Oleh:
Dio Sukoco
NIM 17505244031
Oleh :
Dio Sukoco
NIM 17505244031
ABSTRAK
ii
MODULE DEVELOPMENT OF BUILDING CONSTRUCTION SUBJECT
FOR STUDENTS OF GRADE XI COMPETENCE OF BUILDING
CONSTRUCTION, SANITATION AND MAINTENANCE AT SMK
NEGERI 1 SEYEGAN
By :
Dio Sukoco
NIM 17505244031
ABSTRACT
The purpose of this study was designed to: (1) develop learning modules
building utility to program sanitation building construction and maintenance in
SMK 1 Seyegan. (2) determine the results obtained and the feasibility of the
module validation testing as a learning resource by the building utility media
expert, subject matter expert, and subject teachers.
This research is a research development (Research and Development). The
research design used in the 4-D model development model with four main steps
namely: (1) definition stage, (2) design stage, (3) development stage, (4)
dissemination stage. In this study researchers conducted all stages of developing
the 4D model. In this research, researchers conducted all stages of the
development of 4D models except at the disseminate stage that does not involve
students. The type of data used is quantitative and qualitative. Data collection was
carried out using a questionnaire. The data analysis technique in this research is
quantitative descriptive.
Based on the results of the study found that: (1) modules in printed form
that are designed in an interactive, detailed and easy to understand manner
containing cover pages, preface, table of contents, list of pictures, material
consisting of six chapters, answer key and bibliography, by A4 paper size, 80
gram paper weight, Times New Roman typeface, 12 fonts, 1.5 spaces and 4 cm
top margin, 3 cm bottom, 4 cm left, 3 cm righ, (2) The module feasibility level
were validated by PTSP lecturers and teacher of the Building Construction in
SMK N 1 Seyegan as material and media experts. The results of the module
feasibility level by material expert, the feasibility level reached 4.32 (very
feasible) and material expert II, the feasibility level reached 4.64 (very decent).
The value of the level of eligibility by media experts is 4.43 and media expert II is
4.5 (very decent). From these results the module are categorized as very
appropriate to be used for learning materials for students in SMKN 1 Seyegan.
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NIM : 17505244031
Dio Sukoco
NIM 17505244031
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas Akhir Skripsi dengan Judul
Disusun oleh:
Dio Sukoco
NIM. 17505244031
Telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan
Mengetahui, Disetujui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nuryadin Eko Raharjo S.Pd., M.Pd. Ir. Nur Hidayat, S.Pd.T., M.Pd.
v
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Skripsi
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG UNTUK SISWA KELAS XI
KOMPETENSI KEAHLIAN KONSTRUKSI GEDUNG, SANITASI, DAN
PERAWATAN DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN
Disusun oleh:
Dio Sukoco
NIM. 17505244031
Yogyakarta,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Dekan
vi
HALAMAN MOTTO
“Kamu tidak harus menjadi hebat untuk memulai, tetapi kamu harus memulai
untuk menjadi hebat”
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tanpa kehadiran mereka, penulis hanya seorang manusia biasa yang tak
bisa apa-apa. Terima kasih banyak untuk semuanya yang telah terlibat dalam
proses pembuatan skripsi.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan juga salam senantiasa tercurah kepada Junjungan kita
semua Nabi Muhammad SAW yang mengantarkan manusia dari kegelapan ke
zaman yang terang benderang. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
syarat-syarat untuk bisa mencapai gelar Sarjana Tenik di Universitas Negeri
Yogyakarta.
Tugas Akhir Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dalam Program
Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Departemen Pendidikan Teknik
Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam
Skripsi ini penulis membuat “ Pengembangan Modul Pembelajaran Mata
Pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung Untuk Siswa Kelas XI Kompetensi
Keahlian Konstruksi Gedung, Sanitasi, Dan Perawatan Di Smk Negeri 1
Seyegan”.
Dalam proses pelaksanaan dan penulisan tugas akhir skripsi tidak mungkin
terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas segala bantuan serta
bimbingan yang telah diberikan selama proses pembuatan media hingga
selesainya skripsi ini. Dengan selesainya tugas akhir skripsi ini penulis
mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT dan tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Nur Hidayat, S.Pd.T., M.Pd. selaku dosen pembimbing penelitian TAS
yang telah memberikan saran dan kritik perbaikan sehingga penelitian
TAS ini dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
2. Indah Wahyu, S.Pd.T., M.Pd. selaku Validator Media penelitian TAS yang
telah memberikan saran dan kritik perbaikan sehingga penelitian TAS ini
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
ix
3. Ir. Pramudiyanto, S.Pd.T., M.Eng. selaku Validator Materi penelitian TAS
yang telah memberikan saran dan kritik sehingga penelitian TAS dapat
terlaksana sesuai dengan tujuan.
4. Dr. Ir. Nuryadin Eko Raharjo, S.Pd., M.Pd. selaku Koordinator Program
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan yang telah memberikan
persetujuan pelaksanaan TAS ini.
5. Prof. Drs. Herman Dwi Surjono, M.sc. M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan
pelaksanaan TAS.
6. Al Islam Ekaswari R.P, S.Pd. selaku guru pembimbing materi yang telah
memberikan kritik dan saran sehingga penelitian TAS dapat terlaksana
sesuai dengan tujuan.
7. Seluruh Dosen Departemen Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
yang telah memberikan dukungan moril dan wawasan selama penulis
menempuh pendidikan S1.
8. Ibu dan Bapak tercinta, karena atas doa, motivasi, dan semangat serta
bantuan secara moril maupun materil.
Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dio Sukoco
NIM 17505244031
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................vi
HALAMAN MOTTO..........................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................4
C. Batasan Masalah...........................................................................................4
D. Rumusan Masalah.........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
F. Manfaat Penelitian........................................................................................5
xi
3. Modul Pembelajaran..............................................................................12
4. Kelayakan Modul...................................................................................18
5. Pengembangan Modul Pembelajaran.....................................................22
6. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung......................................23
B. Kajian Penelitian yang Relevan..................................................................26
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................28
D. Pertanyaan Penelitian..................................................................................29
xii
LAMPIRAN……………………………………………………………………..85
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 25 Data Hasil Penilaian Ahli Media Guru…………….……...………...…72
Tabel 26 Analisis Data Validasi Ahli Media…………… ……...…………….…73
Tabel 27 Konversi Nilai Validasi Ahli Media……………... ……...……………74
Tabel 28 Kriteria Kelayakan Aspek Media…………… ……...……………...…74
Tabel 29 Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Media Guru…………….…....……75
Tabel 30 Konversi Nilai Validasi Ahli Media…………… ……...………...……75
Tabel 31 Kriteria Kelayakan Aspek Media…………… ……......………....……76
Tabel 32 Presentase Penilaian Oleh Ahli Media…………… ……...…………...79
Tabel 33 Presentase Penilaian Oleh Ahli Materi……………...…………....……79
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks, namun kompleksitasnya
berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Berbagai macam aspek kehidupan
dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran harus diselaraskan dan distabilkan agar tercipta kondisi pembelajaran yang
selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dan dapat dicapai seoptimal mungkin. Setiap
lembaga pendidikan selalu berusaha meningkatkan mutu dalam pendidikannya karena
hak memperoleh pendidikan yang bemutu adalah hak setiap warga negara. Hal ini
berlaku mulai pendidikan usia dini sampai dengan perguruan tinggi.
Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan keterampilan siswa untuk melaksanakan
suatu jenis pekerjaaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan juga mengutamakan
penyiapan siswa dan membentuk sikap profesional untuk memasuki lapangan kerja.
Program keahlian yang ada pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menyesuaikan pada permintaan dunia kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan menengah
kejuruan terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan
menengah kejuruan adalah: (1) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
warga Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab, (3) mengembangkan potensi peserta didik agar
memiliki wawasan kebangsaan, memahami, dan menghargai keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia, dan (4) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan
melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif
dan efisien.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan komponen pokok untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
Kurniasih dan Sani (2017: 1). Kurikulum di Indonesia telah dilakukan beberapa kali
1
proses revisi, hingga kurikulum yang ditetapkan saat ini adalah Kurikulum 2013 Revisi
2017.
SMK N 1 Seyegan merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki
berbagai program keahlian salah satunya Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan.
Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan adalah jurusan di SMK yang mempelajari
tentang tahapan membangun sebuah bangunan, sanitasi, dan kegiatan untuk merawatnya.
Program Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan ini diikuti oleh peserta didik selama
empat tahun. Salah satu mata pelajaran baru yang ada pada Kurikulum 2013 Revisi 2017
untuk Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan adalah Konstruksi
Bangunan Gedung yang dipelajari di Kelas XI.
Kualitas pembelajaran erat hubungannya dengan ketersediaan sumber belajar.
Ketersediaan sumber belajar berupa buku Konstruksi Bangunan Gedung di perpustakaan
SMKN 1 Seyegan masih terbatas dan belum adanya sumber referensi yang tersedia yang
sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 Revisi 2017. Referensi yang dipakai untuk
mengajar sementara ini adalah buku lama yang sudah ada di sekolah, ditambah dengan
materi dari internet kemudian diambil yang sesuai dengan silabus Kurikulum 2013
Revisi 2017. Namun referensi tersebut dirasa masih kurang, sehingga dibutuhkan sumber
belajar atau referensi lain untuk membantu proses kegiatan pembelajaran.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan
seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar. Secara umum sumber belajar dapat
dikategorikan ke dalam 6 (enam) jenis yaitu: (1) pesan, (2) orang, (3) bahan yang
meliputi buku, film, grafik dan sebagainya, (4) alat/perlengkapan yang meliputi
komputer, radio, VCD/DVD dan sebagainya, (5) pendekatan yang meliputi disikusi,
seminar, dan pemecahan masalah, dan (6) lingkungan. Pemanfaatan sumber belajar
dalam pembelajaran mempermudah interaksi antara guru dengan siswa maupun antar
siswa. Adanya sumber belajar juga mempermudah siswa dalam memperdalam
pemahaman dan memperluas wawasan. Maka sumber belajar diharapkan dapat
digunakan oleh siswa pada saat pembelajaran maupun penugasan.
Sumber belajar yang dapat digunakan salah satunya adalah modul. Menurut
Depdiknas (2002: 5) modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang dipaparkan dalam
bentuk instruksi sendiri (self instruction). Berarti bahan belajar yang disusun di dalam
modul dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri dengan bantuan yang terbatas
dari pengajar atau orang lain. Modul dapat digunakan secara mandiri oleh siswa karena di
2
dalamnya terdapat petunjuk penggunaaannya secara jelas, pendukung materi, instruksi
pembelajaran, soal latihan hingga rangkuman (self instructional). Materi pembelajaran
yang terdapat dalam modul dikemas dalam unit kegiatan yang utuh sehingga mudah
dipelajari secara tuntas (self contained). Penggunaan modul pada siswa dapat membuat
siswa mandiri dalam belajar apabila modul disusun secara baik dalam bentuk tampilan,
isi yang sesuai dengan metode pembelajaran pada kurikulum yang ada, dan
mempertimbangkan karakteristik siswa, maka siswa akan tertarik menggunakannya.
Modul juga dapat mempermudah guru saat mengajar karena konsep pembelajarannya
sudah tercermin di dalam modul tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru dan siswa, ada beberapa alasan yang
melatar belakangi pemilihan pembuatan modul pembelajaran. Pertama, kurangnya
sumber acuan referensi mengenai mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung Kelas XI
khususnya Semester 1 Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di
SMKN 1 Seyegan. Kedua, kurangnya kemandirian siswa dalam mata pelajaran
Konstruksi Bangunan gedung. Ketiga, rendahnya kepahaman siswa dalam kegiatan
belajar mengajar karena penerapan metode ceramah. Hal tersebut mengakibatkan siswa
lamban dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengembangan dan pembuatan modul untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung Kelas XI Semester 1 Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan
Perawatan. Penggunaan modul yang telah dikembangkan ini diharapkan dapat membantu
siswa memahami materi pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung, selain itu mampu
menjadi sumber belajar siswa untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung
Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di SMKN 1 Seyegan.
Siswa mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dan pembelajaran berjalan
dengan lancar sesuai kurikulum yang berlaku.
3
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas diketahui bahwa permasalahan terletak pada
kurangnya pengunaan media pembelajaran menyebabkan siswa kurang mandiri dan
kesulitan memahami materi yang diajarkan. Sekolah memerlukan sumber belajar yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 Revisi 2017 untuk mendukung pembelajaran mata
pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung saat ini di SMK N 1 Seyegan. Oleh karena itu,
modul pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung untuk pembelajaran mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung perlu dibuat supaya dapat mengatasi kurangnya sumber
belajar. Materi modul nantinya disesuaikan dengan silabus Kurikulum 2013 Revisi 2017
dan dikemas secara menarik agar meningkatkan minat siswa untuk membaca.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian dalam permasalahan
. .
4
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung sebagai
sumber belajar siswa Kelas XI Semester 1 Program Keahlian Konstruksi Gedung
Sanitasi dan Perawatan di SMK Negeri 1 Seyegan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, tujuan dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses pengembangan modul pembelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung sebagai sumber belajar siswa Kelas XI Semester 1 Program Keahlian
Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di SMK Negeri 1 Seyegan.
2. Mendeskripsikan hasil kelayakan modul pembelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung sebagai sumber belajar siswa Kelas XI Semester 1 Program Keahlian
Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di SMK Negeri 1 Seyegan.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan akan tercapai beberapa manfaat positif, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa: Mempermudah siswa dalam memahami materi mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung sebagai sumber belajar siswa Kelas XI semester 1
Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di SMK Negeri 1
Seyegan.
2. Bagi Guru: Memperoleh bahan ajar berupa modul untuk mendukung proses
pembelajaran pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung sebagai sumber
belajar siswa Kelas XI semester 1 Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi
dan Perawatan di SMK Negeri 1 Seyegan.
3. Bagi Sekolah: Dengan adanya modul sebagai salah satu acuan media untuk proses
pembelajaran di sekolah. Sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang
berdampak pada meningkatnya prestasi sekolah.
4.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengembangan
Media merupakan salah satu alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan
dan memudahkan kinerja. Tuntutan terhadap kemajuan teknologi mengharuskan
adanya pengembangan. Inovasi terhadap suatu media selalu dilakukan guna
mendapatkan kualitas yang lebih baik. Menurut pendapat Putra (2015) yang dikutip
dari Maximing Defence Capability Through R&D menjelaskan bahwa
pengembangan adalah sebuah proses yang menerapkan ilmu pengetahuan untuk
menciptakan perangkat baru. Pengembangan secara umum berarti pola
pertumbuhan dan perubahan secara bertahap untuk meningkatkan pemanfaatan ilmu
pengetahuan.
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal
ataupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing,
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras,
pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemapuan-
kemampuan, sebagai bekal atas prakasa sendiri untuk menambah, meningkatkan,
mengembangkan diri kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri (Wiryokusumo, 2011).
Pengembangan dalam lingkup pembelajaran mencakup banyak variasi teknologi
baik itu teori maupun praktik. Pada kawasan pengembangan terdapat keterkaitan
yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan
maupun strategi pembelajaran.
2. Media Pembelajaran
Media adalah segala bentuk alat, perangkat, atau sarana yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi, konsep, atau pengetahuan
kepada siswa atau peserta didik. Dalam era kemajuan teknologi, pengembangan dan
inovasi dalam media pembelajaran selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya.
Menurut Putra (2015), pengembangan adalah suatu proses bertahap di mana
6
pengetahuan diterapkan untuk menciptakan perangkat baru atau mengubahnya dengan
tujuan meningkatkan pemanfaatan ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Dalam
konteks ini, pengembangan melibatkan langkah-langkah yang progresif dan
berkelanjutan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan penggunaan pengetahuan dan
dapat memberi suatu manfaat dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Kurniasih dan Sani (2017: 19) media pembelajaran dapat diartikan
sebagai perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan
(message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi
interaksi belajar mengajar. Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang
terkandung, yaitu pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan atau perangkat
lunak dan perangkat keras (alat penampil).
Media pembelajaran adalah alat bantu mengajar ada dalam komponen
metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Jadi dengan
penggunaan media diharapkan proses belajar mengajar akan lebih dapat membantu
daya serap atau pemahaman siswa dalam menyerap ilmu atau pesan yang disampaikan
oleh pendidik (Harjanto, 2010: 237). Media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Munadi, 2013).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah alat bantu mengajar sebagai perantara sampainya pesan belajar (message
learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message
receive) sehingga terjadi interaksi belajar mengajar secara efisien dan efektif.
7
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
(Sumber: Sadiman, 2006: 7)
Dari gambar di atas terlihat bahwa kerucut pengalaman tersebut terdiri dari
sebelas macam klasifikasi media pengajaran yang digunakan, yaitu:
1) Pengalaman langsung dan bertujuan, pengalaman ini diperoleh dengan
berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian, atau obyek yang
sebenarnya. Disini siswa secara aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah
sendiri yang kesemuanya didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2) Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-
kejadian tiruan yang sebenarnya.
3) Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh dalam
bentuk drama dari berbagai gerakan.
4) Demonstrasi yaitu pengalaman melalui percontohan atau pertunjukan mengenai
suatu hal atau sesuatu proses, misalnya cara membuat panganan, sabun, deterjen,
dan sebagainya.
5) Pengalaman melalui karya wisata, pengalaman semacam ini diperoleh dengan
mengajak siswa ke obyek diluar kelas dengan maksud memperkaya dan
memperluas pengalaman siswa.
6) Pengalaman melalui pameran (study display), pengalaman ini diperoleh melalui
8
pertunjukan hasil pekerjaan siswa perkembangan dan kemajuan sekolah.
7) Pengalaman melalui televisi, pengalaman ini diperoleh melalui program
pendidikan yang ditayangkan melalui televisi.
8) Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup merupakan rangkaian
gambar-gambar yang diproyeksikan kelayar dengan kecepatan tertentu, bergerak
secara kontinyu sehingga benar-benar mewujudkan gerakan yang normal dari apa
yang diproyeksikan.
9) Pengalaman melalui radio, pengalaman disini diperoleh melalui siaran radio
dalam bentuk ceramah, wawancara, dan sandiwara.
3) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa
yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan
teks atau disajikan secara verbal.
10
d. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sudjana dan Riva’i dalam (Kustandi dan Sutjipto, 2004)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu sebagai
berikut:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui peraturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
11
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
Over Head Transparasi (OHT) dan film
4 Proyeksi visual diam
bingkai (slide)
5 Proyeksi audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
6 Visual gerak Film bisu
7 Audio visual gerak Film gerak bersuara, video, dan televisi
8 Objek fisik Benda nyata dan model
9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, dan laboran
10 Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer)
dan CBI (pembelajaran berbasis
komputer)
3. Modul Pembelajaran
a. Modul
Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk naskah
atau media cetak yang sering digunakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan
belajar. Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri,
terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu para siswa dalam
mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan operasional. Modul
digunakan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran yang memperlihatkan
fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengacu pada
upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur,
dan prinsip yang terkandung pada materi pembelajaran. Untuk merancang materi
pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh siswa,
yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga
tahapan proses berfikir, yaitu pembentukan konsep, interpretasi konsep, dan aplikasi
prinsip. Strategi- strategi tersebut memegang peranan penting dalam mendesain
pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar yang
secara otomatis dapat meningkatkan hasil belajar (Herawati, 2012: 80).
Modul atau media berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu
diperhatikan pada saat merancang yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik,
ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. Beberapa cara yang digunakan untuk
12
menarik perhatian berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak (Kustandi dan
Sutjipto, 2004). Dilihat dari sifat penyajian pesannya modul cenderung informatif dan
lebih menekankan pada sajian materi ajar dengan cakupan yang luas dan umum.
Menurut Munadi (2013) modul merupakan bahan belajar yang dapat digunakan oleh
siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang
lain. Dikatakan demikian karena modul dibuat berdasarkan program pembelajaran
yang utuh dan sistematis serta dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri. Modul
berisi tujuan, bahan, kegiatan belajar, serta evaluasi. Oleh karena itu, cakupan bahasan
materi dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih mementingkan aktivitas
belajar pembacanya. Semua penyajian dalam modul disampaikan melalui bahasa yang
komunikatif. Dengan sifat penyajian tersebut, maka proses komunikasinya dua arah
bahwa dapat dikatakan bahwa modul dapat menggantikan beberapa peran pengajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian modul
adalah salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dirancang secara terstruktur dan
sistematis untuk membantu proses pembelajaran. Modul dapat digunakan secara
mandiri oleh siswa karena modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.
Dalam hal ini, siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran guru
secara langsung.
b. Ciri-ciri Modul
Ciri-ciri atau karakteristik modul sesuai dengan pedoman penulisan modul
yang dikeluarkan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003
dalam (Lestari, 2013: 2-3), sebagai berikut:
1) Self instructional
Self instructional yaitu mampu membelajarkan siswa secara mandiri.
Melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri
sendiri tanpa bergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self
instrucsional, maka dalam modul harus:
a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
13
materi pembelajaran.
d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya.
e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau
konteks tugas dan lingkungan penggunanya.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran
h) Terdapat instrument penilaian (assessment) yang memungkinkan penggunaan
diklat.
i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau
mengevaluasi tingkat penguasaan materi
j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat
penguasaan materi, dan tersedia informasi tentang pengayaan atau referensi yang
mendukung materi pembelajaran.
2) Self contained
Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari
materi pembelajaran yang tuntas karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan
yang utuh.
14
User Friendly modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap
instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses
sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti
serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user
friendly.
c. Elemen Modul
Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada
saat merancang yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan
penggunaan spasi kosong (Arsyad, 2002: 87-90).
1) Konsistensi
Konsisten format dalam setiap halaman dan jarak spasi. Jarak antara judul
dan baris pertama serta garis samping supaya sama, antara judul dan teks utama.
Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk dan tidak rapi.
2) Format
Pada penggunaan paragraf panjang wajah satu kolom lebih sesuai
sebaliknya jika tulisan paragraf pendek wajah dua kolom akan lebih sesuai. Isi yang
berbeda supaya dipisahkan secara visual. Taktik dan strategi pembelajaran yang
berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.
3) Organisasi
Penyusunan teks dibuat sedemikian rupa agar siswa mudah memperoleh
informasi. Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahan bagian-bagian dari teks.
4) Daya Tarik
Perkenalan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda sehingga
siswa mampu termotivasi agar terus membaca.
5) Ukuran Huruf
Ukuran huruf sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf
yang baik untuk buku teks adalah 12. Tidak diperbolehkan penggunaan huruf
kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca sulit.
6) Ruang kosong (spasi)
15
Penggunaan ruang kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah
kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswa/pembaca untuk
beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak menyusuri teks.
Ruang kosong dapat berbentuk; (1) ruang sekitar judul, (2) batas tepi (margin), (3)
spasi antar kolom, (4) permulaan paragraf, (5) penyesuaian spasi antar baris dan
paragraf.
d. Komponen Modul
Komponen-komponen dalam modul mencakup tiga bagian yaitu:
1) Bagian pembuka
a) Judul
Judul modul perlu dibuat menarik dan jelas. Selain itu, mampu memberi
gambaran tentang materi yang dibahas dalam pembelajaran.
b) Daftar Isi
Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik tersebut
diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul.
c) Peta Informasi
Modul perlu menyertakan peta informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik
apa saja yang akan dipelajari tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada
peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-topik dalam modul. Peta
informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan
ajar yang telah dipelajari sebelumnya.
d) Daftar Tujuan Kompetensi Umum
Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk mengetahui
pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah
menyelesaikan pelajaran.
16
akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, (3) meluruskan harapan pembelajar
mengenai materi yang akan dipelajari, (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari
dengan materi yang akan dipelajari, (5) memberikan petunjuk bagaimana
mempelajari materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat saja disajikan
peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi
yang akan dicapai setelah mempelajari modul.
b) Hubungan dengan Materi atau Pelajaran yang Lain
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu
dipelajari tersedia dalam modul. Bila materi tersedia pada buku teks maka arahan
tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku teks
tersebut.
c) Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi
pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi materi
pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan
pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi yang akan dituangkan
cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB).
Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Organisasi materi
kegiatan belajar antara judul, sub judul, dan uraian harus yang mudah untuk diikuti
oleh pembelajar. Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi
pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk teks
tertulis.
d) Penugasan
Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa yang
diharapkan setelah mempelajari modul. Penugasan juga menunjukkan kepada
pembelajar bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.
e) Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal pokok
dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagian akhir modul.
3) Bagian Penutup
a) Glosarium atau daftar istilah
Glosarium berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul.
17
Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep
yang telah dipelajari.
b) Tes Akhir
Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah
mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes akhir ialah bahwa
tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar.
c) Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan tulisan yang tersusun di akhir sebuah karya
ilmiah yang berisi nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan
tahun terbit sebagai sumber atau rujukan seorang penulis. Pernyataan tersebut
didukung oleh Daryanto (2016: 30) yaitu daftar pustaka merupakan semua
referensi atau pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan modul.
4. Kelayakan Modul
Kelayakan modul merujuk pada evaluasi dan penilaian terhadap sejauh mana
sebuah modul belajar atau instruksional dapat dipertimbangkan atau dianggap
memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk menentukan apakah suatu modul layak
digunakan sebagai sarana pembelajaran, perlu memperhatikan beberapa aspek
penting. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas materi, karakteristik
modul, tampilan modul, dan manfaat modul.
1) Aspek kualitas materi
Aspek kualitas materi merupakan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan
untuk memastikan bahwa suatu materi atau konten memiliki kualitas yang baik ketika
diberikan kepada siswa. Ada beberapa kriteria dalam kualitas materi pelajaran yakni
sebagai berikut :
(a) Tujuan instruksional harus mencapai melalui materi pelajaran yan relevan.
(b) Materi pelajaran harus sesuai dengan tingkat kesulitan yang dapat diterima dan
diproses oleh siswa.
(c) Materi pelajaran harus mampu mendorong motivasi siswa dengan relevansi
terhadap pengalaman sehari-hari.
(d) Materi pelajaran harus berkontribusi dalam melibatkan siswa secara aktif melalui
pemikiran dan berbagai kegiatan.
18
(e) Materi pelajaran harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
(f) Media pengajaran disesuaikan dengan materi pelajaran yang tersedia.
Sedangkan kriteria kualitas materi pembelajaran menurut Ibrahim (2003: 102)
adalah:
(a) Tujuan instruksional harus tercapai dengan dukungan dari materi pembelajaran
yang relevan.
(b) Materi pelajaran harus sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan
umum siswa.
(c) Materi pelajaran harus terstruktur sistematis dan berkesinambungan.
(d) Materi pelajaran harus mencakup aspek faktual dan konseptual secara lengkap.
Dengan demikian, kualitas materi pelajaran harus memenuhi kriteria mencapai
tujuan instruksional, sesuai dengan satuan pendidikan dan perkembangan siswa, serta
tersusun dengan baik.
19
dalam modul harus sederhana dan mudah dipahami, dan memakai istilah yang umum
digunakan. Penting untuk menghindari penggunaan istilah yang terlalu teknis atau
kompleks. Terakhir, modul yang baik juga harus bersifat self-instructional, yang
berarti modul tersebut memungkinkan individu atau siswa belajar secara mandiri
tanpa adanya ketergantungan dari pihak lainnya.
Menurut Suparman (1997: 284), modul pembelajaran yang digunakan dalam
sistem pembelajaran mandiri memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut: Self
Instructional, artinya siswa dapat mempelajari modul secara mandiri. Teori belajar
dan pembelajaran menggunakan bahan intruksional dan penyajiannya secara
sistematik. Modul dirancang dengan pengorganisasian yang terstruktur dan didasarkan
pada prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif. Self explanatory power, artinya modul
mampu menjelaskan kontennya sendiri. Modul menggunakan bahasa yang sederhana
dan penjelasannya disusun secara teratur sehingga siswa dapat memahami isi modul
dengan mudah. Self-contained, artinya modul tersebut lengkap dalam dirinya sendiri.
Siswa tidak perlu bergantung pada sumber belajar lainnya, kecuali jika mereka ingin
memperluas pengetahuan mereka secara lebih mendalam.
3) Aspek tampilan modul
Aspek tampilan modul mengenai bagaimana kualitas visual yang dihasilkan
oleh modul tersebut, sehingga modul pembelajaran dapat efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam konteks modul berbasis cetakan, diberikan perhatian
khusus pada elemen-elemen seperti format, organisasi, dan daya tarik visual agar
dapat memberikan pengaruh yang positif pada pengalaman belajar siswa. Upaya untuk
menciptakan tampilan modul yang menarik, terstruktur dengan baik, dan memadukan
elemen-elemen visual yang relevan sangat penting dalam memastikan modul tersebut
menjadi alat yang efektif dalam memfasilitasi proses pembelajaran. Dengan demikian,
aspek tampilan modul memiliki peran penting dalam meningkatkan keterlibatan dan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan.
4) Aspek manfaat modul
Pemanfaatan modul dalam proses pembelajaran memberikan berbagai manfaat
yang berharga bagi guru maupun siswa. Manfaat modul bagi siswa meliputi
kemampuan untuk menerima umpan balik, mencapai pemahaman materi secara
menyeluruh, kejelasan tujuan pembelajaran, motivasi yang tinggi, fleksibilitas dalam
belajar, kemampuan bekerja sama dengan sesama siswa, dan kesempatan untuk
20
melakukan perbaikan atau remedial jika diperlukan. Sementara itu, manfaat modul
bagi guru meliputi rasa kepuasan yang dirasakan dalam proses mengajar, kemampuan
untuk memberikan bantuan secara individual kepada siswa, fleksibilitas dalam
penggunaan modul, penghematan waktu dalam perencanaan pembelajaran, dan
peningkatan prestasi keguruan melalui evaluasi formatif. Dengan menggunakan
modul, siswa dapat menerima umpan balik yang berguna untuk meningkatkan
pemahaman mereka. Modul juga membantu siswa dalam penguasaan materi secara
menyeluruh, sehingga mereka dapat mencapai pemahaman yang mendalam. Kejelasan
tujuan pembelajaran yang terdapat dalam modul memberikan arah yang jelas bagi
siswa, sehingga mereka dapat fokus dan termotivasi dalam belajar. Selain itu,
kerjasama antar siswa dapat terjadi melalui kegiatan kolaboratif yang disediakan
dalam modul. Siswa juga memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan atau
remedial jika mereka mengalami kesulitan dalam pemahaman materi.
Bagi guru, penggunaan modul dapat memberikan rasa kepuasan karena mereka
dapat melihat kemajuan siswa dalam mempelajari materi. Guru juga dapat
memberikan bantuan secara individual terhadap. Fleksibilitas dalam penggunaan
modul memungkinkan guru untuk mengatur pembelajaran sesuai dengan situasi dan
kondisi kelas. Modul juga membantu guru dalam menghemat waktu dalam
perencanaan pembelajaran, karena mereka dapat mengandalkan materi yang telah
disusun dengan baik dalam modul. Selain itu, melalui evaluasi formatif yang
dilakukan melalui modul, guru dapat memantau dan meningkatkan prestasi keguruan
mereka. Pendapat tersebut didukung oleh Nasution (2011: 2006) yang menyebutkan
bahwa modul dapat dikatakan bermanfaat jika modul tersebut memenuhi indikator-
indikator berikut:
(a) Dapat membantu guru dalam penyampaian materi.
(b) Siswa menjadi lebih efisien dan mudah ketika belajar.
(c) Siswa lebih termotivasi dalam belajar.
(d) Materi harus dikuasai siswa secara tuntas.
(e) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.
(f) Pengukuran hasil evaluasi belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa.
Sedangkan menurut Sadiman (2006: 17) manfaat modul adalah:
(a) Mengatasi batasan ruang, waktu, dan indera. Modul memungkinkan akses belajar
yang fleksibel, tidak terbatas oleh faktor-faktor tersebut.
21
(b) Memperjelas penyampaian pesan agar tidak terlalu berfokus pada aspek verbal.
Modul dapat menyajikan informasi dengan cara yang lebih visual, menggunakan
gambar, grafik, atau ilustrasi, sehingga memperjelas pemahaman siswa terhadap
materi.
(c) Memberikan pengalaman belajar yang baru secara efisien. Modul menyajikan
materi dengan pendekatan yang berbeda, memberikan pengalaman belajar yang
beragam kepada siswa sehingga meningkatkan efisiensi belajar.
(d) Membantu perkembangan bahasa dan pemahaman siswa. Modul dapat membantu
siswa dalam memahami konsep dan pengembangan kemampuan berbahasa
melalui penyajian materi yang terstruktur dan jelas.
(e) Modul dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan aplikatif, serta
membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir yang terorganisir dan terus-
menerus.
(f) Modul membantu membangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang kokoh
bagi siswa, sehingga memberikan fondasi yang kuat untuk pembelajaran lebih
lanjut.
(g) Meningkatkan antusiasme belajar, interaksi langsung dengan realitas, dan
memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Modul dapat merangsang minat
belajar siswa, menghadirkan situasi belajar yang autentik, dan siswa mampu
belajar secara mandiri.
(h) Mengatasi perbedaan individual siswa dengan menyediakan rangsangan yang
seragam, menghadirkan pengalaman yang sama, dan menciptakan persepsi yang
serupa dalam pembelajaran. Modul membantu mengurangi disparitas dalam
belajar dan memberikan pengalaman belajar yang setara bagi semua siswa.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa modul memiliki manfaat
dalam meningkatkan motivasi siswa, memastikan pemahaman yang mendalam
terhadap materi, dan mengembangkan pembelajaran secara efisien. Dengan
menggunakan modul, siswa dapat lebih termotivasi, menguasai materi secara
menyeluruh, dan mengoptimalkan proses pembelajaran dengan lebih efektif.
22
tanpa kehadiran guru oleh Smaldino (2011: 279). Modul harus menarik perhatian
siswa, memperkenalkan topik, menyajikan konten baru, memberikan latihan dengan
kegiatan umpan balik, menguji penguasaan, dan memberikan perbaikan tingkat lanjut.
Modul dapat digunakan sebagai media pembelajaran jika modul telah
dinyatakan valid pada tahap validasi. Validasi adalah proses permintaan persetujuan
atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan
pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi
modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul
dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam
pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul,
penggunaan bahasa, serta penggunaan metode instruksional. Validasi dapat
dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing- masing, yaitu: (a)
ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul; (b) ahli bahasa untuk
penggunaan bahasa; atau (c) ahli metode instruksional untuk penggunaan
instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif (Direktorat
Pendidikan Menengah, 2008: 15).
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai
berikut: (a) menyiapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai
dengan banyaknya validator yang terlibat; (b) menyusun instrument pendukung
validasi; (c) mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta
validator; (d) menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh validator; (e) mengumpulkan kembali draft modul dan
instrumen validasi; serta (f) memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan
masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi (Direktorat Pendidikan Menengah,
2008: 15). Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang
mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya.
Masukan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.
23
keseluruhan bangunan yang terdiri dari berbagai bagian struktur. Contohnya,
Konstruksi Struktur Bangunan mengacu pada bentuk dan bangunan keseluruhan dari
struktur bangunan.
Konstruksi merupakan proses pengorganisasian dan penataan fisik suatu
bangunan seperti jembatan, rumah, dan sejenisnya. Walaupun sering kali dianggap
sebagai satu jenis pekerjaan, sebenarnya konstruksi terdiri dari berbagai pekerjaan
yang berbeda namun saling terkait. Dalam kegiatan konstruksi, terdapat pengawasan
oleh manajer proyek, insinyur desain, atau arsitek proyek. Mereka bekerja di dalam
kantor dan bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan proyek konstruksi.
Sementara itu, pengawasan di lapangan biasanya dilakukan oleh mandor proyek yang
mengawasi para pekerja buruh bangunan, tukang kayu, dan tenaga ahli konstruksi
lainnya yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan aspek fisik konstruksi.
Dengan adanya sinergi antara manajemen proyek dan pengawasan di lapangan,
konstruksi dapat dilaksanakan dengan baik dan efisien. Hal ini melibatkan kolaborasi
dan koordinasi antara berbagai pihak terkait agar proyek konstruksi sesuai dengan
yang diharapkan.
Materi konstruksi bangunan gedung yang terdapat dalam modul ini merupakan
hasil pengembangan dari materi yang ada di dalam Kurikulum 2013. Dalam modul
ini, materi tersebut dikembangkan lebih lanjut dengan penyajian yang lebih terperinci,
penyesuaian dengan kebutuhan pembelajaran, dan pengayaan informasi agar dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada peserta didik
25
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
dan prosedur kerja yang umum 4.2 Menyajikan konsep dan prinsip
dilakukan. Mereka juga perlu statika serta kondisi tanah dalam
memiliki kemampuan dalam perencanaan fondasi
memecahkan masalah yang 4.3 Memberikan pemahaman
relevan dengan bidang kerja tentang fondasi batu kali dan
tersebut. Kinerja yang pengaplikasiannya konstruksi
ditampilkan harus bersifat bangunan gedung
mandiri, mencapai standar 4.4 Menghasilkan gambar desain
kompetensi kerja, dan dapat fondasi batu kali yang sesuai
diukur dalam hal mutu dan dengan daya dukung tanah
kuantitas. hasil pengujian di laboratorium
Selain itu, individu harus dapat 4.5 Melaksanakan pemasangan
menunjukkan kemampuan dalam fondasi batu kali untuk
menalar, mengolah, dan konstruksi bangunan sederhana
menyajikan informasi secara 4.6 Melaksanakan pemasangan
efektif, kreatif, produktif, kritis, tulangan besi beton di atas
mandiri, kolaboratif, fondasi batu kali pada
komunikatif, dan solutif dalam konstruksi bangunan gedung
ranah abstrak yang terkait 4.7 Memberikan penjelasan yang
dengan materi yang dipelajari di tepat tentang pengertian
sekolah. Mereka juga diharapkan fondasi telapak untuk
mampu melaksanakan tugas konstruksi bangunan gedung
spesifik secara mandiri. dengan tepat dilapangan
Di ranah konkret, individu harus 4.8 Menggambar desain fondasi
memiliki keterampilan dalam telapak untuk konstruksi
mempersepsi, kesiapan, meniru, bangunan sederhana
membiasakan, menggunakan
4.9 Menggambar penulangan
gerakan yang terampil,
fondasi telapak pada
menjadikan gerakan menjadi
bangunan gedung bertingkat
alami, bahkan sampai pada
tindakan yang orisinal. Hal ini
terkait dengan pengembangan dari
26
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
apa yang dipelajari di sekolah.
Individu diharapkan dapat
melaksanakan tugas spesifik
dengan mandiri.
Dengan demikian, dalam bidang
kerja Konstruksi Gedung, Sanitasi,
dan Perawatan, individu harus
memiliki kemampuan mandiri,
kreatif, dan solutif dalam
melaksanakan tugas-tugas spesifik,
baik dalam ranah abstrak maupun
konkret.
27
kategori "layak". Berdasarkan penilaian guru mata pelajaran Konstruksi dan
Utilitas Gedung di SMK Negeri 1 Pajangan, modul ini memperoleh skor 3,44
dengan kategori "sangat layak". Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa modul ini
berhasil dalam menggabungkan aspek media dan materi untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran siswa.
2. Iwan (2020) melakukan penelitian yang berjudul "Pengembangan Modul
Pembelajaran Konstruksi dan Utilitas Gedung Bagi Siswa Kompetensi Keahlian
Desain Permodelan dan Informasi Bangunan di SMK Negeri 3 Yogyakarta".
Penelitian ini juga menggunakan model pengembangan 4D dari Thiagarajan. Ahli
media dan materi serta Guru mata pelajaran terlibat dalam tahap uji kelayakan
modul. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen validasi
berupa angket yang menggunakan skala Likert dengan 4 skala penilaian. Hasil
dari penilaian uji validasi oleh ahli materi menunjukkan skor sebesar 3,70, yang
masuk dalam kategori "sangat layak". Selain itu, hasil validasi oleh ahli media
memperoleh skor sebesar 3,79 dengan kategori "sangat layak". Guru mata
pelajaran terkait juga melakukan validasi dan memberikan skor sebesar 3,61
dengan kategori "sangat layak".
3. Vermantyasto (2020) yang menilite tentang "Efektivitas Modul Estimasi Biaya
Konstruksi Jalan pada Mata Pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi di SMK Negeri
1 Purworejo". Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengembangan
4D untuk mengembangkan modul pembelajaran Estimasi Biaya Konstruksi Jalan.
Penelitian ini berfokus pada pengembangan bahan ajar berupa modul
pembelajaran Estimasi Biaya Konstruksi Jalan. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat kelayakan yang cukup tinggi. Dua ahli materi memberikan skor 3,45 dan
4,00 dengan kategori "sangat layak" terkait kelayakan materi. Ahli media
memberikan skor 2,96 dengan kategori "layak" terkait kelayakan media.
4. Hibatullah (2021) melakukan penelitian yang berjudul "Pengembangan Modul
Menggambar Isometri Instalasi Air Bersih dan Air Kotor Rumah 2 Lantai dalam
Mata Pelajaran Konstruksi dan Utilitas Gedung Kelas XII Program Studi DPIB di
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta". Tujuan utama dalam penelitian ini untuk
mengembangkan modul pembelajaran menggunakan e-modul dan buku cetak
dengan metode 4D dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini
adalah modul pembelajaran yang memperoleh penilaian dari beberapa aspek.
28
Penilaian media modul mendapatkan skor 3,02, penilaian materi modul
memperoleh skor 3,50, dan penilaian oleh guru mendapatkan skor 3,59. Modul ini
telah dikembangkan dengan menggunakan metode 4D dan dapat digunakan dalam
pembelajaran menggambar isometri instalasi air bersih dan air kotor pada rumah 2
lantai dalam mata pelajaran Konstruksi dan Utilitas Gedung di kelas XII Program
Studi DPIB di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
C. Kerangka Berpikir
Sekolah menengah kejuruan merupakan sistem pendidikan menengah yang
secara khusus mencetak lulusannya untuk menjadi tenaga terampil dan siap untuk
diterjunkan di dunia kerja dan masyarakat luas. Dengan adanya tantangan tersebut,
SMK memiliki beban tanggung jawab yang tentunya perlu dijawab dengan keahlian
peserta didik sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
Keberhasilan dalam pembelajaran tentunya ditentukan dari berbagai macam
faktor. Salah satunya adalah tahapan proses belajar. Karena tercapai tidaknya hasil
pembelajaran sangat tergantung pada keefektifan metode belajar yang digunakan
dalam penyampaian materi dengan berbagai metode dan media pembelajaran agar
lebih menarik bagi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar.
Setiap siswa memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa yang satu dengan lainnya mempuanyai pola pikir dan
kecerdasan yang berbeda-beda sehingga tingkat pemahaman materi berbeda. Sehingga
guru harus mampu menyampaikan materi yang dapat terserap kurang lebih sama
antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru memiliki peran utama dalam proses
penyampaian materi pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran tergantung dari
strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penggunaan metode dan media yang
kurang tepat akan menyebabkan materi pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik
dan tidak mampu ditangkap dengan baik oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran terjadi proses interaksi siswa dengan guru,
metode, kurikulum, sarana dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai
kompetensi pembelajaran. Kompetensi akan tercapai dengan maksimal ketika semua
komponen terpenuhi sesuai fungsi masing-masing. Berdasarkan identifikasi masalah
pada siswa Kelas XI Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di
SMKN 1 Seyegan, siswa belum bisa mengaplikasikan materi yang disampaikan pada
29
mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung dengan baik dikarenakan penyampaian
materi yang kurang dipahami siswa. Ketersediaan sumber belajar berupa buku
Konstruksi Bangunan Gedung yang berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi 2017 belum
digunakan secara optimal. Sumber belajar terdiri dari semua sumber baik berupa data,
orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara
terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
belajar.
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model
pengembangan 4D, yaitu: (1) define (pendefinisian), peneliti melakukan identifikasi
masalah melalui observasi dan wawancara di SMK Negeri 1 Seyegan, kemudian
menentukan tema dan pembatasan materi sesuai dengan kebutuhan siswa dan
kurikulum yang digunakan di sekolah; (2) design (perancangan) yaitu menyusun draft
awal modul konstruksi bangunan gedung; (3) develop (pengembangan) yaitu tahap
pemodifikasian draft modul di validasi oleh ahli dan guru kemudian dilakukan
evaluasi dan revisi; (4) disseminate (penyebaran) yaitu tahap penyebarluasan produk
yang telah dibuat agar dapat diterima dan dipakai oleh penggunanya. Pada tahap ke
empat ini penyebarluasan hanya sampai sekolah tempat dilakukan penelitian saja
karena adanya keterbatasan pada peneliti.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, pertanyaan penelitian yang diusulkan adalah
sebagai berikut:
30
Program Keahlian KGSP di SMKN 1 Seyegan?
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitan Research and Development (R&D) yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Tujuannnya untuk mengetahui perkembangan dan kelayakan
modul pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung Kelas XI Semester 1 Program
Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan di SMK N 1 Seyegan.
Model pengembangan yang dijadikan acuan dalam pengembangan modul ini
yaitu 4D Model. Terdapat empat tahapan dalam 4D Model yaitu: (1) pendefinisian
(define) yang meliputi tahap analisis awal (front-end-analysis), analisis siswa (learner
analysis), analisis tugas (taks-analisis), analisis konsep (concept analysis), dan
merumuskan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives), (2) perancangan
(design) yang meliputi tahap penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-
referanced test), tahap pemilihan media (media selction), pemilihan format (format
selection), dan membuat rancangan awal (initial design), (3) pengembangan (develop)
yang meliputi tahap penilaian ahli (expert appraisal) dan uji coba pengembangan
(developmental testing), (4) penyebaran (desseminate) yang merupakan tahap
penyebarluasan produk. Tahap penyebaran (disseminate) dilakukan secara terbatas yaitu
dengan memberikan produk hasil pengembangan ke SMK N 1 Seyegan.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menghasilkan suatu produk. Dalam penelitian pengembangan ini peneliti akan
mengembangkan suatu produk berupa modul pembelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung Kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan. Peneliti melakukan penelitian mengacu pada
model pengembangan 4D Model yang meliputi 4 langkah dalam pengembangan yaitu:
define, design, develop, dan dessiminate.
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian (define) ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Kegiatan pada tahap
ini dilakukan untuk menentukan dan mendefinisikan syarat-syarat pegembangan. Peneliti
menentukan materi apa yang akan dikembangan dalam modul. Dalam hal ini,
32
pengembangan yang dilakukan pada bahan ajar khususnya modul. Tahap define ini
meliputi empat tahapan yaitu:
a) Analisis Awal (Front end analysis)
Tahap ini dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang dihadapi oleh SMK
Negeri 1 Seyegan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan
pengembangan media pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ditargetkan.
Selain itu, untuk merumuskan tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan.
b) Analisis Peserta Didik (Learner analysis)
Tahap ini dilakukan untuk analisis terhadap karakteristik siswa sebagai peserta
didik dalam program pembelajaran terkait penguasaan materi dan kemampuan
praktis. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui secara terperinci kondisi siswa yang akan
menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan.
c) Analisis Tugas (Task analysis)
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi tugas utama yang akan dilakukan oleh
peserta didik. Tahap ini terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus konstruksi bangunan gedung.
d) Analisis Konsep (Concept analysis)
Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan dan menyusun konsep-konsep yang relevan secara sistematis serta mengaitkan
antar konsep sehingga membentuk peta konsep dalam materi yang disampaikan. Analisis
ini dilakukan sebelum pembuatan modul dan dengan tujuan memudahkan peserta didik
memahami makna konsep yang diberikan.
e) Perumusan Tujuan (Specifying instructional objectives)
Tahap ini merupakan tahap perumusan tujuan pembelajaran yang didasarkan
pada kompetensi dasar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan
yang akan dicapai pada pembuatan modul ini adalah tersampaikannya teori dan
keterampilan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan.
33
a. Constructing criterion-reforenced tes, penyusunan kriteria tes sebagai analisis awal
untuk mengukur kelayakan produk media pembelajaran yang akan dikembangkan.
Selain itu sebagai alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan implementasi kegiatan
dalam hal pencapaian kompetensi yang ingin dicapai.
b. Media Selection, memilih media sesuai dengan muatan materi pembelajaran yang
akan dikembangkan. Berdasarkan analisis karakteristik siswa serta durasi waktu
pelaksanaan pembelajaran maka media yang akan dikembangkan berupa media cetak.
c. Format Selection, pemilihan bentuk penyajian sesuai dengan media yang
dikembangkan, berdasarkan pemilihan media di atas bentuk penyajian untuk media
cetak akan disajikan berupa modul materi Konstruksi Bangunan Gedung dan lembar
latihan.
d. Initial design, perancangan draft awal dari produk media pembelajaran yang
dikembangkan sebelum dilakukan uji kelayakan dan validasi oleh validator ahli pada
bidang yang bersangkutan.
34
pembelajaran adalah untuk memastikan bahwa bahan ajar, modul, atau model
pembelajaran tersebut efektif, relevan, dan telah sesuai terhadap tujuan pembelajaran.
Dengan melakukan development testing, pengembang atau peneliti dapat
mengidentifikasi dan memperbaiki potensi masalah dalam pembelajaran sebelum
diterapkan secara luas. Pengujian ini membantu meningkatkan kualitas bahan ajar atau
model pembelajaran, memastikan kesesuaian dengan kebutuhan siswa dan konteks
pembelajaran, serta meningkatkan efektivitas proses pembelajaran secara keseluruhan.
Dalam pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop)
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Validasi modul oleh ahli
Validasi modul oleh ahli adalah proses pengujian dan penilaian terhadap modul
pembelajaran oleh seorang ahli yang memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang
terkait. Tujuan dari validasi modul oleh ahli adalah untuk memperoleh umpan balik yang
objektif dan kredibel mengenai kualitas, keakuratan, keberterimaan, serta efektivitas
modul tersebut sebelum digunakan dalam konteks pembelajaran. Ahli yang terlibat dalam
proses validasi meliputi ahli teknologi pembelajaran, ahli materi pada mata kuliah yang
sama, dan ahli evaluasi hasil belajar.
b. Proses revisi
Setelah proses validasi, modul direvisi berdasarkan masukan yang diberikan oleh
para ahli.
35
Define
1. Front-end analysis, belum tersedianya modul
pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung.
2. Learner analysis, siswa kurang antusias dan belum belajar
mandiri.
3. Taks analysis, pengembangan modul berdasarkan K13 revisi
2017 dan KD Konstruksi Bangunan Gedung.
4. Concept analysis, membuat peta konsep.
5. Specifiying intructional objectives, menentukan tujuan
pembelajaran.
Design
1. Constructing criterion-reforenced test, pembuatan
outline modul
2. Media Selection, media berupa modul pembelajaran yang
sesuai dengan permasalahan yang ada di sekolah.
3. Format Selection, penyusunan format untuk modul.
4. Initial design, pembuatan layout modul yang meliputi
sampul, pendahuluan, materi dan evaluasi.
4D Models
Develop
1. Validasi ahli materi
2. Validasi ahli media
3. Guru
HASIL
VALIDASI
Dessiminate
Penyebaran modul dengan cara diberikan pada
guru mata pelajaran Sistem Utilitas Bangunan
karena keterbatasan waktu dan biaya.
36
Gambar 2. Model Pengembangan 4
37
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Seyegan yang terletak di Jl.
Kebonagung Km. 8, Jamblangan, Margomulyo, Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Uji coba dilakukan pada siswa semester 1 kelas XI dengan
Kompetensi Keahlian Konstruksi Gedung, Sanitasi, dan Perawatan dalam tahun ajaran
2020-2021.
38
Angket merupakan suatu instrumen atau alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data melalui serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang
ditujukan kepada responden. Biasanya angket berisi pertanyaan terbuka atau
tertutup yang berhubungan dengan topik tertentu dan bertujuan untuk
mengumpulkan pandangan, pendapat, atau tanggapan dari orang yang menjawab
angket tersebut.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan instrumen berupa angket atau
kuesioner untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Secara khusus akan digunakan
angket jenis rating scale. Rating Scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan
diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya dimulai
dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Instrumen ditujukan untuk
mengetahui kualitas modul pembelajaran yang dikembangkan. Dalam hal ini peneliti
membuat kisi-kisi angket untuk uji kelayakan ahli media, uji kelayakan ahli materi,
dan kisi-kisi angket uji kelayakan pendidik.
1. Instrumen Uji Kelayakan Ahli Media
Ahli media adalah orang yang berkompeten dalam bidang multimedia dan
kegrafikan. Dalam uji kelayakan ini, ahli media akan menilai kualitas media
pembelajaran yang dibuat. Angket dibuat dan dikembangkan berdasarkan aspek
fisik, aspek pendahuluan, aspek pemanfaatan, dan aspek evaluasi. Kisi-kisi
kuesioner masukan oleh ahli media terdapat pada Tabel 3.
Jumlah Nomer
Indikator Butir Penilaian
Butir Butir
Ukuran 1. Kesesuaian ukuran dengan
standar ISO :
1 1
A4 (210 x 297 mm) atau B5
(176 x 250 mm)
2. Desain Sampul
39
Jumlah Nomer
Indikator Butir Penilaian
Butr Butir
Tata Letak 2. Penyatuan unsur tata letak
Sampul pada sampul depan,
belakang dan punggung
memiliki kesatuan (unity)
3. Keseimbangan komposisi
unsur tata letak (judul,
pengarang, ilustrasi, logo, 4 2,3,4,5
dll) seimbang
4. Proporsi ukuran unsur tata
letak yang seimbang
5. Kesesuaian antara
komposisi warna latar,
gambar, dan teks harmonis
Tipografi Huruf yang Digunakan
Sampul Menarik dan Mudah Dibaca:
6. Ukuran huruf judul lebih
menonjol daripada nama
pengarang, penerbit, dan
logo yang terdapat dalam
materi tersebut.
7. Warna latar belakang harus
kontras warna huruf judul
5 6,7,8,9,10
8. Ukuran huruf proposional
dibandingkan dengan
ukuran media
9. Penggunaan maksimal 3
jenis huruf yang
dikombinasikan
10. Tidak menggunakan
hiasan/dekorasi huruf
Ilustrasi Kulit Mencerminkan Isi Modul:
Modul 11. Penempatan gambar pada
sampul mengikuti sudut
pandang yang optimal
12. Bentuk, ukuran dan warna 4 11,12,13,14
obyek pada gambar dapat
dengan jelas
menggambarkan obyek
40
Jumlah Nomer
Indikator Butir Penilaian
Butr Butir
yang dimaksud
13. Kualitas gambar pada
sampul terlihat tajam dan
jelas
14. Gambar pada sampul
mampu menggambarkan
isi/materi yang terdapat di
dalamnya
3. Desain Isi
Jumlah
Indikator Butir Penilaian Nomor Butir
Butir
Letak:
23. Judul bab
24. Sub Judul bab
25. Angka halaman
26. Ilustrasi
6 23,24,25,26,27,28
27. Keterangan gambar
(caption)
28. Ruang putih
proporsional
42
Jumlah
Indikator Butir Penilaian Nomor Butir
Butir
Instrumen angket validasi materi ini disusun menggunakan rating scale dengan
menggunakan lima skala (1-5). Dari skala tersebut diperoleh kategori/tingkat
43
kelayakan modul yang dikembangkan pada setiap aspek materi.
Instrumen angket validasi materi ini disusun menggunakan rating scale dengan
menggunakan lima skala (1-5). Dari skala tersebut diperoleh kategori/tingkat
kelayakan modul yang dikembangkan pada setiap aspek materi.
3. Pengujian Instrumen
Sebuah instrumen perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui valid atau tidak
45
valid instrumen tersebut. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini validitas yang digunakan
adalah validitas konstruk. Apabila instrumen yang digunakan non tes maka cukup
memenuhi validitas konstruk (construck validity).
Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari para ahli
(expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek
yang akan diukur, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Berdasarkan
pendapat para ahli dalam validitas instrumen penelitian, para ahli memberikan saran
terhadap instrumen pengguna, media dan materi pembelajaran, yang nantinya akan
dijadikan sebagai bahan bahan untuk revisi produk. Ahli instrumen pada penelitian
ini adalah 2 (dua) dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dan guru dari SMK N 1 Seyegan.
46
Dari data yang telah dikumpulkan dari ahli materi, ahli media dan pendidik,
dihitung rata-ratanya dengan rumus sebagai berikut:
∑X
X̅ =
𝑁
Keterangan:
𝑁 : Jumlah soal
Dari data yang diperoleh dari ahli media dan ahli materi diubah menjadi nilai
kualitatif tanpa menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku. Mengkonversi
skor yang diperoleh dari lembar penilaian angket dengan menentukan kriteria
sebagai dasar untuk melakukan konversi nilai mengacu pada Tabel 6.
BAB IV
48
hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif mencatat, sedangkan siswa yang lain
melakukan kegiatan lain di luar konteks pembelajaran seperti melamun, bergurau,
dan mengantuk. Siswa juga enggan untuk meminjam buku dari perpustakaan
karena buku yang tersedia untuk menunjang pembelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung sangat terbatas.
c. Task analysis; media pembelajaran dikembangkan untuk meningkatkan
pemahaman (knowledge) dan keterampilan (Skill) siswa mengenai mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung.
Tabel 7. Kompetensi Dasar Konstruksi Bangunan Gedung Semester 1
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Waktu
3.1 Menerapkan prosedur 4.1 Melaksanakan
kesehatan dan Keselamatan dan
26 JP
keselamatan kerja Kesehatan Kerja dan
serta lingkungan Lingkungan Hidup
hidup dalam dalam pelaksanaan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pekerjaan konstruksi bangunan gedung
bangunan gedung
49
konstruksi bangunan konstruksi bangunan
gedung sederhana dan gedung dengan tepat
gedung bertingkat dilapangan
d. Concept analysis; Dalam pemilihan materi, dipastikan bahwa materi pokok yang
paling relevan dan penting dipilih secara hati-hati. Media pembelajaran kemudian
dirancang secara interaktif, dengan penggunaan elemen-elemen visual, audio, dan
interaktif yang mempermudah pemahaman siswa. Materi disusun dengan sangat detail,
memberikan penjelasan yang komprehensif dan mencakup semua aspek yang relevan.
Penyusunan materi juga mempertimbangkan tingkat kesulitan dan mengatur urutan
prosedural yang logis, sehingga siswa dapat memahami hubungan antara konsep-
konsep yang diajarkan.
Setelah materi pada modul ditentukan, maka dibuatlah konsep yang konkrit mengenai
pembelajaran nantinya. Analisis konsep ini untuk menentukan daftar kegiatannya.
Dalam hal ini peta konsep telah disusun dan akan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun tujuan pembelajaran. Terdapat empat capaian pembelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa yaitu, (1) K3LH, (2) konsep dan prinsip statika kondisi tanah, (3)
fondasi batu kali, (4) fondasi telapak.
e. Specifiying instructional objectives; Tujuan pembelajaran pada aspek kognitif meliputi
tiga poin, yakni: (1) Memberikan penjelasan tentang prinsip dasar dalam membangun
struktur bangunan. (2) Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang terlibat
dalam pelaksanaan proyek konstruksi. (3) Memberikan penjelasan tentang tahapan
pembuatan gedung dalam konstruksi bangunan. Sementara itu, tujuan pembelajaran
pada aspek psikomotorik terdiri dari dua poin, yaitu: (1) Memungkinkan siswa untuk
menjelaskan prinsip dasar dalam konstruksi bangunan. (2) Memungkinkan siswa
untuk menjelaskan langkah-langkah yang terlibat dalam pembuatan konstruksi
bangunan gedung. Terakhir, tujuan pembelajaran pada aspek afektif terdiri dari tiga
poin, yakni: (1) Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggambarkan detail
bahan bangunan dengan cermat. (2) Meningkatkan minat siswa dalam melakukan
50
kegiatan pembelajaran. (3) Mendorong siswa untuk memiliki tanggung jawab dan
disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
51
a. Media Selection (Pemilihan Media)
Pemilihan media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan masalah
yang ada pada pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mejadikan
media berupa modul pembelajaran yang disusun secara spesifik, interaktif, dan
mendetail sebagai media yang sesuai dengan permasalahan di SMK Negeri 1
Seyegan Program Keahlian Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan Mata
Pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung Kelas XI Semester 1.
52
c. Initial Design (Rancangan awal)
Pada tahap ini peneliti merancang desain layout modul yang akan
digunakan. Desain layout dibuat supaya menarik dan serasi dengan materi yang ada.
Naskah materi ditulis pada Microsoft Word dengan menggunakan kertas
berukuran A4 (21 cm × 29,7 cm). Naskah ditulis dengan menggunakan jenis huruf
Arial berukuan 12. Spasi antar baris 1,5 cm untuk memudahkan keterbacaan teks
pada modul. Naskah dicetak menggunakan kertas HVS 80 gram, sedangkan sampul
dicetak menggunakan kertas ivory 270 gram. Desain layout dan naskah dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
1) Sampul
Sampul modul berisi informasi mengenai identitas modul yaitu judul,
sasaran, dan tim penyusun. Jenis tulisan dan gambar grafis yang digunakan sesuai
dengan isi materi.
53
2) Pendahuluan
Bagian pendahuluan merupakan bagian pengantar sebelum memasuki
materi. Tujuan adanya pendahuluan adalah sebagai petunjuk belajar bagi pembaca.
Pada bagian pendahuluan berisi beberapa aspek yaitu kata pengantar, daftar isi,
prasyarat, petunjuk penggunaan modul, dan daftar materi.
54
Gambar 7. Halaman Pendahuluan Gambar 8. Peta Konsep
55
Gambar 9. KI dan KD
3) Materi
Pada modul materi merupakan sebuah bagian pokok yang memiliki peran
penting. Oleh sebab itu, modul ini dilengkapi dengan gambar dan tabel yang
dirasa dapat menarik minat peserta didik untuk membaca dan mempelajari modul
pembelajaran ini.
4) Evaluasi
Pada bagian evaluasi terdapat latihan soal dan rangkuman. Melalui latihan
soal ini diharapkan pembaca dapat mengulang pembelajaran secara rutin sehingga
didapat hasil yang maksimal dalam hal memahami isi dari modul pembelajaran
ini. Modul ini delengkapi juga dengan evaluasi akhir, evaluasi akhir ini dapat
menjadi gambaran keseluruhan isi materi dari modul pembelajaran ini dan dapat
menjadi pedoman peserta didik untuk menyiapkan diri pada akhir semester.
58
Gambar 13. Latihan Gambar 14. Kunci Jawaban
59
a. Validasi Ahli Materi
Validasi ahli materi dilakukan oleh ahli materi untuk menilai aspek materi
pembahasan yang disampaikan dalam media pembelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung semester 1 dan rancangan yang telah disusun. Validasi ini dilakukan oleh
Bapak Ir. Pramudiyanto, S.Pd.T., M.Eng., selaku dosen Jurusan Pendidikan Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta dan Ibu Al Islam Ekaswari
Rahayuning Putri, S.Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung SMK Negeri 1 Seyegan. Untuk menilai kelayakan media diperlukan indikator
yang relevan agar hasil validasi juga relevan dan dapat dipertanggung jawabkan.
60
61
2 Paragraf dalam tabel jangan Paragraf dalam tabel sudah dibuat
dibuat rata tengah dilihat tidak rata kiri.
rapi.
62
2) Data validasi ahli materi
Hasil penilaian validasi materi dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11 berikut.
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian 1 2 3 4 5
A. Cakupan Materi 1. Kejelasan tujuan √
pembelajaran
8. Ketepatan penjelasan √
Prosedur/Algoritma
63
1. Dimensi Keterampilan
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
A. Dimensi 12. Cakupan keterampilan √
Keterampilan sesuai tujuan pembelajaran
64
4. Penyajian Pembelajaran
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian 1 2 3 4 5
A. Penyajian 23. Keterlibatan aktif peserta √
Pembelajaran didik
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian 1 2 3 4 5
A. Cakupan Materi 1. Kejelasan tujuan √
pembelajaran
65
B. Ketepatan 5. Ketepatan penggunaan √
Materi fakta/lambang/simbol
6. Ketepatan penggunaan √
konsep/definisi
7. Ketepatan penjelasan Prinsip √
(Teorema, Aksioma, Dalil,
Sifat, Aturan, Hukum)
8. Ketepatan penjelasan √
Prosedur/Algoritma
66
1. Dimensi Keterampilan
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
A. Dimensi 12. Cakupan keterampilan √
Keterampilan sesuai tujuan pembelajaran
67
4. Penyajian Pembelajaran
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian 1 2 3 4 5
A. Penyajian 23. Keterlibatan aktif peserta √
Pembelajaran didik
68
Tabel 12. Data Hasil Penilaian Ahli Materi
Frekuensi Penilaian Jumlah
No. Aspek
1 2 3 4 5 Butir
Dimensi
1 11
Pengetahuan - - 4 7 -
Dimensi
2 3
Ketrampilan - - - 3 -
3 Organisasi Materi - - 1 2 - 3
Pendukung
4 5
Penyajian Materi - - 1 4 -
Penyajian
5 3
Pembelajaran - - 1 2 -
Pendukung
6 4
Penyajian - - - 4 -
Total 29
Dimensi
1 11
Pengetahuan - - - 7 4
Dimensi
2 3
Ketrampilan - - - -
3 Organisasi Materi - - - 1 2 3
Pendukung
4 5
Penyajian Materi - - - 2 3
Penyajian
5 3
Pembelajaran - - - 2 1
Pendukung
6 4
Penyajian - - - - 4
Total 29
Dimensi -
1 - - 4 7 11 40 55 72,7
Pengetahuan
Dimensi -
2 - - - 3 3 12 15 80
Ketrampilan
Organisasi -
3 - - 1 2 3 11 15 73,3
Materi
Pendukung -
4 Penyajian - - 1 4 5 19 25 76
Materi
Penyajian -
5 - - 1 2 3 11 15 73,3
Pembelajaran
Pendukung -
6 - - - 4 4 16 20 80
Penyajian
Total 29 109 145 75,2
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh data data sebagai berikut:
Jumlah skor penilaian ahli materi = 109, jumlah butir = 29, skor maksimal = 145,
frekuensi penilaian tertinggi = 5, frekuensi penilaian terendah = 1. Maka: skor
maksimal = 5 x 29 = 145 dan skor minimal = 1 x 29 = 29, Mi = (1/2) x (skor maksimal
+ skor minimal) = (1/2) x (145+29) = 87; Sbi = (1/6) x (skor maksimal - skor minimal)
= (1/6) x (145-29) = 19,3.
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai X = 145, Mi = 87, Sbi = 19,3.
70
Kemudian, nilai tersebut dikonversikan ke dalam penilaian skala 100 seperti pada
Tabel 15.
Berdasarkan tabel di atas, dengan nilai X = 75,2 maka diketahui 61 < X ≤ 80.
Maka tingkat kelayakan modul ini pada aspek media dalam kriteria “Layak”.
71
Tabel 17. Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Materi Guru
Frekuensi Penilaian Jumla Jumlah Skor
No. Aspek %
1 2 3 4 5 h Butir skor max
Dimensi
1 - - - 7 4 11 48 55 87,2
Pengetahuan
Dimensi
2 - - - - 3 3 15 15 100
Ketrampilan
Organisasi
3 - - - 1 2 3 14 15 93,3
Materi
Pendukung
4 Penyajian - - - 2 3 5 23 25 92
Materi
Penyajian
5 - - - 2 1 3 13 15 86,6
Pembelajaran
Pendukung
6 - - - - 4 4 20 20 100
Penyajian
Total 29 133 145 91,7
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh data data sebagai berikut: Jumlah
skor penilaian ahli materi = 109, jumlah butir = 29, skor maksimal = 145, frekuensi
penilaian tertinggi = 5, frekuensi penilaian terendah = 1. Maka: skor maksimal = 5 x 29 =
145 dan skor minimal = 1 x 29 = 29, Mi = (1/2) x (skor maksimal + skor minimal) = (1/2)
x (145+29) = 87; Sbi = (1/6) x (skor maksimal - skor minimal) = (1/6) x (145-29) = 19,3.
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai X = 145, Mi = 87, Sbi = 19,3.
Kemudian, nilai tersebut dikonversikan ke dalam penilaian skala 100 seperti pada Tabel
18.
72
Tabel 18. Konversi Nilai Validasi Ahli Materi
Nilai awal Perhitungan konversi Nilai konversi
Nilai hasil konversi digunakan untuk menghitung rentang skor pada kriteria
kelayakan. Skor kriteria kelayakan disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Kriteria Kelayakan Aspek Materi
Rerata Skor Kategori
81 - 100 Sangat layak
61 - 80 Layak
41 - 60 Cukup layak
21 - 40 Kurang layak
1 - 20 Sangat tidak layak
Berdasarkan tabel di atas, dengan nilai X = 91,7 maka diketahui 81 < X ≤ 100.
Maka tingkat kelayakan modul ini pada aspek media dalam kriteria “Sangat Layak”.
73
b. Validasi Ahli Media
74
Tabel 21. Revisi Ahli Media 2
75
1. Aspek Ukuran
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
A. Ukuran 2. Kesesuaian ukuran dengan √
standar ISO :
A4 (210 x 297 mm) atau B5
(176 x 250 mm)
2. Desain Sampul
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
A. Tata Letak 15. Penataan unsur tata letak √
Sampul pada sampul muka,
belakang dan punggung
memiliki kesatuan (unity)
16. Komposisi unsur tata letak √
(judul, pengarang, ilustrasi,
logo, dll) seimbang
17. Perbandingan ukuran unsur √
tata letak proporsional
18. Komposisi warna latar, √
gambar, dan teks harmonis/
menarik
B. Tipografi Huruf yang Digunakan
Sampul Menarik dan Mudah Dibaca:
19. Ukuran huruf judul lebih √
dominan dibandingkan
nama pengarang, penerbit
dan logo
20. Warna huruf judul kontras √
dengan warna latar
belakang
21. Ukuran huruf proposional √
dibandingkan dengan
ukuran media
22. Kombinasi jenis huruf √
maksimal 3 jenis
23. Tidak menggunakan huruf √
hias/dekorasi
C. Ilustrasi Kulit Mencerminkan Isi Modul:
76
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
Modul 24. Gambar pada sampul √
diambil dari sudut pandang
yang baik
25. Bentuk, ukuran dan warna √
obyek pada gambar dapat
menjelaskan obyek yang
dimaksud
26. Ketajaman gambar sampul √
baik
27. Gambar sampul dapat √
menggambarkan isi/materi
3. Desain Isi
No Alternatif Pilihan
Indikator Butir Penilaian
. 1 2 3 4 5
A. Tata Letak Isi Tata Letak Konsisten:
34. Penempatan unsur tata letak √
konsisten berdasarkan pola
35. Pemisahan antar paragraph √
jelas
36. Tidak terdapat widow atau √
orphan
37. Penempatan judul bab dan √
yang setara (kata pengantar,
daftar isi, dll)
seragam/konsisten
Unsur Tata Letak Harmonis:
38. Bidang cetak dan marjin √
proporsional terhadap
ukuran media
39. Jarak antara teks dan √
ilustrasi sesuai
40. Marjin antara dua halaman √
berdampingan proporsional
41. Tata letak proporsional √
Penempatan dan penampilan
Unsur Tata Letak:
77
No Alternatif Pilihan
Indikator Butir Penilaian
. 1 2 3 4 5
42. Judul bab √
43. Sub Judul bab √
44. Angka halaman √
45. Ilustrasi √
46. Keterangan gambar √
(caption)
47. Ruang putih proporsional √
Tata Letak Mempercepat
Keterbacaan:
48. Penempatan hiasan/ilustrasi √
sebagai latar belakang tidak
mengganggu judul, teks,
angka halaman.
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
B. Ukuran 3. Kesesuaian ukuran dengan √
standar ISO :
A4 (210 x 297 mm) atau B5
(176 x 250 mm)
2. Desain Sampul
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
D. Tata Letak 28. Penataan unsur tata letak √
Sampul pada sampul muka,
belakang dan punggung
memiliki kesatuan (unity)
79
Alternatif Pilihan
No. Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4 5
29. Komposisi unsur tata letak √
(judul, pengarang, ilustrasi,
logo, dll) seimbang
30. Perbandingan ukuran unsur √
tata letak proporsional
31. Komposisi warna latar, √
gambar, dan teks harmonis/
menarik
E. Tipografi Huruf yang Digunakan
Sampul Menarik dan Mudah Dibaca:
32. Ukuran huruf judul lebih √
dominan dibandingkan
nama pengarang, penerbit
dan logo
33. Warna huruf judul kontras √
dengan warna latar
belakang
34. Ukuran huruf proposional √
dibandingkan dengan
ukuran media
35. Kombinasi jenis huruf √
maksimal 3 jenis
36. Tidak menggunakan huruf √
hias/dekorasi
F. Ilustrasi Kulit Mencerminkan Isi Modul:
Modul
37. Gambar pada sampul √
diambil dari sudut pandang
yang baik
38. Bentuk, ukuran dan warna √
obyek pada gambar dapat
menjelaskan obyek yang
dimaksud
39. Ketajaman gambar sampul √
baik
40. Gambar sampul dapat √
menggambarkan isi/materi
3. Desain Isi
80
No Alternatif Pilihan
Indikator Butir Penilaian
. 1 2 3 4 5
D. Tata Letak Isi Tata Letak Konsisten:
53. Penempatan unsur tata letak √
konsisten berdasarkan pola
54. Pemisahan antar paragraph √
jelas
55. Tidak terdapat widow atau √
orphan
56. Penempatan judul bab dan √
yang setara (kata pengantar,
daftar isi, dll)
seragam/konsisten
Unsur Tata Letak Harmonis:
57. Bidang cetak dan marjin √
proporsional terhadap
ukuran media
58. Jarak antara teks dan √
ilustrasi sesuai
59. Marjin antara dua halaman √
berdampingan proporsional
60. Tata letak proporsional √
Penempatan dan penampilan
Unsur Tata Letak:
61. Judul bab √
62. Sub Judul bab √
63. Angka halaman √
64. Ilustrasi √
65. Keterangan gambar √
(caption)
66. Ruang putih proporsional √
Tata Letak Mempercepat
Keterbacaan:
67. Penempatan hiasan/ilustrasi √
sebagai latar belakang tidak
mengganggu judul, teks,
angka halaman.
81
No Alternatif Pilihan
Indikator Butir Penilaian
. 1 2 3 4 5
68. Penempatan judul, sub √
judul, ilustrasi dan
keterangan gambar tidak
mengganggu pemahaman.
E. Tipografi Isi Tipografi Sederhana:
Modul
69. Tidak terlalu banyak √
menggunakan jenis huruf
70. Tidak menggunakan jenis √
huruf hias/dekoratif
71. Penggunaan variasi huruf √
(bold, italic, capital, small
capital ) tidak berlebihan.
Tipografi Mudah Dibaca:
62. Besar huruf sesuai dengan √
tingkat pendidikan peserta
didik
63. Panjang baris teks √
maksimal 78 karakter
64. Spasi antar baris susunan √
teks normal
65. Jarak antara huruf kerning √
normal
Tipografi Memudahkan
Pemahaman:
66. Jenjang/hierarki judul-judul √
jelas dan konsisten
67. Jenjang/hierarki judul-judul √
proporsional
68. Tidak terdapat alur putih √
dalam susunan teks
69. Tanda pemotongan kata √
(hyphenation)
F. Ilustrasi Isi Ilustrasi Memperjelas dan
Modul Memudahkan Pemahaman:
70. Mampu mengungkap √
makna/arti dari materi
71. Bentuk proporsional √
82
No Alternatif Pilihan
Indikator Butir Penilaian
. 1 2 3 4 5
72. Skala sesuai dengan √
kenyataan / realitis
Ilustrasi Isi Menimbulkan
Daya Tarik:
73. Keseluruhan ilustrasi √
selaras dengan materi
74. Ilustrasi jelas (tidak kabur) √
75. Kreatif √
83
2) Analisis Data Validasi Ahli Media
Berdasarkan beberapa aspek yang telah dinilai yaitu; aspek fisik, aspek
pendahuluan, aspek pemanfaatan, dan aspek evaluasi. Hasil analisis penilaian oleh
ahlimateri ditampilkan dalam Tabel 24 dan Tabel 25.
1 Ukuran Buku - - - - 1 1
Desain Cover
2 - - - 10 3 13
Buku
3 Desain Isi Buku - - - 25 8 33
Total 47
1 Ukuran Buku - - - - 1 1
Desain Cover
2 - - - 6 7 13
Buku
3 Desain Isi Buku - - - 19 14 33
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai aspek mutu modul, yaitu ukuran buku,
desain sampul buku, dan desain isi buku, dapat dilihat bahwa penilaian terhadap modul
melibatkan evaluasi terhadap beberapa faktor tersebut. Data tersebut memberikan
informasi yang relevan untuk mengidentifikasi kualitas modul, mengukur kecocokannya
dengan kebutuhan pembelajaran, serta mengevaluasi tingkat daya tarik dan keterbacaan
modul tersebut. Dengan menganalisis data tersebut, dapat dilakukan perbaikan dan
peningkatan modul agar mencapai efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dalam proses
pembelajaran. Hasil dari analisis penelitian oleh ahli media ditunjukkan pada tabel 26 dan
tabel 27.
84
Tabel 26. Analisis Data Validasi Ahli Media
Ukuran
- - - - 1 1 5 5 100
1 Buku
Desain
Cover - - - 10 3 13 55 65 84,6
2 Buku
Desain
- - - 25 8 33 140 165 84,8
3 Isi Buku
Total 47 200 235 85,1
Berdasarkan tabel di atas maka didapatkan data data sebagai berikut: total skor
penilaian ahli media = 200, jumlah butir = 47, skor maksimal = 235, frekuensi penilaian
tertinggi = 5, frekuensi penilaian terendah = 1. Maka: skor maksimal = 5 x 47 = 235 dan
skor minimal = 1 x 47 = 47, Mi = (1/2) x (skor maksimal + skor minimal) = (1/2) x
(235+47) = 141, Sbi = (1/6) x (skor maksimal - skor minimal) = (1/6) x (235-47) = 31,3.
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai X = 200, Mi = 141, Sbi = 31,3.
Selanjutnya, nilai tersebut dikonversikan ke dalam penilaian skala 100 seperti pada Tabel
27.
Tabel 27. Konversi Nilai Validasi Ahli Media
Nilai awal Perhitungan konversi Nilai konversi
Sb
31,3 31,3/235 x 100 13,3%
i
Nilai hasil konversi digunakan untuk menghitung rentang skor pada kriteria
kelayakan. Skor kriteria kelayakan disajikan pada Tabel 28.
85
Tabel 28. Kriteria Kelayakan Aspek Media
Rerata Skor Kategori
81 - 100 Sangat layak
61 - 80 Layak
41 - 60 Cukup layak
21 - 40 Kurang layak
1 - 20 Sangat tidak layak
Berdasarkan tabel diatas, dengan nilai X = 85,1% maka 81 < X ≤ 100. Maka
tingkat kelayakan model pada aspek media dalam criteria “Sangat Layak”.
Ukuran
- - - - 1 1 5 5 100
1 Buku
Desain
Cover - - - 6 7 13 59 65 90,7
2 Buku
Desain
- - - 19 14 33 146 165 88,4
3 Isi Buku
Total 47 210 235 89,4
Berdasarkan tabel di atas maka didapatkan data data sebagai berikut: total skor
penilaian ahli media = 200, jumlah butir = 47, skor maksimal = 235, frekuensi penilaian
tertinggi = 5, frekuensi penilaian terendah = 1. Maka: skor maksimal = 5 x 47 = 235 dan
skor minimal = 1 x 47 = 47, Mi = (1/2) x (skor maksimal + skor minimal) = (1/2) x
(235+47) = 141, Sbi = (1/6) x (skor maksimal - skor minimal) = (1/6) x (235-47) = 31,3.
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai X = 210, Mi = 141, Sbi = 31,3.
Selanjutnya, nilai tersebut dikonversikan ke dalam penilaian skala 100 seperti pada Tabel
86
30.
Tabel 30. Konversi Nilai Validasi Ahli Media
Nilai awal Perhitungan konversi Nilai konversi
Sb
31,3 31,3/235 x 100 13,3%
i
Nilai hasil konversi digunakan untuk menghitung rentang skor pada kriteria
kelayakan. Skor kriteria kelayakan disajikan pada Tabel 31.
Berdasarkan tabel diatas, dengan nilai X = 89,4% maka 81 < X ≤ 100. Maka
tingkat kelayakan model pada aspek media dalam criteria “Sangat Layak”.
87
Modul media pembelajaran dirancang dalam format modul yang dilengkapi
dengan sampul berisi informasi judul media, pembuat modul, dan target pengguna.
Setelah dirancang, modul tersebut diserahkan kepada guru mata pelajaran Konstruksi
Bangunan Gedung agar dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, modul media pembelajaran dapat memberikan sumber belajar yang
terstruktur dan terpadu kepada guru dan siswa dalam mempelajari materi Konstruksi
Bangunan Gedung.
b. Difusi dan Adopsi (Diffusion and Adoption)
Selain disebarkan kepada guru mata pelajaran, modul juga diunggah ke situs
internet untuk memberikan akses kepada pengguna umum. Modul tersebut memiliki
peran ganda, tidak hanya sebagai bahan pendukung dalam mata pelajaran, tetapi juga
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang sejenis atau sebagai sumber belajar
mandiri. Dengan demikian, modul tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih luas
dalam konteks pembelajaran.
88
B. Pembahasan
Meskipun begitu, peran guru tetap menjadi elemen yang dominan dalam kegiatan
pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam menyampaikan materi kepada siswa
dengan menggunakan berbagai metode, seperti ceramah, diskusi, penugasan, dan tanya
jawab. Metode-metode tersebut berfungsi untuk menghadirkan informasi dan
merangsang interaksi antara guru dan siswa. Namun, untuk meningkatkan keefektifan
dan keberagaman pengalaman belajar, penggunaan media pembelajaran sebagai
tambahan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan. Dengan menggabungkan
metode-metode pembelajaran tradisional dengan penggunaan media pembelajaran yang
telah disediakan, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik,
interaktif, dan mendukung pembelajaran aktif siswa. Penggunaan media pembelajaran
dapat memperkaya presentasi materi, memvisualisasikan konsep yang kompleks, dan
motivasi siswa untuk terlibat dalam proses belajar. Penggunaan media pembelajaran,
seperti modul, bertujuan untuk mengembangkan aktivitas siswa dalam hal membaca,
bertanya, mengumpulkan informasi, berpikir, dan berkomunikasi secara mandiri, dengan
tujuan melatih siswa dalam mencapai pembelajaran yang optimal.
77
Kali Untuk Konstruksi Bangunan Gedung; 4) Pemasangan Tulangan Besi Beton Diatas
Fondasi Batu Kali Pada Konstruksi bangunan Gedung; 5) Fondasi Telapak Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana; 6) Fondasi Telapak Untuk Konstruksi
Bangunan Gedung Bertingkat.
Hasil analisis data dari penilaian para ahli media menunjukkan bahwa Modul ini
masuk ke dalam kategori "Sangat Layak" dengan nilai X = 89,4% maka 81 < X ≤ 100.
Berikut adalah rangkuman penilaian kelayakan media pembelajaran modul berdasarkan
pandangan ahli media.
Analisis yang dilakukan oleh ahli materi terhadap Modul Konstruksi Bangunan
Gedung menunjukkan bahwa modul tersebut termasuk dalam kategori "Layak" dengan
nilai X = 75,2 maka diketahui 61 < X ≤ 80. Berikut ini adalah detail mengenai kelayakan
modul berdasarkan penilaian ahli materi.
78
Tabel 33. Presentase Penilaian oleh Ahli Materi
No. Rentang Skor % Kategori
1 Dimensi Pengetahuan 72,7 Layak
2 Dimensi Ketrampilan 80 Layak
3 Oraganisasi Materi 73,3 Layak
4 Pendukung Penyajian 76 Layak
Materi
5 Penyajian Pembelajaran 73,3 Layak
6 Pendukung Penyajian 80 Layak
Setelah melalui penilaian kelayakan, modul tersebut telah memenuhi syarat untuk
diproduksi dan digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung. Modul yang telah dikembangkan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penggunaannya, baik dengan dicetak menjadi buku fisik maupun
dijadikan e-book yang dapat diakses secara digital. Dengan pilihan format tersebut,
modul dapat disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan masing-masing guru dan
siswa. Berdasarkan penggunaan modul ini diharapkan mampu menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang lebih interaktif, mudah diakses, dan mendukung pemahaman
konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung.
79
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian ini yang sudah dibahas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini berupa modul mata pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung
kelas X1 semester 1. Pengembangan produk menggunakan metode 4D oleh
Thiagarajan yaitu melalui tahap define, design, develop, dan disseminate.
a. Define, pada tahap define terdapat lima kegiatan yang dilakukan yaitu:
(1) analisis awal dilakukan untuk mengetahui dasar dibuatnya modul yaitu
belum tersedianya sumber belajar pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung kelas X1 semester 1 SMK Negeri 1 Seyegan;
(2) analisis siswa dilakukan untuk mengetahui masalah yang dihadapi selama
proses pembelajaran, masalah yang ditemukan adalah siswa kurang antusias
dalam mengikuti pembelajaran serta siswa kurang siap dalam menerima materi
dikarenakan tidak adanya sumber belajar yang menunjang untuk kegiatan belajar
mandiri di rumah; (3) analisis tugas, penyajian isi materi dan kompetensi yang
harus dicapai peserta didik dalam pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung
yang disusun sesuai dengan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
dan silabus secara spesifik, runtut, dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa; (4) analisis konsep berisi konsep-konsep penting yang
harus dikuasai oleh peserta didik melalui pembelajaran yang dituangkan dalam
bentuk peta konsep setelah materi pada modul Konstruksi Bangunan Gedung
ditentukan. Dalam hal ini, peta konsep telah disusun dan akan digunakan sebagai
dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran, dan (5) perumusan tujuan
pembelajaran, dalam tahap ini dirumuskan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa disetiap kegiatan pembelajaran.
b. Design, pada tahap design telah dihasilkan rancangan modul untuk kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Rancangan modul dilengkapi dengan
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, pendahuluan, uraian materi, rangkuman,
soal latihan, dan kunci jawaban. Modul kemudian dicetak pada kertas HVS 80
gram dengan ukuran kertas A4 (21 cm × 29,7 cm). Naskah diketik dengan
80
huruf Arial berukuran 12 dan spasi 1,5 pt.
c. Develop, pada tahap ini dilakukan validasi modul untuk mengetahui masukan dan
saran perbaikan dalam menyempurnakan materi modul agar memperoleh
kelayakan modul untuk digunakan oleh pengguna. Dalam hal ini perbaikan yang
peneliti dapatkan melipui tata bahasa dan format dalam penulisan modul. Validasi
modul dilakukan oleh 1 dosen ahli materi, 1 dosen ahli media, dan 1 guru mata
pelajaran.
d. Disseminate, pada tahap disseminate modul yang sudah melalui tahap define,
design, dan develop maka siap untuk disebarkan. Namun karena keterbatasan
waktu dan biaya, sehingga modul hanya diberikan kepada guru mata pelajaran
untuk diperbanyak baik oleh pihak sekolah maupun oleh peserta didik.
2. Kelayakan produk berupa modul Konstruksi Bangunan Gedung yang dikembangkan
telah dinyatakan sangat layak digunakan dalam pembelajaran Kelas XI di SMK
Negeri 1 Seyegan dengan didasarkan atas beberapa hal seperti berikut.
a. Kelayakan media pembelajaran berdasarkan ahli materi (dosen UNY) diperoleh
nilai setelah dikonversikan sebesar 75,2% dengan kategori “Layak”. Ahli materi
(guru) diperoleh nilai setelah dikonversikan sebesar 91,7% dengan kategori
“Sangat Layak”. Maka dapat disimpulkan dari kedua validator ahli materi
memberikan penilaian dengan kategori yang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa
materi pada media pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung dinyatakan layak
digunakan sebagai bahan ajar di SMK Negeri 1 Seyegan.
b. Kelayakan media pembelajaran berdasarkan ahli media (dosen UNY) diperoleh
nilai setelah dikonversikan sebesar 85,1% dengan kategori “Sangat Layak”. Ahli
media (guru) diperoleh nilai setelah dikonversikan sebesar 89,4% dengan
kategori sangat layak. Maka dapat disimpulkan dari kedua validator ahli media
memberikan penilaian dengan kategori sangat layak. Hal ini menunjukan bahwa
media pada media pembelajaran Konstruksi Bangunan Gedung dinyatakan sangat
layak digunakan sebagai bahan ajar di SMK Negeri 1 Seyegan.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengalami beberapa keterbatasan dalam proses pengembangan
Modul Konstruksi Bangunan Gedung, yaitu:
1. Terbatasnya jumlah ahli media yang tersedia menyebabkan validasi hanya dilakukan
oleh 2 (dua) ahli media dari dosen Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan serta guru
81
Konstruksi Bangunan Gedung SMK Negeri 1 Seyegan. Hal ini dapat mempengaruhi
variasi dan keberagaman pandangan dalam penilaian terhadap media pembelajaran
yang dikembangkan.
2. Terbatasnya jumlah ahli materi yang tersedia juga menyebabkan validasi hanya
dilakukan oleh 2 (dua) ahli materi dari dosen Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
serta guru Konstruksi Bangunan Gedung SMK Negeri 1 Seyegan. Keterbatasan ini
dapat membatasi sudut pandang dan pemahaman yang lebih luas terhadap aspek materi
yang disajikan dalam modul.
3. Keterbatasan waktu penelitian mengakibatkan belum dilakukannya uji empiris
mengenai penggunaan modul untuk mengukur efektivitasnya dalam proses
pembelajaran. Uji empiris tersebut dapat memberikan data yang lebih valid dan dapat
mengukur dampak nyata penggunaan modul dalam pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebelumnya, peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
82
DAFTAR PUSTAKA
Aldo, A. (2020). Pembuatan Modul Pembelajaran Autocad Pada Mata Pelajaran Aplikasi
Perangkat Lunak Dan Perancangan Interior Gedung Di Smk Negeri 3 Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 2(1), 37-51.
Anderson, R.H. (1987). Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali.
Anggriawan, Ferly. (2019). Pengembangan Modul Mata Pelajaran Konstruksi dan Utilitas
Gedung Siswa Kelas XI Semester Genap Program Keahlian Desain Permodelan dan
Informasi Bangunan di SMK Negeri 1 Pajangan. Skripsi: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daryanto. (2016). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gavamedia.
Depdiknas (2002: 5) Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching and Learning) Jakarta:
Depdiknas
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayat, N., Hadi, S., Basith, A., & Suwandi, S. (2018). Developing E-Learning Media with
the Contiguity Principle for the Subject of Autocad. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 24(1), 72-82.
Hibatullah, A., & Nayono, S. E. (2021). Pengembangan Modul Menggambar Isometri
Instalasi Air Bersih dan Air Kotor pada Rumah Tinggal Sederhana 2 Lantai pada
Mata Pelajaran Konstruksi dan Utilitas Gedung untuk Kelas XII Program Studi
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 3(2), 181-191.
Herawati. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palangkaraya: Banyu Media Publishing.
Ibrahim, dkk. (2003). Perencanaan Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kurniasih, I., & Sani, B. (2017). Lebih Memahami Konsep & Proses Pembelajaran
Implementasi dan Praktek dalam Kelas. Jakarta: Kata Pena.
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia.
Munadi (2013). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Refrensi
Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
83
Putra, N. (2015). Research & Development Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kustiandi, C., & Sitjipto, B. (2004). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sadiman, A. S. (2006). Media Pendidikan, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:
Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada.
Smaldino, (2011). Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. (Alih Bahasa: Arif
Rahman). Jakarta: Kencana
Sudjana, N (2004). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparman, A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsudin, R. N., Hidayat, N., Prihadi, W. R., Malik, A., & Wibowo, D. E. (2022).
Pengembangan Modul Pembelajaran Mata Kuliah Praktik Kerja Plambing dan
Sanitasi di Prodi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY. Jurnal
Pendidikan Teknik Sipil, 4(1), 83-93.
Thiagarajan. (1974). Instructional Development for Training Teachers of
Exceptional Children. Washington Dc: National Center for Improvement Education
System.
Media Tim Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir
Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Triaghosa, E., Suryaman, H., Soeparno, S., & Cahyaka, H. W. (2022). Pengembangan
Media Pembelajaran Konstruksi dan Utilitas Gedung Berbasis Animasi Power Point
Materi Instalasi Listrik. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 4(2), 153-167.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar, H. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi: Kedua. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Wiryokusumo, I. (2011). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi Ahli Materi
86
87
88
89
90
91
92
Lampiran 2. Surat Pernyataan Validasi Ahli Media
93
94
95
96
97
Lampiran 3. Surat Pernyataan Validasi Guru
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111