Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewaspadaan isolasi dilaksanakan untuk penempatan bagi pasien dengan
penyakit infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas, dan
pengunjung.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas
harus menerapkan Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan berbasis transmisi.
Puskesmas harusmampu memisahkan pasien yang mengidap penyakit infeksi
dan menular, dengan pasien yang mengidap penyakit tidak menular.
Berdasarkan cara transmisi/penularan infeksi maka penularan penyakit dapat
dibedakan menjadi penularan kontak, dan penularan droplet dan udara
(tuberculosis).

B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini bertujuan memberi petunjuk agar pengelolaan Puskesmas
memperhatikan kaidah pengendalian dan pencegahan infeksi, sehingga ruang isolasi
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
bagi pasien, petugas, dan pengunjung.Puskesmas harus menyiapkan ruang khusus
dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang mengidap penyakit infeksi
menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien kepada pasien lain, petugas
dan pengunjung.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pelayanan ruang infeksius diterapkan kepada semua pasien yang mengidap
penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya.
2. Pelaksana Pedoman ini adalah semua elemen Puskesmas beserta pasien dan
keluarga.

D. Batasan Operasional
Puskesmasharus menyiapkan ruang khusus dalam memberi layanan kesehatan
bagi pasien yang mengidap penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi
infeksi dari pasien kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.

1
E. Landasan Hukum
1. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. PP No. 36 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
5. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6. Permenkes No. 27 Tahun 2017 tentang PPI
7. Permenkes No. 52 Tahun 2018 tentang K3

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pimpinan Puskesmas Watubelahselalu menunjukkan komitmen dalam mendukung
pendidikan berkelanjutan (continuing professional development) khusus bagi petugas
yang melayani pasien dengan penyakit infeksius atau menular.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Seluruh pegawai Puskesmas Watubelah
1) Mematuhi peraturan yang ditetapkan di Puskesmas Watubelah
2. Dokter Penanggung Jawab
1) Menetapkan diagnosa pasien
2) Memastikan pasien mendapat perawatan secara benar.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Dua Lapis Kewaspadaan Isolasi


1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien.
Kategori I meliputi:
1) Kebersihan tangan/Handhygiene
2) Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), faceshield (pelindung wajah), gaun
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6) Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7) Penempatan pasien
8) Hygiene respirasi/Etika batuk
9) Praktek menyuntik yang aman
10) Praktek untuk lumbal punksi

1. Kebersihan tangan  Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien


agar tangan terhindar kontaminasi patogen
dari dan ke permukaan
 Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan
berprotein, cairan tubuh, cuci tangan dengan
sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir.
 Bila tangan tidak tampak kotor, dekontaminasi
dengan alkohol handrub
 Sebelum kontak langsung dengan pasien
2. Alat pelindung diri  Pakai bila mungkin terkontaminasi darah,
(APD): sarung tangan, cairantubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
masker, kacamata, terkontaminasi,mukus membran dan kulit yang
pelindung wajah, gaun tidak utuh, kulit utuhyang potensial
terkontaminasi
 Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
 Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat
pasienlangsung
 Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulanguntuk membersihkan lingkungan
 Lepaskan sarung tangan segera setelah

4
selesai,sebelum menyentuh benda dan
permukaan yangtidak terkontaminasi ,atau
sebelum beralih ke pasienlain
 Pakai bila mungkin terkontaminasi darah,
cairantubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi,mukus membran dan kulit yang
tidak utuh, kulitutuh yang potensial
terkontaminasi
 Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
 Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat
pasien langsung
 Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulang untuk membersihkan lingkungan
 Lepaskan sarung tangan segera setelah
selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum
beralih ke pasien lain
 Jangan memakai sarung tangan 1 pasang
untuk pasien yang berbeda
 Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah
dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
 Cuci tangan segera setelah melepas sarung
tangan
 Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus
membran mata, hidung, mulut selama
melaksanakan prosedur dan aktifitas
perawatan pasien yang berisiko terjadi
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi
 Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dapat dipakai secara umum
untuk petugas RS untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak
erat (<1 m) dari pasien saat batuk/bersin.
 Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien tidak diduga
infeksi
 Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk

5
melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/ semprotan cairan tubuh pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/semprotan
cairan tubuh pasien
 Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan
tindakan yang akan dikerjakan dan perkiraan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
 Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan
untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien
lain ataupun ke lingkungan
 Kenakan saat merawat pasien infeksi yang
secara epidemiologik penting, lepaskan saat
akan keluar ruang pasien
 Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun
untuk pasien yang sama
 Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke
ruang risiko
3. Peralatan perawatan  Buat aturan dan prosedur untuk menampung,
pasien transportasi, peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
 Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal,
semi kritikal dengan bahan pembersih sesuai
dengan sebelum di DTT atau sterilisasi
 Tangani peralatan pasien yang terkena darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan
sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui
cara yang benar dan peralatan pakai ulang

6
diproses dengan benar
 Peralatan nonkritikal terkontaminasi
didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeksin atau disterilisasi.
Peralatan kritikal harus didisinfeksi kemudian
disterilkan
 Peralatan makan pasien dibersihkan dengan
air panas dan detergen
 Bila tidak tampak kotor, lap permukaan
peralatan yang besar (USG, X ray) setelah
keluar ruangan isolasi
 Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan
terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas , dapat dipakai Na
hipoklorit 0,05%.
 Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik
atau manual dengan detergen tiap setelah
makan. Benda disposable dibuang ketempat
sampah.
4. Pengendalian Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan
lingkungan melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor

Puskesmas harus mempunyai disinfektan standar


untuk menghalau patogen dan menurunkannya
secara signifikan di permukaan terkontaminasi
sehingga memutuskan rantai penularan penyakit.
Disinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan
kimiawi mikroorganisme tidak termasuk spora.

Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda


dan permukaan tidak dapat didisinfeksi sebelum
dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi
pasien, kotoran).

Pembersihan ditujukan untuk mencegah


aerosolisasi, menurunkan pencemaran

7
lingkungan. Ikuti aturan pakai pabrik cairan
disinfektan, waktu kontak, dan cara
pengencerannya.

Disinfektan yang biasa dipakai Puskesmas:

Na hipoklorit (pemutih ), alkohol, komponen fenol,


formalin, perhidrol, gigazim, gigasep, teralin.

Pembersihan area sekitar pasien:

Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien


harus dilakukan secara rutin dan tiap pasien
pulang.

Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi


saluran napas, hindari sapu, dengan cara basah
(kain basah)

Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop


setelah dipakai (terkontaminasi)

Peralatan pembersihan harus dibersihkan,


dikeringkan tiap kali setelah pakai

Mop dilaundry, dikeringkan tiap hari sebelum


disimpan dan dipakai kembali

Untuk mempermudah pembersihan bebaskan


area pasien dari benda-benda/peralatan yang
tidak perlu

Jangan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti


mengendalikan infeksi, berbahaya

Pembersihan dapat dibantu dengan vacum


cleaner (pakai filter, HEPA). Jangan memakai
karpet.

5. Pemrosesan Penanganan, transpor dan proses linen yang


Peralatan Pasien dan terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
Penatalaksanaan dengan proseduryang benar untuk mencegah
Linen kulit, membran mukosa terekspos dan
terkontaminasi linen, sehingga mencegah transfer

8
mikroba ke pasien lain, petugas danlingkungan

Buang terlebih dahulu kotoran (misal: feses), ke


toiletdan letakkan linen dalam kantong linen.

Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien.


Jangan memanipulasi linen terkontaminasi untuk
hindarikontaminasi terhadap udara, permukaan
dan orang.

Cuci dan keringkan linen sesuai SPO. Dengan air


panas 70oC, minimal 25 menit. Bila dipakai suhu <
70oC pilihzat kimia yang sesuai.

Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan


selama transportasi. Kantong tidak perlu double.

Petugas yang menangani linen harus


mengenakan APD.

6. Kesehatan Berhati-hati dalam bekerja untuk mencegah


karyawan traumasaat menangani jarum, scalpel dan alat
/Perlindungan tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat
PetugasKesehatan membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum

Jangan menutup jarum yang telah dipakai,


memanipulasi jarum dengan tangan, menekuk
jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit.

Buang jarum, spuit, pisau scalpel, dan peralatan


tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan
sebelum dibuang ke insenerator.

Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan


ventilasi lain pengganti metoda resusitasi mulut ke
mulut

Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke


bagian tubuh selain akan menyuntik.

7. Penempatan Pasien  Tempatkan pasien yang potensial


mengkontaminasilingkungan atau yang tidak
dapat diharapkan menjaga kebersihan atau

9
kontrol lingkungan kedalam ruang rawat yang
terpisah.
 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,
konsultasikan dengan petugas PPI.
 Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan
terhadaptransmisi infeksi.
8. Hygiene respirasi/  Edukasi petugas akan pentingnya
Etika batuk pengendaliansekresi respirasi untuk mencegah
transmisipatogen dalam droplet dan vomite
terutamaselama musim / KLB virus respiratorik
di masyarakat
 Terapkan pengukuran kandungan sekresi
respirasipasien dengan individu dengan gejala
klinik infeksirespiratorik, dimulai dari unit
emergensi
 Beri poster pada pintu masuk dan tempat
strategisbahwa pasien rajal atau pengunjung
dengan gejalaklinis infeksi saluran napas harus
menutup mulutdan hidung dengan tisu
kemudian membuangnyake dalam tempat
sampah infeksius dan mencucitangan.
 Sediakan tisu dan wadah untuk limbahnya
 Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci
tanganpada ruang tunggu pasien rajal, atau
alcoholhandrub
 Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan
maskerpada pasien dengan gejala infeksi
saluran napas,juga pendampingnya. Anjurkan
untuk dudukberjarak > 1 m dari yang lain
 Lakukan sebagai standar praktek
Mengendalikan penyebaran patogen dari
pasien yang terinfeksi untuk transmisi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit
yang ditransmisikan melalui droplet besar dan
atau droplet nuklei maka etika batuk harus
diterapkan kepada semua individu dengan
gejala gangguan pada saluran napas. Pasien,
petugas, pengunjung dengan gejala infeksi

10
saluran napas harus:
 Menutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin
 Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis
bilatersedia, buang ke tempat sampah.
Manajemen fasilitas kesehatan/Puskesmas harus
promosi hygiene respirasi/etika batuk:
 Promosi kepada semua petugas, pasien,
keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam
 Edukasi petugas, pasien, keluarga,
pengunjung akan pentingnya kandungan
aerosol dan sekresi dari saluran napas dalam
mencegah transmisi penyakit saluran napas
 Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan
(alcohol handrub, wastafel antiseptik, tisu
towel, terutama area tunggu harus
diprioritaskan.
9. Praktek menyuntik  Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
yangAman suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksidan terapi.
 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang
dapat menyebar saat obat dipakai untuk
pasien lain.
10. Praktek untuk lumbal Pada saaat ini Puskesmas Watubelah tidak
punksi memberikan pelayanan praktek untuk lumbal
pungsi.

2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi


Dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi
dibuat untukditerapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi
atau terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak
dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. Jenis kewaspadaan berdasarkan
transmisi :

11
1) Kontak.
2) Melalui droplet
3) Melalui udara (Airborne)
4) Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
5) Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Catatan : Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara terpisah
ataupun kombinasidengan Kewaspadaan Standar seperti kebersihan tangan
dengan mencuci tangan sebelum dansesudah tindakan menggunakan sabun,
antiseptik ataupun antiseptik berbasis alkohol, memakaisarung tangan sekali pakai
bila kontak dengan cairan tubuh, gaun pelindung dipakai bila
terdapatkemungkinan terkena percikan cairan tubuh, memakai masker, goggle
untuk melindungi wajahdari percikan cairan tubuh.

1) Kewaspadaan Transmisi Kontak


Cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan HAIs.Ditujukan
untuk menurunkanrisiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi ditransmisikan
melalui kontak langsung atau tidak langsung.Kontak langsung meliputi kontak
permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas dengan kulit pasien
terinfeksi atau kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan,
membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan luka basahsaat mengganti
verband, petugas tanpa sarung tangan merawat oral pasien HSV atau scabies.
Transmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan
dengan benda yangterkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung
tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan
melalui mainan anak. Kontak dengan cairan sekresipasien terinfeksi yang
ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien.
Diterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada mikroba
pada atau dalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang secara epidemiologi
mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara kontak langsung atau tidak
langsung.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat
masih memakaisarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Hindari
mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan
perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.

Pengelolaan pasien dengan isolasi(contact precautions):

12
A. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya
tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi
pasien. Bicarakan dengan petugas PPI tempatkan dengan jarak >1 meter 3 antara
tempat tidur, jaga agar tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.

B. APD petugas
a) Sarung tangan dan cuci tangan
Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masauk ke ruang
pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius.
Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptic.
b) Gaun
Pakai gaun bersih, tidak steril masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari
kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien,
cairan diare pasien,ilestomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan.
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
c) Apron
Bila gaun preable untuk mengurangi presentasi cairan, tidak di pakai sendiri.

C. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila di perlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar resiko minimal transmisi ke pasien atau
lingkungan.

D. Peralatan Perawatan Pasien


Bila memungkinkan peralatan nonkriterial dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai
untuk pasien lain.

2) Kewaspadaan Transmisi Droplet


Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien
dengan infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan
melalui droplet (> 5μm).Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara
dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber.Transmisi droplet melibatkan kontak
konjungtiva atau membran mukosa hidung/mulut.Droplet partikel besar yang
mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier dikeluarkan saat
batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhoskopi. Dibutuhkan

13
jarak dekat antara sumber dan resipien <1m .Karena droplet tidak bertahan diudara
maka tidak dibutuhkan penanganan khusus udara atau ventilasi.Misal :
Adenovirus.Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus
membrane atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan
tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini
lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold,
respiratory syncitial virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin,
bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi
kardiopulmoner.

Pengelolaan pasien dengan isolasi (droplet precautions) :


A. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruangan terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin, buat pemisahan dengan jarak >1 meter antara tempat
tidur dan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus
terhadap udara dan ventilasi.
B. APD petugas
Pakailah masker bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat kontak
erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki
ruang rawat pasien infeksi saluran nafas.
C. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi drpolet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika
batuk.

3) Kewaspadaan Transmisi melalui Udara ( Airborne Precautions )


Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori IB) diterapkan sebagai
tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah
diketahuiterinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan
melalui jalur udara.
Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara mikroba penyebab
infeksi baik yangditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm
evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu yang
mengandung mikroba penyebab infeksi.Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara
> 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan
jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal
penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui
udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi(S.aureus)mikroorganisme

14
yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasamemerlukan gosokan untuk
melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptic(antimikroba)
selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir
sebagian besar mikroorganisme.

Pengelolaan pasien dengan isolasi (airbone Precautions):


A. APD petugas
a). Perlindungan saluran nafas
Kenakan masker respirator (N95/ katagori N pada efisiensi 95%) saat masuk
ruang pasien atau suspek TB paru.
Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruangbpasien yang diketahui
atau suspek campak, cacar air, kecuali petugas yang telah imun.
Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk
pencegahan. Orang yang telah pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu
memakai masker.
b). Masker bedah/prosedur (minimal) sarungtangan gaun google
bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol.

B. Transport pasien
Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau di perlukan saja. Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet
nuklie.

15
ALUR PELAYANAN

Apakah pasien Tidak Antri Normal


mengidap
batuk?

YA

Batuk lebih Tidak Berikan


dari 2 minggu pendidikan
etika batuk

YA

Berikan pendidikan Atau Antri Normal


etika batuk

Jalur Bila Mungkin


Cepat dipisah

Pemeriksaan Sputum

16
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN

A. Upaya keselamatan pasien adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
Melakukan identifikasi yang benar sesuai prosedur.

2. Peningkatan komunikasi efektif


1) Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
a. Komunikasi antar perawat.
b. Komunikasi perawat dengan dokter.
2) Menggunakan komunikasi SBAR :
a. Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
1) Melaksanakan prosedur Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi
pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat Haigh Alert.
2) Memberikan obat sesuai dengan prinsip 5 BENAR.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Kepatuhan kebersihan tangan.
2) Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
3) Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
4) Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5) Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .

17
BAB V

KESELAMATAN KERJA

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,


prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan
2. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja
3. Lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai lingkungan, tata ruang serta sesuai
dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan di ruang isolasi
4. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
5. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan APD
6. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas.

Harus dihindarkan transfer mikroba patogen antara pasien dan petugas saat
perawatan pasien dan petugas saat perawatan pasien rawat Jalan. Perlu dujalankan
hal berikut:
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari
seluruh pasien untuk meminimalisir risiko transmisi infeksi
2. Dekontaminasi tangan sebelum kontak diantara pasien
3. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh pasien)
4. Gunakan tekhnik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari
menyentuh bahan infeksius
5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan cairan tubuh
serta barang yang terkontaminasi. Didinfeksi tangan segera setelah melepas sarung
tangan. Ganti sarung tangan antara pasien
6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam lubang
pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disenfeksi bedpan, urinal dan ontainer
pasien yang lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah dibersihkan dan
didisinfeksi dengan benar antar pasien.

18
BAB VI
PENUTUP

Pelayanan ruang infeksius merupakan salah satu program pengendalian dan


pencegehan infeksi, sehingga ruang isolasi memenuhi prinsip-prinsip keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bagi pasien, petugas, dan pengunjung.
Ruang pelayanan infeksius dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien
yang mengidap penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien
kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
Standar isolasi ini dipakai sebagai acuan olehUPTD Puskesmas Watubelah
dalam mengembangkan pelayanan penyakit infeksius agar dapat menjadi lebih baik
lagi.

19

Anda mungkin juga menyukai