Syamsu Alam
Syamsu Alam
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar
Oleh
Syamsu Alam
NIM: 40200114061
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nim : 40200114061
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Penyusun
Syamsu Alam
Nim. 40200114061
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan pemilik alam semesta
Allah swt atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis
Salawat serta salam tidak hentinya kita peruntukkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, serta orang yang
mengikuti ajarannya. Dialah Nabi yang patut dijadikan sebagai inspirator sejati
menyebar luaskan agama Allah yaitu agama Islam. Skripsi ini diajukan kepada
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1). Dalam
proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak, sebaik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dengan
tulus dari hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Handan Juhanis M.A, Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin
Makassar dan Wakil Rektor I, II, dan III, serta segenap staf Rektorat UIN
Alauddin Makassar.
2. Dr. Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan
iv
Dekan I, II, dan III Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin
Makassar.
3. Dr. Abu Haif, M.Hum dan Dr. Syamhari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua dan
4. Dr. Susmihara, M.Pd. dan Nur Akhsan Syakur, S.Ag., M.Si selaku
dengan baik.
5. Segenap dosen dan seluruh staf Fakultas Adab dan Humaniora atas ilmu,
penyelesaian skripsi.
penelitian ini.
penelitian ini bisa diselesaikan. Juga terima kasih kepada Kepala Bidang
v
Burhan G.S., S.Sos yang membantu penulis untuk mendapatkan data yang
8. Kepada kedua orang tua penulis Almarhum Padda Daeng Sore. dan Ibunda
semasa kecil. Beliau dan Ibunda adalah guru abadi penulis yang takkan
pernah tergantikan. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada
saudara saya keluarga terdekat saya yang selalu memberikan semangat dan
dorongan.
angkatan 2014, kita telah melewati suka duka bersama selama kuliah,
kebersamaan kita adalah kecerian kita bersama dengan satu kata yang
10. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebut satu persatu
Penulis
Syamsu Alam
Nim. 40200114061
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
vii
A. Usaha Menyiarkan Agama Islam .............................................................. 37
Salamka di Gowa...................................................................................... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 62
B. Saran ….................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
viii
ABSTRAK
Nim : 40200114061
ix
BAB I
PENDAHULUAN
kemerdekaan guna melestarikan jiwa dan semangat serta nilai kepribadian. nilai
Mengungkapkan pula kisah tokoh pejuang dan para pahlawan kita sebagai tokoh
samping itu kita dapat Mengetahui dan memahami tokoh dan perjuangan sebagai
manusia (mahluk sosial) yang selalu berintergrasi dengan masyarakat sekitar dan
khayala umum.1
upaya dalam mengenang para tokoh pejuang dan pemimpin bangsa ini yang
1
Abu Hamid. Syekh Yusuf Seorang Ulama Sufi Dan Pejuang (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,1994). H.85
1
2
tokoh masyarakat Sulawesi Selatan yang telah dikenal oleh rakyat kawasan
kecenderungan generasi muda saat ini yang kurang memahami serta tidak
bahkan hingga tidak pemah mengenal jasa-jasa mereka. Ini terjadi karena
tokoh pejuang dan pemimpin di daerahnya. Tokoh yang penulis coba angkat
dalam penulisan skripsi ini adalah sosok Syekh Yusuf, seorang pejuang dan
Syekh Yusuf dikenal sebagai seorang ulama sufi, ahli tasatvuf dan digelar
Maulana Yusuf Tajkhalwati. Ia adalah seorang putra suku bangsa Makassar yang
lahir di daerah Makassar Sulawesi Selatan pada tanggal 3 juli 1626 M. Syekh
Yusuf adalah seorang pejuang bangsa dan negara sekaligus pejuang agama pada
terkenal sebagai seorang sufi, wali. juga sebagai pengajar tarekat khalwatiya.
seorang yang mempunyai kekeramatan, bukan manusia biasa, ma'sum para nabi
2
M. Sewang, Ahmad, Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVII Sampai Abad XVII\, (Cet.1,
Jakarta; Yayasan Obor Indonesia 2003) h.56
3
dalam dirinya terdapat keajaiban luar biasa, seperti dapat berjalan di atas air, dapat
membakar rokok pada air danau dan menghidupkan ikan yang sudah mati. Selain
itu beliau juga sebagai sosok bangsawan sekaligus negarawan. Ia selalu tampil
belanda, ketika ia berada di banten. Syekh Yusuf membantu sultan Banten dalam
dan Batavia, hingga beliau pada gilirannya dibuang keluar negeri dan wafat
dinegeri orang.3
B. Rumusan Masalah
1. Fokus Penelitian
3
Jirong Basang, Riwayat Syekh Yusuf Dan Kissa Ammakku Ta’nang Daeng Mammutung
(Jakarta: 1981), h.27
4
yang sedang dilakukan. Fokus penelitian ini harus diungkapkan secara eksplisit
Kabupaten Gowa.
Sebelum penulis mendeskripsikan apa yang menjadi fokus pada penelitian ini.
2. Deskripsi Fokus
b. Hidup yang dimaksud disini yaitu riwayat hidup Syekh Yusuf Al-
4
Abu Hamid,. H.85
5
(peperangan).
defeinsi operasional dari Judul tulisan yaitu sebagai upaya mendeskripsikan secara
D.Tinjauan Pustaka
sumber yang terkait dengan, judul skripsi ini, sekaligus menelusuri tulisan atau
penelitian terdahulu tentang masalah yang terkait dan juga untuk membantu
masalah yang akan dibahas dalam skirpsi ini ditunjang olah beberapa literature.
antara lain :
1) Buku yang berjudul Syekh Yusuf seorang ulama sufi dan pejuang oleh
dakwah yang dilakukan oleh Syekh Yusuf serta ajaran yang dibawahnya.
Buku ini digunakan penulis untuk melihat pemikiran Syekh Yusuf dalam
perjuangan Agama.
Damaskus Palestine.
E. METODOLOGI PENELITIAN
informasi dan data dalam rangka penulisan skripsi ini. Metode penelitian yaitu
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sejarah. yakni penelitian yang
Jenis penelitian ini ketika dilihat dari tempat memperoleh data maka
penelitian ini adalah penelitian Library Research. yaitu cara memperoleh data
peneliti dahulu.
Jenis penelitian ini ketika dilihat dari aspek penyajian data, maka
7
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni data yang dinyatakan dalam bentuk
kata-kata. Data ini menjelaskan karakteristik atau sifat berupa tulisan. Data
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang
2. Pendekatan penelitian
a. Pendekatan Historis
mencari fakta-fakta yang pernah terjadi pada masa lampu terutama yang
b. Pendekatan Politik
oleh faktor-faktor seperti sosial, ekonomi, dan kultural. Posisi sosial, status
c. Pendekatan Antrapologi.
sebagai bentuk peninggalan yang telah diajarkan oleh tokoh yang akan
kami tulis.
d. Pendekataan Sosiologi
3. Sumber Data
a. Data Primer
objek penelitian.
b. Data sekunder diperoleh melalui telaan pustaka, dokumen dan arsip yang
pokok masalah.
4. Langkah-langkah Penelitian
a. Heuristik
Heuristik yakni kegiatan mencari dan mengumpulkan data sumbersejarah
b. Kritik Sumber
Kritik adalah suatu teknik yang ditempuh dengan menilai data yang
telah dikumpulkan. Dalam kritik ini ditempuh dua tahap yaitu kritik ekstern
dan Kritik intern. Adapun kritik ekstern adalah pengujian terhadap asli atau
tidaknya sumber dari segi fisik atau penampilan luar. Sedangkan kritik intem
adalah isi yang terdapat dalam sumber data yang ada adalah valid atau
c. Interpretasi
Sebelum sampai pada tahap historiografi terlebih dahulu fakta sejarah tersebut
sudah melalui kritik dimana penulis berupaya membandingkan data yang ada
6
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (cet. V.Jakarta: Logos Wacana
Ilmu,1999), h, 55.
10
d. Historiografi
penulisan karya ilmiah tersebut. pada tnhap ini penulis berusaha menyusun
fakta- fokta ilmiah dari berbagai sumber ilmiah yang telah diseleksi
yang akan dibahas dan yang akan dijadiknn bahan acuan dalam penulisan ini.
Islam dan kaitannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Teknik yang digunakan dalam library reseacrh (pustaka) adalah sebagai berikut:
1) Kutipan Langsung, yaitu mengutip suatu materi, pendapat toko, tulisan dengan
2) Kutipan tidak langsung. yaitu mengutip materi atau pendapat tokoh dengan
Sebab data yang digunakan dalam pembahasan ini bersifat kualitatif deskriptif.
karenanya untuk mencapai apa yang diinginkan, maka penulis mengolah data
objek pembahasan dalam penulisan ini. Metode penulisan yang digunakan dalam
1. Metode induktif yaitu menganalisis data yang bertolak dari hal-hal yang
bersifat umum.
2. Metode deduktif yakni analisis data yang didasarkan pada hal-hal yang
membandingkan antara satu data dengan data yang lain dan kemudian
menarik kesimpulan.
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar daripada data itu sendiri yang berfungsi
sebagai data pembanding terhadap data yang diperoleh7. Metode ini merupakan
cara untuk mengkroscek kebenaran suatu data dan informasi yang diperoleh dari
berbagai pendapat yang berbeda-beda dan dari disiplin ilmu yang berbeda pula
7
J. Lexi Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Penerbit UI, 1992), h. 45.
12
dengan cara mengurangi perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan data dan
analisis data.
dengan cara memeriksa sumber-sumber data yang ada dan membandingkan hasil
data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dengan data yang lainnya.
Pada intinya dalam pengujian ini adalah bagaimana cara seorang peneliti
wawancara dan buku-buku guna melihat persamaan dan perbedaan serta menarik
sebuah kesimpulan untuk dijadikan sebuah konsep kesimpulan terhadap data yang
ada.
ingin di capai oleh peneliti terhadap masalah yang ditelitinya. Ini juga
merupakan tujuan untuk mengjawab semua rumusan masalah yang diteliti oleh
a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis
Makassari Tuanta Salamaka tidak hanya di kenal sebagai seorang ulama sufi
yang mendalami ilmu agamanya diberbagai tempat, tapi beliau juga sangat
baik itu sebagai referensi atau acuan. maupun akan di kembangkan nantinya
Diharapkan pula dapat menjadi pemicu dan pijakan awal bagi penulis
yang lebih tajam. Sebagai karya ilmiah. diharapkan tulisan ini bisa lebih
melengkapai sejarah yang selama ini kita ketahui tentang apa yang penulis
bahas dalam tulisan ini dan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk umum.
akan datang.
2. Kegunaan Praktis
Penggarapan judul ini diharapkan para pembaca dapat memahami secara praktis
.
BAB II
TUANTA SALAMAKA
lahir dikerajaan gowa pada tanggal 8 syawal 1036 H bertepatan dengan tanggal 3
juli 1626 M, hasil dari perkawinan putri Gallarang Moncong Loe yang bernama
Aminah Itubianai Dg Kunjung dengan seorang tua yang tidak diketahui dari mana
berasal dan tiba-tiba muncul ditengah kebun seorang petani yang bernama
Ko’marak didaerah tallo, kemudian orang tua tersebut diambil sebagai menantu
masanya, mengenai siapa sebenarnya ayah dari Syekh Yusuf belum diketahui
secara pasti apakah ayahnya seorang nabi (Khidir as) atau seorang petani biasa
bahkan ada pendapat lain bahwa ayahnya adalah Sultan Alauddin. Ada beberapa
versi tentang siapakah ayah dari Syekh Yusuf yang dapat diambil sebagai penguat
14
15
Dari beberapa pendapat diatas, bahwa ayah Syekh Yusuf adalah waliyullah dan
dikenal sebagai Nabi Khidir a.s. ini dibuktikan dengan pandangan dan cerita
rakyat gowa.Dalam hal ini, Abu Hamid menyebutkan bahwa Syekh Yusuf tidak
ditemukan secara jelas, akan tetapi yang ditemukan dalan lontarak bahwa ayah
Syekh Yusuf adalah seorang tua yang menyamar diri menjadi seorang petani, dan
kemudian diyakini sebagai Nabi Khidir a.s. karena orang tua tersebut memiliki
keanehan ketika berjalan tidak sampai kaki ditanah, dan tidak diketahui asal usul
dalam memahami siapa ayah Syekh Yusuf apakah masih hidup atauka sudah
wafat sedangkan manusia tidak ada yang hidup abadi didunia ini, kecuali sang
pencipta Allah Swt. Dalam hal ini Abu Hayyamal-Adalusi dengan tegas
mengatakan yang dikutip dari Sahib Sultan bahwa: “adalah pendapat mayoritas
bahwa Khidir as telah wafat”. Kemudian pendapat ini dikuatkan dengan ayat 34
Surat Al-Anbiyai:
Artinya:
manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka karena jikalau kamu mati, maka
1
H.Raden Kamaluddin Daeng Tombong, Riwayakna Syekh Yusuf dan Silsilah
Keturunannya (Takalar: Tulisan Tangan,T.Th) h.2
2
A. Makkarausu Amansyah, Lontarak Syekh Yusuf Tajul Al-Khalwati (Ujung Pandang:
Perpustakaan UNHAS, 1975) h.4
3
Abu Hamid,Op.Ci
16
Ayat diatas, mengungkapkan bahwa manusia pada hakekatnya tidak ada yang
hidup abadi, dan akan menghadapi yang namanya kematian. Memang kita
sepatutnya tidak dapat memungkiri bahwa, bahwa manusia pada hakekatnya tidak
pastinya tidak ada yang diberi kehidupan yang lebih dan melebihi kesempurnaan
dan umur yang panjang dari manusia terdahulu. Tetapi bukan berarti bahwa tidak
ada manusia yang diangakat derajatnya dan ditangguhkan ajalnya oleh Allah
sampai akhir zaman ini terbukti dengan pernyataan beberapa Ahli Shufi bahwa
menurut lontarak (Riwayat Tuanta Salamaka ri Gowa) bahwa ayah Syekh Yusuf
Dampara Ko’marak. Lalu dalam cerata lontarak versi Gowa penuh ungkapan-
oleh yang maha gaib. Sifat mistis dan jalan ceritanya melambangkan kondisi
tradisi budaya pada masanya, diperkuat oleh rasa hormat dan pemujaan terhadap
setelah ia diberi izin oleh gurunya mengajarkan tarekat kepada orang lain. Gelar
haji karena dia telah mengerjakan rukun kelima. Atau disesuaikan dengan nama
aslinya. Hal itu terdapat dalam tradisi menyusaikan nama dengan gelar yang
4
Al-Qur’an Karim dan Terjemahannya
17
Bebasa artinya bebas! Daeng artinya tuan dan Lalo artinya lalu. Yaitu lalu saja
tidak terhambat-hambat, sebab dia bebas! Atau Andi Sultan Daeng Raja. Sudah
Kemudian setelah beliau lulus dan mencapai derajat yang tinggi dalam
ilmu tasawuf, terutama dalam Tarekat Khalwatiya, gurunya memberi gelar “Taju’l
pernah merasa fanah kedalam baqabnya Illahi! Maka dari itu ia pun bergelar Haji,
Sudah dikatakan bahwa sejak kecil Syekh Yusuf hidup dalam lingkungan
istana raja ibunya adalah salah seorang keturunan dari putri Gallarang Moncong
Loe, tergolong keturunan hartawan. Maka dalam diri Syekh Yusuf mengalir dua
cabang keturunan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dipihak keluarga
berpadu itu, ulama dan saudagar lahirlah Syekh Yusuf yang mengganungkan dua
bakat pada dirinya serta tambahan kehidupan dalam lingkungan istana raja. Taat
pada kebenaran dan cinta pada agama, juga keteguhan iman dan kuat
5
Pro.Dr.Hamka, Syekh Yusuf Tajul Khalwati Tuanta Salamaka, (cet. 1, Jl.Asri Raya No.
01: Griya Asri, 2018), h. 70-72.
18
sabagai turunan alim ulama. Demikian pada cintanya pada ilmu tarekat serta
Keyakinan pada agama dan ilmu memberikan iman yang teguh kepadanya,
sehingga beliau sanggup menghadapi segala suasana kritis dan teganh ; penderitan
dengan cobaan dengan jiwa yang tenang dan hati yang sabar. Kesemuanya itu
pengaruh keturunan ibunya kelihatan cintanya dalam soal kekayaan yang banyak ;
dibidang pertanian cukup banyak pengaruh gabungan ini, yaitu antara keturunan
ulama dari pihak saudagar dan ibunya membuat beliau menjadi seorang yang ulet,
teliti, rajin, tenang, taat dan saleh serta memegang teguh akan waktu. Semuanya
ini merupakan bekal yang amat berharga kelak baginya dalam ikut mendarma
Sudah dikatakan bahwa sejak kecil Yusuf diasuh dan didik oleh Sultan Gowa
hingga dewasa, maka tidaklah aneh dan wajar bila dianggap sebagai putera
sendiri. Tidak berapa lama pemaisuri Raja Gowa sendiri melahirkan seorang
puteri, yang diberi nama Sitti Daeng Nisanga. Akhirnya bersama-sama Syekh
Yusuf sudi menikahi atau menyuntingnya. Syekh Yusuf amat menyadari keadaan
pada dirinya sehingga serta tawaran Sitti Daeng Nisanga ditolaknya secara halus
dan sopan. Namaun sebaliknya penolakan itu ditanggapi oleh putri raja Gowa
dengan perasaan yang lain, dan lebih lanjut putri raja menyatakan bahwa “jika
tidak mengawini saya, maka engkau akan kutagih diakhirat dan kukendarai
engkau sebagai beban dihari kiatamat kelak (Massiara, 1983 : 10-11). Setelah
19
mendengar ucapan putri raja maka Syekh Yusuf terdiam dan kemudian Syekh
Yusuf pergi membaringkan dirinya dan larut dalam pikiran akan ucapan putri raja
Gowa tersebut.6
Pada suatu hari Syekh Yusuf teringat kembali akan ucapan putri raja Gowa
yang menyatakan dirinya untuk menjadi isteri Yusuf. Ucapan-ucapan inilah yang
langsung kepada Gallarang Mangasa dan Gallarang Tombolo agar sudi meminang
putri raja Gowa itu meskipun kedua Gallarang itu menyadari bahwa maksud
Syekh Yusuf tersbut akan ditolak oleh Raja Gowa, namaun mengingat bahwa Sitti
Daeng Nisanga Daeng Syekh Yusuf pernah dipelihara dalam istana kerajaan
dari Syekh Yusuf. Setelah sang raja Gowa berkata kepada utusan dari SyekhYusuf
namanya budak (hamba) maka tetap budak (hamba) yang namanya karaeng
(bangsawan) maka tetap karaeng.” Demikianlah jawaban raja Gowa yaitu Sultan
Maliku Said (1639-1653) atas penolakan halus pinangan saudara angkatnya atas
adiknya7
Setelah pinangan Syekh Yusuf ditolak, maka dari itu Syekh Yusuf berkata
kepada kedua Gallarang bahwa bukan salah ku dan berarti bebanku sudah lepas.
Kemudian Syekh Yusuf lanjut berksata kepada kedua Gallarran itu. “maka
6
Drs.Darwas Rasyid, Biografi Syekh Yusuf, Departemen Pendidikan dan Rektorat
Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, (Ujung Pandang,1995/1996)
h.10-11
7
Ibid
20
tanah Gowa sebelum aku menjadi Sufi (Massiara 1983, 14). Dan beberapa waktu
dan Gallarrang Tombolo, mengapa Stekh Yusuf tidak kelihatan lagi di istana.
kepada Gallarang Mangasa “dimana Syekh Yusuf sekarang”. Dijawab, bahwa dia
sekarang berdia dikampung baru. Maka raja menyuruh panggil Syekh Yusuf
sambil berkata :
“pergilah daengta suruh panggil Syekh Yusuf kemari karena akan kunikahkan dia
berkatalah Syekh Yusuf. “sampaikan kepada daengta, bahwa bukanlah aku sudah
bersumpah tidak akan menginjak bumi Gowa kembali, bila aku belum menjadi.
“Sufi”.
Setelah dua tiga kali Syekh Yusuf dipanggil oleh raja Gowa, Syekh Yusuf
tetap tidak datang, maka berkatalah Raja Gowa : “Hai Gallarang I Sitti Daeng
8
H.A. Massiara, Syekh Yusuf Tuanta Salamaka dari Gowa, Yayasan “Lakipadada” ( Cet
1, Jakarta: 1883), h.14
21
Nisanga kekampung baru dan nikahkanlah dia dengan Syekh Yusuf “. Setelah itu
Gallarang membawa putri raja Gowa dan dia dinikahkan dengan Syekh Yusuf
setelah sabda itu keluar, maka putri raja Gowa yang sudah menjadi gadis cantik
jelita itu dibawahlah kekampung baru dan disana dinikahkan dengan kekasihnya
Syekh Yusuf.9
Setelah semua persiapan rampung, saat dan hari yang ia senangi tiba, maka
baru. Genap tujuh hati tujuh malam perahu itu mengarungi lautan, terjadilah
peristiwa dikapal itu. Peristiwanya adalah bahwa pada hari itu juru mudi kapal
meminjam sebilah pisau dari juru batu untuk dipake memotong kuku. Tiba-tiba
tanpa sengaja pisau tersebut terlepas dari tangan juru mudi dan jatuh kedalam laut
mendengar bahwa pisau miliknya jatuh ke laut, marahlah juru batu kepada juru
haluannya tidak tetap, kemudian tidak terkendali lagi oleh juru mudi yang sedang
Karena haluan perahu tidak menetap Syekh Yusuf menanyakan hal itu
kepada juru mudi apa sebabnya terjadi pertengkaran. Setelah mendengar kisah
juru mudi bertanyalahh Syekh Yusuf kepada para penumpang siapa gerangan
9
H.A Massiara, Op. Cit., h.15
10
Ibid.,h.15
22
seorang diatara penumpang lalu menyerahkan sepotong ikan kering seperti yang
Ikan kering itu adalah jenis ande-ande. Syehk Yusuf panggil juru batu, lalu iya
serahkan ikan kering itu sambil berkata.”buanglah ikan itu tepat pada tempat
pisaumu jatuh, yaitu dibelakang tempat kemudi”.juru batu mengambil ikan kering
dari tangan Syekh Yusuf kemudian pergi ketempat pisaunya jatuh keair, selepas
dari tangan juru mudik. Sebelum diserahkan kepada juru batu,mulut ikan kering
Semua penumpang dan awak kapal berkumpul menyaksikan apa yang akan
terjadi. Dengan kodrat illahi, tidak lama kemudian muncullah seekor ikan diatas
permukaan air.para penumpang dan awak kapal heran melihat peristiwa tersebut,
diantara mereka ada yang berkata, “hai Syekh Yusuf buat apalagi tuaku pergi ke
mekkah sebab ilmu tuanku sudah cukup padat. Lebih baik kembali saja ke Gowa”.
Syekh Yusuf berkata : “Tidak begitu, kesmpurnaan ilmu di tanah suci mekkah
sebab itu harus meneruskan perjalanan ini”. Maka perahu itupun berlayar terus
kebarat sampai kejakarta dan dari sana dengan perahu yang lain menuju sailon,
kemudian dengan naik kapal berlayar menuju jeddah. Beberapa hari kemudian
dalam perjalanan menujuh jeddah, berkatalah kapten kapal itu kepada I Lo’mo’.
Lo’mo”. Benar, memang ia menggunakan ilmu gaib. Maka sejak hari itu kapten
dan sejumlah penumpang kapal agak benci terhadap Syekh Yusuf yang
Cara hidup utama yang ditekankan oleh Syekh Yusuf dalam mengajari
kepada murid-muridnya ialah kesucian batin dari segala perbuatan maksiat dengan
kemewahan dan kenikmatan dunia. Hawa nafsu itulah yang menjadi sebab utama
dari segala perilaku yang buruk. Tahap pertama yang harus ditempuh oleh seorang
murid (salik) adalah mengosongkan diri dari sikap dan perilaku yang menunjutkan
kemewahan duniawi. Ajaran Syekh Yusuf mengenai proses awal penyucian batin
dan hawa nafsu harus dimatikan sama sekali. Melaikan hidup ini harus
dimanfaatakan guna menuju tuhan. Gejolak hawa nafsu harus dikuasai melalui
tata tertib hidup,disiplin diri dan penguasaan diri atas dasar orientasi ketuhana
yang senang tiasa melengkapi kehidupan manusia hidup dalam pandangan Syekh
Yusuf, bukan hanya menciptakan keseimbangan antara dunia dan akhirak. Namun
kehidupan ini harus dibarengi dengan cita-cita dan tujuan hidup menuju
Esa sebagai pusat orentasi dan inti dari cinta, karena hal ini akan memberi tujuan
krtika meninggalkan dunia yang mana ini ada bekas nyata dapat dilahab dan
sebagai referensi hidup dalam beraktivitas didunia menuju akhirak yang abadi.
maupun sesudahnya. Dalam peninggalan atau warisan yang utama dari seorang
cendikiawan tentunya tiada lain adalah ilmu yang kita dapatkan, baik yang
berbahasa Bugis, Makassar, Jawa, bahkan banyak yang kita dapatakan adalah
zamannya, Syekh Yusuf ketika meninggalkan dunia, menaruh bekas nyata berupa
karya-karyanya yang sampai saat ini dapat kita lihat dari beberapa sumber dan
para muridnya yang masi menyimpan warisan ilmu Syekh Yusuf. Syekh Yusuf
keshufiannya dan kesuciannya. Inilah warisan yang harus kita teladani. Adapun
Artinya: berkat dari Ceilon, risalah ini membahas tentang beberapa konsep
dzikir dan Risalah ini beliau tulis di negeri Ceylon antara tahun 1683-
1693.11
Artinya: Awal mula sutau adab dalam berzikir dan membahas tentang
Kemudian risalah beliau ini ditulis oleh salah satu muridnya. Dan tahun
11
Op.cit. Sahibsultan, h. 85
12
Ibid
25
Sebab dikalangan kafir benda-benda yang ada dilangit dan dibumi dapat
Artinya: yang dicari para salik. Tulisan ini pada tahun 1221 H / 1806 H
kutipan. Dan risalah ini merangkan tentang tauhid, ma’rifh dan syariat dan
“fana fillah dan baqa billah atau sampainya salik keujung suluk
13
Ibid.
14
Ibid.
26
8. Qurrat Al-Ain
9. Sirr Al-Asrar
Artinya: Rahasia dari segala rahasia. Dan isi dari risalah ini membahas
Allah.
10. Shorah
selesai pengutipan. Isinya tulisan singkat tentang Allah, alam dan manusia.
Antara lain dikatakan, bahwa Allah itu berdiri sendiri, sedangkan Roh
berdiri dengan Allah, badan berdiri dengan Roh, lahir berdiri dengan batin,
seperti Alam berdiri dengan Allah, tidak karena tempat dan waktu. Allah
Dari 10 karya Syekh Yusuf yang disebutkan diatas, hanya sebagian karya
beliau yang masih dapat kita lihat, akan tetapi akan tetapi masih banyak karya
Syekh Yusuf yang lain yang tidak dapat disebutkan, mengingat keterbatasan
penulis. Apalagi menurut para penulis buku atau karangan, masih banayak risalah
atau karangan Syekh Yusuf yang masih tersimpan pada museum di belanda.
Syekh Yusuf dilihat dari keseluruhan risalah yang Syekh Yusuf tulis
diatas, menandakan Syekh Yusuf adalah seorang ulama shufi dan sekaligus
berbangsa Arab, hanya Syekh Yusuf yang paling banayak menulis risalah yang
berbahasa arab dengan baik. Dalam penulisan risalah ini hanya memakan waktu
yang relatif singakat, yang sanagat mengagungkan bahwa Syekh Yusuf ketika
kerajaan banten dan sebagai panglima perang yang memerlukan banayak waktu
Yusuf lebih pro aktif menulis ketika Syekh Yusuf berada dalam pengasingan
besar isinya tentang ma’rifah (mempererat hubungan kepada Allah dan jalan
dibandingkan kepada yang lain. Ajaran Syekh Yusuf tentang tauhid adalah
merupakan komponen terpenting dalam islam, menurut Syekh Yusuf bahwa orang
yang tidak percaya akan adanya keesaan Tuhan adalah kafir, yang tidak terampuni
dosanya. Dalam konsep ajaran tersebut Syekh Yusuf menguraikan bahwa semua
ciptaan tuhan adalah wujud ciptaan bayangan Tuhan dan bukan ciptaan kasar.
Yang terkadang dapat membuat manusia angkuh melebihi keesaan Tuhan. Syekh
mengenai pencipta bukanlah kehadiran fisik akan tetapi merupakan nyata bagi
15
Lihat Azyumardi Azyra.,h.276
16
Ibid, h. 287-289.
28
pejuang, tidak terlepas dari kengintahuan kita dari mana asal-usul keluarga dan
keturunannya. Istilah silsilah berarti setujuh dengan tentetan atau garis keturunan,
dahulu kita telusuri keluarga atau orang sebelumnya hingga pribadinnya. Adaya
seseorang tokoh.
untuk memaparkan secara menyeluruh silsilah keturunan atau garis nasab tokoh
yang akan dikaji. Tokoh yang penulis coba angkat dalam penulisan ini ialah
Syekh Yusuf dalam perjuangannya baik dalam mengembangkan agama islam dan
perjuangannya dalam membelah tanah air indonesia dari penjajahan para colonial
Syekh Yusuf yang nama kecilnya adalah muhammad Yusuf yang lahir
ditengah kerajaan kembar Tallo – Gowa. Nama ini diberikan kepada Yusuf
kecilnya berdasarkan nama seorang nabi yang gagah, elok wajahnya, kesuciannya
muhammad Yusuf kelak belau menjadi seperti apa yang akan dimiliki oleh
dalam artian lewat do’a-do’a Syekh Yusuf lebih cepat tersambung kehadirak sang
29
Makassari, yang diartikan dalam bahasa indonesia adalah “Syekh Yusuf yang
memiliki beribu kebajikan yang mendapatkan hidayah Allah yang berasal dari
17
makassar”. kemudian gelar Syekh Yusuf yang disandang oleh beliau bukan
sembarang gelar, gelar ini Syekh Yusuf dapatkan dari buah belajar Syekh Yusuf
bertahun-tahun dan orang yang suci sertah yang tinggi ilmu agamanya (ilmu
Syekh Yusuf dilahirkan dari rahim putri Gallarang Moncong Loe yang
bernama Aminah Itubiani Daeng Kunjung dan ayahnya bernama Abdullah Khidir,
sampai saat ini oleh masyarakat sulawesi selatan, akan tetapi berdasarkan cerita
ayah Syekh Yusuf adalah seorang tua yang datang tiba-tiba berupa cahaya yang
gemerlap (Tomanurun).
keturunan bangsawan, karena Syekh Yusuf lahir dari rahim seorang putri
bangsawan dari kerajaan Tallo yang bernama Amirah dalam gelar kebangsawana
Makassar dia dipanggil Biani Daeng Kunjung anak dari pasangan Ahmad Daeng
Leo yang digelari Daengta Gallarang Moncong Loe. Maka lahirlah Syekh Yusuf
dari hasil perkawinan Abdullah Khidir dengan Aminah Itubiani Daeng Kunjung,
menurut cerita rakyat ada beberapa versi tentang kehadiran ayah dari Syekh Yusuf
bahwa ia adalah seseorang yang tidak diketahui dari mana datangnya dan tiba-tiba
17
Sahib Sulthan, Allah dan Jalan Mendekatkan Diri Kepada-Nya Dalam Konsep Syekh
Yusuf (Cet.III; YAPMA: Makassar 2006) h. 1-2
30
hadir ditengah masyarakat Negeri Moncong Loe, ada pula yang mengatakan
Syekh Yusuf datang dari menjalawi, akan tetapi menurut kesepakatan dari cerita
rakyat bahwa ayah Syekh Yusuf adalah Nabi Abdullah Khidir as, yang datang
kemakassar dan berayah seorang tua berjenggot putih dan menyamar sebagai
fisik. Beliau berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain, dan memilikki
ketekunan bekerja, budi bahasa yang santun dan tekun beribadah dan memiliki
kedalaman ilmu agama, sehingga itu yang menjdi faktor utama tertariknya
Itubiani Daeng Kunjug. Syekh Yusuf selaain gelar kebangsawaan, ia juga lahir
mempunyai kedalaman ilmu agama (Tasawuf) dan Syekh Yusuf seorang yang
dikenal dengan orang yang keramat, kata lain adalah orang yang mendapatkan
tempat, disisi Allah Swt (wali Allah) 17. Kemudian berikut akan diutarankan kisah
kedatangan ayah seorang Syekh Yusuf untuk membenarkan cerita rakyat Gowa
bahwa ayah Syekh Yusuf adalah seorng tua yang diyakini sebagai Tomanurung,
yang mempunyai keanehan dalam dirinya dan tekun beribadah sertah memiliki
agama (aqidah) di dunia. Pada suatu malam kokmarak (nama orang) duduk
dirumah kecil ditengah ditengah kebunnya, tiba-tiba datang dan muncul sebuah
cahaya yang jatuh tepat dihadapannya, maka seketika itu pula kokmarak jatuh
berkata “Izinkanlah saya untuk tinggal bersama tuan digubuk ini dan saya
18
Sahib Sulthan, Op, Cit.,h. 5-7
31
bersedia membantu tua menjaga kebun ini, “saya sangat bersedia bila anda sudi
Yusuf adalah sebagai berikut: pada suatu ketika orang tua Syekh Yusuf dipanggil
oleh raja Gowa untuk menetap diistana, maka seketika itu, seorang tua (ayahanda
turun dari tangga istana, maka raja menyuruh pengawalnya untuk mengikuti arah
perginya si orang tua (Nabi Khidir as). Akan tetapi pengawal tidak mendapati
kemana arah perginya orang tua tersebut, maka seketika itu pula sang raja
mengatakan dalam bahasa lontaraknya: yang dikutip dari bukunya Sahib Sulthan
yang tertulis: “kateai antu tau bawang-bawang iami anjo Nabbi Hillere ampa
Artinya: “dia itu bukan orang biasa, dia adalah Nabi Khidir (Nabi Hellere dalam
sebutan bahasa lokal ) yang menampakkan dirinya (ikuti dan lihatlah keadaanya ).
sempurna yang tentunya buah dari seorang ayah yang suci hati yang mempunyai
nilai dan tempat disisi Allah Swt. Inilah yang mempengaruhi seorang Syekh
19
Sahid Sulthan, Allah dan Jalan Mendekatkan Diri Kepadanya dalam Konsepsi Sykh
Yusuf ( Cet.III; YAPMA 2006)., h.11
32
Yusuf mulai dari pendudukan dan keagamaannya mencapai puncak dan mendapat
hidaya karunia dari Allah Swt. Kemudian ia juga ditopan dari keturunannya
nenek sang raja pemimpin negeri Tallo yang mempunyai pengaruh penting pada
waktu hari itu. Awal kelahiran Syekh Yusuf menuai kepedihan yang sangat
menyehdihkan, karena Syekh Yusuf tidak dapat menyaksikan langsung wajah dari
sang ayah dan bagaimana bentuk dan kepribadian sang ayah, sehingga Syekh
Yusuf dipelihara oleh Raja Gowa (Imalingkaing Daeng Manrabiya dalam bahasa
arab adalah Sultan Alauddin). Tetapi akan sangat berbeda sentuhan sang ayah
darah dagingnya dengan seorang ayah angkat, walaupun iya dipelihara sebaik-
baiknya dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri, tetapi sangat berbeda
kalau disentuh langsung dengan ayah sendiri yang entah kemana perginya.
Hidup sebagai anak yatim sangat berbedah dengan hidupnya orang yang
lengkap dalam keluarganya yang masih hidup kedua orang tuanya. Disinilah telah
nampak seorang pemimpin agama dan seorang pembesar, ulama sertah sufi
dengan kemandiriannya. Syekh Yusuf tidak manja, pemalas, cengeng, dan merasa
Dari salah satu karya terdapat tulisan bahwa dari kecilnya Syekh Yusuf
pejuang yang besar dikemudian hari. Dengan cepat dan singkat Syekh Yusuf telah
menamatkan mengaji (Al-Qur’an) pada salah satu Syeikh di Cikoang, dan ilmu
bahasa Arab sertah Fiqih. Dari kisah diatas, jelas bahwa Syekh Yusuf seorang
Kemudian dalam kajian ini juga menjelaskan dan meramu dari berbagai
sumber, seperti lontarak riwayatnya Tuata Salamaka ri Gowa, versi Gowa dan
33
Tallo, dan dari pustaka asing yang ditulis oleh para sarjana dan orientaris.
arsip, dan catatan komponi (belanda), dan lontarak riwayatnya Tuanta Salamaka ri
Gowa. Berdasarkan dari dua sumber yang dikumpulkan, dan masi ditemukan serta
kesulitan mencari data tentang ayahnya dan ibu yang melahirkannya. Antara
pustaka yang satu dengan pustaka lainnya berbeda-beda untuk menarik pertalian
dapatkan itu amat rumit karena disebabkan dokumen belanda tidak tercatat dan
sengaja dikaburkan. Catatan lontarak pada mulanya ditulis dari sumber lisan yang
luar Sulawesi Selatan. Dan Syekh Yusuf menikah pertama kali diusia 18 tahun,
lahir dikerajaan Gowa, Ibu Syekh Yusuf adalah seorang putri bangsawan kerajaan
Gowa yang bernama Itubiani Daeng Kunjung putri seorang pembesar kerajaan
Tallo yang bernama Karaeng Moncong Loe yang pernah di angkat menjadi
20
Ahmad M Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII
(Cet.I,ed.II; Jakarta:2005) h.31-33
34
Syekh Yusuf berdasarkan cerita rakyat dan informasi baik dari media
maupun cerita rakyat bahwa Syekh Yusuf merupakan seorang tokoh yang
kepribadian bapaknya yang konon ia adalah sorang Nabi Khidir as, walaupun
kepribadiannya ia tidak terlepas dari kema’suman para Nabi21, dan tentunya sesuai
Kisah tentang kedatangan sorang tua yang tidak diketahui dari mana
asalnya dan tiba-tiba muncul begitu saja berupa cahaya yang kemudian berwujud
seorang tua Kemudian orang tua tersebut dikawinkan dengan putri Ahmad Daeng
Leo Gallarang Moncong Loe Mangkubumi kerajaan tallo pada masa itu . dalam
beberapa bulan kemudian lahirlah Muhammad Yusuf. Hal yang menarik dari
kelahiran Syekh Yusuf adalah ketika ia dilahirkan dari rahim ibunya terpancar
cahaya gemerlap menerangi negeri Tallo hingga kenegeri Gowa, yang membuat
tersebut. Ini menandahkan bahwa awal dari akan hadir seorang tokoh agamawan
21
Lihat Sejarah Nabi Muhammad,
Kema shuman adalah sebuah kata yang disandangkan kepada Nabiullah Muhammad
Saw, karena beliau adalah seorang manusia yang disucikan dari segala perbuatan yang melanggar
aturan agama (Maksiat). Kata ma’suman adalah sebuah gelaran kemuliaan yang langsung dari
Allah atas kesucian ummat pilihannya.
35
kepribadian Syekh Yusuf tentunya berasal dari keturunan bangsawan dan seorang
Tomanurung yang mempunyai keanehan dalam dirinya yang tidak dipunyai orang
nampak dari perilaku-perilaku yang sangat mulia dan kemudian ditopang dari
awal masuknya di Gowa yang dimulai dengan masuknya islam dikerajaan, yang
Sekalipun ia hidup dalam kedisplinan kerajaan Gowa yang serba ada, namu
tidak kenal Nabi Khidir as. Walaupun hanya sekedar mendengar cerita para Dai,
bahwasanya Nabi Khidir as, merupakan Nabi yang dikenal luas dalam mendalami
ilmu agamanya dan ilmu mantik sertah ilmu lainya yang diberikan Allah Swt
kepadanya, bahkan sampai Allah menyuruh Nabi Musa as, berguru kepadanya
dakwah islam ia juga mendapat Iajzah tarekat khalwatiyah. Sehingga iya disebut
dengan Syekh Yusuf Taj Al-Makassari.23 selain itu, pada saat Syekh Yusuf ini
muncul di Sulawesi Selatan, islam yang ada di sana semakin kuat sehingga
jabatan keagamaan mulai dimunculkan di kerajaan seperti imam khatib dan lain-
Syekh Yusuf menikah dengan Siti Daeng Nisanga (putri Raja Gowa Manga’rangi
Daeng Manrabbia). Kedua, ia menikah dengan Siti Hdijah (putri Imam Syafi’i).
Kare Kontu (putri Sultan Ageng Tirtayasa). Kelima, ia menikah dengan Kare Pane
(putri Imam Banten). Keenam, ia menikah dengan Hafilah (putri Sunan Giri).
Selatan pada usia 73 tahun. Makamnya kemudian menjadi keramat dan juga
dianggap sebagai tempat yang suci. Selain itu, banyak warga Indonesia ia juga
begitu agaung. Di Makassar atau di Gowa sosoknya dikenal sebagai pribadi yang
impresif. Meskipun lahir dari keluarga berada di dalam lingkungan istana, Syekh
AGAMA ISLAM
keagamaan yang tidak terlepas dari cinta terhadap bangsa dan tanah air.
aspirasi dalam membangun bangsa dan negara. Seperti halnya dalam melawan
kaum penjajah dan khususnya yang merupakan pokok pembahasan skripsi ini
Gowa dan bukan hanya di indonesia akan tetapi sampai keluar negeri yaitu Afrika
dan pondasi terkuat Syekh Yusuf dalam menjalankan agama islam baik di
Nusantara ini hingga ke Negeri Ceylon (Srilangka) dan Afrika, jelas bahwa nilai-
nilai akidah yang Syekh Yusuf tanamkan dan ajarkan kepada masyarakat pada
jamannya bahkan sampai saat ini Syekh Yusuf masih berbekas dan digelar tokoh
37
38
nilai-nilai agama islam untuk masyarakat. Hal ini akidah Islamiah adalah dasar
ajaran Syekh Yusuf. Mengajarkan nilai ketuhanan dan kemanusiaan sesuci dengan
apa yang Syekh Yusuf pernah lalui dalam mencari ilmu sedalam dan setinggihnya
dari tokoh guru-guru tashawuf sertah tarekat, kemudian ia digelar Syekh Yusuf
Al-Khalwatiyah.
Dalam hal ini Syekh Yusuf Menekankan kepada murid dan pengikutnya
bahwasanya akidah terkuat adalah penanaman dalam hati dan gerak langkah
selalu disertai dalam kehidupan kalimat Laailaha Illaallah, tidak ada yang diimani
kecuali kepada Allah Swt, dan Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir dan
patut kita imani dan yakini. Dengan mencintai Allah, maka Allah dan Rasulnya
memperoleh kemewahan dan kenikmatan dunia. Hawa nafsu itulah yang menjadi
sebab utama dari segala perilaku yang buruk. Tahap pertama yang harus ditempuh
oleh seorang murid (Salik) adalah mengosongkan diri dari sikap dan perilaku
bukanlah harus ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan sanma sekali.
1
Drs.Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, Cet 5, 1997).
39
Melaikan hidup ini harus dimanfaatkan guna menuju Tuhan. Gejolak hawa nafsu
harus dikuasai melalui tatab tertib hidup,displin diri dan penguasaan diri atas
keseimbanagn anatra dunia dan akhirak. Namun kehidupan ini harus dikandungi
merupakan buah dari keimanan dalam Islam. Dzikir yang pertama adalah
keyakinan teguh untukmengakui hanya Allah sebagai Tuhan yang patut disembah
dan tempat bergantung. Zikir ini disebut penetapan, yaitu untuk menekankan
tauhid bahwa kebenaran adalah hanya dengan mengakui Tuhan Yang Satu.Dzikir
yang kedua penekanannya hanya menyebut nama Tuhan (Allah), karena tahapan
dzikir ini lebih tinggi dari dzikir yang pertama, yaitu menghujamkan keyakinan
bahwa hanya TuhanAllah-lah kebenaran yang satu. Menurut Syaikh Yusuf, dzikir
ini merupakan pelatihan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Mutlak
dalam konsepsi ontologis tentang Tuhan dan manusia. Dzikir yang ketiga adalah
dzikir yang telah menghujam dalam dada dan hidup di dalam keyakinan seorang
Pengucapannya menjadi lebih ringkas karena merujuk hanya kepada Dia yang
dalam bahasa Arab disebut Huwa; tidak lagi menyebut nama. Hal ini karena
kedekatan hati, dan kedekatan ini merupakan konsep yang sangat rahasia. Karena
itulah, dzikir ini disebut rahasia hati. Pada akhirnya, tidak ada yang maujud secara
40
hakikat, kecuali Allah. Pelaku dzikir yang pertama disebut ahl al-Bidaya min al.
adalah:
(3) Dermawan
(4) Mampu mengendalikan hawa nafsu, karena makhluk yang paling dekat
dengan Allah adalah orang yang memiliki akhlak, dan sebaik-baik perbuatan
tidak merata. Ajaran agama dari Jazirah Arab ini tidaklah masuk secara
dengan wilayah Sumatera dan Jawa. Jika di kedua wilayah tersebut Islam telah
berkembang pesat sejak abad ke-10, pengaruh Islam di Sulawesi baru muncul
sekitar abad ke-16. Penyebabnya adalah kegiatan dagang di sana baru ramai akhir
2
Dr. Mustari Mustafa, Agama dan Bayang-Bayang Syekh Yusuf Al-Makassari
XVI sampai Abad XVII, para pedagang Muslim dari berbagai daerah di
Sulawesi Selatan pada periode abad tersebut. Aktifitas dagang inilah yang
mayoritas berasal dari Campa, Patani, Johor, dan Minangkabau. Mereka adalah
ketika itu dikenal sebagai tempat singgah para pelaut yang ingin ke Maluku
ataupun ke Sumatera 4.
datuk tallua. Tiga datuk tersebut di antaranya: Abdul Makmur (Khatib Tunggal),
dikenal juga dengan nama Datuk ri Bandang; Sulaiman (Khatib Sulung), dikenal
juga dengan nama Datuk Patimang; Abdul Jawad (Khatib Bungsu), dikenal juga
dengan nama Datuk ri Tiro. Begitu tiba di Makassar (Gowa), ketiganya tidak
3
Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI Sampai Abad XVII, Cet.I,
orang-orang Melayu dan pedagang Muslim yang sudah lebih dahulu tinggal di
Sulawesi Selatan. Para mubalig ini berusaha mendekati para penguasa yang paling
informasi yang didapat, penguasa Luwu lebih terbuka terhadap keberadaan Islam.
kerajaan Gowa yang terletak di Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa berdiri sekitar
tahun 1.300 Masehi, ketika itu sembilang Raja (Bate Salapang) yaitu pemengang
untuk dijadikan Raja Gowa yang pertama, dan dinobatkan menjadi Raja dengan
Sembilang Raja pelaksana. Dengan syarat berarti kesatuan komando berada dalam
agama resmi yaitu kerajaan kembar Gowa-Tallo. Raja pertama menerima Islam
5
Abu Hamid, Syekh Yusuf Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1994)
43
adalah Raja Tallo I Malingkang Daeng Nyongri, dan Beliau merangkap sebagai
mangkubumi di kerajaan Gowa dan setelah memeluk agama islam dan Raja
Gowa I Manggarangi Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Abdullah, dan malam
jum’at 9 jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M. Dan setelah kerajaan
Gowa dan Tallo menjadi sebuah kerajaan Islam dan Raja-Rajanya memperoleh
Sultan, maka kerajaan itu telah menjadi pusat pengislaman di seluruh Sulawesi
Selatan. Dan Raja Gowa menyuruh kepada raja-raja lain yang ada di Sulawesi
Agama Islam masuk pada Raja Gowa IX, dibawa oleh para pedagang-
pedagang dari surabaya dan orang-orang melayu dari sumatera. Raja Gowa IX
pada saat itu belum memeluk agama Islam, tetapi beliau telah bersimpati dan
portugis yang dipimpin oleh Antonic De Pyva datang dikerajaan Gowa dan
mengajak raja Gowa untuk memeluk agama Nasrani, raja Gowa dengan tegas
menolak langsung ajakan tersebut. Sekitar tahun 1583 Masehi, datanglah Sultan
kepada Gowa
Raja Tallo setelah masuk Islam dan dibri gelar Sultan Abdullah awal Al
Islam sebab pejabat negara yang pertama mengucapkan dua kalimat Syahadat.
44
Atas inisiatif para muslim dan persetujuan Sultan Alauddin, raja mendatangkan 3
ulama yaitu:
daerah Luwu.
dari pulau Sulawesi. Kerajaan kembar Gowa dan Luwu telah menerima Islam dan
Bugis lainnya, raja Gowa memandang Islam sebagai jalan yang baik dan benar
juga harus disampaikan pada raja-raja Bugis lainya. Atas usaha raja Gowa yang
tidak mengenal lelah, dan berhasillah raja Gowa untuk meyakinkan raja-raja
Bugis.
mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Pada tahun 1610 Masehi di daerah Wajo
menerima islam, dan raja Wajo yang bernama Arung Matowa Wajo XV La
Sangkuru Patau masuk Islam, setelah masuk Islam dia diberi gelar Sultan
Matinroe ri Bantaeng yang diberi gelar sebagai Sultan Adam karena ia telah
masuk Islam. Kejadian Raja Bone XI masuk Islam ini ternyata tidak disetujui
oleh anggota adat kerajaan yang disebut Arung Pitu. Karena kejadian ini Raja
45
Bone XI diturunkan dari tahta. Atas kejadian terebut raja Gowa murka dan
Masehi Bone kalah dan langsung menyatakan diri masuk Islam. Dan beberapa
tahun kemudian, datanglah utusan karaeng tujuh kepada Raja Gowa untuk
memohon supaya dikirim guru agama Islam. Atas perintah raja Gowa
dikirimkanlah raja Bone XI yaitu Sultan Adam ke Bantaeng. Lalu Sultan Adam
mengajar Islam kepada penduduk Bantaeng, dan sampai beliau wafat di daerah ini
berangsur-angsur Raja dan juga kerabat kerajaan mulai mempelajari Islam juga.
Ketiga datuk diatas mengajarkan Islam kepada masyarakat dengan hati-hati. Jika
kebijaksanaan agar terhindar dari semua pertentangan. Maka dua kerajaan kembar
yaitu kerajaan Gowa dan Tallo sudah memproklamirkan bahwa islam sebagai
Raja juga berpartisipasi untuk mengajak kepada negara tetangga Sulawesi Selatan
memeluk Islam.
BAB IV
Salamaka di Gowa.
Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dalam mengembangkan dan membina
luar sekolah formal maupun non formal baik pula didapatkan dari proses interaksi
bangsa pada umumnya sertah suatu kewajiban manusia pada umumnya dan
ummat muslim pada khususnya, sebagaimana diwajibkan agama islam pada setiap
pemeluknya.
Uraian diatas, maka jelas bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dibentuk bagi setiap individu untuk mencapai suatu ilmu yang tertentu baik, yang
didapatkan dari pendidikan formal dai tingakat dasar hingga perguruan tinggi,
maupun pendidikan yang terbentuk secara sadar dan terencana. Pendidikan yang
dilaksanakan secara sadar merupakan suatu nilai tatanan masyarakat yang harus
dicapai hingga akhirnya. Dan ini sangat erat kaitannya dengan struktur sosial
pancasila bahwa:
46
47
manusia seutuhnya, yakni manusia yang bertakwah kepada tuhan yang maha esa.
jasmani hingga dapat mengembangkan diri pribadi sesama manusia dan alam
sekitarnya.”1
Dasar inilah menjadikan suatu bangsa baik secara pribadi, ini dapat
membentuk suatu tatanan sosial demi kemajuan bangsa seutuhnya, yang tentunya
dalam kurun waktu yang tak terhingga. Dari uraian diatas, ini dapat terlihat pada
diri Syekh Yusuf dibina (di didik) dalam suasana pendidikan dan kedisplinan ala
kerajaan Gowa dengan ideologi dan koridor ajaran Islam yang kuat, dan ini
mencerminkan dalam diri Syekh Yusuf sendiri, hingga Syekh Yusuf belajar pada
seorang ulama. Namun usaha yang dilakukan Syekh Yusuf diluar dari ketentuan
kerajaan, Syekh Yusuf menemukan pendidikan dengan sifatnya non formal, sebab
pada masa abad ke XVII belum ada ketentuan pendidikan non formal bagi
pribumi belum merata bahkan di Sulawesi Selatan belum ada, yang disebabkan
gowa pada masa itu masih dalam kungkungan penjajah, jadi masih ada
kecilnya dibesarkan dan di didik dalam lingkungan kerajaan, tidak heran kalau
Syekh Yusuf menjadi seorang pemimpin agama dan bangsa, sebagai seorang yang
mendalam ilmu agamanya, tentu misi yang dibawahnya adalah sesuai dengan
1
H.Abd Rahman, Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar dengan Pendekatan Islam (Ujung
Pandang: IAIN Alauddin 1987)., h. 14
48
Syekh Yusuf pada masa kecilnya digembleng dengan cara hidup yang
islami, dia diajar mengaji oleh seorang guru yang bernama Daeng Ri Tasammang
sampai tamat. Di usianya ke- 15, Syekh Yusuf mencari Ilmu ditempat lain,
arab, nahwu sharaf dan mantik dan lainnya yang diajarkan oleh Sayyed Ba’lawi
Bin Muhammad Abdullah Al-Alamah Tahir di Bontoala sejak tahun 1643 juga
termasuk ilmu fiqih dan tauhid dan dalam tempo beberapa tahun saja Syekh
Yusuf sudah tamat mempelajari ilmu fiqih. Namun yang menarik bagi Syekh
Yusuf adalah bidang tasawuf. Tidak lama kemudian Syekh Yusuf melanjutkan
pembelajaran tentang ilmu-ilmu tasawuf. Pertama kali di ajarkan oleh dua orang
guru yaitu Datuk Ri Pa’gentungang dan Lo’mo ri Antang. Kedua guru inilah
bertemu dengan seorang wali dan langsung berguru kepadanya dan wali tersebut
Yusufpun diberi pesan. Hai Yusuf cukuplah ilmumu telah selesai di Negeri
Makassar ini. Namun aku berpesan kepadamu supaya kamu melanjutkan ketanah
memerlukan seorang ilmuan yang berkualitas dalam bidang agama islam pada
49
masa yang akan datang. Karena itu beberapa pembesar kerajaan menganjurkan
sebagainya.
Pada waktu berusia 18 tahun dan baru saja dikawinkan dengan, putri raja
Gowa yang bernama I Sitti Daeng Nisanga. Atas nasehat gurunya Syekh Yusuf
bertolak dari pelabuhan Tallo pada tanggal 22 september 1644, ia berlayar menuju
Banten. Pada waktu Syekh Yusuf sampai ke Banten dan raja pertama Banten
adalah Sultan Abu Al- Mufakhir Mahmud Abdul Qadir (1596-1651). Syekh
Yusuf yang ramah dan tampan sertah memiliki bekal ilmu agama dalam bidang
Aqidah, Syari’ah, akhlak, dan gramatika bahasa arab disambut gembira oleh
Sultan Abdul Al-Qadir, Syekh Yusuf cepat sekali akrab dan bersahabat dengan
Abdul Al- Fattah Bin Abu Alma’ali Bin Abu Al Mufakhir, putra Mahkota yang
Yaman dia berguru kepada Syekh Abdullah Muhammad Abd Al Baqi’ dalam
50
untuk menuntut ilmu. Disinilah pertama kali bertemu dengan tarekat Syatariah.
Setelah itu ia berangkat ke Suriah (Syiria) dan berguru kepada Syekh Abu ibn
Syekh Yusuf Taj Al-Khawaty Hidayatulla. Setelah lama menuntut ilmu, dia
Salamaka ( Tuan yang selamat dan mendapat berkah). Dia juga dikenal sebagai
pejuang Islam di Banten, Sri Langka, dan Afrika Selatan. Selama menetap di
Tirtayasa dan keluarganya, maka di angkatnya Syekh Yusuf sebagai menantu oleh
Sultan, dan dikawinkanlah Syekh Yusuf dengan seorang putri Sultan yaitu
halamannya, Gowa. Tapi Syekh Yusuf sangat kecewa karena saat itu Gowa baru
2
Drs. Badri Yatim, M.A, Sejarah Islam Indonesia (Direktorak Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka Cet I, 1998), h. 156.
51
dalam kota makassar dan telah mendirikan bentengnya yang kuat. Jika orang lain
meninjau hal itu dari sudut pandangan politik, maka tuan Syekh Yusuf melihatnya
musuh dari luar, melaikan akhlak umatlah yang telah rusak binasa. Demikian
pendapat Beliau. Kemudian juga Syekh Yusuf melihat Yaman, Hejaz dan Syam
(Damaskus) dan telah melihat Stanbul juga. Islam masi baru dalam Negerinya,
Perbuatan yang maungkar mesti di berantas dengan kuasa raja. Tetapi sayang,
anak-anak Raja sendiri. Kebiasaan mengadu ayam masi berlaku seperti zaman
“Ballo” yaitu Tuak. Dan orang berani bermain judi ditempat yang ramai atau di
gelanggang ramai.
baginda, adat kebiasaan yang buruk itu dilarang. Dia menghadap sendiri ke istana.
Dia tidak segang menyampaikan kepada raja. Pertama karena Syekh Yusuf masih
52
keluarga kerajaan, kedua pengaruhnya kepada umat mulai besar, karena sejak
Syekh Yusuf di luar negeri namanya sudah harum juga sampai ke kampung3.
dalam satu soal. Raja menjawab, bagindah tidak dapat sekaligus menghapuskan
keberanian berperang!
menghilangkan rasa ngeri dan mabuk melihat darah! Dan judi di izinkan di balai
dan gelanggang supaya gelanggang itu jadi ramai dan pemuda siap selalu
pandang kerohanian. “inilah pangkal kejatuhan Gowa! Gowa akan hancur pecah
3
Prof.Dr. Hamaka, Dari perbendaharaan Lama (Cet.I; Bandung: SEGA ARSY 2018).,
h.76-78.
53
daerah-daerah yang merupakan sumber ekonomi kerajaan. Selain itu, lapisan anak
karaeng ri Gowa juga kehilangan lapangan kegiatan ekonomi, politik yang ikut
itu, pihak Dewan Bate Salapang menilai bahwa perjanjian Bongaya harus segera
ketentraman. Usaha itu dicetuskan pada masa pemerintahan raja Gowa Sultan
Abdul Djalil lewat usaha perkawinan lintas politik antara Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Bone. Anak dari hasil perkawinan itu nantinya direncanakan untuk
dilaksanakan, muncul ide lain, yaitu untuk mengembalikan seorang ulama besar
dan terkenal yang berasal dari Tanah Makassar yang diasingkan oleh Belanda ke
Sailon karena memihak pada Sultan Agung (Sultan Banten) dalam perang
melawan Sultan Haji yang dibantu oleh VOC- Belanda. Gagasan pengembalian
ini nampaknya sangat unik sebab ulama itu tidak bergiat di Sulawesi Selatan dan
seorang penentang ulung VOC, namun pihak Kerajaan Gowa mengajukan suatu
yang diharapkan akan dipergunakan sebagai biaya pemulangan tokoh tersebut dari
kemudian diantar ke Fort Rotterdam untuk diberikan kepada Ketua VOC Willem
Hartsink. Kehadiran Raja Gowa Sultan Abdul Djalil bersama bangsawan tinggi
Kerajaan Gowa disambut baik oleh Hartsink dan beliau berjanji akan
akan dikembalikan itu. Sementara itu, rombongan raja Gowa dan bangsawan
dengan pihak Kerajaan Gowa yang selama ini berada pada posisi yang kurang
menguntungkan akibat karena terlalu banyak hak prerogatif yang diberikan oleh
kebebasan dari Arung Palakka sehubungan dengan prerogatifnya. Oleh sebab itu,
VOC di Batavia, mereka `menjadi marah dan mengecam Hartsink yang telah
VOC menduga bahwa rencana itu tak lain adalah untuk menjadikan tokoh tersebut
balik oleh Hartsink dan membalas pernyataan penolakan itu dan menyatakan
55
bahwa keadaan di Makassar sangat rawan terjadinya konflik, karena itu jika
pemerintah VOC di Batavia menolak permohonan itu pasti akan terjadi huru hara
dimana-mana. Lebih tegas lagi dikatakan oleh Hartsink bahwa jika permohonan
itu ditolak, maka wakil-wakil Kerajaan Gowa yang mengajukan permohonan itu
akan ditahan di benteng Ford Rotterdam hingga bantuan datang dari Batavia,
bantuan yang diharapkan di Makassar tidak ada sebab rakyat secara umum yang
pengembalian itu kepada Sultan Abdul Djalil, beliau menjawab bahwa alasan
utamanya adalah karena Syekh Yusuf termasuk keluarga raja-raja Gowa, saudara
tiri dari Karaeng Bisei Sultan Muhammad Ali raja Gowa ke-18, dan juga tentunya
saudara tiri Sultan Abdul Djalil sendiri. Tetapi alasan itu tidak benar seperti yang
nampak dalam usaha dari Cense untuk mencari kebenaran hubungan keluarga
antara Syekh Yusuf dan dua orang raja Gowa itu. Menurut Andaya (2004: 177-
178), hal itu memang sesungguhnya tidak perlu dibuktikan bila kita
yang dipulangkan ke Makassar tahun 1684 dan yang menyebarkan berita tentang
dari delegasi Kerajaan Gowa yang baru terjadi 5 tahun kemudian, yaitu pada 11
Maret 1689, atau setelah 6 tahun Syekh Yusuf diasingkan ke Sailon. Jangka waktu
56
itu dapat menunjukkan kepada kita bahwa Syekh Yusuf bukanlah keluarga raja-
raja Gowa. Sebab bila terdapat hubungan maka dengan sendirinya ketika
untuk dibuktikan kebenarannya kalau kita melihat ketetapan Sultan Abdul Djalil
menyangkut hak keluarga Syekh Yusuf. Itu jelas menunjukkan bahwa tokoh itu
dan keluarganya hanya diterima sebagai bagian keluarga raja-raja Gowa. Jika ia
telah dijamin menurut aturan sosial yang berlaku yang ditentukan berdasar derajat
istimewa yang diberikan kepada keluarga Syekh Yusuf itu, jelas bahwa hak-hak
istimewa itu umumnya berlaku bagi lapisan bangsawan anak karaeng ri Gowa.
Dalam ketentuan itu, Sultan Abdul Djalil menyatakan:” bahwa suatukaraeng pasti
akan tertimpa kutukan apabila karaeng itu suatu saat sampai berani kiranya
menyebut salah satu dari keturunan Syekh Yusuf sebagai budak belian, sekalipun
umpamanya orang itu lahir dari perkawinan dengan seorang wanita budak belian.
mendapat kebebasan dari bea dan pajak, dan lainlain iuran serta kerja rodi (Cense,
1996: 177).
pula pejabat VOC di Batavia dengan mengembalikan beberapa daerah yang telah
direbut oleh VOC kepada Kerajaan Gowa atas persetujuan dari Francois Prins dan
57
Dirk de Haan. Selain itu, mereka juga bersedia memenuhi beberapa permintaan
dari Sultan Abdul Djalil untuk mengembalikan beberapa daerah bekas kekuasaan
Kerajaan Gowa (Patunru, 1969: 72). Dan sebagian lagi dari tuntutan Sultan Abdul
Djalil tidak dipenuhi oleh ketua VOC di Makassar, sebab hal itu memerlukan
berangkat ke Banten. Saat itu pangerang Surya sudah naik tahta dengan gelar
Sultan Ageng Tirtayasa. Di Banteng ia dipercaya sebagai Mufti kerajaan dan guru
bidang agama dalam mengajar dan mendidik keluarga Sultan Tirtayasa dalam
gantinya Syekh Yusuf mengirim salah satu muridnya Abdul Basyir Al- Dariry
yang telah mengikuti Syekh Yusuf dari Mekkah ke Banten. Bahkan ia dinikahkan
dengan anak Sultan, Siti Syarifah. Seperti banyak daerah lainnya saat itu, Banten
Salah satu murid yang paling menonjol dari buah pengajaran Syekh Yusuf
adalah Putra Mahkota Abd. Al- Qahar yang bergelar Sultan Hajji. Puncak dari
peperangan internal kerajaan berawal dari sepulangnya Sultan Hajji dari mekkah
4
Syahril Kila, Syekh Yusuf Tuanta Salamaka Pemujaan di Tanah Makassar (Makassar:
Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013)., h. 5-6
58
beliau menyuruh seluruh rakyatnya berpakaian ala Arab, kemudian ini ditentang
oleh ayah Sultan Tirtayasa yang kemudian menjadi awal keretakan hubungan
antara pemegang mahkota dengan putra mahkota. Apalagi setelah Sultan Hajji
Purbaya untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan menduduki sendiri tahta
antara Sultan Ageng di satu pihak dan Sulta Hajji besertah kompeni di pihak lain.
Dan pada tahun 1092 / awal 1682 perang akhirnya pecah pada situasi yang sulit
Sultan Hajji meminta bantuan kepada belanda di batavia, dengan berjanji akan
Sultan Tirtayasa, tetapi Syekh Yusuf dan pangeran purbaya berhasil meloloskan
dan akhirnya dia dibuang ke Batavia dan meninggal disana pada tahun 1692.
Belanda berhasil menangkap Syekh Yusuf, karena lama menetap dan Berjuang di
59
Banten dan diberi nama Al- Batani, sehingga nama berubah yaitu “Syekh Al-Hajj
Pada tanggal 12 september 1684, dia dibuang ke Sri Langka, dan dia
kemudian berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Pada tanggal 7 juli 1693 dia
pembuangan terakhir Syekh Yusuf meninggal (wafat) pada tanggal 23 mei 1699
Hartsink di buktikan dengan diterimanya raja Gowa Sultan Abdul Jalil dan
11 mei 1689 Alasannya Willem Hartsink menerima Raja Gowa Sultan Abdul Jalil
Bersama rombongannya yang datang menghadap dan dibuktikan oleh ketua VOC
antara mereka tanpa terduga adanya maksud sesunggunnya dari kunjungan itu,
5
Drs. Badri Yatim, Op. Cit. H. 157
60
kebenaran oleh karena itu pada kekuatan untuk menentang dan membinasakan
VOC di Makassar, dengan mendatankan Syekh Yusuf dan di harapkan dia dapat
Menurut pengakuan Sultan Abdul Jalil kepada De Hans pada tahun 1691 bahwa
tujuan dari permohonan untuk menampilkan Syekh Yusuf sebagai tokoh yang suci
tahun 1684 dan menyebar keharuman nama Syekh Yusuf. Untuk mengembalikan
Syekh Yusuf oleh delegasi kerajaan Gowa yang berjangka lima tahun kemudian,
yaitu 11 Mei 1689 setelah enam tahun Syekh Yusuf berada di pengasingannya di
Sailon.
6
Buletin Triwulan, Media Informasi Sejarah dan Budaya Sul Sel (Ujung Pandang:
Departemen Pendidikan direktorak Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1997) ., h. 15-16
61
Bisei Sultan Muhammad Ali dan juga bukan saudara tiri Sultan Abdul Jalil. Akan
tetapi Syekh Yusuf diterima menjadi anggota keluarga raja-raja Gowa, sebab bila
oleh aturan-aturan sosial yang berlaku dan dimiliki oleh Syekh Yusuf seperti
“anak Karaeng ri Gowa” (Anak Raja Gowa).7 Dan atas perjuangan dan jasa-jasa
7
Ibid
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syekh Yusuf adalah seorang ulama dan shufi dari golongan Asyariyah
2. Perana yang dilakukan oleh Syekh Yusuf dalam penyebaran agama Islam,
penjajah Belanda sehingga Syekh Yusuf sangat ditakuti dan disegani oleh
para penjajah.
62
63
muridnya sertah anggota keluarga, yang kemudian tempat itu diberi nama
bukit Makassar. Dan Syekh Yusuf wafat di tanjung harapan pada tanggal
23 Mei 1699 dalam usia 74 tahun dan kemudian Syekh Yusuf dikenal
1. Aqidah, keimanan atau ketetapan Allah yang fitrah, selalu bersandar kepada
kebenaran (haq) tidak pernah berubah dan terikat para hati manusia.
bersihkan jiwa.
menuju keridhaan Allah semata-mata dan tarekat ini pula merupakan saluran
4. Dengan jasa-jasa Syekh Yusuf, dan Syekh Yusuf sebagai seorang shufi dan
B. Saran
1. Disarankan kepada para penulis dan pengkaji sejarah baik lokal maupun
publikasikan.
64
2. Di sarankan kepada seluruh pembaca dan penuis buku agar kiranya dapat
2002,
Bantang, H.M Siradjuddin, Syekh Yusuf Menuntun Kita Ke Surga Makassar: Pustaka
Tefleksi.2008
Semarang, 1992.
Hamid, Abu. Syekh Yusuf Seorang Ulama Shufi dan Pejuang. Jakarta: Yayasan
Hamka, Sejarah Umat Islam lV. Cet. II, Jakarta: Bulan Bintang 1976.
Medina. 2011.
M Sewang, Ahmad, Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVII Sampai Abad XVIII,
Refleksi. 2010
Nata H, Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta! PT. Raja Grafindo
2004.
Basang Jirong, Riwayat Syekh Yusuf Dan Kissa Ammakku Ta’nang Daeng
1978.
Hamka, Dr. Pro, Syekh Yusuf Tajul Khalwati Tuanta Salamaka, cet. 1, Jl.Asri
Darwas Rasyid Darwas Drs, Biografi Syekh Yusuf, Ujung Pandang: Departemen
Massiar. A. H, Syekh Yusuf Tuanta Salamaka dari Gowa, Cet 1. Jakarta: Yayasan
Lakipadada, 1883.
Sultha Sahib, Allah dan Jalan Mendekatkan Diri Kepada-Nya Dalam Konsep
Ilmu,1999
Mustari Mustafa Mustari. Dr, Agama dan Bayang-Bayang Syekh Yusuf Al-
Hamaka Dr. Pro, Dari perbendaharaan Lama. Cet.I; Bandung: SEGA ARSY 2018
Triwulan Buletin, Media Informasi Sejarah dan Budaya Sul Sel Ujung Pandang:
M. A Badri Yatim Badri Drs, Sejarah Islam Indonesia Cet I; Direktorak Jenderal
pendidikan di SD Inpres Borongkaramasa pada tahun 2002 dan selesai pada tahun
tahun 2008 sampai tahun 2011. Selanjutnya, pada tahun 2011 peneliti melanjutkan
Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan doa restu serta cinta kasih
orang tua, keluarga dan sahabat maka peneliti dapat menyelesaikan studi dan