Anda di halaman 1dari 3

Gelar Seni Budaya Pelajar Kota Kediri

Ditutup dengan Ketoprak, Kepala Disdik Ikut Pentas

KEDIRI, JP Radar Kediri – Hanya 20-an menit para pejabat di

dinas pendidikan (disdik) bermain ketoprak. Namun, meskipun

singkat, sudah cukup untuk menghangantkan malam

penutupan Gelar Seni Budaya Pelajar Kota Kediri (Genibudjari)

ke-8 Jumat (4/8) malam. Dan, cukup mengundang sorak-sorai

penonton yang memenuhi halaman kantor disdik di Jalan Mayor

Bismo, Semampir itu. Apalagi, salah satu pemerannya adalah

Kadisdik Muhammad Anang Kurniawan. Lelaki ini memerankan

tokoh Prabu Lembu Amerdadu, ayah Dewi Sekartaji. Meskipun

tak tampil lama, penampilan sang kadisdik layak diacungi

jempol.
“Selama ini (yang unjuk penampilan) masa muridnya terus.

Gantian dong,” ucap Anang kerika ditemui sesaat setelah turun

dari panggung.

Adegan yang menanmpilkan sang kadisdik ada di Tengah

dan akhir pertunjukan. Di akhir, ada adegan ketika lakon yang

diperankannya-Prabu Lembu Amerdadu-menepis blangkon di

kepala seseorang yang ternyata anaknya sendiri, Dewi Sekartaji.

Beberapa saat setelah adegan itu, pertunjukan pun selesai.

Menurut Anang, selama ini pagelaran seni budaya pelajar se-

Kota Kediri itu selalu diisi oleh pelajar saja. Untuk itu, tahun ini

dia mengajak jajaran internal disdik ikut serta memeriahkan

acara.

“Ini rutin digelar sebagai wadah untuk menampilkan

kreativitas anak-anak PAUD, TK, SD, sampai SMP. Semua kami

wadahi dalam momen ini,” ujar Anang terkait ketoprak berlakon

“Panji Semirang” itu.

Selain sebagai wujud melestarikan budaya, Anang menyebut

pertunjukan itu juga bisa jadi momentum meningkatkan

kekompakan. “Sebagai sarana untuk meningkatkan lagi

kekompakan dan kerja sama tim di internal dinas pendidikan,”

tandasnya.

Pertunjukan ketoprak yang diisi para pejabat disdik dan

kepala sekolah tersebut dikemas dalam nuansa humor. Adalah

Heri Setiawan, kepala SMPN 5 Kota Kediri, yang didapuk

menjadi penyusun naskah dan sutradara.


Menurut Heri, kemampuan para aktor dadakan itu tergolong

bagus. Sebab, mereka hanya berlatih tiga kali. Setelah itu geladi

bersih di halaman kantor disdik.

“Kesulitannya hanya di Bahasa. Kalau untuk aktingnya dan

mental bermain di panggung sudah luar biasa,” puji Heri, yang

juga guru bahasa Jawa ini.

Untuk meyesuaikan dengan para pemain yang rata-rata

belum pernah berakting di panggung, penyesuaian naskah pun

dilakukan. Seperti lakon yang sengaja dibuat seni-humor. “Jadi

tidak terlalu tegang dan serius. Tapi ada pesan yang

disampaikan,” jelasnya.

Kediri, 21 September 2023

Anda mungkin juga menyukai