Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia sekolah sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan.,
selain jumlahnya yang besar, diperkirakan 24% dari jumlah penduduk, mereka juga
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik yaitu bberada di
sekolah/madrasah. Berdasaarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tahun
2017jumlah peserta didik di SD, SMP, SMA/SMK dan SLB yaitu sebanyak 45,4 juta
jiwa, sedangkan menurut data Education Management Information System (EMIS)
Kemenag tahun 2017 jumlah peserta didik MI, MTs dan MA yaitu 8,2 juta jiwa.
Berdasarkan data BOS, proyeksi penduduk tahun2017 usia 6 – 18 tahun yaitu 59,4
juta jiwa, sehingga dapat diperkirakan ada 5.8 juta jiwa anak usia 6 – 18 tahun
berada diluar sekolah. Anak yang diluar sekolah dapat dijangkau di Panti/Lembaga
Kesejaahteraan Sosial Anak atau di Lembaga Permasyarakatan / Lembaga
Pembinaan Khusus Anak. Maka sebagai amanah dalam pemenuhan atas hak yang
sama untuk semua anak Indonesia, kegiatan penjaringan sekolah dan pemeriksaan
berkala dilakukan disekolah, Madrasah, Pondok Pesantren, Panti/LKSA dan
Lapas/LPKA. Untuk meningkatkan akses pelayanankesehatan bagi anak terlantar/
anak jalanan yang memiliki mobilitas tinggiberpondah dari satu tempat ke tempat
lain, maka penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dapat dilakukan
dengan mendorong mereka dating ke puskesmas atau ikut serta dalam kegiatan
Posyandu Remaja.
Mengingat penting dan strategisnya pelaksanaan UKS ini, sejak tahun 2003
ditetapkan penjaringan kesehatan sebagai Standar Pelayanan Minimal (SPM) UKS
yang diatur berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor No. 1457
tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, kegiatan penjaringan kesehatan salah satu
kegiatan UKS, wajib dilaksanakan di semua kabupaten/kota seluruh Indonesia.
UKS/UKGS mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk menumbuhkan
kesadaran hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
UKS/UKGS dapat dimanfaatkan menjadi perpanjangan tangan bagi program gizi,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pengobatan, promosi
kesehatan dan berbagai upaya kesehatan lain.

B. TUJUAN PEDOMAN
1
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah dan remaja secara optimal
untuk mendukung tumbuh kembang dan proses belajar.

2. Tujuan Khusus
a. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan anak usia sekolah dan remaja,
sehingga bila terdapat masalah dapat segera ditindak lanjuti
b. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan
anak usia sekolah dan remaja, maupun untuk dijadikan pertimbangandalam
menyusun program pembinaan kesehatan sekolah.
c. Termanfaatkannya data untuk perancanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi program pembinaan anak usia sekolah dan remaja.

C. Sasaran Pedoman
a. UKS/UKGS
b. Guru UKS/UKGS dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.
c. Siswa/ siswi kelas 1 dari SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Brabasan
d. Siswa/ siswi kelas 7 dari SMP/MTs di wilayah kerja Puskesmas Brabasan
e. Siswa/ siswi SMA/SMK kelas 10 SMA/SMK/MA di wilayah kerja Puskesmas
Brabasan
f. Siswa /siswi yang ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk Dokter Kecil di
SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Brabasan

D. Ruang Lingkup
1. Kegiatan di Dalam Gedung
2. Kegiatan di Luar Gedung

E. Batasan Operasional
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Pemeriksaan kesehatan rujukan hasil penjaringan kesehatan pada
peserta didik Siswa/Siswi kelas 1 SD/MI, SMP/MTS, SLTA di wilayah
Puskesmas Brabasan.
b. Penyuluhan dan konseling kesehatan.
2. Kegiatan di Luar Gedung
a. Penjaringan kesehatan peserta didik Siswa/Siswi kelas 1 SD/MI,
SMP/MTS, SLTA di wilayah Puskesmas Brabasan.
b. Pembinaan UKS
c. Sikat gigi massal.
d. Penanaman kebiasaan hidup sehat melalui penyuluhan kesehatan.

2
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 951/Menkes/SK/VI/2000 tentang
Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004 tanggal 10
Februari 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Meteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
1/U/SKB/2003, Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/230 A/2003,
Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS);
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
HK.02.04/II/963/2012 tentang Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS)
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
HK.02.04/II/1181/2012 tentang Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) Di Smp Dan Sma Atau Yang Sederajat

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tenaga UKS


Berikut ini kualifikasi Tim UKS yang ada di Puskesmas Brabasan:
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan Usaha Therapis Gigi dan Telah dibentuk tim UKS/UKGS
Puskesmas Brabasan.
Kesehatan Sekolah Mulut
SK KEPALA PUSKESMAS
- Dalam gedung BRABASAN Nomor :
KS.16.03/
- Luar Gedung
/PKM-BBN/2023 TENTANG :
TIM PELAKSANAAN
UKS/UKGS PUSKESMAS
BRABASAN

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah.
Kegiatan Petugas Unit terkait
Pelayanan Usaha Kesehatan 1. Siti Fadilah, SKM Kepala Puskesmas
Sekolah 2. Dr. Eko Syahputra Poli Umum
- Dalam gedung 3. Titin Tri Setiawati, Poli Gigi
- Luar Gedung Amd.KG
4. Siti Kholijah, Amd.Kep UKP
5. Eka Novitasari, UKM
Amd.Keb
6. Erza San S, Amd.Gz
7. Halimah Sakdiah,
Amd.KL

C. Jadwal Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan UKS/UKGS yang terbaik adalah pada tahun ajaran
baru yaitu bulan Agustus dan September.
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemeriksaan Kesehatan √ √
Berkala Kelas 2-6, 8-9, 11-12
2 Penjaringan Kesehatan Siswa √ √
Baru
3 Pembinaan UKS di sekolah √ √ √ √
lanjutan

4
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan UKS/UKGS Puskesmas


Brabasan memiliki penunjang yang harus dipenuhi :

Kegiatan UKS/UKGS Sarana Prasana


1. Alat :
a. Meja
b. Diagnostik Set
c. Nierbeken
d. Timbangan
e. Tensimeter
f. Stetoskop
g. Mikro toice
h. Test Ishihara
i. Snellent Chart
Dalam Gedung j. Alat tulis
k. Model gigi dan sikat gigi
l. 1 set tang cabut gigi anak
m. Dental unit
2. Bahan :
a. Betadine
b. Kapas
c. Alkohol
d. Handscone
e. Masker
f. Poster
1. Alat :
a. Diagnostik Set
b. Neerbeken
c. Timbangan
d. Tensimeter
e. Stetoskop
f. mikrotoice
g. Test Ishihara
h. Snellent Chart
Luar Gedung i. Alat tulis
j. Model gigi dan sikat gigi
k. UKGS Kit
2. Bahan :
a. Betadine
b. Kapas
c. Alkohol
d. Handskun
e. Masker
a. Poster

5
BAB IV

TATA LAKSANA UKS/UKGS

A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan UKS/UKGS dilakukan di dalam gedung, antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan rujukan hasil penjaringan kesehatan pada peserta
didik Siswa/Siswi kelas 1 SD/MI, SMP/MTS, SLTA di wilayah Puskesmas
Brabasan.
b. Penyuluhan dan konseling kesehatan.
2. Kegiatan UKS/UKGS dilakukan di luar gedung, antara lain :
a. Penjaringan kesehatan peserta didik Siswa/Siswi kelas 1 SD/MI, SMP/MTS,
SLTA di wilayah Puskesmas Brabasan.
b. Pembinaan UKS
c. Sikat gigi massal.
d. Penanaman kebiasaan hidup sehat melalui penyuluhan kesehatan.

1. Kegiatan di Dalam Gedung


a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan alur
 Pasien datang dengan membawa surat rujukan dari tim UKS/UKGS ke
Puskesmas Brabasan.
 Pasien mendaftar diloket pendaftaran Puskesmas.
 Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
kesehatannya di poli umum, poli gigi oleh petugas medis atau para
medis.
c. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai permasalahan yang dihadapi
pasien.
2. Kegiatan di luar gedung
a. Persiapan
Penjadwalan Kegiatan
Penjadwalan kegiatan penyuluhan
b. Pelaksanaan :
- Penjaringan kesehatan peserta didik Siswa/Siswi kelas 1 SD/MI,
SMP/MTS, SLTA di wilayah Puskesmas Brabasan.
- Pembinaan UKS
- Sikat gigi massal.
- Penanaman kebiasaan hidup sehat melalui penyuluhan kesehatan.

6
B. Strategi / Metode
Untuk pemerataan jangkauan UKS/UKGS dan adanya target kesehatan tahun 2023
yang harus dicapai maka diterapkan strategi pentahapan UKS/UKGS sebagai
berikut:
1. Target jangka pendek 2023
a. Pemeriksaan berkala sekali dalam setahun tercapai 100%

b. Penjaringan kelas 1 pada awal tahun ajaran tercapai 100%

c. Pembinaan UKS di sekolah lanjutan 100%

d. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut 100%

e. Sikat gigi massal 100%

2. Target jangka panjang 2026


a. Angka bebas karies (gigi bercampur) umur 6 tahun ≥ 50%

b. Angka bebas karies ≥ 70%

c. Kegiatan pelatihan dokter kecil dan sikat gigi disemua sekolah.

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Kegiatan dijalankan dalam rangka mempersiapkan suasana yang mendukung
kelancaran program, mencakup:
- Penjelasan dan pengarahan kepada pimpinan Puskesmas serta staf
pelaksanaan teknis.
- Perencanaan bersama menentukan SD dan MI sasaran operasional.
- Pendekatan kepada para guru SD dan MI sebagai sasaran operasional,
karena guru merupakan orang yang berpengaruh (key person) dalam proses
merubah perilaku murid. Karena itu hubungan baik dengan para guru harus
dibina terlebih dahulu oleh pelaksana teknis.
- Penjelasan kepada orang tua murid/Komite Sekolah melalui Kepala Sekolah
dan atau guru kelas.
2. Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan lapangan mencakup perangkat kegiatan yang dilaksanakan pada
tingkat Puskesmas, yang terdiri atas:
- Pengumpulan data
a. Jumlah SD/MI, SLTA dan SLTA
b. Data tentang situasi pelaksanaan UKS

7
c. Data tentang situasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SD dan MI
khususnya sehubungan dengan persentase sekolah menurut pentahapan
UKGS.
- Intervensi perilaku
a. Pemeriksaan kesehatan siswa
b. Pembinaan UKS
c. Sikat gigi massal
d. Penanaman kebiasaan hidup sehat melalui penyuluhan kesehatan.

8
BAB V

LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan UKS/UKGS
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara
lain :
1. Alat : 2. Bahan :
a. Meja a. Betadine
b. Diagnostik Set b. Kapas
c. Neerbeken c. Alkohol
d. Timbangan d. Handscone
e. Stetoskop e. Masker
f. Mikrotoice f. Poster
g. Test Ishihara
h. Snellent Chart
i. Alat tulis
j. Model gigi dan sikat gigi
k. 1 set tang cabut gigi anak
l. Dental unit

2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang


meliputi :
1. Alat : 2. Bahan :
a. Diagnostik Set a. Betadine
b. Neerbeken b. Kapas
c. Timbangan c. Alkohol
d. Stetoskop d. Handscone
e. Mikrotoice e. Masker
f. Test Ishihara f. Poster
g. Snellent Chart
h. Alat tulis
i. Model gigi dan sikat gigi
j. UKGS Kit
m. Tensimeter

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh penanggung jawab UKS/UKGS


berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh penanggung
jawab UKS/UKGS berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam
kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan
(POA – Plan Of Action).

9
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan
dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. Sehingga dengan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

10
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada
perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

11
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal.
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
3. Ketepatan metoda yang digunakan.
4. Tercapainya indikator.
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

12
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelaksanaan UKS/UKGS ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam


pelaksanaan kegiatan program US\KS/UKGS di Puskesmas Brabasan, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan program UKS/UKGS di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Penanggung Jawab UKS/UKGS

Titin Tri Setiawati, Amd.KG


NIP. 19850220 201101 2 007

13

Anda mungkin juga menyukai