Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN STASE

MIDSIDE AUDIO POST

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah Stase

FIKRI BAIHAKI

1190150065

TATA SUARA

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM S.1

FAKULTAS FILM DAN TELEVISI

INSTITUT KESENIAN JAKARTA

2023
Institut Kesenian Jakarta

Fakultas Film dan Televisi

Program Studi Televisi dan Film S.1

Peminatan ………………………

Lembar Persetujuan Stase

Nama : ……………………………………………………..

NIM : ……………………………………………………..

Tempat Stase : ……………………………………………………..

Laporan Stase ini telah siap diujikan dalam Sidang Stase, pada:

tanggal/bulan/tahun.

Jakarta, ……………………

( …………………….. )

Dosen Stase
Institut Kesenian Jakarta

Fakultas Film dan Televisi

Program Studi Televisi dan Film S.1

Peminatan ………………………

Lembar Pengesahan Stase

Nama : ……………………………………………………..

NIM : ……………………………………………………..

Tempat Stase : ……………………………………………………..

Laporan Stase ini telah selesai diujikan dalam Sidang Stase, pada:

tanggal/bulan/tahun.

Jakarta, ……………………

( Danu Murti, M.Sn. ) ( …………………… )

Ketua Program Studi Dosen Stase


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis

sehingga dapat menyelesaikan serangkaian tugas dari mata kuliah Stase

pada tahun 2022 ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada seluruh pihak yang telah ikut terlibat dalam penyusunan laporan

Stase ini, terkhusus kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa;

2. Orang tua dan keluarga;

3. Keluarga besar Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian

Jakarta;

4. Bapak Hanief Jerry, M.Sn., selaku Dekan FFTV IKJ

5. Bapak Danu Murti, M.Sn. , selaku Ketua Program Studi Fakultas

Televisi dan Film S-1

6. Larry Luthfianza Mirza Fadhil Yacub, S.Sn. selaku Koordinator

Stase semester Gasal 2022/2023;

7. Diana Puspita Widya Ekaningrum, S.Sn. selaku Asisten

Koordinator Stase semester Gasal 2022/2023;

8. Bapak Syaifullah Praditya, selaku penanggung jawab pelaksanaan

magang di Midside

9. Surya Sudarmadji, Hasrullah, Muhammad Sidiq yang sudah

menerima dan membimbing Penulis selama pelaksanaan Stase di

Midside
Tanpa bantuan dari beberapa pihak yang membantu, Stase yang

Penulis jalankan ini tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar. Penulis

sangat bersyukur atas segala pelajaran dan pengalaman yang telah

didapatkan selama menjalankan proses Stase. Penulis juga meminta maaf

atas kekurangan dan kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan dan

penyusunan Laporan Stase ini.

Penulis berharap Laporan Stase ini dapat bermanfaat bagi Penulis,

teman-teman, dan adikadik angkatan di kampus FFTV IKJ.

Jakarta, 2022

Fikri Baihaki
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN STASE

LEMBAR PENGESAHAN STASE

LEMBAR PENILAIAN STASE

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Stase

1.3 Kegiatan

1.4 Tempat

1.5 Waktu Pelaksanaan

1.6 Indikator Keberhasilan Stase

BAB 2 TEMPAT STASE

2.1 Profil

2.2 Struktur Organisasi

2.3 Departemen/Divisi dalam Organisasi

2.4 Prestasi/Karya Perusahaan


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap mahasiswa diharapkan dapat memperoleh ilmu yang cukup

setelah keluar dari institusi. Tidak terkecuali dengan Institut Kesenian Jakarta,

yang mengharapkan mahasiswanya lulus dengan bekal ilmu yang cukup

untuk terjun kedalam industri kesenian. Pada setiap tingkatnya yang dilalui di

Institut Kesenian Jakarta tentunya memiliki mata kuliah yang diharapkan

dapat mengembangkan minat dan bakat setiap mahasiswa. Pada semester ini,

mahasiswa di Institut Kesenian Jakarta diharuskan untuk mengikuti

matakuliah Stase yang memiliki bobot 4 Satuan Kredit Semester (SKS)

sebagai syarat pencapaian pada semester tersebut.

Melalui mata kuliah Stase ini, mahasiswa ditujukan untuk

mensinergikan teori yang telah dipelajari selama kuliah dengan apa yang ada

di industri khususnya film. Nantinya mahasiswa akan mendapatkan gambaran

secara penuh mengenai penerapan ilmu di dunia kerja profesional.

Mata kuliah Stase merupakan kegiatan praktek kerja lapangan yang

bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati dan membuat penilaian dalam

bentuk laporan kritis terhadap kondisi dunia kerja profesional atau industri

berdasarkan keilmuan yang telah diperoleh selama studi. Menambah

wawasan, pengetahuan, serta ilmu-ilmu yang bisa melengkapi ilmu yang

sudah dipelajari pada masa perkuliahan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat

meningkatkan skill, koneksi, serta pengalaman yang baru kepada setiap


mahasiswa yang menjalankannya nantinya akan membekali mahasiswa/i agar

siap memasuki dunia kerja. Untuk itu, dalam pemilihan tempat Stase terdapat

ketentuan tertentu yang harus memenuhi kualifikasi dari Ketua Program Studi

Televisi dan Film.

1.2 Tujuan

Berikut adalah tujuan mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Stase

ini, antara lain:

1. Untuk dapat memahami deskripsi kerja dari peminatan yang dipilih,

dalam sebuah sistem kerja produksi/penciptaan berdasarkan standard

operating procedure (SOP) yang berlaku dalam dunia kerja

profesional atau industri.

2. Mahasiswa mampu menerapkan dan patuh pada kode etik profesi

sesuai dengan kebijakan dunia kerja profesional di tempat Stase.

3. Mahasiswa mampu berdaptasi terhadap sistem kerja profesional di

tempat Stase.

4. Mahasiswa mampu berlatih dan terlibat aktif dalam setiap tahapan

proses kerja, berdasarkan keilmuan yang telah diperoleh selama studi.

1.3 Kegiatan

Kegiatan yang akan Penulis lakukan selama menjalani mata kuliah

Stase adalah mengikuti proses post production produksi film, series, dan lain-

lain sebagai foley artist. Dalam proses ini, Penulis sangat ingin mempelajari
tentang efisiensi kerja pada tahap post production yang nantinya akan

berguna bagi diri Penulis sendiri.

1.4 Tempat Stase

MIDSIDE AUDIO POST

PIC : Syaifullah Praditya

Alamat : Jalan Mandar V DC 3 No.8, Pd. Jaya, Kec. Pd. Aren, Kota

tanggerang Selatan, Banten.

Penulis menjalani Stase di perusahaan audio post, dan dibawah

naungan Bapak Syaifullah Praditya selaku pemilik Midside Audio Post.

Alasan mengapa Penulis memilih tempat Stase ini karena Penulis ingin

memperdalam ilmu dalam bidang audio post, kemudian banyak sekali hal

yang ingin Penulis pelajari selama berada di Midside. Contohnya dalam hal

pengalaman, skill, pengetahuan dan segala aspek yang ada dalam proses kerja

dibidang kreatif pada tahapan pasca produksi di audio post.

1.5 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Stase ini dilakukan dari tanggal 23

September 2022 sampai 15 Desember 2022. Penulis melaksanakan kegiatan

Stase di kantor Midside Audio Post. Pada tahapan awal ini Penulis masih

dalam tahap latihan dalam proses kerja audio post dan juga menganalisis

proses kerja pada divisi SFX Editor. Setelah itu barulah Penulis dapat

melakukan kerja pada proses audio post sebagai foley artist.


1.6 Indikator Keberhasilan Stase

Berikut adalah indikator keberhasilan yang ingin dicapai selama

Penulis Stase, antara lain:

1. Memahami workflow pada divisi SFX Editor dibagian foley artist dalam

proses audio post.

2. Berusaha belajar mengatasi dan menghadapi permasalahan yang terjadi

selama proses audio post.

3. Bisa beradaptasi dengan sistem kerja industri yang menuntut

fleksibelitas, konsekuensi dan komitmen dalam bekerja.


BAB 2

TEMPAT STASE

2.1 Profil

Nama : Midside Audio Post

Alamat : Jalan Mandar V DC 3 No.8, Pd. Jaya, Kec. Pd. Aren, Kota

tanggerang Selatan, Banten.

Email : midsidepost@gmail.com

Midside Audio Post merupakan perusahaan audio post production

service yang didirikan pada bulan Juli 2018. Midside Audio Post dibentuk

oleh Bapak Syaifullah Praditya sebagai pemilik dari perusahaan ini. Beberapa

film dan series telah dikerjakan oleh perusahaan ini pada bagian audio post.

2.2 Struktur Organisasi

Berikut merupakan struktur organisasi pda production house Midside

Audio Post;
2.3 Departemen/Divisi dalam Organisasi

Sebagai bagian dari divisi SFX Editor, Penulis pada tahap awal latihan

sebagai foley artist dan dalam pengawasan Supervising Sound Editor. Di

mana Supervising Sound Editor bertanggung jawab terhadap semua elemen

suara pada suatu film dan mengawasi beberapa divisi departemen suara pada

audio post salah satunya SFX Editor yang dibagi menjadi beberapa bagian

yaitu Spotting Effect, Ambience dan foley.

Penulis yang bertanggung jawab sebagai foley artist akan selalu

berkomunikasi dengan Supervising Sound Editor agar kualitas suara masih

tetap terjaga dan suara yang dihasilkan masih sama seperti dengan yang

aslinya. Selain itu tugas foley artist di sini membuat ulang unsur efek suara

pada film yang bertujuan untuk membuat kejelasan (clarity) dan mengisi efek
suara dalam frame semirip mungkin dengan yang aslinya agar penonton

merasa nyaman dengan apa yang dilihat dan didengar, penonton tidak merasa

terganggu dengan suara yang dihadirkan.

2.4 Prestasi Perusahaan

Berikut karya yang telah dikerjakan oleh perusahaan Midside Audio

Post, antara lain :

NO. TAHUN JUDUL FILM


1 2022 The Sexy Doctor Is Mine
2 2022 Kambodja
3 2022 Ngeri Ngeri Sedap
4 2022 Iblis Dalam Kandungan
5 2022 Pelangi Tanpa Warna
6 2021 Senzano Savana
7 2021 Pintu Surga Terakhir
8 2021 Hari Yang Dijanjikan
9 2020 100% Halal
10 2020 Nikah Yuk
BAB III

POSISI DAN PELAKSANAAN MAGANG

3.1 Posisi dan Deskripsi Kerja

Dalam proses pelaksanaan stase ini, penulis mengerjakan project

series yang berjudul “Surat Cinta Untuk Starla” yang bertugas pada bagian

foley artist. “Foley, named after the sound pioneer Jack Foley, is the process

of performing sounds in sync with picture. The most common Foley sound

effects are footsteps; however, there are far more intricate sounds that a

performer, called a Foley artist, can make. Foley artists enhance fight scenes

with clothes movements and impacts, they use knife-and-fork movements to

give a dinner sequence a touch of reality, and they throw paper up in the air

for its scattering sound to give the on-screen bank vault explosion life.”

Sebagai foley artist, penulis bertanggung jawab untuk mengisi semua

footstep dan movement tokoh dalam film. Penulis mempelajari cara untuk

mengisi suara gesekan baju yang saling bersentuhan dan properti yang di

sentuh oleh tokoh. Misalkan penulis mengisi pergerakan tokoh yang sedang

mengambil HP dengan menggerakan HP sesuai dengan alasnya, jika didalam

film HP itu berada di atas kayu maka suara harus dibunyikan di atas alas kayu

supaya menyesuaikan dengan gambar. Kemudian biasanya foley mixer

meminta suaranya dibuat berbunyi lebih jelas seperti tanpa dibuat-buat

supaya terdengar jelas gesekan dan sentuhan HP dengan alas kayunya.

Dikarenakan dalam film, suara yang tidak ada dibuat menjadi ada sedangkan

yang sudah ada dibuat lebih ada. “With props, sync can be easier. Many prop
sounds have a specific impact. A book being set down, for instance, is easier

to do in sync. There is a precise moment when the book connects with the

surface. That is the moment to focus on. An oddity that occurs in Foley is the

pickup of a prop. Often the Foley artist will cheat the sound of picking up a

glass, book, or some such item. Although in real life we do not always hear

the item being picked up, in Foley we enhance that sound to add drama to the

prop. The trick is to perform the pickup without too much scrape or swipe,

lest it sound artificial and silly.” Dari kutipan diatas foley menambahkan

kesan dramatisasi pada sebuah film yang bahkan pada kehidupan nyata kita

tidak selalu memperdulikan suara itu, contohnya saat mengambil gelas atau

buku. Triknya adalah dengan cara mengambil barang tanpa terlalu banyak

gesekan, bila terlalu banyak gesekan akan mengakibatkan suara itu terdengar

seperti dibuat-buat.

Begitu pula dengan footstep, cara itu juga diterapkan pada saat

mengisi langkah kaki tokoh. Misalkan saat tokoh berjalan diatas bebatuaan

begitu pula dengan apa yang penulis lakukan untuk menaruh kerikil di atas

alas semen supaya menghasilkan suara yang terasa berjalan di alas yang

beraspal. Contoh lainnya saat scene berada di hutan yang datarannya rumput,

biasanya menggunakan alas rumput sintetis yang ditambahkan dengan pita

kaset jika di rumput yang lebat dan terkadang di tambahkan daun kering

untuk menimbulkan suara “krek” dari daun kering yang akan terasa lebih

kotor.
3.2 Persiapan Kerja yang Dilakukan

Persiapan kerja yang dilakukan oleh penulis, di hari pertama penulis

diminta untuk datang ke Midside audio post yang berada di jalan mandar V

DC 3 No.8, Pd. Jaya, Kec. Pd. Aren, Kota tanggerang Selatan, Banten. Pada

hari itu penulis melakukan interview dengan Bapak Syaifullah Praditya untuk

berdiskusi.

Penulis berdiskusi tentang berapa lama durasi magang yang

dibutuhkan sesuai dengan ketetapan dari kampus, kemudian penulis juga

ditanya mengenai tujuan magang di Midside Audio Post dan ingin

mengetahui tentang apa. Dalam hal ini penulis memberitahu bahwa durasi 3

bulan untuk memenuhi syarat magang dari kampus ataupun mengerjakan

minimal 1 project besar ataupun 3 project kecil, kemudian untuk menjawab

apa yang dibutuhkan, penulis menjawab ingin mengetahui lebih dalam

bagaimana proses kerja professional pada Audio Post dan memahami sistem

kerja disetiap divisi pada Audio Post. Setelah melakukan diskusi, penulis

diajak untuk melihat ruangan kerja yang ada di studio untuk mengetahui

bagaimana proses kerja disetiap divisi pada Audio Post.

Pada hari berikutnya penulis berdiskusi lembali oleh bapak Syaifullah

Praditya untuk menentukan jobdesk apa yang akan diberikan, kemudian

penulis dapat saran bila di Midside audio post sedang membutuhkan foley

artist jika penulis berminat akan di ajarkan dasarnya hingga penulis

menguasainya, penulis menjawab berminat untuk mempelajari foley. Pada

hari itu juga penulis diajarkan oleh salah satu senior yang sudah cukup lama
memegang foley, awal mencoba berjalan kaki terasa kaku hingga terasa

pegal-pegal cara jalan yang salah membuat kaki terasa pegal dan kaku itu apa

yang penulis dapat saat diajarkan langsung oleh Bapak Syaifullah Praditya.

Sudah 2 minggu berlalu, penulis mulai di uji pada episode 4 series

“My Ice Girl” yang telah tayang di Vidio.com kemudian penulis isi kembali

dengan hasil foley sendiri. Bapak Syaifullah Praditya ingin melihat sudah

sejauh mana perkembangan penulis dalam hal foley, masih banyak

kekurangan dari sync terhadap gambar begitu pula dengan power yang

dihasilkan masih kurang tekanan. Positifnya cara jalan penulis sudah mulai

lebih baik dari sebelumnya, Bapak Syaifullah Praditya menilai jika penulis

lebih sering melakukannya kemungkinan besar penulis akan cepat lancarnya.

3.3 Pelaksanaan Kerja yang Dilakukan

Saat pelaksanaan kerja, penulis diposisikan sebagai Foley Artist yang

ditugaskan oleh Bapak Syaifullah Praditya untuk memperlajari terlebih

dahulu bagaimana cara kerja sebagai Foley Artist. Penulis diberikan waktu

selama 2 minggu untuk mempelajari cara berjalan untuk mengisi footstep dan

cara membuat movement pergerakan tokoh. Awalnya penulis hanya menonton

senior yang melakukan foley kemudian mulai lah di ajari cara jalannya seperti

apa, disitu penulis kaku karena tidak pernah belajar sebelumnya cara berjalan

khusus foley bahkan di kampus tidak ada yang membahas itu.

Menurut Ric viers Foley termasuk kedalam foley effect yang berarti

memfokuskan suara kepada action karakter di dalam film. “Foley sound


effects are those made in a recording studio called a Foley stage while

watching the picture and performing the action more or less synchronous

with the picture. More than any other single part of a sound mix, it is the

Foley sound effects that often make the sound seem real, because Foley

recording exaggerates real-life sounds to make them audible. What effects to

record in Foley and what to leave to hard effects is a decision made between

the supervising sound editor or sound designer and the Foley artist, called a

Foley walker in England, perhaps because the most salient Foley effect is

footsteps. Many small sounds typically dominate Foley: footsteps, clothing

rustle, pouring a glass of water, moving a chair, and even body hits could all

be Foley effects.”

Berselang 2 minggu, Penulis diberi kepercayaan oleh Bapak

Syaifullah praditya untuk mengisi beberapa footstep pada series yang berjudul

“My Ice Girl” pada episode 6,7,8 tapi dalam catatan tidak full pada setiap

episodenya dan masih dalam pengawasan. Penulis hanya diberi beberapa

menit saja di dalam satu episodenya dikarenakan cara jalan Penulis yang

masih kurang sync pada gambar. Jika sudah sync, power yang diberikan pada

saat melakukan footstep kurang. Masalah itu selalu penulis alami selama

belajar melakukan foley di Midside audio post. Mengapa hanya episode 6,7,8

saja, karena pada saat Penulis memulai Stase di Midside audio post sedang

ada project series itu dan film layar lebar.

Setelah melakukan beberapa kali percobaan foley, penulis diberikan

tanggung jawab langsung untuk memegang satu project series yang berjudul
“Surat Cinta Untuk Starla”. Pada episode 1 Penulis menyelesaikan foley

dalam waktu 2 setengah hari karena ada beberapa kendala. Awal mula

melakukan foley Penulis dan foley mixer melakukan penyocokan sepatu yang

digunakan oleh tokoh dengan sepatu yang ada pada ruang foley penyocokan

itu lumayan memakan banyak waktu untuk Penulis yang baru saja diberi

kepercayaan memegang langsung project series. Teknik perekaman foley

yang mengunakan close miking yang akan membantu memfokuskan suara

dan mengurangi efek dari ruangan untuk menghasilkan suara yang jernih.

Kendala awal yang Penulis alami adalah saat memulai foley pemilihan

sepatu yang masih bingung karena perlu menyesuaikan dengan tokoh dan

guide pada materi. Kemudian, karena ini project yang benar-benar pertama

kali penulis kerjakan jadi pikiran penulis buyar yang menyebabkan salah cara

melangkah, tekanan saat melangkah yang tidak konsisten, lama untuk sync

dengan gambar di layar membuat pengerjaan menjadi lama dan memakan

banyak waktu. Seharusnya bila sudah lancar bisa melakukannya hanya dalam

waktu 1 hari.

Suara langkah kurang bervariasi jadi penulis harus meng explorasi

lebih untuk mendapatkan suara yang tidak monoton dan tidak terasa dibuat-

buat. Karena setiap karakter memiliki gaya jalan yang berbeda-beda, jadi

perlu adanya variasi dalam foley footstep. “It is fairly typical for a neophyte

Foley artist to walk with a flat footfall. Plop, plop, plop is what it will sound

like. Then there is the tendency to overarticulate. Too much heel-toe will

sound like ta-da, ta-da, ta-da. Neither sounds good. A character will have
some heel-toe footfalls, some plops, some scuffs, and some minor weight

shifts. The more comfortable you are with the character, the less you will

sound artificial.”

Solusi dari masalah itu dengan mengulang terus-menerus hingga

menghasilkan suara yang tepat dan membutuhkan kesabaran. Bila power

yang di hasilkan tidak besar maka tubuh Penulis agak membungkuk setengah

rukuk kemudian mulai berjalan. Karena dengan tubuh seperti itu akan

menjadikan tumpuan semakin berfokus kepada kaki, jadi suara yang

dihasilkan akan terasa lebih memiliki power.

3.4 Hubungan Kerja Dengan Depertemen / Divisi Lain

Sebagai seorang yang diberi tanggung jawab sebagai foley artist

berhubungan langsung dengan foley mixer yang mengarahkan bagian mana

yang harus penulis isi footstep-nya, cocok atau tidak suaranya dengan

gambar, pemilihan sepatu yang tepat untuk menghasilkan suara yang pas.

Kemudian hasil foley akan di lanjutkan ke ruang mixing Kemudian penulis

juga berhubungan dengan Re-Recording Mixer karena hasil pengerjaan yang

telah dikerjakan nantinya akan diserahkan pada Re-recording mixer. Lalu

penulis juga berhubungan dengan spotting effect jika pada tahapan spotting

effect mengenai efek suara yang perlu di foley di bagian-bagian tertentu

seperti efek suara yang tidak ada pada sound library.


BAB IV
HASIL DAN ANALISIS MAGANG

4.1 Hasil/Capaian Kerja Selama Magang

4.2 Analisis Atas Hasil/Capaian Kerja Selama Magang

4.3 Penggunaan Teknologi Terbarukan


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai