Anda di halaman 1dari 57

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BLENDED

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK


PENGELASAN SISWA KELAS X SMKN 1 LUBUK PAKAM
TA 2022/2023

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh
EKKLESIA ADE PRATIWI SIHOMBING
5171121003

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia yang dilimpahkan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Skripsi ini mengungkap tentang Penerapan Metode Pembelajaran

Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Teknik Pengelasan Siswa Kelas X

SMKN 1 Lubuk Pakam TA 2022/2023.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada

bapak Prof. Selamat Triono, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing yang telah banyak

membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan hingga proposal

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga ingin menyampaikan

terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Medan.

2. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Lisyanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Universitas Negeri Medan.

4. Dr. Selamat Riadi, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Mesin.

5. Janter P Simanjuntak, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Prodi Pendidikan

Teknik Mesin Universitas Negeri Medan.

6. Seluruh dosen dan pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan Teknik mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

i
7. Teristimewa, kepada orang tua saya cintai yaitu P. K Sihombing dan S.R

Simare-mare yang selalu mendukung dengan penuh kasih sayang baik dengan

doa, moril dan materil selama penulis melaksanakan studi.

8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha di lingkungan SMK Negeri 1 Lubuk

Pakam.

9. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Mesin stambuk 2017

Kelas Reguler A, yang memberikan bantuan dalam menyelesaikan proposal

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi

kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini bermanfaat bagi

masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan dan

kejuruan.

Medan, November 2022


Penulis

EKKLESIA ADE PRATIWI


NIM. 5171121003

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................9
C. Pembatasan Masalah ................................................................................10
D. Rumusan Masalah ....................................................................................10
E. Tujuan Penelitian......................................................................................11
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................13
A. Kajian Teoritis .........................................................................................13
1. Hasil Belajar........................................................................................ 13
2. Blended Learning ................................................................................ 19
B. Penelitian Yang Relevan ..........................................................................24
C. Kerangka Konseptual ...............................................................................26
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................29
B. Subjek Penelitian......................................................................................29
C. Desain Penelitian dan Prosedur Tindakan ...............................................29
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................33
E. Indikator Keberhasilan .............................................................................37
F. Teknik Analisis Data ................................................................................37
Rujukan…………………………………………………………………………41
Lampiran………………………………………………………………………..43

iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi Soal Teknik Pengelasan.......................................................43
Lampiran 2 Silabus Teknik Pengelasan......................................................................53

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil belajar merupakan sebuah tindakan evaluasi yang dapat mengungkap

aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan

lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan

(psychomotor domain) yang melekat pada diri setiap individu peserta didik. Ini

artinya melalui hasil belajar dapat terungkap secara holistik penggambaran

pencapaian siswa setelah melalui pembelajaran (Sudijono 2012, p.32). Hasil belajar

siswa merupakan tolak ukur ataupun penilaian yang bisa dijadikan sebagai acuan

berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Hasil belajar dapat berupa kemampuan

– kemampuan yang dimiliki siswa. Kemampuan ini didapat setelah melalui dan

menerima pengalaman – pengalaman dalam proses belajar yang diperoleh oleh

siswa. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru, (Depdikbud,1989-700).

Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh oleh siswa maka dilakukan

penilaian hasil belajar. Tinggi dan bagus nilai hasil belajar berarti proses

pembelajaran telah sukses. Akan tetapi rendahnya hasil belajar siswa menunjukkan

tidak tercapai dan suksesnya proses pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh

banyak faktor, faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada umumnya dibedakan

menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal adakah faktor

yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain kesehatan, cacat tubuh, perhatian,

1
2

minat, motivasi belajar, disiplin belajar, kemampuan siswa, kemandirian belajar,

kecerdasan emosional dan bakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

berasal dari luar siswa diantaranya lingkungan keluarga, guru, teman, fasilitas

belajar, sumber belajar, lingkungan masy arakat, metode pengajaran, dan lain – lain.

Perwujudan nyata dari hasil belajar siswa di SMK terlihat pada

penyelenggaraan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) Praktik Kejuruan. UKK Praktik

Kejuruan mampu menggambarkan secara holistik tingkat pencapaian siswa setelah

pembelajaran karena memiliki enam komponen penilaian yaitu: (1) pengetahuan;

(2) persiapan; (3) proses (sistematika & cara kerja); (4) hasil kerja; (5) sikap kerja;

(6) waktu.

SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Merupakan salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan yang terletak di jalan Galang Tanjung Gabus 1 Kabupaten Deli Serdang

yang berkewajiban untuk menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan ,

keterampilan dan ahli dalam bidang keteknikan. Untuk mencapai itu SMK Negeri

1 Lubuk Pakam tidak pernah berhenti melakukan evaluasi dan perbaikan- perbaikan

dalam berbagai faktor baik itu peningkatan, pengembangan, penyediaan dan lain

sebagainya.

SMK Negeri 1 Lubuk Pakam terbagi dalam beberapa program keahlian antara

lain; Program keahlian teknik permesianan (TP), Program keahlian teknik

kendaraan ringan Otomotif (TKR), Program keahlian teknik sepeda motor (TSM).

Menurut UU No.20 tahun 2003 sekolah menengah kejuruan sebagai lembaga

pendidikan antara lain , yaitu:


3

1. Tujuan umum sekolah menengah sebagai lembaga pendidikan antara lain :

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan

yang Maha Esa

b. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis

dan bertanggung jawab

c. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan

kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya

bangsa Indonesia, dan

d. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian

terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan

melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya dengan

efektif dan efisien

2. Tujuan khusus sekolah menengah kejuruan sebagai lembaga pendidikan

antara lain :

a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu

bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga

kerja tingkat menengah sesuai kompetensi dalam program keahlian

yang dipilihnya.

b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih

dalam berkompetensi, beradaptasi dilingkungan kerja dan

mengembangkan sikap professional dalam bidang kegiatan yang

diminati.
4

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

agar mempu mengembangkan diri dikemudian hari, baik secara mandiri

maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan

d. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai

dengan keahlian yang dipilihnya.

Supaya tujuan pendidikan dapat tercapai, pemerintah khususnya Departemen

Pendidikan Nasional telah banyak melakukan berbagai upaya dan kebijakan

seperti mengadapan perbaikan kurikulum, menambah sarana dan prasarana

pendidikan, memperbaiki sistem pengajaran dan mengadakan pelatihan pelatihan

begi guru – guru di berbagai daerah yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan mengajar guru.

Namun, pada kenyataannya saat ini banyak lulusan SMK sulit diterima

dilapangan pekerjaan karena masih banyaknya yang belum memiliki keterampilan

yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Dikarenakan siswa SMK belum menguasai

bidang kejuruan yang telah diajarkan di sekolah. Adapun salah satu penyebabnya

yaitu kurangnya pengetahuan siswa yang disebabkan oleh pelaksanaan

pembelajaran yang kurang efektif selama masa Pandemi Covid-19. Dengan

keadaan inilah pendidik harus fleksibel dalam proses pembelajaran pada masa

pandemi covid-19.

Jutaan orang dari 200 lebih negara di dunia telah terinfeksi Corona virus

Disease 2019 atau Covid-19. Penyakit ini disebabkan oleh Severe Acute

Resviratory Syndrome-Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2. Pertama kali dilaporkan

di Kota Wuhan Provinsi Hubei, China dan telah ditetapkan oleh World Health

Organisation (WHO) sebagai pandemi global. Negara-negara terdampak pandemi

pun mengambil kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini.
5

Kebijakan yang diambil diantaranya adalah lockdown, social distancing, stay at

home, dan lain sebagainya. Dampak pandemi melumpuhkan banyak sektor

terutama ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. UNESCO mencatat ada 1,5 milyar

anak usia sekolah dari 188 lebih negara terdampak pandemi Covid-19 dimana 60

juta diantaranya berasal dari Indonesia. Karena itu, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI mengeluarkan surat edaran nomor 4 Tahun 2020. Surat tersebut

menerangkan tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat

Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). Hal ini sangat penting mengingat

aktivitas pembelajaran tetap harus dilaksanakan meski berupa interaksi digital

(Wirman Tobing dan Riczky Azummy, 2020 : 614)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makariem, Menteri

Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian telah menerbitkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di

Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Bersama

tersebut ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2021. (Januaris Pane, 2022 :

70)

Adapun dasar pertimbangan diterbitkannya SKB 4 ini, yaitu: (1) kesehatan

dan keselamatan semua warga satuan pendidikan merupakan prioritas utama yang

wajib dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan pembelajaran di masa

pandemi; (2) berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, terdapat kebutuhan

pembelajaran tatap muka dari peserta didik yang mengalami kendala dalam

melaksanakan pembelajaran jarak jauh; (3) sebagai upaya memprioritaskan

kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan, diperlukan intervensi


6

vaksinasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan sebagai salah satu upaya

percepatan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka, selain penerapan protokol

kesehatan ketat di satuan pendidikan dan pertimbangan epidemiologis kasus Covid-

19.

Dikarenakan pandemi Covid-19 muncullah beberapa metode pembelajaran

salah satunya yaitu Blended Learning. Blended learning adalah metode

pembelajaran campuran yang menggabungkan metode pembelajaran langsung

(synchronous) dan metode pembelajaran mandiri/tidak langsung yang dapat

dilakukan kapan saja (Asynchronous). Pembelajaran Blended Learning terdiri dari

pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face) langsung di kelas

dan pembelajaran yang dilakukan secara daring melalui website (e-learning)

(Ponorogo,2020). Metode pembelajaran blended learning dipercaya menjadi solusi

terbaik saat pembelajaran PJJ seperti saat ini.

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,

walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya

pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan

pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak.

Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran

mengkombinasi antara pengajar, media cetak, clan audio visual. Namun

terminologi blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi

sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat

ini pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan

pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual,

teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning).


7

Sejarah blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya

juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama

adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan

dilakukam menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan

pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama

(Bersin, 2004). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan

basis komputer tetapi daya jangkauannya menjadi lebih lugas melintasi pulau dan

benua karena perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan

dilakukan penyebarannya melalui CD ROM dan internet.

Teknologi digital juga mulai diperkenalkan ke bidang pelatihan sektor swasta,

di mana Friesen menemukan istilah blended learning digunakan sejak 1999.

Teknologi baru memiliki potensi tidak hanya untuk menjembatani ruang, tetapi juga

untuk menjembatani waktu (melalui perekaman), dan untuk pembelajaran

individual yaitu dengan memberikan siswa kontrol atas jalan mereka melalui

materi, dan atas kecepatan belajar (Friesen, 2012).

Definisi awal yang berpengaruh adalah Graham, yang mengusulkan bahwa

sistem blended learning menggabungkan instruksi tatap muka dengan instruksi

yang dimediasi komputer (Graham, 2006). Ini mendefinisikan konsep dalam dua

mode penyampaian kursus, dan mendefinisikan blended atau campuran sebagai

beberapa kombinasi dari dua model.

Pada saat Graham menawarkan definisi ini, komunikasi yang dimediasi

komputer dipandang sebagian besar tidak sinkron dan berbasis teks. Karena aplikasi

telekonferensi sudah umum, Friesen menyarankan perlunya mendefinisikan ulang

"face-to-face" atau tatap muka (F2F) sebagai "co-present" atau bersama-sama. Bagi
8

Friesen, blended learning menunjukkan berbagai kemungkinan yang disajikan

dengan menggabungkan Internet dan media digital dengan bentuk ruang kelas yang

sudah mapan yang memerlukan kehadiran fisik bersama antara guru dan siswa

(Friesen, 2012).

Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi

waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50%

dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25,

artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian

pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75%

pembelajaran online.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMKN 1 Lubuk

Pakam dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada mata Pelajaran

Teknik Pengelasan masih tergolong rendah hal ini dapat dilihat dari hasil ujian

semester ganjil peserta didik pada tahun 2021/2022. Rendahnya hasil belajar siswa

salah satunya dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman siswa atau kurang

mendalami materi pembelajaran yang diberikan dan juga rendahnya minat belajar

siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari : (1) kurangnya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran yang ditunjukkan dengan kurangnya pertanyaan maupun tanggapan

yang ditujukan untuk guru, (2) Kurangnya perhatian siswa pada materi yang

diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 2 Juni 2022 hasil belajar pada

mata pelajaran Teknik Pengelasan kelas X program keahlian Teknik Pemesinan

belum optimal. Nilai rata-rata siswa masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).
9

Berdasarkan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknik Pengelasan

terlihat belum optimal. Pada tahun ajaran 2021/2022 yang dimana, kelas X TP 1

terdapat 20 siswa yang memiliki nilai ≤ 75, 6 siswa yang memiliki nilai 76 – 80, 4

siswa yang memiliki nilai 81 – 89, 0 siswa yang memiliki nilai 90 – 100. Pada kelas

X TP 2 terdapat 19 siswa yang memiliki nilai ≤ 75, 6 siswa yang memiliki nilai 76

– 80, 5 siswa yang memiliki nilai 81 – 89, dan 0 siswa yang memiliki nilai 90 –

100. Dari data tersebut terlihat hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknik

Pengelasan pada kelas X TP 1, dan X TP 2 di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam masih

belum memenuhi kriteria standart nilai ketuntasan belajar.

Hasil observasi yang dilakukan menemukan bahwa metode pembelajaran

yang digunakan di SMKN 1 Lubuk menggunakan aplikasi Whatsapp dan juga

Pembelajaran Tatap Muka untuk pembagian materi yang sebelumnya. Adapun

dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan aplikasi Edmodo dan juga

Pembelajaran Tatap Muka untuk menjelaskan tentang materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa

faktor yang menghambat siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Permasalahan di atas dapat menggambarkan bahwa metode pembelajaran

berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa. Maka penelitian dengan judul

Penerapan Metode Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Teknik

Pengelasan Siswa Kelas X SMKN 1 Lubuk Pakam perlu dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:


10

1. Hasil belajar siswa kelas X mata pelajaran Teknik Pengelasan SMK

Negeri 1 Lubuk Pakam masih tergolong rendah.

2. Kurangnya pemanfaatan teknologi dan media dalam penyampaian materi

yang digunakan guru.

3. Rendahnya pemahaman Blended Learning sebagai model pembelajaran

dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang konsep penerapan dan

manfaat terhadap hasil belajar.

4. Siswa tidak serius dalam menanggapi pembelajaran yang disampaikan

oleh guru.

5. Siswa tidak mau bertanya kepada guru saat tidak memahami pelajaran

yang disampaikan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, agar masalah yang telah

disebutkan diatas untuk memperjelas penelitian dan mendapatkan hasil penelitian

yang fokus maka perlu dilakukan batasan masalah. Penelitian ini berfokus untuk

meneliti masalah Hasil Belajar Pengelasan siswa pada aspek Kognitif yang masih

rendah dan juga penerapan Pembelajaran Blanded Learning , maka masalah yang

dibahas difokuskan pada Penerapan Metode Pembelajaran Blended Learning

Terhadap Hasil Belajar Teknik Pengelasan Siswa Kelas X SMKN 1 Lubuk Pakam

TA 2022/2023.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:


11

1. Apakah penerapan Blended Learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran teknik Pengelasan dikelas X SMK Negeri 1

Lubuk Pakam?

2. Bagaimana Pemahaman siswa pada mata pelajaran teknik Pengelasan di

kelas X SMK Negeri 1 Lubuk Pakam?

3. Apa saja faktor mendukung dan menghambat pembelajaran Blended

Learning agar dapat meningkatkan pemahaman siswa dikelas X SMK

Negeri 1 Lubuk Pakam?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan

Blended Learning.

2. Untuk mengetahui faktor mendukung dan menghambat peningkatan hasil

belajar siswa menggunakan pembelajaran Blended Learning.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan kontribusi terhadap teori yang dijadikan landasan

dalam penelitian, menjadi sumbangan pemikiran didunia pendidikan, dan

referensi dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pada pelajaran

teknik Pengelasan.
12

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

dalam menyelesaikan permasalahan dilapangan. Serta sebagai syarat

dalam menyelesaikan pendidikan program sarjana Universitas Negeri

Medan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi guru SMK

Negeri 1 Lubuk Pakam untuk meningkatkan hasil belajar.

c. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam penanganan

masalah model pembelajaran Blended Learning terhadap hasil belajar

siswa dimasa yang akan datang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa (2008:1101),

hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau

nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan

bahwa penilaian yang diberikan oleh pendidik atau guru kepada siswa, dapat berupa

tes maupun nontes. Menurut Muhibbin Syah (2010: 141), “Hasil belajar adalah

tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah

program”, sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2006: 297), hasil adalah “Nilai

yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai

kemajuan/hasil belajar siswa selama masa tahun tertentu.” Purwanto (2011: 45)

menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia

berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Ranah perubahan itu mengacu kepada

taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom yaitu mencakup

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa teori yang peneliti ambil

tentang pengertian hasil belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan dalam penguasaan pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman belajar dan dapat mengubah sikap atau perilaku peserta didik yang

dapat dinilai dengan cara tes maupun nontes untuk mengetahui kemajuan selama

13
14

masa tahun tertentu yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomotorik.

b. Ranah Penilaian Hasil belajar


Dalam penilaian hasil belajar siswa, biasanya guru hanya condong kepada

skor yang didapat pada tes, padahal hasil belajar tersebut hanya menunjukkan hasil

belajar kognitif dan tidak menyangkut dari ranah hasil belajar lainnya. Purwanto

(2011: 48) berpendapat bahwa “Hasil belajar mencerminkan perubahan perilaku

yang meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor.”Dari pendapat di atas

dapat diketahui bahwa hasil belajar atau hasil belajar siswa bukan hanya terdiri dari

satu ranah saja, melainkan terdiri daritiga ranah yaitu askep kognitif, afektif, dan

psikomotor.Dari tigaranah tersebut diharapkan untuk benar-benar dapat menilai

hasilbelajar siswa secara keseluruhan. Berikut ini adalah definisi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor hasil belajar siswa dalam Purwanto (2011: 48-53).

1). Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan

kognisi. Kognisi yang dimaksud adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu

yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu, kognisi ini

dapat diartikan juga sebagai kecerdasan atau intelegensi. Jadi hasil belajar ranah

kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi yang didapatkan dari proses

berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Ranah kognitif ini dapat diukur

menggunakan tes hasil belajar.Berikut adalah tingkatan perubahan perilaku dalam

ranah kognitif.

(a) Kemampuan Menghafal (knowledge) C1 Menghafal merupakan

kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan


15

kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan

untuk merespons suatu masalah.

(b) Kemampuan pemahaman (comprehension) C2 Pemahaman merupakan

kemampuan untuk melihat hubungan antara satu fakta dengan fakta yang

lain.

(c) Kemampuan penerapan (application) C3 Penerapan adalah kemampuan

kognitif yang digunakan untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan

sebagainya dan digunakan untuk memeahkan masalah.

(d) Kemampuan analisis (analysis) C4 Analisis adalah kemampuan

memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur.

(e) Kemampuan sistesis (synthesis) C5 Sintesis adalah kemampuan

memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam satuan.

(f) Kemampuan evaluasi (evaluation) C6 Evaluasi adalah kemampuan

membuat penilian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

2). Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima ranah.

Ranah afektif ini berkenaan dengan kawasan afeksi yang secara harfiah berarti

semacam status kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal, jadi dapat

disimpulkan bahwa ranah afektif merupakan perubahan perilaku yang terjadi pada

sikap dan nilai seseorang yang disebabkan oleh pengaruh eksternal. Salah satu cara

untuk mengukurhasil belajar afektif adalah dengan menggunakan observasi pada

saatpembelajaran berlangsung maupun menggunakan tes. Ranah afektif ini terdiri

dari lima taksonomi, yaitu:


16

(a) Penerimaan (receiving)

Penerimaan adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan

perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.

(b) Partisipasi atau respon (responding)

Responding adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi.

(c) Penilaian (valuating)

Penilaian adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari

rangsangan tersebut.

(d) Organisasi (organization)

Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilainilai yang dipilihnya

untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.

(e) Internalisasi atau karakterisasi (characterization)

Internalisasi nilai adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk

tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari

pribadi dalam bentuk perilaku sehari-hari.

3) Ranah Psikomotor

Belajar psikomotor tampak dalam perubahanketerampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Salah satucara untuk mengukur hasil belajar ranah

psikomotor ini adalahdengan menggunakan observasi dan tes. Taksonomi hasil

belajar psikomotorik diklarifikasikan menjadi enam, yaitu:

(a) Persepsi (perception)

Persepsi merupakan kemampuan hasil belajar psikomotorik yang paling

rendah. fPersepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan

gejala lain.
17

(b) Kesiapan (set)

Kesiapan adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu

gerakan.

(c) Gerakan terbimbing (guided response)

Gerakan terbimbing adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model

yang dicontohkan.

(d) Gerakan terbiasa (acustomed movement)

Gerakan terbiasa adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model

contoh.Kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi

kebiasaan.

(e) Gerakan kompleks (complex movement)

Gerakan kompleks adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan

dengan cara, urutan, dan irama yang tepat.

(f) Kreativitas (creativity)

Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gerakangerakan baru yangtidak

ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi

kombinasi gerakan baru yang orisinal.

Berdasarkan klasifikasi ranah penilaian hasil belajar di atas,peneliti akan

mengukur hasil belajar untuk ranah kognitif, dan ranah afektif. Ranah kognitif

yang tidak diteliti adalah kemampuan evaluasi/penilaian karena kurang relevan

dengan materi yang sedang dipelajari, sedangkan ranah afektif disesuaikan dengan

indikator kemampuan afektif yang harus dimiliki oleh siswa pada materi yang

diteliti. Ranah psikomotor yang diteliti ditentukan dan disesuaikan dengan

indikator kemampuan psikomotor yang harus dimiliki oleh siswa pada materi yang
18

diteliti.

c. Hasil Belajar Teknik Pengelasan

Belajar merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Slameto (2010:2)

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya

sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat diatas dapat

diketahui bahwa melalui proses belajar akan menyebabkan perubahan pada diri

individu terhadap suatu keadaan yang lebih baik.

Sejalan dengan itu Thursam Hakim (2005:1) mengatakan belajar adalah suatu

proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kwalitas dan kwantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah

mengikuti suatu tes, hasil belajar yang dilakukan setelah menyelesaikan suatu

program pembelajaran. Pengelasan adalah salah satu bidang yang diajarkan di

SMK. Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara

mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan

dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang

kontinu.

Mata pelajaran teknik pengelasan bertujuan agar siswa mampu

mengidentifikasi jenis dan fungsi alat-alat pengelasan, berbagai jenis dimensi.

Untuk aspek sikap, siswa diharapkan mampu menyadari pentingnya Kesehatan dan
19

keselamatan kerja, responsive, kreatif, dan inovatif dalam kegiatan teori maupun

praktek materi pelajaran pengelasan dengan tingkat presisi secara teliti dan cermat.

Selanjutnya untuk aspek keterampilan bertujuan agar siswa mampu memahami

berbagai dimensi dan menentukan kepresisian pemakaian alat-alat pengelasan.

Berdasarkan ketiga komponen kompotensi tersebut, hasil belajar penggunaan alat-

alat pengelasan mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian

kegiatan pembelajaran berupa pemberian saran, penambahan, dan perbaikan dapat

berjalan selama kegiatan berlangsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar Teknik Pengelasan

yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa dalam bidang Pengelasan yang

menjadi gambaran tingkat penguasaan siswa tentang materi pelajaran Pengelasan

pada Aspek Kognitif yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran Teknik

Pengelasan.

2. Blended Learning

a. Pengertian Blended Learning

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang

terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya campuran atau

kobinasi yang baik. Blended learning ini pada dasarnya merupakan gabungan

keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara virtual.

Menurut Moebs dan Weilbelzahi (2015) yang dikutip dari Husamah Blended

learning sebagai pencampuran online dan pertemuan tatap muka (face to face

meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi.

Menurut Sulihin(2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Blended

Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siwa Tingkat SMK”
20

Blended learning merupakan kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan

lingkungan pembelajaran elektronik atau Blended learning.

Berbeda dengan Sulihin menurut Izuddin Syarif (2012) dalam jurnalnya yang

berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Siswa

SMK” Blended learning merupakan suatu pendekatan yang fleksibel untuk

merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat

untuk belajar.

Sedangkan menurut Hermawanto, S. Kusairi Dan Wartono (2013) dalam

jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Penguasaan

Konsep Dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas XI” Blended learning yaitu

pembelajaran yang mengkombinasikan tatap muka dengan pembelajaran online.

Jadi, Blended Learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan

tatap muka dan tidak tatap muka di mana pembelajaran berbasis online atau E-

learning menjadi media yang memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Sehingga ada perubahan dalam proses pembelajaran, blended learning

juga merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran sistem

konvensional dan modern. Dengan blended learning siswa akan merasakan

pengalaman belajar yang baru.

b. Karakteristik Blended Learning

Pembelajaran jarak jauh bukan hal yang sulit untuk dilakukan karena

perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Kemudahan mengakses internet

menjadikan teknologi sebagai pilihan yang tepat dalam kegiatan pembelajaran

sebab peserta didik dapat mengakses internet kapan pun dan dimana pun. Oleh

sebab itu, model pembelajaran Blended Leaarning menjadi alternatif bagi guru
21

untuk terus dapat terhubung dengan siswa. Menurut Husamah (2014:16) ada empat

karakteristik Blended learning yaitu sebagai berikut:

1) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,model

pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang

beragam.

2) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung atau tatap muka (face to

face), belajar mandiri, dan belajar via online

3) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

4) Pengajar dan orang tua peserta belajar memiliki peran yang sama penting,

pengajar sebagai fasilitatator, dan orang tua sebagai pendukung.

c. Komponen Dalam Blended Learning

Mengacu pada pengertian Blended Learning bahwa pembelajaran ini

merupakan gabungan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran

secara e-learning maka komponen dalam blended learning menurut Husamah

(2014) terdiri dari 4 komponen antara lain Face to face learning, E-learning Offline,

E-learning Online, dan Mobile Learning.

1) Face to face learning

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar peserta didik dengan mempertimbangkan kejadian -

kejadian eksternal yang berperan dalam rangkaian kejadian internal yang

berlangsung pada peserta didik (Winkel, 1991). Pembelajaran formal pada

umumnya dilakukan di sekolah berlangsung melalui model pembelajaran secara

tatap muka (face-to-face). Menurut Bintek KTSP dalam (Husamah. 2014:83),


22

pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses

interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik. Pembelajaran ini berlangsung

secara tatap muka antara guru dan siswa dalam suatu lokasi yang ditentukan secara

umum berada diruang kelas.

Pada umumnya pembelajaran tatap muka ini berlangsung dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan, siswa berkewajiban untuk

menerima materi yang guru sampaikan dalam kelas dan dapat merangkumnya

sehingga menerima maksud dari materi yang guru sampaikan.

2) E-learning Offline

Pembelajaran e-learning offline menurut Artawan dalam (Husamah

2014:113). Merupakan salah satu bentuk pembelajaran elektronik (e-learning) yang

pelaksanannya tidak menggunakan jaringan intranet atau internet. Pembelajaran

elearning offline dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis komputer. Media

e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD.

Pembelajaran berbasis e-learning offline dalam pelaksanaannya tidak

menggunakan jaringan penghubung atau LAN. Biasanya, sistem ini hanya

menggunakan komputer sebagai alat bantu belajar.

3) E-learning Online

E-learning adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik

sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran (Daryanto 2015:162).

Sebagian besar berasumsi bahwa elektronik yang dimaksud di sini lebih diarahkan

kepada penggunaan teknologi komputer dan internet, jika salah satu tidak

mendukung maka kegiatan pembelajaran online ini akan mengalami hambatan.


23

Internet bisa dilakukan secara terprogram seperti penggunaan e-learning.

Pada program ini guru menyiapkan akun dan membuat kelas di program tersebut

serta memasukan akun siswanya kedalam kelas yang telah digunakan. Program ini

dapat berjalan jika semua komponen pendukungnya lengkap tidak ada kendala. Jika

salah satunya tidak sesuai maka akan susah melakukan pembelajaran secara online

ini.

4) Mobile learning

Mobile learning atau m-learning didefinisikan oleh Clark Quinn ialah

penggunaan perangkat keras yang bergerak, seperti PDA, Laptop, Smartphone MP3

player, dan lain-lain, meski m-learning ini terkait dengan e-learning dan

pendidikan jarak jauh, namun berbeda fokusnya pada pembelajaran seluruh konteks

dan pembelajaran dengan menggunakan perangkat mobile (Husamah 2014: 175).

M-learning juga merupakan pembelajaran yang unik karena pembelajaran

dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan

pembelajaran , kapanpun dan dimanapun salah satu aplikasi yang bisa diakses ialah

edmodo atau quipper school, aplikasi aplikasi tersebut bersifat edutainment

(education dan entertainment) dan unik dalam pembelajarannya dapat berlangsung

secara menyenangkan sehingga sisa tidak mudah bosan dalam melangsungkan

pembelajaran karena bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun sesuka hati siswa

masing-masing.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Blanded Learning

dalam penelitian ini adalah penggabungan antara face to face learning

(pembelajaran tatap muka) dan juga m-learning yang menggunakan aplikasi

edmodo.
24

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arsinda Damayanti Arasy yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Dapat Meningkatkan Interaksi

Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pemesanan Dan Perhitungan Tarif Penerbangan

(Pptp) Kelas XI UPW di SMK Negeri 8 Makassar Dalam Proses Pembelajaran

Daring Tahun Ajaran 2020/2021.” berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan

dengan menerapkan model pembelajaran Blended Learning pada mata pelajaran

Pemeanan dan Perhitungan Tarif Penerbangan (PPTP) di Kelas XI UPW SMKN 8

Makassar Tahun Ajaran 2020/2021 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a Peningkatan yang terjadi pada Siklus I tentang interaksi peserta didik

dalam hal kehadiran, pengumpulan tugas dan keaktifan baik dengan

sinkron ataupun asinkron tidak mengalami perubahan yang sangat bagus

atau dalam hal ini cukup memuaskan dengan hasil yang diperoleh adalah

75% dari kegiatan awal yang dilakukan dengan menerapkan model

pembelajaran Blended Learning yaitu 66,25%. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya peningkatan interaksi yang terjadi pada kegiatan

pembelajaran sebesar 8,75%.

b Interaksi peserta didik pada pembelajaran daring mata pelajaran Pemesanan

dan Perhitungan Tarif (PPTP) pada Siklus II mengalami peningkatan

dengan menerapkan model pembelajaran Blended Learning yaitu sebesar

79,38% dari hasil yang ditunjukkan pada Siklus I yaitu 75%. Dengan

demikian penelitian pada Siklus II ini untuk meningkatkan interaksi

peserta didik dalam hal kehadiran, pengumpulan tugas, dan keaktifan baik
25

sinkron ataupun asinkron sebesar 4,38% dan jika dibandingkan dengan

awal percobaan menerapkan Blended Learning yaitu sebesar 13,13%

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nidia Hidayati yang berjudul “

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Blended Learning

Berbantuan Media Bongkar Pasang Pada Materi Tatanama Senyawa Di SMA

Negeri 1 Bandar Baru “ berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang

telah peneliti uraikan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

a. Aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran blended learning

berbantuan media bongkar pasang pada materi tatanama senyawa

mengalami peningkatan dengan persentase 84,37% pada siklus i dan

94,79% pada siklus ii.

b. Aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran blended learning

berbantuan media bongkar pasang pada materi tatanama senyawa

mengalami peningkatan dengan persen 84,32% pada siklus i, dan pada

siklus ii meningkat menjadi 93,21%.

c. Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning berbantuan media

bongkar pasang pada materi tatanama senyawa memiliki nilai persentase

pada siklus i sebesar 91,15% dan siklus ii menjadi 92,31% menyatakan

sangat positif.

d. Hasil belajar siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 1 Bandar Baru terjadi

peningkatan pada materi tatanama senyawa setelah diterapkan model

pembelajaran blended learning berbantuan media bongkar pasang yaitu

siklus i dengan nilai rata-rata 62,69 dan siklus ii 83,08. Ketuntasan klasikal
26

siklus i adalah 53,84% dan pada siklus ii 84,61% memenuhi kkm pada

materi tatanama senyawa.

C. Kerangka Konseptual

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi antara pendidik

dengan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan. Salah satu tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah hasil belajar

siswa yang optimal. Pada kenyataannya masih terdapat siswa yang kurang optimal

hasil belajarnya. Banyak dari peserta didik yang mengeluh kurang bisa mengikuti

proses pembelajaran dengan baik dikarenakan model yang diterapkan oleh guru

sangat monoton, dan juga ada yang mengeluh tidak berani menyampaikan

pertanyaan kepada guru, serta merasa kurang waktu di jam sekolah untuk berdiskusi

serta memahami materi yang ada.

Guna mewujudkan tujuan pembelajaran dan meminimalisir faktor-faktor

tersebut, pendidik harus selalu berupaya untuk memaksimalkan penggunaan model

serta media pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang dapat digunakan

dalam pembelajaran adalah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Kemajuan teknologi tersebut dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan

membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Tidak lepas dari

itu, pembelajaran secara tatap muka juga tak kalah pentingnya dalam proses

pembelajaran terutama pada mata pelajaran Teknik pengelasan.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian relevan yang telah diuraikan,

terdapat kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada proses pembelajaran tatap

muka dan pembelajaran E-learning. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan dari


27

model pembelajaran tersebut, maka dikembangkanlah model pembelajaran

Blended Learning. Model pembelajaran Blended Learning ini dapat mengurangi

kelemahan - kelemahan dari pembelajaran tatap muka dan pembelajaran E-

learning. Model pembelajaran ini dapat menggunakan media sosial yang

notabenenya banyak digunakan oleh peserta didik. Biasanya media sosial itu sering

digunakan oleh peserta didik untuk bercengkerama dengan temannya dan

cenderung berdampak negatif untuk hasil belajar. Namun dengan penggunaan

model pembelajaran Blended Learning ini nantinya dapat membawa dampak positif

media sosial dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media sosial ini

nantinya akan membantu guru untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik

sehingga guru dapat memberikan penjelasan serta menjawab pertanyaan dari siswa,

serta untuk memberikan materi pelajaran, tugas dan materi latihan kepada peserta

didik.

Penggunaan model pembelajaran Blended Learning ini diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan kajian teori dan hasil

penelitian relevan yang telah diuraikan, sebelum dilaksanakan penggunakan model

pembelajaran Blended Learning hasil belajar kognitif siswa masih belum maksimal

dengan dilihat dari persentase KKM siswa dalam satu kelas kurang dari 70%.

Setelah menerapkan model pembelajaran Blended Learning diharapkan akan

meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sekurang-kurangnya 75% dari

keseluruhan jumlah di dalam satu kelas.


28

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian Tindakan Kelas Blended

Learning

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan

bahwa “Penerapan Model Pembelajaran Blended learning dapat Meningkatkan

Hasil Belajar Teknik Pengelasasn Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri

1 Lubuk Pakam”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam dan

waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran Teknik Pengelaan pada

kelas X sehingga tidak menganggu aktivitas belajar mengajar di SMK Negeri 1

Lubuk Pakam.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas X TP 1 SMK Negeri 1 Lubuk Pakam

yang terdiri dari 30 siswa dan 1 guru pengampu mata pelajaran teknik pengelasan

SMK Negeri 1 Lubuk Pakam

C. Desain Penelitian dan Prosedur Tindakan

Penyelenggaraan penelitian dimulai dengan siklus 1, jika hasil siklus 1

berhasil maka siklus II dilakukan sebagai pemantapan.

1. Pra Tindakan

a. Permohonan izin kepala sekolah untuk melakukan observasi .

b. Untuk mengetahui gambaran awal terkait situasi dan kondisi proses

pembelajaran maka dilakukan wawancara dengan salah satu guru teknik

pengelasan di kelas X SMKN 1 Lubuk Pakam.

c. Mengidentifikasi masalah dengan mengkaji hasil wawancara terhadap

pembelajaran teknik pengelasan di kelas X SMKN 1 Lubuk Pakam

29
30

d. Menentukan kelas dengan pertimbangan yang memiliki hasil belajar masih

rendah yaitu kelas X TP 1 SMK Negeri 1 Lubuk Pakam.

e. Menganalisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul

penelitian.

f. Menyusun proposal dan melakukan revisi bersama dengan dosen

pembimbing. g. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

h. Menyusun soal Post Test sebagai bahan evaluasi yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan kognitif siswa.

i. Menyusun instrumen pengumpulan lainnya berupa lembar observasi.

j. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen hingga

memperoleh persetujuan untuk dilakukan penelitian.

2. Desain Penelitian Siklus I

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan

penelitian.

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dilakukan

persiapan dan penyusunan instrument pembelajaran serta instrument penelitian

sebagai berikut:

1) Diskusi bersama guru untuk menyusun rencana RPP yang akan digunakan.
31

2) Menyiapkan alat, bahan, sumber belajar yang diperlukan untuk

pembelajaran siklus I.

3) Membuat lembar observasi siswa dan Post test pada siklus I

4) Menyusun lembar observasi terkait aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap ini peneliti akan mengajar langsung selama proses pembelajaran

dan bertindak sebagai guru. Dalam tahap pelaksanaan tindakan kelas, peneliti

beracuan dan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

telah disusun sebelumnya. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran Blended Learning yang diharapkan dapat digunakan sebagai upaya

peningkatan hasil belajar dengan membangun suasana yang kreatif, efektif, efesien,

dan menyenangkan.

Pada tahap ini peneliti bersama guru menyiapkan terlebih dahulu semua

kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran tatap muka secara virtual.

Setelah itu, guru dan peneliti login ke aplikasi video conference yaitu aplikasi zoom

dan memberikan ID serta password zoom cloud meeting kepada siswa melalui

Edmodo agar siswa juga dapat login. Kemudian sebelum memasuki materi, guru

bersama peneliti memberikan apersepsi diawal, menyampaikan indikator dan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setelah itu memberikan sedikit pengantar

materi dan kemudian guru bersama peneliti menyajikan sebuah masalah yang

diberikan di Edmodo. Siswa diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan

menerapkan keterampilan.
32

Setelah selesai, guru bersama peneliti meminta agar siswa login ke zoom

cloud meeting, guru bersama peneliti meminta siswa menyajikan hasil dari

penyelesaian masalah tersebut. Setelah selesai, guru bersama peneliti meminta agar

setiap siswa menanggapi hasil penyelesaian masalah yang disampaikan temannya.

Guru bersama peneliti membantu memberikan penguatan serta diakhir

pembelajaran siswa diminta untuk dapat memberikan kesimpulan terikait apa yang

telah dipelajari. Setelah itu, pada pertemuan selanjutnya dilakukan pembelajaran

secara asinkron kolaboratif (collaborative asynchronous) dengan Edmodo. Peneliti

bersama guru menyiapkan beberapa permasalahan terkait materi pembelajaran,

kemudian peserta didik diminta untuk mendiskusikan solusi ataupun tanggapan atas

permasalahan tersebut di Edmodo, waktu pembelajaran disesuaikan dengan RPP.

Peneliti bersama guru memberikan penguatan diakhir proses pembelajaran.

c. Obsevasi (Observing)

Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Observasi

dilakukan oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer. Kegiatan observasi

yang dilakukan oleh guru kelas adalah mengamati proses mengajar yang dilakukan

oleh peneliti selama proses belajar mengajar. Kegiatan yang dilakukan oleh dua

observer adalah mengamati aktivitas siswa selama proses pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi

Pada kegiatan refleksi, data yang diperoleh dari hasil post test siswa dan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh observer guru mata pelajaran teknik pengelasan

akan dianalisis oleh peneliti. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan mengadakan

diskusi dan analisis, terkait kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran
33

berlangsung yang ditujukan sebagai bahan pertimbangan serta menjadikannya

bahan untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II nantinya agar proses

pembelajaran lebih baik.

3. Desain penelitian siklus II dan seterusnya

Kegiatan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya dilaksanakan

menyesuaikan kebutuhan penelitian. Pelaksanaan tahapan siklus II sama dengan

siklus I yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang masih rendah

dengan memperhatikan kendala-kendala yang pada tahap siklus I, dengan tujuan

hasil belajar pada siklus II sampai akhir siklus berikutnya lebih baik dari siklus

sebelumnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes Hasil belajar

Tes hasil belajar merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data hasil belajar ranah kognitif. Dengan dilakukannya tes hasil

belajar diharapkan akan mempermudah peneliti untuk mengevaluasi yang telah

dilakukan pada siklus I dan harapannya dapat meningkat pada siklus II penelitian

ini. Menurut Muhibbin Syah (2013: 140), “Tes Hasil belajar (TPB) adalah alat ukur

yang banyak digunakan untuk menemukan taraf keberhasilan sebuah program

pembelajaran.”

Menurut Sugihartono, (2007: 139-141) tes merupakan prosedur atau alat yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana yang telah

ditentukan, dan dengan cara serta aturan-aturan yang sudah ditentukan. Selain itu
34

dengan tes, maka individu yang dievaluasi dihadapkan pada situasi yang telah

distandarisasikan sehingga semua individu yang dites mendapat perlakuan yang

sama.

Adapun ciri-ciri situasi yang terstandar adalah sebagai berikut: a. Semua

individu yang dites akan memberikan jawaban dari pertanyaan dan perintah sama.

b. Semua individu akan mendapat perintah yang sama dan perintah tersebut harus

jelas sehingga semua individu memahami makna perintah tersebut. c. Cara koding

terhadap hasil tes harus dibuat seragam sehingga jawaban yang sama akan

mendapat skor yang sama. d. Waktu dan penyelenggaraan tes juga harus seragam

dalam arti setiap individu mempunyai kesempatan dan waktu yang sama dalam

melaksanakan tugas atau dalam menerima pertanyaan. Tes hasil belajar yang dibuat

oleh peneliti, berdasarkan materi yang telah diberikan oleh peneliti. Materi tes hasil

belajar ini sesuai dengan kurikulum serta kompetensi dasar yang telah dirancang

oleh sekolah dan guru mata pelajaran Teknik pengelasan.

Sebelum peneliti memberikan tes belajar ini kepada siswa, dikonsultasikan

terlebih dahulu dengan guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar materi tes

dapat sesuai dengan materi yang diinginkan oleh guru serta untuk mengukur tingkat

kesukaran soal yang diberikan kepada siswa. Tes ini dibuat untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran serta mengetahui tingkat penguasaan

materi pembelajaran siswa yang menggunakan model pembelajaran Blended

Learning. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tes pada setiap siklus,

yaitu pretest dan post-test. Bentuk soal yang digunakan dalam pre-test dan posttest

yaitu pilihan ganda dan isian singkat untuk siklus I, kemudian untuk siklus II

peneliti menggunakan bentuk soal pilihan ganda


35

Terdapat dua tes yang diberikan kepada siswa, yaitu: a. Tes yang diberikan

pada awal pertemuan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

sebelum dilakukan proses pembelajaran. Tes ini dikerjakan oleh siswa secara

individu yang disebut dengan pre-test. b. Tes yang diberikan pada akhir siklus yang

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dicapai pada setiap siklus,

dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Tes

yang diberikan pada akhir siklus ini sering disebut dengan post-test.

Tabel 3.1 Kisi – kisi Uji Tes Hasil Belajar Pengelasan

Aspek dan nomor butir Jumlah


Kompetensi Dasar Indikator
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1. Menyiapkan  Persyaratan pengelasan
perlengkapan ditentukan berdasarkan
material untuk spesifikasi pekerjaan
pengelasan pengelasan
 Material disiapkan 20,3,18
dengan benar dengan 1,2,27 4,5 23 10
,30
mengguna-
kan perkakas dan teknik
 Material dipasang/
diletakkan sesuai
spesifikasi
 Mesin las dan elektroda
diidentifikasi 15,
2. Pemilihan berdasarkan prosedur 11,12,
16,17,
pengesetan mesin pengelasan yang telah 14,34, 6 13
22,
las dan elektroda ditentukan dan 38,39
25,32
spesifikasi dan/atau
gambar- gambar teknik.
 Peralatan pengelasan
di- hubung
3. Menghubung kan dan diset dengan
kan dan aman dan benar sesuai 7,10,
mengeset dengan prosedur 21,29 24 7
13
peralatan operasi standar
pengelasan  Percobaan dilakukan dan
diperiksa berdasarkan
spesifikasi.
36

 Metoda pencegahan
4. Mengidentifikas
distorsi ditentukan
i metoda
 Tindakan yang tepat 31 28 8 3
pencegahan
dilakukan untuk
distorsi
mengurangi dan
(pergeseran)
memperbaiki distorsi.
 Las dilakukan dengan
benar pada posisi datar,
horizontal dan vertical
5. Mengelas
sesuai dengan
material dengan
spesifikasi.
proses yang 19,
 Tindakan pencegahan
benar sesuai 9 2
distorsi dilakukan bila-
kualitas yang
mana diperlukan.
diterangkan oleh
 Sambungan di-
standar nasional/
bersihkan sesuai
ISO
spesifikasi dengan
menggunakan perkakas
dan teknik yang tepat
 Sambungan las
diperiksa secara
6. Memeriksa visual sesuai ,36, 35,
pengelasan/ spesifikasi. 33 5
40 37
cacat pengelasan  Cacat pengelasan
diidentifikasi.

Jumlah 40

2. Nontes

a. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti dengan cara

melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai proses pembelajaran di kelas,

media online dan menilai hasil belajar siswa. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi ini digunakan

untuk menilai kemampuan afektif siswa selama melaksanakan proses pembelajaran

agar kemampuan siswa dapat dipantau secara langsung.


37

b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai

penguat data penelitian. Studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data

berupa profil sekolah, silabus, RPP, bahan ajar yang digunakan, dan hasil belajar

siswa pada kompetensi dasar sebelum dilakukan penelitian yang berguna untuk

mempersiapkan materi pembelajaran, soal latihan dan tes hasil belajar.

E. Indikator Keberhasilan

Penelitian dapat dikatakan berhasil jika pada setiap siklusnya hasil belajar

siswa mengalami peningkatan dan sekurang-kurangnya 75% siswa dalam satu kelas

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah

masing-masing. PTK ini dikatakan berhasil jika mencapai indikator yang telah

ditetapkan yaitu 75% dalam satu kelas mendapatkan nilai ketuntasan minimal yaitu

75.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi dalam

proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa kemudian dianalisis. Analisis data

merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Menurut Wina

Sanjaya (2009:106) analisis data adalah suatu proses mengola dan menginterpensin

data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan

fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan

penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data

statistic deskriptif untuk menggambarkan data tentang nilai hasil belajar siswa, dan
38

penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya unuk menggambarkan data tentang

hasil belajar siswa Teknik pengelasan secara blended learning. Teknik analisis data

deskriptif kuantitatif bertujuan menggambarkan data tentang nilai tes hasil belajar

berupa hasil praktek Teknik pengelasan siswa.

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar dan lembar observasi adalah

data kuantitatif yang menunjukkan penilaian atas hasil belajar siswa ranah kognitif,

afektif dan psikomotor dalam penelitian ini.

Berikut ini penjelasan langkah analisis data hasil belajar siswa melalui

tes hasil belajar dan observasi.

a. Hasil belajar Siswa Ranah Kognitif

Menghitung nilai pre-test dan post-test pada setiap siklus menggunakan

rumus sebagai berikut.

Nilai = 10

b. Hasil belajar ranah afektif

Data hasil observasi hasil belajar afektif dalam penelitian ini

menggunakan skala likert yang dimodifikasi, yaitu Sangat Baik (4), Baik (3),

Tidak Baik (2), dan Sangat Tidak Baik (1) (Sugiyono, 2012: 135).

Menghitung nilai afektif siswa dari hasil observasi dihitungdengan rumus

berikut.

Sk = ∑ fx

Keterangan: Sk = Skor yang diperoleh

∑ fx= Jumlah nilai setiap ranah

(Sugiyono, 2012: 49)


39

c. Hasil belajar siswa ranah kognitif, afektif dan psikomotor

1) Menghitung rata-rata nilai siswa pada masing-masing siklus

menggunakan rumus sebagai berikut.

∑ =
Me

Keterangan :

Me : Rata-rata (Mean)

∑ fx : Jumlah semua nilai

N : Jumlah siswa dalam satu kelas(Sugiyono, 2012: 49)

2) Menghitung ketuntasan belajar dengan rumus sebagai berikut.

Ketuntasan Belajar = 100%

3) Menghitung peningkatan hasil belajar siswa siklus I ke siklus IIyang

dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

a) Peningkatan nilai rata-rata

Peningkatan nilai rata-rata = Me siklus II – Me siklus I

Persentase peningkatan =

100%

Keterangan :

Me = Rata-rata (Mean)

b) Peningkatan ketuntasan belajar

Peningkatan ketuntasan belajar = KB siklus II – KB siklus I

Keterangan :

KB = Ketuntasan Belajar.

2. Analisis Data Deskriptif Kualitatif

Analisis data kualitatif ini digunakan untuk mendeskrisikan data yang berasal
40

dari catatan lapangan berupa seluruh catatan rangkaian pembelajaran dimana data

yang diperoleh berbentuk data kualitatif. Langkah-langkah analisis data yang

dilakukan dalam penelitian ini, yaitu penyajian data dalam bentuk uraian pada

pelaksanaan penelitian dan penarikan kesimpulan yang disajikan pada hasil

penelitian terkait pelaksanaan proses pembelajaran.


41

RUJUKAN

Agus, Suprijono. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bonk dan Graham. (2006). The Handbook of Blended Learning. USA :Pfeiffer.

Gagne. Robert M. (1989). Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. (terjemah


Munandir). PAU Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Hakim, Thursan. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakara : Puspa Swara.

Hermawanto, Kusairi, Wartono. (2013, Januari). Pengaruh Blanded Learning


Terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Pp. 67-76.
Husamah. (2014). Pembelajaran Bauran (Blanded Learning). Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2008

Maisaroh, & Rostrieningsih. (2010). Peningkatan hasil belajar siswa dengan


menggunakan metode pembelajaran active learning tipe quiz team pada mata
pelajaran keterampilan dasar komunikasi di SMK negeri 1 bogor. Jurnal
ekonomi & pendidikan, volume 8 nomor 2, november 2010. Bogor: [online].

Muhibbin Syah. (2013). Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , Bandung


PT Remaja Rosdakarya
Mustamin, St Hasmiah. “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Penerapan Asesmen Kinerja,” Lentera Pendidikan 13, Vol. 13, No. 1 (2010).
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Sjukur, sulihin B. (2012). Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar
Dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan . Vol 2 .
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sudijono. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
42

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Syarif, Izuddin. (2012). Pengaruh Blanded Learning Terhadap Motivasi dan


Prestasi Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol 2.

Tobing, Wirman dan Riczky Azummy (2020). Hubungan Covid-19 Terhadap


Sektor Pendidikan, Ekonomi, dan Pertanian (Ekologi) di Indonesia. Jurnal
Syntax Admiration. Vol 1.
43

LAMPIRAN 1 Kisi-kisi soal Teknik Pengelasan


SOAL PILIHAN BERGANDA
Petunjuk!
1. Baca pertanyaan dengan seksama dan mulailah mengisi dari soal menurut
anda paling mudah.
2. Pilih jawaban paling benar dengan memberikan tanda bulat (X), pada salah
satu option yang tersedia (a/b/c/d/e)
3. Jawaban anda merupakan masukan yang sangat penting, oleh sebab itu
isilah dengan sebaik-baiknya tanpa dipengaruhi siapapun dan apapun.
4. Jika terdapat soal yang kurang jelas tanyakan kepada pengawas.
5. Waktu : 30 menit
Nama : Hari, Tanggal:
Kelas :
Jurusan :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda bulat (X) pada
jawaban yang paling tepat!

1. Nama lain dari las busur metal adalah ...


A. Solid state welding
B. Liquid state welding
C. SMAW
D. OAW
E. MIG
2. Pengelasan SMAW adalah proses pengelasan...
A. Menggunakan argon sebagai pelindung
B. Menggunakan gas asitilen sebagai bahan bakar
C. Menggunakan elektroda terbungkus
D. Menggunakan serbuk fluks yang terpisah dengan kawat eletroda
E. Pengelasan otomatis

3. Fungsi dari alat dan mesin pengelasan yang ditunjukan anak panah
adalah...
A. Meletakan elektroda
B. Memperkecil arus
44

C. Memperbesar arus
D. Mengaliri arus pada benda kerja
E. Sebagai pengaman pada kabel

Perhatikan gambar berikut ini!

4. Bagian manakah dari peralatan tersebut yang harus terisolasi dengan baik?

A. 1,2,3, dan 4
B. 1,3,4, dan 5
C. 2,4,5, dan 7
D. 5,6,7, dan 8
E. 3,4,6, dan 8
5. Berdasarkan soal nomor 1, manakah nama bagian yang tepat pada peralatan
tersebut yang harus terisolasi dengan baik?
A. Stop kontak, sumber arus las, kabel penghantar arus las (untuk
elektroda), dan kabel penghantar arus las (untuk benda kerja)
B. Stop kontak, kabel penghantar arus las (untuk elektroda), dan kabel
penghantar arus las (untuk benda kerja), dan penegang elektroda
45

C. Sumber arus las, kabel penghantar arus las (untuk benda kerja),
penegang elektroda, dan klem benda kerja
D. Penegang elektroda, meja kerja, klem benda kerja, dan benda kerja
E. Stop kontak,pemegang elektroda dan benda kerja
6. Kandungan air maksimum untuk lapisan pelindung elektroda baja karbon
jenis low hydrogen (E 7016, E 7018, E 7028, dan E 7048) sebagai aslinya
dari pabrik pembuat atau setelah kondisi fisiknya diperbaiki kembali tidak
boleh melebihi ….
A. 0,5 % dari berat keseluruhan
B. 0,5% dari berat semula
C. 0,6% dari berat keseluruhan
D. 0,6% dari berat semula.
E. 0,7 % dari berat semula.

Perhatikan langkah kerja berikut!

(1) Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan


prosedur penanganan kebakaran yang jelas/tertulis.
(2) Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel
las dan dari kabel las ke benda kerja / meja las serta sambungan dengan
tang elektroda.. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang
secara benar dan rapat.
(3) Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan.
(4) Pakai pakaian kerja yang aman.
(5) Konsentasi dengan pekerjaan.
(6) Setiap gerakan elektroda harus selalu terkontrol.
(7) Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks.
(8) Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara
benar.
(9) Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
(10) Selalu gunakan kaca mata pengaman ( bening ) selam bekerja.
(11) Bersihkan terak dan percikan las sebelum melanjutkan pengelasan
berikutnya.
46

(12) Matikan mesin las bila tidak digunakan


(13) Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan
kembalikan peralatan yang dipakai pada tempatnya.
7. Yang manakah prosedur umum saat sedang melakukan pengelesan?
A. (1), (2), (4), (6), (7), (12)
B. (3), (5), (7), (9), (11), (13)
C. (2), (3), (6), (8), (9), (11)
D. (2), (4), (6), (8), (10), (12)
E. (3), (4), (5), (8), (10), (11)
(1) Pengelasan secara selang-seling dengan arah pengelasan yang
berlawanan.
(2) Pengelasan seimbang
(3) Metode pendingin buatan

8. Manakah yang berfungsi sebagai tindakan pencegahan distorsi?

A. (1) dan (2)


B. (2) dan (3)
C. (1) dan (3)
D. Semua benar
E. Semua salah

9. Metode yang sering digunakan untuk memperbaiki kebulatan poros dan


setiap jalur pengelasan dilakukan berseberangan serta bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan kontraksi dan mengurangi perubahan
bentuk adalah …

A. Pengelasan seimbang
B. Pengelasan selang-seling
C. Metode pendingin buatan
D. Pengelasan melingkar
E. Tidal ada jawaban yang benar

10 Jika diketahui tegangan yang digunakan 100 A dan 125 A menghasilkan


47

kekuatan 30,8 Kg/mm2 dan 38,5 Kg/mm2. Maka pada tegangan berapa
untuk menghasilkan kekuatan Tarik sambungan las 53,9 Kg/mm2 ?
a. 145 Ampere
b. 155 Ampere
c. 165 Ampere
d. 175 Ampere
e. 185 Ampere
11. Jarak antara ujung elektroda dengan benda kerja yang baik adalah...
a. 4/5 diameter elektoda
b. ¼ diameter elektroda
c. ½ diameter elektroda
d. 1 diameter elekrota
e. 2 diameter elekroda

12. Jika Roy ingin mengelas menggunakan tegangan rendah dengan kawat las
yang tebal maka apa yang akan terjadi bahan yang dilas?
a. Pekerjaan cepat dan hasil memuaskan
b. Pekerjaan lambat dan hasil memuaskan
c. Pekerjaan lambat dan hasil kurang memuaskan
d. Pekerjaan cepat dan hasl kurang memuaskan
e. Pekerjaan maksimal

13. Jika diketahui tegangan yang digunakan 100 A dan 125 A menghasilkan
kekuatan 30,8 Kg/mm2 dan 38,5 Kg/mm2. Maka pada tegangan berapa
untuk menghasilkan kekuatan Tarik sambungan las 53,9 Kg/mm2 ?
a. 145 Ampere
b. 155 Ampere
c. 165 Ampere
d. 175 Ampere
e. 185 Ampere
14 . Jenis elektroda yang digunakan untuk pembekuan cepat dan posisi
pengelasan vertical dan overhead adalah…
a. Fast Fill Electroda
b. Fast Freeze Electroda
c. Fill Freeze Electroda
d. Low Hydrogen Electroda
e. Low Freeze Electroda
15. Elektroda 2,6 sebaiknya menggunakan kuat arus sebesar….
a. 75 A
b. 70 A
c. 80 A
d. 85 A
e. 90 A
48

16. Sirkuit las busur dengan elektroda positif sering disebut……


a. Pengkutuban langsung
b. Pengkutuban bolak balik
c. Pengkutuban searah
d. Pengkutuban terbalik
e. Tanpa pengkutuban
17. Untuk memilih kampuh las harus memperhatikan faktor-faktor berikut,
kecuali….
a. Tebal logam
b. Jenis logam
c. Besar arus
d. Posisi pengelasan
e. Beban yang dipikul benda kerja
18. Tinggi rootface adalah….
a. 0,0 mm s.d 1,0 mm
b. 1,1 mm s.d 2,0 mm
c. 2,1 mm s.d 3,0 mm
d. 3,1 mm s.d 4,0 mm
e. 4,1 mm s.d 5,0 mm
19 Distorsi adalah cacat las yang harus di hindari faktor terjadinya distorsi
adalah….
a. Penggunaan elektroda yang tidak sesuai
b. Pengaturan output mesin las yang tidak sesuai dengan elektroda
c. Urutan perakitan yang tak sesuai
d. Panas yang di hasilkan busur tidak sesuai
e. Pemuaian dan penyusutan material yang tidak merata
20. Peralatan yang umumnya digunakan pada penyiapan material yang akan
dilas…..
a. Penjepit, palu dan sikat baja
b. Penjepit, sikat baja dan pahat
c. Pahat, palu, gerindra/kikir
d. Penjepit, palu dan gerindra/kikir
e. Palu, pahat, dan sikat baja
21. Dibawah ini yang bukan termasuk sinar las….
a. Sinar ultraviolet
b. Sinar inframerah
c. Sinar las
d. Sinar X
e. Benar semua
22. Berikut ini adalah penulisan nama elektroda yang salah…
a. E6013
b. E6003
49

c. E6019
d. E6023
e. E6024

1. Trafo las 4. Kabel las


2. Palu las 5. Pemegang elektroda
3. Tang las 6. Penjepit massa
23. Yang merupakan peralatan utama pada proses pengelasan adalah….
a. 2,3,5,6
b. 1,4,5,6
c. 1,2,5,6
d. 3,4,5,6
e. 1,3,5,6
24. Nyala api karburasi digunakan untuk….
a. Mengelas tembaga
b. Mengelas alumunium
c. Mengelas baja tahan panas
d. Mengelas baja
e. Mengelas besi tuang

25. Gambar diatas menunjukan posisi pengelasan...


a. 1G
b. 2G
c. 3G
d. 4G
e. 5G
27. Berikut ini fungsi dari kampuh las adalah…
a. Untuk mendapatkan pengelasan yang baik
b. Untuk mendapatkan rigi-rigi yang baik
c. Untuk mendapatkan jalur yang baik
d. Untuk mendapatkan penembusan yang baik
e. Benar semua
28. Apabila nyala busur terlalu jauh dari benda kerja dalam proses penembusan
yang terjadi adalah...
a. Rigi rigi kasar
50

b. Tembusan buruk
c. Percikan terak besar
d. Percika terak kecil
e. Tembusan dalam
29. Las yang menggunakan fluks serbuk sebagai bahan pelindungnya adalah….
a. Las busur dengan elektroda berselaput fluks
b. Las busur gas TIG
c. Las busur MIG
d. Las busur GIG
e. Las busur rendam
30. Dibawah ini alat yang digunakan dalam membersihkan terak di dalam jalur
las adalah…
a. Sikat kawat
b. Sikat baja
c. Palu terak
d. Palu konde
e. Smet tang
31. Yang bukan merupakan metode-metode memeriksa dan menguji hasil las
adalah…
a. Pemeriksaan secara visual
b. pengujian dengan warna
c. pengujian dengan partikel magnit
d. pengujian dengan meraba hasil pengelasan
e. pengujian dengan membenturkan benda keras dengan hasil las
32. Dengan mengetahui diameter elektroda tentu akan menentukan ..
a. Posisi pengelasan
b. Jenis pengelasan
c. Kuat arus
d. Jenis arus
e. Tegangan listrik

1. Retak 4. Bebas pukulan


2. Undercut 5. Distorsi
3. Overlap
33. Yang merupakan cacat las adalah…
a. 1,2,3,4
b. 1,3,4,5
c. 2,3,4,5
d. 1,2,3,5
e. Semua benar
f.
51

34. Pengelasan yang memerlukan kualitas tinggi sebaiknya menggunakan


elektroda yang berselaput…
a. Selulosa
b. Rutil
c. Kalium
d. Natrium
e. Hidrogen rendah
35. Berapakah pertambahan baja jika panjang baja 300 mm dipanaskan dengan
1000oC?
a. 3,8 mm
b. 3,6 mm
c. 3,4 mm
d. 3,2 mm
e. 3,0 mm
36. Cacat pada las diidentifikasi secara visual kemudian diperbaiki salah
satu syarat perbaikan dalam cacat las dengan cara...
a. Dilas kembali kemudian di buat seragam
b. Disikat kemudian dibersihkan saja
c. Dipukul untuk meratakan bagian las
d. Dipanaskan kembali untuk mencegah korosi
e. Di cat biar tercegah dari korosi
37. Berapakah pertambahan alumunium jika panjang alumunium 500 mm
dipanaskan dengan 1000oC
a. 10,75 mm
b. 11,75 mm
c. 12,75 mm
d. 13,75 mm
e. 14,75 mm
38. Jenis dan diameter elektroda yang benar adalah ..
a. E 6018 diameter 2,6
b. E 6028 diameter 3,2
c. E 6013 diameter 3,2
d. E 6010 diameter 2,6
e. E 6013 diameter 2,6
39. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan elektroda adalah
a. Jenis dan tebal material yang akan dilas
b. Output mesin las dan tebal bahan
c. Output mesin las dan jenis bahan
d. Tebal ban panjang material
e. Panjang dan output mesin las
52

1. Perubahan bentuk arah melintang


2. Perubahan bentuk arah memanjang
3. Perubahan bentuk menyudut
4. Perubahan bentuk memendek
40. Yang bukan merupakan jenis-jenis distorsi adalah
a. 1 dan 2
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 2 saja
e. 4 saja

Anda mungkin juga menyukai