Anda di halaman 1dari 64

PERTEMUAN KE-12

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN


PRODUK SAMPINGAN (LANJUTAN)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mampu menghitung dan menganalisis laporan biaya harga pokok produk sampingan.

B. URAIAN MATERI:
Produk Sampingan adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama,
tetapi produk tersebut nilai kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk lain
(produk utamanya) Contoh: Perca kain dalam produksi tekstil.

C. LATIHAN SOAL:
1. PT. Makmur memproduksi 2 produk utama (Crista & Cristi) dan 2 produk sampingan (Ca
& Ci) secara bersama. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut
sebesar Rp. 82.485.000,-. Data lain yang terkait sebagai berikut:
Produk Unit Unit akhir Harga jual B.P.L B.Sales B.adm Taks. Laba
Crista 16.000 1.500 Rp. 8.800 38.425 15.600 10.237 --
Cristi 10.000 1.000 Rp. 8.000 11.750 10.400 6.825 --
Ca 6.000 800 Rp. 6.000 4.100 8.480 5.320 20%
Ci 8.000 500 Rp. 6.400 5.415 12.190 6.770 20%

Catatan: Biaya dalam ribuan rupiah.

Pertanyaan:
a) Hitunglah alokasi joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode
harga Pasar?
b) Hitunglah biaya produksi masing-masing produk utama dengan metode harga jual
hipotetis?
c) Hitunglah biaya produksi (harga pokok) masing-masing produk sampingan?
d) Hitunglah nilai persediaan masing-masing produk?
e) Buatlah laporan laba-rugi dengan asumsi bahwa pendapatan produk sampingan
dianggap sebagai penambah pendapatan penjualan produk utama?

Penyelesaian:
a) Alokasi joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode harga Pasar:

Keterangan Produk Utama PS Ca PS Ci


Biaya bersama Rp. 82.485.000
Taksiran penjualan 36.000.000 51.200.000
Taksiran laba (20%/25%) 7.200.000 10.240.000
Total biaya 28.800.000 40.960.000
Biaya proses lanjutan ( 4.100.000) ( 5.415.000)
Biaya penjualan ( 8.480.000) (12.190.000)
Biaya administrasi ( 5.320.000) + ( 6.770.000)
Joint cost PS Rp. 27.485.000 10.900.000 16.585.000
JC produk utama Rp.55.000.000

b) Perhitungan harga pokok produk utama dengan metode harga jual hipotetis
Keterangan Crista Cristi Total
Unit produksi (a) 16.000 10.000 26.000
Harga per-unit ((b) 8.800 8.000
Harga jual (c=a x b) 140.800.000 80.000.000 220.800.000
Biaya proses lanjutan (d) 38.425.000 11.750.000 50.175.000
Nilai jual hipotesis(e=c-d)102.375.000 68.250.000 170.625.000
Alokasi JC (f=e÷Σe x jc) 33.000.000 22.000.000 55.000.000
Biaya produksi (g=d + f) 71.425.000 33.750.000 105.175.000
HPP per-unit (h=g÷a) 4.464,06 3.375

c) Perhitungan harga pokok produk sampingan:


Keterangan Ca Ci Total
Unit produksi (a) 6.000 8.000 14.000
Alokasi joint cost (b) 10.900.000 16.585.000 27.485.000
Biaya proses lanjutan (c) 4.100.000 5.415.000 9.515.000
Biaya produksi (d=b+c) 15.000.000 22.000.000 37.000.000
HPP per-unit (e=d÷a) 2.500 2.750 5.250

d) Perhitungan nilai persediaan:


Produk Persediaan Harga/unit Nilai persediaan
Crista 1.500 4.464,06 6.696.090
Cristi 1.000 3.375 3.375.000
Ca 800 2.500 2.000.000
Ci 500 2.750 1.375.000
Total 3.800 13.446.090

e) Perhitungan laba rugi (produk sampingan sebagai penambah pendapatan penjualan


produk utama):
Perhitungan laba/rugi produk sampingan:
Keterangan Ca Ci Total
Unit terjual (a) 5.200 19.500 33.500
Harga jual per-unit (b) 6.000 1.600
HPP per-unit (c) 2.500 825
Penjualan (d= a x b) 31.200.000 48.000.000 79.200.000
HPP (e= a x c) 13.000.000 20.625.000 33.625.000
Biaya penjualan (f) 8.480.000 12.190.000 20.670.000
Biaya administrasi (g) 5.320.000 6.770.000 12.090.000
Laba/rugi (h= d-e-f-g) 4.400.000 8.415.000 12.815.000

Perhitungan laba/rugi produk utama:


Keterangan Crista Cristi Total
Unit terjual (a) 14.500 9.000 57.000
Harga jual per-unit (b) 8.800 8.000
HPP per-unit (c) 4.464,06 3.375
Penjualan (d= a x b) 127.600.000 72.000.000 199.600.000
Pendapatan produk sampingan (e) 12.815000
Total pendapatan (f) 212.415.000
HPP (g= a x c) 64.728.870 30.140.000 95.103.870
Laba/rugi kotor (h=f – g) 117.311.130
Biaya penjualan (i) 15.600.000 10.400.000 26.000.000
Biaya administrasi (j) 10.237.000 6.825.000 17.062.000
Laba/rugi (k= h-i-j) 74.249.130

D. TUGAS MANDIRI:
1. PT. Sabar memiliki data yang terkait dengan produksi bulan Januari 2016, sebagai
berikut:
Unit produksi 32.400
Unit penjualan 27.000
Unit persediaan awal 1.000
Harga jual per-unit Rp. 1.500
Biaya produksi per-unit Rp. 1.000
Hasil penjualan produk sampingan Rp. 4.095.000
Beban pemasaran dan administrasi produk utama Rp. 5.850.000
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp. 780.000
Beban pemasaran dan administrasi produk sampingan Rp. 540.000
Pertanyaan:
Susunlah Laporan Laba-Rugi dengan asumsi produk sampingan diperlakukan sebagai
berikut:
a) Penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
b) Penambah penjualan atau pendapatan produk utama
c) Pengurang harga pokok penjualan
d) Pengurang biaya produksi
PERTEMUAN KE-13

PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1.1 Memahami tentang pengertian bahan baku.
1.2 Memahami tentang metode administrasi bahan baku.
1.3 Dapat menentukan pembelian bahan, menghitung pemakaian bahan dan menentukan
nilai persediaan bahan.

B. URAIAN MATERI:
Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan
penolong. Bahan baku (direct material) menurut Sofia dkk (2014), merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan
dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainyayang relatif besar. Misalnya dalam
perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. biaya yang timbul akibat pemakaian
bahan baku disebut biaya bahan baku. Sedangkan bahan penolong (indirect material)
merupakan bahan yang dipakai dalam proses produksi yang tidak dapat diidrntifikasikan
dengan produk jadi dan nilainya relatif kecil. misalnya dalam perusahaan mebel, bahan
penolong minyak pelitur, dan biaya penolong ini bagian dari unsur biaya overhead pabrik
(biaya produksi tidak langsung).

Pengendalian biaya material (bahan baku/bahan langsung) adalah merupakan manajemen


persediaan yang baik yang meliputi antara lain:
a) Pengendalian investasi dalam persediaan
b) Pembelian bahan yang terencana
c) Pelaksanaan produksi yang efisian
d) Penyimpanan bahan maupun produk secara baik
e) Perencanaan penjualan yang baik
f) Pelayanan pelanggan yang baik

Tujuan pembahasan:
a) Menentukan nilai persediaan akhir bahan baku
b) Menentukan nilai pemakaian bahan bahan baku

Metode yang digunakan:


a) Metode Fisik (Physical Method) atau Metode Periodik
Dalam metode persediaan fisik menurut V. Wiratna (2015), hanya tambahan persediaan
bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan
baku karena pemakaian tidak di catat dalam kartu persediaan. Perhitungannya dengan
cara melihat secara langsung wujud/fisik barang yang dimiliki saat itu (stock opname).
Cara perhitungan metode fisik antara lain, yaitu:
1) Pendekatan Identifikasi Khusus (Special Identification Method)
2) Pendekatan Rata-rata Sederhana (Simple Average Method)
3) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
4) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
5) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)

b) Metode Perpetual (Perpetual Method)


Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan perusahaan berskala besar, dalam
metode mutasi perpetual setiap ada mutasi atau perpindahan bahan baku harus di catat
dalam kartu persediaan, jadi sewaktu waktu bisa diketahui berapa total persediaan bahan
baku. Perhitungan dengan melakukan pencatatan yang tertib dan teratur setiap ada
perubahan persediaan. persediaan bahan baku digunakan untuk mencatat persediaan
awal dan mutasi bahan baku selama satu periode waktu. (V. Wiratna, 2015).
1) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
2) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
3) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)

C. LATIHAN SOAL:
1. PT. Sabar memiliki data yang terkait dengan material bulan Juli 2016 sebagai berikut:
Tanggal Volume Pembelian Harga Rp./Unit Volume Pemakaian (unit)
(unit)
1 800 (saldo awal) 500 -
1 1.200 500 -
9 -- - 380
12 5.250 475 2.200
16 1.800 480 -
17 2.150 500 -
20 -- - 5.900
25 1.700 450 -
27 1400
31 800
Total 12.900 10.680

Pertanyaan:
1) Jika perusahaan menggunakan metode periodik, hitunglah volume persediaan akhir,
nilai persediaan akhir dan pemakaian material bulan Juli 2016 dengan menggunakan
pendekatan:
a) Pendekatan Identifikasi Khusus (Special Identification Method)
b) Pendekatan Rata-rata Sederhana (Simple Average Method)
c) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
d) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
e) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)
2) Jika perusahaan menggenakan metode perpetual, hitunglah volume persediaan akhir,
nilai persediaan akhir dan pemakaian material bulan Juli 2016 menggunakan
pendekatan:
a) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
b) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
c) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO
Catatan: Hasil stock opname metode Identifikasi khusus 31 Juli 2016, persediaan
terdiri dari sisa pembelian
tgl. 12/7 = 350 unit
tgl. 16/7 = 240 unit
tgl. 17/7 = 540 unit
tgl. 25/7 = 1.090 unit

Penyelesaian:
1.a. Pendekatan Identifikasi Khusus:
Langkah 1: Menghitung pembelian bahan:
Tgl. 01/07 1.200 unit @ Rp. 500 Rp. 600.000
Tgl. 12/07 5.250 unit @ Rp. 475 Rp. 2.493.750
Tgl 16/07 1.800 unit @ Rp. 480 Rp. 864.000
Tgl. 17/07 2.150 unit @ Rp. 500 Rp. 1.075.000
Tgl. 25/07 1.700 unit @ Rp. 450 Rp. 765.000
Jumlah 12.100 unit Rp. 5.797.750

Langkah 2: Menghitung volume persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit
Pembelian = 12.100 unit
Bahan baku tersedia = 12.900 unit
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit
Persediaan akhir bahan baku = 2.220 unit

Langkah 3: Menghitung nilai persediaan akhir:


Sisa pembelian tgl. 12/7 = 350 unit @Rp. 475 = Rp. 166.250
Sisa pembelian tgl. 16/7 = 240 unit @Rp. 480 = Rp. 115.200
Sisa pembelian tgl. 17/7 = 540 unit @Rp. 500 = Rp. 270.000
Sisa pembelian tgl. 25/7 = 1.090 unit @Rp. 450 = Rp. 490.500
Jumlah = 2.220 unit = Rp. 1.041.950

Langkah 4: Menghitung pemakaian bahan:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Persediaan akhir = 2.220 unit =Rp. 1.041.950
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit =Rp. 5.155.800
b. Pendekatan Rata-rata Sederhana:
Langkah 1: Menghitung pembelian bahan:
Tgl. 01/07 1.200 unit @ Rp. 500 Rp. 600.000
Tgl. 12/07 5.250 unit @ Rp. 475 Rp. 2.493.750
Tgl 16/07 1.800 unit @ Rp. 480 Rp. 864.000
Tgl. 17/07 2.150 unit @ Rp. 500 Rp. 1.075.000
Tgl. 25/07 1.700 unit @ Rp. 450 Rp. 765.000
Jumlah 12.100 unit Rp. 5.797.750

Langkah 2: Menghitung volume persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit
Pembelian = 12.100 unit
Bahan baku tersedia = 12.900 unit
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit
Persediaan akhir bahan baku = 2.220 unit

Langkah 3: Menghitung nilai persediaan akhir:


Harga persediaan akhir per-unit = Total harga beli per-unit : Frekuensi
pembelian
= (500 + 500 + 475 + 480 + 500 + 450) : 6 = RP. 484,17
Note: persediaan awal dianggap sebagai pembelian
Nilai persediaan akhir = 2.220 unit x Rp. 484,17 = Rp. 1.074.857,-

Langkah 4: Menghitung pemakaian bahan:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Persediaan akhir = 2.220 unit =Rp. 1.074.857,-
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit =Rp. 5.122.893

c. Pendekatan Rata-rata Tertimbang:


Langkah 1: Menghitung pembelian bahan:
Tgl. 01/07 1.200 unit @ Rp. 500 Rp. 600.000
Tgl. 12/07 5.250 unit @ Rp. 475 Rp. 2.493.750
Tgl 16/07 1.800 unit @ Rp. 480 Rp. 864.000
Tgl. 17/07 2.150 unit @ Rp. 500 Rp. 1.075.000
Tgl. 25/07 1.700 unit @ Rp. 450 Rp. 765.000
Jumlah 12.100 unit Rp. 5.797.750

Langkah 2: Menghitung volume persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit
Pembelian = 12.100 unit
Bahan baku tersedia = 12.900 unit
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit
Persediaan akhir bahan baku = 2.220 unit

Langkah 3: Menghitung nilai persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Harga bahan baku per-unit = Rp. 6.197.750 : 12.900 = Rp. 480,45
Nilai persediaan akhir = 2.220 unit x Rp. 480,45 = Rp. 1.066.590

Langkah 4: Menghitung pemakaian bahan:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Persediaan akhir = 2.220 unit =Rp. 1.066.950
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit =Rp. 5.130.800

d. Pendekatan MPKP:
Langkah 1: Menghitung pembelian bahan:
Tgl. 01/07 1.200 unit @ Rp. 500 Rp. 600.000
Tgl. 12/07 5.250 unit @ Rp. 475 Rp. 2.493.750
Tgl 16/07 1.800 unit @ Rp. 480 Rp. 864.000
Tgl. 17/07 2.150 unit @ Rp. 500 Rp. 1.075.000
Tgl. 25/07 1.700 unit @ Rp. 450 Rp. 765.000
Jumlah 12.100 unit Rp. 5.797.750

Langkah 2: Menghitung volume persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit
Pembelian = 12.100 unit
Bahan baku tersedia = 12.900 unit
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit
Persediaan akhir bahan baku = 2.220 unit

Langkah 3: Menghitung nilai persediaan akhir:


Sisa pembelian tgl. 25/7 = 1.700 unit @Rp. 450 = Rp. 765.000
Sisa pembelian tgl. 17/7 = 520 unit @Rp. 500 = Rp. 260.000
Jumlah = 2.220 unit = Rp. 1.025.000

Langkah 4: Menghitung pemakaian bahan:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Persediaan akhir = 2.220 unit =Rp. 1.025.000
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit =Rp. 5.172.750

e. Pendekatan MTKP:
Langkah 1: Menghitung pembelian bahan:
Tgl. 01/07 1.200 unit @ Rp. 500 Rp. 600.000
Tgl. 12/07 5.250 unit @ Rp. 475 Rp. 2.493.750
Tgl 16/07 1.800 unit @ Rp. 480 Rp. 864.000
Tgl. 17/07 2.150 unit @ Rp. 500 Rp. 1.075.000
Tgl. 25/07 1.700 unit @ Rp. 450 Rp. 765.000
Jumlah 12.100 unit Rp. 5.797.750

Langkah 2: Menghitung volume persediaan akhir:


Persediaan awal = 800 unit
Pembelian = 12.100 unit
Bahan baku tersedia = 12.900 unit
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit
Persediaan akhir bahan baku = 2.220 unit

Langkah 3: Menghitung nilai persediaan akhir:


Persediaan awal tgl. 1/7 = 800 unit @Rp.500 = Rp. 400.000
Sisa pembelian tgl. 1/7 = 1200 unit @Rp.500 = Rp. 600.000
Sisa pembelian tgl. 12/7 = 220 unit @Rp.475 = Rp. 104.500
Jumlah = 2.220 unit = Rp. 1.104.500

Langkah 4: Menghitung pemakaian bahan:


Persediaan awal = 800 unit =Rp. 400.000
Pembelian = 12.100 unit =Rp. 5.797.750
Bahan baku tersedia = 12.900 unit =Rp. 6.197.750
Persediaan akhir = 2.220 unit =Rp. 1.104.500
Pemakaian bahan baku = 10.680 unit =Rp.

D. TUGAS MANDIRI:
1. Produk Utama dari PT SENTOSA adalah berbagai jenis sedotan (spoon straw) yang
mana perusahaan telah bekerja sama dengan industri minuman agar produk tersebut
dapat dipasarkan ke seluruh rumah makan terkenal yang ada di Indonesia. Bahan yang
digunakan adalah biji plastik, seperti tripolyta, copolymer, dan homo (B29OF). Berikut
aktivitas pembelian dan pemakaian bahan selama bulan September 2017 untuk
tripolyta.

Keterangan Tanggal Unit Harga


Persediaan awal 01-Sep 4.842 kg Rp 22.500
Pembelian 05-Sep 35.842 kg Rp 23.125
14-Sep 26.917 kg Rp 23.000
26-Sep 38.367 kg Rp 23.500
Pemakaian 08-Sep 37.839 kg
16-Sep 25.867 kg
28-Sep 40.235 kg

Pertanyaan:
Jika perusahaan menggunakan metode periodik, hitunglah volume persediaan akhir,
nilai persediaan akhir dan pemakaian material bulan September 2017 dengan
menggunakan pendekatan:
a) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
b) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
c) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)

2. Bahan yang digunakan oleh PT SARI MANIS adalah tepung terigu, gula pasir, telur,
susu bubuk, mentega, perasa, dan sebagainya yang dipasok oleh pemasok lokal.
berikut informasi terkait pembelian dan pemakaian susu bubuk sebagai salah satu
bahan pembuatan roti manis selama bulan November 2016.

Tanggal Keterangan Unit Harga


01 November Saldo awal 96 kg Rp 22.500
03 November Pembelian 768 kg Rp 23.000
05 November Pemakaian 356 kg
09 November Pemakaian 360 kg
10 November Pembelian 880 kg Rp 22.750
14 November Pemakaian 358 kg
19 November Pemakaian 362 kg
23 November Pembelian 865 kg Rp 23.150
24 November Pemakaian 366 kg
27 November Pemakaian 361 kg
30 November Pemakaian 363 kg

Pertanyaan:
Hitung besarnya biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir
periode menggunakan sistem periodik dan metode:
a) Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
b) Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
c) Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)
PERTEMUAN KE-14

PENGENDALIAN BIAYA BAHAN BAKU (LANJUTAN)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1.1 Memahami tentang pengertian bahan baku.
1.2 Memahami tentang metode administrasi bahan baku.
1.3 Dapat menentukan pembelian bahan, menghitung pemakaian bahan dan menentukan
nilai persediaan bahan.

B. URAIAN MATERI:
Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan
penolong. Bahan baku (direct material) menurut Sofia dkk (2014), merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan
dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainyayang relatif besar. Misalnya dalam
perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. biaya yang timbul akibat pemakaian
bahan baku disebut biaya bahan baku. Sedangkan bahan penolong (indirect material)
merupakan bahan yang dipakai dalam proses produksi yang tidak dapat diidrntifikasikan
dengan produk jadi dan nilainya relatif kecil. misalnya dalam perusahaan mebel, bahan
penolong minyak pelitur, dan biaya penolong ini bagian dari unsur biaya overhead pabrik
(biaya produksi tidak langsung).

Pengendalian biaya material (bahan baku/bahan langsung) adalah merupakan manajemen


persediaan yang baik yang meliputi antara lain:
a. Pengendalian investasi dalam persediaan
b. Pembelian bahan yang terencana
c. Pelaksanaan produksi yang efisian
d. Penyimpanan bahan maupun produk secara baik
e. Perencanaan penjualan yang baik
f. Pelayanan pelanggan yang baik

Tujuan pembahasan:
a. Menentukan nilai persediaan akhir bahan baku
b. Menentukan nilai pemakaian bahan bahan baku

Metode yang digunakan:


a. Metode Fisik (Physical Method) atau Metode Periodik
Dalam metode persediaan fisik menurut V. Wiratna (2015), hanya tambahan persediaan
bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan
baku karena pemakaian tidak di catat dalam kartu persediaan. Perhitungannya dengan
cara melihat secara langsung wujud/fisik barang yang dimiliki saat itu (stock opname).
Cara perhitungan metode fisik antara lain, yaitu:
1. Pendekatan Identifikasi Khusus (Special Identification Method)
2. Pendekatan Rata-rata Sederhana (Simple Average Method)
3. Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
4. Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
5. Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)

b. Metode Perpetual (Perpetual Method)


Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan perusahaan berskala besar, dalam
metode mutasi perpetual setiap ada mutasi atau perpindahan bahan baku harus di catat
dalam kartu persediaan, jadi sewaktu waktu bisa diketahui berapa total persediaan bahan
baku. Perhitungan dengan melakukan pencatatan yang tertib dan teratur setiap ada
perubahan persediaan. persediaan bahan baku digunakan untuk mencatat persediaan
awal dan mutasi bahan baku selama satu periode waktu. (V. Wiratna, 2015).
1. Pendekatan Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)
2. Pendekatan Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First Out/FIFO)
3. Pendekatan Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In Firs Out/LIFO)

C. LATIHAN SOAL:
2.a. Pendekatan Rata-rata Tertimbang:

Kartu Persediaan Bulan Juli 2016


Metode Rata-rata Tertimbang
Tgl Masuk Keluar Saldo
Unit Hrg/U Ttl Hrg Unit Hrg/U Ttl Hrg Unit Hrg/U Ttl Hrg
1 800 500,00 400.000.
1 1.200 500 600.000 1.200 500,00 600.000
2.000 500,00 1.000.000
9 380 500 190.000 1.620 500,00 810.000
12 5.250 475 2.493.750 5250 475,00 2.493.750
6.870 480,90 3.303.750
2.200 480,90 1.057.969 4.670 480,90 2.245.780
16 1.800 480 864.000 1.800 480,00 864.000
17 2.150 500 1.075.000 2.150 500,00 1.075.000
8.620 485,47 4.184.780
20 5.900 485,47 2.864.293 2.720 485,47 1.320.487
25 1.700 450 765.000 1.700 450,00 765.000
4.420 471,83 2.085.487
27 1400 471,83 660.561 3.020 471,83 1.424.926
31 800 471,83 377.464 2.220 471,83 1.047.462
2.b. Pendekatan MPKP/FIFO:

Kartu Persediaan Bulan Juli 2016


Metode MPKP/FIFO
Tgl. Masuk Keluar Saldo
Unit Harga/U Ttl Hrg Unit Harga/U Ttl Hrg Unit Harga/U Ttl Hrg
1 800 500 400.000
1.200 500 600.000 1.200 500 600.000
9 380 500 190.000 420 500 210.000
1.200 500 600.000
12 5.250 475 2.493.750 5.250 475 2.493.750
12 420 500 210.000
1.200 500 600.000
580 475 275.500 4.670 475 2.218.250
2.200 1.085.500
16 1.800 480 864.000 1.800 480 864.000
17 2.150 500 1.075.000 2.150 500 1.075.000
20 4.670 475 2.218.250
1.230 480 590.400 570 480 273.600
5.900 2.808.650 2.150 500 1.075.000
25 1.700 450 765.000 1.700 450 765.000
27 570 480 273.600
830 500 415.000 1.320 500 660.000
1.400 688.600 1.700 450 765.000
31 800 500 400.000 520 500 260.000
1700 450 765.000
Total 12.100 5.797.750 10.680 5.172.750 2.220 1.025.000

Total pembelian bahan = 12.100 unit = Rp. 5.797.750,-


Total pemakaian bahan = 10.680 unit = Rp. 5.172.750,-
Total persediaan akhir = 2.220 unit = Rp 1.025.000,-

2.c. Pendekatan MTKP / LIFO

Kartu Persediaan Bulan Juli 2016


Metode MTKP/LIFO
Tgl. Masuk Keluar Saldo
Unit Harga/U Ttl Hrg Unit Harga/U Ttl Hrg Unit Harga/U Ttl Hrg
1 800 500 400.000
1.200 500 600.000 1.200 500 600.000
9 380 500 190.000 800 500 210.000
820 500 410.000
12 5.250 475 2.493.750 5.250 475 2.493.750
12 2.200 475 1.045.000 800 500 210.000
820 500 410.000
3.050 475 1.448.750
16 1.800 480 864.000 1.800 480 864.000
17 2.150 500 1.075.000 2.150 500 1.075.000
20 2.150 500 1.075.000
1.800 480 864.000 800 500 210.000
1.950 475 926.250 820 500 410.000
5.90 2.865.250 1.100 475 522.500
25 1.700 450 765.000 0 1.700 450 765.000
27 1.400 450 630.000 800 500 210.000
820 500 410.000
1.100 475 522.500
300 450 135.000
31 300 450 135.000 800 500 400.000
500 475 237.500 820 500 410.000
800 372.500 600 475 285.000
Total 12.100 5.797.750 10.68 5.102.750 2.220 1.095.000
0

Total pembelian bahan = 12.100 unit = Rp. 5.797.750


Total pemakaian bahan = 10.680 unit = Rp. 5.102.750
Total persediaan akhir = 2.220 unit - Rp. 1.095.000

D. TUGAS MANDIRI:
1. PT JAYA ABADI bergerak di Industri mebel, terutama dalam bidang pembuatan
perabotan rumah tangga berbahan dasar kayu. bahan utama yang dibutuhkan adalah
board materials, seperti plywood, melamine, HPL, laminasi dan sebagainya . berikut
transaksi pembelian dan pemakaian salah satu bahan, yaitu plywood selama satu
periode (bulan Mei 2015).

Tanggal Keterangan Unit Harga


01 Mei Saldo awal 15 unit Rp 220.000
03 Mei Pembelian 250 unit Rp 220.500
05 Mei Pemakaian 125 unit
09 Mei Pemakaian 100 unit
10 Mei Pembelian 250 unit Rp 221.750
14 Mei Pemakaian 135 unit
19 Mei Pemakaian 105 unit
23 Mei Pembelian 220 unit Rp 221.150
24 Mei Pemakaian 130 unit
27 Mei Pemakaian 115 unit
Pertanyaan:
a) Hitung besarnya biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir
periode menggunakan sisitem fisik dan metode rata rata tertimbang
b) Hitung besarnya biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir
periode menggunakan sisitem perpetual dan metode rata rata tertimbang
c) Bandingkan hasil perhiytungan nomor 1 dan 2. Jelaskan kesimpulan yang anda
peroleh.

2. PT Subur adalah perusahaan yang mmeproduksi pakan ternak untuk boiler starter,
boiler finisher, sapi, ikan, kucing, unggas dan sebagainya. bahan pakan untuk boiler
starter, boiler finisher, sapi, ikan, kucing, unggas, dan sebagainya. Berikut informasi
terkait aktivitas pembelian dan pemakaian bahan jagung selama satu periode (bulan Juli
2016)

Keterangan Tanggal Unit Harga


Persediaan awal 01-Juli 1.000 kg Rp 4.200
Pembelian 02-Juli 13.500 kg Rp 4.250
13- Juli 14.000 kg Rp 4.300
22- Juli 13.000 kg Rp 4.275
Pemakaian 03- Juli 6.500 kg
08- Juli 6.750 kg
14- Juli 7.000 kg
17- Juli 6.500 kg
24- Juli 6.250 kg
31- Juli 6.000 kg

Pertanyaan:
1. Hitung besarnya biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir
periode menggunakan sistem perpetual dan metode:
a) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
b) Masuk Terakhir keluar Pertama (MTKP)
2. Bandingkan hasil perhitungan nomor 1a dan 1b. Jelaskan kesimpulan yang anda
peroleh
PERTEMUAN KE-15

PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1.1 Memahami pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung,
1.2 Memahami perhitungan biaya tenga kerja.
1.3 Memahami metode perhitungan biaya tenaga kerja.

B. URAIAN MATERI:
Menurut Mulyadi (2015), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Sedangkan biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk pengunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi:
1. Biaya tenaga kerja produksi:
Gaji karyawan pabrik
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
Upah lembur karyawan pabrik
Upah mandor pabrik
Gaji manajer pabrik
2. Biaya tenaga kerja pemasaran
Upah karyawan pemasaran
Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
Biaya komisi pramuniaga
Gaji manajer pemasaran
3. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum
Gaji karyawan bagian akuntansi
Gaji karyawan bagian personalia
Gaji karyawan bagian sekretariat
Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
Biaya kesejahteraan karyawan bagian sekretariat

Menurut V Wiratna (2015), gaji karyawan adalah biaya yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada karyawan tetap perusahaan misalnya pimpinan, karyawan administrasi yang gajinya
dihitung bulanan. untuk menghitung gaji didasarkan pada kartu hadir. Sedangkan Upah
adalah biaya yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan didasarkan pada jumlah jam
kerja, pembayaran bisa dilakukan mingguan atau pembayarannya dapat didasarkan pada
unit yang dihasilkan.

Biaya tenaga kerja produksi dapat dibedakan menjadi:


1. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung
terlibat dalam proses merubah bahan baku menjadi barang jadi.
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKTL) yaitu biaya tenaga kerja yang tidak secara
langsung terlibat dalam proses produksi.

Biaya tenaga kerja produksi adalah:


1. Merupakan salah satu unsur harga pokok produksi.
2. Nerupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
3. Merupakan bagian dari biaya utama.
4. Merupakan bagian dari biaya konversi.

Biaya biaya yang terkait dengan tenaga kerja ( labor related costs):
 Set up cost adalah biaya pemula atau biaya persiapan atau biaya sebelum proses
produksi dimulai termasuk biaya trial run atau biaya pemanasan mesin.
Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran pengeluaran untuk pembuatan rancang
bangun, penyusunan mesin dan peralatan, latihan bagi karyawan, dan ketugian
kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalama.
Tiga cara perlakuan terhadap biaya pemula produksi ( Mulyadi, 2015) : yaitu
1. Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung.
2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik
3. dibebankan kepada pesana yang bersangkutan
 Idle time atau waktu menganggur adalah waktu menunggu kerja karena terjadi
kerusakan mesin, karena keterlambatan bahan baku, karena listrik mati. Biaya ini dicatat
sebagai biaya overhead pabrik. Misalkan seorang karyawan harus bekerja 40 jam per
minggu. Upahnya Rp 600 per jam. Dari 40 jam kerja tersebut misalnya 10 jam
merupakan waktu menganggur, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan pesanan
tertentu. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah:
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja langsung Rp 18.000
Biaya overhead pabrik sedungguhnya Rp 6.000
Gaji dan Upah Rp 24.000

Komponen Biaya tenaga kerja yang harus di pertimbangkan dalam sistem penggajian dan
pengupahan, (Agus Purwaji dkk, 2016) yaitu:
1. Gaji dan Upah pokok
2. Program Upah insentif
a. Program insentif individu
b. Program insentif kelompok
c. Program insentif Organisasi (Perusahaan
3. Upah lembur dan premi lembur
Premi lembur, menurut V. Wiratna (2015) adalah sejumlah uang yang dibayarkan
perusahaan kepada karyawannya karena bekerja melebihi jam yang ditentukan
perusahaan. misalnya dalam 1 minggu karyawan bekerja normal 40 jam, kelebihan dari
40 jam dihitung uang lembur. adanya lembur bisa karena berbagai hal termasuk
tambahan pekerjaan atau ada tambahan order.
C. LATIHAN SOAL:
1) PT. Sabar, mempekerjakan 20 orang tenaga kerja, setiap tenaga kerja bekerja 8 jam
sehari, masing-masing pekerja menghasilkan 40 unit per-hari atau 5 unit per-jam, tarif per-
jam yang dibayarkan Rp. 5.000,-. Untuk meningkatkan penghasilan karyawan dan dapat
menekan biaya per-unit perusahaan akan menerapkan upah insentif, dengan memberikan
tarif Rp. 6.000,- per-jam apabila seorang pekerja dapat menghasilkan 50 unit per-hari.
Biaya lain yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya bahan baku sebesar Rp. 2.000,-
per-unit dan biaya overhead pabrik sebesar Rp. 1.500,- per unit.

Pertanyaan:
a) Hitunglah biaya per-unit sebelum kenaikan tarif upah?
b) Hitunglah biaya per-unit setelah kenaikan tarif upah?
c) Berikanlah kesimpulan dengan adanya kenaikan tarif upah?

Penyelesaian:
Langkah 1: Menghitung tarif upah per-unit = Total upah : Total hasil unit
Sebelum kenaikan tarif = (20 x 8 x 5.000) : (20 x 40) =Rp.1.000
Setelah kenaikan tarif = (20 x 8 x 6.000) : (20 x 50) = Rp. 960

Langkah 2: Menghitung biaya produksi per-unit sebelum kenaikan tarif upah:


a. Biaya bahan langsung Rp. 2.000
b. Biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.000
c. Biaya overhead pabrik Rp. 1.500
Total biaya produksi Rp. 4.500

Langkah 3: Menghitung biaya produksi per-unit setelah kenaikan tarif upah:


a. Biaya bahan langsung Rp. 2.000
b. Biaya tenaga kerja langsung Rp. 960
c. Biaya overhead pabrik Rp. 1.500
Total biaya produksi Rp. 4.460

Langkah 4: Kesimpulan:
Dengan adanya kenaikan tariff upah dari 5.000 per jam kerja menjadi Rp.
6.000 per jam kerja, ternyata memberikan dampak positif baik bagi karyawan
maupun bagi perusahaan. Untuk karyawan ada kenaikan upah Rp. 1.000,-
per-jam (20%) dan bagi perusahaan ada penurunan harga per-unit sebesar
Rp. 40 (0,89%)

2) PT. Subur, menetapkan standar hasil produksi sebesar 24 unit per-jam dengan tarif dasar
Rp. 12.000,- per-jam. Setiap karyawan yang menghasilkan diatas standar unit yang
ditetapkan akan diberikan tarif upah per-jam yang berbeda. Biaya overhead pabrik per-jam
Rp. 15.000,- Berikut hasil produksi per-jam karyawan A = 20 unit, B = 24 unit, C = 30 unit,
D = 32 unit dan E = 35 unit.
Pertanyaan:
a) Hitunglah penghasilan per-jam masing-masing karyawan?
b) Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit?
c) Hitunglah biaya overhead pabrik per-unit?
d) Hitunglah biaya konversi per-unit?

Penyelesaian:
Keterangan A B C D E
Tarif dasar 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
Standar hasil 24 24 24 24 24
Tarip/unit 500 500 500 500 500
Hasil actual 20 unit 24 unit 30 unit 32 unit 35 unit
Upah per-jam 12.000 12.000 15.000 16.000 17.500
Upah per-unit 600 500 500 500 500
BOP/jam 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
BOP/unit 750 625 500 468,75 428,57
B.Konversi/unit 1.350 1.125 1.000 968,75 928,57

Kesimpulan: Bagi perusahaan semakin terampil tenaga kerjanya semakin


menguntungkan, terbukti bahwa semakin terampil tenaga kerjanya semakin menurun
biaya konversinya.

3) PT. Makmur menetapkan standar keluaran untuk setiap karyawan per-minggu 300 unit,
dengan jam kerja 40 jam per-minggu, dan tarip overhead per-jam Rp. 1.500,-. Berikut data
beberapa karyawan selama minggu pertama bulan Mei 2014:
Nama Jam kerja Produksi standar Produksi aktual Tarip dasar/jam
A 40 jam 300 unit 280 unit Rp. 2.000
B 40 300 330 Rp. 2.000
C 40 300 345 Rp. 2.000
D 40 300 360 Rp. 2.000
E 40 300 420 Rp. 2.000
F 40 300 390 Rp. 2.000

Diminta:
a) Hitunglah rasio efisiensi?
b) Hitunglah tarip efektif per-jam?
c) Hitunglah total penghasilan masing-masing karyawan?
d) Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit?
e) Hitunglah BOP per-unit?
f) Hitunglah biaya konversi per-unit?

Penyelesaian:
Perhitungan biaya per-minggu:
Karyawan A B C D E F
Produk standar (a) 300 300 300 300 300 300
Produk actual (b) 280 330 345 360 420 390
Tarif dasar © 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Jam kerja (d) 40 40 40 40 40 40
Rasio efisiensi(e=b:a) -- 1,10 1,15 1,20 1,40 1,30
Tarif efektif(f=c x e) 2.000 2.200 2.300 2.400 2.800 2.600
Total upah (g=d x f) 80.000 88.000 92.000 96.000 112.000 104.000
Upah/unit (h=g : b) 285,71 266,67 266,67 266,67 266,67 266,67
BOP (i) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
BOP/unit(j=i ; b) 214,29 181,82 173,91 166,67 142,86 153,85
B.Konversi/unit (h+j) 500 448,49 440,58 433,34 408,53 420,52

D. TUGAS MANDIRI
1. PT. Sabar memproduksi produk baru dan telah mengeluarkan biaya pemula sebesar Rp.
7.500.000, yang terdiri dari biaya bahan baku Rp. 2.500.000,- dan biaya tenaga kerja
sebesar Rp. 5.000.000,- Manajemen memutuskan biaya tersebut diperlakukan sebagai
biaya langsung.
Pertanyaan: Buatlah ayat jurnal yang diperlukan?

2. PT. Subur memiliki 5 orang karyawan yang bekerja secara mingguan. Satu minggu
bekerja selama 40 jam. Dalam minggu pertama bulan Juli 2016 terjadi kerusakan mesin
sehingga karyawan harus menunggu kerja selama 3 jam. Tarip upah per-jam sebesar Rp.
6.000,-.
Pertanyaan: Buatlah ayat jurnal yang diperlukan?

3. PT. Makmur mempekerjakan 10 orang karyawan, setiap karyawan bekerja 8 jam sehari,
masing-masing karyawan menghasilkan 30 unit barang jadi per-hari, tarif upah per-jam
sebesar Rp. 9.000,-. Perusahaan akan menerapkan tarif upah insentif dengan maksud
untuk meningkatkan penghasilan karyawan serta harapan dapat mengurangi besaran
biaya per-unit. Jika seorang karyawan dapat menghasilkan 35 unit barang jadi per-hari,
maka tarif upah akan dinaikkan menjadi Rp. 10.000,- per-jam. Biaya lain yang dikeluarkan
perusahaan adalah biaya bahan langsung sebesar Rp. 3.000,- per-unit dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp. 2.500,- per-unit.
Pertanyaan:
a. Hitunglah biaya produksi per-unit sebelum kenaikan tarif upah?
b. Hitunglah biaya produksi per-unit setelah kenaikan tarif upah?
c. Berikanlah kesimpulan dengan adanya kenaikan tarif upah?
PERTEMUAN KE-16

PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA (LANJUTAN)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1.1 Memahami pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung,
1.2 Memahami perhitungan biaya tenga kerja.
1.3 Memahami metode perhitungan biaya tenaga kerja.

B. URAIAN MATERI:
Menurut Mulyadi (2015), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Sedangkan biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk pengunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi:
1. Biaya tenaga kerja produksi:
Gaji karyawan pabrik
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
Upah lembur karyawan pabrik
Upah mandor pabrik
Gaji manajer pabrik
2. Biaya tenaga kerja pemasaran
Upah karyawan pemasaran
Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
Biaya komisi pramuniaga
Gaji manajer pemasaran
3. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum
Gaji karyawan bagian akuntansi
Gaji karyawan bagian personalia
Gaji karyawan bagian sekretariat
Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
Biaya kesejahteraan karyawan bagian sekretariat

Menurut V Wiratna (2015), gaji karyawan adalah biaya yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada karyawan tetap perusahaan misalnya pimpinan, karyawan administrasi yang gajinya
dihitung bulanan. untuk menghitung gaji didasarkan pada kartu hadir. Sedangkan Upah
adalah biaya yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan didasarkan pada jumlah jam
kerja, pembayaran bisa dilakukan mingguan atau pembayarannya dapat didasarkan pada
unit yang dihasilkan.

Biaya tenaga kerja produksi dapat dibedakan menjadi:


1. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung
terlibat dalam proses merubah bahan baku menjadi barang jadi.
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKTL) yaitu biaya tenaga kerja yang tidak secara
langsung terlibat dalam proses produksi.

Biaya tenaga kerja produksi adalah:


1. Merupakan salah satu unsur harga pokok produksi.
2. Nerupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
3. Merupakan bagian dari biaya utama.
4. Merupakan bagian dari biaya konversi.

Biaya biaya yang terkait dengan tenaga kerja ( labor related costs):
 Set up cost adalah biaya pemula atau biaya persiapan atau biaya sebelum proses
produksi dimulai termasuk biaya trial run atau biaya pemanasan mesin.
Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran pengeluaran untuk pembuatan rancang
bangun, penyusunan mesin dan peralatan, latihan bagi karyawan, dan ketugian
kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalama.
Tiga cara perlakuan terhadap biaya pemula produksi ( Mulyadi, 2015) : yaitu
1. Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung.
2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik
3. dibebankan kepada pesana yang bersangkutan
 Idle time atau waktu menganggur adalah waktu menunggu kerja karena terjadi
kerusakan mesin, karena keterlambatan bahan baku, karena listrik mati. Biaya ini dicatat
sebagai biaya overhead pabrik. Misalkan seorang karyawan harus bekerja 40 jam per
minggu. Upahnya Rp 600 per jam. Dari 40 jam kerja tersebut misalnya 10 jam
merupakan waktu menganggur, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan pesanan
tertentu. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah:
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja langsung Rp 18.000
Biaya overhead pabrik sedungguhnya Rp 6.000
Gaji dan Upah Rp 24.000

Komponen Biaya tenaga kerja yang harus di pertimbangkan dalam sistem penggajian dan
pengupahan, (Agus Purwaji dkk, 2016) yaitu:
1. Gaji dan Upah pokok
2. Program Upah insentif
a. Program insentif individu
b. Program insentif kelompok
c. Program insentif Organisasi (Perusahaan)

3. Upah lembur dan premi lembur


Premi lembur, menurut V. Wiratna (2015) adalah sejumlah uang yang dibayarkan
perusahaan kepada karyawannya karena bekerja melebihi jam yang ditentukan
perusahaan. misalnya dalam 1 minggu karyawan bekerja normal 40 jam, kelebihan dari
40 jam dihitung uang lembur. adanya lembur bisa karena berbagai hal termasuk
tambahan pekerjaan atau ada tambahan order.

C. LATIHAN SOAL:
1. Sebuah perusahaan elektronik yang menggunakan mesin besar dan canggih,
mempekerjakan karyawannya secara kelompok dengan jam kerja per-hari 8 jam. Setiap
kelompok terdiri dari 10 orang, dengan upah Rp. 4.000,-/jam/orang. Produksi standar
setiap kelompok 60 unit per-jam atau 480 unit per-hari. BOP Rp. 25.000,- per-jam atau
Rp. 200.000,- per-kelompok per-hari. Berikut produksi aktual masing-masing kelompok: A
= 420 unit, B = 480 unit, C = 510 unit, D = 540 unit, E = 525 unit, F = 492 unit.
Berdasarkan data tersebut, hitunglah:
a. Upah tetap kelompok?
b. Bonus penghematan?
c. Total penghasilan kelompok?
d. Biaya tenaga kerja per-unit?
e. BOP per-unit?
f. Biaya konversi per-unit?

Penyelesaian:
Perhitungan biaya per-hari per-kelompok:
Kelompok A B C D E F
Produk standar (a) 480 480 480 480 480 480
Produk actual (b) 420 480 510 540 525 492
Waktu actual © 80 80 80 80 80 80
Waktu standar(d=b:axc)70 80 85 90 87,5 82
Waktu hemat (e=d-c) -- -- 5 10 7,5 2
Upah standar/jam (f) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
Upah tetap (g=c x f) 320.000 320.000 320.000 320.000 320.000 320.000
Bonus (h=e x f) -- -- 20.000 40.000 30.000 8.000
Total upah (i= g+h) 320.000 320.000 340.000 360.000 350.000 328.000
Upah/unit (j=i : b) 761,90 666,67 666,67 666,67 666,67 666,67
BOP/jam (k) 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
BOP/unit (l=k : b) 476,19 416,67 392,16 370,37 380,95 406,50
B.Konversi/unit(l=j+l) 1.238,09 1.083,34 1.058,83 1.037,04 1.047,62 1.073,17

2. PT. Makmur memproduksi produk baru yaitu komponen motor. Para perancang produk
memproyeksikan kurva kemahiran 90% yang akan dicapai jika pekerja telah mahir dalam
tehnik pembuatan produk ini. Lima unit pertama yang dihasilkan memakan waktu 4
jam/unit, sedang tarip upah Rp. 8.000,- per-jam.
a) Hitunglah jam yang dibutuhkan sampai pada unit yang ke-40?
b) Hitunglah hasil produksi per-jam sampai pada unit yang ke-40?
c) Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit untuk setiap unit komulatif dari produksi?
d) Hitunglah total upah sampai pada unit yang ke-40?
Penyelesaian:
Keterangan Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Produk komulatif (a) 5 10 20 40
Jam kerja/unit (b) 4 3,6 3,24 2,916
Ttl jam kerja (c=axb) 20 36 64,8 116,64
Produksi/jam (d=a:c) 0,25 0,28 0,31 0,34
Upah/jam (e) 8.000 8.000 8.000 8.000
Upah/unit (f=bxe) 32.000 28.800 25.920 23.328
Total upah (g=axf) 160.000 288.000 518.400 933.120

D. TUGAS MANDIRI:
1. PT. Sejahtera mempekerjakan 5 kelompok karyawan dengan standar kerja harian. Setiap
kelompok terdiri dari 12 orang dengan jam kerja per-hari 8 jam. Produksi standar per-
kelompok per-hari sebesar 120 unit. Tarif upah per-jam per-orang sebesar Rp. 12.000,-.
Setiap penghematan waktu akan diberikan upah tambahan sebagai bonus. Berikut data
yang tersedia secara kelompok untuk tanggal 24 Juni 2016:
Klompok Jamkerja Pdks standar Pdks actual Tarif upah BOP
A 96 jam 120 unit 130 unit 12.000 500.000
B 96 jam 120 unit 128 unit 12.000 500.000
C 96 jam 120 unit 125 unit 12.000 500.000
D 96 jam 120 unit 122 unit 12.000 500.000
E 96 jam 120 unit 118 unit 12.000 500.000

Pertanyaan:
a. Hitunglah upah tetap kelompok?
b. Hitunglah bonus penghematan?
c. Hitunglah total penghasilan kelompok?
d. Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit?
e. Hitunglah BOP per-unit?
f. Hitunglah biaya konversi per-unit?
g. Berikan kesimpulan saudara?

2. PT. Sentosa mempekerjakan 10 orang karyawan dengan tarif upah Rp. 80.000,- per-hari
per-karyawan. Produksi standar untuk setiap karyawan 25 unit per-jam. Jika karyawan
menghasilkan diatas standar unit yang ditetapkan akan diberikan tambahan upah secara
proporsional. Biaya overhead pabrik per-hari Rp. 60.000,- Berikut hasil produksi per-jam
masing-masing karyawan: A =22 unit; B = 25 unit; C = 28 unit; D = 30 unit dan E = 32 unit.
Pertanyaan:
a. Hitunglah upah per-jam masing-masing karyawan?
b. Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit?
c. Hitunglah biaya overhead per-unit?
d. Hitunglah biaya konversi per-unit?
e. Berikan kesimpulan saudara?

3. PT. Bahagia mempekerjakan 5 orang karyawan dengan standar kerja mingguan. Data
yang tersedia untuk minggu pertama bulan September 2016, sebagai berikut:
Nama Jamkerja Pdks standar Pdks actual Tarif upah BOP
A 40 jam 100 unit 95 unit 400.000 375.000
B 40 jam 100 unit 100 unit 440.000 375.000
C 40 jam 100 unit 110 unit 480.000 375.000
D 40 jam 100 unit 120 unit 500.000 375.000
E 40 jam 100 unit 150 unit 550.000 375.000

Pertanyaan:
a. Hitunglah rasio efisiensi?
b. Hitunglah total penghasilan masing-masing karyawan?
c. Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit?
d. Hitunglah biaya overhead pabrik per-unit?
e. Hitunglah biaya konversi per-unit?

4. PT. Lestari memproduksi produk baru berupa spare part pesawat terbang. Para
perancang produk memproyeksikan kurva kemahiran 85% yang akan dicapai jika pekerja
telah mahir dalam tehnik pembuatan produk ini. Dua unit pertama yang dihasilkan
memerlukan waktu 6 jam per-unit, sedangkan tarif upah per-jam sebesar Rp. 12.000,-
Pertanyaan:
a. Hitunglah jam kerja untuk setiap komulatif sampai pada unit yang ke-32?
b. Hitunglah hasil produksi per-jam?
c. Hitunglah biaya tenaga kerja per-unit sampai pada unit yang ke-32?
d. Hitunglah total biaya tenaga kerja sampai pada unit yang ke-32?
PERTEMUAN KE-17

PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1 Memahami pengertian tentang biaya overhead pabrik.
1.2 Memahami metode penentuan tarif biaya overhead pabrik.
1.3 Memahami metode alokasi biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen
produksi.

B. URAIAN MATERI:
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah seluruh biaya yang terkait dengan proses produksi
dikurangi dengan biaya utama. Biaya utama adalah biaya bahan baku langsung ditambah
biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi
beberapa golongan, (Mulyadi, 2015), yaitu :
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yang terdiri dari
1) karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen –
departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang
2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala
departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap


e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Dalam proses produksi, terlebih untuk perusahaan yang semakin besar, BOP biasanya
dibebankan berdasarkan tarip ditentukan dimuka. Dengan demikian muncul dua jenis BOP
yaitu BOP yang sesungguhnya terjadi dan BOP yang dibebankan ke produk.
Definisi tarif BOP itu sendiri menurut V. Wiratna (2015), adalah sejumlah uang yang akan
dibayarkan perusahaan untuk memnuhi biaya overhead pabrik.

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap, (Mulyadi, 2015), yaitu
:
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
terdapat tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran
biaya overhead pabrik, yaitu :
1) Kapasitas teoritis (theoritical capacity)
2) Kapastitas normal (normal capacity)
3) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity)
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik

1. Metode penentuan tarip BOP:


a. Keluaran fisik (output fisik)
b. Bahan baku langsung
c. Tenaga kerja langsung
d. Jam kerja langsung
e. Jam mesin

2. Jika perusahaan membagi pabriknya dalam departemen produksi dan departemen jasa,
maka BOP departemen jasa harus dialokasikan ke departemen produksi. Metode alokasi
BOP Departemen Jasa ke Departemen Produksi sebagai berikut:
a. Metode Langsung (Direct Method)
b. Metode Bertahap Tidak Bertimbal Balik (Non Reciprocal M)
c. Metode Aljabar (Algebra Method)
3. Dalam hubungannya dengan volume produksi, BOP digolongkan menjadi:
a. BOP tetap yaitu BOP yang jumlahnya selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
produksi.
b. BOP variabel yaitu BOP yang jumlahnya selalu berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi.

C. LATIHAN SOAL:
1. PT. Sabar menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 10.000.000,-
Perusahaan akan menentukan tarip BOP untuk pembebanan pada proses produksi.
Dasar alokasi masing-masing metode yang akan digunakan sebagai dasar pembebanan
biaya overhead pabrik sebagai berikut:
Jam kerja mesin 10.000 JKM
Jam kerja langsung 12.500 JKL
Unit produksi 50.000 unit
Biaya bahan langsung Rp. 15.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 8.000.000,-
Pertanyaan:
Hitunglah tarip BOP berdasarkan metode:
a. Jam kerja mesin
b. Jam kerja langsung
c. Unit produksi
d. Biaya bahan langsung
e. Biaya tenaga kerja langsung

Penyelesaian:
Tarip BOP berdasarkan metode:
a. Jam kerja mesin = Rp. 10.000.000 : 10.000 JKM = Rp. 1.000/JKM
b. Jam kerja langsung = Rp. 10.000.000 : 12.500 JKL = Rp. 800/JKL
c. Unit produksi = Rp. 10.000.000 : 50.000 unit = Rp. 200/unit
d. Biaya bahan langsung = 10.000.000 : 15.000.000 = 0,6667 = 66,67%
e. Biaya tenaga kerja langsung = 10.000.000 : 8.000.000 = 1,25 = 125%

2. PT. Subur memproduksi barang pesanan. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan ke
produk berdasarkan jam kerja mesin. Kapasitas normal dalam 1 tahun adalah 100.000
jam kerja mesin. Anggaran BOP untuk tahun 2016 yang disusun berdasarkan kapasitas
normal sebagai berikut:
Jenis biaya BOP Tetap BOP Variabel Total
Bahan tidak langsung 0 2.000.000 2.000.000
Biaya listrik 0 2.800.000 2.800.000
Tenaga kerja tidak langsung 1.000.000 1.500.000 2.500.000
Kesejahteraan karyawan 1.300.000 0 1.300.000
Reparasi & pemeliharaan 500.000 400.000 900.000
Asuransi pabrik 400.000 0 400.000
Penyusutan mesin 600.000 0 600.000
Jumlah 3.800.000 6.700.000 10.500.000

Selama tahun 2016, realisasi jam kerja mesin adalah 95.000 jam dan BOP yang
sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Jenis biaya BOP Tetap BOP Variabel Total
Bahan tidak langsung 0 2.100.000 2.100.000
Biaya listrik 0 2.700.000 2.700.000
Tenaga kerja tidak langsung 1.000.000 1.600.000 2.600.000
Kesejahteraan karyawan 1.300.000 0 1.300.000
Reparasi & pemeliharaan 500.000 750.000 1.250.000
Asuransi pabrik 400.000 0 400.000
Penyusutan mesin 600.000 0 600.000
Jumlah 3.800.000 7.150.000 10.950.000
Pertanyaan:
a. Hitunglah tarip BOP tetap?
b. Hitunglah tarip BOP variabel?
c. Hitunglah BOP yang dibebankan dalam proses produksi tahun 2016?
d. Buatlah jurnal BOP yang dibebankan?
e. Buatlah jurnal atas BOP yang sesungguhnya terjadi?
f. Hitunglah variance BOP?
g. Buatlah jurnal variance BOP ke akun harga pokok penjualan?

Penyelesaian:
a. Tarip BOP tetap = Rp. 3.800.000 : 100.000 JKM = Rp. 38/JKM

b. Tarip BOP variabel = Rp. 6.700.000 : 100.000 JKM = Rp. 67/JKM

c. BOP yang dibebankan dalam proses produksi tahun 2016:


BOP tetap Rp. 3.800.000
BOP variabel (95.000 x Rp. 67) Rp. 6.365.000
Jumlah Rp. 10.165.000

d. Jurnal BOP yang dibebankan:


Produk Dalam Proses – BOP Rp. 10.165.000
BOP Dibebankan Rp. 10.165.000

e. Jurnal BOP yang sesungguhnya terjadi:


BOP Aktual Rp. 10.950.000
Persediaan bahan Rp. 2.100.000
Gaji & Upah Rp. 2.600.000
Biaya Reparasi & Pemeliharaan Rp. 1.250.000
Asuransi Dibayar Dimuka Rp. 400.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp. 600.000
Kas Rp. 4.000.000

f. BOP Dibebankan Rp. 10.165.000


BOP Aktual Rp. 10.950.000
Variance BOP Rp. 785.000

g. Jurnal Penyesuaian:
Harga Pokok Penjualan Rp. 785.000
BOP Dibebankan Rp. 10.165.000
BOP Aktual Rp. 10.950.000

3. Metode Langsung (Direct Method).


PT. Makmur memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen
produksi I, departemen produksi II, departemen jasa A dan departemen jasa B. Berikut
data yang berhubungan dengan alokasi BOP:

a. Anggaran BOP sebelum alokasi:


Departemen BOP tetap BOP variable Total
Produksi I 200.000 300.000 500.000
Produksi II 250.000 400.000 650.000
Jasa A 150.000 250.000 400.000
Jasa B 100.000 200.000 300.000

b. Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai Jam Mesin JamKerja Langsung
Produksi I 60 300 50.000 20.000
Produksi II 40 200 30.000 40.000
Jasa A 30 150 0 0
Jasa B 25 125 0 0
c. Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 40% 60%
Produksi II 55% 45%

d. Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Luas lantai
B Jumlah karyawan

e. Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam mesin
Produksi II Jam kerja langsung

f. Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi


menggunakan metode langsung.

Diminta:
a. Buatlah table alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b. Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c. Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen
produksi?

Penyelesaian:
a. Tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi:
Keterangan D.Produksi I D.Produksi II Dept, Jasa A Dept. Jasa B
Anggaran BOP 500.000 650.000 400.000 300.000
Alokasi D.Jasa A 240.000 160.000 (400.000) * 0
Alokasi D.Jasa B 180.000 120.000 0 (300.000)**
Jumlah 920.000 930.000 nihil nihil

*) BOP Departemen Jasa A Rp. 400.000


Dasar alokasi luas lantai DP I + DP II = 300 + 200 = 500
Departemen Produksi I = 300 : 500 x 400.000 = 240.000
Departemen Produksi II = 200 : 500 x 400.000 = 160.000

**)BOP Departemen Jasa B Rp. 300.000


Dasar alokasi jumlah karyawan DP I + DP II = 60 + 40 = 100
Departemen Produksi I = 60 : 100 x 300.000 = 180.000
Departemen Produksi II = 40 : 100 x 300.000 = 120.000

b. Tarip BOP departemen produksi:


Keterangan D.Produksi I D.Produksi II
BOP setelah alokasi 920.000 930.000
Dasar alokasi 50.000 JKM 40.000 JKL
Tarip BOP 18,40/JKM 23,25/JKL

c. Tarip BOP tetap dan BOP variabel:


Keterangan Total BOP BOP Tetap BOP Variabel
Dept. Produksi I Rp. 18,40 40% = 7,36 60% = 11,04
Dept. Produksi II Rp. 23,25 55% = 12,79 45% = 10,46
Jumlah Rp. 41,65 Rp. 20,15 Rp. 21,50

4. Metode Bertahap Tidak Bertimbal Balik (Non Reciprocal Method).


PT. Makmur memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen
produksi I, departemen produksi II, departemen jasa A dan departemen jasa B. Berikut
data yang berhubungan dengan alokasi BOP:

a. Anggaran BOP sebelum alokasi:


Departemen BOP tetap BOP variable Total
Produksi I 200.000 300.000 500.000
Produksi II 250.000 400.000 650.000
Jasa A 150.000 250.000 400.000
Jasa B 100.000 200.000 300.000

b. Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai Jam Mesin JamKerja Langsung
Produksi I 60 300 50.000 20.000
Produksi II 40 200 30.000 40.000
Jasa A 30 150 0 0
Jasa B 25 125 0 0

d. Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 40% 60%
Produksi II 60% 40%

e. Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Jumlah karyawan
B Luas lantai

f. Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam kerja langsung
Produksi II Jam kerja mesin

g. Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi


menggunakan metode bertahap tidak bertimbal balik.

Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b. Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c. Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen produksi?

Penyelesaian:
a. Tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi:
Keterangan D.Produksi I D.Produksi II Dept, Jasa A Dept. Jasa B
Anggaran BOP 500.000 650.000 400.000 300.000
Alokasi D.Jasa A 192.000 128.000 (400.000)* 80.000
Alokasi D.Jasa B 228.000 152.000 0 (380.000)**
Jumlah 920.000 930.000 nihil nihil

*) BOP Departemen Jasa A Rp. 400.000


Dasar alokasi jumlah karyawan DP I + DP II + DJ B= 60 + 40 + 25 = 125
Departemen Produksi I = 60 : 125 x 400.000 = 192.000
Departemen Produksi II = 40 : 125 x 400.000 = 128.000
Departemen Jasa B = 25 : 125 x 400.000 = 80.000

**)BOP Departemen Jasa B Rp. 300.000 + 80.000 = 380.000


Dasar alokasi luas lantai DP I + DP II = 300 + 200 = 500
Departemen Produksi I = 300 : 500 x 380.000 = 228.000
Departemen Produksi II = 200 : 500 x 380.000 = 152.000

d. Tarip BOP departemen produksi:


Keterangan D.Produksi I D.Produksi II
BOP setelah alokasi 920.000 930.000
Dasar alokasi 20.000 JKL 30.000 JKM
Tarip BOP 46/JKM 31/JKL

e. Tarip BOP tetap dan BOP variabel:


Keterangan Total BOP BOP Tetap BOP Variabel
Dept. Produksi I Rp. 46 40% = 18,40 60% = 27,60
Dept. Produksi II Rp. 31 60% = 18,60 40% = 12,40
Jumlah Rp. 77 Rp. 37,00 Rp. 40,00

D. TUGAS MANDIRI:
1. PT. Sabar menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 60.000.000.
Perusahaan merencanakan akan memilih dasar yang akan digunakan dalam
membebankan biaya overhead pabrik dalam menyelesaikan suatu produk. Taksiran
untuk masing-masing dasar yang digunakan adalah:
- Jam kerja mesin 30.000
- Jam kerja langsung 40.000
- Unit produksi 120.000
- Biaya bahan langsung Rp. 50.000.000
- Biaya pekerja langsung Rp. 100.000.000
Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik berdasarkan metode:
a. Jam kerja mesin?
b. Jam kerja langsung?
c. Unit produksi?
d. Biaya bahan langsung?
e. Biaya tenaga kerja langsung?

2. PT. Subur memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen produksi


I dan II serta departemen jasa A dan B. Berikut data yang berhubungan dengan alokasi
BOP:

a) Anggaran BOP sebelum alokasi:


Departemen BOP tetap BOP variable Total
Produksi I 222.400 333.600 556.000
Produksi II 276.800 465.200 742.000
Jasa A 160.000 240.000 400.000
Jasa B 140.000 210.000 350.000

b) Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai Jam Mesin JamKerja Langsung
Produksi I 90 600 80.000 25.000
Produksi II 90 1.000 40.000 50.000
Jasa A 40 200 0 0
Jasa B 20 200 0 0

c) Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 60% 40%
Produksi II 50% 50%

d) Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Luas lantai
B Jumlah karyawan

e) Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam kerja mesin
Produksi II Jam kerja langsung

f) Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi


menggunakan metode langsung.

Diminta:
a) Buatlah tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b) Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c) Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen produksi?
PERTEMUAN KE-18

PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (LANJUTAN)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1 Memahami pengertian tentang biaya overhead pabrik.
1.2 Memahami metode penentuan tarif biaya overhead pabrik.
1.3 Memahami metode alokasi biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen
produksi.

B. URAIAN MATERI:
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah seluruh biaya yang terkait dengan proses produksi
dikurangi dengan biaya utama. Biaya utama adalah biaya bahan baku langsung ditambah
biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi
beberapa golongan, (Mulyadi, 2015), yaitu :
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yang terdiri dari
1. karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen –
departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala
departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap


e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.

Dalam proses produksi, terlebih untuk perusahaan yang semakin besar, BOP biasanya
dibebankan berdasarkan tarip ditentukan dimuka. Dengan demikian muncul dua jenis BOP
yaitu BOP yang sesungguhnya terjadi dan BOP yang dibebankan ke produk.
Definisi tarif BOP itu sendiri menurut V. Wiratna (2015), adalah sejumlah uang yang akan
dibayarkan perusahaan untuk memnuhi biaya overhead pabrik.

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap, (Mulyadi, 2015), yaitu
:
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
terdapat tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran
biaya overhead pabrik, yaitu :
1. Kapasitas teoritis (theoritical capacity)
2. Kapastitas normal (normal capacity)
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity)
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik

1. Metode penentuan tarip BOP:


 Keluaran fisik (output fisik)
 Bahan baku langsung
 Tenaga kerja langsung
 Jam kerja langsung
 Jam mesin

2. Jika perusahaan membagi pabriknya dalam departemen produksi dan departemen jasa,
maka BOP departemen jasa harus dialokasikan ke departemen produksi. Metode alokasi
BOP Departemen Jasa ke Departemen Produksi sebagai berikut:
a. Metode Langsung (Direct Method)
b. Metode Bertahap Tidak Bertimbal Balik (Non Reciprocal M)
c. Metode Aljabar (Algebra Method)

3. Dalam hubungannya dengan volume produksi, BOP digolongkan menjadi:


a. BOP tetap yaitu BOP yang jumlahnya selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
produksi.
b. BOP variabel yaitu BOP yang jumlahnya selalu berubah sebanding dengan perubahan
volume produksi.

C. LATIHAN SOAL:
1. Metode Bertahap Tidak Bertimbal Balik (Non Reciprocal Method).
PT. Makmur memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen
produksi I, departemen produksi II, departemen jasa A dan departemen jasa B. Berikut
data yang berhubungan dengan alokasi BOP:

a. Anggaran BOP sebelum alokasi:


Departemen BOP tetap BOP variable Total
Produksi I 200.000 300.000 500.000
Produksi II 250.000 400.000 650.000
Jasa A 150.000 250.000 400.000
Jasa B 100.000 200.000 300.000

b. Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai Jam Mesin JamKerja Langsung
Produksi I 60 300 50.000 20.000
Produksi II 40 200 30.000 40.000
Jasa A 30 150 0 0
Jasa B 25 125 0 0
b. Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 40% 60%
Produksi II 60% 40%

c. Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Jumlah karyawan
B Luas lantai

d. Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam kerja langsung
Produksi II Jam kerja mesin

e. Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi


menggunakan metode bertahap tidak bertimbal balik.

Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b. Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c. Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen produksi?

Penyelesaian:
a. Tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi:
Keterangan D.Produksi I D.Produksi II Dept, Jasa A Dept. Jasa B
Anggaran BOP 500.000 650.000 400.000 300.000
Alokasi D.Jasa A 192.000 128.000 (400.000)* 80.000
Alokasi D.Jasa B 228.000 152.000 0 (380.000)**
Jumlah 920.000 930.000 nihil nihil

*) BOP Departemen Jasa A Rp. 400.000


Dasar alokasi jumlah karyawan DP I + DP II + DJ B= 60 + 40 + 25 = 125
Departemen Produksi I = 60 : 125 x 400.000 = 192.000
Departemen Produksi II = 40 : 125 x 400.000 = 128.000
Departemen Jasa B = 2 : 125 x 400.000 = 80.000

**)BOP Departemen Jasa B Rp. 300.000 + 80.000 = 380.000


Dasar alokasi luas lantai DP I + DP II = 300 + 200 = 500
Departemen Produksi I = 300 : 500 x 380.000 = 228.000
Departemen Produksi II = 200 : 500 x 380.000 = 152.000

b. Tarip BOP departemen produksi:


Keterangan D.Produksi I D.Produksi II
BOP setelah alokasi 920.000 930.000
Dasar alokasi 20.000 JKL 30.000 JKM
Tarip BOP 46/JKM 31/JKL

c. Tarip BOP tetap dan BOP variabel:


Keterangan Total BOP BOP Tetap BOP Variabel
Dept. Produksi I Rp. 46 40% = 18,40 60% = 27,60
Dept. Produksi II Rp. 31 60% = 18,60 40% = 12,40

Jumlah Rp. 77 Rp. 37,00 Rp. 40,00

2. Metode Aljabar (Algebra Method).


PT. Sentosa memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen
produksi I dan II serta departemen jasa A dan B. Berikut data yang berhubungan dengan
alokasi BOP:

a. Anggaran BOP sebelum alokasi:


Departemen BOP tetap BOP variable Total
Produksi I 200.000 300.000 500.000
Produksi II 250.000 400.000 650.000
Jasa A 150.000 250.000 400.000
Jasa B 100.000 200.000 300.000

b. Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai JKM JKL Jam Listrk
Produksi I 60 300 4.000 3.000 2.000
Produksi II 40 200 5.000 2.500 1.700
Jasa A 30 150 0 0 1.300
Jasa B 25 125 0 0 1.000

c. Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 40% 60%
Produksi II 60% 40%

d. Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Jumlah karyawan
B Jam listrik

e. Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam kerja mesin (JKM)
Produksi II Jam kerja langsung (JKL)
b. Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi
menggunakan metode aljabar.

Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b. Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c. Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen produksi?

Penyelesaian:
Langkah 1: Menghitung BOP dept. jasa dengan persamaan matematis
Keterangan Dept. Jasa A (JK) Dept. Jasa B (JL)
Dept. Produksi I 60 48% 2.000 40%
Dept. Produksi II 40 32% 1.700 34%
Dept. Jasa A -- -- 1.300 26%
Dept. Jasa B 25 20% -- --
Jumlah 125 100% 5.000 100%
Persamaan A = 400.000 + 0,26B
B = 300.000 + 0,20A
A = 400.000 + 0,26 (300.000 + 0,20A)
A = 400.000 + 78.000 + 0,052A
A – 0,052 A = 478.000
0,948 A = 478.000
A = 504.219

B = 300.000 + 0,20 x 504.219


B = 300.000 + 100.844
B = 400.844

Langkah 2: Menghitung alokasi BOP Dept. Jasa A Rp. 504.219


Departemen Produksi I = 48% x 504.219 = 242.025
Departemen Produksi II = 32% x 504.219 = 161.350
Departemen Jasa B = 20% x 504.219 = 100.844

Langkah 3: Menghitung alokasi BOP Dept. Jasa B Rp. 400.844


Departemen Produksi I = 40% x 400.844 = 160.338
Departemen Produksi II = 34% x 400.844 = 136.287
Departemen Jasa A = 26% x 400.844 = 104.219

a. Tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi:


Keterangan D.Produksi I D.Produksi II Dept, Jasa A Dept. Jasa B
Anggaran BOP 500.000 650.000 400.000 300.000
Alokasi D.Jasa A 242.025 161.350 (504.219) 100.844
Alokasi D.Jasa B 160.338 136.287 104.219 (400.844)
Jumlah 902.363 947.637 nihil nihil
b. Tarip BOP departemen produksi:
Keterangan D.Produksi I D.Produksi II
BOP setelah alokasi 902.363 947.637
Dasar alokasi 4.000 JKM 2.500 JKL
Tarip BOP 225,59/JKM 379,05/JKL

c. Tarip BOP tetap dan BOP variabel:


Keterangan Total BOP BOP Tetap BOP Variabel
Dept. Produksi I Rp. 225,59 40% = 90,24 60% = 135.35
Dept. Produksi II Rp. 379,05 60% = 227,43 40% = 151,62
Jumlah Rp. 604,64 Rp. 317,67 Rp. 286,97
D. TUGAS MANDIRI:
1. PT. Makmur memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen
produksi I, departemen produksi II, departemen gudang dan departemen administrasi.
Berikut data yang berhubungan dengan alokasi BOP:
a) Anggaran BOP
Departemen Total
Produksi I 120.000.000
Produksi II 100.000.000
Gudang 75.000.000
Administrasi 60.000.000

b) Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai Jam Mesin Jam Kerja Langsung
Produksi I 42 3.000 5.000 12.000
Produksi II 98 2.000 6.000 10.000
Gudang 34 1.500 0 0
Administrasi 26 1.000 0 0

c) Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variable
Produksi I 60% 40%
Produksi II 40% 60%

d) Dasar alokasi departemen jasa:


Departemen jasa Dasar alokasi
A Luas lantai
B Jumlah karyawan

e) Tarip BOP:
Departemen Dasar alokasi
Produksi I Jam kerja mesin
Produksi II Jam kerja langsung
f) Perusahaan mengalokasikan BOP departemen jasa ke departemen produksi
menggunakan metode bertahap tidak bertimbal balik.

Diminta:
a) Buatlah tabel alokasi BOP departemen jasa ke departemen produksi?
b) Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
b) Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen produksi?

2. PT. Sejahtera memproduksi barang menggunakan 4 departemen yaitu departemen


produksi I, departemen produksi II, departemen jasa 1 dan departemen jasa 2. Berikut
data yang berhubungan dengan alokasi BOP:

a) Anggaran BOP
Departemen Total
Produksi I 700.500.000
Produksi II 600.000.000
Jasa 1 414.600.000
Jasa 2 352.000.000

b) Penelitian pabrik awal periode:


Departemen Karyawan Luas lantai JKM JKL Jam listrik
Produksi I 90 2.800 4.000 3.000 3.000
Produksi II 80 2.000 5.000 2.500 1.800
Jasa 1 20 1.600 0 0 1.200
Jasa 2 30 1.600 0 0 1.000

c) BOP dibebankan berdasarkan tarip ditentukan dimuka. Alokasi BOP masing2


departemen sbb.:
Departemen
Produksi I : Jam Kerja Langsung Jasa 1: Jumlah Karyawan
Produksi II : Jam Kerja Mesin Jasa 2: Jam Tenaga Listrik

d) Proporsi BOP:
Departemen BOP tetap BOP variabel
Produksi I 60% 40%
Produksi II 40% 60%

Diminta:
a) Buatlah tabel alokasi BOP?
b) Hitunglah tarip BOP masing-masing departemen produksi?
c) Hitunglah tarip BOP tetap dan BOP variable masing-masing departemen?
Universitas Pamulang

PЕRTЕMUAN 19

BIAYA STANDAR

A. TUJUAN PЕMBЕLAJARAN
Sеtеlah mеmpеlajari matеri ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mеmahami pengertian biaya standar
2. Memahami mengenai analisis penyimpangan biaya standar

B. URAIAN MATЕRI

1. Pengertian

Perusahaan sangat perlu menciptakan suasana yang bisa mendorong


peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan dapat meningkat
dengan cara penerapan pengendalian biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan
dengan menentukan biaya standar yang dapat dijadikan pedoman. Biaya standar
yang telah kita tentukan akan dapat digunakan untuk mengendalikan dan untuk dapat
mengevaluasi kinerja manajer. Pengendalian dan evaluasi dapat dilakukan dengan
membandingka antara realisasi biaya dengan biaya standar.

Standar Unit
Standar adalah tolak ukur atau dasar-dasar untuk norma-norma untuk
mengukur suatu kinerja. Standar yang ditetapkan pasti berhubungan dengan harga
dan kuantitas. Berapa jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output
merupakan keputusan yang berhubungan dengan standar kuantitas. Berapa jumlah
yang seharusnya dibayarkan untuk kuantitas yang digunakan merupakan keputusan
yang berhubungan dengan standar harga. Biaya standar per unit dapat dihitung
dengan mengalikan standar kuantitas dengan standar harga.
Biaya Standar per Unit = Standar Kuantitas X Standar Harga

Agar perusahaan dapat menerapkan biaya standar dengan baik, maka


perusahaan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Sumber yang
mungkin untuk menentukan standar kuantitas adalah pengalaman historis, penelitian
teknis dan masukan dari personal bagian operasional. Sumber yang mungkin untuk
Universitas Pamulang

menentukan standar harga adalah kualitas produk yang dihasilkan, bagianpembelian


yang harus mempertimbangkan disko atau bonus yang mungkin terjadi.
Terdapat 2 (dua) jenis standar yang biasanya dipakai, yaitu:
a. Ideal
Standar ini disusun berdasarkan kondisi perusahaan saat berada pada
tingkat efisiensi yang maksimum. Standar ideal harus dapat dicapai jika
semuanya berjalan dengan sempurna tidak mempertimbangkan adanya
kemacetan dan tidak ada karyawan yang berketrampilan kurang.
b. Currently Attainable
Standar ini dapat dicapai dalam kondisi operasi secara efisien dan telah
mempertimbangkan adanya kemacetan secara normal, adanya
kemungkinan tenaga kerja yang kurang terampil, dan lain-lain.
Kedua jenis standar diatas mempunyai dampak perilaku terhadap pekerja dan
kinerja. Jika standar dilakukan dengan ketat dan sulit untuk dicapai, maka tenaga kerja
akan frustrasi dan berkinerja buruk dan menurun. Jika standar dilakukan dengan cara
memberi tantangan dan adanya kemungkinan untuk dapat dicapai, maka tenaga kerja
akan lebih semangat dalam bekerja dan berkinerja baik.
Perusahaan manufaktur akan mengembangkan biaya standar untuk bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan
menggunakan biaya ini, biaya standar dapat dihitung.

Analisis Penyimpangan
Penggunaan biaya standar akan mencatat biaya menurut standar dan
menatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya ini akan diperbandingkan dan
akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnyaterjadi dan
biaya menurut standar. Selisih biaya ini akan dimanfaatkan oleh manajer untuk
mengendalian biaya. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi akan diperoleh
informasi yang harus dipertanggungjawabkan atas terjadinya penyimpangan biaya.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas yang
sesungguhnya dan kapasitas standar. Biaya overhead pabrik memiliki kapasitas
sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas normal. Biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standra,
maka perhitungan selisih yang terkadi dikaitkan dengan cara yang sama.
Universitas Pamulang

Apabila Biaya Standar > Biaya Sesungguhnya,


maka akan terjadi Menguntungkan (M) Atau Favorable (F)
Apabila Biaya Standar < Biaya Sesungguhnya,
maka akan terjadi Tidak Menguntungkan (TM) Atau Unfavorable (UF)

Analisis Penyimpangan Bahan Baku


Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual bahan baku
dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual. Penyimpangan harga
bahan baku (material price variance) mengukur perbedaan antara berapa yang
Universitas Pamulang

harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –


(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga


Aktual Standar
Harga Aktual x Kuantitas Aktual Harga Standar x Kuantitas
Aktual

Penyimpangan
Harga

Penyimpangan penggunaan bahan baku (material usage variance) mengukur


perbedaan antara bahan baku langsung yang aktual yang digunakan dan bahan baku
langsung yang seharusnya digunakan untuk output atual. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas


Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas
Standar) X Harga Standar
atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga


Standar Standar
Harga Standar x Kuantitas Harga Standar x Kuantitas
Aktual Standar

Penyimpangan
Penggunaan
Universitas Pamulang

Total penyimpangan biaya bahan baku merupakan penjumlahan dari


penyimpangan harga bahan baku dan penyimpanggan penggunana bahan baku.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Bahan Baku = Penyimpangan Harga Bahan


Baku + Penyimpangan
Penggunaan Bahan Baku
Atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Harga Aktual x Kuantitas Aktual Harga Standar x Kuantitas Harga Standar x Kuantitas
Aktual Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Harga Penggunaan

Total Penyimpangan

Contoh 1
Berikut ini adalah data biaya bahan baku langsung untuk memproduksikan satu unit
produk jadi. Bahan baku A digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut.
Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 10 kg
bahan baku A dengan harga standar sebesar Rp 5. Pada kenyataannya, untuk
membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 12 kg bahan baku A dengan harga
sebesar Rp 7.

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –


(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
= (Rp 7 x 12 kg) – (Rp 5 x 12 kg)
= Rp 84 – Rp 60 = Rp 24 (UF)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
= (Rp 7 – Rp 5) x 12 kg
= Rp 2 x 12 kg = Rp 24 (UF)
Universitas Pamulang

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas


Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
= (Rp 5 x 12 kg) – (Rp 5 x 10 kg)
= Rp 60 – Rp 50 = Rp 10 ( UF)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas

Standar) X Harga Standar


= (12 kg – 10 kg) x Rp 5
= 2 kg x Rp 5 = Rp 10 (UF)

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Rp 7 x 12 kg = Rp 84 Rp 5 x 12 kg = Rp 60 Rp 5 x 10 kg = Rp 50

Penyimpangan Harga Penyimpangan Penggunaan


Rp 24 (UF) Rp 10 (UF)

Total Penyimpangan
Rp 34 (UF)

Analisis Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung


Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual tenaga kerja
langsung dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual.
Penyimpangan tarif bahan baku (labor rate variance) mengukur perbedaan antara apa
yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya
dibayarkan.. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) –


(Tarif Standar x Jam Aktual)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
atau
Universitas Pamulang

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual

Penyimpangan
Tarif

Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance) mengukur


perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga
kerja yang seharusnya digunakan. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam


Aktual) – (Tarif Standar x
Jam Standar)
atau
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam
Standar) X Tarif Standar
atau

Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar

Penyimpangan
Efisiensi

Total penyimpangan biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari


penyimpangan tarif tenaga kerja dan penyimpanggan efisiensi tenaga kerja. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja = Penyimpangan Tarif Tenaga


Kerja + Penyimpangan
Efisiensi Tenaga Kerja
Atau
Universitas Pamulang

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi

Total Penyimpangan

Contoh 2
Melanjutkan contoh 1, berikut ini adalah data biaya tenaga kerja langsung untuk
memproduksikan satu unit produk jadi. Tenaga Kerja Ahli digunakan untuk
memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk
1 unit produk jadi diperlukan 3 jam tenaga kerja ahli dengan tarif standar sebesar Rp
5.000. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 2
jam tenaga kerja ahli dengan upah sebesar Rp 4.500.

Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) –


(Tarif Standar x Jam Aktual)
= (Rp 4.500 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 2 jam)
= Rp 9.000 – Rp 10.000 = Rp 1.000 (F)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
= (Rp 4.500 – Rp 5.000) x 2 jam
= Rp 500 x 2 jam = Rp 1.000 (F)

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam


Aktual) – (Tarif Standar x Jam
Standar)
= (Rp 5.000 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 3 jam)
= Rp 10.000 – Rp15.000 = Rp 5.000 ( F)
atau
Universitas Pamulang

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam


Standar) X Tarif Standar
= (2 jam – 3 jam) x Rp 5.000
= 1 jam x Rp 5.000 = Rp 5.000 (F)

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Rp 4.500 x 2 jam = Rp 9.000 Rp 5.000 x 2 jam = Rp 10.000 Rp 5.000 x 3 jam = Rp 15.000

Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi
Rp 1.000 (F) Rp 5.000 (F)

Total Penyimpangan
Rp 6.000 (F)

Analisis Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik


Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat terjadi disebabkan oleh :
c. Jumlah produksi melebihi atau kurang dari kapasitas produksi yang
disiapkan atau dianggarkan. Penganggaran kapasita produksi biasanya
berdasarkan pada aktivitas normal.
d. Realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang
telah dianggarkan.
e. Jam kerja atau volume aktivitias yang digunakan melebihi atau kurang dari
jumlah yang diperkenankan menurut standar untuk jumlah produksi yang
dihasilkan.
Biaya overhead pabrik pada umumnya dibebankan pada produk berdasarkan
jam standar. Penyimpangan overhead pabrik terjadi bila realisasi pemakaian jam
tenaga kerja langsung berbeda dari jumlah jam yang seharusnya menurut standar dan
dari jumlah jam yang dianggarkan untuk kapasitas produksi.
Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat dianalisa dengan beberapacara,
yaitu:
a. Metode dua selisih
b. Metode tiga selisih
c. Metode empat selisih
d. Metode lima selisih
Universitas Pamulang

Metode Dua Selisih


Pada metode dua selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas dua, yaitu:
a. Penyimpangan terkendali (Controllable Variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan jumlah anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)

b. Penyimpangan volume ( Volume Variance)


Penyimpangan ini terjadi karena volume produksi tidak mencapai atau
melebihi kapasitas produksi yang direncanakan. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar


– (Jam Standar x Tarif Overhead)

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan volume dan penyimpanggan terkendali. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Terkendali +


Penyimpangan Volume

Atau

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Pada Jam Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali

Total Penyimpangan
Universitas Pamulang

Contoh 3
Data-data kegiatan yang dipunyai oleh Tuan Sihombing untuk dianalisis adalah
sebagai berikut:
Jam tenaga kerja langsung aktual 5.000 jam
Jam tenaga kerja langsung menurut standar 5.200 jam
Kapasitas normal 6.000 jam
Biaya overhead pabrik aktual Rp 29.500.000
Biaya overhead pabrik yang direncanakan:
Overhead variabel Rp 12.000.000
Overhead tetap Rp 18.000.000
Rp12.000.000
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan = = Rp 2000 / jam
6.000 jam

Rp18.000.000
Tarif Overhead Tetap Yang Dianggarkan = = Rp 3000 / jam
6.000 jam
Total Tarif Overhead Yang Dianggarkan Rp 5.000 / jam

Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.200 jam x Rp 2.000/ jam) 10.400.000 28.400.000

Penyimpangan Terkendali Rp 1.100.000 (U)


Universitas Pamulang

Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar


– (Jam Standar x Tarif Overhead)

Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar Rp 28.400.000

(Jam Standar x Tarif Overhead Yang Dianggarkan)

(5.200 jam x Rp 5.000/ jam) 26.000.000

Penyimpangan Volume Rp 2.400.000 (U)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Rp 29.500.000 Pada Jam Standar Rp 5.000 x 5.200 jam =
Rp 18.000.000 + (5.200 jam x Rp Rp 26.000.000
2.000/jam = Rp 28.400.000

Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali
Rp 1.100.000 (U) Rp 2.400.000 (U)

Total Penyimpangan
Rp 3.500.000 (U)

Metode Tiga Selisih


Pada metode tiga selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas tiga, yaitu:

a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)
Universitas Pamulang

b. Penyimpangan efisiensi (efficiency variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang


Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut
Standar)

c. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)


Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi +
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur
Universitas Pamulang

Contoh 4
Memakai soal no 3, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual -


(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 28.000.000

Penyimpangan Pengeluaran Rp 1.500.000 (U)

Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang


Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut
Standar)

= Rp 5.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 5.000 x 200 Jam = Rp 1.000.000 (F)

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)

= Rp 3.000 x 1.000 Jam

= Rp 3.000.000 (U)
Universitas Pamulang

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik = Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi +

Penyimpangan Kapasitas

Menganggur

= Rp 1.500.000 (U) + Rp 1.000.000


(F) + Rp 3.000.000 (U)

= Rp 3.500.000 (U)

Metode Empat Selisih


Pada metode empat selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik
dibedakan atas empat, yaitu:

a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)

b. Penyimpangan efisiensi biaya overhead variabel


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead pabrik
variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik variabel
yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya
adalah sebagai berikut:
Universitas Pamulang

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel = Tarif Biaya Overhead


Pabrik Variabel Yang
Dianggarkan x
(Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang
Seharusnya Menurut
Standar)

c. Penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead pabrik
tetap yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja langsung
sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik tetap yang
dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap


= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual
– Jumlah Jam Yang Seharusnya
Menurut Standar)

d. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)


Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)
Universitas Pamulang

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead Pabrik Variabel +
Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead Pabrik +
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur

Contoh 5
Memakai soal no 4, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual -


(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 28.000.000

Penyimpangan Pengeluaran Rp 1.500.000 (U)

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel

= Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam


Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)

= Rp 2.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 2.000 x 200 Jam = Rp 400.000 (F)


Universitas Pamulang

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap

= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam


Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)

= Rp 3.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 3.000 x 200 Jam = Rp 600.000 (F)

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)

= Rp 3.000 x 1.000 Jam

= Rp 3.000.000 (U)

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik


= Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik
Variabel + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik +Penyimpangan
Kapasitas Menganggur
= Rp 1.500.000 (U) + Rp 400.000 (F) + Rp 600.000 (F) + Rp 3.000.000 (U)

= Rp 3.500.000 (U)

Anda mungkin juga menyukai