Anda di halaman 1dari 17

RENCANA PELAKSANAAN SOSIALISASI

PROGRAM PERILAKU ANTI BULLYING


DI SMPN 4 SINGINGI

DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN


OLAHRAGA
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
TAHUN 2023
PEMERINTAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 4 SINGINGI

RENCANA PELAKSANAAN SOSIALISASI


SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023-2024

A Komponen Sosialisasi : Sosialisasi Dasar


B Bidang Sosialisasi : Pribadi-Sosial
C Topik/Tema Sosialisasi : Perilaku Anti Bullying
D Fungsi Sosialisasi : Pemahaman dan pencegahan
E Tujuan Umum : Peserta didik mampu mengembangkan perilaku
anti bullying
F Tujuan Khusus : 1. Setelah diskusi di kelas, peserta didik dapat
menyimpulkan mengenai bullying dengan tepat
(C5)
2. Setelah diskusi di kelas, peserta didik mampu
menyatakan pendapat dampak yang terjadi dari
perilaku bullying dengan tepat (A3)
3. Setelah penayangan video di kelas, peserta didik
mampu merumuskan cara mencegah
perilaku bullying (P4)
G Sasaran Layanan : Seluruh Siswa-Siswi SMPN 4 Singingi
H Materi Layanan : 1. Pengertian Bullying
2. Jenis-jenis Bullying
3. Dampak Perilaku Bullying
4. Cara mencegah Bullying
I Waktu/ Tempat : 1 x 40 menit
J Sumber Materi Layanan : 1. Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal
Bimbingan dan Konseling untuk SMA-MA kelas 10,
Yogyakarta. (diunduh pada tanggal 15 September
2022)
2. Stop Bullying – Stop kekerasan di Sekolah
https://www.youtube.com/watch?v=iG5IFy7C ybI.
(diunduh pada tanggal 10 September 2022)
3. Jelita, dkk. 2021. Dampak Bullying Terhadap
Kepercayacaan Diri Anak. Universitas PGRI Semarang
(diunduh pada tanggal 10
September 2022)

K Pendekatan / Teknik : Behavioristik dengan Teknik Modeling Simbolik


dan Model Problem Based Learning
L Media / Alat
1. Media : 1) Video mengenai bullying, pada link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=iG5IFy7 CybI
2) Power Point terkait dengan materi bullying,
meliputi:
a. Pengertian Bullying
b. Jenis-jenis Bullying
c. Dampak Bullying
d. Cara Mengatasi Bullying

2. Alat : Laptop, HP, Internet, Proyektor

M Pelaksanaan

Tahap Uraian Kegiatan

1. Tahap awal

a. Fasilitator membuka dengan salam dan berdoa


b. Fasilitator membina hubungan baik dengan peserta didik untuk menanyakan kabar dan
melakukan presensi peserta didik

c. Menyampaikan tujuan layanan materi bimbingan dan konseling tentang memahami


bullying (apersepsi)
d. Peserta didik memperhatikan dan mendengarkan tujuan layanan yang disampaikan oleh
Fasilitator
e. Fasilitator menanyakan kesiapan peserta didik melaksanakan kegiatan, dan
memulai ke tahap inti

2.Tahap Inti

a. Peserta menuliskan pemahaman mengenai bullying, jenis bullying, dampak dari perilaku
bullying, dan cara mencegah perilaku bullying utamanya yang terjadi di sekolah
b. Perwakilan Peserta menjelaskan pemahamannya mengenai bullying
c. Fasilitator menampilkan tayangan perilaku bullying yang terjadi melalui video.
d. Peserta bersama memberikan komentar dan analisis terhadap tayangan video yang
ditampilkan
e. Peserta melakukan review pembelajaran tentang perilaku bullying yang terjadi
3.Tahap Penutup
a. Fasilitator mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang terkait dengan materi
Sosialisasi memahami bullying
b. Fasilitator merefleksi peserta didik dengan menanyakan kebermanfaatan/ kebermaknaan
kegiatan secara lisan dan tertulis dalam google form
c. Fasilitator memberikan penguatan
d. Fasilitator mengakhiri kegiatan
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Fasilitator melakukan evaluasi proses kegiatan
sosialisasi dengan mengamati keseluruhan
aktivitas peserta didik

2. Evaluasi Hasil : Fasilitatormelakukan evaluasi hasil kegiatan melalui;


1. Evaluasi hasil sosialisasi dari peserta didik.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian Materi
2. Media Persentasi
MEMAHAMI BULLYING
1. PENGERTIAN BULLYING
Menurut Coloroso (2010), bullying merupakan tindakan intimidasi yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang
lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya
secara fisik maupun emosional. Terdapat empat unsur dalam perilaku bullying
menurut Coloroso (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih
tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam
status sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang
sama. Sejumlah besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat
menciptakan ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai. Bullying berarti menyebabkan kepedihan
emosional dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai,
dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka
tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di
jantung korban bukan hannya merupakan sebuah cara untuk mencapai
tujuan tindakan bullying, teror itulah yang merupakan tujuan dari tindakan
bullying tersebut.

Menutur Rigby, 2013 menyatakan, bullying adalah sebuah hasrat untuk


menyakiti yang diperlihatkan ke dalam aksi secara langsung oleh seseorang atau
kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan secara senang bertujuan
untuk membuat korban menderita.
Black dan Jackson (dalam Sukarti, dkk 2018) menyatakan bahwa bullying
merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek
kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya
ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif,
keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh
satu atau beberapa anak terhadap anak lain. Pengertian agresif adalah suatu
serangan, serbuan atau tindakan permusuhan yang ditujukan kepada seseorang
atau benda, sedangkan agresifitas adalah kecenderungan habitual (yang
dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan, dominasi sosial, kekuasaan sosial
secara ekstrem.
Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok, dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah sebuah
tindakan atau perilaku agresif dan negatif yang di lakukan seseorang untuk
menyakiti orang lain dan menggagu orang lain demi kepuasan tersendiri.
Bullying ini sifatnya mengganggu orang lain karna dampak dari perilaku negatif
yang kini sedang populer dikalangan masyarakat ini adalah ketidak nyamanan
orang lain atau korban bullying itu sendiri.

2. JENIS-JENIS BULLYING
Ada tiga bentuk bullying menurut Coloroso, yaitu:
a. Verbal bullying (bullying secara lisan)
Kata-kata bisa digunakan sebagai alat yang dapat mematahkan semangat
anak yang menerimanya. Verbal abuse adalah bentuk yang paling umum dari
bullying yang digunakan baik anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat
terjadi pada orang dewasa dan teman sebaya tanpa terdeteksi. Verbal bullying
dapat berupa teriakan dan kericuhan
yang terdengar. Hal ini berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit pada pelaku
bullying dan dapat sangat menyakitkan pada target. Jika verbal bullying
dimaklumi, maka akan menjadi suatu yang normal dan target menjadi
dehumanized. Ketika seseorang menjadi dehumanized, maka seseorang tersebut
akan lebih mudah lagi untuk diserang tanpa mendapatkan perlindungan dari
orang di sekitar yang mendengarnya. Verbal bullying dapat berbentuk
name-calling (memberi nama julukan), taunting (ejekan), belittling
(meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam), personal defamation (fitnah
secara personal), racist slurs (menghina ras), sexually suggestive
(bermaksud/bersifat seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar).
b. Physical bullying (bullying fisik)
Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan paling mudah untuk
diidentifikasi adalah bullying secara fisik. Bentuk ini meliputi menampar,
memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang, menggigit, menggores,
memelintir, meludahi, merusak pakaian atau barang dari korban.
c. Relational bullying (bullying secara hubungan)
Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk dideteksi. Relational bullying
adalah pengurangan perasaan (sense) diri seseorang yang sistematis melalui
pengabaian, pengisolasian, pengeluaran, penghindaran. Penghindaran, sebagai
suatu perilaku penghilangan, dilakukan bersama rumor adalah sebuah cara yang
paling kuat dalam melakukan bullying. Relational bullying paling sering terjadi
pada tahun-tahun pertengahan, dengan onset remaja yang disertai dengan
perubahan fisik, mental, emosional, dan seksual. Pada waktu inilah, remaja
sering menggambarkan siapa diri mereka dan mencoba menyesuaikan diri
dengan teman sebaya.
d. Cyber bullying (perundungan maya)
Cyberbullying adalah tindakan perundungan yang terjadi di dunia maya.
Umumnya, tindakan ini terjadi di media sosial, game online, dan berbagai macam
platform yang menyediakan kolom untuk chatting.
Menurut penelitian berjudul A Majority of Teens Have Experienced
Some Form of Cyberbullying (dalam Fauziyah & Nandang Rusmana. 2022),
ditemukan bahwa 59% remaja yang menggunakan internet pernah menjadi
korban cyberbullying. Angka ini lebih besar dari korban berusia dewasa sebesar
33 persen.

3. DAMPAK PERILAKU BULLYING


Perilaku bullying mengakibatkan berbagai dampak psikologis dan fisik serta
dampak pada kedamaian hidup korban bullying. Dampak tersebut bisa berjangka
pendek maupun berjangka panjang. Beberapa bentuk perilaku bullying yaitu
bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional serta cyber bullying. Perilaku
bullying dapat ditemui di berbagai tempat termasuk salah satunya di sekolah.
(Fauziyah & Nandang Rusmana, 2022:27)
Bullying memiliki dampak yang luas. Selain bagi anak-anak yang menjadi
korban, dampak negatif juga dapat dirasakan pelaku perundungan hingga mereka
yang menyaksikan perundungan. Tindakan perundungan telah banyak dikaitkan
dengan dampak negatif pada perkembangan anak, termasuk gangguan kesehatan
mental, penggunaan narkoba, depresi, hingga bunuh diri.
a. Bagi anak korban perundungan
Anak korban perundungan dapat mengalami masalah kesehatan fisik, sosial,
emosional, mental dan juga masalah akademik. Mereka juga bisa merasakan
gejala-gejala, seperti depresi, cemas, meningkatnya perasaan sedih, perubahan
pola tidur dan makan, serta hilangnya minat untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Korban perundungan dapat melakukan tindakan balasan yang sangat
kejam. Masalah anak- anak ini juga dapat bertahan hingga usia dewasa.
b. Bagi anak pelaku perundungan
Anak pelaku perundungan dapat terlibat dalam perilaku kekerasan dan berisiko
lainnya, di mana perilaku ini bisa terbawa hingga dewasa. Mereka akan
cenderung agresif dan terlibat penyalahgunaan alkohol, narkoba, melakukan
tindak pelecehan, perusakan, bahkan melakukan tindakan pidana setelah
dewasa.
c. Bagi anak-anak yang menyaksikan bullying
Anak-anak yang menyaksikan bullying dapat mengalami peningkatan
penggunaan tembakau, alkohol atau obat-obatan, memiliki masalah kesehatan
mental, temasuk depresi dan kecemasan serta membolos sekolah.

4. CARA MENCEGAH BULLYING


Adapun cara-cara dalam mencegah terjadi bullying adalah sebagai berikut:
Memahami sebuah fenomena rasanya kurang lengkap jika tidak mempelajari
cara mencegah bullying dan mengatasinya. Dengan mengetahui cara atau solusi
mengatasi bullying, maka diharapkan dapat menentukan langkah yang tepat ketika
menemukan atau mengalami perundungan. Secara umum terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menghentikan perundungan yang terjadi pada diri
sendiri (kita sebagai korban) maupun yang terjadi pada orang lain.
1. Tumbuhkan rasa percaya diri.
2. Mengahargai dan menghormati perbedaan sudut pandang, kesukaan, ras, suku,
dan budaya.
3. Saling menjaga perkataan dan berbuatan agar tidak menyakiti atau melukai
orang lain.
4. Terbiasa untuk berbicara dengan bahasa yang sopan dan santun.
5. Selalu berusaha control diri agar tidak terpancing emosi untuk berdebat atau
melawan dengan kekerasan.
A. Video simbolik
Pada pelaksanaan layanan bimbingan klasikal ini, ditanyangkan video bullying yang
diunduh dari platform youtube channel Dit dengan judul Stop Bullying – Stop
kekerasan di sekolah pada link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=iG5IFy7CybI.
Tanyangan video bullying ini, dapat dideskrisikan sebagai berikut:
1. Faktanya dari tahun 2013-2014 jumlah kekerasan di sekolah naik 16% yang
dilakukan anak dibawah umur 14 tahun.
2. Kekerasan dapat terjadi di perguruan tinggi, SMA, SMP dan SD.
3. Jenis bullying, yaitu: verbal, fisik, relasional, dan cyber bullying.
4. Dampak bullying:
a. Bagi yang melihat: ada rasa takut dan tidak nyaman.
b. Bagi pelaku: akan dapat sangki bertahap, dari orang tua, pihak berwajib,
persidangan, dan penjara.
c. Bagi korban: sering absen, mudah emosi, labil, sering ada luka atau memar,
bahkan peikiran untuk bunuh diri.
5. Anjuran untuk STOP BULLYING.
B. Slide Power Point
REFERENSI :

Barbara Coloroso, 2010. Penindas, Tertindas, dan Penonton, Resep Memutus Rantai
Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi. (diunduh pada
tanggal 10 September 2022)
Fauziyah & Nandang Rusmana. 2022. Bimbingan Kelompok Teknik Modeling Untuk
Mengurangi Perilaku Bullying Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia. (diunduh
pada tanggal 10 September 2022)
Jelita, dkk. 2021. Dampak Bullying Terhadap Kepercayacaan Diri Anak. Universitas PGRI
Semarang (diunduh pada tanggal 10 September 2022) Olweus, 2014. Bullying at School;
FACTS AND INTERVENTION. University of Bergen, Norway
(https://www.researchgate.net/publication/228654357).
(diunduh pada tanggal 10 September 2022)
Prahardika. 2014. Upaya Meningkatkan Pemahaman Bahaya Bullying Melalui Bimbingan
Klasikal pada Siswa. Universitas Ahmad Dahlan. (diunduh pada tanggal 10
September 2022)
Rigby, Ken. 2003. Consequences of Bullying in schools. Canadian Journal of Psychiatry.
Sukarti, Kurniawan, Mulawarman. 2018. Mengurangi Bullying Verbal melalui Konseling
Kelompok dengan Teknik Kontrak Perilaku. Universitas Negeri Semarang (diunduh
pada tanggal 10 September 2022)
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan sekitar Anak.
Jakarta: Grasindo.
A. EVALUASI HASIL LAYANAN
1. Definisi Bullying
Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok, dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya.
Menurut Coloroso (2010), bullying merupakan tindakan intimidasi yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang
lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya
secara fisik maupun emosional. Terdapat empat aspek dalam perilaku bullying
menurut Coloroso (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua,
lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial,
berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah
besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan
ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional
dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan
menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan mendominasi. Teror yang dapat membuat kondisi atau rasa
takut yang nyata bagi korban, hal ini merupakan tujuan dari tindakan bullying
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai