Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan perekonomian dunia, perusahaaan perusahaan semakin


terdorong untuk meningkatkan daya saing agar dapat tetap bertahan dari persaingan yang
ketat. Perusahaan yang tidak mampu bertahan dalam bersaing akan tersingkir dari kompetisi,
maka dari itu suatu perusahaan dituntut untuk selalu mencari cara agar unggul dibandingkan
pesaing mereka dalam mengelola perusahaan. Peningkatan laba atas usaha yang dilakukan
setiap perusahaan pada suatu periode tertentu merupakan tujuan dari suatu perusahaan.
Dengan adanya laba sangat membantu kegiatan operasi perusahaan sebagai alat untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan
dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan
pengolahan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik.

Ekonomi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Menurut Prasetyo (2018), mengatakan bahwa, ekonomi memiliki peran yang penting untuk
menjaga kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebuah perusahaan yang berdiri umumnya memiliki tujuan untuk memeroleh


laba.Tujuan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu tujuan komersial dan sosial(Siagian,
2005). Tujuan komersial atau profit oriented adalah tujuan perusahaan untuk memeroleh
laba, sedangkan tujuan sosial yaitu tujuan perusahaan yang memprioritaskan kegiatan
sosial atas keuntungan yang dihasilkan (Siagian, 2005). Laba kotor perusahaan yaitu
keuntungan suatu perusahaan sebelum dipangkas biaya-biaya perusahaan, termasuk
beban dan pajak. Artinya, laba kotor merupakan keuntungan suatu perusahaan yang
dihasilkan dari pendapatan tanpa dikurangi biaya-biaya perusahaan(Kasmir, 2021). Laba
bersih yaitu keuntungan suatu perusahaan yang sudah dikurangidengan beban perusahaan
pada suatu jangka waktu tertentu termasuk pajak (Kasmir, 2021).

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan ditunjukkandengan rasio


profitabilitas yang lebih tinggi. Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas maka
keuntunganyang dihasilkan suatu perusahaan semakin tinggi(Fahmi, 2018). Keuntungan
yang dihasilkan akan berdampak pada kekayaan suatu perusahaan sehingga mampu
meningkatkan ukuran perusahaan (Tumangkeng & Mildawati, 2018).

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari keseluruhan aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Semakin besar aset yang dimilikioleh suatu perusahaan, semakin tinggi
pencapaian perusahaan tersebut dalam memanfaatkan seluruh aset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan (Setiadewi & Purbawangsa, 2014). Selain ukuran perusahaan,
kinerja perusahaan dapat dipengaruhi oleh fenomena yang sedang terjadi. Suatu
peristiwa tertentu akan memperlambat kinerja suatu perusahaan, seperti saat terjadi
pandemi Covid-19 (Hilman & Laturette, 2021).

Tahun 2020 merupakan awal mula munculnya wabah pandemi Coronavirus Disease
(COVID-19) di Indonesia. Wabah virus ini awalnya ditemukan pada akhir tahun 2019 di
Wuhan, China.Saking cepatnya penyebaran virus ini, banyak orang dari negara lain,
termasuk Indonesia,yang terjangkit.Pada 2 Maret 2020, kasus pertama Covid-19 dilaporkan
di Indonesia, dengan ditemukannya dua orang yang terinfeksi di masyarakat,yang dengan
cepat menyebar ke daerah sekitarnya.

Tentu saja, perkembangan wabah COVID-19 yang begitu cepat memberikan


pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,khususnya pada program
pemerintah seperti kebijakan pembatasan social yang mengharuskan semua orang bekerja di
dalam rumah, yang berdampak pada berbagai sektor ekonomi. Kebijakan tersebut
menurunkan sebagian besar sektor bisnis sehingga mengakibatkan penurunan ekonomi dan
permintaan (liputan6.com). Penelitian ini akan membahas lebih dalam seberapa besar kinerja
keuangan pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI. Farmasi merupakan salah satu
profesi dalam bidang Kesehatan yang berhubungan langsung dengan ilmu kimia mengenai
seni peracikan, pembuatan, penyediaan, pencampuran,dan pendistribusian obat. Karenanya
farmasi memilik peran yang sangat penting dalam masyarakat,tidak hanya obat-obatan tetapi
farmasi mulai berkecimpung dalam bidang kosmetik dan makanan. Adanya gelombang
pandemi Covid-19 yang menyerang dunia mengakibatkan terjadinya perubahan pada setiap
kegiatan yang dilakukan masyarakat. Dimana kebiasaankebiasaan tersebut mengacu pada
protokol Kesehatan yang ditetapkan pemerintah, seperti selalu menggunakan masker, rajin
mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, menjaga jarak,menghindari kerumunan,
menjaga imunitas, dan membatasi mobiliitas.

Farmasi dinilai menjadi sektor yang memiliki peluang karena kinerjanya yang
cukup baik. Sebelum berinvestasi pada sektor ini, berikut kami rangkum 9 emiten
farmasi yang perlu kamu ketahui:

1. PT Kalbe Farma Tbk - KLBF

2. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk - SIDO

3. PT Kimia Farma (Persero) Tbk - KAEF

4. PT Indofarma (Persero) Tbk - INAF

5. PT Tempo Scan Pacific Tbk - TSPC

6. PT Phapros Tbk - PEHA

7. PT Pyridam Farma Tbk - PYFA

8. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk - DLVA

9. PT Soho Global Health Tbk – SOHO

10. PT Merck Tbk – MERK

Penelitian ini mencoba memaparkan laporan pertumbuhan laba pada perusahaan


yang ada pada sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2022
Tabel 1.1

Pertumbuhan Perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI

No Nama Perusahaan Tanggal Tahun Laba/Rugi Pertumbuhan


IPO Bersih Laba (%)
1 PT Kalbe Farma 30 Jul 1991 2017 2,453,251
Tbk (KLBF)
2018 2,497,262 1.79
2019 2,537,602 1.62
2020 2,799,623 10.33
2021 3,232,008 15.44
2022 3,450,083 6.75
2 PT Industri Jamu 18 Des 2017 533,799
dan Farmasi Sido 2013 2018 663,849 24.36
Muncul Tbk -
2019 807,689 21.67
SIDO
2020 934,016 15.64
2021 1,260,898 35.00
2022 1.104,714 -12.39

3 PT Kimia Farma 04 Jul 2001 2017 331.707.917


(Persero) Tbk - 2018 535,085 -99.84
KAEF 2019 15,890 -97.03
2020 20,426 28.55
2021 289,889 1319
2022 109,783 -62.13

4 Indofarma 17 Apr 2017 46,288


PT
(Persero) Tbk - 2001 2018 32,736 -29.28
INAF 2019 7,962 -75.68
2020 30,000 -99.62
2021 37,571 25.24
2022 428,488 1040

5 PT Tempo Scan 17 Jun 2017 557,339


Pacific Tbk - 1994 2018 540,378 -3.04
TSPC 2019 595,155 10.14
2020 834,370 40.19
2021 877,818 5.21
2022 1,037,528 18.19

6 PT Phapros Tbk - 26 Des 2017 171,35


PEHA 2018 2018 177,53 3.61
2019 129,66 -26.96
2020 64,08 -50.58
2021 12,89 -79.88
2022 41,51 222.03

7 PT Pyridam Farma 16 Okt 2017 7,127


2001 2018 8,447 18.52
Tbk - PYFA
2019 9,342 10.60
2020 22,104 136.61
2021 5,478 -75.22
2022 275,472 4928.70

8 Darya-Varia 11 Nov 2017 162,249,293


PT
Laboratoria Tbk - 1994 2018 200,651,968 23.67
DLVA 2019 221,783,249 10.53
2020 162,072,984 -26.92
2021 146,725,628 -9.47
2022 149,375,011 1.81

9 PT Soho Global 08 Sep 2017 33,297


Health Tbk – 2020 2018 49,454 48.52
SOHO 2019 118,072 138.75
2020 172,200 45.48
2021 551,091 220.03
2022 357,015 -35.22

10 PT Merck Tbk - 23 Jul 1981 2017 144,677


MERK 2018 1,163,324 704.08
2019 78,257 -93.27
2020 71,902 -8.12
2021 131,661 83.11
2022 179,838 36.59

Berdasarkan tabel 1.1 dapat di simpulkan bahwa perusahaan faramasi di Indonesia

memiliki pertumbuhan laba yang fluktuatif. Hampir semua perusahaan farmasi di Indonesi

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif setiap tahun. Perusahaan yang stabil mengalami

kenaikan laba adalah PT Kalbe Farma Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul

Tbk, PT Soho Global Health Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk. Pada beberapa

perusahaan farmasi kisaran tahun 2019-2021 mengalami penurunan hal ini

diakibatkan karea adanya pandemic Covid-19, beberapa perusahaan seperti PT

Indofarma (Persero) Tbk – INAF, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT Merck Tbk –


MERK.

Pada perusahaan farmasi yang mengalami peningkatan laba akibat Wabah COVID-

19 ini sebenarnya menciptakan peluang untuk mendorong produksi farmasi dalam negeri.

Namun akibat ketergantungan pada bahan baku impor yang sekitar 60 persennya diimpor

dari Cina, maka pandemi Covid 19 justru menurunkan produksi industri farmasi Indonesia

hingga 60 persen di bulan Mei 2020. Efek positif pandemi Covid-19 bagi industri farmasi

adalah adanya relaksasi aturan yang sangat membantu industri farmasi. Pandemi COVID-

19 yang terjadi mulai awal tahun 2020 menjadikan kebutuhan akan vitamin, suplemen dan

obat herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum meningkat, sehingga

industri farmasi yang bermain di sektor tersebut memperoleh pertumbuhan yang cukup

besar, ditandai dengan PDB Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional yang tumbuh

paling tinggi di antara 15 (lima belas) kelompok Industri Pengolahan Nonmigas pada 2020,

yaitu mencapai 9,39% (yoy), pertumbuhan ini juga meningkat dibandingkan tahun 2019

yaitu sebesar 8,48% (yoy).

Kontribusi Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisonal juga meningkat pada 2020

sebesar 10,75% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas dibanding kontribusi sebesar

9,56% di tahun 2019. Sepanjang tahun 2020, permintaan komoditas farmasi dan alat

kesehatan mengalami peningkatan signifikan sebagai respon dari masyarakat maupun

pemerintah untuk mengantisipasi dan mengatasi Pandemi COVID-19. Peningkatan

penjualan tertinggi yaitu pada komoditas personal protective sebesar 50,3% dari

sebelumnya hanya sebesar 0,1%. Sedangkan peningkatan permintaan terbesar komoditas

kesehatan yaitu untuk masker sebesar 12,6%, hand sanitizer 3,1% dan hand soap 2,1%.

Industri Farmasi di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk tumbuh, ditandai
dengan semakin bertambahnya jumlah industri farmasi di Indonesia, di mana dalam periode

5 tahun terakhir (2015 – 2019), industri farmasi dalam negeri telah bertambah sebanyak

132 industri baru, yakni dari sejumlah 198 industri pada tahun 2015 meningkat menjadi 230

industri pada tahun 2019. Sementara itu, dengan jumlah penduduk sebesar 270 juta jiwa,

merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi terbesar keempat dunia, Indonesia

memiliki ukuran pasar farmasi yang sangat besar. Indonesia merupakan pangsa pasar

farmasi terbesar di kawasan ASEAN, yaitu mencapai 27,8%.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di industri farmasi dapat disimpulkan bahwa

pendapatan atau laba perusahaan itu tergantung terhadap pengaturan keuangan atau

manajemen keuangan, dan juga kondisi yang terjadi seperti adanya wabah covid-19.

Berdasarkan aktiva atau pasiva yang berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan

beban yang harus ditanggung oleh perusahaan dan perubahan nilai mata uang karena bahan

baku farmasi kebanyakan di impor dari luar, sehingga jika di kelola dengan baik akan

menghasilkan kegiatan operasi yang efektif dan efisien dalam menghasilkan laba (Sri

Endang,2010).

Laporan keuangan menurut PSAK adalah penyajian kinerja keuangan dan posisi

keuangan. Laporan keuangan berisi tentang laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,

laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan

keuangan berguna untuk melihat hasil kinerja keuangan perusahaan dan mempunyai peran

penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan. Menurut

(Fahmi, 2018), kinerja keuangan merupakan gambaran pencapaian perusahaan atas

keberhasilan berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dalam mengukur kinerja keuangan,

ada beberapa jenis alat ukur yang digunakan salah satunya menggunakan analisis rasio
keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua angka yang ada di

dalam laporan keuangan (Mahmudi, 2019). Pertumbuhan laba merupakan presentase

kenaikan laba maupun penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Mengetahui

pertumbuhan laba perusahaan sangat penting dari segi internal maupun eksternal. Apabila

perusahaan memiliki pertumbuhan laba yang baik akan menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki keuangan yang baik dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan laba

perusahaan dapat di prediksi melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan

digunakan untuk menggambarkan perkembangan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun

dan membandingkannya dengan kinerja perusahaan yang lain. Terdapat beberapa jenis

rasio keuangan yang digunakan dalam menganalisis laba yaitu rasio profitabilitas, rasio

likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas.

Menurut Hanafi dan Halim (2013), menyebutkan bahwa pertumbuhan laba

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besarnya perusahaan, umur perusahaan, tingkat

leverage, tingkat penjualan, dan perubahan laba masa lalu. Namun faktanya, laba yang

diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun tidak dapat dipastikan, bisa naik untuk tahun ini

dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitupun sebaliknya. Kenaikan dan penurunan laba

pertahun inilah yang disebut dengan pertumbuhan laba (Frisca, 2015). Setiap perusahaan

mengharapkan kenaikan laba di setiap periode waktu, namun terkadang pada praktiknya

laba terkadang mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan analisis laporan

keuangan untuk menganalisis, mengestimasi laba, dan mengambil keputusan atas

pertumbuhan laba yang akan dicapai untuk periode waktu mendatang. Menurut Prihartanty

(2010), pertumbuhan laba yang meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal
yang positif mengenai kinerja perusahaan. Setiap perusahaan mengharapkan kenaikan laba

di setiap periode waktu, namun terkadang pada praktiknya laba terkadang mengalami

penurunan. Oleh karena itu, diperlukan analisis laporan keuangan untuk menganalisis,

mengestimasi laba, dan mengambil keputusan atas pertumbuhan laba yang akan dicapai

untuk periode waktu mendatang. Pertumbuhan laba merupakan ukuran kinerja dari suatu

perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin

baik kinerja perusahaaan. Dengan demikian, apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka

pertumbuhan laba perusahaan juga baik.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan seberapa

baik perusahaan dalam memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya (Darmawan, 2020).

Manajemen perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional dapat diukur melalui rasio

profitabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas manajemen. Sumber utama

dalam menghasilkan laba perusahaan adalah penjualan, aktiva, dan juga modal. Semakin

tinggi nilai rasio maka nilai perusahaan semakin baik dilihat dari rasio profitabilitas. Nilai

tinggi ini mencerminkan bahwa efektifitas dan tingkat laba perusahaan tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari pendapatan dan arus kas perusahaan.

Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan yang harus dipenuhi atau kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. (Wild dkk (2005:9) dalam Anggun Arif

dan Nur Handayani, 2014) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya. Dalam penelitian

ini rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio. Current ratio menurut Hanafi dan

Halim (2012:75) dalam Indiska Dwi dan Dini Widyawati (2016) adalah kemampuan
perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.

Rasio solvabilitas atau leverage ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana

aktiva dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Apabila nilai rasio

solvabilitas tinggi kemungkinan akan mengalami kerugian besar akan tetapi kemungkinan

untuk mendapatkan laba juga besar. Sebaliknya, apabila nilai rasio solvabilitas rendah

kemungkinan akan mengalami risiko kerugian yang kecil terutama pada saat ekonomi

menurun.

Rasio aktivitas merupakan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi laba,

karena berkaitan dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan yang ada untuk

menghasilkan penjualan. Semakin cepat rasio aktivitas, maka laba yang dihasilkan akan

semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan sumber daya tersebut

untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan (Indiska Dwi dan

Dini Widyawati, 2016). Dalam penelitian ini rasio aktivitas yang digunakan adalah total

asset turn over. (Harahap, 2004:308) dalam Anggun Arif dan Nur Handayani (2014)

menyatakan rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

Selain menggunakan return on asset (ROA) untuk mengetahui laba perusahaan

melalui rasio profitabilitas, penelitian ini juga menggunakan Net Profit Margin (NPM),

menurut Kasmir (2012:199) dalam Rima silviana dan Nur Fadjrih Asyik (2016) Net Profit

Margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur marjin laba atas

penjualan. NPM yang tinggi memperlihatkan bahwa perusahaan mendapatkan


keuntungan/laba yang besar atau tinggi.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan perubahan laba yaitu

penelitian yang berkaitan dengan perubahan laba juga dilakukan Grisely, Yesi Mutia Basri

dan Alfiati Silfi (2015) dengan menggunakan variabel rasio keuangan, dengan alat ukur

current ratio, debt ratio, total asset turnover, return on assets, return on equity, dan gross

profit margin menyatakan bahwa current ratio, debt ratio, return on asset, dan return on

equity berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan total asset turnover dan gross

profit margin tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba.

Penelitian tentang perubahan laba juga dilakukan Luluk Muhimatul Ifada dan Tiara

Puspitasari (2016) dengan menggunakan variabel Rasio Keuangan, dengan alat ukur current

ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, gross profit margin dan

net profit margin menyatakan bahwa current ratio dan debt to total assets ratio berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap perubahan laba, debt to equity ratio tidak memiliki

pengaruh terhadap perubahan laba sedangkan total assets turnover, gross profit margin dan

net profit margin berpengaruh positif dan signifikan.

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan perubahaan laba juga dilakukan oleh Tri

Wahyuni, Sri Ayem , Suyanto (2017) dengan menggunakan variabel quick ratio, debt to

equity ratio, inventory turnover dan net profit margin menyatakan Bahwa quick ratio, debt

to equity ratio, inventory turnover dan net profit margin tidak berpengaruh signifikan

terhadap perubahan laba namun secara simultan quick ratio, debt to equity ratio, inventory

turnover dan net profit margin berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Indiska Dwi Nury Susanti dan Dini Widyawati

(2016) dengan menggunakan variabel current ratio, debt to total asset ratio, total asset turn
over, dan return on asset menunjukkan bahwa current ratio, debt to total asset ratio, total

asset turn over berpengaruh terhadap laba perusahaan, sedangkan return on asset

berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap perubahan laba.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri

dari current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), total asset turnover (TATO), return on

asset (ROA), dan net profit margin (NPM) terhadap pertumbuhan laba. Penelitian tersebut

menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan farmasi dari taun

2018-2022 dan sumber datanya diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan sektor

farmasi dipilih karena perusahaan pada sektor farmasi merupakan salah sektor yang relative

survive pada masa pandemi. Hal ini terjadi karena banyaknya permintaan konsumen seperti

vitamin dan obat-obatan untuk di konsumsi pada situasi seperti ini. Berdasarkan uraian

diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap

Pertumbuhan Laba Perusahaan Selama Pandemi Covid-19 (Studi Empiris Pada Perusahaan

Farmasi yang Terdaftar di BEI Periode Pandemi)”. Rasio keuangan yang digunakan

meliputi Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total Asset Turnover (TATO),

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini akan mengambil

judul “PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2022”.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Laporan keuangan yang dilakukan oleh setiap sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

2. Adanya Kenaikan Kurs setiap tahun, mengakibatkan tingkat beban yang meningkat.

3. Tidak adanya kepastian tentang perolehan laba pada masa yang akan datang.

4. Laba yang dihasilkan tidak stabilnya setiap tahunnya.

5. Maka dari itu dilakukan analisis rasio mengenai pertumbuhan laba apakah berpengaruh

terhadap Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total Asest Tornover (TAT),

Return On Asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM).

6. Dan belum ada standar tingkat pengukuran tinggi rendahnya laba perusahaan.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan mengenai analisis rasio

mengenai pertumbuhan laba apakah berpengaruh terhadap Current Ratio (CR), Debt to

Asset Ratio (DAR), Total Asest Tornover (TAT), Return On Asset (ROA) dan Net

Profit Margin (NPM).

2. Variabel yang diteliti memiliki jumlah yang terbatas terdiri dari 5 variabel independent

dan 1 variabel dependent.

3. Berdasarkan variable independen penelitian menggunakan setiap jenis rasio keuangan,

yaitu:
a. Rasio Likuiditas di proksikan ke Current Ratio (CR)

b. Rasio Leverage di prosikan ke Debt to Asset Ratio (DAR)

c. Rasio Aktivitas di proksikan ke Total Assets Turnover (TAT)

d. Rasio Profitabilitas di proksikan ke Return On Asset (ROA) dan Net Profit Margin

(NPM)

4. Penelitian ini hanya membahas jenis penelitian kuantitatif.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan

(Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode 2018-2022).

2. Bagaimana Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba

perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2022).

3. Bagaimana Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba

perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2022)

4. Bagaimana Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba

perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2022).

5. Bagaimana Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba


perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2022).

6. Bagaimana Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total Asest Tornover

(TAT), Return On Asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) secara bersama-sama

berpengaruh signfikan terhadap tingkat pertumbuhan laba perusahaan (Studi pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Periode 2018-2022).

Anda mungkin juga menyukai