JPL
WAKTU ACARA PEMBICARA
T P PL
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang – Undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
b. Undang - Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
c. Undang - Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
d. Undang - Undang RI Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
e. Undang - Undang RI Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
g. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
h. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan;
i. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat;
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Minimal;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan;
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga;
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
p. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas;
q. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan RI;
r. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
s. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama;
t. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2020 – 2024;
3. GambaranUmum Singkat
a. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan. Individu dikatakan sehat dan sejahtera apabila memiliki
kesehatan dan kesejahteraan secara paripurna yaitu keadaan yang sehat baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kesehatan Jiwa adalah bagian yang
tidak terpisahkan (integral) dari Kesehatan dan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Undang-undang RI Nomor 18 tahun
2014 tentang Kesehatan Jiwa mendefinisikan Kesehatan Jiwa sebagai kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa penting di setiap tahap kehidupan mulai dari anak-
anak hingga lansia.
Sampai saat ini beberapa permasalahan kesehatan jiwa masih dirasakan oleh
masyarakat seperti prevalensi masalah kesehatan jiwa yang masih tinggi, akses
pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat dan ODGJ yang masih terbatas
dikarenakan kapasitas dan kompetensi petugas Puskesmas yang masih terbatas
serta belum semua wilayah memiliki RS yang memberikan pelayanan kesehatan
jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, 1 dari 10 orang
mengalami Gangguan Mental Emosional (GME) atau 9,8%; 1 dari 16 orang
mengalami depresi (6,1%) serta 2 dari 1000 orang mengalami Gangguan Jiwa
Berat. Berdasarkan penelitian BNN dan LIPI tahun 2019, 240 dari 10.000 penduduk
Indonesia berumur 15-64 tahun pernah menggunakan Narkoba, dimana 3 jenis
narkoba yang paling banyak dikonsumsi adalah Ganja, Sabu dan Ekstasi.
Permasalahan kesehatan jiwa ini tentunya mengakibatkan kerugian ekonomi yang
besar bagi negara, dimana total pembiayaan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut dari tahun 2016 – 2020 sebesar 2,6 triliun. Selain
itu permasalahan kesehatan jiwa ini juga mengakibatkan penurunan produktivitas
bagi individu yang mengalami permasalahan kesehatan jiwa maupun keluarganya.
Kementerian Kesehatan melakukan terobosan dan inovasi sistem kesehatan dalam
rangka percepatan pencapaian pembangunan kesehatan yang diterjemahkan dalam
staretegi nasional di bidang kesehatan melalui transformasi sistim kesehatan.
Perubahan Renstra Kementerian Kesehatan merupakan aspek yang harus
dilakukan sebagai rumusan operasional dari konsep transformasi kesehatan
tersebut. Transformasi sistem kesehatan mencakup 6 pilar diantaranya
Transformasi Layanan Kesehatan Primer yang mencakup upaya promotif dan
preventif yang komprehensif, dilaksanakan secara berkesinambungan
berdasarkan siklus hidup, memperluas jejaring pelayanan kesehatan, serta
digitalisasi. Selain dari pada itu, ada beberapa upaya prioritas yaitu perluasan
antigen, imunisasi, penguatan kapasitas dan perluasan skrining dilayanan primer
dan peningkatan akses, SDM, obat dan kualitas layanan serta penguatan layanan
laboratorium untuk deteksi penyakit atau faktor risiko yang berdampak pada
masyarakat.
Sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Kesehatan tersebut, Upaya Kesehatan
Jiwa di Pelayanan Kesehatan Primer perlu dilakukan penguatan khususnya pada
aspek upaya promotif dan preventif yang komprehensif. Penguatan tersebut
diarahkan kepada arah prioritas pelayanan kesehatan jiwa yang diterjemahkan
dalam indikator kesehatan jiwa yaitu:
1) Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa
yang mendapatkan skrining
2) Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh layanan di Fasyankes
3) Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh layanan di Fasyankes
Upaya promotif kesehatan jiwa yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 18
Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (Pasal 4 ayat 1 huruf a) menekankan pada
kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Jiwa
yang bersifat promosi Kesehatan Jiwa, yang bertujuan untuk : a. mempertahankan
dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa masyarakat secara optimal; b.
menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai bagian
dari masyarakat; c. meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat
terhadap Kesehatan Jiwa; dan d. meningkatkan penerimaan dan peran serta
masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa
Selanjutnya, upaya preventif kesehatan jiwa (Pasal 4 ayat (1) huruf b) merupakan
suatu kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa,
yang bertujuan untuk: a. mencegah terjadinya masalah kejiwaan; b. mencegah
timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa; c. mengurangi faktor risiko akibat
gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau perorangan; dan/atau d.
mencegah timbulnya dampak masalah psikososial
Berdasarkan Permenkes Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit menyatakan Upaya Promotif ditujukan untuk
mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat sedangkan upaya preventif
ditujukan untuk menghindari atau mengurangi risiko dan dampak buruk akibat
penyakit.
Permenkes Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas, menyebutkan bahwa
fungssi Puskesmas adalah melakukan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dengan tujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang memiliki perilaku sehat, mampu mengakses pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Untuk mewujudkan wilayah kerjanya yang sehat secara paripurna, maka
Puskesmas perlu meningkatkan upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa yang
dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi dengan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP). Sehubungan
dengan hal tersebut TOT Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas (Pelayanan Kesehatan Primer) merupakan tahapan yang diperlukan
agar di tingkat provinsi dihasilkan pelatih upaya kesehatan jiwa di Puskesmas yang
kompeten guna penguatan Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas dalam
menjalankan fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang nantinya terkait
dengan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan dilakukan secara
berkesinambungan.TOT ini merupakan kegiatan lanjutan/ penguatan dari pelatihan
yang sebelumnya sudah dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa yaitu TOT
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu dimana berfokus kepada penguatan fungsi
Puskesmas dalam menjalankan fungsi UKP.
Sasaran TOT ini Dalam rangka penguatan TOT Upaya Promotif dan Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas ini dilakukan berjenjang mulai dari Pusat dimana
sasaran pelatihan adalah Pengelola Kesehatan Jiwa dan Pengelola Promosi
Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi, melalui dana Dekonsentrasi dengan
sasaran Pengelola Kesehatan Jiwa dan Pengelola Promosi Kesehatan di Dinas
Kesehatan Provinsi serta melalui dana DAK Kab./ Kota dalam bentuk orientasi
dengan sasaran Petugas Kesehatan Jiwa dan Petugas Promosi Kesehatan di
Puskesmas di tahun 2024.
Materi inti dari TOT ini adalah:
1) Konsep Dasar Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Kesehatan jiwa dan permasalahannya
- Masalah Kesehatan Jiwa pada Siklus Kehidupan dan Faktor Risiko
- Masalah Kesehatan Jiwa pada Populasi Khusus
- Mekanisme layanan kesehatan jiwa di Puskemas
Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
- Konsep Dasar Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
- Strategi Upaya Promotif Kesehatan jiwa
- Implementasi Intervensi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
- Konsep Dasar Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
- Strategi Upaya Promotif Kesehatan jiwa
- Implementasi Intervensi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
2) Komunikasi Efektif dan Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP-K) dalam
Upaya Promotif - Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Komunikasi Efektif dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
- Konsep Dasar Komunikasi Efektif
- Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif
- Penerapan Strategi Komunikasi Efektif
Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP-K) dalam Upaya Preventif
Kesehatan Jiwa:
- Metode dan Teknik KIP-K
- Penerapan KIP-K
3) Kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas
Pengertian, tujuan dan manfaat kemitraan
Identifikasi jenis, peran dan dukungan mitra potensial
Penerapan kemitraan di keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja dan
kelompok potensial lainnya
4) Pemberdayaan Keluarga, Kelompok dan Masyarakat Dalam Upaya Promotif-
Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
Konsep dasar pemberdayaan keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
Pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa (Perkembangan Manusia
dan Pola Asuh)
Pemberdayaan kelompok dan masyarakat dalam pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM)
- Upaya penggerakan masyarakat dalam melakukan deteksi dini/ skrining
kesehatan jiwa dan tindak lanjut hasil skrining kesehatan jiwa
- Pelaksanaan surveilans kesehatan berbasis masyarakat Pengembangan
Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat, Terintegrasi dengan
Posyandu Prima/ Posyandu Aktif
Pencatatan dan Pelaporan Kesehatan Jiwa
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Dinas Kesehatan Provinsi
2. Dinas Kesehatan Kab./Kota
3. Puskesmas
4. Masyarakat
b. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan mulai dilakukan pada minggu I Bulan November 2023.
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Kurun waktu pencapaian keluaran kegiatan ini adalah bulan November 2023 dengan
timeline pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
Bulan
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rapat Persiapan V
Pelaksanaan
V
Pelatihan