2014
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmatnya, sehingga Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Andal) Rencana Kegiatan
Pembangunan Hunian dan Komersial (Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) City Land
PT. Desindo Wijaya Tama dapat kami selesaikan.
PT. Desindo Wijaya Tama akan membangun Hunian dan Komersial (Apartemen, Hotel,
dan Area Komersial) di atas lahan seluas 11.717 m2 yang berlokasi di Jalan Caman Raya
RT.002 RW.03 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi. Menyadari
bahwa rencana kegiatan yang akan kami laksanakan diprakirakan menimbulkan interaksi
dan dampak terhadap lingkungan hidup, serta untuk mematuhi peraturan perundangan
yang berlaku di bidang lingkungan hidup, maka kami melakukan studi Amdal yang dalam
penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
tahun 2012, tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberi masukan dan membantu dalam
penyelesaian studi ini, kami ucapkan terima kasih.
Ir. Nusyirwan
Direktur Teknik
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
PT. Desindo Wijaya Tama berencana akan mendirikan Hunian dan Komersial
(Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) City Land diatas lahan seluas 11.717 m2
yang berlokasi di Jalan Caman Raya RT.002 RW.03 Kelurahan Jatibening
Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
karena berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bahwa kegiatan
pembangunan dengan luas bangunan ≥ 10.000 m wajib dilengkapi Amdal.
2
Lokasi
Kegiatan
1.4.1.2 Perizinan
Pengurusan perizinan akan dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan
konstruksi. Perizinan yang akan dibuat sebelum konstruksi antara lain: Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), pengesahan Site Plan, dan lain-lain.
1.4.1.3 Sosialisasi
Sosialisasi rencana kegiatan akan dilakukan oleh PT. Desindo Wijaya Tama
terkait dengan rencana kegiatannya tersebut. Kegiatan sosialisasi ini akan
dilakukan secara kontinue pada waktu-waktu yang akan datang. Kegiatan
sosialisasi rencana kegiatan dilakukan untuk memberikan informasi kepada
warga terkait dengan rencana kegiatan pembangunan Hunian dan Komersial
(Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) City Land.
Alat-alat berat yang digunakan pada tahap konstruksi antara lain : backhoe,
vibrator, molen, truk pengangkut, dan lain-lain (Tabel 1.5). Sedangkan prakiraan
jumlah material yang dibutuhkan yang meliputi pasir, bata, batu kali, semen,
besi, dan lain-lain (Tabel 1.6). Sumber material akan diambil dari suplier
bangunan di sekitar lokasi kegiatan.
Air limbah dari kegiatan domestik terutama berupa urine & feces di alirkan ke
septik tank. Lokasi septik tank terletak di dekat kantor kontraktor dan bersifat
sementara, akan di sedot kemudian di normalisasi jika tahap konstruksi telah
selesai.
Penyiraman
Menyerap ke tanah &
(2 m3/hari)
Menguap
(5 m3Tank
Septik /hari)
Karyawan
(5 m33/hari) (1 m3/hari)
(2 m /hari)
Air tanah
(10 m3/hari)
Konstruksi Drainase
(15 m33/hari)
(3 m /hari) (8 m3/hari) saluran air
Pencucian
3
(3
(5 m3/hari)
3
Gambar 1. 3. (5 m /hari)
Neraca Pemakaian Air Tahap Konstruksi
a. Penggunaan Lahan
Rincian penggunaan lahan rencana kegiatan Hunian dan Komersial (Apartemen,
Hotel, dan Area Komersial) City Land PT. Desindo Wijaya Tama adalah sebagai
berikut.
menghubungkan pintu masuk dari Jalan Caman Raya menuju kegiatan apartemen
depan, hotel, dan apartemen belakang.
f. Konstruksi Bangunan
Bangunan yang akan dibangun terdiri dari hotel dan 2 apartemen yaitu apartemen
depan dan apartemen belakang. Rincian luas bangunan yang akan dibangun adalah
sebagai berikut.
Tabel 1. 9. Rincian Luas Bangunan
No Uraian Luas Bangunan (m2)
A Apartemen Depan
1 Lantai Basement 2
2 Lantai Basement 1 1.968
3 Lantai Lower Ground 1.080
4 Lantai Ground 1.080
5 Lantai 2 841
6 Lantai 3 1.125
7 Lantai 4 – 16 12.362
B Hotel
1 Lantai Basement 2
2 Lantai Basement 1 2.176
3 Lantai Lower Ground 2.259
4 Lantai Ground 1.283
5 Lantai 2 947
6 Lantai 3 568
7 Lantai 4 - 16 9.084
C Apartemen Belakang
1 Lantai Basement 2
2 Lantai Basement 1 4.388
3 Lantai Lower Ground 4.067
4 Lantai Ground 2.827
5 Lantai 2 2.705
6 Lantai 3 1.263
7 Lantai 4 - 16 Apartemen 20.885
Luas Bangunan Total 79.436
g. Hotel
Hotel yang akan dibangun di lokasi kegiatan dengan ketinggian 16 lantai. Jumlah
kamar yang akan dibangun adalah 242 kamar yang terdiri dari kamar dengan 1
bed/tempat tidur sejumlah 203 kamar dan 2 bed/tempat tidur sebanyak 39 kamar.
h. Apartemen Depan
Apartemen yang akan dibangun dengan ketinggian 16 lantai. Jumlah unit hunian yang
terdapat di apartemen tersebut berjumlah 312 unit yang terdiri dari 260 unit tipe 1
bedroom dan 52 unit dengan tipe 2 bedroom.
i. Apartemen Belakang
Apartemen yang akan dibangun dengan ketinggian 16 lantai. Jumlah unit hunian yang
terdapat di apartemen tersebut berjumlah 379 unit yang terdiri dari 325 unit tipe 1
bedroom dan 54 unit dengan tipe 2 bedroom.
j. Ruko
Ruko akan dibangun di lantai Lower Ground (LG) dan Ground / dasar Apartemen
Depan dengan ketinggian 2 lantai. Jumlah ruko yang dibangun sejumlah 21 unit. Ruko
tersebut akan dijual dan diperuntukan sebagai area komersial.
k. Area Pengembangan
Area pengembangan City Land seluas 797 m 2 akan dibangun gedung bertingkat yang
diperuntukan sebagai area komersial. Lantai basement dari area pengembangan akan
dimanfaatkan sebagai pond atau tampungan air untuk mengendalikan air larian di
area City Land. Kegiatan di area pengembangan ini akan dilengkapi dengan dokumen
lingkungan tersendiri dengan mengacu pada rencana pengelolaan dan pemantauan
Amdal kawasan City Land.
l. Saluran Drainase
Saluran drainase eksisiting di sekitar lokasi kegiatan mengalir dari selatan lokasi
kegiatan dan sebagian masuk melalui lokasi kegiatan. Akibat adanya pembangunan
koneksi dari saluran drainase tersebut akan terputus. Oleh karena itu, pemrakarsa
kegiatan akan mengalihkan saluran drainase dari selatan lokasi kegiatan mengalir
sepanjang Jalan Caman Raya. Perizinan dari pengalihan saluran drainase tersebut
akan diproses di instansi terkait.
Saluran drainase di lokasi kegiatan akan dialirkan ke pond yang telah disiapkan
sebagai penanggulangan dampak peningkatan air larian akibat pembangunan.
Overflow air di pond akan dipompa ke saluran drainase di depan lokasi kegiatan.
Saluran drainse tersebut mengalir di sepanjang jalan Caman Raya menuju Kali
Bojong Rangkong. Aliran saluran drainase eksisiting dan rencana ditampilkan pada
gambar berikut.
m. Pembangunan Utilitas
Pembangunan utilitas meliputi pembangunan Sewage Treatment Plant (STP), Tempat
Penampungan Sampah (TPS), hydran, ground tank/roof tank, dan lain-lain.
Pembangunan sarana penunjang ini akan dilakukan pada setiap gedung.
1) Sewage Treatment Plant (STP)
Sewage Treatment Plant (STP) akan dibangun untuk mengolah limbah cair dari
kegiatan domestik penghuni apartemen dan pengunjung hotel. STP akan
dibangun pada lantai basement pada setiap gedung dengan kapasitas sesuai
dengan limbah cair yang dihasilkan. Sehingga terdapat 3 (tiga) STP untuk
mengolah limbah cair domestik. Proses pengolahan limbah dilakukan dengan
mengalirkan limbah cair ke screen yang berfungsi untuk menghilangkan partikel
dari limbah cair yang akan diolah sehingga tidak mengendap. Selanjutnya limbah
cair akan masuk dalam ke bak ekualisasi untuk menghomogenkan limbah
sebelum masuk ke bak aerasi.
Inlet
Outlet
Screen
Sludge
4) Sarana Ibadah
Sarana tempat ibadah seperti mushalla akan dibangun dibeberapa area di masing-
maisng gedung seperti di hotel dan apartemen. Sarana ibadah tersebut akan
dilengkapi dengan toilet dan tempat wudhu. Luasan masing-masing sarana ibadah
bervariasi sesuai dengan jumlah pengguna.
Jumlah Jumlah
No Penggunaan Jumlah Kebutuhan
Orang / unit (m3/hari)
3 Kolam renang Lt.2 200 m3 - 1% 2,00
4 Fitness / gym Lt.2 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
5 Spa Lt.2 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
6 Sauna Lt.2 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
7 Kolam renang Lt. 3 200 m3 - 1% 2,00
8 Fitness / gym Lt. 3 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
9 Spa Lt. 3 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
10 Sauna Lt. 3 1 unit 10 orang 5 L/orang/hari 0,05
11 Kamar Hotel 1 BR 203 kamar - 250 L/bed/hari 50,75
12 Kamar Hotel 2 BR 39 kamar - 250 L/bed/hari 19,50
Jumlah Hotel 77,30
Apartemen Belakang
1 Tenant 2055,24 m2 - 5 L/m2/hari 10,28
2 Office 1 unit 46 karyawan 50 L/orang/hari 2,30
3 Tenant 1988,48 m2 - 5 L/m2/hari 9,94
4 Kolam renang 200 m3 - 1% 2,00
5 Fasilitas Penunjang 1 unit 20 orang 5 L/orang/hari 0,10
6 Kamar Apartemen 1 BR 325 kamar 2 orang 250 L/orang/hari 6,50
7 Kamar Apartemen 2 BR 54 kamar 3 orang 250 L/orang/hari 1,50
Jumlah Apartemen Belakang 227,62
Penyiraman Tanaman - - - 3,00
Jumlah Total 498,37
Ket: *) SNI 19-6728.1-2002
SNI 03-7065-2005 : Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing
Penyiraman Meresap
(3 m3/hari) ke tanah
PDAM
Water Tank Hotel STP Pond
(77,30 m3/hari) (77,30 m3/hari) (77,30 m3/hari) (495,37 m3/hari)
Hydrant
(64 m3)
Saluran
Water Tank Apartemen Belakang STP (495,37 m3/hari)
(227,62 m3/hari) (227,62 m3/hari) (227,62 m3/hari)
Proses identifikasi dampak potensial dilakukan dengan membuat matriks dan bagan
alir dari dampak-dampak yang ditimbulkan dari rencana kegiatan. Matriks digunakan
untuk menunjukkan interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen
lingkungan hidup di lokasi kegiatan. Identifikasi interaksi tersebut diikuti dengan
penyusunan bagan alir yang menunjukkan urut-urutan (sequence) kejadian dampak.
Dengan bagan alir ini diperoleh gambaran tentang dampak mana yang terjadi lebih
dahulu (primer) serta dampak-dampak turunannya (sekunder, tersier, dan
sebagainya). Matriks dan bagan alir identifikasi dampak potensial dari rencana
kegiatan adalah sebagai berikut:
TAHAP
PRAKONSTRUKSI
Perizinan Sosialisasi
Sikap dan
Presepsi
Masyarakat
TAHAP
KONSTRUKSI
Peningkatan
Penurunan Peningkatan Peningkatan
Penurunan Peningkatan Bangkitan Estetika Peningkatan Peningkatan Satwa Vegtasi
Kualitas Peluang Kesempatan
Kualitas Udara Kebisingan Lalu Lintas dan Kebersihan Getaran Air Larian Darat Darat
Air Permukaan Berusaha Kerja
Lingkungan
Penurunan Peningkatan
Kesehatan Masyarakat Pendapatan
TAHAP
OPERASI
Penurunan Peningkatan
Kesehatan Masyarakat Pendapatan
A. KOMPONEN FISIK-KIMIA
1 Peningkatan Kualitas udara
2 Peningkatan Kebisingan
3 Peningkatan Getaran
4 Penurunan Kualitas air permukaan
5 Peningkatan Air larian / run off
6 Peningkatan Estetika dan Kebersihan Lingkungan
7 Bangkitan Lalu Lintas
B. KOMPONEN SOSEKBUD
1 Peningkatan Kesempatan kerja
2 Peningkatan Peluang berusaha
3 Peningkatan Pendapatan masyarakat
4 Perubahan Sikap dan Persepsi masyarakat
C. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
1 Penurunan Kesehatan masyarakat
Metoda yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya,
brainstorming), diskusi antar pakar dan diskusi dengan pemrakarsa, survei lapangan,
telaah pustaka, pendekatan kepakaran dan konsultasi publik dengan masyarakat
yang berkepentingan (Panduan Pelingkupan dalam AMDAL, KLH 2007).
Kriteria yang digunakan dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari
empat pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan.
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan
terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) (sehingga perubahan
besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh
pada kehidupan masyarakat dan keutuhan ekosistem)? (telaah pra-survei).
3. Apakah ada kekhawatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan
tersebut? (konsultasi masyarakat).
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
oleh dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang menetapkan baku
mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya).
Setiap dampak potensial ditapis dengan empat pertanyaan di atas, jika salah satu
pertanyaan dijawab “ya” atau “tidak diketahui” maka komponen lingkungan tersebut
menjadi dampak penting hipotetik (DPH) yang akan dikaji dalam ANDAL, jika semua
keempat pertanyaan dijawab “tidak” maka komponen lingkungan tersebut tidak
menjadi DPH dan tidak dikaji dalam ANDAL.
Kriteria Dampak
No Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan Jenis Dampak Potensial penting Hipotetik Kesimpulan
1 2 3 4
A Tahap Pra Konstruksi
1 Perizinan Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi - - - - -
masyarakat masyarakat
2 Sosialisasi rencana kegiatan Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- - - - -
masyarakat masyarakat
B Tahap Konstruksi
1 Penerimaan tenaga kerja Pendapatan masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat - x x - DPH
konstruksi Peluang berusaha Peningkatan peluang berusaha - - - - -
Kesempatan kerja Peningkatan kesempatan kerja x - x - DPH
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- - x - DPH
masyarakat masyarakat
2 Mobilisasi peralatan dan Kualitas udara Penurunan kualitas udara ambien - x - x DPH
material konstruksi Kebisingan Peningkatan kebisingan - x - x DPH
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- x - - DPH
masyarakat masyarakat
Kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan - x - - DPH
Lalu lintas Peningkatan bangkitan lalu lintas x - - x DPH
3 Pematangan Lahan Kebisingan Peningkatan kebisingan - x - x DPH
Air larian Peningkatan air larian x x x - DPH
Kualitas udara Penurunan kualitas udara ambien - x - x DPH
Vegetasi darat Gangguan terhadap Vegetasi darat - - - - -
Satwa Darat Gangguan terhadap Satwa darat - - - - -
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- x x - DPH
masyarakat masyarakat
Kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat - x x - DPH
4 Konstruksi bangunan dan Kebisingan Peningkatan kebisingan - x - x DPH
fasilitas Kualitas air permukaan Penurunan kualitas air permukaan - - - - -
Getaran Peningkatan getaran - - - - -
Kriteria Dampak
No Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan Jenis Dampak Potensial penting Hipotetik Kesimpulan
1 2 3 4
Air larian Peningkatan air larian x x x - DPH
Kualitas udara Penurunan kualitas udara ambien - x - x DPH
Estetika dan kebersihan Peningkatan estetika dan kebersihan - x - - DPH
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- x x - DPH
masyarakat masyarakat
Kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat - x x - DPH
C Tahap operasi
1 Penerimaan tenaga kerja Kesempatan kerja Peningkatan kesempatan kerja - - x - DPH
operasi Pendapatan masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat - - x - DPH
Peluang berusaha Peningkatan peluang berusaha - - - - -
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- - x - DPH
masyarakat masyarakat
2 Mobilisasi dan aktifitas Kualitas udara Penurunan kualitas udara ambien - - - x DPH
penghuni Kebisingan Peningkatan kebisingan - - - x DPH
Lalu Lintas Bangkitan lalulintas x - x - DPH
Air larian Peningkatan air larian x x x - DPH
Pendapatan masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat - - x - DPH
Peluang berusaha Peningkatan peluang berusaha - - x - DPH
Kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat - - x - DPH
Sikap dan presepsi Perubahan sikap dan presepsi
- - x - DPH
masyakarakat masyarakat
3 Pengelolaan Limbah Kualitas air permukaan Penurunan kualitas air permukaan x - - x DPH
Estetika dan kebersihan Peningkatan estetika dan kebersihan - x - - DPH
Sikap dan persepsi Perubahan sikap dan persepsi
- - x - DPH
masyarakat masyarakat
Kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat - - x - DPH
Hasil evaluasi dampak potensial didapat daftar dampak penting hipotetik sebagai
berikut :
A. Tahap Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara ambien (B2, B3, B4)
2. Peningkatan kebisingan (B2,B3, B4)
3. Peningkatan air larian (B3, B4)
4. Bangkitan lalu lintas (B2)
5. Peningkatan kesempatan kerja (B1)
6. Peningkatan Estetika dan kebersihan (B4)
7. Peningkatan Pendapatan Masyarakat (B1)
8. Penurunan kesehatan masyarakat (B2,B3, B4)
9. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat (B1, B2, B3, B4)
B. Tahap Operasi
1. Penurunan kualitas udara ambien (C2)
2. Peningkatan Kebisingan (C2)
3. Bangkitan lalulintas (C2)
4. Penurunan kualitas air permukaan (C3)
5. Peningkatan air larian (C2)
6. Peningkatan estetika dan kebersihan lingkungan (C3)
7. Peningkatan kesempatan kerja (C1)
8. Peningkatan peluang berusaha (C2)
9. Peningkatan pendapatan penduduk (C1,C2)
10. Penurunan Kesehatan Masyarakat (C2,C3)
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat (C1, C2, C3)
KOMPONEN KEGIATAN
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan
2. Sosialisasi rencana kegiata
B. Tahap Konstruksi
1. Penerimaan tenaga kerja DAMPAK POTENSIAL
2. Mobilisasi alar berat dan material 1. Penurunan kualitas udara ambien (B2 ,
3. Pematangan Lahan B3, B4, C2)
4. Konstruksi bangunan 2. Peningkatan kebisingan (B2, B3, B4, DAMPAK PENTING HIPOTETIK
C. Tahap Operasi C2) 1. Penurunan kualitas udara ambien (B2
1. Mobilisasi tenaga kerja operasi 3. Peningkatan Getaran (B3)
2. Mobilisasi dan aktifitas penghuni , B3, B4, C2)
4. Penurunan kualitas air permukaan 2. Peningkatan kebisingan (B2, B3, B4,
3. Pengolahan Limbah
(B4,C3) C2)
5. Peningkatan Air Larian/run Off (B3, B4) 3. Penurunan kualitas air permukaan
6. Peningkatan estetika dan kebersihan (C3)
KOMPONEN LINGKUNGAN
(B4,C3) 4. Peningkatan Air Larian/run Off (B3,
A. Komponen Fisik-Kimia 7. Bangkitan Lalu Lintas (B2, C2) B4, C2)
1. Kualitas udara Identifikasi 8. Satwa Darat (B3) Evaluasi
2. Kebisingan Dampak Potensial
5. Peningkatan estetika dan kebersihan
Dampak Potensial 9. Vegetasi Darat (B3)
3. Getaran (B4,C3)
4. Kualitas Air Permukaan 10. Peningkatan kesempatan kerja (B1, 6. Bangkitan Lalu Lintas (B2, C2)
5. Air Larian/run Off C1) 7. Peningkatan kesempatan kerja (B1,
6. Estetika dan kebersihan
7. Lalu Lintas
11. Peningkatan peluang C1)
B. Komponen Biologi berusaha(B1,C1,C2) 8. Peningkatan peluang berusaha (C2)
1. Satwa Darat 12. Peningkatan pendapatan masyarakat 9. Peningkatan pendapatan masyarakat
2. Vegetasi Darat (B1,C1, C2)
B. Komponen Sosekbud (B1,C1, C2)
1. Sikap dan persepsi masyarakat 13. Penurunan Kesehatan Masyarakat 10. Penurunan Kesehatan Masyarakat
2. Pendapatan masyarakat (B2,B3, B4, C2,C3) (B2,B3, B4,C2,C3)
3. Peluang berusaha
1. Matriks & Bagan 14. Perubahan sikap dan presepsi 1. 4 Kriteria Evaluasi 11. Perubahan sikap dan presepsi
4. Kesempatan kerja
C. Komponen Kesehatan Masyarakat Alir masyarakat (A1, A2, B1, B2, B3,, B4, Dampak Potensial masyarakat (B1, B2, B3,
1. Kesehatan masyarakat 2. Diskusi Tim C1.C2,C3) (Panduan B4,C1.C2,C3)
AMDAL Pelingkupan
3. Telaah Pustaka dalam AMDAL,
KLH 2007)
KEGIATAN LAIN SEKITAR 2. Diskusi Tim
AMDAL
3. Telaah Pustaka
b. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak secara ekologis dari kegiatan
yang direncanakan menurut media transportasi limbah (air dan udara). Ruang
persebaran dampak tersebut mencakup wilayah di mana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan akan mengalami perubahan yang
mendasar akibat dari rencana kegiatan. Batas ekologis meliputi :
- Udara
Dampak yang tersebar melalui media udara adalah kualitas udara ambient dan
kebisingan. Penentuan ruang persebaran dampak dengan media udara
didasarkan pada arah angin dominan yaitu dari barat laut ketika musim hujan
dan dari arah tenggara ketika musim kemarau dengan kecepatan 2,31 m/s –
6,18 m/s. Terdapat pemukiman penduduk yang berada tepat di sebelah utara,
timur dan selatan lokasi kegiatan. Pemukiman tersebut merupakan penduduk
RW.03 Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. Kedekatan
pemukiman tersebut dengan lokasi kegiatan diprakirakan akan mengakibatkan
perubahan yang mendasar terhadap kualitas udara.
- Air
Persebaran melalui media air yaitu berupa parameter-parameter yang
menyebabkan penurunan kualitas air dan air larian dari pembangunan. Ruang
persebaran dampak dengan media air yaitu pada saluran air yang berada
disekitar lokasi kegiatan hingga menuju ke sypond jalan Tol.
- Transportasi
Ruang persebaran dampak transportasi yaitu terjadi di Jalan Caman Raya.
c. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di dalam dan di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan, yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi
sosial yang mengandung norma dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat,
yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat terjadinya suatu
usaha dan/atau kegiatan pembangunan ini. Batas sosial ini ditetapkan berdasarkan
Peningkatan pemukiman di sekitar lokasi kegiatan yaitu ruang wilayah RT. 01, 02,
03, dan 07, RW 03, Kelurahan Jatibening, Kec. Pondok Gede.
d. Batas Administrasi
Batas administratif merupakan batas ruang tempat masyarakat sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan yang dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial
ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Batas admnistrasi tersebut yaitu wilayah Kelurahan Jatibening, akan tetapi
karena meninjau besaran dan cakupan rencana kegiatan hanya di RW 03.
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
muncul relatif kecil karena hanya untuk memenuhi kegiatan
127 orang tenaga kerja dan hanya selama tahap
konstruksi yang berlangsung 3 tahun dan
diprakirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap
masyarakat sekitar
- Pendapatan Peningkatan Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan Disimpulkan Masyarakat RW. 3 tahun (2015-
masyarakat pendapatan dampak lanjutan dari peluang berusaha dan menjadi DPH 03 Kel. 2017)
masyarakat kesempatan kerja. Pendapatan masyarakat Jatibening
terutama masyarakat ekonomi lemah akan disekitar lokasi
terpengaruh oleh Peningkatan kegiatan kegiatan
- Sikap dan Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi masyarakat pada Disimpulkan Masyarakat RW. 3 tahun (2015-
Persepsi dan Persepsi tahap konstruksi dapat berupa sikap dan presepsi menjadi DPH 03 Kel. 2017)
masyarakat masyarakat positif maupun negatif. Apabila masyarakat Jatibening
merasakan berbagai dampak positif selama tahap disekitar lokasi
konstruksi maka masyarakat akan memberikan kegiatan
respon positif, akan tetapi hal sebaliknya juga
dapat terjadi.
2 Mobilisasi alat berat Kualitas udara Penurunan Kualitas udara diprakirakan akan mengalami Disimpulkan Sepanjang 3 tahun (2015-
dan material kualitas udara penurunan akibat debu dan emisi kendaraan menjadi DPH akses jalan 2017)
konstruksi konstruksi. Pencemaran udara yang menuju lokasi
persebarannya sesuai dengan arah angin yaitu ke kegiatan
barat dan timur mengakibatkan persebaran (Jl.Caman Raya)
dampaknya luas dan jumlah manusia yang akan
terkena dampak akan banyak
Kebisingan Peningkatan Peningkatan kebisingan diprakirakan terjadi akibat Disimpulkan Sepanjang 3 tahun (2015-
kebisingan mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi. menjadi DPH akses jalan 2017)
Kebisingan yang persebarannya sepanjang jalan menuju lokasi
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
mobilisasi mengakibatkan luas wilayah kegiatan
persebarannya luas sehingga jumlah manusia (Jl.Caman Raya)
yang akan terkena dampak akan banyak.
Lalu Lintas Bangkitan lalu Dampak terhadap lalu lintas berupa kemacetan Disimpulkan Sepanjang 3 tahun (2015-
lintas lalu lintas diprakirakan akan terjadi akibat dari menjadi DPH akses jalan 2017)
kegiatan mobilisasi alat berat dan material menuju lokasi
konstruksi. Mobilisasi alat berat hanya dilakukan 1x kegiatan
dan setelah itu alat berat akan berada dilokasi (Jl.Caman Raya
kegiatan sedangkan mobilisasi material dilakukan )
terus menerus dan berlangsung selama 3 tahun
Kesehatan Penurunan Kesehatan masyarakat akan mengalami Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
masyarakat kesehatan perubahan karena berbagai dampak terhadap menjadi DPH sepanjang akses 2017)
masyarakat lingkungan seperti penurunan kualitas udara dan jalan menuju
peningkatan kebisingan mengakibatkan penurunan lokasi kegiatan
kesehatan masyarakat yang terkena dampak. Luas (Jl.Caman Raya
persebaran dampak dan jumlah manusia yang )
terkena dampak relatif besar sesuai dengan
persebaran penyebab penurunan kesehatan
masyarakat
Sikap dan Perubahan sikap Perubahan sikap dan presepsi masyarakat pada Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
Persepsi dan persepsi tahap konstruksi dapat berupa sikap dan presepsi menjadi DPH sepanjang akses 2017)
masyarakat masyarakat positif maupun negatif. Apabila masyarakat jalan menuju
merasakan berbagai dampak positif selama tahap lokasi kegiatan
konstruksi maka masyarakat akan memberikan (Jl.Caman Raya-
respon positif, akan tetapi hal sebaliknya juga )
dapat terjadi
3 Pematangan lahan Kualitas udara Penurunan Kualitas udara diprakirakan akan mengalami Disimpulkan Radius ±100 m 3 tahun (2015-
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
kualitas udara penurunan akibat hamburan debu yang terjadi menjadi DPH dari lokasi 2017)
pada saat pematangan lahan. Pencemaran udara kegiatan
yang persebarannya sesuai dengan arah angin terutama
yaitu ke barat laut dan tenggara mengakibatkan mengarah ke
persebaran dampaknya luas dan jumlah manusia barat laut dan
yang akan terkena dampak akan banyak tenggara
Kebisingan Peningkatan Peningkatan kebisingan diprakirakan terjadi akibat Disimpulkan Radius ±100 m 3 tahun (2015-
kebisingan berbagai kegiatan pematangan lahan. Terutama menjadi DPH dari lokasi 2017)
kegiatan operasional alat berat. Lokasi kegiatan kegiatan
yang berdekatan dengan pemukiman dan fasilitas terutama
umum mengakibatkan dampak kebisingan mengarah ke
merupakan dampak penting barat laut dan
tenggara
Air larian / run Peningkatan air Peningkatan air larian diprakirakan akan terjadi Disimpulkan Saluran drainase 3 tahun (2015-
off larian / run off akibat kegiatan pematangn lahan. Pematangan menjadi DPH hingga sypond 2017)
lahan yang dilakukan akan menghilangkan jalan Tol
vegetasi sehingga meningkatkan air larian. Kondisi
rona awal wilayah sekitar lokasi kegiatan
merupakan daerah yang rawan banjir maka
Peningkatan pembangunan diprakirakan akan
meningkatkan air larian yang berdampak pada
meningkatnya banjir di sekitar lokasi kegiatan
Satwa Darat Gangguan Gangguan terhadap satwa darat akibat dari Disimpulkan tidak Lokasi kegiatan 3 tahun (2015-
terhadap Satwa adanya kegiatan diprakirakan tidak berdampak menjadi DPH dan sekitarnya 2017)
Darat signfikan karena tidak terdapat satwa darat yang
dilindungi di lokasi kegiatan dan sekitarnya
Vegetasi Darat Gangguan Gangguan terhadap vegetasi darat akibat dari Disimpulkan tidak Lokasi kegiatan 3 tahun (2015-
terhadap Vegetasi adanya kegiatan diprakirakan tidak berdampak menjadi DPH dan sekitarnya 2017)
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
Darat signfikan karena tidak terdapat vegetasi darat yang
dilindungi di lokasi kegiatan dan sekitarnya
Kesehatan Penurunan Kesehatan masyarakat akan mengalami Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
masyarakat kesehatan perubahan karena berbagai dampak terhadap menjadi DPH sekitar lokasi 2017)
masyarakat lingkungan. Dari kegiatan pematangan lahan akan kegiatan
menurunkan kualitas udara, meningkatkan
kebisingan yang dapat menurunkan kesehatan
masyarakat
Sikap dan Perubahan sikap Perubahan sikap dan presepsi masyarakat pada Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
Persepsi dan persepsi tahap konstruksi dapat berupa sikap dan presepsi menjadi DPH sekitar lokasi 2017)
masyarakat masyarakat positif maupun negatif. Apabila masyarakat kegiatan
merasakan berbagai dampak positif selama tahap
konstruksi maka masyarakat akan memberikan
respon positif, akan tetapi hal sebaliknya juga
dapat terjadi
4 Konstruksi bangunan Kualitas udara Penurunan Kualitas udara diprakirakan akan mengalami Disimpulkan Radius ±100 m 3 tahun (2015-
dan fasilitas kualitas udara penurunan akibat hamburan debu yang terjadi menjadi DPH dari lokasi 2017)
pada saat penyiapan lahan dan konstruksi kegiatan
bangunan. Pencemaran udara yang terutama
persebarannya sesuai dengan arah angin yaitu ke mengarah ke
barat laut dan tenggara mengakibatkan persebaran barat laut dan
dampaknya luas dan jumlah manusia yang akan tenggara
terkena dampak akan banyak
Kebisingan Peningkatan Peningkatan kebisingan diprakirakan terjadi akibat Disimpulkan Radius ±100 m 3 tahun (2015-
kebisingan berbagai kegiatan konstruksi. Terutama kegiatan menjadi DPH dari lokasi 2017)
pancang, pengecoran, dll. Lokasi kegiatan yang kegiatan
berdekatan dengan pemukiman dan fasilitas umum terutama
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
mengakibatkan dampak kebisingan merupakan mengarah ke
dampak penting barat laut dan
tenggara
Getaran Peningkatan Peningkatan getarandiprakirakan terjadi akibat Disimpulkan tidak Sekitar lokasi 3 tahun (2015-
getaran kegiatan pancang. Akan tetapi pancang dengan menjadi DPH kegiatan 2017)
menggunakan sistem hidrolik akan meminimalisir
getaran sehingga peningkatan getaran tidak
merupakan dampak penting hipotetik.
Kualitas air Penurunan Kualitas air permukaan akan mengalami Disimpulkan tidak Saluran air 3 tahun (2015-
permukaan kualitas air perubahan yang sebagian besar disebabkan oleh menjadi DPH sekitar lokasi 2017)
permukaan erosi dan debu yang jatuh ke saluran air. Erosi dan kegiatan
debu tersebut dapat meningkatkan kekeruhan.
Akan tetapi dengan luas tapak proyek yang kecil
maka diprakirakan penurunan kualitas air
permukaan tidak berdampak signifikan.
Air larian / run Peningkatan air Peningkatan air larian diprakirakan akan terjadi Disimpulkan Saluran drainase 3 tahun (2015-
off larian / run off akibat kegiatan konstruksi bangunan dan fasilitas. menjadi DPH kota hingga 2017)
Kontruksi yang dilakukan akan menutup menuju saluran
permukaan tanah sehingga meningkatkan air air terdekat
larian. Kondisi rona awal wilayah sekitar lokasi
kegiatan merupakan daerah yang rawan banjir
maka Peningkatan pembangunan diprakirakan
akan meningkatkan air larian yang berdampak
pada meningkatnya banjir di sekitar lokasi kegiatan
Estetika dan Peningkatan Rona awal estetika dan kebersihan lingkungan di Disimpulkan Lokasi kegiatan 3 tahun (2015-
Kebersihan estetika dan lokasi kegiatan sangat buruk yang merupakan menjadi DPH dan sekitarnya 2017)
Lingkungan kebersihan tempat pembuangan sampah liar. Adanya
lingkungan pembangunan akan menungkatkan estetika dan
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
kebersihan lingkungan. Estetika dan kebersihan
juga dapat dipengaruhi oleh sisa material
konstruksi. Sisa material konstruksi yang tidak
tangani dengan baik akan menurunkan estetika
dan Kebersihan lingkungan dan memicu timbulnya
vektor penyakit. Hal tersebut akan berdampak
negatif pada kesehatan pekerja dan masyarakat
sekitar
Kesehatan Penurunan Kesehatan masyarakat akan mengalami Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
masyarakat kesehatan perubahan karena berbagai dampak terhadap menjadi DPH sekitar lokasi 2017)
masyarakat lingkungan. Dari kegiatan konstruksi bangunan dan kegiatan
fasilitas akan menurunkan kualitas udara,
meningkatkan kebisingan dan estetika dan
Kebersihan lingkungan yang dapat menurunkan
kesehatan masyarakat
Sikap dan Perubahan sikap Perubahan sikap dan presepsi masyarakat pada Disimpulkan Masyarakat 3 tahun (2015-
Persepsi dan persepsi tahap konstruksi dapat berupa sikap dan presepsi menjadi DPH sekitar lokasi 2017)
masyarakat masyarakat positif maupun negatif. Apabila masyarakat kegiatan
merasakan berbagai dampak positif selama tahap
konstruksi maka masyarakat akan memberikan
respon positif, akan tetapi hal sebaliknya juga
dapat terjadi
Tahap Operasional
1 Penerimaan Tenaga Kesempatan Peningkatan Kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar lokasi Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
Kerja operasi kerja kesempatan kerja kegiatan akan terbuka oleh Peningkatan kegiatan menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
ini. Kesempatan kerja dari pengelola Hunian dan kegiatan
Komersial (Apartemen, Hotel, dan Area Komersial)
± 60 orang. Oleh karena itu, dampak terhadap
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
kesempatan kerja harus dikelola dengan baik
Peluang Peningkatan Peluang berusaha bagi masyarakat di sekitar akan Disimpulkan tidak Masyarakat 5 tahun (2016-
berusaha peluang berusaha terbuka luas oleh Peningkatan kegiatan ini. menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
Peluang berusaha pada tahap ini hanya sebatas kegiatan
dalam pemenuhan kebutuhan karyawan yang
berjumlah 60 orang sehingga diprakirakan
peningkatan peluang berusaha tidak berdampak
signifikan
Pendapatan Peningkatan Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
masyarakat pendapatan dampak turunan dari terbukanya kesempatan kerja menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat dan peluang berusaha. Peningkatan kesempatan kegiatan
kerja akan mengakibatkan peningkatan
pendapatan dari karyawan pengelola Hunian dan
Komersial (Apartemen, Hotel, dan Area Komersial)
Sikap dan Perubahan sikap Sikap dan persepsi masyarakat berupa persepsi Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
Persepsi dan persepsi positif dan negatif merupakan dampak sosial yang menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat masyarakat timbul pada setiap tahapan kegiatan dari PT. kegiatan
Desindo Wijaya Tama. Sikap dan persepsi
masyarakat dapat timbul akibat terserapnya atau
tidak terserapnya tenaga kerja lokal
5 Mobilisasi dan Kualitas udara Penurunan Kualitas udara diprakirakan akan mengalami Disimpulkan Akses jalan 5 tahun (2016-
tahu aktifitas penghuni kualitas udara penurunan akibat emisi kendaraan penghuni dan menjadi DPH menuju lokasi 2021)
n pengunjung Hunian dan Komersial (Apartemen, kegiatan
(201 Hotel, dan Area Komersial). Penurunan kualitas (Jl.Caman Raya)
6- udara tersebut akan tersebar sepanjang jalan
202 akses mobilisasi.
1)
Kebisingan Peningkatan Seperti halnya dengan kualitas udara, kebisingan Disimpulkan Akses jalan 5 tahun (2016-
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
kebisingan juga diprakirakan akan mengalami perubahan yang menjadi DPH menuju lokasi 2021)
besar akibat mobilisasi penghuni. Peningkatan kegiatan
kebisingan tersebut akan tersebar sepanjang jalan (Jl.Caman Raya)
akses mobilisasi.
Lalu Lintas Bangkitan lalu Lalu lintas menuju Hunian dan Komersial Disimpulkan Akses jalan 5 tahun (2016-
lintas (Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) city Land menjadi DPH menuju lokasi 2021)
PT. Desindo Wijaya Tama diprakirakan akan kegiatan
mengalami peningkatan yang besar. Lalu lintas (Jl.Caman Raya)
akan terkena dampak oleh mobilisasi penghuni
dan pengunjung. Dampak ini akan berlangsung
terus menerus selama tahap operasional dan
berakibat pada masyarakat yang menggunakan
akses jalan yang sama dengan akses mobilisasi
Air larian / run Peningkatan air Peningkatan air larian diprakirakan akan terjadi Disimpulkan Saluran drainase 5 tahun (2016-
off larian / run off akibat perubahan tata guna lahan. Kontruksi yang menjadi DPH kota hingga 2021)
dilakukan akan menutup permukaan tanah menuju saluran
sehingga meningkatkan air larian. Kondisi rona air terdekat
awal wilayah sekitar lokasi kegiatan merupakan
daerah yang rawan banjir maka Peningkatan
pembangunan diprakirakan akan meningkatkan air
larian yang berdampak pada meningkatnya banjir
di sekitar lokasi kegiatan
Peluang Peningkatan Peluang berusaha bagi masyarakat di sekitar akan Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
berusaha peluang berusaha terbuka luas oleh Peningkatan mobilisasi penghuni menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
dan pengunjung. Jumlah penghuni dan kegiatan dan
pengunjung yang 2622 orang akan meningkatkan akses jalan
perekonomian masyarakat sekitar menuju lokasi
kegiatan
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
(Jl.Caman Raya)
Pendapatan Peningkatan Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
masyarakat pendapatan dampak turunan peluang berusaha. Peningkatan menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat yang besar peluang berusaha mengakibat kegiatan dan
peningkatan yang tinggi pula dari pendapatan akses jalan
masyarakat menuju lokasi
kegiatan
(Jl.Caman Raya)
Kesehatan Penurunan Kesehatan masyarakat akan mengalami Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
masyarakat kesehatan perubahan karena berbagai dampak terhadap menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat lingkungan. Dari kegiatan mobilisasi akan kegiatan dan
menurunkan kualitas udara dan meningkatkan akses jalan
kebisingan yang dapat menurunkan kesehatan menuju lokasi
masyarakat kegiatan
(Jl.Caman Raya)
Sikap dan Perubahan sikap Perubahan sikap dan presepsi masyarakat pada Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
Persepsi dan persepsi kegiatan mobilisasi penghuni dapat berupa sikap menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat masyarakat dan presepsi positif maupun negatif. Apabila kegiatan dan
masyarakat merasakan berbagai dampak positif akses jalan
maka masyarakat akan memberikan respon positif, menuju lokasi
akan tetapi hal sebaliknya juga dapat terjadi kegiatan
(Jl.Caman Raya)
2 Pengelolaan Limbah - Pembangunan Kualitas air Penurunan Kualitas air permukaan diprakirakan akan Disimpulkan Saluran drainase 5 tahun (2016-
STP permukaan kualitas air mengalami penurunan akibat limbah cair domestik menjadi DPH hingga menuju 2021)
- Pembangunan permukaan dari karyawan dan penghuni. Dampak ini akan sypond jalan tol
TPS sampah berlangsung selama kegiatan operasional.
Walaupun PT. Desindo Wijaya Tama berencana
membangun STP untuk mengolah limbah cair,
tetapi masih terdapat kekhawatiran hasil
Pelingkupan
Pengelolaan Komponen
Dampak
Lingkungan Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan Dampak Penting Wilayah Studi
yang Sudah Terkena Evaluasi Dampak Potensial Kajian
Potensial Hipotetik
Direncanakan Dampak
(DPH)
pengolahan tersebut melampaui baku mutu yang
telah ditetapkan
Estetika dan Peningkatan Rona awal estetika dan kebersihan lingkungan di Disimpulkan Di lokasi 5 tahun (2016-
Kebersihan estetika dan lokasi kegiatan sangat buruk yang merupakan menjadi DPH kegiatan 2021)
Lingkungan kebersihan tempat pembuangan sampah liar. Adanya
lingkungan pembangunan akan menungkatkan estetika dan
kebersihan lingkungan. Estetika dan kebersihan
juga dapat dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
domestik. Intensitas penurunan estetika dan
kebersihan lingkungan yang akan berlangsung
terus menerus menyebabkan Peningkatan
akumulasi dampak sehingga dampak terhadap
estetika dan Kebersihan lingkungan akan besar
Kesehatan Penurunan Kesehatan masyarakat akan menjadi dampak Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
masyarakat kesehatan turunan berbagai berbagai dampak primer dari menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat kegiatan ini. Kesehatan masyarakat diprakirakan kegiatan
akan mengalami penurunan karena merupakan
dampak sekunder yang menjadi akumulasi
dampak-dampak primer, seperti: perubahan
penurunan kualitas air, penurunan estetika dan
kebersihan lingkungan
Sikap dan Perubahan sikap Sikap dan persepsi masyarakat berupa persepsi Disimpulkan Masyarakat 5 tahun (2016-
Persepsi dan persepsi positif dan negatif merupakan dampak sosial yang menjadi DPH sekitar lokasi 2021)
masyarakat masyarakat timbul pada setiap tahapan kegiatan dari PT. kegiatan
Desindo Wijaya Tama. Sikap dan persepsi
masyarakat dapat timbul akibat baik atau tidaknya
pengelolaan lingkungan yang diakukan
b. Suhu Udara
Variasi suhu bulanan di lokasi studi disajikan pada Tabel 2.2 dan Gambar 2.1
Variasi suhu terbesar dijumpai pada bulan September dengan suhu minimum 24,9
°C dan maksimum 26,4 °C.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Maximum 25.8 25.9 26.2 26.5 26.4 26.1 25.8 26.1 26.4 26.5 26.1 25.9
Rataan 24.6 24.7 25 25.2 25.2 24.9 24.6 24.8 24.9 25 24.9 24.7
Minimum 23.4 23.3 23.6 23.9 23.9 23.6 23.2 23.3 23.3 23.5 23.5 23.5
c. Kelembaban
Kelembaban di lokasi studi berkisar dari minimum 75,0 % sampai maksimum 85,5
%, dengan rata-rata tahunan sebesar 81,9 %. Variasi bulanan kelembaban di
lokasi studi disajikan pada gambar 2.3.
musim kemarau arah angin dominan berasal dari Utara dan Timur Laut dengan
kecepatan dominan 0,5-2,1 m/s.
Hasil pengukuran tersebut menunjukan bahwa kualitas udara tidak melebihi baku
mutu dan kebisingan di luar lokasi kegiatan melebihi baku mutu karena
pengukuran dilakukan di samping jalan sehingga suara kendaraan mengakibatkan
tingginya hasil pengukuran.
Lokasi
Baku Mutu *)
No. Parameter Satuan Up Down Kelas II
Stream Stream
25 Minyak dan Lemak mg/L 7,8 7,5 1
26 Deterjen mg/L 2 2 0,2
27 Fenol mg/L 23,5 21,5 0,001
III MIKRO BIOLOGI
1 Total Coliform MPN/100mL 2500 2850 5000
2 Fecal Coli MPN/100mL 350 425 1000
Sumber: Hasil pengukuran, 2014
Ket: *) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
2.1.4 Topografi
Topografi suatu daerah menunjukkan bagaimana bentuk daerah tersebut,
termasuk perbedaan kecuraman lereng. Topografi mempengaruhi proses hidrologi
yaitu pada transformasi hujan menjadi aliran permukaan. Semakin curam suatu
lereng maka semakin besar pula jumlah curah hujan yang menjadi aliran
permukaan. Berdasarkan hasil pengamatan lapang, daerah studi memiliki
topografi yang cenderung datar dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 – 5%.
Pada beberapa lokasi memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya.
2.1.6 Tanah
Jenis tanah di daerah studi diperoleh dari Peta Tanah Semi Detil Daerah Bekasi
dan Sekitarnya (JABOTABEK III). Berdasarkan peta tersebut, terdapat 5 macam
tanah di sekitar Kota Bekasi yaitu Asosiaso Aluvial hidromorf dan Aluvial kelabu,
Aluvial Kelabu, Aluvial Coklat, Latosol Merah dan Asosiasi Latosol Merah dan
Latosol Coklat Kemerahan. Secara spesifik, tanah di daerah studi tergolong ke
dalam tanah Latosol Merah dengan bahan induk tuf volkan dan dominasi tekstur
liat (PPT 1981).
2.1.7 Hidrologi
a. Saluran Air
Terdapat saluran drainase yang berada disekitar lokasi kegiatan yang akan
digunakan sebagai saluran pembuangan limbah cair dan outlet saluran drainase.
Saluran tersebut berada di sebelah utara lokasi kegiatan dan mengalir ke utara
hingga ke sypond jalan tol. Rona awal saluran tersebut ditampilkan pada gambar
berikut.
Saluran di selatan Villa Jatibening Tol Saluran drainase Villa Jatibening Tol
Dari hasil interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan data
geologi dan hidrogeologi setempat, di daerah penyelidikan pendugaan geolistrik
ini bertahanan jenis antara 7 – 42 Ohm-meter. Dan dari kisaran harga tahanan
jenis tersebut secara umum dapat dikelompokkan dengan berdasarkan
perbedaan kontras harga tahanan jenisnya, yaitu :
40 40 40 40
50 50 50 50
60 60 60 60
28
70 70 70 29 70
28
80 80 80 80
90 90 90 90
150 7
150 150 150
8 9
160 160 160 160
Keterangan:
diduga pada lapisan ini merupakan air
permukaan
Tabel 2. 6. Tabel Hasil Penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan
pendugaan geolistrik di lokasi penyelidikan
Hasil Penafsiran
Titik Perkiraan Perkiraan
Lapisan Tahanan
Duga Kedalaman Litologi Hidrogeologi
Jenis
1 0,00 4,20 25,46 Tanah penutup
2 4,20 13,16 40,12 Pasir kerikil Air permukaan
GL.1 3 13,16 30,26 8,76 Lempung
4 30,26 95,46 28,46 Pasir lempungan Akuifer
5 95,46 7,48 Lempung
Hasil Penafsiran
Titik Perkiraan Perkiraan
Lapisan Tahanan
Duga Kedalaman Litologi Hidrogeologi
Jenis
1 0,00 4,18 20,16 Tanah penutup
2 4,18 17,20 42,56 Pasir kerikil Air permukaan
GL.2 3 17,20 37,16 6,70 Lempung
4 37,16 110,14 28,46 Pasir lempungan Akuifer
5 110,14 8,16 Lempung
1 0,00 6,43 18,20 Tanah penutup
2 6,43 16,56 41,46 Pasir kerikil Air permukaan
GL.3 3 16,56 34,26 7,52 Lempung
4 34,26 109,34 29,40 Pasir lempungan Akuifer
5 109,34 8,74 Lempung
Sumber: Hasil Pengukuran Geolistrik, 2013
2.1.9 Hidrogeologi
Hidrogeologi suatu daerah menunjukan potensi penyebaran dan pergerakan air
tanah dalam batuan di kerak bumi. Berdasarkan peta hidrogeologi yang
bersumber dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan (1986) menunjukan bahwa
lokasi kegiatan memiliki komposisi litologi berupa lanau, pasir, kerikil, kerakal,
konglomeratan, dan pasir sungai. Sedangkan kelulusan sedang sampai tinggi.
Jika ditinjau dari terdapatnya air tanah dan produktivitas akuifer menunjukan
bahawa lokasi kegiatan memiliki akuifer produktif dan luas sebarannya. Akuifer
dengan keterusan sedang, muka air akuifer tertekan di bawah permukaan tanah
dan serahan sumur bor yang dibangun sebagaimana mestinya kadang-kadang
lebih dari 5 L/s, tetapi umumnya kurang dari 5 L/s. Peta hidrogeologi di lokasi
kegiatan ditampilkan pada gambar berikut.
b. Vegetasi Darat
Secara umum, di lokasi kegiatan baik di tapak lokasi yaitu di lokasi kegiatan
maupun di sekitarnya didominasi oleh semak belukar. Kondisi tipe vegetasi
tersebut merupakan tipe vegetasi yang umum. Tidak terdapat Vegetasi darat
langka atau dilindungi undang-undang.
Tabel 2. 8. Jenis Vegetasi darat yang Terdapat di Lokasi dan Sekitar Lokasi
No. Nama Daerah Nama Latin
1. Rumput Kawat Cynodon dactylon
2. Putri Malu Mimosa pudica
3. Kirinyuh Chromolaena odorata
4. Jukut Pait Axonophus compressus
5. Alang-alang Imperata cylindrical
6. Pacar Air Impatiens balsamina
7. Pisang Musa paradisiacal
8. Petai Cina Parkia speciosa
Sumber: Hasil Pengamatan dilokasi kegiatan, 2014
Data
No Usia
2012 2013
6 > 56 tahun 4621 4646
Jumlah 42.599 41.387
Sumber : : Data Potensi Kelurahan, 2013
2.3.2 Ekonomi
Berdasarkan data data potensi kelurahan tahun 2013, lahan di Kelurahan
Jatibening digunakan untuk pemukiman, perkantoran, dan lain-lain. Peruntukan
lahan di Kelurahan Jatibening ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 2. 11. Peruntukan Lahan Kelurahan Jatibening
No Peruntukan Luas
1 Pemukiman 165,13 Ha
2 Pemakaman Umum -
3 Taman 31,1 Ha
4 Perkantoran 10,283 Ha
5 Lain-lain 45,6 Ha
Sumber : Data Potensi Kelurahan, 2013
2.3.3 Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikanmasyarakat Kelurahan Jatibening sudah cukup
baik, hal ini dapat dibuktikan dengan tidak Peningkatan masyarakat ang buta
aksara. Tingkap pendidikan masyarakat Jatibening ditampilkan pada tabel berikut.
Sedangkan pemajanan tidak langsung adalah pemajanan yang terjadi akibat dari
Peningkatan kegiatan, terjadinnya gangguan kesehatan masyarakat diantaranya
sebagai akibat turunnya kondisi sanitasi lingkungan dan perubahan pola penyakit
dari pola prilaku hidup sehat masyarakat. Potensi terjadinya pemajanan ini relatif
lebih besar, mengingat bahwa kejadian ini menyangkut penduduk dalam jumlah
yang besar, prosesnya terjadi dalam tempo yang relatif lama dan terbatasnya
tingkat pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat belum tentu mampu
mempersiapkan diri secara baik terhadap Peningkatan kegiatan ini.
No Prasarana Jumlah
6 Puskesmas 1
7 Puskesmas pembantu 0
8 Dokter praktek 19
9 Bidan praktek/RB 8
10 Balai Pengobatan 2
Sumber : Data Potensi Kelurahan, 2013
f. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan cerminan kondisi kesehatan lingkungan hidup
secara fisik, baik didalam tapak proyek maupun lingkungan sekitarnya yang antara
lain dicerminkan melalui penyediaan sarana sanitasi seperti penyediaan air bersih,
pengelolaan sampah, MCK, perumahan dan lain-lain yang mencerminkan kondisi
saat ini.
Pengelolaan sampah
Lokasi kegiatan merupakan tempat pembuangan sampah liar yang tidak terkelola
dengan baik. Hal ini menjadikan kondisi sanitasi lingkungan di lokasi kegiatan dan
sekitarnya menjadi buruk karena sampah tersebut dapat mencemari air
permukaan di sekitar lokasi kegiatan.
Saluran pembuangan limbah
Saluran pembuangan limbah warga yang berada disekitar lokasi kegiatan
menyatu dengan saluran drainase. Pengolahan limbah dilakukan dengan
pembuatan septic tank. Limbah cair dari kegiatan mandi, cuci, dan dapur langsung
masuk ke saluran drainase tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Perumahan/ Pemukiman
Kondisi pemukiman warga lokal RW.03 cukup memadahi dengan konstruksi
rumah dari tembok, fasilitas MCK yang telah tersedia di tiap rumah, penerangan
dan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah.
Penyediaan Air Bersih
Masyarakat wilayah studi saat ini menggunakan air sumur dangkal sebagai
sumber air bersih.
a. Geometri Jalan
Nama Ruas Jalan : Jl. Caman Raya
Tipe Jalan : 2 Lajur 2 Arah (2/2)
Lebar jalan efektif : 8 meter
Pembagian arah : 50% - 50%
Hambatan Samping : Tinggi
Permukaan Jalan : Hotmix
Hambatan samping sedang karena disebabkan samping kanan dan kiri jalan
terdapat area komersil / pertokoaan. Kondisi akses jalan ditampilkan pada gambar
berikut.
b. Volume Kendaraan
Volume kendaraan di Jl. Caman Raya depan lokasi kegiatan adalah 1266,06
smp/jam.
c. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus
atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan hasil
perhitungan dari data geometri jalan, kapasitas Jalan Caman Raya di depan lokasi
kegiatan adalah 2482,48 smp/jam.
Data sosial ekonomi dan budaya akan diambil melalui kombinasi antara data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode
triangulasi yakni prosedur dimana peneliti menggunakan lebih dari satu metode
secara independen sehingga dapat diperoleh informasi dan data yang diperlukan
(Hadi, 2009).
Secara spesifik metode yang dilakukan dalam pengumpulan data primer adalah
observasi, kuesioner dan wawancara mendalam (in-depth interview). Diharapkan
ketiga tehnik ini bisa saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing
sehingga didapat kesimpulan yang mendekati kebenaran (Hadi 2009). Berkaitan
dengan penyebaran kuesioner, sampel yang diambil didasarkan pada
keterwakilan dari populasi wilayah studi.
Data sekunder diperoleh dari kantor kelurahan yang termasuk dalam wilayah
studi. Selain itu untuk melengkapi data sekunder ini data-data pendukung lainnya
akan diperoleh dari berbagai media. Secara rinci sumber data tersebut
diantaranya meliputi :
Responden yang dipilih adalah para Kepala Keluarga (KK) atau yang mewakilinya
karena diasumsikan mewakili unit terkecil di masyarakat dalam yakni keluarga.
Para KK ini dipilih atas dasar kemampuannya untuk mengekspresikan pandangan
mereka yang dituangkan dalam kuesioner tersebut. Pengisian kuesioner dilakukan
oleh enumerator terlatih.
Teknik pengambilan sampel atau populasi dalam kajian ini adalah menggunakan
rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Riduwan dan Kuncoro, 2008) yaitu :
N
n=
N. d2+1
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
50,0%
45,0%
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
>2.000.000
Rp.500.000-
Rp.1.000.000-
1.000.000
2.000.000
e. Gangguan Keamanan
Dari sisi keamanan, mayoritas responden menyatakan bahwa di lingkungan
mereka kadang-kadang terjadi gangguan keamanan. Gangguan keamanan
didominasi oleh kegiatan pencurian.
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
Debu/Udara Bau Kebisingan
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
ISPA Diare Gatal- Asma Lain-lain
gatal
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
Mendukung Tidak Mendukung Terserah Pemerintah
Prakiraan dampak dilakukan dengan cara menilai dan mengkaji secara cermat mendalam
masing-masing dampak berdasarkan besaran dampak dan pentingnya dampak
berdasarkan kriteria dampak penting yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup, yakni jumlah manusia
yang terkena dampak, luas sebaran dampak, intensitas dampak, lamanya dampak
berlangsung, sifat kumulatif dampak, berbalik tidaknya dampak dan banyaknya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak.
Besaran dampak yang terjadi dari adanya kegiatan pembangunan Hunian dan Komersial
(Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) City Land di tentukan dengan pendekatan
kondisi with and without project atau kondisi dengan atau tanpa ada kegiatan. Nilai
besaran dampak dihitung dengan menggunakan rumus matematis atau dengan
melakukan telaahan secara analogi dan profesional judgement.
- Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang
tinggi.
4) Lamanya dampak berlangsung, penting bila :
- Dampaknya berlangsung lebih lama dibandingkan dengan masa kegiatan penyebab
dampak, dengan kata lain dampak tersebut masih terus berlangsung walaupun
penyebab dampaknya sudah tidak ada/berhenti
5) Sifat kumulatif dampak, penting bila :
- Dampak lingkungan berlangsung berulangkali dan terus menerus, sehingga pada
kurun waktu tertentu tidakdapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.
- Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak
dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.
- Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergetik).
6) Berbalik tidaknya dampak, penting bila :
- Perubahan yang dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan
kembali walau dengan intervensi manusia.
- Dampak tersebut mengakibatkan suatu reaksi lingkungan yang sifatnya berlawanan
dengan tujuan proyek
7) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, penting bila :
- Menimbulkan dampak sekunder atau dampak lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak
primer.
Apabila suatu dampak yang diprakirakan terjadi memenuhi beberapa nilai penting pada
beberapa kriteria di atas, maka dampak tersebut dianggap sebagai dampak penting.
b. Pendapatan masyarakat
Besaran Dampak
Pendapatan masyarakat akan meningkat seiring meningkatnya kesempatan kerja
yang terbuka akibat dari kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional yakni dari
peluang kerja 127 orang dan masyarakat yang memanfaatkan peluang berusaha.
Peningkatan pendapatan dari kesempatan kerja akan dirasakan oleh 127 orang
yang bekerja. Peningkatan tersebut sesuai dengan Upah Minimum Rata-rata
(UMR) atau lebih.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak positif penting (+P).
Berdasarkan hasil analisa kualitas udara dan debu di lokasi kegiatan sebagai
kondisi eksisting parameter SO2, NO2 dan debu masih di bawah baku mutu
lingkungan ambien yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 41 tahun
1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Peningkatan gas polutan dan
debu sifatnya intermitten.
Prediksi jumlah polutan (partikulat NO 2 dan SO2) yang diemisikan dari kendaraan
pengangkut bahan/material untuk kegiatan konstruksi saat mobilisasi alat dan
material dapat dihitung menggunakan persamaan Gaussian dengan model
sumber garis (line source) seperti persamaan berikut :
2QL H
2
C ( x, z ) .Exp 0,5
(2 )0,5 zu z
dimana:
C (x, z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient (atmosfir), g/m3
X = Jarak antara jalan dengan penerima (receptor), m
Z = Tinggi receptor diatas permukaan tanah, m
QL = Laju emisi (emision rate) per unit jarak, gr/det.m
Π = Koefisien; 3,14
U = Rata-rata kecepatan angin pada sumbu X, m/det
H = Tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
z = Koefisien dispersi vertikal Gaussian, m
Dari rumus Gaussian tersebut dapat ditentukan besarnya kontribusi polutan yang
dihasilkan dari sumber garis/ bergerak dari mobilisasi alat dan bahan serta
kendaraan proyek lainnya dan konsentrasi akhir (rona akhir) dari parameter
partikulat, NO2 dan SO2, dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:
Dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terjadi di sepanjang jalur jalan akses
ke dan dari proyek yang merupakan jalur transportasi pada tahap konstruksi
namun terbatas pada saat adanya kegiatan mobilisasi alat dan material.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap kualitas
udara dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
b. Kebisingan
Besaran Dampak
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi diakibatkan oleh suara
kendaraan yang melintas dijalan. Besaran dampak ditentukan berdasarkan tingkat
100,00
90,00
80,00
Tingkat Kebisingan (dBA)
70,00
60,00
50,00
Kebisingan
40,00
Baku mutu
30,00
20,00
10,00
0,00
0 5 10 20 30 40 50 80 100
Jarak (m)
c. Lalu lintas
Besaran Dampak
Bangkitan lalu lintas diprakirakan dapat terjadi akibat dari kegiatan mobilisasi alat
berat dan material. Mobilisasi alat berat diprakirakan tidak berdampak signifikan
karena hanya dilakukan 1 (satu) kali dan alat berat tersebut akan seterusnya
stand by di lokasi kegiatan. Kegiatan yang berdampak signifikan adalah mobilisasi
material konstruksi. Mobilisasi material adalah sebagai berikut
- Truck : 15 truck/jam
- Molen : 15 truck/jam
Peningkatan lalu lintas akibat mobilisasi material ditampilkan pada tabel berikut
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap lalu lintas
pada tahap konstruksi dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P) dan
perlu pengelolaan lebih lanjut.
d. Kesehatan masyarakat
Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan berupa gangguan kesehatan masyarakat yang
mencakup peningkatan kasus penyakit pernafasan. Kegiatan mobilisasi alat dan
material berpotensi mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat
yang berasal dari emisi maupun debu yang bertebaran di sepanjang jalan
yang akan dilalui dan disekitar lokasi proyek. Pergerakan alat-alat berat tersebut
akan mengakibatkan terjadinya ceceran tanah, rusaknya jalan yang dilalui
kendaraan, dan bertebarannya debu di wilayah tapak proyek.
Rona awal sikap dan presepsi masyarakat menunjukan sikap dan presepsi yang
positif terhadap adanya kegiatan. Akan tetapi sikap dan presepsi tersebut dapat
mengalami perubahan dengan sosialisasi dan komunikasi yang baik antara
pemrakarsa dan masyarakat sekitar.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P)
sehingga perlu pengelolaan lebih lanjut.
Selain oleh angin, resuspensi debu juga dapat disebabkan oleh kendaraan yang
melintas di tanah yang terbuka tersebut. Resuspensi debu ke udara dapat didekati
dengan formula dari MRI (1979) seperti berikut:
C x, z
2Q Z
Exp 0,5 ( )2
2 u z
0,5
z
Dimana:
C(x,z) = Konsentrasi zat pencemar di pinggir pada jarak x meter dari jalan (μg/m 3)
Q = Laju emisi pencemar perjarak (g/s-m)
Untuk menghitung konsentrasi zat pencemar di pinggir pada jarak x meter dari
jalan dilakukan dengan asumsi sebagi berikut:
Laju emisi pencemar udara dapat dihitung dengan menganggap lebar badan
mobil sebagai sumber dampak yakni 3,05 m sehingga laju emisi adalah 0,26
g/m2
Kecepatan kendaraan dapat dianggap dari kecepatan kendaraan yakni 25
Km/jam atau 6,94 m/s,
Tinggi reseptor dapat dianggap tinggi rata-rata manusia penerima dampak
yaitu 1,6 m.
Koefisien disperse vertical dalam kondisi atmosfir netral
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap kualitas
udara dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
b. Kebisingan
Besaran Dampak
Kebisingan yang terjadi bersumber dari suara peralatan selama konstruksi.
Besaran dampak kebisingan dihitung berdasarkan akumulasi kebisingan dari
berbagai kendaraan selama konstruksi. Jumlah dan kebisingan dari kendaraan
selama konstruksi ditampilkan pada tabel berikut.
Akumulasi kebisingan pada pusat sumber bising disajikan pada gambar berikut :
80
83
80 84,8
80 86,3
80 89
85 90,5
85 91,8
85 93,6
88 94,9
88 95,9
88
Dari gambar diatas didapat akumulasi kebisingan yang dihasilkan pada tahap
konstruksi oleh alat berat dan kendaraan adalah 95 dBA.
Untuk mengetahui tingkat kebisingan pada jarak (m) dari pusat kebisingan maka
dihitung menggunakan rumus :
Dimana :
LP2 = Kebisingan pada titik 2
LP1 = Kebisingan pada titik 1
r = Jarak titik 1 ke titik 2
100,00
90,00
Tingkat Kebisingan (dBA)
80,00
70,00 Kebisingan
Baku Mutu
60,00
50,00
40,00
0 5 10 20 30 40 50 60 80 100 200 300
Jarak (m)
Berdasarkan rumus diatas tingkat kebisingan pada setiap jarak (m) dari lokasi
sumber bunyi akan menurunkan intensitas kebisingan. Kebisingan akan berada
dibawah baku mutu pada jarak diatas 100 m dari lokasi kegiatan. Pemukiman
terdekat dari lokasi kegiatan adalah RW.03 Kel. Jatibening.
c. Air larian
Besaran Dampak
Besaran dampak dari peningkatan air larian/run off ditentukan dengan menghitung
limpasan permukaan dari penggunaan lahan tanpa proyek dan dengan adanya
proyek. Peningkatan air larian di hitung secara keseluruhan dari perubahan tata
guna lahan untuk mengetahui pengelolaan yang tepat. Perhitungan air larian/run
off dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, evapotranspirasi, dan infiltrasi. Selain
itu dipengaruhi pula oleh jenis tanah/formasi geologi, tata guna lahan, kemiringan
lereng serta luas tata guna lahan. Kondisi lahan saat ini adalah belum berdiri
bangunan kedap air dan setelah pengembangan dapat berupa bangunan kedap
air sehingga terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah proyek.
Berdasarkan data curah hujan tabel 2.1 ditentukan pola distribusi hujan.
Penentuan pola distribusi atau sebaran hujan dilakukan dengan menganalisis data
curah hujan harian maksimum yang diperoleh dengan menggunakan analisis
frekuensi. Hasil perhitungan analisis frekuensi curah hujan harian maksimum
tahunan dengan berbagai metode disajikan pada Tabel 3.4. Berdasarkan hitungan
parameter statistik yang diperoleh ditetapkan bahwa jenis distribusi yang cocok
dengan sebaran data curah hujan harian maksimum di wilayah studi adalah
distribusi Log Normal untuk menghitung curah hujan rancangan dengan berbagai
kala ulang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai parameter statistik yang diperoleh
memiliki nilai penyimpangan maksimum terkecil dibandingkan ketiga metode
lainnya dan penggambaran garis teoritiknya berupa garis lengkung dapat dilihat
pada gambar 3.4:
310,0
260,0
Log Normal
160,0
110,0
60,0
1 10 100
Perioda Ulang (tahun ke-)
Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam periode 1 jam dari data curah hujan
harian maksimum digunakan rumus mononobe. Hasil analisis berupa intensitas
hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu (pada table 3.5) dihubungkan ke
dalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (/DF). Kurva IDF
menggambarkan hubungan antara dua parameter penting hujan yaitu durasi dan
intensitas hujan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menghitung debit
puncak dengan metode rasional. Dengan lengkung IDF ini dapat terlihat intensitas
curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang dipilih (gambar 3.3).
600
500
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
400
R2
R5
300
R10
R25
200 R50
R100
100
0
0 60 120 180 240 300 360 420
Durasi Hujan (menit)
Limpasan permukaan daerah studi dihitung untuk penggunaan lahan eksisting dan
penggunaan lahan dengan adanya proyek untuk curah hujan eksisting dan curah
hujan rencana. Hasil perhitungan aliran permukaan untuk curah hujan eksisting
disajikan pada tabel 3.6 sedangkan aliran permukaan untuk curah hujan rencana
sesuai dengan periode ulang disajikan pada tabel 3.7.
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai aliran permukaan meningkat sebesar
40,82 mm atau 40,82 % untuk penggunaan lahan dengan adanya proyek. Nilai
aliran permukaan di daerah studi dengan curah hujan rencana, pada penggunaan
lahan dengan adanya proyek, juga mengalami peningkatan. Peningkatan
limpasan permukaan berkisar antara 24,72 – 60,89 %. Hal ini dikarenakan
meningkatnya luas penggunaan lahan terbangun dibandingkan pada penggunaan
lahan eksisting. Dengan demikian semakin sedikit lahan yang mampu menyerap
air berlebih dipermukaan, dengan kata lain, laju infiltrasi dengan adanya proyek di
daerah studi menjadi lebih kecil dibandingkan laju infiltrasi pada penggunaan
lahan eksisting. Sehingga kelebihan air tersebut akan memberikan kontribusi
terhadap banjir di daerah sekitar lokasi studi.
Untuk curah hujan rencana 25 tahunan peningkatan air larian mencapai 43,13 mm
atau 505 m3/hari. Debit banjir rencana akibat dari adanya kegiatan ditentukan
dengan metode modifikasi rasional adalah sebagai berikut
Q = 0.00278 C. I. A
dimana :
Q : Banjir desain (m3/detik)
C : Koefisien pengaliran di lokasi nilai C = 0,81
I : intensitas curah hujan desain (mm) R25th = 76,42 mm/jam
A : Luas daerah lokasi studi
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan City Land adalah 495,37 m 3/hari.
Berdasarkan analisa tersebut maka perlu dibangun tampungan air atau pond
adalah sebagai berikut:
Pond City Land = Peningkatan Q25th + Volume Limbah Cair
Pond City Land = 505 m3 + 495,37 m3
Pond City Land = 1000,74 m3
Untuk mengendalikan dampak peningkatan air larian / run off PT. Desindo Wijaya
Tama telah menyiapkan pond yang berlokasi dilantai basement area
pengembangan. Sebagian basement area pengembangan digunakan untuk
basement dan dilantai atasnya dibangun bangunan bertingkat area komersial.
Pond yang disiapkan seluas 334 m2 dengan kedalaman 3 m sehingga mampu
menampung air sebesar 1002 m3. Pond yang telah disiapkan diprakirakan mampu
menampung peningkatan air larian.
Sifat Penting Dampak
Kriteria Deskripsi Kesimpulan
Jumlah manusia yang Masyarakat sekitar lokasi kegiatan P
terkena dampak
Intensitas dan Lamanya Air larian meningkat 40,82 mm atau 40,82 % P
dampak berlangsung dan peningkatan debit banjir yang terjadi
akibat kegiatan adalah 0,2 m3/detik
Luas persebaran dampak Dampak tersebar ke sekitar lokasi kegiatan P
Berbalik tidaknya dampak Dampak dapat berbalik TP
Sifat kumulaif dampak Dampak tidak bersifat komulatif TP
Komponen lain yang Komponen lain yang terkena dampak adalah P
terkena dampak kesehatan masyarakat dan presepsi
masyarakat
Kesimpulan -P
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap air
larian/run off dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
d. Kesehatan masyarakat
Besaran Dampak
Penurunan kesehatan masyarakat dapat terjadi akibat peningkatan air larian dan
penurunan penurunan kualitas udara. Peningkatan air larian dapat mengakibatkan
banjir sehingga akan menurunkan kesehatan masyarakat yang terkena dampak.
Penurunan kesehatan masyarakat dapat terjadi akibat penurunan kualitas udara
Rona awal sikap dan presepsi masyarakat menunjukan sikap dan presepsi yang
positif terhadap adanya kegiatan. Akan tetapi sikap dan presepsi tersebut dapat
mengalami perubahan sehingga perlu dilakukan komunikasi yang intensif dengan
masyarakat sekitar.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P) dan
perlu pengelolaan lebih lanjut.
Aliran permukaan untuk curah hujan eksisting meningkat sebesar 40,82 mm atau
40,82 % untuk penggunaan lahan dengan adanya proyek. Nilai aliran permukaan
di daerah studi dengan curah hujan rencana, pada penggunaan lahan dengan
adanya proyek, juga mengalami peningkatan. Peningkatan limpasan permukaan
berkisar antara 24,72 – 60,89 %. Peningkatan nilai Q akibat adanya kegiatan
adalah 0,2 m3/detik. Untuk curah hujan rencana 25 tahunan peningkatan air larian
mencapai 43,13 mm atau 505 m3/hari. Hal ini dikarenakan meningkatnya luas
penggunaan lahan terbangun dibandingkan pada penggunaan lahan eksisting.
Dengan demikian semakin sedikit lahan yang mampu menyerap air berlebih
dipermukaan, dengan kata lain, laju infiltrasi dengan adanya proyek di daerah
studi menjadi lebih kecil dibandingkan laju infiltrasi pada penggunaan lahan
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap air larian /
run off dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
b. Kualitas udara
Besaran Dampak
Penurunan kualitas udara dapat terjadi akibat hamburan debu selama kegiatan
konstruksi. Konstruksi bangunan tinggi dapat menyebabkan hamburan debu pada
setiap lantai yang sedang dibangun. Debu tersebut dapat menurunkan kualitas
udara di sekitar lokasi kegiatan. Karena sumber debu dari bangunan tinggi
menyebabkan persebaran dampak luas. Hal tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya kesehatan masyarakat.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap kualitas
udara dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
c. Kebisingan
Besaran Dampak
Kebisingan yang terjadi bersumber dari suara kendaraan dan alat berat selama
konstruksi. Besaran dampak kebisingan dihitung berdasarkan akumulasi
kebisingan dari berbagai kendaraan selama konstruksi. Berdasarkan kegiatan
analog dan studi pustaka didapat akumulasi kebisingan yang dihasilkan pada
tahap konstruksi oleh alat berat dan kendaraan dapat mencapai 90 dBA.
90,00
Tingkat Kebisingan (dBA)
80,00
70,00
Kebisingan
60,00
Baku Mutu
50,00
40,00
30,00
0 5 10 20 30 40 50 60 80 100 200 300
Jarak (m)
Berdasarkan rumus diatas tingkat kebisingan pada setiap jarak (m) dari lokasi
sumber bunyi akan menurunkan intensitas kebisingan. Kebisingan akan berada
dibawah baku mutu pada jarak diatas 60 m dari lokasi kegiatan. Pemukiman
terdekat dari lokasi kegiatan adalah RW.03 Kel. Jatibening.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap estetika
dan kebersihan lingkungan dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P)
dan perlu pengelolaan lebih lanjut.
e. Kesehatan masyarakat
Besaran Dampak
Penurunan kesehatan masyarakat dapat terjadi akibat peningkatan air larian dan
penurunan kebersihan lingkungan. Peningkatan air larian dapat mengakibatkan
banjir sehingga akan menurunkan kesehatan masyarakat yang terkena dampak.
Penurunan kesehatan masyarakat dapat terjadi akibat penurunan kebersihan
lingkungan di lokasi kegiatan yang dapat menyebabkan timbulnya vektor-vektor
penyakit, seperti nyamuk, tikus, lalat, dan lain-lain.
Rona awal sikap dan presepsi masyarakat menunjukan sikap dan presepsi yang
negatif terhadap adanya kegiatan. Akan tetapi sikap dan presepsi tersebut dapat
mengalami perubahan jika dilakukan komunikasi yang intensif dengan masyarakat
sekitar. Berdasarkan prakiraan dampak penurunan estetika dan kebersihan
lingkungan serta kesehatan masyarakat menunjukan bahwa kegiatan berdampak
terhadap masyarakat sekitar sehingga berdampak pula terhadap sikap dan
presepsi masyarakat.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P) dan
perlu pengelolaan lebih lanjut.
Berdasarkan uraian di atas, sekiranya, pada saat operasional dari proyek tersebut
dapat memperkerjakan jumlah penduduk yang banyak, luas wilayah sebaran yang
asal karyawan cukup luas, lamanya dampak relatif lama dan intensitas besar.
b. Pendapatan masyarakat
Besaran Dampak
Pendapatan masyarakat akan meningkat seiring meningkatnya kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha yang terbuka akibat dari kegiatan mobilisasi pekerja
dalam tahap operasional yakni dari peluang kerja 209 orang dan masyarakat yang
memanfaatkan peluang berusaha.
Peningkatan pendapatan dari kesempatan kerja akan dirasakan oleh 209 orang
yang bekerja. Peningkatan tersebut sesuai dengan Upah Minimum Rata-rata
(UMR) atau lebih.
negatif tersebut merupakan masyarakat yang akan terkena dampak negatif dari
kegiatan ini.
Koordinasi dengan aparat pemerintah setempat ketua RT, Ketua RW serta lurah
setempat dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Berdasarkan kajian rona
awal, menunjukkan bahwa dampak negatif atas kegiatan operasional adalah
kecemburuan sosial karena tidak terserapnya warga sekitar.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap presepsi
masyarakat dikategorikan menjadi dampak positif penting.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap kualitas
udara dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
b. Air larian
Besaran Dampak
Besaran dampak dari peningkatan air larian/run off ditentukan dengan menghitung
limpasan permukaan dari penggunaan lahan tanpa proyek dan dengan adanya
proyek. Peningkatan air larian di hitung secara keseluruhan dari perubahan tata
guna lahan untuk mengetahui pengelolaan yang tepat. Perhitungan air larian/run
off dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, evapotranspirasi, dan infiltrasi. Selain
itu dipengaruhi pula oleh jenis tanah/formasi geologi, tata guna lahan, kemiringan
lereng serta luas tata guna lahan. Kondisi lahan saat ini adalah belum berdiri
bangunan kedap air dan setelah pengembangan dapat berupa bangunan kedap
air sehingga terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah proyek.
Aliran permukaan untuk curah hujan eksisting meningkat sebesar 40,82 mm atau
40,82 % untuk penggunaan lahan dengan adanya proyek. Nilai aliran permukaan
di daerah studi dengan curah hujan rencana, pada penggunaan lahan dengan
adanya proyek, juga mengalami peningkatan. Peningkatan limpasan permukaan
berkisar antara 24,72 – 60,89 %. Peningkatan nilai Q akibat adanya kegiatan
adalah 0,2 m3/detik. Untuk curah hujan rencana 25 tahunan peningkatan air larian
mencapai 43,13 mm atau 505 m3/hari. Hal ini dikarenakan meningkatnya luas
penggunaan lahan terbangun dibandingkan pada penggunaan lahan eksisting.
Dengan demikian semakin sedikit lahan yang mampu menyerap air berlebih
dipermukaan, dengan kata lain, laju infiltrasi dengan adanya proyek di daerah
studi menjadi lebih kecil dibandingkan laju infiltrasi pada penggunaan lahan
eksisting. Sehingga kelebihan air tersebut akan memberikan kontribusi terhadap
banjir di daerah sekitar lokasi studi.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap air larian /
run off dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
c. Kebisingan
Besaran Dampak
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi diakibatkan oleh suara
kendaraan yang melintas dijalan. Besaran dampak ditentukan berdasarkan tingkat
kebisingan dari kendaraan berdasarkan referensi dan penurunan kebisingan
berdasarkan jarak.
d. Lalu Lintas
Besaran Dampak
Bangkitan lalu lintas diprakirakan dapat terjadi akibat dari kegiatan mobilisasi
penghuni dan pengunjung. Peningkatan lalu lintas akibat mobilisasi ditampilkan
pada tabel berikut.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap lalu lintas
pada tahap operasi dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P) dan perlu
pengelolaan lebih lanjut.
e. Peluang berusaha
Besaran Dampak
Peluang berusaha diprakirakan mengalami peningkatan dari kegiatan mobilisasi
dan aktifitas penghuni. Peningkatan peluang usaha dapat berupa munculnya
usaha baru atau peningkatan omset usaha yang telah ada. Peluang usaha
tersebut antara lain: restoran, minimarket, dan lain-lain.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap peluang
berusaha dikategorikan menjadi dampak positif penting (+P).
f. Pendapatan masyarakat
Besaran Dampak
Pendapatan masyarakat diprakirakan mengalami peningkatan dari peningkatan
peluang berusaha. Peningkatan peluang berusaha yang signifikan menyebabkan
peningkatan pendapatan yang signifikan pula.
g. Kesehatan masyarakat
Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan berupa gangguan kesehatan masyarakat yang
mencakup peningkatan kasus penyakit pernafasan. Kegiatan mobilisasi
berpotensi mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat yang
berasal dari emisi maupun debu yang bertebaran di sepanjang jalan yang
akan dilalui dan disekitar lokasi.
Rona awal sikap dan presepsi masyarakat menunjukan sikap dan presepsi yang
positif terhadap adanya kegiatan. Akan tetapi sikap dan presepsi tersebut dapat
mengalami perubahan sehingga perlu dilakukannya sosialisasi dan komunikasi
yang baik antara pemrakarsa dan masyarakat sekitar.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P)
sehingga perlu pengelolaan lebih lanjut.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap Kualitas
air permukaan dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P).
Pada saat kegiatan operasional akan dihasilkan sampah domestik yang dapat
menurunkan kebersihan lingkungan. Sampah domestik yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan tersebut adalah 9 m3/hari. Selain itu terdapat berbagai limbah
B3 sehingga dapat mencemari lingkungan.
Pengelola perlu menyiapkan TPS agar sampah dapat terkelola dengan baik.
Sampah secara rutin perlu untuk diangkut ke TPA sampah kota bekasi agar tidak
terjadi tumpukan sampah yang dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi
sarang vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, dll. Oleh karena itu penurunan
kebersihan merupakan dampak negatif penting.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap estetika
dan kebersihan dikategorikan menjadi dampak negatif penting (-P) dan perlu
pengelolaan lebih lanjut.
c. Kesehatan masyarakat
Besaran Dampak
Kesehatan masyarakat diprakirakan dapat mengalami penurunan akibat dari
penurunan kualitas air permukaan dan gangguan estetika dan kebersihan
lingkungan. Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga dengan baik dapat
mengakibatkan munculnya vektor penyakit yang dapat menurunkan kesehatan
masyarakat sekitar.
Koordinasi dengan aparat pemerintah setempat ketua RT, Ketua RW serta lurah
setempat dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Berdasarkan kajian rona
awal, menunjukkan bahwa dampak negatif atas kegiatan operasional adalah
kecemburuan sosial karena tidak terserapnya warga sekitar. Selain itu jumlah
penduduk yang akan bertambah karena bertambahnya pendatang yang bekerja
akan menimbulkan persepsi negatif ketika para pendatang tersebut tidak mampu
menyesuaikan diri dengan penduduk sekitar. Terlebih kalau sampai merugikan
warga asli. Keaadan ini pun bisa jadi pemicu timbulnya konflik di masyarakat
sendiri.
Dari penjelasan tabel diatas maka disimpulkan bahwa dampak terhadap sikap dan
presepsi masyarakat dikategorikan menjadi dampak negatif penting dan perlu
pengelolaan lebih lanjut.
Metode yang digunakan dalam evaluasi dampak penting adalah Metode Bagan Alir
Keterkaitan Dampak (Gambar 6.1) dan Metode Matrik (Tabel 6.1) karena dianggap dapat
memperlihatkan keholistikan, interaksi antar dampak, dan aliran dampak, sehingga bisa
dengan mudah diketahui dimana dan kapan upaya pengelolaan dan pemantauan
dilakukan. Evaluasi penilaian dampak berpedoman pada Undang-undang Nomor 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Evaluasi dampak
ini bertujuan untuk:
(1) Memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena dampak dan
seberapa besar dampak itu terjadi.
(2) Memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama komponen apa saja yang
terkena dampak. Sementara itu dengan informasi ini akan dapat diputuskan
macam dan jenis mitigasinya. Lebih jauh dapat diketahui seluruh komponen yang
terkena dampak serta kepastian apakah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
mampu mencegah dan menanggulangi dampak negatif yang timbul.
pembangunan Hunian dan Komersial (Apartemen, Hotel, dan Area Komersial) City
Land. Dampak penting ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
mempengaruhi. Selanjutnya, hasil evaluasi dampak penting digunakan sebagai
landasan untuk membuat arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Kondisi lingkungan yang akan terjadi merupakan interaksi antara rencana kegiatan
dengan komponen lingkungan (komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi dan
budaya, komponen kesehatan lingkungan masyarakat, serta komponen keamanan
dan ketertiban masyarakat). Dampak penting ditelaah di dalam batas-batas wilayah
studi yang direncanakan. Meskipun masing-masing parameter lingkungan akan
terkena dampak akibat kegiatan, namun interaksi dari berbagai parameter
lingkungan yang terkena dampak itu sendiri akan memberikan sifat dampak yang
khusus.
Hal yang sama terhadap dampak penting positif yang timbul dari kegiatan City Land
PT. Desindo Wijaya Tama dalam jangka panjang akan berperan dalam pengelolaan
lingkungan. Dampak positif penting perlu dikelola dengan baik agar manfaatnya
dapat dikembangkan dan ditingkatkan secara optimal serta dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dampak penting yang paling banyak
terjadi akibat kegiatan City Land adalah sikap dan persepsi masyarakat kemudian
diikuti kesehatan masyarakat, kualitas udara, kebisingan, dan seterusnya.
Komponen kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak adalah kegiatan
mobilisasi penghuni kemudian kegiatan konstruksi dan seterusnya. Dari hasil
telaahan ini didapatkan kesimpulan perioritas dampak yang harus dikelola dan
dipantau.
TAHAP TAHAP
KONSTRUKSI OPERASI
Penurunan Peningkatan
Kesehatan Masyarakat Pendapatan
Dampak bangkitan lalu lintas merupakan dampak dari kegiatan mobilisasi alat
berat dan material konstruksi. Kegiatan konstruksi akan membutuhkan berbagai
alat berat dan material yang akan didatangkan ke lokasi proyek. Proses mobilisasi
ini mengakibatkan kenaikan volume kendaraan yang melintas di jalan menuju
lokasi kegiatan sehingga mengakibatkan gangguan lalu lintas. Gangguan lalu
lintas akan mengakibatkan dampak tersier berupa perubahan sikap dan presepsi
masyarakat.
Perubahan sikap dan presepsi masyarakat terjadi akibat semua hal yang ada
dalam kegiatan konstruksi. Sikap dan presepsi masyarakat dapat berupa
perubahan yang positif maupun negatif. Perubahan sikap positif ketika mayarakat
memperoleh dampak positif dari adanya kegiatan yaitu kesempatan kerja, peluang
berusaha, dan peningkatan pendapatan. Perubahan negatif terjadi akibat adanya
dampak negatif yang diterima warga terkait dengan perubahan kondisi fisik –
kimia.
b. Tahap Operasional
Dampak perubahan kualitas udara merupakan dampak primer dari kegiatan
mobilisasi pengunjung dan penghuni. Emisi kendaraan dari kegiatan Apartemen,
Hotel, dan Area Komersial City Land PT. Desindo Wijaya Tama mengakibatkan
penurunan kualitas udara terutama untuk parameter debu, CO2, SO2, dan NO2.
Penurunan kualitas udara memiliki peran dalam munculnya dampak sekunder
berupa penurunan kesehatan masyarakat dan perubahan sikap dan presepsi
masyarakat. Penurunan kualias udara yang tidak terkelola dengan baik dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat dan berlanjut pada presepsi
negatif dari masyarakat yang akan terkena dampak.
Peningkatan kesempatan kerja terjadi dari mobilisasi tenaga kerja. Asupan tenaga
kerja yang mencapai ± 209 orang sangat berdampak penting bagi masyarakat
sekitar. Pengelolaan yang baik kesempatan kerja tersebut akan mengakibatkan
terjadinya dampak sekunder berupa peningkatan pendapatan masyarakat dan
perubahan sikap dan presepsi masyrakat yang positif.
Dampak peningkatan peluang berusaha terjadi dari mobilisasi tenaga kerja dan
pengunjung. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari tenaga kerja tersebut mampu
membangkitkan perekonomian masyarakat dengan membuka berbagai fasilitas
tempat tinggal, makan, dan lain-lain. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat dan sikap presepsi masyarakat yang positif.
Penurunan kualitas air permukaan dan peningkatan air larian berdampak pada
saluran air yang berada di sekitar lokasi kegiatan. Dampak tersebut diprakirakan
tersebar di saluran air yang masuk ke lokasi kegiatan hingga sypond jalan tol.
Peningkatan bangkitan lalu lintas terjadi pada Jalan Caman Raya. Jalan tersebut
digunakan sebagai akses jalan dari dan menuju lokasi kegiatan.
j. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari
lokasi usaha dan/atau kegiatan.
Dampak dari rencana kegiatan pembangunan Hunian dan Komersial (Apartemen,
Hotel, dan Area Komersial) City Land PT. Desindo Wijaya Tama di Jl. Caman Raya,
RT.02/RW.03, Kelurahan Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Apha, 1976.Standart Methods For The Examination Water and Waste Water,
Washington, Dc,
Anonim, MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), 1996.
Azrul Azwar, Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi, 1999, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka
Cipta, 1991.
Cunniff, P.F. 1977. Environmental Noise Pollution
Djajadiningrat., Surna. T. ; Harsono Amir, Harry, 1989. Penilaian Secara Tepat Sumber-
sumber Pencemaran Air Tanah dan Udara, Gadjah Mada University Press.
Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan
Pemaparannya Dalam Pembangunan,
Howard S. Peavy, Donald R. Rowe, George Tchoboglous, 1985., Environmental
engineering. Mc. Graw Hill Book Company.
Metcaff & Eddy. Inc. 1972. Wastewater Engineering, Mc. Graw Hill Book Company.
Philip B Bedient, Wayne C Hubert, Hydrologi & Floodplain Analysis.
Ruslan Diwiryo, Ir. Pengantar & Teknik Jalan Raya. Direktorat Jenderal Bina Marga.
Soemirat Juli, Epidemiologi Lingkungan, 2000, UGM Press. Jogjakarta.
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar
Maju
Singarimbun, Masri dkk. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES
Soemarwoto, Otto. 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suratmo, F. Gunarwan. 2004 . Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Sofyan Muhamad Noor, Bambang dan Takeo Morimura, Plambing, 1993.
Tjasyono HK., Bayong DR, 1986 Iklim dan Lingkungan, PT. Cendekia Jaya Utama.