M Pelaksanaan
1. Tahap awal
2.Tahap Inti
a. Peserta menuliskan pemahaman mengenai bullying, jenis bullying, dampak dari perilaku
bullying, dan cara mencegah perilaku bullying utamanya yang terjadi di sekolah
b. Perwakilan Peserta menjelaskan pemahamannya mengenai bullying
c. Fasilitator menampilkan tayangan perilaku bullying yang terjadi melalui video.
d. Peserta bersama memberikan komentar dan analisis terhadap tayangan video yang
ditampilkan
e. Peserta melakukan review pembelajaran tentang perilaku bullying yang terjadi
3.Tahap Penutup
a. Fasilitator mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang terkait dengan materi
Sosialisasi memahami bullying
b. Fasilitator merefleksi peserta didik dengan menanyakan kebermanfaatan/ kebermaknaan
kegiatan secara lisan dan tertulis dalam google form
c. Fasilitator memberikan penguatan
d. Fasilitator mengakhiri kegiatan
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Fasilitator melakukan evaluasi proses kegiatan
sosialisasi dengan mengamati keseluruhan
aktivitas peserta didik
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian Materi
2. Media Persentasi
MEMAHAMI BULLYING
1. PENGERTIAN BULLYING
Menurut Coloroso (2010), bullying merupakan tindakan intimidasi yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang
lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya
secara fisik maupun emosional. Terdapat empat unsur dalam perilaku bullying
menurut Coloroso (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih
tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam
status sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang
sama. Sejumlah besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat
menciptakan ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai. Bullying berarti menyebabkan kepedihan
emosional dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai,
dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka
tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di
jantung korban bukan hannya merupakan sebuah cara untuk mencapai
tujuan tindakan bullying, teror itulah yang merupakan tujuan dari tindakan
bullying tersebut.
2. JENIS-JENIS BULLYING
Ada tiga bentuk bullying menurut Coloroso, yaitu:
a. Verbal bullying (bullying secara lisan)
Kata-kata bisa digunakan sebagai alat yang dapat mematahkan semangat
anak yang menerimanya. Verbal abuse adalah bentuk yang paling umum dari
bullying yang digunakan baik anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat
terjadi pada orang dewasa dan teman sebaya tanpa terdeteksi. Verbal bullying
dapat berupa teriakan dan kericuhan
yang terdengar. Hal ini berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit pada pelaku
bullying dan dapat sangat menyakitkan pada target. Jika verbal bullying
dimaklumi, maka akan menjadi suatu yang normal dan target menjadi
dehumanized. Ketika seseorang menjadi dehumanized, maka seseorang tersebut
akan lebih mudah lagi untuk diserang tanpa mendapatkan perlindungan dari
orang di sekitar yang mendengarnya. Verbal bullying dapat berbentuk
name-calling (memberi nama julukan), taunting (ejekan), belittling
(meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam), personal defamation (fitnah
secara personal), racist slurs (menghina ras), sexually suggestive
(bermaksud/bersifat seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar).
b. Physical bullying (bullying fisik)
Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan paling mudah untuk
diidentifikasi adalah bullying secara fisik. Bentuk ini meliputi menampar,
memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang, menggigit, menggores,
memelintir, meludahi, merusak pakaian atau barang dari korban.
c. Relational bullying (bullying secara hubungan)
Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk dideteksi. Relational bullying
adalah pengurangan perasaan (sense) diri seseorang yang sistematis melalui
pengabaian, pengisolasian, pengeluaran, penghindaran. Penghindaran, sebagai
suatu perilaku penghilangan, dilakukan bersama rumor adalah sebuah cara yang
paling kuat dalam melakukan bullying. Relational bullying paling sering terjadi
pada tahun-tahun pertengahan, dengan onset remaja yang disertai dengan
perubahan fisik, mental, emosional, dan seksual. Pada waktu inilah, remaja
sering menggambarkan siapa diri mereka dan mencoba menyesuaikan diri
dengan teman sebaya.
d. Cyber bullying (perundungan maya)
Cyberbullying adalah tindakan perundungan yang terjadi di dunia maya.
Umumnya, tindakan ini terjadi di media sosial, game online, dan berbagai macam
platform yang menyediakan kolom untuk chatting.
Menurut penelitian berjudul A Majority of Teens Have Experienced
Some Form of Cyberbullying (dalam Fauziyah & Nandang Rusmana. 2022),
ditemukan bahwa 59% remaja yang menggunakan internet pernah menjadi
korban cyberbullying. Angka ini lebih besar dari korban berusia dewasa sebesar
33 persen.
Barbara Coloroso, 2010. Penindas, Tertindas, dan Penonton, Resep Memutus Rantai
Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi. (diunduh pada
tanggal 10 September 2022)
Fauziyah & Nandang Rusmana. 2022. Bimbingan Kelompok Teknik Modeling Untuk
Mengurangi Perilaku Bullying Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia. (diunduh
pada tanggal 10 September 2022)
Jelita, dkk. 2021. Dampak Bullying Terhadap Kepercayacaan Diri Anak. Universitas PGRI
Semarang (diunduh pada tanggal 10 September 2022) Olweus, 2014. Bullying at School;
FACTS AND INTERVENTION. University of Bergen, Norway
(https://www.researchgate.net/publication/228654357).
(diunduh pada tanggal 10 September 2022)
Prahardika. 2014. Upaya Meningkatkan Pemahaman Bahaya Bullying Melalui Bimbingan
Klasikal pada Siswa. Universitas Ahmad Dahlan. (diunduh pada tanggal 10
September 2022)
Rigby, Ken. 2003. Consequences of Bullying in schools. Canadian Journal of Psychiatry.
Sukarti, Kurniawan, Mulawarman. 2018. Mengurangi Bullying Verbal melalui Konseling
Kelompok dengan Teknik Kontrak Perilaku. Universitas Negeri Semarang (diunduh
pada tanggal 10 September 2022)
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan sekitar Anak.
Jakarta: Grasindo.
A. EVALUASI HASIL LAYANAN
1. Definisi Bullying
Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok, dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya.
Menurut Coloroso (2010), bullying merupakan tindakan intimidasi yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang
lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya
secara fisik maupun emosional. Terdapat empat aspek dalam perilaku bullying
menurut Coloroso (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua,
lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial,
berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah
besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan
ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional
dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan
menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan mendominasi. Teror yang dapat membuat kondisi atau rasa
takut yang nyata bagi korban, hal ini merupakan tujuan dari tindakan bullying
tersebut.