Anda di halaman 1dari 14

INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM

LETAK, LUAS, DAN BATAS WILAYAH INDONESIA


Letak wilayah Indonesia
Posisi atau letak geografis suatu wilayah dilihat berdasarkan keadaan permukaan bumi
atau posisinya dalam bola bumi. Letak geografis suatu wilayah didasarkan pada aspek
astronomis, fisiografis, geologis dan sosial budayanya. Indonesia merupakan negara
kepulauan yang wilayahnya sangat strategis. karena Indonesia berada di posisi geografis
yang sangat menguntungkan baik dalam segi ekonomi, sosial budaya, komunikasi,
transportasi maupun pariwisata.
Berdasarkan posisi geografisnya Indonesia berada diantara 2 benua di dunia yaitu benua
Australia dan benua Asia. posisi ini sangat menguntungkan bagi Indonesia karena akan
menjadi lalu lintas dalam perdagangan dunia. Tidak hanya dalam perdagangan saja,
kondisi ini juga akan mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Diapitnya
negara Indonesia oleh 2 benua ini ternyata memilki pengaruh terhadap kondisi alam
sekitar yaitu menjadikan wilayah Indonesia sebagian besar beriklim laut. Hal ini terjadi
karena negara Indonesia terdiri atas beberapa kepulauan dan memiliki laut yang luas
sehingga mendapat pengaruh dari angin laut dan mendatangkan hujan.
Selain diapit oleh 2 benua, posisi geografis Indonesia juga diapit oleh
2 samudera terbesar di Asia, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia . Dimana
kondisi ini membuat pembagian musim di Indonesia hanya ada 2 saja, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Musim hujan di Indonesia biasanya terjadi diantara bulan
Oktober hingga April yang ditandai dengan berhembusnya Angin Musim Barat Daya,
sedangkan musim kemarau berlangsung selama bulan April hingga Oktober yang ditandai
dengan berhembusnya Angin Musim Timur Laut.
Dilihat dari letak geografisnya diatas maka Indonesia berada pada posisi persilangan
dunia (world cross position), yang berarti pada posisi ini Indonesia menjadi pusat jalur
lalu lintas dunia. Tidak heran jika Indonesia sering dijadikan tempat pertukaran dalam
bidang perdagangan, bidang pekerjaan dan lain sebagainya. Adapun batas wilayah
Indonesia secara geografis adalah :

 Bagian Utara Indonesia berbatasan dengan Selat Malaka, Laut Andaman,


Samudera Pasifik, Laut Cina Selatan dan Malaysia Timur.
 Bagian Selatan Indonesia berbatasan dengan Benua Australia, Laut Timor
Timur, Samudera Hindia dan Laut Arafura.
 Bagian Barat Indonesia berbatasan dengan Samusera Hindia.
 Bagian Timur Indoneisa berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Irian Jaya
(Papua).

Faktor Pendukung
Seperti yang sudah di bahas di awal bahwa letak geografis Indonesia juga dilihat dari
berbagai aspek seperti letak astronomis, fisiografis, geologis dan sosial budaya. Dan
berikut akan dijelaskan tentang aspek-aspek tersebut.

1. Letak Astronomis

Letak astronomis adalah letak suatu wilayah atau negara yang dilihat dari garis lintang
dan garis bujur astronomisnya. Letak astronomis ini merupakan posisi yang absolut dari
sebuah keseluruhan wilayah. Letak astronomis Indonesia berada diantara 6 derajat LU –
11 derajat LS dan diantara 95 derajat BT – 141 derajat BT. Dimana wilayah yang masuk
dalam koordinat titik tersebut adalah Pulau We yang berada di titik 6 derajat LU, Pulau
Roti yang berada di titik 11 derajat LS, ujung Utara Pulau Sumatera di titik 95 derajat BT
dan Pulau Merauke yang berada di titik 141 derajat BT.

Adapun pengaruh letak astronomis Indonesia antara lain adalah Indonesia menjadi
memiliki curah hujan yang tinggi, memiliki ekosistem hutan hujan tropis yang bernilai
tinggi, memiliki penyinaran matahari yang lebih lama, kelembapan udaranya tinggi, serta
memiliki 3 daerah waktu yaitu Waktu Indonesia bagian Barat, Waktu Indonesia bagian
Tengah dan Waktu Indonesia bagian Timur.

2. Letak Fisiografis

Letak fisiografis adalah letak suatu wilayah yang dilihat dari segi fisiknya seperti
segi garis lintang dan garis bujur, posisinya dengan wilayah lain, jenis-jenis batuan yang
ada, relief permukaan bumi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan laut. Jadi dapat
disimpulkan bahwa letak fisiografis ini adalah rangkaian dari letak astronomis Indonesia,
letak geologis Indonesia, letak geografis Indonesia dan batasan kelautan Indonesia.

Dimana negara ini dikelilingi oleh 3 lautan besar yang merupakan batasan dari kelautan,
yaitu pada bagian Timur Indonesia berhadapan dengan Samudera Pasirik, pada bagian
Selatan Indonesia berhadapan dengan Samudera Hindia dan pada bagian Utara Indonesia
berhadapan dengan Laut Cina Selatan. Posisi inilah yang membuat Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati laut yang menarik perhatian dunia.

3. Letak Geologis

Letak geologis adalah letak suatu wilayah yang didasarkan pada keadaan batuan yang ada
di permukaan bumi. Secara geologis Indonesia terletak diantara 2 sirkum, yaitu Sirkum
Mediterania dan Sirkum Pasifik dan juga berada dalam 3 lempeng utama dunia yaitu
Lempeng Australia, Eurasia dan Pasifik. Posisi inilah yang menyebakan Indonesia
merupakan negara yang rawan gempa dan memiliki banyak gunung api yang masih aktif.

Karena banyak gunung api yang masih aktif tidak heran jika tanah di Indonesia ini
sangatlah subur, ini disebabkan karena adanya erupsi dari gunung api yang menyebabkan
tanah menjadi subur dan dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan. Selain itu secara
geologis Indonesia juga berada diantara 2 dangkalan yang besar, yaitu Dangkalan Sunda
dan Dangkalan Sahul. Hal ini menyebabkan laut bagian Timur dan Barat Indonesia
memiliki laut yang dangkal sedangkan laut bagian tengahnya dalam. Selain itu letak
geologis ini juga menyebabkan Indonesia menjadi kaya akan tambang mineral karena
memiliki laut yang luas. ( baca : Bentuk Muka Bumi Lautan )

4. Sosial Budaya

Sosial budaya atau sering disebut sebagai letak sosiologis adalah letak suatu wilayah yang
dilihat dari keadaan sosial dan budaya yang berkaitan dengan negara lain. Secara umum
kondisi sosial budaya Indonesia sangat beragam jika dilihat dari suku, kebudayaan dan
agama yang ada. Keanekaragaman inilah yang membuat Indonesia menjadi negara yang
unik. Dimana setiap suku, budaya dan agama yang ada memiliki ciri khas masing-masing,
akan tetapi hal tersebut tidak menimbulkan kesenjangan sosial sehingga masyarakat
Indonesia hingga saat ini hidup dengan damai.

LUAS WILAYAH INDONESIA


Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas lautan yang sangat besar. Begitu juga
dengan daratannya. Luas wilayah Indonesia dari Sumber Belajar Kementerian Pendidikan
Kemdikbud, disebutkan luas Indonesia seluruhnya 5.193.250 km².Rinciannya luas
daratan Indonesia adalah 1.919.440 km². Sedangkan luas lautan sekitar 3.273.810
km².Dalam situs Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
disebutkan, Rujukan Nasional Data Kewilayahan RI menyebutkan luas wilayah Indonesia
baik itu darat dan perairan adalah 8.300.000 km2. Dan menurut Badan Pusat Statistik
Luas daratan Indonesia tahun 2015 adalah sebesar 1.913.578 km2. Luas perairan
Indonesia menurut Badan Informasi Geospasial tahun 2015 sebesar 6.315.222 km2.

1. Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000 km2;

2. Luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km2;

3. Luas zona tambahan Indonesia adalah 270.000 km2;

4. Luas zona ekonomi eksklusif Indonesia adalah 3.000.000 km2;

5. Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km2;

6. Luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2;

7. Luas NKRI (darat + perairan) adalah 8.300.000 km2;

8. Panjang garis pantai Indonesia adalah 108.000 km;

9. Jumlah pulau di Indonesia kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan
disubmisi ke PBB adalah sejumlah 16.056 pulau.

Sementara itu, berdasarkan letaknya, letak Indonesia dilihat dari astronomisnya (titik
koordinatnya) yaitu terletak di antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT.Berdasarkan letak
geografisnya, Indonesia terletak di antara dua benua yakni Asia dan Australia serta dua
samudra yakni samudra Hindia dan Samudra Pasifik.Wilayah Indonesia berbatasan
dengan sejumlah wilayah berupa wilayah suatu negara maupun wilayah samudra.

Batas wilayah Indonesia adalah :

-Sebelah utara : Malaysia, Singapura, Filipina dan Laut Cina Selatan

-Sebelah Selatan : Timor Leste, Australia, Samudra Hindia

-Sebelah Barat : Samudra Hindia

-Sebelah Timur : Papua Nugini dan Samudra Pasifik

BATAS UDARA INDONESIA


Konvensi Paris 1982 menyebutkan bahwa negara-negara merdeka dan berdaulat
berhak mengadakan eksploitasi dan eksplorasi di wilayah udaranya, misalnya
untuk kepentingan radio, satelit dan penerbangan.

Disamping pendapat para ahli, terdapat beberapa teori tentang konsepsi wilayah
udara yang dikenal pada saat ini, diantaranya.

Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory)

Penganut teori ini terbagi dalam dua aliran yaitu kebebasan ruang udara tanpa
batas dan kebebasan udara terbatas.

1. Kebebasan ruang udara tanpa batas, menurut aliran ini, ruang udara itu
bebas dan dapat digunakan oleh siapapun. Tidak ada negara mempunyai
hak dan kedaulatan di ruang
2. Kebebasan udara terbatas, terbagi menjadi dua. Hasil sidang Institute de
Droit International pada sidangnya di Gent (1906), Verona(1910), dan
Madrid(1911).
1. Setiap negara berhak mengambil tindakan tertentu untuk
memelihara keamanan dan
2. Negara Kolong (Negara Bawah, Subjacent State) hanya mempunyai
hak terhadap wilayah/zona
Teori Negara Berdaulat di Udara (The Air Sovereignty)

1. Teori Keamanan menyatakan bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan atas wilayah
udaranya sampai yang diperlukan untuk menjaga wilayahnya. Teori ini dikemukakan oleh
Fauchille pada tahun 1901 yang menetapkan ketinggian wilayah udara adalah 1.500m.
Namun pada tahun 1910 ketinggian itu diturunkan menjadi 500m.
2. Teori Pengawasan Cooper (Cooper’s Control Theory). Menurut Cooper (1951) kedaulatan
Negara ditentukan oleh kemampuan Negara yang bersangkutan untuk mengawasi ruang
udara yang ada diatas wilayahnya secara ilmiah dan
3. Teori Udara (Schacter). Menurut teori ini, wilayah udara itu haruslah sampai suatu
ketinggian dimana udara masih cukup mampu mengangkat(mengapungkan)balon udar dan
pesawat udara

Batas Wilayah Udara Indonesia


Wilayah udara meliputi daerah yang berada di atas wilayah negara atau di datas wilayah darat
dan wilayah laut teritorial suatu negara. Meskipun begitu, ketika belum ditemukan
kesepakatan mengenai penentuan batas wilayah udara, beberapa ahli mencoba untuk
menggali hukum-hukum lama yang berkaitan dengan ruang udara dan akhirnya ditemukanlah
suatu ketentuan lama yang berlaku di masa Romawi. Dalam ketentuan itu disebutkan tentang
“Cujus Est Solume Ejus Usque Ad Coelum Et Ad Infinitum” yang artinya: “Barang siapa
memiliki sebidang tanah, maka juga memiliki pula apa yang ada diatasnya dan juga yang ada
dibawahnya serta tidak terbatas”.
Tentu saja ketentuan itu menimbulkan suatau perbedaan pendapat yang hangat di antara para
ahli hukum seperti:

 Paul Fauchille dengan teorinya ‘Air Freedom Theory’ yang menyebutkan bahwa ruang udara
itu bebas dan oleh karena itu tidak dapat dimiliki oleh negara bawah. Teori Paul Fauchille
tersebut didasari oleh: sifat udara ialah bebas, dan karena udara ialah warisan seluruh umat
manusia.
 West Lake dengan teorinya ‘Air Sovereignty Theory’ yang menyebutkan bahwa ruang udara
itu tertutup yang berarti dapat dimiliki oleh setiap negara bawah.

Untuk menyelesaikan masalah kedaulatan wilayah udara tersebut, maka pada tahun 1910
diadakan konferensi internasional yakni The International Conference on Air Navigation di
Paris, Perancis yang hanya dihadiri oleh 3 negara yakni Perancis, Jerman dan Inggris.

Pada tahun 1919 kembali diadakan konferensi internasional di Paris, Perancis yang dihadiri
oleh 31 negara dan menghasilkan suatu konvensi yakni Convention Relating to the
Regulation of Aerial Navigation 1919 atau yang lebih dikenal dengan Konvensi Paris 1919.
Dalam isi pasal 1 Konvensi Paris 1919 dinayatakan bahwa: “setiap negara mempunyai
kedaulatan utuh dan eksklusif di wilayah udaranya”.

Sayangnya konvensi ini mengalami kegagalan juga, karena belum mencapai jumlah ratifikasi
seperti yang ditentukan dan ini juga karena hanya negara-negara anggota Konvensi Paris
1919 saja yang diakui wilayahnya di ruang udara, sedangkan bagi negara-negara yang bukan
anggota konvensi ini tidak diakui wilayahnya di ruang udara.

Untuk mengisi kekosongan hukum yang mengatur mengenai kedaulatan negara di ruang
udara, maka pada tahun 1929, American Communication Beauraeu mengadakan pertemuan
dan menghasilkan suatu kesepakatan bahwa mengakui bahwa setiap negara memiliki wilayah
di ruang udara yang ada diatasnya.

Dengan adanya kesepakatan ini maka semua negara di dunia merasa memiliki kedaulatan di
ruang udara dan menjadi teori dari Paul Fauchille dan West Lake sepenuhnya tidak dapat
dipertahankan karena setiap negara memiliki kedaulatan mutlak di ruang udara dengan
memberikan kebebasan penerbangan.

Kemudian pada tahun 1944 diadakan lagi sebuah konferensi internasional di Chicago
Amerika Serikat dan menghasilkan sebuah pasal yakni pasal 1 Konvensi Chicagao 1944 yang
menyatakan bahwa: “Setiap negara memiliki kedaulatan lengkap dan eksklusif di ruang udara
yang ada diatas wilayahnya”.

Dengan demikian, Konvensi Chicago 1944 telah mengakui setiap negara di dunia, baik
negara anggota maupun tidak, untuk tetap memiliki kedaulatan di ruang udara yang ada di
atas wilayahanya.

Berdasarkan Konvensi Chicago 1944, maka dihasilkan cara penentuan batas wilayah udara
yang terbagi dalam 2 cara penentuan yaitu:

1. Secara Horizontal
Setiap negara yang memiliki batas kedaulatan di wilayah udara secara horizontal ialah sama
dengan seluas wilayah darat negaranya sedangkan negara yang berpantai batas wilayah
negara akan bertambah yakni dengan adanya ketentuan hukum yang diatur di dalam artikel 3
United Nations Convention on the Law Of the Sea “1982” yang menyebutkan bahwa: ”
Setiap negara pantai dapat menetapkan lebar laut wilayahnya sampai maksimum 12 mil laut
yang diukur dari garis pangkal “base line”.

2. Secara Vertikal
Untuk menentukan batas kedaulatan di wilayah udara secara vertikal masih tetap menjadi
permasalahan sampai dengan saat ini, karena perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, prinsip-prinsip hukum umum dan yurisprudensi internasional yang mengatur
tentang batas kedaulatan wilayah udara secara vertikal belum ada, maka beberapa sarjana
terkemuka khususnya ahli hukum udara berusaha untuk membuat beberapa konsep (teori,
ajaran atau pendapat) yang mungkin dapat digunakan sebagai landasan pembuatan peraturan
tentang batas ketinggian kedaulatan negara di ruang udara, yaitu misalnya konsep dari :
 Beaumont dan Shawcross yang menyebutkan bahwa batas ketinggian
kedaulatan negara di ruang udara adalah tidak terbatas.
 Cooper yang menyebutkan bahwa batas ketinggian kedaulatan negara di ruang udara adalah
setinggi negara itu dapat menguasainya.
 Holzendorf yang menyebutkan bahwa batas ketinggian kedaulatan negara di ruang udara
adalah setinggi 1000 meter yang ditarik dari permukaan bumi yang tertinggi.
 Lee yang menyebutkan bahwa batas ketinggian kedaulatan negara di ruang udara adalah
sama dengan jarak tembakan meriam (canon theory).
 Von Bar yang menyebutkan bahwa batas ketinggian kedaulatan negara di ruang udara
adalah 60 meter dari permukaan bumi.
 Priyatna Abdurrasyid yang menyebutkan bahwa batas ketinggian kedaulatan negara di ruang
udara adalah setinggi sebuah pesawat udara konvensional sudah tidak dapat lagi melayang.

Pendapat Priyatna Abdurrasyid ini pernah ditentang dengan adanya Pasal 30 ayat 3 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa “T.N.I.- A.U.
selaku penegak kedaulatan negara di udara mempertahankan wilayah dirgantara nasional
………. dstnya”.
Kata dirgantara berarti mencakup ruang udara dan antariksa (ruang angkasa) termasuk G.S.O.
(Geo Stationer Orbit).

Dengan demikian pada waktu itu negara Indonesia tidak menganut pendapat Priyatna
Abdurrasyid tetapi menganut pendapat Beaumont dan Showcross.

Dengan tidak adanya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang mengatur tentang batas
ketinggian wilayah udara yang dapat dimiliki oleh negara bawah, maka banyak negara-negara
di dunia melakukan secara sepihak menetapkan batas ketinggian wilayah udara nasionalnya
seperti yang dilakukan oleh negara Amerika Serikat melalui Space Command menetapkan
batas vertikal udara adalah 100 kilometer.

Tujuan Layanan Wilaya Udara


Adapun yang menjadi destinasi dari layanan kemudian lintas udara adalah untuk:

1. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat;


2. Mencegah terjadinya tabrakan antara pesawat yang berada di lokasi manuver dan
penghalang di wilayah tersebut;
3. Mempercepat dan mengawal arus lintas udara yang teratur;
4. Memberikan saran dan informasi yang bermanfaat untuk mengerjakan penerbangan yang
aman dan efisien; dan
5. Memberitahu organisasi yang tepat tentang peswat yang membutuhkan pertolongan
pencarian dan penyelematan, dan menolong organisasi laksana yang diperlukan.

Kondisi Tata Ruang Batas Udara Indonesia


Posisi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang luas dengan posisi yang paling
strategis mengakibatkan banyaknya arus kemudian lintas penerbangan yang terjadi di distrik
udara Indonesia. Sehubungan dengan pertumbuhan hukum internasional ketika ini, Indonesia
mempunyai konsekuensi untuk meluangkan alur laut kepulauan (archipelagic sea lane
passage) dan jalur udara di atasnya untuk kebutuhan lintas kapal dan pesawat udara asing
cocok dengan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut Tahun 1982.
Untuk mengemban hak lintas yang dimaksud di atas, Indonesia mestilah berpedoman pada
peraturan International Civil Aviation Organization (ICAO).

Batas distrik darat sebuah negara ditentukan bareng menurut perjanjian yang dilaksanakan
dengan negara-negara tetangga, sampai-sampai setiap negara pun mempunyai batas
kedaulatan di distrik udaranya secara horizontal. Kedaulatan distrik udara secara horizontal
itu memiliki makna bahwa kedaulatan distrik udara sama dengan luas distrik yang sedang di
darat.

Kemudian guna batas distrik negara berpantai akan meningkat luasnya cocok dengan
peraturan hukum yang telah ditata dalam pasal 3 UNCLOS 1982. Pada pasal tersebut
disebutkan bahwa masing-masing negara yang berpantai bisa menilai lebar dari luas
wilayahnya hingga maksimum 12 mil yang diukur dari garis pangkal.

Hal yang unik untuk dibicarakan lebih lanjut ialah adanya kenyataan bahwa Kepulauan Riau
dan Natuna, yang notabene tergolong ke dalam distrik kedaulatan Indonesia, tidak sedang di
bawah naungan FIR Jakarta maupun FIR Ujung Pandang, tetapi masuk ke dalam FIR
Singapura maupun FIR Kuala Lumpur.

Padahal, Indonesia sebagai empunya sah dari distrik Riau dan Natuna mempunyai tanggung
jawab guna menilai alur laut dan rute penerbangan di atas wilayahnya guna kebutuhan lalu
lintas kapal dan pesawat asing yang akan mengarungi wilayah tersebut.

Masuknya Kepulauan Riau dan Natuna ke dalam FIR Singapura dan Kuala Lumpur semata-
mata untuk memastikan keselamatan dan ketenteraman penerbangan supaya terhindar dari
adanya kecelakaan di angkasa yang diakibatkan karena tidak terkoordinasikannya kemudian
lintas udara dengan baik.

Pada misal kasus ini, andai suatu negara mendelegasikan ruang udaranya untuk negara beda
menurut perjanjian, maka tanggung jawab terhadap pengelolaan pelayanan navigasi udara itu
menjadi tanggung jawab negara yang menerima utusan dan tidak akan melalaikan kedaulatan
negara yang mendelegasikannya.

Awal awal pendelegasian FIR Indonesia atas Kepulauan Riau dan Natuna untuk Singapura
dan Malaysia terjadi Ketika adanya pertemuan yang dieselenggarakan oleh International Civil
Aviation Organization (ICAO) pada tahun 1946. Hal tersebut dilaksanakan karena pada
ketika itu, Indonesia belum memiliki keterampilan di bidang teknologi yang bersangkutan
dengan penataan lalu lintas udara.

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan FIR Singapura oleh otoritas navigasi udara Singapura
terbatas pada elevasi di atas 20.000 kaki, sementara pada elevasi 20.000 kaki ke bawah
dikontrol oleh Malaysia.

Kendati demikian, wacana untuk memungut alih Kepulauan Riau dan Natuna guna masuk ke
dalam FIR Indonesia telah lama berdengung. Pihak-pihak yang mempunyai wewenang
menuliskan bahwa proses itu akan dilaksanakan secara bertahap. Dilansir dari portal berita
online CNN, terdapat sejumlah faktor yang memprovokasi niat pengambilalihan Kepulauan
Riau dan Natuna guna bergabung ke dalam FIR yang dikelola oleh Indonesia.

Faktor yang kesatu ialah sebagai upaya pencegahan pesawat yang terbang sembarang
mengarungi Indonesia. Hal tersebut dominan untuk meyakinkan kedaulatan dan ketenteraman
wilayah udara sebab dikelola langsung oleh Indonesia. Kemudian factor yang kedua dating
dari sisi ekonomi. Selama FIR dikuasai oleh negeri jiran, Indonesia dirasakan merugi sebab
ongkos yang mesti disetor maskapai penerbangan saat mengarungi wilayah udara sebuah
negara tidak penuh.

KARAKTERISTIK WILAYAH INDONESIA


Secara geografis, Indonesia yang kaya akan pulau memiliki perairan lebih luas dibanding
daratan yaitu 1:2. Maka dari itu, Indonesia juga disebut sebagai negara maritim.
Karakteristik perairan Indonesia diketahui memiliki suhu air yang hangat. Tak heran bila
sumber daya alam di laut Indonesia sangat beragam. Perairan di Indonesia terdiri dari
laut, teluk, selat, sungai, dan danau. Di antaranya adalah laut Jawa yang menjadi salah
satu laut terluas di Indonesia. Sementara itu, kepulauan menjadi karakteristik wilayah
daratan Indonesia. Kepulauan di Indonesia tercacat ada sekitar 17.508 pulau, dari Sabang
sampai Merauke. Daratan yang ada di Indonesia juga meliputi fenomena alam seperti
gunung, dataran tinggi, dataran rendah, dan lembah. Sedangkan gunung tertinggi di
Indonesia adalah Gunung Puncak Jaya, Papua (4.884 m).

-WILAYAH DARATAN

Daratan merupakan bagian dari permukaan bumi yang nggak digenangi air dan berbentuk
padat. Wilayah daratan pun nggak selalu rata tuh, tetapi juga terdapat pegunungan,
dataran tinggi, dataran rendah, dan lembah. Biar lebih paham, yuk kita kenalan dulu
dengan mereka satu per satu.

1. Pegunungan

Pegunungan merupakan sebuah dataran yang menjulang lebih tinggi dari sekelilingnya,
yang berketinggian antara 800 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Pegunungan
sendiri merupakan rangkaian dari beberapa gunung. Gunung-gunung yang membentuk
pegunungan panjangnya dapat mencapai ribuan kilometer dan terbentuk dalam waktu
jutaan tahun lamanya. Contoh-contoh pegunungan di Indonesia antara lain adalah
Pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari utara ke selatan Pulau Sumatra,
Pegunungan Kapur Utara yang membentang di pesisir utara Pulau Jawa, tepatnya di
wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta Pegunungan Menoreh yang menjadi batas
alami antara Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Purworejo di
Jawa Tengah.
2. Dataran Tinggi

Dataran tinggi adalah dataran luas yang letaknya di daerah pegunungan yang terbentuk
karena hasil erosi dan sedimentasi yang terjadi selama ratusan tahun lamanya. Dataran
tinggi juga bisa terbentuk dari bekas kaldera yang tertimbun material dari lereng gunung
di sekitarnya. Sebuah area bisa disebut dataran tinggi kalau punya ketinggian minimal
700 meter dari permukaan laut. Di Indonesia sendiri, tersebar beberapa dataran tinggi,
yaitu di Pulau Sumatra bagian barat, Pulau Jawa bagian selatan, sebagian besar Pulau
Sulawesi, hingga Pulau Papua bagian utara. Contoh pegunungan tinggi di Indonesia
adalah Dataran Tinggi Atlas di Aceh, Dataran Tinggi Barul di Sulawesi Tengah, Dataran
Tinggi Dieng di Jawa Tengah.

3. Dataran Rendah

Berbeda dengan dataran tinggi, dataran rendah merupakan dataran yang mempunyai
ketinggian sekitar 200 hingga 300 meter di atas permukaan laut. Dataran rendah
merupakan dataran yang banyak ditemui di Indonesia karena banyak digunakan untuk
daerah pemukiman.

Hal itu dikarenakan suhu di dataran rendah nggak terlalu dingin, sehingga sangat cocok
untuk pemukiman warga. Adapun contoh dataran rendah yang ada di Indonesia adalah
dataran rendah Cianjur di Jawa Barat.

Dataran rendah di Indonesia terdapat secara luas memanjang di Pulau Sumatra bagian
timur, Pulau Jawa bagian utara, sebagian besar Pulau Kalimantan, dan Pulau Papua
bagian selatan.

4. Lembah

Di Indonesia juga terdapat banyak lembah. Lembah merupakan bentang alam yang
sangat luas, bisa mencapai ribuan kilometer persegi, yang dikelilingi oleh pegunungan
ataupun perbukitan yang terbentuk dari beberapa proses geologis. Beberapa lembah
dengan pemandangan yang luar biasa di Indonesia antara lain adalah Lembah Sianok di
Sumatra Barat, Lembah Baliem di Papua Barat, dan Lembah Pantunan di Bali.

Oh iya, Indonesia juga terletak di wilayah pertemuan lempeng tektonik Eurasia, Indo-
Australia, dan Pasifik, sehingga membuat sepanjang area pertemuan tersebut terbentuk
jalur pegunungan aktif. Dengan kata lain, Indonesia masuk dalam wilayah yang dikenal
sebagai ring of fire atau jalur cincin api. Hampir semua wilayah Indonesia dilalui jalur
cincin api ini, kecuali Pulau Kalimantan. Itulah kenapa wilayah Kalimantan sangat jarang
terjadi gempa bumi.

Walaupun begitu, wilayah daratan Indonesia memiliki tanah yang subur sebagai akibat
dari hujan yang teratur dan banyaknya gunung berapi. Hal itu membuat Indonesia
memiliki beragam jenis tanah, mulai dari tanah humus (yang paling subur), tanah aluvial,
tanah vulkanik, regosol, gambut, laterit, litosol, dan tanah kapur.

Wilayah Perairan

Perairan sendiri adalah bagian dari permukan bumi yang menempati wilayah luas dan
digenangi oleh air. Wilayah Indonesia memiliki perairan yang sangaaat luas, bahkan
mencakup dua pertiga bagian dari keseluruhan luas wilayahnya.

1. Laut

Menurut definisinya, laut merupakan kumpulan air asin yang berada di dalam sebuah
area cekungan yang amat besar. Laut akan menghubungkan antarpulau yang satu dengan
pulau lainnya. Bila dibandingkan dengan samudra, ukuran laut lebih kecil lagi. Dengan
kata lain, samudra adalah kumpulan dari beberapa laut. Nama-nama laut di Indonesia
juga banyak, disesuaikan dengan nama tempat atau daerah yang ada di sekitarnya,
contohnya adalah Laut Jawa, Laut Sulawesi, dan Laut Banda.

Indonesia adalah negara dengan area lautan yang lebih luas jika dibandingkan dengan
wilayah daratannya. Sebagai sebuah negara maritim, nggak heran jika Indonesia memiliki
banyak kekayaan yang berasal dari laut serta banyak pula yang memiliki mata
pencaharian di laut sebagai nelayan.

2. Selat

Selat merupakan bagian dari laut. Selat begitu mudah ditemukan di Indonesia karena
hampir setiap pulau di Indonesia dipisahkan oleh selat, baik selat besar maupun yang
kecil. Dengan kata lain, selat adalah laut sempit yang terletak di antara dua pulau dan
menghubungkan kedua pulau tersebut.

3. Teluk

Teluk merupakan wilayah perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan
pada ketiga sisinya. Di Indonesia, ada begitu banyak teluk yang biasanya dimanfaatkan
sebagai lokasi wisata, seperti Labuan Bajo, atau dijadikan tempat berlabuhnya kapal-
kapal nelayan, seperti Teluk Jakarta.

4. Danau

Danau adalah suatu daratan cekung yang digenangi oleh air yang sangat banyak. Air
yang menggenangi danau tersebut bisa berasal dari mana saja, mulai dari mata air, air
tanah, air sungai, hingga air hujan. Danau-danau besar di Indonesia adalah Danau Toba di
Sumatra Utara, Danau Ranau di Sumatra Selatan, dan Danau Paniai di Papua.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi laut Indonesia

Kondisi kedalaman Laut Nusantara secara umum dipengaruhi oleh


dua paparan benua (continental shelf) besar yaitu Paparan Sunda dan
Paparan Sahul. PAPARAN adalah lautan dangkal yang menghubungkan
dua daratan besar. Paparan yang terdapat diindonesia adalah paparan
sunda dan paparan sahul.

Paparan sunda landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di


asia tenggara. Wilayah yang termasuk paparan sunda antara lain
semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Madura, bali, dan pulau kecil
disekitarnya. Paparan sahul bagian dari landas kontinen benua sahul yang
terletak di lepas pantai utara Australia dan selatan pulau Papua. Paparan
sahul membentang dari Australia utara, meliputi laut Timor menyambung
dengan pulau papua. Paparan sunda dan paparan sahul terbentuk
akibat naiknya permukaan air laut pada zaman es sekitar 20.000 tahun
yang lalu hingga pertengahan zaman Holosen.

Anda mungkin juga menyukai