DAFTAR ISI
L A M P I R A N .......................................................................................................... 35
1. Pendahuluan
Gempa Palu yang terjadi pada hari Jumat, tanggal 28 September pukul 18.02 WITA
dengan kekuatan Magnitude 7,4, dimana pusat gempa berada di 26 km utara Donggala
dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km, menyebabkan guncangan
gempa bumi hebat yang dirasakan di Donggala, Palu, Parigi Moutong, Sigi, Poso,
Tolitoli, Mamuju, bahkan hingga kota Samarinda, Balikpapan, dan Makassar. Gempa ini
telah mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit dan mengakibatkan kerusakan
insfrastruktur, misalnya gedung yang mengalami rusak ringan sampai rusak berat, bahkan
sampai collapse atau runtuh (PusGen 2019).
Pasca gempa tersebut, kementerian terkait telah mengeluarkan instruksi agar supaya
proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa, maupun dalam tahap pengembangan
infrastruktur yang baru akan dilakukan di wilayah Palu dan sekitarnya, baik oleh pihak
pemerintah maupun oleh pihak swasta harus memperhatikan kriteria desain yang
berorientasi pada mitigasi bencana dalam wujud infrastruktur tahan gempa.
Perencanaan infrastruktur tahan gempa khususnya berkaitan dengan bangunan
gedung bertujuan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa oleh runtuhnya gedung akibat
gempa yang kuat, meskipun struktur secara keseluruhan mengalami kerusakan yang
berat, sedangkan pada gempa ringan sampai sedang, kenyamanan penghuni tetap
terjamin, kerusakan yang terjadi masih dapat diperbaiki, dan pelayanan vital fungsi
gedung tetap berjalan. Prinsip perencanaan seperti ini merupakan konsep klasik
berdasarkan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai
(occupancy), dan kerugian harta benda (economic loss) yang mungkin terjadi akibat
gempa bumi.
Meskipun demikian, suatu gedung walaupun sudah dirancang berdasarkan analisis
tahan gempa, masih bisa mengalami kerusakan apabila memikul gaya gempa kuat tidak
terduga. Kerusakan ini diakibatkan oleh deformasi yang besar di atas batas elastis dan
menetap setelah gempa bumi berakhir. Tingkat kerusakan yang timbul sangat bergantung
pada sisa deformasi elemen struktur. Pada kasus yang ekstrem keruntuhan bisa terjadi,
tetapi hal ini harus dihindari. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, gedung tidak dapat
diharapkan terus aman dan benar-benar tidak rusak pada gempa bumi yang sangat kuat.
Oleh karena itu, metode perancangan yang lazim digunakan adalah menerapkan tingkat
daya tahan gempa yang logis
Berdasarkan hal tersebut di atas, laporan perencanaan struktur ini disusun untuk
memberikan gambaran desain yang sesuai dengan kriteria desain serta persyaratan
struktur tahan gempa, namun dengan tetap memperhatikan aspek pembiayaan serta
kemudahan pelaksanaan.
2. Ruang Lingkup
Lokasi Rencana Gedung : Jl. KH. Mas Mansyur, Kel. Baru, Kec. Palu Barat,
Kota Palu
Koordinat Gedung : -0.892945, 119.859793
Fungsi Gedung : Kantor Pemerintah
Luas Tapak Gedung : ± 120 m2
Jumlah Lantai : 2 Lantai
Elevasi Bangunan
Lantai 1 : ± 0.0 m
Lantai 2 : ± 3.6 m
Ring Balk : ± 7.2 m
Tinggi Bangunan : ± 10 m (puncak atap)
Tipe Struktur Bangunan : Konstruksi Beton Bertulang
Tipe Struktur Atap : Rangka Baja Ringan
Lokasi ZRB Gedung : ZRB 2T
4. Denah Gedung
5. Ketentuan Perancangan
5.1. Umum
Analisis dan desain struktur dilakukan secara simultan menggunakan bantuan
software komputer, dengan tetap mengacu pada standar dan peraturan konstruksi terbaru
yang berlaku di Indonesia, serta dengan merujuk pada standar / pedoman lainnya yang
dianggap relevan.
SNI 1727-2020 Beban Minimum untuk Perancangan Gedung Gedung dan Struktur
Lain
SNI 1726-2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung
Gedung dan Non Gedung (edisi 2019)
Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 (Peta Gempa 2017)
SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung
Gedung dan Non Gedung (edisi 2012)
ASCE 7-16 Minimum Design Loads and Associated Criteria for Buildings and
Other Structures
5.3. Software
Computer and Structures Inc. (CSI) ETABS v.18.1.1
5.4. Satuan
Untuk alasan keseragaman, satuan yang digunakan dalam laporan ini ialah kN,m,C
(kiloNewton; Meter, Celcius), kecuali dituliskan lain.
6. Preliminary Design
7. Pembebanan Struktur
SA (G)
2.00 0.3400
3.00 0.2267 0.6
4.00 0.1700
5.00 0.1360
0.4
6.00 0.1133
7.00 0.0971
8.00 0.0850 0.2
9.00 0.0756
10.00 0.0680
11.00 0.0562 0.0
12.00 0.0472 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
13.00 0.0402 T (DTK)
14.00 0.0347
2
*g = 9,81 m/s ;
8.1. Pondasi
Tipe pondasi dipilih berdasarkan laporan hasil penyelidikan tanah dengan alat CPT
di lokasi rencana bangunan. Dari hasil penyelidikan tanah diketahui kedalaman tanah
keras (qc = 200 kg/cm2) pada kedalaman -3.00 m dari muka tanah asli. Untuk kedalaman
serta dimensi pondasi akan akan ditentukan berdasarkan hasil analisis.
Kekuatan nominal elemen struktur direduksi dengan suatu faktor reduksi kekuatan
ϕ sebagaimana yang ditetapkan dalam SNI 2847:2019, yaitu:
Pemodelan 3D Struktur
Balok Lantai 2
Ragam Getar 1
Ragam Getar 2
Tinjauan simpangan antar lantai dilakukan pada arah sumbu lemah gedung
(arah memendek; sumbu Y)dan sumbu kuat gedung (arah memanjang; sumbu X)
Data Input :
• Tinggi Tingkat 1 h1 = 3600 mm
• Tinggi Tingkat 2 h2 = 7200 mm
• Beda Elevasi 1 ∆h1 = 3600 mm
• Beda Elevasi 2 ∆h2 = 3600 mm
• Koefisien Pembesaran Defleksi Cd = 5.50
• Faktor Keutamaan Gempa Ie = 1.00
• Faktor Redundansi (SRPMK) ρ = 1.30
• Simpangan antar lantai ijin tingkat 1 ∆a1 = 0.025* (∆h1 )/ρ = 69.23 mm
• Simpangan antar lantai ijin tingkat 2 ∆a2 = 0.025* (∆h2 )/ρ = 69.23 mm
• Inersia Penampang Retak Kolom I e_Kolom = 0,70 I g_Kolom
• Inersia Penampang Retak Balok I e_Balok = 0,35 I g_Balok
• Inersia Penampang Retak Pelat I e_Pelat = 0,25 I g_Balok
SIMPANGAN ARAH X
Tingkat Elevasi (m) h sx (m) δ ex (mm) δ x (mm) Δx (mm) Δa (mm) Cek ΔX < Δa
Story 2 + 7.20 3.60 6.099 2.952 16.236 69.23 AM AN
Story 1 + 3.60 3.60 3.147 3.147 17.309 69.23 AM AN
Base + 0.00 0.00 0.0000
SIMPANGAN ARAH Y
Tingkat Elevasi (m) h sx (m) δ ey (mm) δ y (mm) Δy (mm) Δa (mm) Cek Δy < Δa
Story 2 + 7.20 3.60 6.062 2.868 15.774 69.23 AM AN
Story 1 + 3.60 3.60 3.194 3.194 17.567 69.23 AM AN
Base + 0.00 0.00 0.0000
+ 8.00
Simpangan Lantai
+ 7.00
+ 6.00
+ 5.00
+ 4.00
+ 3.00
+ 2.00 SIMPANGAN ARAH Y
+ 1.00
SIMPANGAN ARAH X
+ 0.00
0.000 5.000 10.000
PENULANGAN PELAT
Arah X Arah Y
Nama Pelat Satuan
(tumpuan) (lapangan) (tumpuan) (lapangan)
kN.m 4.943 2.113 4.472 1.703
Momen Ultimate, Mu
N.mm 4943407 2112743 4471630 1702501
f'c MPa 25 25 25 25
Ø tulangan (direncanakan) mm 10 10 10 10
ts mm 25 25 25 25
d (efektif) mm 90 90 90 90
Digunakan Tulangan :
Daerah Tumpuan X 5
Daerah Lapangan X 5
Daerah Tumpuan Y 5
Daerah Lapangan Y 5
DATA KOLOM
5 D16
5 D16
y
400 mm
t x
400 mm
P M2 M3 V2 V3 Ket : M2 = My V2 = Vx
(kN) (kN.m) (kN.m) (kN) (kN) M3 = Mx V3 = Vy
351.040 61.840 57.122 29.565 33.965
Untuk pemeriksaan kuat nominal kolom terhadap gaya aksial dan momen lentur yang terjadi, digunakan diagram
interaksi kolom dengan nilai-nilai P vs M yang diperoleh dari hasil analisis.
0
0 50 100 150 200 250
-500
-1000
0
0 50 100 150 200 250
-500
-1000
Berdasarkan hasil analisis kekuatan penampang kolom sesuai jumlah tulangan terpasang dengan menggunakan diagram
interaksi kolom, diperoleh bahwa interaksi Pu vs Mu yang terjadi masih berada dalam daerah kuat nominal terfaktor kolom.
DESAIN PENULANGAN GESER KOLOM (Persyaratan SRPMK SNI 2847-2019 Ps. 18.7.5.4)
Faktor reduksi kekuatan geser kolom φ= 0.75
Cek Pu < 0,3 Ag f'c :
Pu maks < 0,3 Ag f'c
351.0 kN < 1200.0 kN . . . . OK
Tulangan Geser + Pengikat Silang (ties ) pada daerah tumpuan (1/4 x tinggi kolom)
Luas penampang tulangan geser D10 At = 78.54 mm2
Luas penampang tulangan pengikat D10 Ax = 78.54 mm2
Digunakan :
Tulangan Geser 2 btg D10 S At = 157.08 mm2
Pengikat Silang 2 btg D10 S Ax = 157.08 mm2
Ash = S At + S ax = 314.16 mm2
Jarak perlu tulangan geser pada daerah tumpuan s= 130.32 mm
2m
Poer Plat
2m
Sumuran Buis
Beton Ø = 80 cm
LAMPIRAN