pakaiannya.

Di sekolah, entah kenapa aku tidak dapat konsentrasi. Aku selalu kepikiran tentang kebiasaan
kak Naya tersebut. Aku selalu membayangkan bagaiamana jika aku beraktivitas tanpa
mengenakan pakaian seperti itu. Bahkan aku sempat membayangkan bagaimana rasanya jika
bersekolah tanpa mengenakan apa-apa. Pikiran-pikiran tersebutlah yang membuatku tidak
dapat konsentrasi pada pelajaran waktu itu.

Ketika di tengah jam pelajaran, aku merasakan ada sesuatu yang aneh dengan
selangkanganku. Aku merasakan ada sesuatu yang licin ketika aku menggerakkan kakiku.
Jangan-jangan, kemaluanku mengeluarkan cairan seperti kemarin-kemarin. Pasti ini gara-gara
aku membayangkan sesuatu yang tidak-tidak tadi. Aku takut jika cairan ini menembus rokku.
Karena aku yakin cairan tersebut sudah membasahi celana dalamku. Akhirnya kuputuskan
untuk meminta ijin ke guruku untuk pergi ke toilet.
Di toilet sekolah, segera kunaikkan rok panjangku hingga ke perut. Kusentuh permukaan celana
dalamku. Dam benar, celana dalamku sudah basah oleh cairan yang keluar dari kemaluanku.
Kuturunkan celana dalamku dan kusentuh kemaluanku, terasa begitu becek oleh lendir bening
ini. Ah sial, sentuhan ini malah membuatku ingin melanjutkannya dengan masturbasi. Ah masa
iya aku masturbasi disini? Bagaimana jika teman-temanku curiga kalu aku begitu lama disini?

Setelah kupikir-kipir, kuputuskan untuk melakukan masturbasi dan berusaha untuk


melakukannya secepat mungkin. Kuturunkan celana dalamku hingga tertahan diatas sepatuku.
Ku loloskan kaki sebelah kananku dari celana dalamku. Dengan begini, aku dapat
merenggangkan kaki sehingga lebih mudah untuk mengeksploitasi selangkanganku.

Kunaikkan kaki kananku ka bak di toilet tersebut. Dengan masih berdiri, kusenderkan tubuhku
ke tembok. Tangan kiriku masih memegangi rokku, sedangkan tangan kananku melakukan
tugasnya.

Karena aku ingin ini berakhir cepat, kugerakkan tanganku lebih cepat dari biasanya. Hingga
terdengar suara ketika jari-jariku bergesekkan dengan permukaan kemaluanku. Ingin rasanya
aku menjerit ketika gesekan-gesekan tersebut terjadi. Kupejamkan mataku dan menggigit bibir
bawahku agar tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Kemaluanku semakin basah, hingga
cairan tersebut melumuri seluruh bagian tanganku. Hingga akhirnya yang kutunggu-tunggu
tiba..

Serr..

Kurasakan ada cairan yang mengalir dari lubang kemaluanku seiring dengan kedutan-kedutan
vaginaku. Bahkan cairan tersebut sampai turun melewati pahaku. Sial! Aku lupa membawa
tissue. Tanpa pikir panjang, kuambil celana dalamku yang masih 'nyangkut' di kaki kiriku untuk
menyeka cairan yang ada di selangkanganku. Kuusapkan celana dalamku hingga yakin daerah
selangkanganku benar-benar kering.

Setelah kuyakin kering, aku ragu untuk memakai celana dalamku lagi yang sekarang sudah
basah sekali. Masa iya aku tidak memakai celana dalam di sekolah? Namun setelah
dipikir-pikir, aku malah merasa tertantang untuk mencobanya. Hingga akhirnya kuturunkan
rokku dan memutuskan untuk tidak memakai celana dalam. Toh sebentar lagi jam sekolah
sudah selesai, jadi aku tidak terlalu takut untuk tidak mengenakan celana dalam dibalikk rok
seragamku. Ini adalah pertama kalinya aku tidak memakai celana dalam dibalik pakaianku di
tempat umum seperti ini.

Setelah memasukkan celana dalamku ke saku, dan memastikan pakaianku sudah rapi lagi. Aku
bergegas kembali ke kelas dan berpura-pura tidak ada sesuatu yang terjadi. Aku juga sedikit
mempercepat langkahku agar tidak ada yang memperhatikan pantatku. Karena aku yakin orang
yang melihatnya pasti akan sadar jika tidak ada garis celana dalam yang tercetak di rok
seragamku.
"Ngapain lama banget di toilet din?" tanya teman sebangkuku ketika aku sudah kembali ke
kelas.

"Perutku sakit nih..." jawabku.

Di kelas, aku merasa gelisah, karena jam selesai sekolah yang sebenarnya tidak sampai sejam
lagi terasa begitu lama sekali. Yang membuatku gelisah tidak lain tidak bukan adalah di balik
rokku. Ada merasakan suatu sensasi yang berbeda ketika aku merasakan sebuah kehilangan.
Ya, aku merasakan ada sesuatu yang hilang di balik rokku. Sesuatu yang biasanya menempel
di kemaluanku, kini sudah tidak ada. Membiarkan kemaluanku bergesekkan secara langsung
dengan rok seragamku yang tentu saja menimbulkan rasa geli setiap aku membuat gerakkan
dengan kakiku.

Akhirnya bel yang ditunggu pun tiba. Aku segera bergegas untuk pulang.

Sesampainya di rumah, aku mendapati pintu rumahku terkunci. Setelah memencet bel, tak
lama kemudian pintu terbuka dan kak Naya muncul dibaliknya masih tanpa memakai baju
sehelai benang pun.

"Kak Nay dari tadi masih belum pake apa-apa?" tanyaku.

"Iya." jawabnya singkat.

"Udah mandi?"

"Udah dong..." jawabnya.

"Nih makanan..." kataku sambil menyodorkan bungkusan plastik yang ada di tanganku.

Aku lantas naik ke lantai 2. Di kamarku, sambil menatap cermin, aku mulai melucuti pakaianku.
Dimulai dari jilbabku, hingga yang terakhir rok panjang abu-abu yang dibaliknya sudah tidak
apa-apa lagi. Aku memandang tubuh telanjangku di cermin. Haruskah aku mencoba kebiasaan
kak Naya? Haruskah kucoba sekarang juga?

Setelah mengambil nafas panjang, kuberanikan diri untuk keluar kamar dengan kondisi seperti
ini dan menyusul kak Naya yang sedang menyiapkan makanan yang aku beli. Karena aku tak
terbiasa tampil tanpa busana seperti ini, kedua tanganku masih berusaha melindungi
kehormatan sebagai wanita dengan beruaha menutupi dada dan selangkanganku.

Sesampainya di bawah, tentu kak Naya awalnya kaget setelah melihatku telanjang yang
sedang berjalan menuruin tangga rumahku.

"Ngapain kamu?" tanyanya.


"Aa..aaku pengen nyoba kak..." jawabku.

"Bagus! Lanjutkan! hahaha... Tapi kok masih ditutupin?" katanya sambil menyodorkan piring
berisi makanan yang kubeli tadi.

Aku pun perlahan menurunkan tanganku, dan membiarkan seluruh bagian tubuhku terlihat. Aku
pun menerima piring dari kak Naya. Dan mulai menyantapnya.

"hehe..." tiba-tiba aku tersenyum sendiri.

"Kenapa kamu ketawa?" tanya kak Naya.

"Hehe... lucu aja.. makan sambil bugil gini..." jawabku.

"Haha.... asiik kan?"

"Iya kak.."

****

Hari itu pun kami isi dengan menonton film di ruang tengah rumahku sambil mengobrol. Dan
obrolannya pun tak jauh dari aktivitas yang sedang kami lakukan ini.

"Sejak kapan kak Naya punay kebiasaan gini?" tanyaku.

"Hmmm... kapan ya? Udah lupa... pokoknya awalnya aku dulu cuma pas tidur aja bugilnya..."
jawabnya.

"Kok kak Naya bisa tidur gak pake baju?" tanyaku.

"Aku seringnya masturbasi kalo sebelum tidur... kalo masturb kan buka baju tuh... nah kadang
abis masturb aku males pake baju lagi... jadi ketiduran deh gak pake baju..." jelasnya.

"Oh.. semalam kak Naya juga ketiduran juga abis masturb?" tanyaku.

"Haha... gak sih... aku emang udah niat mau tidur bugil... sekarang, aku udah hampir tiap
malem kok kalo tidur gak pake baju... kecuali kalo lagi bocor, kepaksa deh pake celana...
hahahaha" jawabnya.

"Aku juga udah sempet baca artikel sih... katanya tidur gak pake baju itu emang bagus... tapi....
kok kayaknya risih gitu..." jelasku.

"Risih kenapa?"
"Ya... takut kalo ada yang ngintip..." jawabku.

"Ya... dikunci rapat dong... kita kalo bugil di dalem rumah kayak gini juga rumah harus dikunci
rapat... korden-korden juga harus ditutup semua...." jelasnya.

"Oh.. pantes tadi pintu rumah dikunci...."

"Yaiyalah... kalo gak dikunci ntar ada orang masuk, trus ngeliat aku lagi ngubek-ngubek memek
kan gak lucu...." jawabnya.

"Haha.. kak Nay tadi masturb ya?"

"Iya... hahaa.. kapan lagi bisa masturbasi di rumah orang... hahaa" jawabnya.

"Emang apa enaknya masturbasi dirumah orang? bukannya sama aja?" tanyaku.

"Sensasinya lah... Nanti kalo kamu udah sering masturbasi... kamu bakal ngerasain yang
namanya bosen... Aku awalnya kalo masturbasi kalo gak di kamar ya di kamar mandi... nah
lama-lama aku pengen sesuatu yang beda, sesuatu yang menantang... sampe akhirnya aku
nyoba masturbasi di ruang keluarga, ruang tamu, dapur... itu kenapa aku jadi sering gak pake
baju kalo di rumah... bugil di tempat yang gak semestinya kayak gini juga bisa nambah
tantangan... yang nantinya bakal bikin masturbasi kamu rasanya beda..." jelas kak Naya.

Benar apa kak Naya. Itulah yang tadi aku rasakan di sekolah. Tempat yang menantang
membuat sensasi yang berbeda. Hahaha... Kak Naya tidak tahu kalau aku sudah pernah
mengalaminya.

"Trus kak Naya udah nyoba masturbasi di luar rumah?" tanyaku.

"Haha.. belum.. tapi aku pengen banget.... belum kesampean aja..." jawabnya.

Begitulah salah satu isi obrolan kami hari itu. Hari dimana untuk pertama kalinya aku mencoba
kebiasaan aneh kak Naya. Ya, kebiasaan yang aneh tapi ternyata menyenangkan untuk
dilakukan. Kak Naya benar-benar membiarkan tubuhnya tidak tertutup sehelai benang pun
hingga keesokan harinya sebelum dia pulang. Sedangkan aku, memutuskan untuk memakai
baju pada malam harinya karena kedinginan.

Sejak hari itu pun aku beberapa kali mencoba bertelanjang ria, meski tidak setiap hari. Aku juga
jarang mendapatkan kesempatan untuk bertelanjang di luar kamar, karena orang tuaku sedang
berada di rumah. Namun ketika ada kesempatan, kumanfaatkan kesempatan tersebut untuk
bermasturbasi di tempat yang tidak biasanya. Di ruang kelaurga, ruang tamu, dapur, bahkan
sampai kamar orang tuaku pernah kujadikan spot untuk bermasturbasi. Aku juga mulai
mencoba tidur bertelanjang, meski pada keesokan paginya aku merasa kurang enak badan
karena masuk angin.

Aku masih sering berkomunikasi dengan kak Naya. Obrolan kami pun tak jauh dari soal
kebiasaan aneh ini. Kami saling bertukar pikiran untuk mencoba hal baru, walaupun lebih
seringnya kak Naya yang mengajariku tentang sesuatu yang baru tersebut. Sebuah pesan yang
sering disampaikan kak Naya adalah "Persering telanjang, tapi jangan terlalu sering masturbasi"
haha. Sampai akhirnya beberapa bulan setelahnya aku mendapat kabar jika kak Naya akan
pindah ke kotaku. Tentu ini adalah sebuah kabar baik.

Anda mungkin juga menyukai