Anda di halaman 1dari 22

PERTEMUAN KE 4

MANAJEMEN KEUANGAN

DR. H. SIHABUDIN, SE., MM


SANTI PERTIWI HARI SANDI, SE., MM

FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2021
14

Pertemuan ke 4

KINERJA PERUSAHAAN

1. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya


(jangka pendek) yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat dikatakan sebagai perbandingan
antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak
dengan jumlah hutang lancar di lain pihak. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan
membayar” sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid” dan
sebaliknya yang tidak mempunyai “kemampuan membayar” adalah “illikuid”. Apabila
kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur)
dinamakan “likuiditas badan usaha”.

Dengan demikian, likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk dapat
menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban
finansialnya pada saat di tagih.

Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan
membandingakn jumlah aktiva lancar (current assets) di suatu pihak dengan hutang lancar
(current Liabilities), di lain pihak. Hasil perbandingan tersebut apa yang disebut Current Ratio.
Current ratio ini merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu
perusahaan untuk memenuhi “current obligation”.

Secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan-perusahaan yang bukan


perusahaan kredit, current ratio kurang dari 2 : 1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva
lancar turun misalnya sampai lebih dari 50%, maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup
lagi untuk menutup utang lancarnya. Pedoman current ratio 2 :1 sebenarnya hanya didasarkan
pada prinsip “hati-hati”. Dengan demikian pedoman current ratio 200% bukanlah pedoman
yang mutlak. Untuk mendapat kepastian yang lebih besar seringlah kita mengukur tingkat
likuiditas suatu perusahaan, selain dengan current ratio ialah dilengkapi dengan menggunakan
“quick ratio” atau “acid test ratio” sebagai alat pengukurnya.
15

NERACA
PT. LANGGENG JAYA
Per 31 Desembar 2003

Aktiva Lancar Hutang Lancar


- Kas.............................. Rp. 5.000,- - Hutang Dagang................ Rp. 4.000,-
- Efek............................ Rp. 2.000,- - Hutang Pajak.................. Rp. 1.000,-
- Piutang....................... Rp. 2.000,- - Hutang Gaji.................... Rp. 1.000,-
- Persediaan Barang...... Rp 3.000,- Jumlah Hutang Lancar........ Rp. 6.000,-
Total Aktiva Lancar........ Rp. 12.000,-
Jumlah Hutang Jk. Panjang Rp. 14.000,-
Aktiva Tetap Total Hutang..................... Rp. 20.000,-
- Tanah.......................... Rp. 4.000,-
- Peralatan..................... Rp. 8.000,- Modal Sendiri
- Mesin.......................... Rp. 10.000,- - Saham........................... Rp. 16.000,-
- Gedung........................ Rp. 6.000,- - Laba Ditahan................. Rp. 4.000,-
Total Aktiva Tetap........... Rp. 28.000,- Jumlah Modal Sendiri....... Rp. 20.000,-

Total Aktiva..................... Rp. 40.000,- Total Passiva..................... Rp. 40.000,-

Berdasarkan laporan neraca tersebut, maka besarnya likuiditas perusahaan dengan


menggunakan current ratio adalah sebesar 200%.

12.000 AL/CL
CR = 2 atau 200 % CR =
HL/CL
6.000
Hal ini berati setiap hutang lancar sebesar Rp. 1,- harus dijamin dengan aktiva
lancar Rp. 2,-

a. Cara meningkatkan Current Ratio

Apabila dalam mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai
alat pengukurnya, maka current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan jalan
sebagai berikut :

1) Menambah jumlah aktiva lancar, sedangkan jumlah hutang lancarnya tidak


berubah (tetap).

2) Mengurangi jumlah hutang lancar, sedangkan jumlah aktiva lancarnya tidak


berubah (tetap).
16

3) Mengurangi jumlah hutang lancar bersama-sama dengan mengurangi jumlah


aktiva lancarnya.

Usaha mempertinggi tingkat current ratio suatu perusahaan secara rinci dapat
dilihat sebagai berikut :

1) Mengurangi Jumlah Aktiva Lancar.

Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan kenaikan aktiva lancar, dilakukan


dengan dua cara :

a) Menjual Aktiva Tetap, untuk menambah Aktiva Lancar.

Contoh :

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %

Apabila sebagian aktiva tetap dijual seharga Rp 4.000,- maka sekarang aktiva
tetap berkurang dengan jumlah tersebut dan aktiva lancarnya bertambah menjadi
Rp. 16.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 16.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 24.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current ratio = 16.000/6.0000 = 2,67 atau 267 %

Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah


menjadi 2.67 atau 267 %.
17

b) Menambah Modal Sendiri, untuk menambah Aktiva Lancar.


Contoh :
PT. LANGGENG JAYA
NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %

Apabila mendapat tambahan modal sendiri sebesar Rp. 4.000,- maka sekarang
modal sendiri berubah menjadi Rp. 24.000,- dan aktiva lancarnya bertambah
menjadi Rp. 16.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 16.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 24.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 44.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 44.000,-

Current Ratio = 16.000/6.000 = 2,67 atau 267 %


Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah
menjadi 2.67 atau 267 %.

c) Mendapatkan tambahan hutang jangka panjang, untuk menambah aktiva lancar.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %


18

Apabila mendapat tambahan hutang jangka panjang sebesar Rp. 4.000,- maka
sekarang hutang jangka panjang berubah menjadi Rp. 18.000,- dan aktiva
lancarnya bertambah menjadi Rp. 16.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 16.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 18.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 44.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 44.000,-

Current Ratio = 16.000/6.000 = 2,67 atau 267 %

Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah


menjadi 2.67 atau 267 %.

2) Mengurangi Jumlah Hutang lancar

Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan turunnya atau berkurangnya


hutang lancar, dilakukan dengan caa :
a) Menjual aktiva tetap, untuk membayar hutang lancar.

Contoh :

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %

Apabila sebagian aktiva tetap dijual seharga Rp. 2.000,- dan hasil penjualan
tersebut dipakai untuk membayar hutang lancarnya, maka sekarang aktiva tetap
berkurang dengan jumlah tersebut dan hutang lancarnya pun berkurang menjadi
Rp. 4.000,-.
19

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 4.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 26.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 38.000,- Jumlah Passiva ..................... Rp. 38.000,-

Current Ratio = 12.000/4.000 = 3 atau 300 %


Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah
menjadi 3 atau 300 %.

b) Mendapat tambahan modal sendiri, untuk membayar sebagian hutang lancar.

Contoh :

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %


Apabila mendapat tambahan modal sendiri sebesar Rp. 2.000,- dan digunakan
untuk membayar hutang lancarnya, maka sekarang modal sendiri berubah menjadi
Rp. 22.000,- dan hutang lancarnya berkurang menjadi Rp. 4.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 4.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 22.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/4.000 = 3 atau 300 %


Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah
menjadi 3 atau 300 %.
20

c) Mendapatkan tambahan hutang jangka panjang untuk membayar sebagian


hutang jangka lancar.

Contoh :

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %


Apabila mendapat tambahan hutang jangka panjang sebesar Rp. 2.000,- dan
digunakan untuk membayar hutang lancarnya, maka sekarang hutang jangka
panjang berubah menjadi Rp. 16.000,- dan hutang lancarnya berkurang menjadi
Rp. 4.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 4.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 16.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-

Current Ratio = 12.000/4.000 = 3 atau 300 %

Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah


menjadi 3 atau 300 %.

3) Jumlah Hutang Lancar dan Aktiva Lancar sama-sama dikurangi


Contoh :

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 12.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 6.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 20.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 40.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 40.000,-
21

Current Ratio = 12.000/6.000 = 2 atau 200 %

Apabila sebagian hutang lancar sebesar Rp. 4.000,- dan digunakan untuk
membayar hutang lancarnya, maka sekarang aktiva lancar berkurang menjadi Rp.
8.000,- dan hutang lancarnya berkurang menjadi Rp. 2.000,-.

PT. LANGGENG JAYA


NERACA

Aktiva Lancar....................... Rp. 8.000,- Hutang Lancar....................... Rp. 2.000,-


Aktiva Tetap........................ Rp. 28.000,- Hutang Jangka Panjang......... Rp. 14.000,-
Modal Sendiri........................ Rp. 22.000,-
Jumlah Aktiva..................... Rp. 36.000,- Jumlah Passiva.................... Rp. 36.000,-

Current Ratio = 8.000/2.000 = 4 atau 400 %


Sehingga tingkat likuiditasnya meningkat dari sebelumnya 200% berubah
menjadi 4 atau 400 %.
22

Latihan

Pada akhir tahun 2018 suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar sejumlah Rp.40.000 aktiva
tetap Rp. 60.000 hutang lancar Rp. 20.000 hutang jangka panjang Rp. 30.000 dan modal
sendirinya Rp. 50.000
a. Apabila untuk mempertahankan current ratio 400%, berapakah inventory yang harus dijual
untuk melunasi hutang lancarnya?
b. Perusahaan ingin membayar hutang lancar akan tetapi agar current rationya tidak kurang
dari 300%, maka berapakah jumlah aktiva tetap yang harus dijual?
c. Apabila perusahaan menginginkan Current ratio 350%, maka berapakah tambahan modal
sendiri untuk membeli persediaan barang?
23

2. Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala


kewajiban finansialnya (jangka panjang) apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu
dilikuidasikan.

Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah aktiva


(total assets) disuatu pihak dengan jumlah hutang dilain pihak. Suatu perusahaan yang
solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa
perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvable tidak dengan sendirinya
berarti bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid.

Contoh :

NERACA
PT. LANGGENG JAYA
Per 31 Desembar 2003

Aktiva Lancar Hutang Lancar


- Kas.............................. Rp. 5.000,- - Hutang Dagang................ Rp. 4.000,-
- Efek............................ Rp. 2.000,- - Hutang Pajak................... Rp. 1.000,-
- Piutang....................... Rp. 2.000,- - Hutang Gaji..................... Rp. 1.000,-
- Persediaan Barang...... Rp 3.000,- Jumlah Hutang Lancar....... Rp. 6.000,-
Total Aktiva Lancar...... Rp. 12.000,-
Jumlah Hutang Jk. Panjang Rp. 14.000,-
Aktiva Tetap Total Hutang..................... Rp. 20.000,-
- Tanah.......................... Rp. 4.000,-
- Peralatan..................... Rp. 8.000,- Modal Sendiri
- Mesin.......................... Rp. 10.000,- - Saham........................... Rp. 16.000,-
- Gedung........................ Rp. 6.000,- - Laba Ditahan................. Rp. 4.000,-
Total Aktiva Tetap........ Rp. 28.000,- Jumlah Modal Sendiri..... Rp. 20.000,-

Total Aktiva..................... Rp. 40.000,- Total Passiva..................... Rp. 40.000,-

Berdasarkan laporan neraca tersebut, maka besarnya solvabilitas perusahaan adalah sebesar
200%.
40.000
Solvabilitas = = 2 atau 200 %
20.000
Hal ini berarti setiap total hutang sebesar Rp. 1,00 harus dijamin oleh total aktiva Rp. 2,00
24

Dalam hubungan antara likuiditas dengan solvabilitas, ada empat kemungkinan yang
dapat dialami oleh perusahaan, yaitu :

a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable

b. Perusahaan yang likuid dan solvable

c. Perusahaan yang solvable tetapi illikuid

d. Perusahaan insovable dan illikuid

Baik perusahaan yang insolvable maupun yang illikuid, kedua-duanya pada suatu waktu
akan menghadapi kesukaran finansiil, yaitu pada waktu tiba saatnya untuk memenuhi
kewajibannya.

Perusahaan yang insolvable tetapi likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran finansiil,
tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam kesukaran karena segera menghadapi
tagihan-tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang insolvable tetapi likuid masih dapat
bekerja dengan baik, dan sementara itu masih mempunyai atau waktu untuk memperbaiki
solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak berhasil, maka pada akhir perusahaan
tersebut akan menghadapi kesukaran juga.

Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi dengan cara sebagai berikut :

a. Menambah aktiva tetap tanpa menambah hutang, atau menambah aktiva relatif lebih
besar daripada tambahan hutangnya.

b. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva, atau mengurangi hutang relatif lebih
besar dari pada berkurangnya aktiva.
25

3. Rentabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva


atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba dari modal yang ditanamkannya selama periode
tertentu.

Rentabilitas dapat diukur dengan membandingkan antara laba suatu pihak dengan
aktiva dilain pihak dan umumnya dirumuskan sebagai :

L
× 100%
M

Dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah
modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Cara penilaian rentabilitas

a. Rentabilitas ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri
dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam presentase. Atau kemampuan suatu perusahaan dengan modal yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan laba perusahaan.
Laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah laba usaha
(net operating income)

Rentabilitas Ekonomi :

L
= × 100%
M

Atau

Laba Usaha /EBIT/NOI


= × 100%
Modal Sendiri
26

Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi/Earning


Power

1) Profit Margin, yiatu perbandingan antara “net operating income” dengan “net sales”,
perbandingan mana dinyatakan dalam persentase.

Net Operating Income


Profit Margin = × 100%
Net Sales

Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa profit margin ialah selisih antara net sales
dengan “operating expenses”. (Harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya
penjualan + biaya umum)

2) Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha)

Net Sales
Turnover of operating assets = × 100%
Operating Assets

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk


mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan sales, sedangkan “operating assets turnover” dimaksudkan untuk
mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating
assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit
margin dan operating assets turnover menentukkan tinggi rendahnya earning power. Oleh
karena itu makin tingginya tingkat profit margin atau “operating assets turnover” masing-
masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power.

Hubungan antara “profit margin” dan “operating assets turnover” dapatlah


digambarkan sebagai berikut :

Earning Power = Profit Margin x Operating Asset Turnover


Contoh :
Suatu perusahaan selama setahun mempunyai net sales sebesar Rp. 80.000. Jumlah
modal atau kekayaan digunakan di dalam perusahaan tersebut sebesar Rp. 40.000. Selama
setahun itu dihasilkan laba usaha (net operating income) sebesar Rp. 4.000.
27

Dari contoh tersebut di atas kita langsung dapat mengetahui rentabilitas ekonomi
(earning power)

4.000
= × 100% = 10%
80.000

Kitapun dapat menghitung earning power dengan menghitung lebih dahulu “profit
margin” dan “operating assets turnover” nya, kemudian kedua hasil tersebut di kalikan

4.000
Profit Margin = × 100% = 5%
80.000

80.000
Operating Assets Turnover = =2x
40.000

Earning power = 5% x 2 = 10%

Usaha untuk Memperbesar Profit Margin


Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor,
yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income
tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses).
Dengan jumlah operating expenses tertentu profit margin dapat diperbesar dengan
memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu profit margin dapat diperbesar
dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya. Dengan demikian maka ada
dua alternative dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu :

1) Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai tingkat tertentu


diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya atua dengan kata lain,
tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan
besarnya sales dapat disebabkan karena perubahan harga penjualan per unit apabila
volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap) atau disebabkan karena bertambahnya
luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga penjualan per unit produk sudah tertentu.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini
dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan memperbesar volume
sales unit pada tingkat harga penjualan tertentu, atau dengan menaikkan harga
penjualan per unit produk pada luas sales dalam unit tertentu.
28

Contoh :

Suatu perusahaan yang semula mempunyai net sales setahun sebesar Rp.80.000 dapat
dinaikkan menjadi Rp. 100.000. Sedangkan operating expenses semula adalah Rp.
76.000. Untuk dapat menambah sales tersebut diperlukan tambahna biaya usaha sebesar
Rp. 10.000 sehingga jumlah biaya usaha menjadi Rp. 86.000. Setelah ada tambahan
sales dan biaya usaha maka net operating income yang diperoleh perusahaan tersebut
adalah Rp.14.000 yaitu Rp.100.000 – Rp. 86.000 sehingga ada tambahan laba usaha
sebesar Rp. 10.000. Profit margin sesudah ada kenaikan sales sebesar :

14.000
× 100% = 14%
100.000

Profit margin sebelum ada kenaikan sales adalah :

(80.000 - 76.000) 4.000


× 100% = × 100% = 5%
80.000 80.000

2) Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai ditingkat tertentu diusahakan adanya
pengurangan operating expenses yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain
mengurangi biaya usaha relative lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari
sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena
disertai dengan berkurangnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya
ialah bahwa profit marginnya semakin besar.

Contoh :

Sales berkurang menjadi Rp. 70.000 dan berkurangnya sales ini disertai dengan usaha
menekan biaya-biaya sehingga menjadi Rp. 56.000. Dengan demikian maka
berkurangnya sales adalah Rp. 10.000 yaitu Rp. 80.000 – Rp. 70.000 sedangkan
operating expensesnya berkurang dengan Rp. 20.000 yaitu Rp. 76.000 – Rp. 56.000 .
Net operating income setelah berkurangnya sales adalah Rp. 14.000 yaitu Rp. 70.000 –
Rp. 56.000.

14.000
× 100% = 20%
70.000

Di mana profit margin sebelumnya adalah 5%.


29

b. Rentabilitas Modal Sendiri (Rentabilitas Usaha)


Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi
pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak.

Atau kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak
perseroan atau income tax. (EAT = Earning After Tax). Sedangkan modal yang
diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan.

Rentabilitas Modal Sendiri

L
= × 100%
M
atau
EAT
= × 100%
Modal Sendiri

Dari contoh angka-angka yang digunakan untuk menghitung rentabilitas ekonomis di


muka akan digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri.

contoh :

Hutang (bunga 10% th ) ……………………………………….. Rp. 100.000


Modal sendiri ……………………………………….. Rp. 100.000
Jumlah Rp. 200.000

Keuntungan yang berasal dari operasinya perusahaan ……….. Rp. 40.000


Bunga (10% x Rp. 100.000 ) ……………………………….. Rp. 10.000
Keuntungan sebelum pajak ……………………………….. Rp. 30.000
Pajak pendapatan ……………………………….. Rp. 12.000
Keuntungan neto sesudah pajak ……………………………….. Rp. 18.000

Rentabilitas Modal Sendiri =


18.000
× 100% = 18%
100.000
30

NERACA
PT Biru
Per 31 Desember 2018.

Aktiva lancar Hutang lancar


- Kas Rp. 240.000 - Hutang Dagang Rp. 170.000
- Piutang Rp. 260.000 - Hutang Wesel Rp. 50.000
- Persediaan Rp. 300.000 + - Hutang Bunga Rp. 30.000
Jumlah Aktiva Lancar Rp. 800.000 - Hutang Pajak Rp. 225.000 +
Jumlah Hutang Lancar Rp. 475.000
Aktiva tetap terdiri atas :
- Mesin dan Bangunan Rp. 900.000 Hutang Jangka Panjang
- Tabah Rp. 300.000 + - Obligasi Rp. 300.000 +
Jumlah Aktiva Tetap Rp. 1.200.000
Modal Sendiri
- Saham Rp. 1.000.000
- Laba Ditahan Rp. 225.000 +
Jumlah Modal Sendiri Rp. 1.225.000

TOTAL AKTIVA Rp. 2.000.000 TOTAL PASSIVA Rp. 2.000.000

LAPORAN RUGI LABA


PT Biru
Per 31 Desember 2018.

Penjualan Bersih Rp. 8.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp. 4.000.000 -
Laba Kotor Rp. 4.000.000

Biaya Penjualan Rp. 1.000.000


Biaya Adm dan Umum Rp. 2.520.000 +
Total Biaya Rp. 3.520.000 -
Laba neto setelah Operasi
/EBIT Rp. 480.000
Biaya Bunga/Pendapatan
Bunga Rp. 30.000 -
Laba Sebelum Pajak (EBT) Rp. 450.000
Pajak Rp. 255.000 -
LABA BERSIH (EAT) Rp. 255.000
44
44

Gambar 4.1 Du-pont chart

Cost of Good Sold


Sales

Net Profit
-
Profit Margin Total cost + Taxes Adm & General
: expenses

sales

ROA

X Selling expenses

cash
sales

Assets Turnover Current Assets Account Receivable


:

Total Assets
+ Inventory

Fixed Assets
45

Soal 1

Pada akhir tahun 2016 suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar sejumlah Rp. 900.000,-
aktiva tetap 1.100.000,- hutang lancar Rp. 300.000,- hutang jangka panjang Rp. 700.000,- dan
modal sendirinya Rp. 1.000.000,-

a. Apabila perusahaan menginginkan Current Ratio 350%, maka berapakah tambahan modal
sendiri untuk membeli persediaan barang ?

b. Apabila perusahaan menginginkan untuk membayar hutang lancar akan tetapi supaya
current rationya tidak kurang dari 400% , maka berapakah jumlah aktiva tetap yang harus
dijual?

c. Untuk mempertahankan current ratio 400%, berapakah inventory yang harus dijual untuk
melunasi hutang lancarnya?

d. Apabila perusahaan menginginkan tingkat solvabilitasnya sebesar 150%, maka berapakah


tambahan modal sendiri yang harus dipenuhi?

e. Perusahaan merencanakan akan membayar sebagian hutangnya yang dibiayai dari hasil
penjualan aktiva tetap dan sebagian dari penambahan modal sendiri sebesar Rp. 250.000,-
Apabila perusahaan menginginkan tingkat solvabilitasnya sebesar 125%, berapakah
besanya nilai aktiva yang harus dijual dan berapakah hutang yang sebenarnya harus
dibayarkan?

Soal 2

Diketahui data keuangan sebagai berikut :

Laba ditahan Rp. 450.000.000,- Aktiva Lancar Rp. 1.600.000.000,-


Aktiva Tetap Rp. 240.000.000,- Modal Saham Rp. 2.000.000.000,-
Penjualan bersih Rp. 16.000.000.000,- Utang lancar Rp. 950.000.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 8.000.000.000,- Utang jangka panjang Rp. 600.000.000,-
Biaya adm, dan umum Rp. 5.040.000.000,- Biaya penjualan Rp. 2.000.000.000,-
Pajak penghasilan Rp. 450.000.000,- Biaya bunga Rp. 60.000.000,-
46

Dari data tersebut di atas anda diminta :

a. Susunlah neraca dan laporan laba rugi


b. Hitunglah tingkat likuiditas dan Solvabilitas perusahaan tersebut
c. Hitunglah Earning Power

Soal 3

Berikut ini disajikan laporan keuangan PT. BINTANG periode 31 Desember 2018 sebagai
berikut :
47

- Peralatan Rp. 28.000.000,-


- Persediaan Rp. 48.000.000,-
- Hutang Gaji Rp. 19.000.000,-
- Gedung Rp. 75.000.000,-
- Pajak 30% Rp. 22.500.000,-
- Biaya Usaha Lainnya Rp. 14.000.000,-
- Obligasi Rp. 75.000.000,-
- Piutang Rp. 23.000.000,-
- Hutang Niaga Rp. 24.000.000,-
- Laba Ditahan Rp. 25.000.000,-
- Biaya Pemasaran Rp. 17.000.000,-
- Tanah Rp. 60.000.000,-
- Hutang Pajak Rp. 4.500.000,-
- Hutang Bank 3 Th. Bunga 10% Per Th. Rp125.000.000,-
- Biaya Bunga 10% Rp. 12.500.000,-
- Saham Rp150.000.000,-
- Efek Rp 40.000.000,-
- Hutang Jk.Panjang Yang Jatuh Tempo Rp. 6.500.000,-
- Hasil Penjualan Bersih Rp760.000.000,-
- Biaya Administrasi dan Umum Rp. 26.000.000,-
- Harga Pokok Penjualan Rp621.000.000,-
- Kas Rp. 35.000.000,-
- Mesin Rp120.000.000,-

Bersadarkan data di atas saudara diminta untuk menyusun kembali Laporan Keuangan Neraca
dan Rugi Laba PT. BINTANG dengan mengikuti format yang benar.

Anda mungkin juga menyukai