PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewaspadaan isolasi dilaksanakan untuk penempatan bagi pasien dengan
penyakit infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas, dan
pengunjung.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas
harus menerapkan Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan berbasis transmisi.
Puskesmas harusmampu memisahkan pasien yang mengidap penyakit infeksi
dan menular, dengan pasien yang mengidap penyakit tidak menular.
Berdasarkan cara transmisi/penularan infeksi maka penularan penyakit dapat
dibedakan menjadi penularan kontak, dan penularan droplet dan udara
(tuberculosis).
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini bertujuan memberi petunjuk agar pengelolaan Puskesmas
memperhatikan kaidah pengendalian dan pencegahan infeksi, sehingga ruang isolasi
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
bagi pasien, petugas, dan pengunjung.Puskesmas harus menyiapkan ruang khusus
dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang mengidap penyakit infeksi
menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien kepada pasien lain, petugas
dan pengunjung.
D. Batasan Operasional
Puskesmasharus menyiapkan ruang khusus dalam memberi layanan kesehatan
bagi pasien yang mengidap penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi
infeksi dari pasien kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
1
E. Landasan Hukum
1. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. PP No. 36 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung
5. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6. Permenkes No. 27 Tahun 2017 tentang PPI
7. Permenkes No. 52 Tahun 2018 tentang K3
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1. Seluruh pegawai Puskesmas Watubelah
1) Mematuhi peraturan yang ditetapkan di Puskesmas Watubelah
2. Dokter Penanggung Jawab
1) Menetapkan diagnosa pasien
2) Memastikan pasien mendapat perawatan secara benar.
3
BAB III
TATA LAKSANA
4
selesai,sebelum menyentuh benda dan
permukaan yangtidak terkontaminasi ,atau
sebelum beralih ke pasienlain
Pakai bila mungkin terkontaminasi darah,
cairantubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi,mukus membran dan kulit yang
tidak utuh, kulitutuh yang potensial
terkontaminasi
Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat
pasien langsung
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulang untuk membersihkan lingkungan
Lepaskan sarung tangan segera setelah
selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum
beralih ke pasien lain
Jangan memakai sarung tangan 1 pasang
untuk pasien yang berbeda
Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah
dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
Cuci tangan segera setelah melepas sarung
tangan
Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus
membran mata, hidung, mulut selama
melaksanakan prosedur dan aktifitas
perawatan pasien yang berisiko terjadi
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi
Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dapat dipakai secara umum
untuk petugas RS untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak
erat (<1 m) dari pasien saat batuk/bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien tidak diduga
infeksi
Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk
5
melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/ semprotan cairan tubuh pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/semprotan
cairan tubuh pasien
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan
tindakan yang akan dikerjakan dan perkiraan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan
untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien
lain ataupun ke lingkungan
Kenakan saat merawat pasien infeksi yang
secara epidemiologik penting, lepaskan saat
akan keluar ruang pasien
Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun
untuk pasien yang sama
Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke
ruang risiko
3. Peralatan perawatan Buat aturan dan prosedur untuk menampung,
pasien transportasi, peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal,
semi kritikal dengan bahan pembersih sesuai
dengan sebelum di DTT atau sterilisasi
Tangani peralatan pasien yang terkena darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan
sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui
cara yang benar dan peralatan pakai ulang
6
diproses dengan benar
Peralatan nonkritikal terkontaminasi
didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeksin atau disterilisasi.
Peralatan kritikal harus didisinfeksi kemudian
disterilkan
Peralatan makan pasien dibersihkan dengan
air panas dan detergen
Bila tidak tampak kotor, lap permukaan
peralatan yang besar (USG, X ray) setelah
keluar ruangan isolasi
Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan
terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas , dapat dipakai Na
hipoklorit 0,05%.
Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik
atau manual dengan detergen tiap setelah
makan. Benda disposable dibuang ketempat
sampah.
4. Pengendalian Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan
lingkungan melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor
7
lingkungan. Ikuti aturan pakai pabrik cairan
disinfektan, waktu kontak, dan cara
pengencerannya.
8
mikroba ke pasien lain, petugas danlingkungan
9
kontrol lingkungan kedalam ruang rawat yang
terpisah.
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,
konsultasikan dengan petugas PPI.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan
terhadaptransmisi infeksi.
8. Hygiene respirasi/ Edukasi petugas akan pentingnya
Etika batuk pengendaliansekresi respirasi untuk mencegah
transmisipatogen dalam droplet dan vomite
terutamaselama musim / KLB virus respiratorik
di masyarakat
Terapkan pengukuran kandungan sekresi
respirasipasien dengan individu dengan gejala
klinik infeksirespiratorik, dimulai dari unit
emergensi
Beri poster pada pintu masuk dan tempat
strategisbahwa pasien rajal atau pengunjung
dengan gejalaklinis infeksi saluran napas harus
menutup mulutdan hidung dengan tisu
kemudian membuangnyake dalam tempat
sampah infeksius dan mencucitangan.
Sediakan tisu dan wadah untuk limbahnya
Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci
tanganpada ruang tunggu pasien rajal, atau
alcoholhandrub
Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan
maskerpada pasien dengan gejala infeksi
saluran napas,juga pendampingnya. Anjurkan
untuk dudukberjarak > 1 m dari yang lain
Lakukan sebagai standar praktek
Mengendalikan penyebaran patogen dari
pasien yang terinfeksi untuk transmisi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit
yang ditransmisikan melalui droplet besar dan
atau droplet nuklei maka etika batuk harus
diterapkan kepada semua individu dengan
gejala gangguan pada saluran napas. Pasien,
petugas, pengunjung dengan gejala infeksi
10
saluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis
bilatersedia, buang ke tempat sampah.
Manajemen fasilitas kesehatan/Puskesmas harus
promosi hygiene respirasi/etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien,
keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam
Edukasi petugas, pasien, keluarga,
pengunjung akan pentingnya kandungan
aerosol dan sekresi dari saluran napas dalam
mencegah transmisi penyakit saluran napas
Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan
(alcohol handrub, wastafel antiseptik, tisu
towel, terutama area tunggu harus
diprioritaskan.
9. Praktek menyuntik Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
yangAman suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksidan terapi.
Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang
dapat menyebar saat obat dipakai untuk
pasien lain.
10. Praktek untuk lumbal Pada saaat ini Puskesmas Watubelah tidak
punksi memberikan pelayanan praktek untuk lumbal
pungsi.
11
1) Kontak.
2) Melalui droplet
3) Melalui udara (Airborne)
4) Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
5) Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Catatan : Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara terpisah
ataupun kombinasidengan Kewaspadaan Standar seperti kebersihan tangan
dengan mencuci tangan sebelum dansesudah tindakan menggunakan sabun,
antiseptik ataupun antiseptik berbasis alkohol, memakaisarung tangan sekali pakai
bila kontak dengan cairan tubuh, gaun pelindung dipakai bila
terdapatkemungkinan terkena percikan cairan tubuh, memakai masker, goggle
untuk melindungi wajahdari percikan cairan tubuh.
12
A. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya
tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi
pasien. Bicarakan dengan petugas PPI tempatkan dengan jarak >1 meter 3 antara
tempat tidur, jaga agar tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
B. APD petugas
a) Sarung tangan dan cuci tangan
Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masauk ke ruang
pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius.
Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptic.
b) Gaun
Pakai gaun bersih, tidak steril masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari
kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien,
cairan diare pasien,ilestomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan.
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
c) Apron
Bila gaun preable untuk mengurangi presentasi cairan, tidak di pakai sendiri.
C. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila di perlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar resiko minimal transmisi ke pasien atau
lingkungan.
13
jarak dekat antara sumber dan resipien <1m .Karena droplet tidak bertahan diudara
maka tidak dibutuhkan penanganan khusus udara atau ventilasi.Misal :
Adenovirus.Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus
membrane atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan
tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini
lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold,
respiratory syncitial virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin,
bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi
kardiopulmoner.
14
yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasamemerlukan gosokan untuk
melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptic(antimikroba)
selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir
sebagian besar mikroorganisme.
B. Transport pasien
Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau di perlukan saja. Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet
nuklie.
15
ALUR PELAYANAN
YA
YA
Pemeriksaan Sputum
16
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
17
BAB V
KESELAMATAN KERJA
Harus dihindarkan transfer mikroba patogen antara pasien dan petugas saat
perawatan pasien dan petugas saat perawatan pasien rawat Jalan. Perlu dujalankan
hal berikut:
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari
seluruh pasien untuk meminimalisir risiko transmisi infeksi
2. Dekontaminasi tangan sebelum kontak diantara pasien
3. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh pasien)
4. Gunakan tekhnik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari
menyentuh bahan infeksius
5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan cairan tubuh
serta barang yang terkontaminasi. Didinfeksi tangan segera setelah melepas sarung
tangan. Ganti sarung tangan antara pasien
6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam lubang
pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disenfeksi bedpan, urinal dan ontainer
pasien yang lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah dibersihkan dan
didisinfeksi dengan benar antar pasien.
18
BAB VI
PENUTUP
19