Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBIJAKAN KAMPUS MERDEKA SECARA HARFIAH PADA ERA

REVOLUSI INDUSTRI

Laporan Analisis Kebijakan


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan yang
diampu oleh Prof. Dr. H. Ali Imron, M.Pd., M.Si.

Oleh
Dyas Bintang Perdana / 190132858001

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
APRIL 2020
DAFTAR ISI

Pendahuluan.....................................................................................................................1
A. Menentukan Isu dan Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Merumuskan Masalah Kebijakan................................................................................2
C. Merumuskan Alternatif Kebijakan..............................................................................3
D. Analisis Potensi dan Limitasi Alternatif Kebijakan.....................................................3
E. Merumuskan Rekomendasi Kebijakan........................................................................5
Daftar Pustaka....................................................................................................................
Pendahuluan

Analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
macam metode dan argumen guna menghasilkan informasi yang relevan, sehingga dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn, 1999). Proses analisis
kebijakan meliputi:

1. Menentukan isu dan latar belakang masalah.


2. Merumuskan masalah kebijakan.
3. Merumuskan alternatif kebijakan.
4. Analisis potensi dan limitasi alternatif.
5. Merumuskan rekomendasi kebijakan.

A. Menentukan Isu dan Latar Belakang Masalah

Isu kebijakan adalah hal sentral yang diperhitingkan oleh seorang analis kebijakan sebagai
sesuatu yang menimbulkan masalah. Issu kebijakan tersebut senantiasa aktual, dan akan
hangat manakala diperbincangkan. Sebab, suatu isu itu senantiasa berkaitan dengan hajat
orang banyak dan masa depan bangsa. Dari isu tersebut, seorang analis kebijakan akan dapat
mengedepankan latar belakang masalah.

ANALISIS KEBIJAKAN KAMPUS MERDEKA SECARA


HARFIAH DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI

Dari isu kebijakan tersebut, seorang analis kebijakan akan dapat mengedepankan latar
belakang masalah.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pemerintah sebagai penyelenggaraan segala lini kehidupan bertanggung jawab dalam


menjamin kesejahteraan rakyatnya, termasuk dalam hal pendidikan (Temon Astawa,
2017). Upaya pembangunan sumber daya manusia yang unggul tak ayal terus

1
dilakukan secara progresif (Wijaya, Sudjimat, dan Nyoto, 2016). Dilansir Harian
Kompas (2020) Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mencanangkan sebuah kebijakan program bernama “Kampus Merdeka”. Substansi
dari gagasan tersebut adalah “memerdekakan” mahasiswa pada setiap aktivitas
terkait akademik. Namun, kebijakan ini dianggap masih kurang pemaknaan secara
mendalam terkait penggunaan istilah yang akan berpengaruh terhadap tahap
implementasi kebijakan. Karena, secara harfian istilah “merdeka” mengandung
makna yang cukup mendalam terkait hak asasi seorang manusia hingga seperti apa
seorang manusia diperlakukan.

Problem pencarian identitas memang selalu pelik untuk dipecahkan dalam batas yang
tegas. Entah secara akademis maupun politis. Inilah kenapa penelusuran terhadap
makna dan konsep identitas selalu menjadi usaha berkelanjutan tanpa akhir, semacam
suatu jalan yang berliku (Pramusinto dan Utami, 2014)

Prasyarat: Kenyataannya:

Ditinjau dari konsep yang Istilah “merdeka” yang digunakan secara harfiah
belum dimaknai secara intensif. Karena dalam
ditawarkan, kebijakan ini
KBBI yang disadur dari Fithriyah (2017)
memiliki pandangan yang
merdeka merupakan bentuk perlindungan negara
visioner; membentuk karakter terhadap hak asasi manusia bagi rakyat dalam
segala aspek.
adaptif mahasiswa terhadap

pandangan dunia kerja,

membuka peluang mahasiswa

untuk lulus lebih cepat, dan

mengakomodasi kampus dalam

penyederhanaan birokrasi.

Perlu adanya pengkajian ulang dan pengembangan terkait teknis pelaksanaan kebijakan
Kampus Merdeka agar dapat terlaksana dengan adil dan komprehensif.
B. Merumuskan Masalah Kebijakan

Upaya Pemerintah memerdekakan kampus beserta mahasiswanya


 Hak belajar tiga semester di luar kampus
 Mewujudkan perguruan tinggi negeri badan hukum
 Pembukaan program studi baru
 Sistem akreditasi yang lebih mudah
MASALAHNYA
 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya lebih berani menafsirkan istilah
“merdeka” untuk menemukan pengertian dan kebutuhan yang lebih esensial bagi
dunia pendidikan di Indonesia. Universitas sendiri sangat memerlukan kemerdekaan,
tapi tidak hanya sekadar merdeka dari ruang kuliah saja. Universitas/institut/sekolah
tinggi dan lainnya perlu merdeka dari rasa takut terhadap kritik, terhadap pengetahuan
dan kebenaran; merdeka dari birokratisasi, dari instrumenalisasi ekonomi. Hal ini
terbukti dari beberapa kebijakan rektor yang akan men-DO mahasiswa yang
melakukan demo pada masa pembahsan RUU KPK dan RUU KUHP, September
2019.
 Potensi akan praktik komersialisasi pendidikan melalui perubahan PTN BLU dan
Satker menuju PTN BH
 Menjadi kesempatan bagi perusahaan memangkas biaya produksi yang besar dengan
melakukan eksploitasi kepada mahasiswa. Perusahaan akan menjadi sebuah entitas
kapitalisme yang terlindungi oleh regulasi yang sah (Kebijakan Kampus Merdeka dan
UU Omnibus Law)

C. Merumuskan Alternatif Kebijakan

Salah Satu Rumusan Alternatif Beserta Rasionalnya

 Merumuskan kembali poin kebijakan yang berkaitan dengan substansi


“merdeka” yang tidak berorientasi kepentingan komersialisasi dan keuntungan
pihak-pihak tertentu.
 Regulasi terkait program magang di perusahaan harus diperketat dan dilkukan
pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan maupun eksploitasi besar-
besaran terhadap mahasiswa.
D. Analisis Potensi dan Limitasi Alternatif Kebijakan

Potensi Alternatif
Pengertian merdeka sendiri adalah sebuah keadaan dimana sesuatu ataupun seseorang
lepas dari penjajahan, intimidasi, intervensi dan dan segala tekanan yang bersifat
menyerang baik secara fisik maupun non-fisik. Sehingga, jika kemerdekaan yang
dimaksud dalam kebijakan Kampus Merdeka dirumuskan secara harfiah sesuai dengan
makna yang terkandung, secara tidak langsung telah menegakkan hak asasi manusia bagi
setiap elemen di lingkup universitas. Beberapa bentuk kemerdekaan non-fisik seperti
penyampaian krtitik yang menjadi keresehan sosial bagi masyarakat patut disuarakan.
Kebebasan berpendapat hingga penyampaian kritik tanpa adanya intervensi maupun
intimidasi akan berdampak revolusioner bagi kepentingan dan kebaikan bersama.
Kemerdekaan akademik merupakan generator bagi terselenggaranya pengetahuan dan
pencarian kebenaran, yang merupakan fundamen dan tujuan dasar pendirian universitas.
Thomas Jefferson dalam pidato pendirian University of Virginia pada 1819, mengatakan
universitas dibangun di atas limitable freedom of human mind yang mendorong semangat
bagi setiap orang untuk berani mengejar kebenaran.

Kemerdekaan fisik yang menjadi potensi penyalahgunaan adalah program magang yang
termasuk dalam salah satu poin dalam kebijakan Kampus Merdeka. Perumusan batasan
dan pengawasan yang ketat harus dilakukan secara kolektif tuk menghindari adanya
praktik eksploitasi mahasiswa yang bertentangan dengan nilai kemerdekaan. Hal ini
menjadi jalan klise perusahaan untuk menekan biaya produksi yang tinggi dengan
memanfaatkan tenaga mahasiswa dengan embel-embel pendidikan. Hal ini semakin
diperkuat dengan wacana disahkannya Omnibus Law yang terindikasi menjadi corong
perbudakan modern, dimana jam kerja para pekerja dan upah sepenuhnya menjadi
otoritas perusahaan terkait.

Menteri Nadiem dianggap sudah berjasa karena berhasil membawa kembali istilah
“merdeka” yang maha penting ke dalam diskursus pendidikan kita. Namun, mesti
dilakukan pergesaran secara paradigmatik esensi dari penggunaan istilah merdeka sendiri.
Begitu juga dengan menanggalkan tujuan-tujuan instrumentalnya untuk kemudian
meletakkanya sebagai postulat dasar pendidikan di Indonesia.

Limitasi Alternatif
Adanya perbedaan sudut pandang dan juga penolakan oleh golongan tertentu terutama
pihak pemerintahan. Ditambah ramainya opini yang menilai bahwa pemerintah akhir-
akhir ini bertansformasi secara perlahan menjadi anti-kritik. Orientasi pada spektrum
investasi menjadi salah satu faktor munculnya beberapa kebijakan yang hanya
menguntungkan kaum proletar saja.

E. Merumuskan Rekomendasi Kebijakan

Negara Berkembang Harus Menentukan Di Antara Dua Pilihan Pahit (Makan Buah
Simalakama)

Secara terburu-buru dan tetap Melakukan kajian yang mendalam terhadap


mempertahankan konsep kebijakan substansi dan teknis pelaksanaan kebijakan
Merdeka Belajar tanpa melakukan Merdeka Belajar benar-benar mampu
pengkajian secara harfiah dan mencapai tujuan “memerdekakan” kampus
komprehensif. dan seluruh elemen di dalamnya.

Dengan resiko: Dengan resiko:

Potensi terjadinya penyimpangan Memakan lebih banyak biaya, waktu dan


makna, ketidak tepatan dalam imbas pada aspek ekonomi; pertentangan
pencapaian substansi, dan menjadi dengan beberapa pihak swasta dalam orientasi
peluang besar praktik kapitalisme yang negara yang menekankan akan pentingya
tidak humanis. investasi.

Rekomendasi mana yang akan terpilih?

1. Secara terburu-buru dalam pemakaian istilah “merdeka” tanpa memperhatikan


dampak yang tidak sesuai dengan substansi dari kebijakan “Kampus Merdeka”,
atau
2. Mengganti istilah “merdeka” dengan mempertahankan konsep kebijakan yang
ada dengan penggunaan istilah lainnya yang tepat, atau
3. Melakukan kajian mendalam secara harfiah dan komprehensif berikut petunjuk
pelaksanaan atau regulasi yang detail agar implementasi kebijakan “Kampus
Merdeka” tidak miskonsepsi dan sesuai dengan tujuan yang tepat.
Daftar Pustaka

Dunn, William N. 1999. Public Policy Analysis. Englewood Cliffs: Duxbury Press.

Fithriyah, F. 2017. “Merdeka Menyikapi PHLN dan Komitmen Internasional.” Jurnal


Inspirasi.

Kompas, Harian. 2020. “Ini Rangkuman 4 Kebijakan Kampus Merdeka Mendikbud Nadiem
Halaman all - Kompas.com.” 2020.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/25/11354331/ini-rangkuman-4-kebijakan-
kampus-merdeka-mendikbud-nadiem?page=all.

Pramusinto, Agus, dan Pratiwi Utami. 2014. “MOZAIK KEBIJAKAN PUBLIK DI


INDONESIA 2014,” 23.

Temon Astawa, I Nyoman. 2017. “MEMAHAMI PERAN MASYARAKAT DAN


PEMERINTAH DALAM KEMAJUAN MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA.”
Jurnal Penjaminan Mutu 3 (2): 197. https://doi.org/10.25078/jpm.v3i2.200.

Wijaya, Etistika Yuni, Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. 2016. “TRANSFORMASI
PENDIDIKAN ABAD 21 SEBAGAI TUNTUTAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA DI ERA GLOBAL” 1: 16.

Anda mungkin juga menyukai