Anda di halaman 1dari 97

UPAYA PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DI SITUS MAKAM

SOBOKINGKING KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan

Untuk memenuhi salah satu persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
dalam Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

MUHAMMAD NURHADI
NIM. 1730402054

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang disusun oleh Muhammad Nurhadi, NIM. 1730402054

telah diperiksadan disetujui untuk disajikan.

Palembang, 31 Maret 2023

Pembimbing I

Dr. Amilda, M.Hum


NIP. 197301142005012006

Palembang, 31 Maret 2023

Pembimbing II

Sholeh Khudin, S.Ag., M.Hum


197420252003121003

iii
NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudara


Muhammad Nurhadi

Kepada Yth,
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Raden Fatah Palembang
Di-
Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah
skripsi yang berjudul : “Upaya Pelestarian Cagar Budaya Di Situs Makam
Sobokingking Kota Palembang”

Yang ditulis oleh:


Nama : Muhammad Nurhadi

NIM : 1730402054

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk diujikan
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Sejarah Peradaban Islam.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 31 Maret2023
Pembimbing I

Dr. Amilda, M.Hum.


NIP. 197301142005012006

iv
NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudara


Muhammad Nurhadi

Kepada Yth,
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Raden Fatah Palembang
Di-
Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah
skripsi yang berjudul : “Upaya Pelestarian Cagar Budaya Di Situs Makam
Sobokingking Kota Palembang”

Yang ditulis oleh:


Nama : Muhammad Nurhadi

NIM : 1730402054

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untuk diujikan
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Sejarah Peradaban Islam.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 31 Maret 2023


Pembimbing II

Sholeh Khudin, S.Ag., M.Hum


NIP. 1974220252003121003

v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Nurhadi

Tempat, Tanggal lahir :Palembang, 15 Juni 1999

Nim :1730402054

Alamat :Lorong Banten VI. RT/RW. 064/002. Kel. 16 ULU.

Kec. Seberang Ulu II. Plaju. Kota. Palembang.

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Upaya Pelestarian
Cagar Budaya Di Situs Makam Sobokingking Kota Palembang” adalah benar
karya penulis dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-
kutipanyangdisebutkansumbernya.Jikaterbuktitidakorisinil,makasepenuhnyasayaberse
diamenerimasanksiyangberlakutanpamelibatkan seorangataupunlembaga.

Palembang, 31 Maret 2023

Yang Menyatakan

Muhammad Nurhadi
NIM. 1730402054

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Hanya Karena Aku Lebih Lambat Bukan Berarti Aku Gagal”

Allah Berkata

)٦( ‫) ِإَّن َم َع ٱۡل ُع ۡس ِر ُيۡس ً۬ر ا‬٥( ‫َفِإَّن َم َع ٱۡل ُع ۡس ِر ُيۡس ًرا‬
“Karena SesungguhnyaBersama Setiap Kesulitan Ada Kemudahan, Sesungguhnya
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

Hasil Karya Ini Saya Dedikasikan Kepada :

 Abahku Aspa yang senantiasa menyayangiku,memperhatikanku,selalu


menadahkan tangannya untuk mendoakan kebahagiaan anak-anaknya, yang
selalu mendukungku, baik moril maupu materi kepada ku. Dan ibuku almh
Siti Maria yang telah melahirkanku, yang selalu kurindukan dikehidupanku,
tapi aku tahu, ia mengawasiku dari sana dan pastinya mengharapkan
kebahagiaan serta hal-hal yang terbaik untukku.
 Ayukku serta kakakku Ayu Asmarani, Sri Rahayu, Kamilatun Naima dan Siti
Nur Aida. Yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materi
kepadaku. Yang senantiasa menjadi penyemangatku, yang selalu
mengharapkan kebahagiaanku.
 Keponakanku yang tersayang M.Amin Asyhatiry, Shafiyah Nur Zahirah dan
Khaula Azwa, Uwais Rizziqillah yang menjadi semangatku untuk
menyelesaikan kuliahku segera.
 Teman-teman seperjuangan program studi Sejarah Peradaban Islam, serta
teman-teman KKN Desa Sugihwaras 2021 terima kasih, selalu semangat
untuk terus berjuang, bagi yang masih berjuang mengejar gelar sarjana.
Semangat jangan menyerah.

vii
KATA PENGANTAR

Segalapuji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan sesuai harapan.

Tak lupa pula, kita panjatkan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikut-

pengikutnya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat, karunianya, penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir “skripsi” yang berjudul: Upaya Pelestarian Cagar Budaya Di Situs

Makam Sobokingking Kota Palembang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis

banyak sekali mendapat bantuan dari orang-orang memberikan bimbingan dan

motivasi kepada penulis.Terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, baik

moral maupun materil. Serta ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih sayang,cinta, kekuatan,

kesabaran, keiklasan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah., M.Si, selaku RektorUniversitas Islam Negeri

(UIN) Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Dr. Endang Rochmiatun, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Raden Fatah (UIN) Palembang.

4. Ibu Dr. Amilda, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu bersedia

memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

viii
5. Bapak Sholeh Khudin, S.Ag., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan dan

memberikan motivasi, kritik dan saran kepada penulis sejak awal penulisan

skripsi.

6. Bapak Otoman. S.S., M. Hum. selaku ketua prodi Sejarah Peradaban Islam yang

selalu memberikan dukungan dan masukkan kepada kami, tanpa lelah.

7. Ibu Fitri. S.S., M. Hum. selaku sekretaris prodi Ilmu Sejarah Peradaban Islam

yang selalu memberi nasehat yang membangun untuk saya.

8. Bapak Ahmad Berkah selaku penasehat akademik saya yang selalu memberi

support dan dukungan.

9. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang yang tidak pernah lelah untuk

memberikan wawasan, ilmu pengetahuan, saran, dan nasihat kepada kami.

10. Kepada kedua orang tua (Aspa dan Almh Siti Maria) yang senantiasa

memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis,

semoga Allah SWT membalas pengorbanan dan kerja keras kalian. Aamiin.

11. Kepada Ayuk dan Adikku Ayu Asmarani, Sri Rahayu, Kamilatun Naima dan Siti

Nur Aida, yang selalu memberikan dukungan dan membantu dalam hal apapun

kepadaku. Kepada kakak iparku Syukkronsyah, Ahmad Riyadhush Sholihin dan

Rustam Effendi terima kasih atas dukungannya.

12. Kepada seseorang yang saya syngai liana Hanifah Farasati terimaksih selalau

memberikan semangat, motivasi dan do’a yang tulus kepada penulis.

ix
13. Kepada teman-teman mahasiswa Sejarah Peradaban Islam 2017 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang selalu memberikan senyuman semangat kepada

penulis. Terkhusus kelas 17 SPI B terimakasih untuk canda tawa, obrolan,

perdebatan,percekcokan yang pernah ada.

14. Teman-teman KKN Sugi Waras Kecamatan Rambangan. Terimakasih untuk 45

hari yang penuh kenangan.

15. Semua pihak-pihak lain yang banyak membantu dalam kelancaran penulisan

skripsi ini yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih sekali lagi.

Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada

saya selama penulisan skripsi ini.Terakhir, penulis sangat menyadari dalam

penyusunan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna tercapainya

kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi ilmu

pengetahuan, institusi dan kalian yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Palembang, 31 Maret 2023


Penulis,

Muhammad Nurhadi

x
INTISARI
Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Skripsi, 2023
Muhammad Nurhadi, Upaya Pelestarian Cagar Budaya di Situs Makam Sabokingking
Kota Palembang
xvii + 67 + Lampiran

Skripsi ini berjudul “Upaya Pelestarian Cagar Budaya di Situs Makam


Sabokingking Kota Palembang”. Makam Sabokingking, merupakan pemakaman raja-
sraja kerajaan Islam Palembang yang telah berusia 400 tahun lebih dan salah satu
kawasan yang menyimpan banyak peninggalan sejarah palembang pada masa dulu.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui kondisi situs cagar budaya yang ada di
situs makam sabokingking, kontribusi masyarakat dalam menjaga situs cagar budaya,
pemanfaatan situs cagar budaya sebagai objek wisata, dan peran pemerintah dalam
pelestariannya. Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan
bersifat deskripsi adapun pengumpulan data pada penelitian ini ialah observasi
langsung dan wawancara. Data-data dikumpulkan melalui survey, wawancara, dan
memilah tulisan-tulisan yang berkenaan dengan judul karya ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kawasan cagar budaya yang ada di situs makam sabokingking
yang memiliki banyak nilai penting telah dikelola oleh BPCB jambi sejak tahun 2004
sampai sekarang. Makam tokoh-tokoh penting yang berjumlah 41 buah disusun
dengan penempatan barat ke timur dengan arah hadap utara selatan. Sebagai cagar
budaya, seluruh peninggalan tersebut saat ini menjadi bagian penting dari pelestarian
cagar budaya yang ada di makam sabokingking sebagai objek wisata. Dalam menjaga
dan mengenalkan kembali bertapa pentingnya menjaga Cagar Budaya di Kota
Palembang. Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan Peraturan daerah Nomor.11
Tahun 2020 Tentang Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar Budaya yang menjadi
patokan untuk menjaga dan melestarikan Cagar Budaya di Kota Palembang.
Kontribusi penziarah (khusus yg melaksanakan wisata religi) dalam melestarikan
makan saboking-king, penzirah yang berkunjung tidak melakukan tindakan iseng
dengan mengambil atau memindahkan komponen benda cagar budaya yang akan
merugikan keasliannya. Rekomendasi yang dapat disampaikan dalam karya ilmiah ini
adalah Dalam upaya perawatan dan pemeliharaan situs di komplek makam
sabokingking sebaiknya mempertikah etika pelestarian agar nilai arkeologis-histori
dan bentuk dasarnya dapat dipertahankan.

xi
Kata Kunci: Pelestarian, Situs, Cagar Budaya, Makam Sabokingking
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS ................................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
INTISARI........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah........................................................8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.....................................................8
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................10
E. Kajian Teori.....................................................................................13
F. Metode Penelitian.............................................................................21
1. Jenis Penelitian............................................................................21
2. Tempat Penelitian........................................................................22
3. Sumber Data................................................................................22
4. Teknik Penelitian.........................................................................23
G. Sistematika Pembahasan..................................................................25

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN


A. Letak Geografis Kompleks Makam Sabokingking..........................27
B. Sejarah Makam Sabokingking.........................................................34

xii
C. Cagar Budaya...................................................................................37

BAB III : PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DI SITUS MAKAM


SABOKINGKING KOTA PALEMBANG
A. Deskripsi Situs Makam Sabokingking.............................................46
B. Upaya Pelestarian Situs Makam Sabokingking yang Dilakukan
Oleh Pemerintah...............................................................................55
C. Kontribusi Masyarakat dalam Menjaga Cagar Budaya di Situs
Makam Sabokingking......................................................................59
D. Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Situs Makam Sabokingking
Kota Palembang Sebagai Objek Wisata...........................................62
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................ 69

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 71
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Statistik Geografi dan Iklim Palembang..........................................29

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Geografis Sabokingking..............................................................30

Gambar 2.2: Peta Lokasi Makam Sabokingking..............................................32

Gambar 3.1: Komplek Makam Sabokingking...................................................47

Gambar 3.2 : Komplek Makam Sabokingking Dikelilingi Air Menyerupai

Pulau Ditengah danau ................................................................47

Gambar 3.3 : Komplek Makam Dilihat dari Jauh.............................................47

Gambar 3.4: Pintu Masuk Situs Makam............................................................48

Gambar 3.5: Jembatan Penghubung Makam.....................................................48

Gambar 3.6: Gapura Penghubung Bangunan Pertama......................................49

Gambar 3.7: Makam pada Bagian Teras Pertama.............................................50

Gambar 3.8: Tangga Menuju Teras Kedua.......................................................50

Gambar 3.9: Makam pada Bagian Teras Kedua...............................................50

Gambar 3.10: Tangga pada Teras Ketiga..........................................................51

Gambar 3.11: Makam-Makam Teras Ketiga.....................................................51

Gambar 3.12: Makam-Makam pada Teras Ketiga............................................53

Gambar 3.13: Makam-Makam pada Teras Ketiga............................................53

Gambar 3.14: Makam-Makam pada Teras Ketiga............................................53

Gambar 3.15: Kondisi Makam pada Area Luar................................................54

Gambar 3.16: Makam-Makam pada Area Luar................................................54

Gambar 2.17: Wawancara Bersama Pemerintah...............................................55

Gambar 2.19: Penulis Bersama Narasumber.....................................................62

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembimbing

2. Surat izin penelitian

3. Surat balasan observasi/penelitian

4. Kartu Konsultasi Pembimbing I

5. Kartu Konsultasi Pembimbing II

6. Pedoman Wawancara

7. Nama Responden

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan oleh manusia

sehingga cenderung dianggap bahwa budaya itu diwariskan secara turun temurun.

Budaya dibentuk berbagai unsur rumit yang terdiri dari unsur adat istiadat, bahasa,

agama, politik, perkakas, pakainan, bangunan, dan karya seni. Terbentuknya

unsur-unsur kebendaan dalam budaya merupakan sarana pendukung

terciptanya kebudayaan itu sendiri sebagai wujud nyata budaya yang berkembang

pada zamannya. Unsur kebendaan itulah yang merupakan artefaktual yang perlu

dijaga dan dilestarikan dalam bentuk Cagar Budaya.1

Indonesia merupakan Negara yang memiliki cagar budaya terluas di dunia,

hampir setiap peropinsi memiliki situs bersejarah dan museum yang menyimpan

benda bernilai sejarah tinggi, namun, masyarakat dan pemerintah belum secara

maksimal berupaya dalam pelestaraian cagar budaya. 2 karena sebgian masyarakat

masih beranggapan bahwa warisan budaya masa lampau sebagai barang pusaka yang

kurang bernilai dalam kehidupan sekarang, ada lagi yang menilai sebagai barang

antik bertuah laku dijual dengan harga tinggi, kemudian ada lagi kasus pencurian

1
Arif Muhtiar, “Ornamen Bangunan Cungkup I Pada Kompeleks Makam Kawah Tengkurep”
(Skripsi, Palembang, Uin Raden Fatah, 2018), hlm. 1-2.
2
Sri Saraswati, Pelestarian Benda Cagar Budaya Dalam Rangka Penyelamatan Nilai-Nilai
Budaya Bangsa Indonesia (Jakarta: Phibeta Aneka Gema, 2006), hlm. 29.

1
benda bersejarah dangan cara penggelapan tersangka yang melakukan penggelapan

adalah pegawai museumnya sendiri, hal yang lebih memperhatinkan, tindakan

tersebut terjadi dengan sepengetahuan kepala museum kasus kriminal ini terjadi di

museum radya pustaka Surakarta. padahal peninggalan sejarah tersebut memiliki

kandungan nilai yang berkaitan erat dengan peradaban bangsa Indonesia, pekerjaan

yang cukup berat menyadarkan bertapa pentinganya menjaga dan melestarikan cagar

budaya.3

Cagar budaya harus dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya

pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.4 Peninggalan cagar budaya tersebut

tentunya memberikan keistimewaan tersendiri bagi masyarakat setempat, karena

merupakan aset budaya mereka yang tinggal di sekitar kawasan cagar budaya, aset

tersebut dapat dijadikan sebagai jati diri bangsa. Pelestarian atau pemeliharaan

terhadap cagar budaya yang sangat berrnilai. Cagar budaya tersebut merupakan

cermin perjalanan sejarah di Indonesia.5

Berdasarkan Ketentuan Pelestarian cagar budaya adalah kegiatan untuk

Perlindungan, Penyelamatan, Pengamanan, zonasi, Pemeliharaan, Pemugaran,

Pengembangaan, Penelitian, Refitalisasi, Adaptasi, dan Pemanfaatan terhadap benda-

benda alam atau buatan manusia yang di anggap memiliki nilai penting bagi sejarah,

3
Eti Kurniati, Lestarikan Cagar Budaya Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013), hlm. 6-7.
4
Lihat PERDA NO.4 THN 2017 Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Selatan, hlm. 3-
29.
5
Saraswati, Pelestarian Benda Cagar Budaya Dalam Rangka Penyelamatan Nilai-Nilai Budaya
Bangsa Indonesia, hlm. 25-26.

2
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Di Indonesia, benda cagar budaya harus berumur

sekurang-kurangnya 50 tahun ( UU No. 11 tahun 2010).6

Perlunya pelestarian cagar budaya seperti yang di amanatkan oleh undang-

undang hal ini tidak terlepas dari arti penting warisan budaya bangsa yaitu sebagai

rekaman dasar dan pengikat nilai sekaligus sebai bukti dari pemikiran dan aktifitas

manusia di masa sebelumnya. Juga dapat mewujudkan rasa bangga dan bermanfaat

bagi sejarah kebudayaan, ilmu pengatahuan dan ekonomi, Bisa dimaknai bahwa cagar

budaya dapat memberikan nilai lebih dan nilai manfaat melalui kegiatan pengelolaan

dan pelestarian cagar budaya sehingga memberi manfaat bagi sejarah dan kebudayaan

serta sebagai bahan bagi ilmu pengatahuan yang dapat dikembangkan. Juga memberi

manfaat bagi seluruh masyarakat sehingga memberikan dampak ekonomi yang dapat

meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu ilmu pengetahuan sanggat dibutuhkan dalam rangka

mencerdaskan kehidupan mayarakat. Cerdas, tetapi juga memiliki karakter dan dapat

digunakan dalam rangka memperkokoh jatidiri bangsa. Atas dasar inilah maka cagar

budaya penting untuk dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya

perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan

kebudayaan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.7

6
“Undang-Undang Republic Indonesia Tentang Pelestarian Cagar Budaya,” Pub. L. No. 11
(2010), hlm. 26.
7
Muhammad Syafulloh and Basuki Wibowo, Benda Cagar Budaya Potesi Wisata Dan
Ekonomi Kreatif Masyarakat Kota Pontianak (Kelaten: Lakeisha, 2019), hlm. 1-2.

3
Menurut bapak rapanie TACB Sumatra Selatan, pelestarian sebenarnya

berkaitan erat dengan kewajiban memelihara benda cagar budaya agar dapat

dimanfaatkan untuk selamanya. Kata melestarikan memiliki pengertian berbuat

sesuatu agar peninggalan cagar budaya tetap utuh, awat, serta tidak berubah. Usaha

ini dilakukan dengan cara mengawetkan, memelihara, memperbaiki bagian yang

rusak, dan sekaligus melakukan tindakan pencegahan dari pengaruh penyebab

pelapukan kegiatan ini disebut konsevasi. Tentu saja dalam melaksanakan konservasi

terhadap benda cagar budaya harus disesuaikan dangan situasi dan kondisi masing-

masing objek ataupun kemampuan serta fasilitas yang ada. Penting untuk

diperhatikan dalam melakukan kosevasi, yakni memahami dan melaksanakan prinsip-

prinsip konsevasi. Maksudnya, adalah tidak merubah bentuk, tidak mengurangi nilai

seni, tidak merubah warna, tidak menghilangkan elemen-elemn asli dan sebagainya. 8

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan benda cagar budaya sangat rawan

berubah ataupun rawan tergusur karena kepentingan komersil. Gejala-gejala

tergerusnya peninggalan sejarah juag bias diakibatkan oleh perubahan kota yang

terlalu cepat, sering terjadi di kota-kota besar maupun kota yang sedang berkembang.

Hal ini juga yang terlihat pada kota Palembang yang berkembang dengan sangat

cepat, tampak semakin gemerlap dan modern. Banyak sekali bangunan-bangunan

yang tampil semakin seragam seolah-olah tidak ada lagi cirri khas dan akar sejarah

kota yang tersisa.9


8
Wawancara dengan bapak Rapanie pada 27 desember 2022.
9
Dra. Sri saraswati, pelestarian benda cagar budaya dalam rangka penyelamatan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia, (Jakarta:phibeta aneka gema,2006), hlm 87.

4
Padahal Palembang merupakan salah satu kawasan di wilayah Indonesia yang

secara historis memainkan peranan yang sangat penting. Kawasan ini

memperlihatkan perkembangan sejarah yang sangat panjang dan menjadi tempat

munculnya salah satu pusat peradaban besar dan tua di Indonesia.Sebelum

terbentuknya Kesultanan Palembang Darussalam, di kawasan ini telah muncul

kerajaan besar yang mempengaruhi jalannya sejarah di kawasan Asia Tenggara, yakni

Kerajaan Sriwijaya.10

Tidak heran jika Palembang memiliki berbagai situs atau peninggalan

bersejarah seperti makam, masjid, benteng, dan lain-lain. Sabokingking adalah

sebuah situs purbakala yangbernafaskan Islam.Makam Sabokingking, merupakan

pemakaman raja-raja kerajaan Islam Palembang yang telah berusia 400 tahun

lebih.11Makam Sabokingking telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya pada

tanggal 03 Maret 2004.

Selain itu Makam Sabokingking memiliki luas wilayah 1 H, dengan status

kepemilikan pemerintah daerah sumatera selatan, yang berlokasi di wilayah provinsi

sumatera selatan sebagai situs yang dilindungi oleh UU Republik Indonesia No. 11

tahun 2010. Pemerintah untuk melakukan perencanaan yang efektifdan efesien dalam

pelestarian cagar budaya merupakam dasar kerja sistematis yang

10
Nawiyanto and Eko Crys Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan
Warisan Budaya (Jember University: Trauma Nusantara, 2016), hlm. 15.
11
Nawiyanto and Eko Crys Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan
Warisan Budaya (Jember University: Trauma Nusantara, 2016), hlm. 126-127.

5
dikembangkandalam bentuk kegiatan-kegiatan pelestarian meliputi perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya yang berada di daerah.12

Makam Sabokingking merupakan makam bersejarah dan Makam tersebut

dalam perjalanan waktu banyak mengalami berbagai proses penurunan yang

disebabkan oleh faktor ekstren dan interen bahan itu sendiri, seperti mulai adanya

atap yang bocor bila hujan turun dan juga batu nisan yang sudah mulai termakan usia

nama-nama tokoh, tahun wafat yang tertulis sudah mulai tidak terbaca. Proses

penurunan ini dalam perjalanan waktu mempengaruhi nilai historis dan arkeologis

yang terkandung di dalamnya.

Di lain pihak, bila diperhatikan pengelolaan keseluruhan untuk tinggalan

arkeologi di Makam Sabokingking perlu dikaji kembali untuk melihat bagaimana

tindakan pelestarian terhadap makam sabokingking. Karena Pelestarian cagar budaya

merupakanupaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan

nilainya, yang terdiri atas tiga macam yaitu: pelindungan, pengembangan, dan

pemanfaatan.13

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di Makam Sabokingking

didapati, kurang terawatnya beberapa makam yang ada di makam sabokingking,

kondisi nisan ada yang rusak tidak utuh lagi juga nama-nama yang ada di nisan sudah

12
“Keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Tentang Penetapan Makam Sabokingking
Sebagai Situs Yang Dilindungi Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 11 Tahun 2010,” Pub. L. No.
MKP, PW.007 KM.09 (2004).
13
Mas,ad, Potret Cagar Budaya Di Indonesia (Tanggerang Selatan: Pusat Data dan Teknologi
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, 2020), hlm. 3.

6
tidak terbaca karena tertutup cat. Padasaat hujan turun air menguap dan menggenangi

bagian dalam makam, beberapa bagian atap dan pelafond makam sudah rusak dan

mengalami kebucoran, selain itu juga lantai makam sudah ada yang turun dan pecah.

Jalur pedestrian tampaknya sudah berlumut dan di beberapa titik sudah hancur.

Beberapa area batas makam telah dibangun pagar dan bangunan milik warga sekitar.

Terbatasnya fasilitas pendukung bagi pengunjung makam.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan

penelitian untuk mengetahui upaya pelestarian situs Makam Sabokingking yang

dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta Pemanfaatan cagar budaya di situs

makam sabokingking.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan gambaran umum pada latar belakang masalah yang penulis

sampaikan di atas, maka untuk lebih memfokuskan penelitian ini perlu adanya

rumusan dan batasan masalah agar penelitian ini tidak terjadi pelebaran pembahasan.

Berdasarkan penyampaiyan diatas perlu kajian mengenai upaya pelestarian

cagarbudaya di Kompleks Makam Sabokingking Palembang.

7
1. Bagaimana deskripsi komplek makam Makam Sabokingking ?

2. Bagaimana pemanfaatan cagar budaya di Situs Makam Sabokingking kota

Palembang sebagai objek wisata?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Sebuah penelitian dilakukan tentu mempunnyai tujuan dan kegunaan

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnnya. Berdasarkan

permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kondisi cagar budaya di Situs Makam

Sabokingking

b. Untuk mengetahui kontribusi masyarakat dalam menjaga cagar

budaya di Situs Makam Sabokingking

c. Untuk Mengetahui pemanfaatan cagar budaya di Situs Makam

Sabokingking kota Palembang sebagai objek wisata

d. Untuk Mengetahui peran pemerintah dalam melestarikan cagar

budaya di Situs Makam Sabokingking

2. Kegunaan

8
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkarya informasi

tentangupaya pelestarian cagar budaya, khususnya bagi masyarakat

Kota Palembang.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau rujukan

dalam memahami upaya pelestarian situs cagarbudaya makam

sobokingking dan mengembangkan ilmu pengetahuanya tentang

pemanfaatan situs cagarbudaya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam Tinjauan pustaka ini peneliti membutuhkan refrensi yang relevan

maupun tinjauan dari beberapa penelitian terdahulu untuk menganalisa terkait

penelitian Upaya pelestarian cagarbudaya di situs makamsabokingking di Ilir Timur

II, Kota Palembang. Dalam hal ini, peneliti melakukan riset dari beberapa penelitian

yang sudah ada, sehingga bisa menjadi acuan untuk mengetahui bagian mana dalam

penelitian sebelumnya yang belum tersentuh, dan tidak terjadinya plagiasi, sehingga

dapat merugikan pihak-pihak tertentu.

Pertama karya tulis oleh Haidar Alwan Pratama Putra, Kartika Eka Sari,

Wara Indira Rukmi, jurnal Planning for Urban Region and Environment Volume 11,

9
Nomor 2, April 2022. Dengan judul “Tindakan Pelestarian Kawasan Cagar Budaya

Makam Sunan Bonang Kabupaten Tuban”.Penelitian ini mejelaskan dengan adanya

tindakan pelestarian diharapkan dapat melancarkan kinerja Kawasan Cagar Budaya,

salah satunya dengan mengkategorikan objek yang berperan penting dalam

mendukung Kawasan Sunan Bonang tetapi belummaksimal pengelolaanya. Sehingga

dapat terjadi pergerakan serta integrasi yang tertib di Kawasan tersebut.14

Kedua penelitian oleh Fajar Qadri, Sufyan Tahun 2021, Jim Bidang Hukum

Kenegaraan : Vol. 5, No.4 November 2021 Yang Berjudul “Kewenangan Pemerintah

Kota Banda Aceh Dalam Pelestarian Makam Yang Telah Ditetapkan Sebagai Cagar

Budaya (Tinjauan Berdasarkan kewenangan yang dimiliki pemerintah dalam

pelestarian cagar budaya). penelitian ini memberikan gambaran bagaimana

Kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota Banda Aceh dalam Pelestarian Cagar

Budaya bedasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

didelegasikan kepada Dinas pendidikan dan kebudayaan kota Banda Aceh. Terdapat

3 kewenangan diantaranya, Pemeringkatan situs Cagar Budaya, dilakukan dengan

membentuk Tim Ahli Cagar Budaya selanjutnya melakukan penyerahan hasil

penilaian oleh Tim Ahli Cagar Budaya kepada Wali Kota Banda Aceh agar

ditetapkan sebagai situs Cagar Budaya. Pengelolaan situs cagar budaya, dilaksanakan

melalui beberapa tahapan diantaranya perlindungan, penyelamatan, pengamanan,

pemeliharaan, pemugaran, pengembangan, penelitian, revitalisasi, adaptasi, dan


14
Haidar Alwan Putra, dkk, “Tindakan Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Makam Sunan
Bonang Kabupaten Tuban,” Planning for Urban Region and Environment Vol 11, no. 2 (April 2022):
hlm. 28.

10
pemanfaatan,Penerbitan izin membawa Cagar Budaya keluar kota berkaitan untuk

penelitian lebih lanjut atau dipamerkan sementara diluar wilayah kota banda aceh.

Dari tulisan ini memberikan pemahaman terhadap penulis mengenai bagai mana

upaya pelestarian terhadap cagar budaya khususnya makam.15

Ketiga penelitian yang ditulis oleh Akhmad Fikri Renaldi tahun 2021,

dengan judul penelitian “Pengembangan Objek Wisata Religi Di Makam Kawah

Tekurep Sebagai Cagar Budaya Palembang”. Skripsi ini menjelaskan mengenai

Komplek Makam Kawah Tengkurep. Perpaduan budaya ini yang menjadikan

komplek makamKawah Tekurep tidak hanya sebagai tempat berziarah, tapi juga

menjadi salah satu daya tarik wisata religi yang unik dan menarik. Skripsi ini

mebahas pemanfaatan cagar budaya untuk di jadikan sebagai objek wisata religi.16

Keempat buku yang berjudul kawah tekurep perspektif arkeologi dan sejarah

yang ditulis oleh Budi Aswar dkk tahun 2021, dengan judul tulisan “Makam kawah

tekurep perspektif cagar budaya” tulisan ini mejelaskan mengenai komleks makam

pekawah tekurep dalam perpektif cagar budaya. Dengan melihat permasalahan

konsep lestarian dalam konsep cagar budaya kawah tekurep.

15
Fajar Qodri and Sufyan, “Kewenangan Pemerintah Kota Banda Aceh Dalam Pelestarian
Makam Yang Telah Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya,” JIM Bidang Hukum Kenegaraan Vol. 5, no. 4
(November 2021): hlm. 261.
16
Ahmad Fikri Renaldi, “Pengembangan Objek Wisata Religi Di Makam Kawah Tekurep
Sebagai Cagar Budaya Palembang” (Skripsi, Palembang, UIN Raden Fatah, 2021), hlm. 72.

11
Arah penelitiannya adalah untuk melihat bagaimana kawah tekurep dalam

perspektif cagar budaya. tujuan penelitia dalam tulisan ini untuk mengetahui makam

kawah tekurep dalam perpektif cagar budaya dan undang-undang cagar budaya.17

Berdasarkan hasil tinjauan upaya pelestarian cagar budaya di situs makam

sabo kingking belum ada kajian lebih lanjut dalam penelitian, karena itu peneliti ingin

membawa judul ini ke dalam tugas akhir. Penelitan ini mengunakan tinjauan

arkeologi islam dengan objek penelitian ialah Makam Sabokingking di Ilir Timur II,

kota Palembang.

E. Kajian Teori

Konsep pelestarian atau konservasi pada mulanya hanya berupa suatu

konsep pelestarian yang bersifat statis, yang artinya bangunan yang dilestarikan

dipertahankan persis seperti keadaan aslinya. Bangunan yang berbentuk puing-

puing (tembok, kolom, reruntuhan) tetap dipertahankan dalam bentuk puing-

puing. Sasaran bangunan yang dilestarikan pun hanya terbatas pada benda

peninggalan arkeologis. Dari konsep pelestarian yang bersifat dinamis ini sasaran

konservasi tidak hanya berupa bangunan peniggalan arkeologis saja melainkan

juga meliputi karya arsitektur lingkungan atau kawasan dan bahkan kota

17
M. Rizki Arjuni dkk, Kawah Tengkurep:Perspektif Arkeologi Dan Sejarah (Palembang: Aksara
Pena, 2021), hlm. 61.

12
bersejarah. Konservasi menjadi suatu payung dari segenap kegiatan 19 pelestarian

lignkungan binaan, yang meliputi preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekontruksi,

adaptasi dan revitalisasi.

Pelestarian terhadap cagar budaya atau bangunan bersejarah dapat

didefinisikan juga sebagai suatu upaya memelihara dan melindungi suatu

peninggalan bersejarah baik berupa artefak, bangunan, kota maupun kawasan

bersejarah lainnya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkannya sesuai

dengan fungsi lama atau menerapkan fungsi yang baru untuk membiayai

kelangsungan eksistensinya.

Beberapa Pengertian pelestarian18 seperti dijelaskan oleh beberapa pakar

antara lain :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelestarian yakni Pengelolaan sumber daya

alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin

kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai dan keanekaragamannya,

2. Fitch, Pelestarian merupakan suatu Upaya untuk memelihara dan melindungi

segala obyek pelestarian dengan memperhitungkan masyarakat yang hidup

bersama obyek tersebut sebagai suatu kesatuan

3. Fielden, Pelestarian adalah Upaya untuk mencaegah kerusakan dan mengatur

dinamika peruabahan bangunan pusakan


18
Try Ananda Rachman, “Arahan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Cagar
Buadaya Kotabaru Di Yogyakarta” (Skripsi, Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017),
hlm. 11-14.

13
4. Kepmendikbud Republik Indonesia Nomor 063/U/1995 suatu Upaya

mencegah dan menanggulangi segala gejala atau akibat yang disebabkan oleh

perbuatan manusai atau proses alam, yang dapat menimbulkan kerugian atau

kemusnahan bagi nilai manfaat dan keutuhan benda cagar budaya dengan cara

penyelamatan, pengamanan, dan penertiban.

5. Delafons, mengatakan bahwa pelestarian yakni sebuah pendekatan untuk

konservasi yang 21 dalam Chohan dan Wai Ki melindungi yang terbaik dari

warisan, tetapi melakukannya tanpa membebankan biaya dukungan dan yang

mempengaruhi keseimbangan rasional antara konservasi dan perubahan.

6. Undang- undang Nomor 5 Tahun 1992, Pelestarian cenderung mengacu

kepada upaya-upaya pelindungan yang bersifat statis, misalnya dengan

membuat batasan secara relatif ketat pada aktifitas pengembangan

dan pemanfaatan yang dianggap berpotensi tidak merusak cagar budaya.

Dari berbagai pendapat pakar di atas mengenai pelestarian dapat disimpulan

bahwa pelestarian cagar budaya adalah segenap proses konservasi, interprestasi, dan

manajemn terhadap suatu kawasan agar makna kultural yang terkandung dapat

terpelihara dengan baik.

Selanjutnya menurut Sidharta dan Budiharjomenjabarkan kriteria dalam

pelestarian cagar budaya sebagai berikut.

1. Estetika yaitu cagar budaya tersebut memiliki nilai estetis dan arsitektoris

yang tinggi dalam bentuk, struktur, tata ruang dan ornamentasinnya

14
2. Kejamakan, yaitu seberapa jauh karya arsitektur tersebut mewakili suatau

ragam atau jenis khusus yang spesifik

3. Kelangkaan, yaitu cagar budaya tersebut langka, tidak dimiliki daerah lain,

dan sifatnnya khas.

4. Peranan sejarah, yaitu cagar budaya tersbut meliki peristiwa-peristiwa

bersejarah yang patut untuk dilestarikan.

5. Cagar budaya tersebut memperkuat kawasan yang ada disekitarnnya.

Kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra

lingkungan di sekitarnya.

6. Keistimewaan, yaitu cagar budaya tersebut memiliki keistimewaan seperti

bersifat yang tertua, terbesar, yang pertama, dan sebagainya.

Oleh sebab itu pelestarian yang dilakukan bukan hanya asal pilih saja, tetapi

untuk mellakukan pelestarian tentunya mempunyai criteria terlebih dahulua apakah

objek tersebuta dapat dijadikan situs bersejarah dan dapat dilakukan pelestarian

kedepannya.

Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Pelestarian dan pengelolaan Cagar

Budaya pada pasal 3 Menjelaskan bahwa Pelestarian cagar budaya bertujuan :

a. Melestarikan Warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia

b. Meningkatkan Harkat dan Martabat bangsa melalui cagar budaya

c. Memperkuat Kepribadian bangsa

15
d. Meningkatkan Kesejahteraan rakyat

e. Meningkatkan Ketahanan sosial budaya masyarakat setempat dengan landasan

kearifan lokal

f. Menjadikan warisan budaya sebagai sumber gagasan inspiratif dalam

mengembangkan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia dan

g. Mempromosikan Warisan budaya bangsa kepada Masyarakat Internasional

Seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2014 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya menjelaskan

bahwa Pengelolaan merupakan upaya terpadu untuk melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan demikian pengelolaan pada

dasarnya merupakan aspek manajemen dari pelestarian yang menjiwai dalam

pengelolaan adalah memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat..

Pengertian pengelolaan sebagai ketatalaksanaan atau merupakan

bagian dari fungsi manajemen yang dilaksanakan. Pengelolaan berhubunga

erat dengan manajemen. Pengelolaan disini memiliki arti tentang adanya suatu

proses atau tahapan kegiatan baik yang atau yang akan dilaksanakan dalam

suatu organisasi baik itu organisasi publik maupun organisasi pemerintah

16
dalam rangka mencapai tujuan yang akan ditetapkan dengan menggunakan atau

memakai orang lain, baik yang berasal dari organisasi itu sendiri maupun dari

luar organisasi.

Adapun Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam pelestarian

cagar budaya menurut (Ramli: 2015) meyebutkan bahwa :

a) melakukan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar

budaya (pasal 95 ayat (1)),

b) menfasilitasi pengelolaan kawasan cagar budaya (pasal 97

ayat (1),

c) mengalokasikan pendanaan untuk pelestarian cagar budaya

(anggaran untuk perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan

kompensasi cagar budaya)(pasal 98 ayat (1),(3)),

d) menyediakan dana cadangan untuk penyelamatan cagar

budaya dalam keadaaan darurat dan penemuan benda-benda yang

telah ditetapkan sebagai cagar budaya (pasal 98 ayat (4)),

bertanggung jawab terhadap pengawasan pelestarian cagar budaya

sesuai dengan kewenangannya.

Adapun Tugas- tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam melakukan pengelolaan cagar budaya anatara lain mencakup :

a. melakukan pelestarian yang mencakup perlindungan, pengembangan,

dan pemanfaatan;

17
b. mewujudkan, mengembangkan,dan meningkatkan kesadaran masyarakat

mengenai hak dan tanggungjawab dalam pengelolaan cagar budaya;

c. mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat menjamin agar cagar

budaya dapat dilindungi dan dimanfaatkan;

d. menyediakan informasi dan promosi cagar budaya kepada masyarakat

agar memahami tentang cagar budaya;

e. melakukan penanggulangan bencana dan memberikan dukungan terhadap

daerah yang mengalami bencana,

f. melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan

pelestarian, dan

g. mengalokasikan dana bagi kepentingan pelestarian cagar budaya.

Selain itu, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk :

a. menyusun dan menetapkan Rencana Induk Pelestarian Cagar Budaya,

b. melakukan pelestarian cagar budaya di wilayah perbatasan dengan

negara tetangga,

c. menetapkan cagar budaya sebagai cagar budaya nasional,

d. mengusulkan cagar budaya nasional sebagai warisan budaya dunia, dan

e. menetapkan norma, standar, dan kriteria pelestarian cagar budaya.

Berdasarkan rincian tugas dan wewenang tersebut tampak bahwa

pemerintah memang berkewenangan yang besar dalam pengelolaan dan

18
pelestarian cagar budaya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan

dalam pelaksanaannya tugas pengelolaan tidak harus ditangani langsung oleh

pemerintah sendiri namun melibatkan swasta dan masyarakat. Khusus untuk

kawasan cagar budaya, pengelolaan dapat dilaksanakan oleh badan pengelola

yang dibentuk oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Badan Pengelola ini dapat terdiri dari unsur pemerintah pusat dan atau

pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat.

Seperti yang dikemukakan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Pelestarian dan pengelolaan Cagar

Budaya pada pasal 42 Menjelaskan bahwa Badan Pengelola kawasan Cagar

Budaya.

1. Pemerintah Kota memfasilitasi Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.

2. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar

Budaya dan kehidupan sosial.

3. Pengelolaan kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah Kota dan/atau

masyarakat hukum adat.

4. Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas unsur

Pemerintah Kota, dunia usaha dan masyarakat.

19
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pengelola Kawasan Cagar Budaya

diatur dengan Peraturan Walikota.

Teori yang saya gunakan adalah teori pelestarian Menurut A. W. Widjaja (1986)

mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus

menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang

mencerminkan adanya sesuatu yang tepat dan abadi, bersifat dinamis , luwes, dan

selektif.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu pembahasan mengenai suatu konsep

teoritik dan konseptual yang berupa buku teks yang akan membahas secara detail

mengenai berbagai macam metode ilmiah, kelebihan maupun kekurangan serta

mengkaji langkah-langkah metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah.19

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan

bersifat deskripsi adapun pengumpulan data pada penelitian ini ialah observasi

langsung dan wawancara. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan informan

kunci yang di butuhkan adalah dari akademisi atau pakar yang memahami

tentang sejarah makam sabokingking. Teknik pengumpulan data yang

19
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab Dan Humaniora (Palembang:
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, 2016), hlm. 23.

20
digunakan melalui wawancara mendalam aerta pengamatan langsung di

lapangan (observasi).

Wawancara ini dilakukan dengan keriteria orang-orang yang ahli dalam

sejarah makam sabokingking, ahli arkeologi, akademisi serta orang yang

berkerja pada Dinas Kebudayaan dan masyarakat disekitar makam

sabokingking. Wawancaca dilakukan dengan santai, informal, dan masing-

masing pihak seakan tidak punya beban pesikologis. Wawancara mendalam

akan memperoleh kedalaman data yang menyeluruh dan lebih bermanfaat.

Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis

deskeriptif kualitatif yakni penelitian yang berusaha menggambarkan situasi

dalam pandangan penulis20

2. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini dilakukan di Situs Makam Sabokingking

Palembang yang beralamat di Kec. Ilir Tim. II, Kota Palembang, Sumatera

Selatan 30111. Selain itu penulis juga melakukan interview terkait Situs

Makam Sabokingking dengan pemerintah setempat diantaranya, Kepada

Dinas Kebudayaan yang beralamat jalan Sultan Mahmud Badaruddin II No. 2

Palembang 30131 dan Kepada Tim Ahli Cagar Budaya Palembang.

3. Sumber Data

20
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2012), hlm. 214.

21
Sumber data adalah sebuah bahan yang dipakai oleh peneliti untuk

melengkapi penelitian yang dilakukannya, sehingga di dapat hasil penelitian

atau karya ilmiah yang sesuai dengan prosedur penelitian dan dapat dikatakan

sebagai karya ilmiah karena data yang diambil sudah valid dan akurat. Serta

bisa di pertanggungjawabkan.Sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu,

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data-data yang secara langsung berkaitan dengan

objek material penelitian.21 Adapun cara penulis mendapatkan data primer

dari hasil wawancara kepada beberapa narasumber yang berkaitan dengan

penelitian penulis. Sumber data primer di penelitian ini, yakni data

observasi, wawancara/interview dan dokumentasi.

b. Sumber Sekunder

Merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi

pandang mata, yakni data sekunder adalah sumber data yang tidak berkaitan

secara langsung dengan objek material penelitian.Sumber sekunder seperti

mengunakan sumber data dari buku, jurnal, artikel dan karya ilmiah lainnya

21
Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Manulis Artikel Ilmiah (Jakarta: Kompas, 2011), hlm. 46.

22
sebagai data tambahan dari data primer. 22 Yang berkaitan dengan masalah

atau topic yang akan diteliti penulis.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tekhnik penjajagan

Penjajagan adala tehnik pengamatan tinggalan arkeologi di lapangan untuk

memperoleh gambaran tentang potensi data arkeologi dari suatu situs.

b. Survei

Survey adalah pengamatan tinggalan arkeologi yang disertai dengan analisi

yang dalam. Tujuan survei untuk memperoleh benda atau situs arkeologi

yang belum pernah ditemukan sebelumnya, atau penelitian ulang terhadap

benda atau situs sebelumnya.

c.Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara Tanya jawab, antara peneliti dengan informan saling berhdapan

dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang saling

berkaitan.23Wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (indept interview).Wawancara dilakukan dengan


22
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI -Perss, 1969), hlm. 35.
23
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia-Indonesia, 2003), hlm. 193-194.

23
santai, informal, dan masing-masing pihak seakan tidak punya beban

psikologis. Wawancara mendalam akan memperoleh kedalaman data yang

menyeluruh dan lebih bermanfaat.24Untuk mengumpulkan data selengkap-

lengkapnya yang berkenaan tentang Cagar Budaya yang ada di situs Makam

Sabokingking.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data berupa foto-foto maupun

dokumen untuk memperkuat penelitian sehingga menjadi data yang akurat.

G. Sistematika Pembahasan

Pada bagian ini merupakan deskripsi yang terletak dalam proposal penelitan,

maka dari itu, bagian ini berguna untuk mengetahui gambaran, dari masing-masing

bab yang terdapat dalam skripsi, agar didalam penelitian menjadi terarah, maka dari

itu gambaran sistematika penulisan hasil penelitian ini akan diuraikan sebagai

berikut:

Bab I pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan dan batasan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II penulis memberikan penjelasan mengenai letak geografis lokasi penelitian,

sejarah Makam Sabokingking, pemgertian cagarbudaya.

24
Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hlm. 214.

24
Bab III penulis memberikan penjelasan mengenai bagaimana pelestarian yang

dilakukan pemerintah dan masyarakat serta bagaimana pemanfaatan situs makam

sabokingking

Bab IV merupakan bab penutup dari penulisan ini yaitu berisi kesimpulan dan saran.

Dalam penulian ini penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan

Skripsi, yang diterbitkan oleh Fakultas Adab dan Humaniora tahun 2018

25
BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Letak Geografis Kompleks Makam Sabokingking

Kota Palembang adalah kota tertua di Indonesia berusia setidaknya

1337 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti

Kedudukan Bukit. Pada tanggal 16 Juni 682. Saat itu oleh penguasa Sriwijaya

didirikan Wanua (wilayah pemukiman) di daerah yang sekarang dikenal sebagai

kota Palembang.25Awal nama Palembang memiliki beberapa penafsiran.Salah

satunyapendapat dari (Van Sevenhoven) dia mengaitkan Palembang dengan kata

lemba, yang berarti tanah yang hanyut oleh air ke tepi.

Penafsiran dari (Van Sevenhoven) ini jelas menunjukkan arti penting

air sebagai komponen yang berkorelasi dengan kondisi Palembang saat ini.

Palembang sering digambarkan sebagai tempat yang banyak airnya dengan

kondisi demikian, tanah kering lebih sulit untuk dijumpai di

Palembang.26Palembang yang dilintasi Aliran Musi semakin penting sebagai pusat

perdagangan yang selalu disibukkan dengan adanya berbagai kelompok etnis di

dunia. Oleh karena itu, kota Palembang juga digambarkan sebagai penguasa

25
Ahmad Alnoza, “Hubungan Situs Gede Ing Suro Dan Kekuasaan Jawa Di Palembang Pada
Masa Pasca-Sriwijaya,” Siddhayatra Jurnal Arkeologi Vol. 25, no. 1 (Mei 2020): hlm. 15-16.
26
Nawiyanto and Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan Warisan
Budaya, hlm. 27-30.

26
jariangan lalu-intas kapal-kapal “antar Asia”. Hal ini tidak terlepas dari posisi

geo-politik Palembang yang sangat vital.27

Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan, terletak

antara 2052’ dan 305’ Lintang Selatan dan antara 104037’ dan 104052’ Bujur

Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Posisi Kota

Palembang sangat strategis karena berada di jalur lalulintas pulau Sumatra. Selain

itu juga di Kota Palembang ada Sungai Musi sebagai sarana transportasi dan

perdagangaan antar wilayah.28 Luas wilayah Kota Palembang sebesar 40,061 Ha

atau sekitar 2,65 persen dari total luas daratan Provinsi Sumatera Selatan.

Suhu udara rata-rata di Kota Palembang tahun 2020 berkisar antara

28,50C sampai dengan 30,10C. Dimana suhu udara maksimum terjadi pada Bulan

Agustus sebesar 36,8°C dan suhu udara minimum terjadi pada Bulan April, Juni,

Desember sebesar 22,0°C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 72,18

persen sampai dengan 82,33 persen. Curah hujan di kota Palembang tercatat

antara 48,60 mm hingga 396,50 mm, dimana tertinggi pada bulan April dan hari

hujan 239 hari sepanjang tahun 2020.

27
Firdaus Marbun, “Ziarah Kubur Di Palembang: Antara Kesadaran Religi Dan Potensi
Ekonomi Kubra Pilgrimage in Palembang,” Jurnal Penelitia Sejarah Dan Budaya Dan Budaya Vol. 3, no.
1 (June 2017): hlm. 637.
28
Arjuni dkk, Kawah Tengkurep:Perspektif Arkeologi Dan Sejarah, hlm. 47.

27
Tanah di Palembang relatif rendah sehingga terdapat banyak rawa,

dimana sebagian Palembang akan digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan

terus menerus.29

Tabel 2.1

Statistik Geografi dan Iklim Palembang

Uraian Satuan 2020

Luas Km2 400,61

Kecepatan Angin m/s 1,59

Kelembaban % 79,00

Curah hujan tertinggi Mm 396,50

Banyak Hari Hujan Hari 239,0


0
Rata-rata Suhu udara c 29,1030

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palembang, 2021.

Tanah di Palembang relatif rendah sehingga terdapat banyak rawa,

dimana sebagian Palembang akan digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan

terus menerus. Banjir yang terjadi tahun 2018 di kota Palembang terparah sejak

tahun 2013, diakibatkan meluapnya Sungai musi karena turunnya hujan terus

menerus di kecamatan kemuning seluruh ruas jalan terendam banjir, jalan

protokol basuki rahmat Kec. Ilir Timur II, Jl. A.rivai Kecamatan Ilir Timur I dan

Jl. Kol. Burlian Kecamatan Sukarami banjir, bahkan kolam retensi di Jalan

Badan Pusat Statistik Kota Palembang Statistik Daerah Kota Palembang 2021
29

(Palembang: Badan Pusat Statistik Kota Palembang, 2021), hlm. 21.


30

28
Demang Lebar Daun Kecamatan Ilir Barat I yang biasa mampu menampung debit

air meluap.31 Kemudian geografis penelitian ini berpusat pada komplek makam

Sabokingking. Geografis sabokingking sebagai berikut.

Gambar 2.1 Geografis Sabokingking

Sumber:Pusat Data dan Statistik Pendidikan-Kebudayaan (PDSPK) Walidata


Geospasial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan32

Batas-batas Kota Palembang adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Banyuasin

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Banyuasin

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Banyuasin

d) Sebelah Timur berbatasan dengan Muara Enim dan Ogan Ilir.33

31
Badan Pusat Statistik Kota Palembang Statistik Daerah Kota Palembang 2021, hlm. 1.
32
Lihat Dinas Kebudayaan Kota Palembang. 2021.
33
Lihat Badan Statistik Kota Palembang, 2021.

29
Dari beberapa kecamatan di kota Palembang, penulis lebih memfokuskan

pada objek penelitian tepatnya di SaboKingking 1 Ilir Kecamatan Ilir Timur II

Palembang, Sebuah situs purbakala yang bernafaskan Islam. Secara administratife

kompeleks makam sabokingking, terletak di jalan makamSaboKingking

Kelurahan Sungai Buah 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.

Letaknya tidak jauh sekitar 3 km dari kompleks pemakaman Ki Gede ing

Suro di 3 Ilir Palembang.34 Secara geografis berada pada titik kordinat S 02 0

58’24.1” E 104o47’24.3”. Luas obyek bangunannya 17,5 x 16 m dengan luas

lahan 33,5 x 31,5 M. sebelaah utara berbatasan dengan rawa dan pemukiman ,

begitu juga dengan batas-batas di sebelah timur, selatan, dan barat.35

Gambar 2.2 Peta Lokasi Makam Sabokingking

34
Nawiyanto and Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan Warisan
Budaya, hlm. 126.
35
Sahrudin SyarJinsiy, “Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana Pencurian Cagar
Budaya Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 106 (Studi Kasus Makam Sabokingking
Dan Makam Kawah Tengkurep” (Skripsi, Palembang, Universitas Islam Negeri Randen Fatah, 2016),
hlm. 37.

30
Situs makam Sabo King-King merupakan situs peninggalan bersejarah

masa penguasa Palembang belum disebut sebagai kesultanan Palembang atau juga

bisa disebut masa kerajaan Palembang, yaitu Masa Kelasik Masa seriwijaya abad

7 masehi.36Makam Sabo Kingking berbeda dengan makam-makam lainnya.

Kompleks makam Sabo Kingking dikelilingi kolam dan berada di sekitar

rawa-rawa. Kompleks makam Sabo Kingking juga dikenal dengan nama Telaga

Batu karena pernah diketemukan prasasti telaga batu. Bangunan makam dapat

dituju dengan jalan semen yang menghubungkan bangunan utama dengan

daratan. Di depan bangunan terdapat gapura tembok berbentuk paduraksa sebagai

penghubung jalan dengan bangunan utama37

Kemudian jalur utama menuju ke Makam Sabokingking terdapat dua jalan

besar, yakni jalan Makam Sabokingking dan Arauf, semua jalan bias di lalui

sepeda motor dan mobil. Bagi yang ingin berziarah atau berwisata ke makam

tidak dikenakan pungutan bayaran, tetapi disekitar makam terdapat tabungan yang

menamoung sumbangan sukarelaa dari mereka yang berkunjung. Dana yang

terkumpul untuk biyaya perawatan makam.38

36
Kabib Sholeh, Dina Srinindiati, and Aan Suriadi dkk, “Nilai-Nilai Situs Bersejarah Di
Sumatera Selatan Sebagai Penguat Karakter Di Smk Pgri Lahat,” Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.
02, no. 03 (September 2019): hlm. 70.
37
Nawiyanto and Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan Warisan
Budaya, hlm. 127.
38
Wawancara dengan kuncen/perawat makam sabokingking, pada hari sabtu tanggal 12
febuari 2022.

31
Potensi sumber daya alam di kelurahan 1 Ilir yaitu memiliki luas 0.89 Ha

dengan status kawasan bebas banjir, sumber daya air di kelurahan ini berupa

PDAM, Sungai dan sumur pompa, kondisi desa terbagi menjadi 4 Rukun Warga

dan 19 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 6.660 jiwa, adapun keluarga

berjumlah 1797 jiwa, kemudian jumlah laki-laki 3.350 dan perempuan 3.310

jiwa.Sarana Transportasi, jenis tranportasi Darat dan Air.39

B. Sejarah Makam Sabokingking

Sebuah situs purbakala yang bernafaskan Islam yaitu Situs

Sabokingking, Sabokingking adalah sebuah makam kerajaan. Nama sabokingking

ini berasal dari bahasa sanskerta, berasal dari kata Sambhongin, artinya tempat

yang penuh dengan kesenangan.40Situs klasik yang masih dianggap suci/keramat

oleh sejumlah masyarakat Palembang, dan sering didatangi para penziarah yang

senantiasa meramaikan tempat ini.

Sama dengan kerajaan Majapahit nama rajanya adalah Hayam Wuruk.

Sedangkan Sabokingking di pimpin oleh seorang raja yang bernama Pangeran

Sido Ing Kenayan. Pangeran ini berasal dari Jawa. Dan istrinya yang bernama

Ratu Sinuhun. Pangeran ini memiliki seorang guru spiritual atau penasihat yang

bernama Habib Muh. Nuh.41

39
Kecamatan Ilir Timur Dua Dalam Angka 2020 Ilir Timur Dua Sub District in Figures 2020
(Palembang: 2020, 2020), hlm. 1-23.
40
“Simbol Kejayaan Ibukota Sriwijaya Dalam Tiga Prasasti Sriwijaya Di Palembang,” Mozaik
Vol. 13, no. 2 (2013): hlm. 143.
41
Sholeh, Srinindiati, and Suriadi dkk, “Nilai-Nilai Situs Bersejarah Di Sumatera Selatan
Sebagai Penguat Karakter Di Smk Pgri Lahat,” hlm. 69-70.

32
Berdirinya kerajaan ini, berdasarkan ahli arkeologi diperkirakan

sekitar tahun 1616-1628. Pangeran Sido Ing Kenayan ini merupakan penyebar

atau pengembang agama islam yang ada di Palembang, Sumatera Selatan. Berkat

perjuangannya, sekitar 80-85% rakyat di Palembang ini beragama islam.

Setelah pangeran ini wafat, digantikan oleh anaknya yang bernama

Pangeran Sido Ing Rajek yang kuburannya ada di Sako Tigo, Indralaya. Dan

setelah masa jabatan keturunan-keturunan ini berakhir, sekitar 150-200 tahun

muncullah Sultan Mahmud Badaruddin.

Di dalam kompleks makam Sabo Kingking, juga terdapat makam

Pangeran Siding Pesarean bin Pangeran Kiai Tumenggung Mancanegara, Ratu

Sinuhun bin Pangeran Kiai Tumenggung Mancanegara. Makam Sabo Kingking

berbeda dengan makam-makam lainnya. Kompleks makam Sabo Kingking

dikelilingi kolam dan berada di sekitar rawa-rawa. Kompleks makam Sabo

Kingking juga dikenal dengan nama Telaga Batu karena pernah diketemukan

prasasti telaga batu yang berasal dari abad ke-7 masehi dari masa Kerajaan

Sriwijaya. Berdasarkan hasil foto udara dapat diketahui bahwa situs ini berada

pada sebuah pulau kecil berbentuk persegi empat yang keempat sisinya

mengahadap arah mata angin.42

Memasuki bangunan pada undakan ke-2 di sisi kiri terdapat sebuah

makam yang dikeramatkan. Makam ini disebut sebagai makam Badrawangsa,


42
Nawiyanto and Endrayadi, Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah Dan Warisan
Budaya, hlm. 127.

33
seseorang yang menjabat sebagai panglima kerajaan. Bentuk makamnya sangat

menarik, selain mempunyai kijing yang bertingkat, juga nisan yang dipakai dari

tipe berbentuk gada. Menjelang ke undakan selanjutnya pada sisi yang lain

diundakan ke 2, tepatnya di pintu masuk ruang pertama terdapat sebuah makam

dengan kijing yang dilapisi dengan porselin. Disebutkamakam ini sebagai makam

Hulubalang Hasanudin. Undakan berikutnya adalah undakan ke 3 merupakan

ruangan utama makam Sabokingking. Didalam ruangan ini yang merupakan salah

seorang dari raja-raja Palembang.

Makamnya diletakan dalam sebuah cungkup bertiang 4 bersama-sama

istrinya dan gurunya. Makam istrinya Ratu Sinuhun di tempatkan di sebelah kiri

sedang gurunya bernama Muhamad Nuh Al Pasah berada disisi kanan. Ketiga

makam ini ditempatkan diatas sebuah altar dari kayu. Pada bagian depan disisi

kanan makam Sidang Kenayan terdapat sebuah makam dengan 2 buah nisan

diatasnya. Menurut keterangan makam ini kepunyaan pengasuhnya. Adanya 2

buah nisan itu sebagai pemberian dari seseorang yang membayar nazarnya di

tempat ini.

Pada bagian depan sisi kanan makam Sideng Kenayan terdapat 2 buah

makam kecil yang disebut sebagai makam anak-anaknya, di samping makam ini

terdapat sebuah makam dengan bentuk kijing yang bertingkat. Menurut

keterangan yang berkubur ditempat ini adalah seorang wanita yang menjadi

kerabat raja yang meninggal ketika hamil tua. Di dalam ruangan ini juga arah

34
Barat Laut terdapat sebuah makam yang cukup menarik dengan motif hiasan yang

indah juga yang berkubur disinidisebutkan sebagai putri Cina. Secara keseluruhan

bentuk makam dan motif hiasan yang digunakan cukup menarik perhatian. Motif

hiasan sebagian besar dipakai motif sulur- suluran, bunga matahari, pohon, pilin

berganda, geometri, mender, pingiran awan, pola-pola kertas tempel, mendalion,

dan sebagainya.

Hiasan pada mendalion nisan makam Sideng Kinayan dan Ratu

Sinuhun selain dipenuhi huruf Arab juga diisi dengan hiasan bunga matahari.

Pada medalion nisan Ratu Sinuhun juga terdapat huruf Arab menghiasi kijing

beberapa makam di tempat ini. Sebetulnya di bagian luar bangunan pada undakan

ke 2 terdapat makam-makam yang menilik ukuranya termasuk makam lama.

Hanya di sayangkan makam-makam ini sudah rusak dan nisan-nisanya yang

terbuat dari kayu hanya tinggal sisa-sisanya saja. Menurut keterangan, seluruh

makam yang ada di situs Sabokingking berjumlah 37 buah makam.43

C. Cagar Budaya

a). Pengertian cagar budaya

Cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran

dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan

pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan

43
Sisna Kurniawati, “Interpretasi Isi Prasasti Telaga Batu Sebagai Sumber Pembelajaran
Sejarah,” Kalpataru Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah Vol. 6, no. 1 (2020): hlm. 27-28.

35
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola

secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, danpemanfaatan dalam

rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendevinisikan “cagar” sebagai

daerah perlindungan untuk melarikan tumbuh-tumbuhan, binatang dan

sebagainya. Pencagaran adalah perlindungan terhadap tumbuhan, binatang dan

sebagainya yang diperkirakan akan punah. Sehingga, hewan dan tumbuhan yang

hampir punah perlu diberi pencagaran. Sedangkan budaya menurut KBBI

merupakan hasil akal budi manusia. Dengan demikian cagar budaya adalah benda

hasil akal budi manusia yang perlu diberikan pencagaran, karena jika tidak

dilindungi dikhawatirkan akan mengalami kerusakan dan kepunahan.

Pada pasal 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,

bahwa cagar budaya didefinisikan sebagai warisan budaya bersifat kebendaan

berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya,

Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang

perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka cagar budaya dibagi menjadi lima

kategori, yaitu: 44

44
“Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya,” Bab 1 Ketentuan Umum 11 §
(2010), hlm. 1-3.

36
1. Benda cagar budaya

Benda cagar budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia,

baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau

bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan

kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda cagar budaya dapat

berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan oleh

manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kegiatan

manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah manusia. Benda cagar

budaya dapat bersifat bergerak maupun tidak bergerak. Selain itu, benda

cagar budaya dapat berbentuk kesatuan maupun kelompok.

2. Bangunan cagar budaya

Bangunan cagar budaya merupakan susunan binaan yang terbuat dari benda

alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang

berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Bangunan cagar budaya

dapat berunsur tunggal maupun banyak. Selain itu, bangunan cagar budaya

dapat berdiri bebas ataupun menyatu dengan formasi alam.45

3. Struktur cagar budaya merupakan susunan binaan yang terbuat dari benda

alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang

kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk

menampung kebutuhan manusia. Struktur cagar budaya dapat berunsur

45
Mas,ad, Potret Cagar Budaya Di Indonesia, hlm. 12-13.

37
tunggal maupun banyak. Selain itu, struktur cagar budaya dapat sebagian

atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam.

4. Situs cagar budaya Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat

dan/atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar

budaya, dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau

bukti kejadian pada masa lalu. Suatu lokasi dapat ditetapkan sebagai situs

cagar budaya apabila mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar

budaya, dan/atau struktur cagar budaya, serta menyimpan informasi

kegiatan manusia pada masa lalu.

5. Kawasan cagar budaya Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang

geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya

berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. 46 Satuan

ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila:

1) mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya

berdekatan;

2) berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50

(lima puluh) tahun;

3) memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia

paling sedikit 50 tahun;

46
Pelestarian Cagar Budaya (Jawa Timur: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Balai
Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, 2016), hlm. 10.

38
4) memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan

ruang berskala luas;

5) memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan

6) memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan

manusia atau endapan fosil.47

b). Kriteria cagar budaya

Di dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya, dijelaskan bahwa benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya

apabila memenuhi kriteria:

1. berusia 50 tahun atau lebih;

2. memiliki gaya paling singkat berusia 50 tahun;

3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/ataukebudayaan; dan

4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

c). Pelestarian

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 pada BAB VII Pasal 53

47
“Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya,” Bab III Kriteria Cagar Budaya
11 § (2010), hlm. 10.

39
1. Pelestarian cagar budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang

dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis dan administratif

2. Kegiatan pelestarian cagar budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan

oleh tenaga ahli pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian

3. Tata cara pelestarian cagar budaya harus mempertimbangkan kemungkinan

dilakukan pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian

4. Pelestarian cagar budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian

sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan

keasliannya.

d). Tujuan Pelestarian Cagar Budaya

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 pada Pasal 3 tentang

Cagar Budaya, berikut tujuan pelestarian cagar budaya :

1. Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia

2. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya

3. Memperkuat kepribadian bangsa

4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan

5. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat

internasional.

e). Pemanfaatan

40
1. Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang dapat memanfaatkan cagar

budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,

teknologi, kebudayaan dan pariwisata

2. Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi

cagar budaya yang dilakukan oleh setiap orang

3. Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Undang-undang Nomor 11

Tahun 2010 berupa izin pemanfaatan, dukungan tenaga ahli pelestarian,

dukungan dana dan/atau pelatihan

4. Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Undang-undang Nomor 11

Tahun 2010 dilakukan untuk memperkuat identitas budaya serta

meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan masyarakat.

f). Tim Ahli Cagar Budaya

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) adalah kelompok ahli pelestarian dari

berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi yang bertugas untuk

memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan cagar

budaya. TACB ada di tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat

kabupaten/kota. TACB diangkat dan diberhentikan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri (tingkat nasional), Gubernur (tingkat provinsi), Bupati atau Wali Kota

(tingkat kabupaten/kota).

Selanjutnya jumlah anggota TACB untuk setiap tingkatan berbeda-beda.

TACB nasional berjumlah 9-15 orang, TACB provinsi berjumlah 7-9 orang, dan

41
TACB kabupaten/kota berjumlah 5-7 orang. Tim terdiri dari berbagai bidang ilmu

karena objek yang diduga sebagai cagar budaya sangat banyak jumlah dan

jenisnya sehingga diperlukan dukungan dari berbagai ilmu untuk melakukan tugas

TACB. Keilmuannya selain arkeologi antara lain adalah seni, antropologi,

sejarah, sastra, geologi, geografi, sipil, arsitek, biologi dan hukum. Uji

kompetensi dan sertifikat kompetensi diberikan oleh Badan Nasional Sertifikasi

Profesi (BNSP).

Kemudian tugas TACB adalah memberi rekomendasi penetapan,

pemeringkatan, dan penghapusan cagar budaya. Dalam hal penetapan cagar

budaya, TACB Kabupaten/Kota mengkaji kelayakan dari hasil pendaftaran objek

yang diduga cagar budaya. Pengkajian dilakukan untuk melakukan identifikasi

dan klasifikasi dari setiap objek yang diduga cagar budaya. Hasil kajian yang

berupa rekomendasi disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk penetapan status

cagar budaya. Pada saat Bupati/Walikota belum membentuk TACB maka TACB

Provinsi dapat menerima tugas untuk melakukan kajian, membuat keputusan

dalam sidang-sidangnya guna memberikan rekomendasi kepada bupati/walikota.

TACB Provinsi memberikan rekomendasi penetapan untuk situs cagar budaya

atau kawasan cagar budaya yang berada di dua kabupaten /kota atau lebih. TACB

Nasional memberikan rekomendasi untuk situs cagar budaya atau kawasan cagar

budaya yang berada di dua provinsi atau lebih.

Pemerintah kabupaten/kota menyampaikan hasil penetapan kepada

pemerintah provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada pemerintah pusat/tingkat

42
nasional. TACB di setiap tingkatan memberikan rekomendasi peringkat cagar

budaya berdasarkan kepentingannya apabila memenuhi sejumlah syarat yang

disebutkan dalam Undang-Undang Cagar Budaya. Cagar budaya yang tidak lagi

memenuhi syarat tersebut dapat dikoreksi lagi peringkatnya berdasarkan

rekomendasi TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) di setiap tingkatan.

Tim Ahli Cagar Budaya di setiap tingkatan memberikan rekomendasi

penghapusan cagar budaya apabila cagar budaya musnah; hilang dan dalam

jangka waktu enam tahun tidak ditemukan; mengalami perubahan wujud dan gaya

sehingga kehilangan keasliannya; atau di kemudian hari diketahui statusnya

bukan cagar budaya. Namun sesuai dengan pasal 50 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2011, untuk cagar budaya yang sudah tercatat dalam Register Nasional

hanya dapat dihapus dengan Keputusan Menteri atas rekomendasi Tim Ahli

Cagar Budaya di tingkat pemerintah pusat/tingkat nasional.48

BAB III

PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DI SITUS MAKAM SABOKINGKING

KOTA PALEMBANG
48
Mas’ad, S.Si., Potret Cagar Budaya di Indonesia (Tangerang Selatan : Pusat Data dan
Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. R.E. Martadinata, Ciputat,
Tangerang Selatan 15411,2020), h. 15-17.

43
A. Deskripsi situs makam sabokingking

Mempertahankan sesuatu yang telah ada memang bukan sesuatu yang

mudah. Apalagi itu sebuah benda atau bangunan yang dianggap sudah kuno.

Padahal bangunan-bangunan atau benda-benda tersebut mempunyai nilai

sejarah.

Benda-benda budaya peninggalan dari masa lampau merupakan benda

mati. Maka dari itu, jika didiamkan saja tidak akan memberikan manfaat apapun.

Sebaliknya melalui benda mati tersebut jika dipelajari dan diteliti secara cermat

akan menghasilka sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Melalui cagar

budaya ini akan di ketahui berbagai aspek kehidupan masa lampau yang

merupakan satu tahapan perjalanan sejarah Palembang.49

Makam SaboKingking merupakan makam tertua para raja atau para

pangeran penguasa Palembang pertama, Komplek Makam Sabokingking

memiliki denah berbentuk empat persegi panjang dan merupakan bangunan

tembok beratap limasan. Bangunan kompleks makam Sabokingking dikelilingi

air yang menyerupai pulau di tengah danau.

49
Dra. Sri Saraswati, Pelestarian Benda Cagar Budya Dalam Rangka Penyelamatan Nilai-Nilai
Budayabangsa Indonesia (Jakarta: phibeta aneka gema,2006), hlm26.

44
Gambar 3.1 Kompleks Makam Sabokingking

Gambar 3.2 Kompleks Makam Sabokingking Dikelilingi Air


Menyerupai pulau di tengah danau

Gambar 3.3 Kompleks Makam Sabokingking Dilihat dari jauh

Bangunan makam dapat dituju dengan jalan semen yang menghubungkan

bangunan utama dengan daratan. Jembatan ini dahulunya belum ada kemudian pada

45
tahun 2000 barulah jembatan ini di bangun, pembanguan jembatan ini di bantu oleh

PUSRI

Gambar 3.4 Pintu Masuk Situs Makam

Gambar 3.5Jembatan Penghubung Makam

Di depan bangunan terdapat gapura tembok berbentuk paduraksa sebagai

penghubung jalan dengan bangunan utama.

46
Gambar 3.6Gapura Penghubung Bangunan Utama

Kompleks makam Sabokingking memiliki denah berbentuk empat persegi

panjang dan merupakan bangunan tembok beratap limasan yang didalamnya terdapat

makam-makam dengan bentuk lantai bertingkat. Bangunan makam terdiri dari 3 buah

teras, dengan perincian sebagai berikut:

1. Teras pertama pada makam sabo kingking.

Pada bagian teras pertama terletak di samping kanan (barat) dengan pintu masuk di

depan. Di teras pertama ini terdapat makamkan tokoh seorang panglima besar Ki Mas

Agus Bodrowongso atau Ki Abdurahman yang terletak bagian paling bawah sebelah

barat bangunan. Selain itu terdapat makam-makam lain yang berada di sebelah kanan

makam ini.

47
Gambar 3.7 Makam Pada Bagian Teras Pertama

Pada bagian teras pertama dimakamkan tokoh seorang panglima besar kerajaam
Palembang yang Ki Abdurahman. Ki Abdurahman atau Ki Mas Agus Bodrowongso
merupakan gelar yang diberikan kepada sebagai seorang panglima besar di masa
kerajaan Palembang.

Makam panglima tersebut memiliki panjang jirat 208 cm, lebar jirat 86 cm, dan
tinggi jirat 86 cm dengan bentuk persegi panjang. Jirat makam memiliki warna hitam
dengan bahan keramik. Makam panglima memiliki nisan dibagian kepala dan kaki.
Nisan makam memiliki tinggi 52,5 cm. Jarak antara nisan kepala dan nisan kaki 109
cm. Nisan makam memiliki warna hitam.

48
2. Teras Kedua pada makam sabo kingking.

Gambar 3.8 Makam pada Bagian Teras kedua

Gambar 3.9 Makam pada Bagian Teras kedua

Pada teras kedua terletak di atas teras pertama. Di bagian teras kedua terdapat 4 buah
makam, tiga di antaranya berderat dan satu makam terletak di bagian depan. Tokoh
yang dimakamkan tersebut masih keluarganya pangeran Siding Kenayan dan
pangeran Sideng Rejek.

49
Makam-makam tersebut memiliki panjang jirat 175 cm, lebar jirat 28 cm, dan tinggi
jirat 27 cm dengan bentuk persegi panjang. Jirat makam memiliki warna hitam
dengan bahan keramik. Makam-makam ini memiliki nisan dibagian kepala dan kaki.
Nisan makam memiliki panjang 52,5 cm, lebar 49 cm dan tinggi 52,5 cm. Jarak
antara nisan kepala dan nisan kaki 108,3 cm. Nisan makam memiliki warna hijau dan
kuning emas, nisan berbentuk tipe Demak.

Sebetulnya di bagian luar bangunan pada teras ke 2 terdapat makam-makam

para panglima. Sangat di sayangkan kondisi makam-makam tersebut sudah rusak dan

nisan-nisanya yang terbuat dari kayu hanya tinggal sisa-sisanya saja.

50
Gambar 3.15 Kondisi Makam pada Area Luar

Gambar 3.16 Makam-Makam pada Area Luar

51
3. Teras Ketiga pada makam sabokingking.

Teras ketiga merupakan teras yang tertinggi terdapat makam tokoh-tokoh penting
yang berjumlah 21 buah disusun dengan penempatan barat ke timur dengan arah
hadap utara selatan. Pada bagian teras ketiga ini dimakamkan raja kerajan Palembang
yaitu Pangeran Sedo Ing Kenayan Jamaluddin Mangkurat IV, yang berkuasa pada
1639 – 1650.

Pangeran Sedo Ing Kenayan Jamaluddin Mangkurat IV (1639 - 1650) merupakan raja
Palembang yang berkuasa bersama dengan isterinya Ratu Senuhun. Ratu Sinuhun
inilah yang nantinya menyusun kitab "Undang-undang Simbur Cahaya" yang
mengatur adat pergaulan bujang gadis, adat perkawinan, piagam dan lain sebagainya
di wilayah kekuasan kerajaan palembang

Makam Pangeran Sedo Ing Kenayan Jamaluddin Mangkurat IV memiliki panjang


jirat 213 cm dan lebar jirat 45,9 cm dengan bentuk persegi panjang. Jirat makam
memiliki warna hijau dan emas dengan bahan kayu unglen, Makam Pangeran Sedo
Ing Kenayan Jamaluddin Mangkurat IV memiliki nisan dibagian kepala dan kaki.
Nisan makam memiliki panjang 45,8 cm, lebar 20 cm dan tinggi 65 cm. Jarak antara
nisan kepala dan nisan kaki 141 cm. Nisan makam memiliki warna hijau dan kuning
keemasan.

Gambar 3.10 Makam Pangeran Sedo Ing Kenayan.

52
Makam pangeran Sido Ing Kenayang terletak di tengah-tengah pemakaman

diapit oleh Raden Ayu Ratu laut, dan makam Sayid Moh. Omar Al Bashir. Makam

berdiri di atas alas / asana kayu unglen. Makam yang terbuat dari kayu profil tubuh

berbentuk unglen yang memiliki kuil hiasan antefiks di sudut. Terdapat satu makam

memiliki dua nisan dengan tipe nisan Demak. Pada batu nisan itu terdapat motif hias

seperti sulur-suluran, bermotif pucuk rebung, memiliki dua medallion yang terdapat

di bagian kepala dan kaki nisan. Selain makam pangeran Sido ing Kenayan, teras

ketiga juga memiliki makam utama lainnya :

1. Raden Ayu Ratu Sinuhun

Makam terdiri dari jirat dan nisan. Jiratnya memiliki simbar di setiap sudutnya

dan memiliki pelipit di bagian atas. Nisannya berjumlah 2 buah dengan tipe

nisan Demak. Bagian utara dan selatan jirat memiliki profil mirip “yoni” dengan

hiyasan simbar (antefiks) pada keempat sudutnya. Nisan dihias dari bagian

kepala sampai bagian kaki. Memiliki medallion. Di atas medallion terdapat

motif hiyas felora dan menjuntai sampai ke bawah dalam bentuk tumpal

terbalik. Tumpal tersebut berjumlah tiga dan tumpalbagian tengah tidak

mrnyambung pada bagian sabuk di bawahnya. Di bawah tumpal terdapat sabuk

dengan jumlah gunung lima. Di bawah sabuk adalah kaki nisan yang memiliki

profil seperti perofil yoni atau kaki candi.

53
Gambar 3.11 Makam Raden Ayu Ratu Sinuhun

2. Sayyid Moh. Umar Al Idrus

Sayyid Umar Al-Idrus dikenal sebagai seorang pemuka agama atau guru di

istana pada masa pemerintahan Pangeran Sido Ing Kenayan. Makam Sayyid

Umar Al-Idrus berada di sebelah kanan dari Pangeran Sido Ing Kenayan. Jirat

makam berbentuk segi empat tanpa ukiran dan dibuat dari batu geranit. Dengan

nisan tipe Demak dan hanya memiliki motif medallion ganda. Di dalam

medallion terdapat motif bunga padma. Motif hias medallion ini terletak pada

bagian atas badan nisan dan di bagian bawah mahkota nisan. Di bagian kaki

nisan terdapat motif hias “ginungan” berjumlah enam. Masyarakat setempat

menyebut motif hiyas ini dengan istilah “sabuk”.

54
Makam ketiga tokoh di atas ditempatkan pada satu cungkup berdenah segi

empat menyerupai aritektur rumah limas. Tiang-tiang kayu berdiri di sebuah umpak

terbuat dari bata berplester semen. Di dalam cungkup terdapat hiasan seperti gerigi

pada bagian pelipitnya, pola sulur gelung.

Selain itu pada teras ketiga terdapat makam tokoh-tokoh lainnya, diantaranya:

Raden Usman (Purbaya), Putri Sloko, Fatimah Tussadiah, Panglima Moh. Akil,

Raden Dendik, Jangsari, Raden Wancik (Kuncung mas), Nyi Mas Ayu Rokiah

Khasanah, Putri Perak, Tu Bagus, Jiro Sentiko, Pangeran Ratu Pasarean, Pangeran

Antasari (adik Sinuhun), Putri Ayu, Putra Adi Kusuma, Ki Mas Gede Marta, Putri

Cilik, Putri Menur.

Gambar 3.12 Makam-Makam Teras Ketiga

Gambar 3.13 Makam-Makam Teras Ketiga

55
B. Pemanfaatan benda cagar budaya situs makam sabokingking kota

Palembang sebagi objek wisata

Wawancara dengan Bapak M. Gazali,SH (pamong budaya cagarbudaya)

dan Bapak J Samsul bachri, M, Pd. (analisi pelestarian cagar budaya dan

peraturan)

tanggal 8 Febuari 2023

Gambar 3.19Penulis bersama Narasumber

Pemanfaatan adalah pendayagunaan suatu benda ataupun sebuah

tempat untuk kepentingan individu atau pun kepentingan bersama dengan tetap

mempertahankan kelestariannya. Dengan adanya pemanfaatan tersebut, cagar

budaya dapat dimanfaatkan atau dikembangkan untuk objek wisata yang dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah setempat dan meningkatkan

perekonomian masyarakat, tidak hanya itu untuk mewujudkan visi kebudayaan

dan pariwisata dalam upaya pemanfaatan atau pengembangan tersebut tetap

harus memperhatikan pelestarian dan fungsi sosialnya.

56
Pemanfaatan cagar budaya sebagai objek wisata juga akan membawa

manfaat kepada komunitas setempat sebagai tuan rumah, dan menjadi makna

yang penting serta motivasi bagi mereka untuk merawat cagar budaya yang

mereka miliki. Keterlibatan komunitas tersebut akan meningkatkan upaya

pengelolaan terhadap Cagar Budaya, hal tersebut merupakan penyiapan

pengembangan Cagar Budaya untuk generasi yang akan datang.50

Pemanfaatan cagar budaya sebagai obejek wisata harus efektif dan

efesien, harus jelas kerangka wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan

demikian pengelolaan akan dapat bergerak dengan cepat, oleh karena itu,

diperlukan untuk meningkatkan koordinasi yang intensif antara instansi

pemerintah, swasta, dan masyarakat agar pemanfaatan Cagar Budaya sebagai

objek wisata dapat diwujudkan.

Dari hasil wawancara dengan Dinas Kebudayan Kota Palembang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Berdasarkan PP No. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-

2025, dayat tarik wisata terdiri dari :

1) Daya Tarik Wisata Alam

2) Daya Tarik Wisata Sejarah dan Budaya

3) Daya TarikWisata Hasil Buatan Manusia

50
Tiwi Purwitasari, Kemitraan Lembaga Dan Masyarakat Dalam Pemecahan Masalah
Pengelolaan Tinggalan Arkeologi (Bandung: Alqaprint, 2009), hlm. 137.

57
Berkenaan dengan hal tersebut, maka Komplek Makam Sabokingking

sebagai salah satu lokasi wisata sejarah dan budaya di Kota Palembang.

Komplek Makam Sabokingking termasuk didalam 15 destinasi wisata

unggulan Kota Palembang.

b. Peran Dinas kebudayan Kota Palembang dalam pengembangan wisata di

Komplek Makam Sabokingking adalah dengan melakukan promosi wisata,

diantaranya melalui media cetak, media elektronik, booklet, brosur, website

(palembang-tourism.com), dan keikutsertaan dalam pameran promosi wisata.

Komplek Makam Sabokingking dapat lebih dikembangkan dengan melibatkan

partisipasi masyarakat sekitar dengan membentuk sutau kelompok sadar

wisata, namun sampai dengan saat ini belum terbentuk. Hal ini dikarenakan

belum adanya sosialisasi kepada masyarakat oleh Dinas Kebudayaan Kota

Palembang dan dalam waktu dekat akan dibentuk kelompok sadar wisata yang

anggotanya adalah berasal dari masyarakat sekitar sebagai sarana untuk

pengembangan industri wisata sejarah dan budaya di Komplek Makam

Sabokingking. Dengan dibentuknya kelompok sadar wisata ini, tentunya akan

memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat sekitar.

c. Permasalahan dalam pengembangan wisata sejarah dan budaya di Komplek

Makam sabokingking, diantaranya adalah

1. Terbatasnya infrastruktur dan sulitnya akses menuju objek wisata.

58
2. Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar objek wisata dan

pengelolaobjek wisata. Dalam hal ini belum adanya sosialisasi terhadap

masyarakat di sekitar untuk membentuk kelompok sadar wisata yang

berfungsi untuk membantu Dinas Pariwisata Kota Palembang dalam

upaya promosi dan pengembangan wisata di Komplek Makam

sabokingking.

3. Belum optimalnya peran para pelaku usaha jasa pariwisata, media massa

dan pelaku ekonomi kreatif.

d. Agenda prioritas pembangunan Dinas Kebudayaan sebagai berikut

1. Mewujudkan masyarakat Kota Palembang yang mandiri dan sejahtera.

2. Meningkatkansaranadanprasaranawisatayangtersusundalamprogrampemba

ngunan daerah.

3. Mempromosikanpotensi-

potensiyangadadiKotaPalembangmelaluimediacetak, media elektronik.

4. MeningkatkanwebsitetentanggambaranKotaPalembangdanobjek-objek

wisata yang ada di Kota Palembang agar dapat dilihatoleh wisatawan

mancanegaramaupun domestik.

5. Meningkatkanhubungan dankemitraandenganinvestor.

6. Meningkatkan kemitraan dengan masyarakat local guna mengembangkan

usahawisata.51
51
wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Palembang dapat dijelaskan
sebagai berikut.

59
Dinas Kebudayaan memiliki peran dalam pelestarian, perawatan, dan

pemeliharaan situs di Komplek Makam Sabokingking. Dari hasil wawancara

dengan Bapak J Samsul Bachri ( Analis pelestarian cagarbudaya dan peraturan

Dinas Kebudayaan Kota Palembang) dan Bapak M. Gazali, SH (Pamong Buday

Cagar Buday) dapat diuraikan sebagai berikut:

Dalam menjaga dan mengenalkan kembali bertapa pentingnya menjaga

Cagar Budaya di Kota Palembang. Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan

Peraturan daerah Nomor.11 Tahun 2020 Tentang Pelestarian Dan Pengelolaan

Cagar Budaya yang menjadi patokan untuk menjaga dan melestarikan Cagar

Budaya di Kota Palembang. Menurut bapak J Samsul Bahri, M, Pd, ini adalah

salah satu bukti kepedulian pemerintah dalam melestarikan cagar budaya yang

ada di kota Palembang pada umunya dan makam saboking-king khususnya. Tak

hanya itu pemerintah juga melakukan kegiatan kampanye pelestarian cagar

budaya kegiatan ini di lakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap

pelestarian cagar budaya di kota Palembang.

Perawatan dan pemeliharaan yang telah dilakukan oleh Dinas

Kebudayaan Kota Palembang, diantaranya adalah melakukan kegiatan

pengangkatan lumpur kolam yang mengelilingi makam saboking-king karena

mangalami pendangkalan. Untuk mendukung konsevasi benda cagar budaya

yang ada di makam saboking-king di angkatlah juru pelihara yang bertugas

60
dalam menjaga, melestarikan, mengelola, dan merawat makam saboking-king.

Sebagai petugas lapangan, meraka inilah sebagai ujung tombak dalam menangani

pelestarian cagar budaya. Untuk itu, mereka dibekali pengetahuan dan

pemahaman tentang perinsip dasar konservasi dalam menunjang pelaksaan

kegiatan yang mengarah pada pelestarian situs makam saboking-king, baik

terhadap benda cagar budaya maupun zona pendukungnya. dan pengadaan alat-

alat kebersihan (seperti : sapu, kain pel, dan pewangi untuk toilet). Kegiatan

yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Kota Palembang dalam upaya perawatan

dan pemeliharaan situs cagar budaya di Kota Palembang adalah kegiatan gotong

royong, bersih-bersih yang dilaksanakan secara bergiliran setiap minggu ke

lokasi makam-makam bersejarah yang ada di kota palembang, seperti makam

Kambang Koci, makam Kawah Tekurep, makam Sultan Agung, makam

Sabokingking, makam Bagus Kuning, makam Cinde Welang, dan makam Ki

Gede Ing Suro.

Pada bulan Juli 2022, telah dilakukan kegiatan gotong royong di

lingkungan makam sabokingking kelurahan Sungai Buah dalam rangka

perawatan dan pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh

Dinas Kebudayaan Kota Palembang masih belum optimal, dikarenakan kondisi

anggaran yang terbatas dan jumlah makam sejarah di Kota Palembang cukup

banyak, sehingga masih banyak kekurangan dalam upaya perawatan dan

pemeliharaan situs di Komplek Makam sabokingking.

61
Rencana program perawatan dan pemeliharaan yang akan dilakukan oleh

Dinas Kebudayaan Kota Palembang di Komplek Makam sabokingking, yaitu :

a. Pengecetan jembatan di Komplek Makam saboking-king.

b. Merenovasi toilet menjadi lebih baik.

c. Perawatan taman yang ada di bagian depan makam saboking-king.

d. Merenovasi tampat parkir kendaran supaya pengunjung lebih nyaman saat

ke Makam saboking-king.52

Pentingnya keberadaan cagar budaya, sehingga masyarakatlah nanti yang

akan lebih berperan, pemerintah hanya mengayomi dan mengawasi sehingga

tidak keluar dari koridor hukum yang berlaku tentang pelestarian cagar budaya.

Keterlibatan/partisipasi masyarakat. Masyarakat sekitar ikut serta dilibatkan

dalam pengelolaan Komplek Makam sabokingking, setiap hari dalam

meningkatkan aktifitas masyarakat setempat dengan adanya mushola di depan

makam sabokingking cukup mendukung kegiatan makam baik dengan adanya

gotong royong, disekitar makam dan sebagian masyrakat dapat berjualan

kembang maupun cindra mata dari makam sabokingking tersebut, masyarakat di

sekitarnya dapat membantu kegiatan yang ada di makam apabila ada acara ziarah

kubro di makam sabokingking, serta instansi terkait, seperti Dinas Kebudayaan.

52
Wawancara dengan Bapak M. Gazali,SH (pamong budaya cagarbudaya) dan
Bapak J Samsul bachri, M,PD (analis pelestarian cagar buday dan peraturan) tanggal 8
Febuari 2023

62
Kontribusi penziarah (khusus yg melaksanakan wisata religi) dalam

melestarikan makan saboking-king. Sumbangsi penziarah ikut serta menjaga

makam sabokingking, mereka yang berziarah tidak merusak benda peningalan

yang ada didalam makam, pengunjung juga tidak mengotori area makam saat

sedang berziarah atau berwisata, dan juga penziaran tidak melakukan tindakan

mecoret-coret yang bias merusak makam saboking-king. Pengunjung juga tidak

membuat tulisan dengan cara menggoreskan benda tajam pada benda cagar

budaya yang akan merusak keaslian benda tersebut. Begitu pula tidak membuat

tulisan dengan cat atau pilox yang akan mengurangi segi keindahan maupun

keasriannya. Tidak kalah penting penzirah yang berkunjung tidak melakukan

tindakan iseng dengan mengambil atau memindahkan komponen benda cagar

budaya yang akan merugikan keasliannya.

Dalam hal perawatan dan lingkungan sekitar Komplek Makam

sabokingking, masyarakat sekitar ikut serta dilibatkan dalam usaha untuk

melestarikan makam. Karena makam saboking merupakan aset yang penting

artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Masyarakat ikut dilibatkan dalam kegiatan gotong royong pembersihan

lingkungan makam sabokingking pada tangal 31 Juli 2022. Untuk saat ini, setiap

hari juru pelihara membersihkan di area makam secara berkala Perawatan

Komplek Makam Sabokingking lebih banyak dilakukan oleh pihak penjaga

makam, selain terdapat makam raja juga terdapat makam ulama. Hal ini dapat

63
terlihat pada saat menjelang hari-hari besar Islam, selalu ada kegiatan ritualitas

keagamaan yang dilakukan oleh para masyarakat dan para ulama.53

Dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan Komplek Makam

sabokingking. Masyarakat mendukung inisiatif pengelolaan wisata religi

berkelanjutan, karena dengan berkembangnya wisata religi di Komplek Makam

Sabokingking akan berdampak positif pada sosial ekonomi masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, masyarakat sekitar perlu berpartisipasi dalam perencanaan terkait

pengembangan wisata religi berkelanjutan dan masyarakat dapat bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait dalam pengembangan dan pengelolaan wisata religi di

Komplek Makam Sabokingking sebagai upaya pengembangan ekonomi

masyarakat sekitar.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
53
Wawancara bersama bapak husni masyarakt sekitar makam sabokingking

64
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada situs cagar budaya di

makam sabokingking dengan skripsi yang berjudul Upaya Pelestarian Cagar

Budaya di Situs makam sabokingking Kota palembang, Dari uraian pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mempertahankan sesuatu yang telah ada memang bukan sesuatu yang mudah.

Apalagi itu sebuah benda atau bangunan yang dianggap sudah kuno.

Sebaliknya melalui benda mati tersebut jika dipelajari dan diteliti secara

cerrmat akan menghasilka sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Melalui

cagar budaya ini akan di ketahui berbagai aspek kehidupan masa lampau yang

merupakan satu tahapan perjalanan sejarah Palembang. Makam

SaboKingking merupakan makam tertua para raja atau para pangeran

penguasa Palembang pertama, Kompleks Makam Sabokingking memiliki

denah berbentuk empat persegi panjang dan merupakan bangunan tembok

beratap limasan. Bangunan kompleks makam Sabokingking dikelilingi air

yang menyerupai pulau di tengah danau. Bangunan makam dapat dituju

dengan jalan semen yang menghubungkan bangunan utama dengan daratan.

2. Dinas Kebudayaan memiliki peran dalam pelestarian, perawatan, dan

pemeliharaan situs di Komplek Makam Sabokingking. Pemerintah Kota

Palembang mengeluarkan Peraturan daerah Nomor.11 Tahun 2020 Tentang

Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar Budaya yang menjadi patokan untuk

menjaga dan melestarikan Cagar Budaya di Kota Palembang. Untuk

mendukung konsevasi benda cagar budaya yang ada di makam saboking-king

65
di angkatlah juru pelihara yang bertugas dalam menjaga, melestarikan,

mengelola, dan merawat makam saboking-king. Pada bulan Juli 2022, telah

dilakukan kegiatan gotong royong di lingkungan kawasan makam

sabokingking kelurahan Sungai Buah dalam rangka perawatan dan

pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas

Kebudayaan Kota Palembang masih belum optimal, dikarenakan kondisi

anggaran yang terbatas dan jumlah makam sejarah di Kota Palembang cukup

banyak, sehingga masih banyak kekurangan dalam upaya perawatan dan

pemeliharaan situs di Komplek Makam sabokingking. Dalam hal perawatan

dan lingkungan sekitar Komplek Makam sabokingking, masyarakat sekitar

ikut serta dilibatkan dalam usaha untuk melestarikan makam karena makam

saboking merupakan aset yang penting artinya bagi pemahaman dan

pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini dapat terlihat pada saat

menjelang hari-hari besar Islam, selalu ada kegiatan ritualitas keagamaan

yang dilakukan oleh para masyarakat dan para ulama. Dukungan masyarakat

sekitar terhadap keberadaan Komplek Makam sabokingking. Oleh karena itu,

masyarakat sekitar perlu berpartisipasi dalam perencanaan terkait

pengembangan wisata religi berkelanjutan dan masyarakat dapat bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait dalam pengembangan dan pengelolaan wisata

religi di Komplek Makam Sabokingking sebagai upaya pengembangan

ekonomi masyarakat sekitar. Pemanfaatan adalah pendayagunaan suatu benda

66
ataupun sebuah tempat untuk kepentingan individu ataupun kepentingan

bersama dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Dengan adanya

pemanfaatan tersebut, cagar budaya dapat dimanfaatkan atau dikembangkan

untuk objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah setempat

dan meningkatkan perekonomian rakyat, tidak hanya demikian, upaya

mewujudkan visi kebudayaan dan pariwisata dalam upaya pemanfaatan atau

pengembangan tersebut tetap harus memperhatikan pelestarian dan fungsi

sosialnya. Pemanfaatan cagar budaya sebagai objek wisata juga akan

membawa manfaat kepada komunitas setempat sebagai tuan rumah, dan

menyediakan makna yang penting serta motivasi bagi mereka untuk merawat

cagar budaya yang mereka miliki. Dalam hal ini belum adanya sosialisasi

terhadap masyarakat di sekitar untuk membentuk kelompok sadar wisata yang

berfungsi untuk membantu Dinas kebudayaan Kota Palembang dalam upaya

promosi dan pengembangan wisata di Komplek Makam sabokingking.

Agenda prioritas pembangunan Dinas kebudayaan meningkatkan kemitraan

dengan masyarakat lokal guna mengembangkan usaha wisata.

B. Saran

Dalam upaya perawatan dan pemeliharaan situs di komplek makam

sabokingking sebaiknya mempertikah kaidah-kaidah agar nilai arkeologis-histori

dan bentuk dasarnya dapat dipertahankan. Agar dapat melestarikan benda

67
bersejarah tinggalan masalalu tersebut sangatlah diharapkan kepada pihak

pemerintah agar dapat memberikan kekuatan hukum untuk melindungi dan

melestarikan situs cagar budaya yang ada di kota palembang, diharapkan kepada

pihak pemerintah agar selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang

betapa pentingnya keberadaan cagar budaya yang ada didaerahnya agar

masyarakat sekitar semakin mengerti bagaimana cara melestarikan dan merawat

cagar budaya.

Alangkah pentingnya, pemerintah juga lebih ditingkatkan pada setiap situs

cagar budaya yang saat ini sudah dalam penanganan pemerintah maupun yang

belum terurus yang bisa kita lihat saat ini. Penulis juga berharap kepada lembaga-

lembaga maupun kelompok-kelompok mahasiswa agar kedepannya terus

melakukan pelestarian cagar budaya yang ada dikota Palembang, agar kita tidak

kehilangan data sejarah tentang kehidupan pada masa dimana bangsa-bangsa

dunia mencatat bahwa Palembang merupakan salah satu kawasan di wilayah

Nusantara yang secara historis memainkan peranan yang sangat penting.

Kawasan ini memperlihatkan perkembangan sejarah yang sangat panjang dan

menjadi tempat munculnya salah satu pusat peradaban besar dan tua di

Nusantara.. Diharapkan kedepannya makam sabokingking bias di maksimalkan

lagi dijadikan sebagai objek wisata religi yang dapat menguntungkan pemerintah

dan masyarakat itu sendiri.

Diharapkan juga kepada pihak pengelola atu pimpinan perpustakaan agar

terus berupaya meningkatkan atau menyediakan informasi yang lebih lengkap

68
agar dapat memudahkan mahasiswa UIN Radenfatah palembang khususnya

jurusan Sejarah peradaban Islam dalam memenuhi kebutuhan referensi

perkuliahan.

DAFTAR RUJUKAN

Alnoza, Ahmad. “Hubungan Situs Gede Ing Suro Dan Kekuasaan Jawa Di
Palembang Pada Masa Pasca-Sriwijaya.” Siddhayatra Jurnal Arkeologi Vol.
25, no. 1 (Mei 2020).

Arjuni dkk, M. Rizki. Kawah Tengkurep:Perspektif Arkeologi Dan Sejarah.


Palembang: Aksara Pena, 2021.

69
Badan Pusat Statistik Kota Palembang Statistik Daerah Kota Palembang 2021.
Palembang: Badan Pusat Statistik Kota Palembang, 2021.

Creswell, Jhon W. , Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif, Kualitatif Dan


Campuran Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Endaswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2012.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI -Perss, 1969.

Kecamatan Ilir Timur Dua Dalam Angka 2020 Ilir Timur Dua Sub District in Figures
2020. Palembang: 2020, 2020.

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Tentang Penetapan Makam


Sabokingking Sebagai Situs Yang Dilindungi Undang-Undang Republic
Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, Pub. L. No. MKP, PW.007 KM.09 (2004).

Kurniati, Eti. Lestarikan Cagar Budaya Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama


Media, 2013.

Kurniawati, Sisna. “Interpretasi Isi Prasasti Telaga Batu Sebagai Sumber


Pembelajaran Sejarah.” Kalpataru Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah
Vol. 6, no. 1 (2020).

Marbun, Firdaus. “Ziarah Kubur Di Palembang: Antara Kesadaran Religi Dan


Potensi Ekonomi Kubra Pilgrimage in Palembang,.” Jurnal Penelitia Sejarah
Dan Budaya Dan Budaya Vol. 3, no. 1 (June 2017).
Mas,ad. Potret Cagar Budaya Di Indonesia. Tanggerang Selatan: Pusat Data dan
Teknologi Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, 2020.

Muhtiar, Arif. “Ornamen Bangunan Cungkup I Pada Kompeleks Makam Kawah


Tengkurep.” Skripsi, Uin Raden Fatah, 2018.

Nawiyanto, and Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Palembang Darusalam-Sejarah


Dan Warisan Budaya. Jember University: Trauma Nusantara, 2016.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia-Indonesia, 2003.

Pelestarian Cagar Budaya. Jawa Timur: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan


Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, 2016.

70
Penyusun, Tim. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab Dan Humaniora.
Palembang: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang,
2016.

Purwitasari, Tiwi. Kemitraan Lembaga Dan Masyarakat Dalam Pemecahan Masalah


Pengelolaan Tinggalan Arkeologi. Bandung: Alqaprint, 2009.

Putra, dkk, Haidar Alwan. “Tindakan Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Makam
Sunan Bonang Kabupaten Tuban.” Planning for Urban Region and
Environment Vol 11, no. 2 (April 2022).

Qodri, Fajar, and Sufyan. “Kewenangan Pemerintah Kota Banda Aceh Dalam
Pelestarian Makam Yang Telah Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya.” JIM
Bidang Hukum Kenegaraan Vol. 5, no. 4 (November 2021).

Rachman, Try Ananda. “Arahan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian


Cagar Buadaya Kotabaru Di Yogyakarta.” Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, 2017.

Renaldi, Ahmad Fikri. “Pengembangan Objek Wisata Religi Di Makam Kawah


Tekurep Sebagai Cagar Budaya Palembang.” Skripsi, UIN Raden Fatah,
2021.

Saraswati, Sri. Pelestarian Benda Cagar Budaya Dalam Rangka Penyelamatan Nilai-
Nilai Budaya Bangsa Indonesia. Jakarta: Phibeta Aneka Gema, 2006.

Sholeh, Kabib, Dina Srinindiati, and Aan Suriadi dkk. “Nilai-Nilai Situs Bersejarah
Di Sumatera Selatan Sebagai Penguat Karakter Di Smk Pgri Lahat.”
Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 02, no. 03 (September 2019)
“Simbol Kejayaan Ibukota Sriwijaya Dalam Tiga Prasasti Sriwijaya Di Palembang.”
Mozaik Vol. 13, no. 2 (2013).

Syafulloh, Muhammad, and Basuki Wibowo. Benda Cagar Budaya Potesi Wisata
Dan Ekonomi Kreatif Masyarakat Kota Pontianak. Kelaten: Lakeisha, 2019.

SyarJinsiy, Sahrudin. “Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana Pencurian


Cagar Budaya Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 106
(Studi Kasus Makam Sabokingking Dan Makam Kawah Tengkurep.” Skripsi,
Universitas Islam Negeri Randen Fatah, 2016.

Undang-Undang Republic Indonesia Tentang Pelestarian Cagar Budaya, Pub. L. No.


11 (2010).

71
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya, Bab
1 Ketentuan Umum 11 § (2010).

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Cagar Budaya, Bab


III Kriteria Cagar Budaya 11 § (2010).

Wibowo, Wahyu. Cara Cerdas Manulis Artikel Ilmiah. Jakarta:


Kompas, 2011.

BIODATA PENULIS

Muhammad Nurhadi, lahir di Palembang 15 Juni 1999. Penulis merupakan

anak keempat dari (5) bersaudara yang merupakan putra dari sepasang suami istri,

72
yaitu Bapak Aspa dan Ibu Alm.Siti Maria. Penulis tinggal dan besar di Lorong

Banten VI, Kelurahan 16 ULU, Kecamatan Seberang Ulu II, Plaju Palembang.

Penulis menempuh pendidikan, dimulai dengan pendidikan tingkat Madrasah

Ibtidaiyah di MI Assanadiyah Palembang selama 6 tahun dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan tingkat Madrasah

Tsanawiyah di MTS Assanadiyah Palembang lulus pada tahun 2013. Kemudian

langsung melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Assanadiyah

Palembang dan lulus pada tahun 2016.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) di tahun

2016.Penulis untuk pertama kalinya, memilih jalur pendidikan yang berbeda dari

sebelumnya, dengan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Bhina

Dharma Palembang namun memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan menempuh

pendidikan di UIN Raden Fatah Palembang, yang beralamat di JL. Prof. K.H Zainal

Abidin Fikri, KM. 3.5 kota Palembang. Penulis mengambil jurusan Sejarah

Peradaban Islam di Fakultas Adab dan Humaniora. Dengan doa, usaha dan kerja

keras serta semangat pantang menyerah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini dan mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada tahun 2023.

Karena saya merupakan satu-satunya anak laki-laki dikeluarga saya,

memotivasi saya untuk mendapatkan gelar sarjana untuk membanggakan kedua

orang tua serta saudara saya. Terima kasih semoga tulisan ini bermanfaat bagi kamu

yang membacanya.

73
LAMPIRAN

74
75
76
77
78
DOKUMENTASI

79
Wawancara Penulis Bersama Penjaga Makam Bapak Husni

Wawancara Penulis bersama Bapak Rapanie TACB Sumsel

Wawancara Penulis bersama Dinas Kebudayaan Kota Palembang

80
Pengukuran nisan yang ada di makam sabokingking

81

Anda mungkin juga menyukai