Anda di halaman 1dari 95

Tanggal :

BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 1 DARI 12 Lokasi :

1. DEFENISI Susun!
Defenisi Kinerja
Terdapat beberapa badan standar yang mengeluarkan defenisi kinerja,
antara lain :

1. Standar industri Jerman DIN55350


Kinerja terdiri dari semua karakteristik dan aktivitas penting yang
dibutuhkan dalam suatu produksi, yang meliputi perbedaan
kuantitatif dan kualitatif produksi atau aktivitas keseluruhan.

2. Standar ANSI (ANSI/ASQC A3/1978)


Kinerja adalah gambaran dan karakteristik produksi keseluruhan
atau pelayanan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan.

3. Standar IEEE untuk kinerja perangkat lunak (IEEE Std 729 - 1983)
Kinerja adalah tingkatan untuk memenuhi kombinasi perangkat
lunak yang diinginkan.

Secara umum dapat didefenisikan sebagai semua karakteristik dan aktifitas


penting yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang akan
dicapai.

Defenisi dan Konsep Dasar

Istilah kinerja (performance) mengacu pada pelayanan yang disediakan


oleh orang atau mesin untuk siapapun yang memerlukannya. Suatu sistem
pemroses informasi adalah sekumpulan komponen perangkat keras dan
perangkat lunak yang memiliki kemampuan untuk memproses data
melalui program-program yang ditulis. Dengan demikian istilah kinerja
untuk suatu sistem yang memproses informasi adalah merupakan fasilitas-
fasilitas yang dapat tersedia untuk dimanfaatkan yang meliputi bahasa
pemrograman, utiliti yang digunakan untuk mendesain dan pengembangan
program, utiliti pemrosesan, feature untuk memperbaiki kegagalan dan
sebagainya.

Kinerja (performance) terdiri dari indeks-indeks yang dapat


melambangkan kemudahan, kenyamanan, kestabilan, kecepatan dan lain-
lain. Setiap indeks memiliki kuantitas dan kemudian menjadi obyek
evaluasi. Suatu indeks performance dapat dievaluasi dengan berbagai cara,
antara lain :
• Dapat diukur (measured)
• Dapat dihitung (calculated)
• Dapat diperkirakan (estimated)

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 2 DARI 12 Lokasi :

Evaluasi tersebut merupakan kuantitatif (=sesuatu yang dapat dijabarkan


dalam angka). Namun demikian banyak faktor dari sistem yang dipilih Susun!
adalah merupakan kualitatif yang sukar untuk dikuantisasi.

2. TUJUAN EVALUASI

Evaluasi diperlukan untuk memberi gambaran apakah suatu kinerja sistem


yang ada, sudah sesuai dengan yang dibutuhkan serta sesuai dengan
tujuan.

Aplikasi teknik evaluasi dapat diklasifikasikan dalam empat kategori :


1. Procurement, seluruh masalah evaluasi yang dipilih dari sistem
atau komponen-komponen sistem (yang ada pada sistem atau pun
alternatifnya).
2. Improvement, meliputi seluruh masalah kinerja yang timbul pada
saat suatu sistem sedang bekerja.
3. Capacity Planning, terdiri dari masalah yang berhubungan dengan
prediksi kapasitas sistem di masa yang akan datang.
4. Design, Seluruh masalah yang harus dibuat pada saat akan
menciptakan suatu sistem yang baru.

3. SISTEM REFERENSI

Untuk memberi gambaran pendekatan dalam sistem yang akan diobservasi


dalam evaluasi kinerja, maka digunakan sustu sistem acuan (referensi).
Konfoigurasi sistem yang digunakan sebagai sistem referensi antara lain :

1. Uniprogrammed Batch-processing References System (UBRS).


Pada sistem ini model batch processing digunakan dan resources
utamanya diatur oleh pemrograman tersendiri.
2. Multiprogrammed Batch-processing References System (MBRS).
Teknik ini mewakili adanya pemrosesan dari suatu aktivitas yang
overlapping (secara bersamaan memenuhi sistem. Dalam sistem ini
aktivitas CPU (SPOOL=simultanous processing operation online),
aktivitas channel dapat overlap.
3. Multiprogrammed Interactive Reference System (MIRS).
Karakteristiknya adalah adanya interaktif terminal dimana user
dapat berhubungan (converse) dengan sistem, yang disebut dengan
interactive transaction.
4. Multiprogrammed Interactive Vrtual Memory Reference System
(MIVRS). User dapat memprogram di dalam ruang alamat memori
secara virtual yang berbeda dengan sistem memori aktual.

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 3 DARI 12 Lokasi :

4. INDEKS KINERJA
Susun!
Level Evaluasi kinerja :

Desainer Sistem (hw/sw)

Manajer Instalasi

Analis dan
Programmer

Level 3

Level 2

Level 1

Ketiga level di atas memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat


operasional sistem menjadi efisien, namun problem yang dihadapi di
masing-masing level akan dilihat dari sudut yang berbeda.

1. Desainer Sistem (perangkat keras/ Perangkat lunak), tugas :


a. Harus selalu menjaga/memikirkan jangkauan sistem
aplikasi yang mungkin digunakan.
b. Memperhatikan penggunan/pemanfaatan sistem komputer
yang mempengaruhi kerja beberapa variabel seperti : waktu
akses memori, kecepatan CPU, pengorganisasian program
dan basis data, algoritma lokasi memori.
c. Obyek bagi indeks internal

2. Manajer Instalasi, tugas :


a. Lebih memperhatikan keseimbangan (balance)
b. Cost effective yang digunakan komponen sistem.
c. Memilih banyak layanan yang memuaskan untuk banyak
user.
d. Mengatur penggantian fasilitas yang digunakan.
e. Obyek bagi indeks internal

3. Analis dan programmer, tugas :


a. Lebih berkonsentrasi pada lingkup pekerjaan pemrograman
secara operasional.
b. Dapat mempempengaruhi secara langsung terhadap
bermacam-macam sumber beban (seperti CPU, periferal,
memori dan lain-lain)

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 4 DARI 12 Lokasi :

c. Mengevaluasi proses agar efisien dalam waktu dan efisien


dalam harga. Susun!
d. Obyek bagi indeks eksternal

Skema dari suatu studi evaluasi kinerja :

Mulai

Defenisi Tujuan
Data dari (objective) Beban
sistem (workload)
dari sistem

Defenisi Indeks kinerja


dan variabel yang akan
dievaluasi

Membuat model atau


sistem pengukuran dan
beban kerja (workload)

Memilah data dan


interpretasi hasil
pengukuran

tidak
Tujuan Modifikasi
tercapai ? sistem atau
model
ya

Buat Perencanaan
Verifikasi sistem
secara periodik

Selesai

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 5 DARI 12 Lokasi :

Nilai-nilai variabel yang dibutuhkan dalam kegiatan evaluasi kinerja


sistem adalah : Susun!
1. Karakteristik sistem fisik
Variabel ini berisi :
a. informasi mengenai konfigurasi sistem perangkat keras dan
perangkat lunak (ukuran memori, jumlah channel dan
kapasitas disk, lokasi file sistem, BIOS).
b. Operasi bermacam komponen (CPU, tipe channel, waktu
akses disk, dan lain-lain).

2. Kondisi operating sistem


Terdiri dari penggambaran beban yang akan dievaluasi (seperti
workload melalui pendekatan probabilistik).

3. Indeks kinerja sistem


a. Klasifikasi indeks kinerja terbagi menjadu dua yaitu indeks
internal (mengukur kegunaan masing-masing komponen
sistem) dan indeks eksternal (mengevalusai secara eksternal
terhadap proses sistem agar efisien).
b. Indeks internal memanfaatkan orang-orang pada level 1
dan level 2.
c. Indeks eksternal memakai orang-orang pada level 3 yaitu
dilihat dari sisi pengguna akhir yang terlibat langsung
(user).

Tabel indeks Kinerja

Indeks eksternal Indeks Internal


Turn around time CPU Utilization
Response time Overlap of activities
Throughput Faktor multiprogramming
Capacity Level multiprogramming
Availability Paging rate
Realibility Reaction time

1. Turnaround time

Defenisi :
• Interval waktu antara program yang siap menjalankan sejumlah proses
sistem (secara batch processing) sampai dengan eksekusi berakhir.
• Merupakan indeks kinerja yang sensitif untuk mengetahui efisiensi
pemrosesan.

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 6 DARI 12 Lokasi :

Rumus :
Turnaround time = P * R
Susun!
R = Waktu pembacaan program
P = Waktu pencetakan selesai

CPU
CPU or I/O CPU I/O or I/O

CPU Wait Wait Wait Wait

t
R P

Start End
Eksekusi Eksekusi
Stand alone processing time

Processing time

Turnaround time

Eksternal turnaround tima

Gambaran karakteristik waktu proses suatu program dalam


sistem MBRS (Multiprogrammed Batch-processing
References System)

Mean Turnaround time

1 n
Tm = ----- ∑ (Pi – Ri)
n i=1

n = Banyaknya program

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 7 DARI 12 Lokasi :

Eksternal Turnaround time


Defenisi : Susun!
• Waktu interval antara program yang diajukan user sampai dengan hasil
yang diterimanya.
• Meliputi waktu yang diperlukan untuk operasi manual, baik manual
input maupun manual output.

Stand-alone Turnaround time atau processing time (Tp)


Definisi : Waktu Turnaround ketika hanya sistem program yang berjalan.

Weighted Turnaround time (Tw)


Defenisi : Perbandingan antara Turnaround time (T) dengan processing
time (Tp).
Rumus :
T
Tw = -----
Tp

Mean Weighted Turnaround time (Twm)


Defenisi : Jika n pada mean turnaround time kecil, maka defenisi pada
rumus Mean Turnaround Time menjadi kurang akurat untuk menentukan
efisiensi proses, sehingga digunakan defenisi ini.
Rumus :
1 n
Twm = ----- ∑ Twi
n i=1

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 8 DARI 12 Lokasi :

Contoh :
Susun!
Kasus 1
Misalkan sebuah pemrosesan dari program A, B dan C dalam sistem
UBRS, dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

Program Processing Arrival sequence


Time time (waktu kedatangan)
(menit)
A 30 Pada waktu 0
B 55 Setelah 5 menit
C 5 Setelah 10 menit

Dari kondisi di atas, carilah T, Tm, Tw dan Twm dengan algoritma


penjadwalan :
• FCFS (First Come First Serve)
• SJF (Short Job First) g Algoritma
Penjadwalan dapat
ditemukan pada
• Future Knowledge Catatan
• FCFS (First Come First Serve) pada sistem MBRS Mata kuliah Sistem
Operasi

Jawab :

a. FCFS (First Come First Serve) :

T Tw
A 30 1 Tm = 63
B 80 1.4 Twm = 6.1
C 80 16

b. SJF (Short Job First)

T Tw
A 30 1 Tm = 46.6
B 85 1.5 Twm = 2.5
C 25 5

ANALISIS KINERJA SISTEM


BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 9 DARI 12 Tanggal :
Lokasi :

Susun!

c. Future Knowledge

T Tw
A 45 1.5 Tm = 48
B 95 1.7 Twm = 1.4
C 5 1

d. FCFS (First Come First Serve) pada sistem MBRS

T Tw
A 60 2 Tm = 53.3
B 85 1.5 Twm = 2.1
C 15 3

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 10 DARI 12 Lokasi :

2. Response time (waktu tanggap)


Defenisi : Interval waktu antara perintah input yang siap untuk terminal Susun!
sistem sampai dengan adanya tanggapan kembali pada terminal.

I/O CPU

CPU or I/O CPU or I/O

CPU Wait Wait Wait Wait

Send Start
Command Output
Stand alone response time

Response time

Interaction time

Komponen dari response time (perintah diasumsikan tidak untuk


menghasilkan output selama eksekusi)

3. Througput (atau Produktivitas)


Defenisi : Jumlah atau banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukan dalam
satuan waktu tertentu.

Ekspresi nilainya dengan cara :


• Jumlah program yang diproses per satuan waktu
• Jumlah data yang diproses per satuan waktu
• Jumlah transaksi yang diproses per satuan waktu

Sistem throughput biasanya lebih merupakan nilai teoritis daripada


kemampuan yang tersedia (capacity).

Rumus :
Np
X = -----
ttot

X = Nilai throughput

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 11 DARI 12 Lokasi :

Np = Jumlah program yang dieksekusi


ttot = Total waktu yang ditempuh Susun!
Throughput mempengaruhi beberapa faktor :
• Karakteristik workload (beban kerja) yang akan dievaluasi
• Karakteristik perangkat keras dan perangkat lunak sistem
• Kemungkinan digunkana overlapping untuk banyak komponen
• Algoritma yang digunakan
• Kecepatan perangkat keras dan perangkat lunak sistem

4. Capacity
Defenisi : Nilai maksimum teoritis sistem throughput yang dapat
dijangkau.

5. Availability
Defenisi : Prosentasi total waktu sistem yang diselesaikan user.

6. Realiability
Defenisi : Konsistensi dalam mendapatkan nilai tertentu dalam proses
yang dilakukan secara berulang-ulang

7. CPU Utilazation
Defenisi : Prosentasi waktu operating system selama CPU aktif

8. Overlap
Defenisi : Prosentasi waktu respon operating system selama dua atau tiga
sumber yang selalu sibuk, digunakan untuk sistem multiprogramming.

9. Paging Rate
Defenisi : Indeks yang tipikal ada pada sistem yang memanfaatkan
memori virtual, berkenaan dengan kemampuan menyimpan elemen-
elemen program yang merupakan beban kerja yang tidak terdapat pada
memori utama.

10. Reaction Time


Defenisi : waktu sistem untuk bereaksi yang dihitung dari waktu
pemberian perintah eksternal.

11. Multiprogramming Strech factor


Defenisi : indeks untuk mengevaluasi pengaruh multiprogramming pada
waktu turn around program.

12. Multiprogramming Level


Defenisi : Jumlah program yang dieksekusi dalam waktu yang bersamaan.

ANALISIS KINERJA SISTEM


Tanggal :
BAB 1 PENDAHULUAN - HAL 12 DARI 12 Lokasi :

Hubungan antara throghput (kapasitas) dengan beban kerja :


Susun!
Theorytical capacity

Practical capacity
Througput

Beban kerja

Hubungan antara Througput dengan response time pada sistem


MIRS (Multiprogrammed Interactive Reference System) :

System capacity

Througput

Response time

5. TEKNIK EVALUASI

Metode Evaluasi :
1. Teknik pengukuran (measurement/empiris) : Merupakan
pengukuran langsung pada sistem yang akan dievaluasi pada sistem
yang telah ada atau telah tersedia.
2. Teknik model (modelling) : Pengukuran dengan menggunakan
model dari sistem yang akan dievaluasi, terdiri dari 2 macam :
• Teknik Simulasi : Mengukur aspek kinerja dinamis dengan
mereproduksi keadaannya.
• Teknik Analitik : Lebih melakukan pendekatan pengukuran
secara matematis.

ANALISIS KINERJA SISTEM


BAB I
Gambaran Pemeriksaan SI
(Overview of Information System Auditing)

Gbr.2.1. Performance Information System Reason

AKS - bab 2 Hal : 1


Information System Auditing Defined

Audit SI adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi fakta untuk memutuskan apakah
sistem komputer yang merupakan aset bagi perusahaan terlindungi, integritas data
terpelihara, sesuai dengan tujuan organisasi untuk mencapai efektifitas, dan efisiensi
dalam penggunaan sumber daya.

Gbr. 2.2. Factors influencing an organization toward control and audit of computers

Need For Control and Audit of Computers


• Organizational Cost of Data Loss
o Data dapat menyebabkan kebutuhan sumber daya menjadi kritis untuk
keberlangsungan operasional organisasi (baik untuk memberikan gambaran
masa lalu,masa kini dan masa yang akan datang).
o Jika data akurat, maka organisasi akan mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dan bertahan dalam lingkungan yang berubah. Jika tidak (data
hilang), maka organisasi akan mengalami kehilangan data yang cukup
penting.
AKS - bab 2 Hal : 2
o Contoh jika data master barang di suatu toko swalayan rusak, maka kasir
tidak dapat melakukan transaksi pembelian yang dilakukan oleh konsumen

• Cost of Incorrect Decision Making


o Untuk membuat keputusan yang berkualitas dan dapat dipercaya, maka
perlu di dukung oleh data yang akurat melalui sistem informasi berbasis
computer
o Termasuk : deteksi, investigasi, dan koreksi proses yang diluar kontrol
(connection of out-of- control process)
o Akibat data yang salah akan mempunyai dampak terhadap minat investor
terhadap perusahaan. Contoh : jika penyediaan laporan keuangan salah
(inaccurate financial information), maka investor akan membatalkan atas
keputusan investasinya
o Penting juga diperhatikan tentang ‘aturan-aturan keputusan yang akurat
(accurate decision rules).
Contoh jika aturan pengambilan keputusan (decision rule) dalam sistem
pakar untuk mendukung diagnosis, salah, mengakibatkan dokter akan salah
dalam memberikan keputusan / pemberian resep kepada pasiennya, ini akan
berakibat fatal

• Cost Of Computer Abuse


o Sebagian besar sebab yang mendorong pengembangan fungsi audit SI di
perusahaan adalah akibat seringnya terjadi penyalahgunaan computer
o Penyalahgunaan komputer : “segala kejadian yang berhubungan dengan
teknologi komputer yang mengakibatkan kerugian pada korban atau
mengakibatkan kehilangan yang diakibatkan oleh pelaku kejahatan untuk
mencari keuntungan”

AKS - bab 2 Hal : 3


Gbr.2.3. Cost of computer abuse

• Sebagian besar tipe penyalahgunaan komputer adalah :


1. Hacking : seseorang yang tidak mempunyai akses otoritas terhadap sistem
komputer untuk membaca, memodifikasi atau menghapus program atau
data untuk mengacaukan proses.

2. Virus : adalah program yang menyerang file executable, area sistem atau disk,
atau file data yang berisi macro yg mengakibatkan kekacauan operasi
komputer atau kerusakan data/program

3. Illegal Physical Access : seseorang yang mengambil keuntungan melalui akses


fisik secara ilegal terhadap fasilitas komputer. Contoh memasuki ruang
komputer atau ruang terminal secara ilegal, merusak H/W, atau copy
program dan data yang bukan merupakan wewenangnya

4. Abuse of Privilages : seseorang yang menggunakan hak-hak istimewanya


untuk maksud dan tujuan yang bukan merupakan otoritasnya. Contoh :
membuat copy data yang rahasia (sensitif) akan tetapi tidak meminta ijin
atau persetujuan kepada yang berwenangnya.
Menurut survey Benbow (1990) : 80% penyalahgunaan komputer diakibatkan
oleh ‘pegawai intern’

AKS - bab 2 Hal : 4


Gbr.2.4. Consequences of Abuse

Konsekuensi Penyalahgunaan Komputer

1. Destruction of asset (perusakan aset) :


Hardware, software, data, fasilitas, dokumentasi atau persediaan barang dapat
dirusak.
2. Theft of asset (pencurian aset) :
Hardware, software, data, dokumentasi, atau persediaan barang dapat dipindahkan
secara illegal.
3. Modification of asset (modifikasi aset) :
Hardware, software, data atau dokumentasi dimodifikasi dengan cara yang tidah
syah.
4. Privacy violaction (pelanggaran privasi) :
privasi mengenai data seseorang atau organisasi di gunakan untuk kepentingan yang
tidak sah.
5. Discruption of Operations (pengacauan operasi) :
Operasi fungsi sehari-hari (‘day to day’) SI dapat terhenti sementara yg diakibatkan
oleh operasi yg dikacaukan.
6. Unauthorized use of asset (penyalahgunaan otorisasi asset) :
Hardware, software, data, fasilitas, dokumentasi atau persediaan barang digunakan
untuk maksud yang tidak sah.
contoh penggunaan komputer dinas di kantor untuk maksud private atau konsultasi
7. Physical harm to personnel (kejahatan fisik terhadap personal) :
personal / pegawai dapat menderita akibat kejahatan fisik

AKS - bab 2 Hal : 5


• Value of H/W, S/W, Personnel
− Data, H/W, S/W dan personal adalah merupakan sumber daya kritis organisasi
− Beberapa organisasi telah menginvestasikan ratusan miliar dollar untuk itu.

• High cost of computer error


− Komputer saat ini mempunyai peranan / fungsi penting dengan lingkungan
sosial. Contoh monitor digunakan untuk memantau pasien, memonitor missile,
pengendali reaktor nuklir, dll. Akibatnya jika komputer ‘error’, maka akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar (mahal).
− Komputer saat ini mempunyai peranan / fungsi penting dengan lingkungan
sosial. Contoh monitor digunakan untuk memantau pasien, memonitor missile,
pengendali reaktor nuklir, dll. Akibatnya jika komputer ‘error’, maka akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar (mahal).
− Contoh : 257 orang meninggal di pegunungan antartika, akibat error pada
sistem yang diakibatkan oleh pekerjaan ‘iseng’ seseorang yang mengganti isi /
data sistem komputer yang terkait dengan penerbangan

• Maintenance of privacy
Sebagian besar data dikumpulkan, merupakan data individu seperti: data pembayar
pajak, credit, medical, educational, employment, dan yang lainnya. Data ini
dikumpulkan sebelum proses komputerisasi, dan data privasi ini harus dilindungi.
Agar hak-hak privasinya terjaga.

• Controlled evolution of computer use


Konflik, satu sisi komputer digunakan untuk hal-hal yang berguna, tapi di sisi
lain komputer digunakan untuk pengendalian nuklir yang mungkin saja
digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna.

AKS - bab 2 Hal : 6


Pengaruh Fungsi Audit SI untuk Organisasi

Gbr.2.5. Impact of the IS audit function an organization

Obyek Perlindungan Aset (Asset Safeguarding Objectives)


− Aset SI didalam organisasi adalah HW, SW, fasilitas, user (knowledge), file data,
dokumentasi sistem, dan (persediaan barang)
− Sebaiknya semua asset harus dilindungi oleh sistem pengendalian internal.

Obyek Integritas Data (Data Integrity Objectives)


− Integritas data adalah merupakan konsep dasar didalam audit SI.
Data terdiri dari atribut-atribut yang harus berisi : kelengkapan (completeness),
dapat dipercaya (soundness), bersih (purity), dan benar.
− Jika integritas data tidak dipelihara, maka organisasi tidak akan mendapatkan
representasi data yang benar untuk suatu aktifitas, akibatnya organisasi tidak dapat
berkompetisi.

Obyek Efektivitas Sistem (System Effectiveness Objectives)


− Audit efektivitas sering dilakukan setelah sistem berjalan untuk beberapa waktu.
Manajemen membutuhkan hasil audit efektivitas untuk mengambil keputusan
apakah sistem terus dijalankan atau dihentikan sementara untuk proses modifikasi.

AKS - bab 2 Hal : 7


Obyek Efisiensi Sistem (System Efficiency Objectives)
− Efisiensi SI dilakukan dengan cara menggunakan sumber daya minimum untuk
menyelesaikan suatu tujuan obyek (pekerjaan). Variasi sumber daya terdiri dari
mesin, waktu, peripheral, S/W sistem, dan pekerja.

Tujuan dari perlindungan asset, integritas data, efektivitas sistem, dan efisiensi sistem dapat
dicapai dengan baik jika manajemen organisasi meningkatkan sistem pengendalian
internalnya, yaitu dengan cara :

1. Pemisahan Tanggung Jawab


2. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
3. Personal yang Kompeten dan Dapat dipercaya
4. Otorisasi sistem
5. Kecukupan Catatan dan Dokumen.
6. Pengendalian Fisik atas benyaknya Rekord dan Aset
7. Kecukupan Supervisi dari pihak Manajemen
8. Bentuk Pengecekan yang Independen
9. Perbandingan Akuntabilitas Rekord dengan Aset

Pengaruh Komputer dalam Pengendalian Internal


− Perubahan dalam pengumpulan fakta
− Perubahan dalam Evaluasi Fakta

@ Ref : Diktat AKSI by SWS

AKS - bab 2 Hal : 8


BAB III
Memeriksa Sistem Informasi
(Conducting an Information System Audit)

Hal yang menenangkan dalam tugas audit SI di organisasi yaitu karena terdapat banyak
programmer, analis, banyak komputer dan ribuan file.
Yang jelas, tidak semua organisasi mempunyai kapasitas yang sama. Untuk organisasi kecil,
bagaimanapun, peran auditor tidak untuk menyelesaikan pengecekan secara detil seluruh
persoalan pengolahan data dalam fungsi SI. Sebagai gantinya mereka mengandalkan contoh
data untuk memutuskan apakah tujuan audit SI telah tercapai.

3.1. Pemeriksaan Tradisional (The Nature of Controls)

Audit SI harus konsen dengan pengendalian evaluasi kehandalan atau efektivitas operasi.
Yang penting lagi kita juga harus memahami apa pengertian dari pengendalian (control).

“Pengendalian (control) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mencegah (prevents),
mendeteksi (detects), atau mengkoreksi kebenaran (keabsahan) suatu peristiwa / kegiatan
sesuai dengan aturan / hukum”.

Tiga aspek kata kunci definisi kontrol, yaitu :


1. Pengendalian adalah sebuah sistem (a control is a system)
Dengan kata lain, terdiri dari sekumpulan komponen yang saling berelasi yang
berfungsi secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu maksud atau tujuan.

2. Keabsahan / kebenaran dari suatu kegiatan (unlawful events)


Keabsahan kegiatan dapat muncul jika tidak ada otorisasi (unauthorized), tidak
akurat (inaccurate), tidak lengkap (incomplete), redundansi (redundant), tidak efektif
(ineffective) atau tidak efisien (inefficient) pemasukan data kedalam sistem.

3. Pemeriksaan digunakan untuk mencegah (prevent), mendeteksi (detect), atau


mengoreksi (correct) kejadian / peristiwa yang tidak sesuai dengan aturan / hukum
(unlawful events).

Beberapa contoh dapat dipertimbangkan :


a. Pemeriksaan Pencegahan (Preventive control)
Instruksi yang ditempatkan pada dokumen dasar (sumber) untuk mencegah
kemungkinan petugas salah dalam mengisi dokumen (out incorrectly).

b. Pemeriksaan Detektif / pengintaian (Detective control)


Program dapat mengidentifikasi kesalahan pemasukan data ke dalam sistem melalui
terminal (alat masukan).

AKS Bab III Hal : 1dari 14


c. Pemeriksaan Koreksi (Corrective control)
Program menggunakan kode khusus yang memungkinkan sistem dapat mengkoreksi
kesalahan data akibat gangguan (noise) komunikasi.

Gbr.3.1. Kejadian yg tidak dibenarkan atau tidak sesuai dengan aturan / hukum dalam SI

3.2. Kaitan dengan Kompleksitas (Dealing with Complexity)


Dua pedoman pendekatan sewaktu pemeriksaan (audit) SI :
1. Penentuan rencana audit SI, faktor sistem di evaluasi kedalam sub sistem.
2. Menentukan keandalan dari tiap sub-sistem dan implikasi kehandalan dari tiap level
sub-sistem untuk kehandalan sistem secara menyeluruh.

3.3. Resiko Pemeriksaan (Audit Risks)


Jika ditinjau kembali, konsen dari audit SI mempunyai 4 tujuan yaitu:
1. Perlindungan asset (asset safeguarding)
2. Integritas data (data integrity)
3. Efektifitas Sistem (system effectivinesess)
4. Efisiensi sistem (system efficiency)

Auditor eksternal dan auditor internal konsen dengan kesalahan atau ketidakberesan yg
disebabkan oleh hilangnya material (material losess) atau pernyataan yang salah tentang
material dalam penyiapan informasi keuangan oleh organisasi.

Auditor internal, akan konsen dengan masalah kehilangan material dan akan mencoba
untuk melakukan efisiensi dan efektifitas operasi.
Auditor eksternal, akan konsen sewaktu kemungkinan operasi tidak efisien dan
efektif yang akan menimbulkan menurunnya kinerja organisasi.

Untuk mengukur apakah tujuan perlindungan asset, integritas data, efektivitas sistem, dan
efisiensi sistem tercapai, auditor mengumpulkan fakta-fakta.
Seorang auditor harus mampu mendeteksi realitas atau potensi kemungkinan hilangnya
data atau kesalahan pencatatan.

AKS Bab III Hal : 2dari 14


Resiko kelemahan auditor untuk mendeteksi secara dini atau menyebabkan hilangnya
materi yang potensial atau kesalahan dalam pencatatan sebagai jalan keluar (konklusi) dari
audit disebut resiko audit (audit risk).

Auditor harus memilih pendekatan dan merancang prosedur audit didalam mencoba untuk
mengurangi resiko untuk tingkat pertimbangan yang dapat diterima.

Faktor Resiko Penjelasan

Sistem Keuangan Sistem digunakan untuk menyediakan pengendalian keuangan yang


(financial systems) merupakan bagian terbesar aset organisasi.
Contoh penerimaan dan pengeluaran kas, penggajian, penerimaan
dan pembayaran accounts. Pada umumnya mempunyai resiko yang
tinggi. Sering menjadi sasaran penipuan dan penggelapan.

Sistem Strategis Sistem yang menyediakan organisasi untuk keunggulan kompetitif,


(strategic system) contoh rahasia (kunci) customer,supplier atau bagian dari paten
atau merk atau rahasia dagang, mempunyai resiko tinggi. Sering
dijadikan sasaran / target spionase dan aksi / tindakan pembalasan
oleh pesaing.

Sistem Operasional Sistem yang dapat melemahkan organisasi jika terjadi kesalahan.
Kritis Contoh sistem reservasi pelanggan, sistem pengendalian produksi.
(Critical Operational Sering mempunyai resiko tinggi.
Systems)
Sistem Keunggulan Sistem yang menggunakan teknologi tinggi, sering mempunyai
Teknologi resiko tinggi, karena biasanya sangat komplek dan banyak
(Technologically memberikan celah yang dapat memperlemah organisasi.
Advanced
Systems)

3.4. Tipe Prosedur Pemeriksaan (Types of Audit Procedures)

Tipe Prosedur Pemeriksaan :


1. Procedure to obtain an understanding of controls (Prosedur untuk memperoleh
pemahaman tentang pengawasan )
2. Test of controls
3. Substantive test of details of transactions (Tes substantif dari rincian transaksi)
4. Substantive test of details of accounts balances (Tes substantif dari rincian saldo
rekening)
5. Analytical review procedures

Auditor dapat menggunakan tipe prosedur sejenis untuk menilai efisiensi dan efektivitas
operasi organisasi.
AKS Bab III Hal : 3dari 14
3.5. Gambaran Langkah-langkah dalam Pemeriksaan (Overview of Steps in an Audit)

Perencanaan Audit
Hubungan lima komponen kontrol internal :
1. Lingkungan Pemeriksaan (Control Environment)
2. Perkiraan Resiko (Risk Assessment)
3. Aktivitas Pemeriksaan (Control Activities)
4. Komunikasi dan Informasi (Information and Communication)
5. Pengawasan (Monitoring)

Tes Pemeriksaan
1. Tes Transaksi (Test of Transactions)
2. Tes Keseimbangan atau Hasil Keseluruhan (Test of Balances or Overall Results)
3. Penyelesaian Audit (Completion of the Audit)
a. Disclaimer of opinion
b. Adverse opinion
c. Qualified opinion
d. Unqualified opinion
Disclaimer pendapat
Merugikan pendapat
Pendapat Berkualitas
Pendapat wajar tanpa pengecualian

2.6. Pemeriksaan Lingkungan Komputer Menyeluruh (Auditing Arround or Through the


Computer)

Pemeriksaan Sekitar Komputer (Auditing Around the Computer)


1. Their inherent risk is low
2. Their logic is straightfordward
3. Input transaction are batched
4. Processing primarily consist
5. A clear audit trail exist
6. The Task environment

Resiko mereka rendah


Logika mereka adalah straightfordward
Input transaksi batched
Pengolahan terutama terdiri
Jejak audit yang jelas ada
Lingkungan Tugas

Seluruh Pemeriksaan Komputer (Auditing Throught the Computer)


1. Their inherent risk association with application system is high
AKS Bab III Hal : 4dari 14
2. The application system processes large volumes of input and produces large volumes
of output.
3. Significant parts of the internal control system are embodied in the computer system.
4. The processing logic mbedded within the application system is complex
5. Because of cost-benefit considerations, substantial gaps in the visible audit trail are
common in the system.

Asosiasi resiko mereka dengan sistem aplikasi yang tinggi


Proses sistem aplikasi volume besar input dan menghasilkan output volume besar.
Bagian-bagian penting dari sistem pengendalian internal yang diwujudkan dalam
sistem komputer.
Logika pengolahan mbedded dalam sistem aplikasi yang kompleks
Karena pertimbangan biaya-manfaat, substansial kesenjangan dalam audit trail yang
terlihat biasa terjadi di sistem.

Designing Forms & Reports


Pada pembahasan ini kita akan memfokuskan pada desain logika (logical design) dalam
tahapan SDLC seperti pada gbr.2.1 di bawah ini.

Gbr.2.1 Tahap SDLC, Desain Logika

Selanjutnya kita akan membahas materi yang berkaitan dengan


- sistem input dan output - forms & reports
- logical design dari dialog dan interface, yaitu bagaimana interaksi antara user dan
system
- logical databases design, sudah dipelajari pada Sistem Basis Data.

Selama tahapan analisis, kita tidak dapat konsen dengan desain yang tepat tentang

AKS Bab III Hal : 5dari 14


form dan report. Untuk itu kita dapat membuat prototipe (contoh) form dan report
lalu dikonfirmasikan sesuai dengan kebutuhan user.

Sebagai contoh setiap form input akan berhubungan dengan sebuah data flow
masukkan pada sebuah DFD, dan setiap output form atau report akan menghasilkan
sebuah data flow oleh sebuah proses dalam sebuah DFD. Ini artinya setiap form
atau report berhubungan dengan isi elemen data yang berhubungan dengan data
flow.

Selanjutnya data pada semua form dan report harus berisi data elemen di dalam
data store dan pada ER data model untuk sebuah aplikasi atau harus berisi hasil
perhitungan dari elemen data.

Formating Forms and Reports


Pedoman Umum dalam pembuatan Form dan Report(General guidelines for
Design Forms and Reports)
1. Judul harus mewakili obyeknya dan penuh arti (Meaningful Titles) :
Berisi penjelasan judul yang spesifik dan jelas, baik untuk form maupun
report (Clear and spesific titles describing content and use of form or
report)
Cantumkan tanggal revisi dan kode untuk membedakan form atau report
dari versi sebelumnya (Revision date or code to distinguish a form or report
from prior versions)
Cantumkan tanggal, pada saat form dan report dibuat (Current date which
identifies when the form or report was generated)
Validasi data sebagai identifikasi apakah tanggal / waktu data di dalam
form atau report akurat (Valid date which identifies on what date (or time) the
data in the form or report were accurate)
2. Informasi harus penuh arti (Meaningful Information):
Hanya informasi yang dibutuhkan yang ditampilkan (Only needed
information should be displayed)
Informasi harus mengandung arti, dapat digunakan dengan modifikasi
(Information should be provided in a manner that is usable without
modification).
3. Keseimbangan Tata Letak (Balanced Layout) :
Informasi harus seimbang di tampilkan di layar maupun di halaman
(Information should be balanced on the screen or page)
Gunakan spasi dan margin yang baik (Adequate spacing and margins should
be use)
Semua data dan entri field harus dengan label yang jelas (All data and entry
fields should be clearly labeled).
4. Kemudahan arah penunjuk (easy navigation) :
Mudah memindahkan arah penunjuk ke depan atau kebelakang (clearly show

AKS Bab III Hal : 6dari 14


how to move forward and backward)
Mudah melihat halaman (clearly show how where you are)
Mudah melihat halaman berikutnya pada urutan halaman yang banyak
(notify user when on the last page of a multipaged sequence)

Highlighting Information
Metode pen-sorotan (highlighting)
1. Teknik blink atau suara (dengan suara jelas) (blinking and audible tones)
2. Pembedaan warna (color difference)
3. Pembedaan intensitas (intensity difference)
4. Pembedaan ukuran (size difference)
5. Pembedaan huruf (font difference)
6. Kebalikan warna layar (reverse video)
7. Gunakan kotak (boxing)
8. Gunakan garis bawah (underlining)
9. Gunakan huruf besar semua (all capital letters)
10. Gunakan posisi atau informasi yang tidak standar (offsetting the position of
nonstandard information).

Gunakan warna atau tidak


Keuntungan penggunaan warna :
1. Enak dipandang mata (menyejukan) (soothes or strikes the eye)
2. Penekanan pada tampilan yang tidak diminati (accents an uninteresting
display)
3. Sebagai penajaman pembeda tampilan yang komplek (facilitates subtle
iscriminations in complex displays)
4. Memperluas organisasi logika informasi ( emphasizesthe
logical organization of information )
5. Pemberian warna untuk focus penekanan (peringatan) (draws attention to
warnings)
6. Menggambarkan reaksi emosi (evokes more emotional reactions)

Kerugian penggunaan warna :


1. Penggunaan warna yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah, contoh
warna yang tidak terlihat dengan jelas (color pairings may wash out or
cause problems for some users)
2. Perbedaan resolusi dapat menyebabkan degradasi perbedaan tampilan
warna (resolution may degrade with different displays)
3. Ketepatan warna dapat menimbulkan degradasi tampilan (color fidelity
4. may degrade on different displays)
5. Pencetakan atau konversi untuk media yang lain tidak mudah untuk
dilakukan (printing or conversion to other media may not easily translate)

AKS Bab III Hal : 7dari 14


Tampilan Teks
Pedoman untuk tampilan teks
1. Huruf besar (case), tampilan teks dalam huruf besar atau campuran huruf
besar dan kecil.
2. Spasi (spacing), gunakan spasi double atau single, gunakan jarak spasi antar
paragraph.
3. Justifikasi (justification), gunakan rata kiri-kanan atau rata kiri dan kanan.
4. Hypen (hyphenation), tidak menggunakan haypen untuk kata antar baris.
5. Singkatan (abbreviations), gunakan singkatan dan akronim yang dapat
dipahami, jika teks cukup banyak (panjang).

Desain Tabel dan Daftar (List)


Pedoman umum untuk desain tabel dan daftar (list)
1. Gunakan label yang penuh arti :
a. Seluruh kolom dan baris harus mempunyai arti
b. Label harus dipisahkan dari informasi lain dengan
menggunakan pensorotan (highlighting).
c. Tampilkan kembali label sewaktu data ditampilkan dalam satu layar atau
halaman.

2. Format kolom, baris dan teks:


a. Urutkan dalam urutan tertentu (ascending, descending atau alphabetic)
b. Tempatkan baris kosong setiap lima baris dalam kolom yang panjang.
c. Tampilan informasi dalam banyak kolom diurutkan secara vertical (di baca dari
atas ke bawah, tidak dari kiri ke kanan)
d. Antar kolom paling sedikit terdapat jarak dua spasi.
e. Boleh menggunakan spasi ‘putih’ pada pencetakan laporan untuk user
untuk catatan tulisan.
f. Gunakan bentuk tunggal, selain untuk ‘dibesarkan’.
g. Gunakan bentuk yang sama untuk kros tampilan dan report
h. Hindari penggunaan huruf yang berlebihan

3. Format data dalam Numerik, Textual, dan alphanumeric


a. Data numerik : Rata kanan (Right-justify numeric data)
b. Data teks : rata kiri
c. Alphanumerik data : alphanumeric yang panjang dipecah dalam grup-grup kecil
antara 3-4 karakter.

Pedoman Desain Interface


Banyak sumber didalam literature menyajikan serangkaian pedoman desain HCI
(Human Computer Interaction) yang akan menghasilkan interface yang ‘ramah’ dan
efisien.
Terdapat 3 katagori pedoman desain HCI, yaitu :
1. Interaksi Umum
AKS Bab III Hal : 8dari 14
2. Tampilan dan
3. Entri Data

Interaksi Umum
1. Konsisten, gunakan format yang konsisten untuk pemilihan menu, input,
perintah, tampilan data, dll
2. Berikan umpan balik yang sangat berarti, berikan umpan balik yang berkaitan
dengan interaksi antara user dan sistem (komputer), misal melalui suara,
teks, dll.
3. Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destruktif yang signifikan, jika
user meminta penghapusan file, indikasikan dengan suatu interaksi, missal
‘apakah anda yakin?’
4. Ijinkan kemudahan pembatalan sebagian besar aksi, fasilitas pembatalan
harus disediakan dalam sistem. Misal fasilitas sejenis UNDO atau REDO.
5. Kurangi jumlah informasi yang harus di ingat diantara aksi-aksi, user jangan
dibebani dengan ingatan-ingatan yang banyak, misal mengingat perintah
interaksi, dll.
6. Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran, penekanan
tombol harus diminimalkan, user harus tahu persis sedang berada pada aksi
apa saat ini.
7. Memaafkan kesalahan, sistem harus melindungi dirinya sendiri dari kesalahan
yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem.
8. Katagorikan aktivitas menurut fungsi dan atur letak layar yang sesuai, misal
melalui pengaturan ‘menu pull-down’.
9. Sediakan fasilitas help
10. Gunakan instruksi yang sederhana atau pendek untuk memberi nama
perintah.

Tampilan
1. Menampilkan hanya informasi yang relevan dengan konteks yang ada
2. Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakan format representasi yang
memungkinkan asimilasi informasi yang tepat
3. Gunakan label-label yang konsisten, penyingkatan standar, dan warna yang
dapat diprediksi.
4. Ijinkan user untuk memelihara konteks visual, user memahami lokasi relatif
dari pembagian citra yang sedang dipandang.
5. Hasilkan pesan kesalahan yang berarti
6. Gunakan huruf besar dan kecil, identasi, dan pengelompokan teks untuk
membantu pemahaman.
7. Gunakan jendela untuk menggolongkan tipe-tipe informasi yang berbeda
8. Gunakan tampilan ‘analog’ untuk merepresentasikan informasi yang lebih
mudah diasimilasikan dengan bentuk representasi yang lain.
9. Pertimbangkan ketersediaan letak layar tampilan dan gunakan secara efisien.

AKS Bab III Hal : 9dari 14


Entri Data
1. Minimalkan jumlah aksi input yang dibutuhkan dari pemakai
2. Jagalah konsistensi diantara tampilan informasi dan input data
3. Ijinkan user mengkustomasi input, user yang sudah mahir mungkin hanya
memerlukan perintah tertentu saja, HCI harus memungkinkan hal tersebut.
4. Interaksi harus fleksibel tetapi juga diatur ke mode input yang disukai
pemakai.
5. Non-aktifkan perintah yang tidak sesuai di dalam konteks aksi yang sedang
berlangsung
6. Biarkan user mengendalikan aliran interaktif, misal user dapat melompati
perintah yang tidak diperlukan.
7. Sediakan help untuk membantu semua aksi input
8. Hilangkan input ‘mickey-mouse’, misal jangan meminta user untuk mengetik
‘.00’ untuk seluruh bilangan rupiah, berikan bilangan default jika mungkin.
Dan jangan pernah meminta user untuk memasukkan data yang dapat
diperoleh secara otomatis atau hasil yang sebenarnya sudah di hitung oleh
program (sistem).

Proses Desain Interface & Dialog


Seperti pada desain form dan report, proses desain interface dan dialog adalah
suatu kegiatan (aktivitas) yang fokusnya pada user (user-focused activity).

Untuk mendesain interface dan dialog, kita dapat menggunakan rumusan 4W+H
yaitu who, what, when, where, dan how.
Pertanyaan mendasar sewaktu mendesain form dan report
1. Who : siapa yang akan menggunakan ?
2. What : apakah maksud form dan report ?
3. When : kapan form dan report di butuhkan dan digunakan?
4. Where : dimana form dan report di butuhkan untuk di sampaikan dan
digunakan?
5. How : bagaimana kebutuhan orang banyak untuk menggunakan atau
memanfaatkan form dan report?

Hasil dan Keluaran


Hasil dan keluaran dari interface dan desain dialog sistem adalah kreasi spesifikasi
desain. Spesifikasi ini juga seperti untuk menghasilkan spesifikasi untuk form dan
desain report- dengan satu pengecualian. Spesifikasi desain di bagi dalam tiga
bagian, yaitu :
1. Narrative Overview (ikstisar narasi)
2. Sample Design (contoh desain)
3. Testing and Usability assessment (pengetesan dan perkiraan kebergunaan).

Untuk interface dan desain dialog, satu tambahan sub seksi adalah termasuk seksi
AKS Bab III Hal : 10dari 14
iktisar urutan dialog (cara user berpindah dari satu dialog ke dialog lainnya). Pada
pembahasan selanjutnya akan kita pelajari urutan desain dialog dengan
menggunakan diagram dialog (dialogue diagramming) dan diagram transisi status
(state-transition diagramming). Garis besar untuk spesifikasi desain untuk interface dan
dialog digambarkan seperti gambar berikut :

Design Specification
1. Narrative Overview
a. Interface/Dialogue Name
b. User Characteristics
c. Task Characteristics
d. System Characteristics
e. Environmental Characteristics
2. Interface/Dialogue Design
a. Form/Report Designs
b. Dialogue Sequence Diagram(s) and Narrative Description.
3. Testing and Usability Assesment
a. Testing Objectives
b. Testing Procedures
c. Testing Results
a. Time to learn
b. Speed of Performance
c. Rate of rrors
d. Retention Over Time (daya tahan terhadap waktu)
e. User Satisfaction and other perceptions

Gbr.2.2 Garis besar spesifikasi desain interface dan dialog

Metoda Interaksi dan Alat (device)

Metoda Interaksi
Metoda interaksi dapat dilakukan dengan teknik :
1. Command Line
2. Menu
3. Form
4. Object
5. Natural Language

Command Language Interaction


Contoh : COPY C:PAPER.DOC A:PAPER.DOC

Menu Interaction

AKS Bab III Hal : 11dari 14


e. Multi-level Tree Menu with Multiple Parents and Multi-level Traversal

AKS Bab III Hal : 12dari 14


Pop-Up Menu

Definisi-definisi :
Interface (antar muka) adalah sebuah metoda interaksi antara user dan system.
Command Language Interaction adalah metoda interaksi user dan
komputer, diamana user memasukkan perintah (statement) kedalam sistem
untuk suatu operasi tertentu.
Menu Interaction adalah metoda interaksi user dan komputer, dimana
sejumlah pilihan sistem didaftarkan / disediakan, user tinggal menentukan /
memilih pilihan yang tersedia.
Pop-Up Menu adalah metoda posisi menu yang di lakukan melalui pendekatan
posisi cursor.
Drop-Down Menu adalah metoda posisi menu yang dapat dipilih mulai dari pilihan
paling atas untuk ditampilkan, sewaktu diakses, menu di buka oleh
‘dropping down’ untuk ditampilkan.
Form Interaction adalah metoda interaksi user dan komputer melalui form
(spreadsheet).
Object Base Interaction adalah metoda interaksi user dan komputer, dimana

AKS Bab III Hal : 13dari 14


digunakan simbol untuk merepresentasikan perintah atau fungsi.
Icon adalah gambar garfish yang merepresentasikan fugsi spesifik dalam sistem.
Natural Language Interaction adalah interaksi user dan komputer, dimana
masukan untuk dan keluaran dari aplikasi berbasis komputer dilakukan melalui
percakapan konvensional bahasa seperti bahasa inggris.

Pedoman Desain Menu

Wording Each menu should have a meaningful title


Command verbs should clearly and specifically describe
operations
Menu items should be displayed in mixed upper and shower
case latters and have a clear, unambiguous interpretation

Organization A consistent organizing principle should be used that


relates to the tasks the intended user perform; for
example, related options should be grouped together and
the same option should have the same wording and codes
each time it appears Each menu should have a meaningful
title.
Length The number of menu choices should not exceed the length
of the screen
Submenus should be used to break up exceedingly long menus.
Selection Selection and entry methods should be consistent and reflect
the size of the application and sophistication of the users
How the user is to select each option and the
consequences of each option should be clear (e.g.
whether another menu will appear).
Hightlighting Hightlighting should be minimized and used only to
convey selected options (e.g. a check mark) or unavailable
options (e.g. dimmed text)

AKS Bab III Hal : 14dari 14


BAB IV
Manajemen Kontrol Pengembangan Sistem
(Systems Development Management Controls)

PENDAHULUAN

Manajemen pengembangan sistem mempunyai tanggung jawab terhadap proses


penganalisaan, perancangan, pembangunan, penerapan, dan pemeliharaan sistem informasi.
Dalam banyak cara, bagaimana kita dapat melakukan fungsi itu semua adalah merupakan seni.
Walaupun kita sudah membuat kemajuan substansil dalam kaitan dengan pendekatan
heuristik dan teori yang ada untuk memandu praktek, pekerjaan pengembangan sistem yang
baik masih mengacu pada pemahaman yang mendalam, intuisi, dan pengalaman perancang
dan analis sistem.

Bab ini menguraikan bagaimana kita dapat melakukan suatu audit subsistem manajemen
pengembangan sistem. Kita mulai dengan mempertimbangkan tiga cara pendekatan berbeda
untuk audit: sebagai pelaku di dalam proses pengembangan sistem (Concurrent Audit),
sebagai reviewer pasca implementasi suatu sistem aplikasi spesifik (Postimplementation
Audit), atau reviewer proses pengembangan sistem secara umum (General Audit).

Berikutnya kita menguji beberapa pendekatan utama yang diharapkan untuk menyediakan
petunjuk berdasarkan norma untuk pengembangan sistem. Akhirnya, kita mempertimbangkan
tugas utama yang dilakukan selama pengembangan sistem, percobaan pengendalian atas
tugas ini, dan tatacara kita mengevaluasi keandalan dari pengendalian ini.

• Concurent Audit : auditor sebagai anggota tim pengembangan sistem. Mereka membatu
tim dalam meningkatkan kualitas pengembangan sistem untuk pembangunan dan
pengimplementasian sistem spesifik

• Postimplementation Audit : auditor mencari untuk membantu organisasi belajar dari


pengalaman dalam pengembangan sistem aplikasi yang spesifik. Tambahan, mereka
boleh juga melakukan evaluasi kebutuhan sistem untuk di susun kembali, dilanjutkan
atau di modifikasi dalam berbagai cara.

• General Audit : auditor mengevaluasi pengendalian pengembangan sistem secara


menyeluruh.

AKS – Bab IV Halaman : 1


PENDEKATAN UNTUK AUDITING PENGEMBANGAN SISTEM

Model Normatif Proses Pengembangan Sistem


• Pendekatan Daur Hidup Pengembangan Sistem (SDLC)
Biasanya, personal pengembangan sistem sudah memikirkan bagaimana tahapan utama
proses pengembangan sistem dilakukan dalam siklus hidup.
Pendekatan siklus hidup muncul dari usaha dini untuk menerapkan teknik manajemen
proyek untuk proses pengembangan sistem. Menurut sejarahnya, banyak sistem yang
dibangun dengan biaya tinggi, evaluasi ekonomi yang tidak cukup, desain sistem yang
tidak cukup, penyerahan kepada manajemen, komunikasi yang kurang baik, pengarahan
yang kurang cukup, dan lain sebagainya. Pendekatan siklus hidup dikembangkan untuk
membantu beberapa masalah. Yang dapat diselesaikan dengan baik oleh tugas dalam
batas siklus hidup, manajemen proyek dan teknik kontrol dapat di aplikasikan. Untuk
pengembangan sistem dengan kualitas yang baik, setiap tahap siklus hidup harus
direncanakan dan di kontrol dan dikembangkan sesuai dengan standar, dokumentasi yang
cukup, diorganisir oleh personel berkompeten, mempunyai poin pengecekan dan lain
sebagainya.

Banyak bentuk SDLC, salah satunya adalah seperti terlihat pada gambar 4.1 dibawah ini,
yang sering juga di sebut dengan waterfall model.

gbr.4.1 Siklus hidup tradisional atau model waterfall pengembangan sistem

AKS – Bab IV Halaman : 2


Pendekatan Desain Sosioteknik
Pendekatan Desain Sosioteknik dapat digambarkan sbb :

gbr.4.2 Sasaran desain system sosiotechnical

Pada pertengahan tahun 1970, sebuah pendekatan baru muncul yang fokusnya pada problem
perilaku. Pendekatan ini disebut desain sosiotechnical, mencari solusi untuk mengoptimalkan
dua sistem secara bersama-sama, yaitu :
1. sistem teknik (the technical system), sasarannya adalah untuk memaksimalkan pemenuhan
tugas dan
2. sistem social (the social system), sasarannya adalah untuk memaksimalkan kualitas kerja
pemakai sistem

AKS – Bab IV Halaman : 3


Tahapan pendekatan sosiotechnical adalah sbb :

gbr.4.3 Tahap utama proses desain sistem sociotechnical

Pendekatan Politik
Pendekatan Politik dapat digambarkan sbb :

gbr.4.4 Pendekatan politik dan keterlibatan user dalam proses pengembangan system

Sewaktu pendekatan politik untuk pengembangan sistem informasi diadopsi, sebuah tugas
kritis adalah untuk mempelajari latar belakang (sejarah) organisasi. Dalam mempelajari latar
belakang organisasi, perancang dapat mengevaluasi apakah sistem yang diinginkan akan tetap
sama seperti sistem yang sedang berjalan ataukah mengharuskan untuk mengadakan
perubahan struktur. Strategi pengembangan dan implementasi harus diganti atau tidak
tergantung pada dampak dari sistem yang diajukan akan mempunyai kekuatan untuk
mengubah struktur sistem yang sedang berjalan atau tidak. Lihat gbr. 3.4 tersebut diatas.

AKS – Bab IV Halaman : 4


Pendekatan Soft-System
Pada pertengahan tahun 1970, Checkland(1981) dan koleganya pengembangkan pendekatan
yang didesain untuk membantu pengambil keputusan untuk mempelajari tentang dan
pemahaman yang lebih dari problem struktur yang kurang baik. Mereka menyebutnya
pendekatan “soft-system methodology” (SSM). Disebut SSM karena fokusnya pada learning
(pembelajaran) dan innovation (inovasi) pada situasi masalah (problem). Mereka
membedakan pendekatan mereka dari pendekatan "hard system" dengan asumsi itu
(terutama sekali pembuat keputusan) mempunyai tujuan spesifik dan memahami substansi
solusi masalahnya.

SSM melibatkan tujuh langkah yaitu :


1. Recognize the problem situation (pengenalan terhadap situasi masalah)
2. Example of problem situation (contoh dari situasi masalah)
3. Produce root definitions of relevant systems (definisikan hasil utama sistem yang
elevan)
4. Develop conceptual models of relevant systems (kembangkan model konseptual system
yang relevan)
5. Compare conceptual models with problem situation (Bandingkan model konseptual
dengan situasi masalah)
6. Identify desirable and feasible changes (identifikasi keinginan dan perubahan yang
mungkin)
7. Take action to improve situation (lakukan aksi untuk perbaikan situasi)

gbr.4.5 Langkah utama dalam metodologi soft-systems

AKS – Bab IV Halaman : 5


gbr.4..6 Metodolodi prototyping untuk pengembangan sistem

Pendekatan Ketidaktentuan (Contingency)


1. Dampak Sistem sosial (Social Systems Impact)
2. Dampak Sistem Tugas (Task Systems Impact)
3. Ukuran Sistem (System Size)
4. Penggunaan komponen sama (Commonality)
5. Ketidakpastian Kebutuhan (Requirement Uncertainty)
6. Ketidakpastian Teknologi (Technological Uncertainty)

Tahap Evaluasi Proses Pengembangan Sistem

Kualitas pengembangan sistem akan bergantung pada bagaimana keterlibatan (tanggapan)


stakeholder terhadap proyek pengembangan sistem yang sedang ditangani. Jika Auditor
mengambil bagian dalam proses pengembangan sistem, mereka akan merupakan bagian dari
pertimbangan pengambilan keputusan kelompok stakeholder tentang pengarahan terbaik
terhadap isu-isu yang ada bagi pengembangan sistem. Jika, pada sisi lain, mereka
melaksanakan juga tinjauan ulang (ex post view) terhadap sistem yang spesifik atau proses
pengembangan sistem secara umum, mereka akan mengevaluasi bagaimana stakeholder
mengarahkan isu-isu yang ada tersebut dan bagaimana pengaruhnya setelah sistem di
kembangkan.

Pada uraian berikut akan dijelaskan tugas yang harus di kerjakan dan kontrol (pengendalaian)
yang mungkin cukup penting dalam 13 fase utama pengembangan sistem, yaitu :

AKS – Bab IV Halaman : 6


1. Definisi Peluang dan Tantangan
2. Proses Perubahan Manajemen
3. Penilaian Kelayakan dan Masukan
4. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan (Existing System)
5. Perumusan Kebutuhan Strategis
6. Organisasi dan Rancangan Kerja (Job)
7. Desain Sistem Pengolahan Informasi
8. Pengembangan dan Pengadaan Software Aplikasi
9. Pengadaan Hardware / Software Sistem
10. Pengembangan Prosedur
11. Pengetesan Penerimaan
12. Konversi
13. Operasional dan Pemeliharaan

Dalam tiap fase, kita harus mempertimbangkan bagaimana melakukan itu semua mungkin
berbeda, tergantung pada tugas sistem dan dampak sosial, ukuran sistem, komponen sistem,
dan kebutuhan dan lingkup ketidakpastian teknologi sistem. Kita juga harus
mempertimbangkan bagaiamana melakukan kontrol yang berbeda tergantung pada level
factor ketidaktentuan ini.
Tujuan kita adalah untuk membangun fasilitas yang sama pada pemilihan model normatif yang
baik dari proses pengembangan sistem itu, Auditor dapat melakukannya selama pengumpulan
fakta dan evaluasi pekerjaan / tugas.

I. DEFINISI PELUANG ATAU KESEMPATAN

Sistem informasi dapat dikembangkan untuk membantu memecahkan masalah atau untuk
memperluas peluang (kesempatan). Peluang (kesempatan) dan tantangan itu boleh jadi dapat
dipecahkan untuk dukungan sistem informasi yang dapat dikenali dengan dua cara yaitu :
• mereka dapat memikirkan seluruh hubungan proses formal dengan penyiapan rencana
sistem informasi.
• mereka dapat memikirkannya secara kebetulan.

Selama fase pendefinisian peluang / kesempatan, stakeholder harus mencoba terbuka untuk
memahami bersama persoalan atau kesempatan yang ingin diraih. Adalah peluang atau
kesempatan yang baik atau tidak?, mempunyai implikasi kecil atau besar terhadap personal?,
Akankah solusi mempunyai dampak yang besar pada struktur organisasi dan job?, Akankah
teknologi baru hampir dapat dipastikan dibutuhkan untuk mendukung solusi yang mungkin?.
AKS – Bab IV Halaman : 7
II. PROSES PERUBAHAN MANAJEMEN

Proses perubahan manajemen dilakukan secara paralel untuk semua fase. Proses perubahan
dimulai dengan inisialisasi konsep sistem dan berlanjut sampai dengan sistem yang baru
berjalan dan organisasi dapat menyesuaikan dengan sistem yang baru tersebut.

Proses perubahan manajemen melibatkan dua tugas utama, yaitu :


1. Pengaturan proyek : penganggaran (budgeting), laporan khusus / pengecualian exception
reporting), pemeriksaan (checkpoints), dan user signoffs.
2. Perubahan fasilitas adalah aspek pengembangan sistem kritis yang mungkin dapat
mempengaruhi struktur organisasi dan job.

Model pandangan sekarang untuk perubahan fasilitas dalam pemeliharaan proses


pengembangan sistem antara lain model yang dikemukakan oleh Lewin/Schein atau
Kolb/Frolman :

Tiga aktivitas utama yang dibutuhkan dalam perubahan fasilitas adalah :

Selama fase ini, auditor harus mengevaluasi kualitas pembuatan keputusan tentang
pengaturan proyek dan perubahan fasilitas (kemudahan) .

AKS – Bab IV Halaman : 8


gbr.4.7 Pengaturan proses perubahan selama pengembangan system

III. PENILAIAN KELAYAKAN DAN MASUKAN

Tujuan dari fase penilaian kelayakan dan masukan adalah untuk memperoleh komitmen
perubahan dan mengevaluasi apakah solusi penghematan biaya memungkinkan untuk
mengarahkan peluang dan tantangan yang sudah berhasil di identifikasi.

Pertimbangan, pertama, sebuah situasi dimana peluang atau masalah (tantangan) sudah
dikenali oleh kelompok pemakai (user). Mereka yakin, mereka dapat merancang dan
mengimplementasikan sebuah solusi yang digunakan dengan bahasa tingkat tinggi. Sistem
yang diajukan akan mempunyai side efek / dampak kecil kepada organisasi, tidak akan
mempengaruhi material dari sudut pandang keseluruhan organisasi. Pada situasi ini, user
harus selalu di beri motivasi untuk melakukan perubahan. Selanjutnya, aktivitas untuk
memenuhi kesuksesan masukan adalah tidak perlu atau kecil.

Pertimbangan lain, sebuah situasi dimana solusi potensi akan mempunyai dampak yang luas
pada keseluruhan organisasi. Aktivitas untuk memenuhi kesuksesan masukan sekarang adalah
kritis. Profesional system informasi harus mencari untuk menetapkan dirinya sebagai
legitimasi agen perubahan antar stakeholder. Selanjutnya, mereka harus mencari untuk
membantu antar stakeholder sebuah komitem untuk perubahan.
Jika solusinya potensial akan mempunyai dampak yang penting (significant) pada tugas dan
sistem social, sebuah dorongan dari analisis kolaborasi dan evaluasi antar stakeholder harus
dibangun.

Jika masukan sukses, perancang kemudian dapat menyelesaikan suatu studi persiapan untuk
mengevaluasi kelayakan sistem baru menggunakan empat kriteria (lihat gbr.3.8), yaitu :

AKS – Bab IV Halaman : 9


1. Kelayakan Teknik (Technical Feasibility)
2. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)
3. Kelayakan Ekonomi (Economic Feasibility)
4. Kelayakan Perilaku (behavioral feasibility)

gbr.4.8 Kriteria kelayakan untuk pengembangan sistem

IV. ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN (EXISTING SYSTEM)

Ketika sistem baru diajukan, dalam beberapa kasus ia akan menggantikan system yang sedang
berjalan. Tenaga / fikiran Perancang dibutuhkan untuk memahami sistem yang sedang
berjalan (existing system). Jika mereka menghendaki untuk melaksanakan pekerjaan dengan
kualitas yang tinggi (baik) dalam pengembangan dan pengimplementasian sistem yang baru
(lihat gbr.4.9).

Gbr.4.9 Keadaan existing system dapat mempengaruhi (memberi efek)


terhadap sistem yang baru

Analisis penggunaan existing system melibatkan dua tugas utama, yaitu :


1. Studi terhadap sejarah perusahaan, struktur organisasi dan cultur (budaya)
2. Studi produk yang ada dan aliran informasi

AKS – Bab IV Halaman : 10


Pada tahap studi terhadap sejarah perusahaan dan stuktur organisasi, auditor harus konsen
dengan evaluasi keputusan perancang pada:
1. Apakah mereka membutuhkan untuk mempelajari sejarah organisasi sampai dengan
sekarang, struktur dan kultur
2. Jika ya, apakah aspek yang dibutuhkan mereka untuk dipelajari
3. Berikan pilihan aspek yang dipelajari, tingkatan untuk dimana mereka mempunyai sesuatu
untuk pemeriksaan.

Seperti perancang, auditor akan mempunyai pertimbangan keadaan dimana keputusan di buat
dan refleksi pada pilihan yang mereka ambil. Mereka dapat melanjutkan erbandingan, pilihan
perancang berlawanan dengan yang mereka miliki untuk mengevaluasi implikasi dari
kemiripan dan perbedaan sikap audit.

V. PERUMUSAN KEBUTUHAN STRATEGIS

Kebutuhan strategis untuk sebuah sistem yang spesifik secara keseluruhan sasaran dan tujuan
sistemnya harus terpenuhi. Biasanya mungkin masih kurang jelas, sebagai contoh
“meningkatkan kekayaan pemegang saham” atau yang lebih spesific, “mengurangi utasi staff
di bagian penjualan sebesar 30%”. Kebutuhan strategis adalah dasar identifikasi untuk
memahami sistem yang ada atau memahami peluang untuk meningkatkan kinerja tugas dan
kualitas pekerjaan.

Auditor akan konsen untuk melihat rancangan system, itu penting agar kebutuhan strategis
jelas untuk kualitas kerja rancangan berikutnya. Jika sistem yang diajukan akan mempunyai
dampak perilaku substansil, mereka akan menguji dan mengevaluasi prosedur yang digunakan
oleh stakeholder untuk memperoleh persetujuan pada kebutuhan strategis. Jika sistem tidak
mempunyai dampak substansil, mereka akan menguji dan mengevaluasi prosedur-prosedur
yang digunakan untuk membantu klarifikasi kebutuhan strategis.

VI. ORGANISASI DAN RANCANGAN KERJA (JOB )

Dalam beberapa kasus, penyelesaian pilihan kebutuhan strategis untuk sistem akan
memerlukan rancangan awal (initial design) atau rancangan ulang (redesign) struktur
organisasi dan job.

Dalam pemilihan struktur organisasi dan rancangan job suatu bagian organisasi akan efektif
melalui usulan pengajuan sistem, banyak faktor yang dapat dipertimbangkan.

AKS – Bab IV Halaman : 11


Dalam jangka pendek, desain stuktur organisasi dan job merupakan aktivitas yang komplek.
Jika auditor menilai sistem yang diajukan akan mempunyai dampak terhadap struktur
organisasi dan job, maka mereka akan konsen untuk melihat masukan (advis) yang berkualitas
yang diberikan oleh tim pengembangan sistem.

VII. DESAIN SISTEM PENGOLAHAN INFORMASI

Ketika mengevaluasi fase desain sistem pengolahan informasi, salah satu dari partisipan dalam
proses desain atau dalam postimplementation atau meneliti kapasitas secara mum, maka
auditor harus memerika enam aktivitas utama (lihat gbr. 3.10), yaitu :

1. Memunculkan kebutuhan secara detil (elicitation of detailed requirements)


2. Desain aliran data / informasi (design of the data / information flow)
3. Desain database (design of the database)
4. Desain hubungan dengan user (design of the user interface)
5. Desain fisik (physical design) dan
6. Desain dan akuisisi hardware dan platform system software (design and acquisition of the
hardware / system software platform.

Gbr.4.10 Aktivitas utama dalam desain sistem pengolahan

VIII. PENGEMBANGAN DAN PENGADAAN SOFTWARE APLIKASI

Auditor harus mempunyai konsentrasi selama akuisisi dan fase pengembangan. Jika aplikasi
s/w terakuisisi, mereka akan konsen tentang pemenuhan spesifikasi kebutuhan yang
disediakan untuk vendor, kualitas prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi s/w, dll (lihat
gbr.4.11).

AKS – Bab IV Halaman : 12


Gbr.4.11 Konsen audit selama akuisisi h/w atau s/w

IX. AKUISISI (PENGADAAN) HARDWARE / SOFTWARE SISTEM


Jika h/w baru atau s/w sistem mengharuskan membeli untuk mendukung aplikasi sistem yang
baru, maka harus mengajukan permintaan agar disediakan / di lakukan pembelian. uditor akan
memeriksa pengadaan h/w dan s/w tersebut.

X. PENGEMBANGAN PROSEDUR
Pengembangan prosedur melibatkan empat tugas utama yaitu :
1. Desain of procedures
2. Testing of procedures
3. Implementation of procedures dan
4. Documentation of procedures

XI. PENGETESAN PENERIMAAN


Terdapat empat tipe pengetesan masukan yaitu (lihat gbr.4.12) :
1. Program Testing
2. System Testing
3. User Testing
4. Quality assurance Testing

Gbr.4.12 Wilayah pengetesan

AKS – Bab IV Halaman : 13


XII. KONVERSI
Terdapat 3 jenis konversi (lihat gbr.4.13) :
1. Abrupt changeover (tiba-tiba /sekaligus)
2. Phased changeover (bertahap)
3. Parallel changeover

Gbr.4.13 Strategi Konversi

XIII. OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN


Selama fase operasional dan pemeliharaan, sistem baru dijalankan sebagai produk dari sistem.
Pemeliharaan mencakup :
1. Repair Maintenance (pemeliharaan perbaikan)
2. Adaptive Maintenance dan (pemeliharaan penyesuaian)
3. Perfective maintenance (pemeliharaan penyempurnaan)

-------------------------------
Ref : Diktat AKSI by SWS

AKS – Bab IV Halaman : 14


BAB V
Manajemen Kontrol Programming
(Programming Management Controls)

Pada bab ini kita akan memeriksa secara praktis pengadaan atau produksi s/w dengan kualitas
yang tinggi.
- Kita mulai dengan memeriksa fase utama pada siklus hidup pengembangan program.
Diskusi di fokuskan pada tipe pengalaman yang baik dan konsen pengendalian yang
harus dilakukan oleh Auditor pada tiap fase.
- Selanjutnya kita akan memeriksa cara lain untuk mengorganisasikan dan mengatur tim
programmer, dari sudut pandang pengendalian kita akan memfokuskan pada
keuntungan dan kelemahan perbedaan struktur tim yang akan digunakan.
- Pada akhirnya, kita akan memeriksa masalah pengendalian khusus yang timbul dalam
kaitan untuk kegiatan dari sistem programmer. Kita mempertimbangkan beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk memudahkan persoalan pengendalian.

Siklus Hidup Pengembangan Program

Pembuatan dan pengembangan program adalah merupakan tahap penting alam siklus hidup
pengembangan sistem. Tujuan utama tahap ini adalah untuk menghasilkan atau
memperoleh dan menenerapkan program yang berkualitas.
Beberapa karakteristik program yang berkualitas adalah :
a. Berfungsi dengan tepat dan lengkap
b. Mempunyai user interface dengan kualitas tinggi (baik)
c. Bekerja secara efisien
d. Dirancang dan di dokumentasikan dengan baik
e. Mudah untuk pemeliharaan
f. Dapat menyesuaikan di bawah kondisi tidak normal

Jika program mempunyai karakteristik tersebut, aktivitas pengembangan, penerimaan dan


implementasi program dapat diatur dengan baik. Dalam pengembangan sistem, auditor dapat
menggunakan model siklus hidup untuk lebih memahami, merencanakan, dan menyelesaikan
tugas dalam rangka untuk memperoleh s/w dengan kualitas baik. Selama proses audit, model
ini juga dapat digunakan sebagai pedoman aktivitas pengumpulan dan evaluasi fakta.

AKS – Bab V Halaman : 1


Terdapat enam pedoman dalam pengembangan program, yaitu (lihat gbr.5.1) :
1. Planning
2. Control
3. Design
4. Coding
5. Testing dan
6. Operation and maintenance

Gbr.5.1 Siklus hidup pengembangan program

1. Perencanaan (Planning)

Tugas utama dari manajemen dalam tahap ini adalah untuk memperkirakan kebutuhan
besarnya sumber daya (khususnya jam kerja) yang dibutuhkan dalam pengembangan,
pengadaan, dan penerapan software. Jika, sebagai contoh, s/w di buat di rumah (in house),
manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang
di ketik atau banyaknya fungsi yang di buat.

Jika suatu software akan dikembangkan dan diimplementasikan secara in-house, manajemen
harus memanfaatkan lima teknik perencanaan biaya yang di buat oleh Boehm (1984) sbb :
1. Algorithmic Models (model algoritma) : model ini akan memperkirakan jumlah sumber
daya yang dibutuhkan berdasar pada faktor biaya, sebagai contoh memperkirakan
jumlah instruksi yang harus di ketik (di tulis), bahasa pemrograman yang digunakan, dan
perubahan pada permintaan kebutuhan. Dengan menggunakan model COCOMO
(Boehm’s (1981)).
2. Expert Judgment (penilaian seorang ahli), seorang ahli dapat memperkirakan kebutuhan
sumber daya yang diperlukan dalam proyek / pembuatan program. Menurut penelitian
AKS – Bab V Halaman : 2
Vicinanza et el’s (1991), seorang ahli dapat menjadi pembuat perkiraan yang lebih baik
untuk menentukan sumber daya jika dibanding dengan model algoritma.
3. Analogy (analogi) : jika proyek software yang sama pernah dibuat, penentuan sumber
daya yang dibutuhkan dapat di dasarkan pada pengalaman sebelumnya.
4. Top-Down Estimation (Perkiraan atas-bawah) : proyek di pecah kedalam beberapa tugas
(pekerjaan), dan penentuan sumber daya yang dibutuhkan oleh setiap tugas tersebut
baru dibuat.
5. Bottom-Up Estimation (Perkiraan bawah-atas) : jika tugas-tugas sudah di buat terlebih
dahulu, kebutuhan sumber daya untuk masing-masing dapat diperkirakan dan di
satukan / dikumpulkan untuk keperluan seluruh kebutuhan proyek.

Selain memperkirakan kebutuhan sumber daya, manajemen juga harus memutuskan tujuan
dari keputusan penting yang dibuat selama fase perencanaan seperti :

Pengendalian (Control)

Pada tahap kontrol ini, ada dua tujuan utama yaitu :


1. Untuk memonitor kemajuan dan beberapa tahap pada siklus hidup s/w agar tidak
bertentangan dengan rencana awal.
2. Mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi s/w, agar s/w dapat di
produksi secara autentik, akurat dan lengkap.

AKS – Bab V Halaman : 3


Untuk memonitor agar kontrol tidak bertentangan dengan rencana awal, beberapa teknik
dapat digunakan seperti :
a. Work Breakdown Structures (WBS), dengan teknik ini kita dapat mengidentifikasi tugas-
tugas yang spesifik untuk pengembangan, pengadaan, dan implementasi s/w yang
dibutuhkan. (Mc.Leod and Smith 1996).

Gbr.5.2 Pemecahan struktur untuk order-entry system

b. Gantt Chart, dapat digunakan untuk membantu mengatur tugas (schedule) (lihat gbr.5.3).
Teknik ini akan menunjukan kapan tugas harus dimulai dan diselesaikan, tugas apa yang
harus dibuat bersama-sama, dan tugas apa yang harus dihasilkan secara serial.

Gbr.5.3 Gantt Chart untuk order-entry system


AKS – Bab V Halaman : 4
c. Program Evaluation and review technique (PERT), menunjukan tugas-tugas yang harus
diselesaikan, bagaimana hubungannya, kebutuhan sumber daya apa untuk setiap
tugastugasnya. (lihat 5.4)

Gbr.5.4 PERT Chart untuk order-entry system

Seorang auditor harus mempunyai dua perhatian khusus pada kendali, pada tahap kontrol ini
yaitu :
1. Auditor harus dapat mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas kontrol dapat diterapkan
juga pada software yang berbeda.
2. Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu kontrol
sudah dijalankan dengan benar dan dapat dipercaya.

2. Perancangan (Design)

Dalam tahap desain, seorang programmer bertugas untuk menspesifikasikan struktur dan
operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama tahap proses
informasi sistem desain dari pengembangan sistem.

Selama tahap ini, perhatian utama seorang auditor adalah untuk menentukan apakah
programmer menggunakan suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk desain.
Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan
dari suatu program.

AKS – Bab V Halaman : 5


Seorang auditor juga dapat memperoleh bukti dari proses desain dengan melakukan
interview, observasi, dan review dari dokumentasi. Mereka dapat berkomunikasi dengan
programmer, apakah mereka dapat memahami tentang kebutuhan dengan menggunakan
pendekatan yang sistematik untuk desain, jika ya, bagaimana menggunakannya.

Auditor juga dapat mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik


untuk mendesain program.
Mereka juga dapat meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur chart sebagai
bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik untuk mendesain.

3. Pengkodean (Coding)

Tahap koding (pengetikan / penulisan program) dilakukan pada saat s/w akan dibuat atau
dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source
code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan desain
program.

Strategi Implementasi modul dan integrasi


Tiga strategi utama dari implementasi modul dan integrasi adalah sbb :
1. Top-Down, strategi ini digunakan jika, modul level atas (high-level modules) dibuat
(coding), di test, dan diintegrasikan sebelum modul level bawah (low-level modules).
Keuntungannya adalah kesalahan pada modul level atas dapat teridentifikasi lebih dini,
kerugiannya adalah pada saat uji coba program akan menemui kesulitan ketika modul
level bawah menemukan kesalahan fungsi input-output yang sangat sulit.
2. Bottom up, strategi ini digunakan jika, modul level bawah di buat (coding), di test, dan
diintegrasikan sebelum modul level atas di buat. Keuntungannya adalah modul level
rendah yang merupakan operasi yang paling sulit di implementasikan dan diuji terlebih
dahulu. Kerugiannya adalah pendekatan ini sangat sulit untuk di teliti seluruh
operasinya, sebelum programnya selesai dibuat.
3. Threads (rangkaian / untaian), strategi ini digunakan jika, keputusan dibuat terlebih
dahulu untuk fungsi program yang akan dibuat, kemudian modul yang akan
mendukungnya baru dibuat dan kemudian diimplementasikan untuk menghasilkan
fungsi yang penting. Keuntungannya adalah fungsi yang paling penting di
implementasikan terlebih dahulu. Kerugiannya adalah integrasi dari modul yang

AKS – Bab V Halaman : 6


berikutnya mungkin akan lebih sulit, jika dibandingkan dengan pendekatan top-down
atau bottom-up.

Auditor perlu mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam
memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Khususnya pada program yang besar,
penggunaan strategi yang salah (jelek) dapat mengakibatkan program yang dihasilkan menjadi
kurang berkualitas.
Auditor dapat melakukan wawancara untuk menguji apakah manajemen menggunakan
pendekatan sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Mereka juga
dapat menguji dokumentasi program untuk memperoleh bukti tipe strategi yang telah di
adopsi (di pilih).

Strategi Coding
Menurut konvensi (kesepakatan) program terstruktur, terdapat tiga dasar struktur utama
dalam struktur kontrol yaitu (lihat gbr.5.5) :
1. Urutan sederhana (simple sequence - SEQUENCE)
2. Pemilihan dengan seleksi (selection based on a test – IF-THEN-ELSE) dan
3. Pengulangan kondisi (conditional repetition-DO WHILE)

Jika konvensi pemrograman terstruktur di penuhi, dapat dipastikan bahwa para programmer
akan membuat source-code yang tingkat kesalahannya kecil, mudah untuk dimengerti dan
mudah untuk dirawat.
Auditor dapat mencari bukti untuk memastikan apakah manajemen programming di jamin di
buat oleh programmer mengikuti struktur programming yang telah di sepakati. Mereka dapat
melakukan wawancara dengan manager atau programmer tentang tugas dan cara yang
dilakukannya dalam membuat program.

Gbr.5.5 (a) Simple Sequence (b) Selection (c) Repitition


AKS – Bab V Halaman : 7
Auditor juga dapat mengecek apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan
fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka. Beberapa tipe penggunaan fasilitas koding
otomatis anatara lain :
• Shorthand preprocessor, memungkinkan programmer untuk menulis kode secara singkat,
jugadapat menerjemahkan kode singkat ini dalam sintak yang lebih lengkap, contoh
COBOL.
• Decision-table preprocessor, memindahkan bentuk teks program ke dalam bentuk source-
codemenggunakan bahasa pengolahan compiler.
• Copy facility, memungkinkan penggunaan kode secara berulang
• Editor, yang memungkinkan kode di ciptakan, di format, dan dimodifikasi secara mudah.
• User-interface management system, memungkinkan desain dari implementasi yang
cepat,seperti windows, icons, menus, dan dialog boxes.
• CASE tools, berisi bermacam-macam fasilitas yang dapat membantu proses koding.

Strategi Dokumentasi
Pedoman untuk menghasilkan dokumentasi yang berkualiatas adalah sbb :
1. Sediakan petunjuk yang menunjukan proes pembuatan program ke dalam beberapa tahap
dankomponen secara keseluruhan dan hubungan antara komponen-komponen tersebut.
2. Gunakan baris komentar dalam program secara bebas untuk menerangkan jalannya
(logika)program.
3. Beri nama untuk variabel, konstanta tipe, paragraf, modul, dan seksi yang berarti kepada
parapembaca source-code program.
4. Buat lay-out dari source-program sehingga mudah untuk dibaca.
5. Kelompokan tipe kode yang saling berhubungan.

4. Pengetesan (Testing)

Materi diberikan pada mata kuliah lain

Tugas Kelompok :
Buat tulisan tentang testing (pengujian) program mencakup :
a. Static analysis test (kel.1)
1. Desk-checking
2. Structured walk-throughs
3. Design and code inspections

AKS – Bab V Halaman : 8


b. Dynamic analysis test
1. Black-box test (kel.2)
2. White-box test (kel.3)
c. Integration Testing (kel.4)
1. Top-down test
2. Bottom-up test
3. Regression test
d. Validation Test (kel.5)
e. Basis path test (kel.6)
f. Control structure test (kel.7)
g. System test (kel.8)

Buku referensi yang dapat digunakan :


1. Ron Weber, “Information Systems Control and Audit”, Prentice-Hall,USA., 1999.
2. Roger S.Pressman, Ph.D, “Software Engineering: A. Practitioner’s approach, fifth edition”, Mc-Graw
Hill, USA,2001,

5. Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance)

Dalam sudut pandang Sistem Audit, perhatian utama pada operasional program
adalah bagaimana performance program tersebut dapat dimonitor setiap saat.
Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi apabila program perlu
perawatan, kemungkinan lain adalah identifikasi dari kebutuhan perawatan mungkin
tidak terjadi. Akibatnya, bisa terjadi kekeliruan pada database program, kegagalan dalam
pencapaian keinginan user, atau operasi program tidak efisien.

Mekanisme formal dalam monitoring status operasional program sangat diperlukan,


ketika pengguna dari program adalah seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai
macam latar belakang.

Ada 3 macam tipe dari perawatan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap
beroperasi:
1. Repair-maintenance-errors, perawatan dengan cara memperbaiki kesalahan.

2. Adaptive maintenance-users needs, perawatan dengan mengadaptasi pada keinginan


user.
3. Perfective maintenance, perawatan dengan maksud agar diperoleh program yang
sempurna.
AKS – Bab V Halaman : 9
Perhatian utama seorang auditor pada fase operation & maintenance adalah untuk
memastikan bahwa fase ini berjalan dengan efektif dan pelaporan secara berkala dapat
dilakukan, serta proses perawatan bisa di kontrol dengan baik.
Auditor harus bisa mencari bukti bawa manajemen telah meninjau sistem dengan
baik dan bertanggungjawab didalam monitoring status dari operasional program.
Caranya dengan melakukan interview (wawancara), observasi, tinjauan pada dokumen
yang menunjukkan bahwa sistem telah beroperasi dengan baik. Selanjutnya mereka harus
fokus pada kualitas dari kontrol proses maintenance.

Pengorganisasian Tim Programming

Cara seorang programmer dalam menangani pekerjaan mereka sangat berpengaruh


pada kualitas software yang mereka buat. Alternatifnya, para programmer bisa
diorganisasikan sebagai satu kesatuan team. Mereka bekerja untuk periode waktu
tertentu untuk menyelesaikan suatu proyek,dimana keputusannya dibicarakan diantara
anggotanya. Hal ini sangat bermanfaat bila proyek yang ditangani sangat komplek dan tidak
jelas.
Proses pengembangan, penerapan,dan implementasi dari software, untuk saat ini banyak
dilakukan secara team. Dari segi audit, perhatian/tujuan utamanya adalah bahwa
manajemen telah memilih struktur team dengan hati-hati dilihat dari segi proyek,
tingkat kompleksitasnya, dan tingkat keterlambatan dari jadwal proyek agar kemampuan
dan kualitas mereka bisa diorganisasikan dalam bentuk team dimana mereka harus
bekerja.

Untuk itu ada 3 struktur team yang digunakan untuk mengorganisasikan para programmer:
1. Chief Programmer Teams
2. Adaptives Teams dan
3. Controlled-Decentralized Teams

AKS – Bab V Halaman : 10


Ketua Tim Programmer (Chief Programmer Team). Lihat gambar 5.6.

Gbr.5.6 Struktur Organisasi Chief Programmers Team


Fungsi dan Cirinya :
Chief Programmer :
• Bertanggung jawab secara total/penuh untuk sistem dimana team bekerja
• Harus seorang ahli
• Seorang programmer yang sangat produktif
• Bertanggungjawab dalam mendesain, coding, dan mengintegrasikan bagian yang
kritis dalam sistem
• Memberikan perintah kerja pada bagian back-up dan support programmers.
Back-up Programmers :
• Seorang programmer senior yang bertanggungjawab dalam memberikan dukungan
penuh pada chief programmer
• Harus bisa mengambil alih tugas chief programmer setiap saat
Support Programmers:
• Diperlukan pada saat proyek besar yang tidak bisa dikerjakan oleh chief programmer
dan back-up programmer saja.
• Menyediakan dukungan
• Bekerja dalam pembuatan coding dan uji coba modul tingkat rendah ( testing lower-
level)
Librarian (penyedia data) :
• Bertanggungjawab dalam perawatan program production library.
• Menyediakan input dan mengumpulkan keluaran untuk para programmer, file
output dari hasil kompilasi dan ujicoba, mempertahankan agar source code dan
object-code library tetap up to date.

Sruktur “ The Chief Programmer team “ ini di desain untuk mengurangi kebutuhan
proses informasi antara anggota team dan untuk meningkatkan kapasitas dari proses
informasi.
AKS – Bab V Halaman : 11
Penyesuaian Tim (Adaptives Teams). Lihat gambar 5.7.

Gbr.5.7 Struktur Organisasi Adaptive Team

Struktur ini diperuntukan untuk melayani 2 kebutuhan, yaitu:


1. Keinginan organisasi untuk meningkatkan kualitas program
2. Memenuhi kebutuhan sosial/ psikologi dari setiap anggota programmer dalam team.

Perbedaan dari struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah:


• Adaptive team tidak punya tigkat otoritas, dimana kepemimpinan dalam team ada
di tangan para anggota.
• Dalam Adaptive team, tugas diberikan pada anggota dari team daripada ditentukan
lewat posisi.
• Adaptive team tidak mempunyai aturan formal librarian (penyedia data)
dalam mengkoordinasikan fungsi team.

Desentraliasi Pengendalian Tim (Controlled-Decentralized Teams)


Struktur ini mempunyai junior programmer yang akan melaporkan hasil program pada
senior programmer, kemudian oleh senior programmer dilaporkan juga pada ketua proyek.
Dengan struktur ini, manfaat/keuntungan dari struktur sebelumnya akan didapatkan.
Keuntungannya : dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana struktur dari grup
ini akan memfasillitasi pemecahan masalah.
Kerugian : strukur ini tidak bisa bekerja dengan baik apabila tugas dari programmer
tersebut tidak bisa di bagi-bagi, dan dengan waktu deadline yang sangat
ketat. Lihat gambar 5.8.
AKS – Bab V Halaman : 12
Gbr.5.8 Struktur Organisasi Controlled-Decentralized

Pengelolaan Kelompok Sistem Programming

Para programmer sering diklasifikasikan menurut aplikasi programmer atau sistem


programmer. Dahulu, programmer membangun dan merawat program untuk system
aplikasinya. Tetapi kini, membangun dan merawat sistem software. Seperti sistem operasi,
sistem manajemen database, dan komunikasi software.

Mengontrol Masalah
Mengontrol sistem programmer adalah tugas yang berat, mereka biasanya memiliki
keahlian yang tinggi dan sering bekerja sendiri atau ada di dalam grup yang kecil. Dengan
menerapkan kontrol secara tradisional pada aktivitas mereka seperti pemisahan tugas,
sangatlah sulit. Mereka biasanya bekerja pada situasi yang kritis.

Mengukur Sistem Kontrol


Meskipun sulit unuk mengontrol sistem programmer, beberapa hal ini dapat di
implementasikan untuk mengontrolnya:
1. Pekerjakan staf sistem programming yang mempunyai kualitas yang tinggi.
2. Pisahkan tugas seluas mungkin, contohnya tanggung jawab untuk desain dan coding
sistem program dipisah dari tanggung jawab untuk uji coba program.
3. Buat metode dokumen standar

AKS – Bab V Halaman : 13


4. Batasi wewenang sistem programmer, jadi seorang programmer hanya bekerja
sesuai dengan aplikasi yang dikuasainya.
5. Jauhkan prosedur petunjuk manual dan kunci mesin dari aktivitas sistem programmer.
Hal ini dimaksudkan agar aktivitas yang tidak diinginkan / sesuai dengan tugasnya tidak
terjadi.
6. Pekerjakan konsulan dari luar untuk mengevaluasi pekerjaan programming.
7. Perintahkan programmer aplikasi untuk mengevaluasi pekerjaan sistem programmer
secara berkala agar dapat dihasilkan program yang berkualitas.

-------------------------------
Ref : Diktat AKSI by SWS

AKS – Bab V Halaman : 14


BAB VI
Manajemen Kontrol Keamanan
(Security Management Controls)

Pendahuluan `
Aset Sistem Informasi yang harus di lindungi melalui sistem keamanan dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu (lihat gbr. 6.1) :
1. Aset Fisik, meliputi :
a. Personnel
b. Hardware (termasuk media penyimpanan, dan periperalnya)
c. Fasilitas
d. Dokumentasi dan
e. Supplies
2. Aset Logika
a. Data / Informasi dan
b. Sofware (Sistem dan Aplikasi)

Gbr.6.1 Kategori Aset Sistem Informasi

Pelaksanaan Program Keamanan (Conducting a Security Program)


Langkah-langkah utama pelaksanaan Program keamanan yaitu (lihat gbr.6.2)

AKS - Bab VI Halaman : 1


Gbr.6.2 Langkah utama dalam pelaksanaan program keamanan

Persiapan Rencana Pekerjaan (Preparation of a Project Plan)


Perencanaan proyek untuk tinjaun kemanan mengikuti item sbb :
a. Tujuan Review
b. Ruang Lingkup (Scope) Review
c. Tugas yang harus dipenuhi
d. Organisasi dari Tim Proyek
e. Sumber Anggaran (Pendanaan) dan
f. Jadwal untuk Menyelesaikan Tugas

Identifikasi Kekayaan (Identification of asset)


Katagori asset :
a. Personnel (end users, analyst, programmers, operators, clerks, Guards)
b. Hardware (Mainfarme, minicomputer, microcomputer, disk, printer,
communication lines, concentrator, terminal)
c. Fasilitas (Furniture, office space, computer rrom, tape storage rack)
d. Dokumentasi (System and program doc.,database doc.,standards plans, insurance
policies, contracts)

AKS - Bab VI Halaman : 2


e. Persediaan (Negotiable instrument, preprinted forms, paper, tapes, cassettes)
f. Data/Informasi (Master files, transaction files, archival files)
g. Software Aplikasi (Debtors, creditors, payroll, bill-of-materials, sales, inventory)
h. Sistem Software (Compilers, utilities, DBMS, OS, Communication Software,
Spreadsheets)

Penilaian Kekayaan (Valuation of asset)


Langkah ke tiga adalah penilaian kekayaan, yang merupakan langkah paling sulit. Parker
(1981) menggambarkan ketergantungan penilaian pada siapa yang ditanya untuk
memberikan penilaian, cara penilaian atas kekayaan yang hilang (lost), waktu periode
untuk perhitungan atas hilangnya kekayaan, dan umur asset. Lihat gbr. 6.3

Gbr.6.3 Faktor efek penilaian SI keamanan

Identifikasi Ancaman-ancaman (Threats Identification)


Lihat gbr. 6.4 Lapisan jenis ancaman aset SI

Gbr.6.4 Lapisan jenis ancaman Aset SI

AKS - Bab VI Halaman : 3


Sumber ancaman External :
1. Nature / Acts of God
2. H/W Suppliers
3. S/W Suppliers
4. Contractors
5. Other Resource Suppliers
6. Competitors (sabotage, espionage, lawsuits, financial distress through fair
or unfair competition)
7. Debt and Equity Holders
8. Unions (strikes, sabotage,harassment)
9. Governmnets
10. Environmentalist (Harassment (gangguan), unfavorable publicity)
11. Criminals/hackers (theft, sabotage, espionage, extortion)

Sumber ancaman Internal :


1. Management, contoh kesalahan dalam penyediaan sumber daya, perencanaan
dan control yang tidak cukup.
2. Employee, contoh Errors, Theft (pencurian), Fraud (penipuan), sabotase, extortion
(pemerasan), improper use of service (penggunaan layanan yg tidak sah)
3. Unreliable system, contoh Kesalahan H/W, kesalahan S/W, kesalahan fasilitas.

Penilaian Kemungkinan Ancaman (Threats LikeIihood Assessment)


Contoh, perusahaan asuransi dapat menyediakan informasi tentang kemungkinan
terjadinya kebakaran api dalam satu waktu periode tertentu.

Analisis Ekspose (Exposures analysis)


Tahap analisis ekspose terdiri dari 4 tugas yaitu :
1. Identification of the controls in place
2. Assessment of the reliability of the controls in place
3. Evaluation of the likelihood that a threat incident will be successful
4. Assess the resulting loss if the threat is successful

AKS - Bab VI Halaman : 4


Lihat gbr. 6.5. Tugas utama tahap analisis ekspose dan gbr.5.6. Ancaman, keandalan
kontrol, cakupan control, dan ekspose

Gbr. 6.5. Tugas utama tahap analisis ekspose

Gbr.6.6. Ancaman, keandalan kontrol, cakupan control, dan ekspose

AKS - Bab VI Halaman : 5


-------------------------------

Ref : Diktat AKSI by SWS

AKS - Bab VI Halaman : 6


BAB VII
KENDALI DAN AUDIT SISTEM INFORMASI (KASI)

Tujuan pengendalian TI didefinisikan sebagai suatu pernyataan hasil yang


diinginkan atau maksud yang dicapai oleh prosedur pengendalian
implementasi dalam kegiatan TI khusus.

Tujuan Pengendalian Internal


Tujuan dari pengendalian internal adalah
1. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data yang akan menghasilkan
laporan-laporan yang dapat diandalkan.
2. Efektivitas dan efisiensi dalam operasi, yaitu efektif dalam mencapai tujuan
organisasi secara keseluruhan dan efisien dalam pemakaian sumberdaya
yang tersedia.
3. Membantu agar tidak terjadi penyimpangan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku
4. Mengamankan harta milik organisasi atau perusahaan termasuk data yang
tersedia

Dua Pendekatan Pengendalian Intern :


1. Pendekatan Statis
2. Pendekatan Dinamis

Pendekatan Statis
1. Berdasarkan pertimbangan pada pembagian wewenang di dalam
pengelolaan perusahaan atau entitas pada masa lalu yg bersifat
sentralisasi.
2. Metoda sentralisasi artinya jika kita telusuri bahwa intelektualitas berada pd
pucuk pimpinan perusahaan. Semakin rendah posisi seseorang, maka
semakin sedikit pengetahuannya ttg pencapaian tujuan perusahaan,
artinya hanya sekedar menjalankan perintah atasanya.
3. Artinya bahwa pendekatan statis akan berorientasi pada sistem yg dpt dg
mudah ditelusuri keberadaannya.

AKS – Bab VII Halaman : 1


Pendekatan Dinamis
1. Pengendalian intern sbg sebuah proses
2. Konsep ini terkait dg perkembangan metoda pengelolaan sumber daya
manusia pada organisasi yg bersangkutan.
3. Perubahan metoda pengelolaan tersebut adalah perubahan ke metoda
pengelolaan manajemen melalui tujuan (management by objective)
enggantikan
4. manajemen melalui kekuasaan (management by drive).
5. Hal tersebut di dorong oleh :
• Peningkatan kualitas SDM, sehingga intensitas pengendalian intern dpt di
kurangi
• Spesialisasi dpt meningkatkan kinerja seseorang
• Kepuasan kerja dpt meningkatkan produktivitas.
• Persaingan yg semakin ketat, membutuhkan pengambilan
• keputusan yg cepat.

Berdasarkan perkembangan di bidang manajemen SDM tersebut, konsep


pengendalian intern jg mengalami perubahan dari konsep ketersediaan
pengendalian inetern beralih ke konsep proses pencapaian tujuan.

Dg konsep baru tersebut disadari bahwa intelektualitas tdk lg terletak pd pucuk


pimpinan, tetapi terletak dilapisan bawah.
Mereka yg deket dg konsumenlah yg paling mengerti dg kebutuhan pasar.
Pengorganisasian yg paling tepat untuk kondisi seperti ini adalah seperti
pengorganisasian orkes simponi.

Organisasi ini sepenuhnya akan digerakan oleh dinamika para pekerja (ujung
tombak) sesuai spesialisai masing-masing.
Untuk menjaga kekompakan agar terjadi irama yg serasi dibutuhkan seorang
manajer yg berfungsi sbg konduktor.

AKS – Bab VII Halaman : 2


Manajer tersebut tdk lg hrs memiliki pengetahuan teknis seperti yg dimiliki
pemain orkesnya, tetapi yg diperlukan hanya seorang yg mampu mengatur
tempo dan menguasai tingkatan nada.

Pengendalian dilingkungan SI
1. Dpt dilakukan dg cara manual atau otomatis
2. Dpt diklasifikasikan dalam :
• Pengendalian Umum dan
• Pengendalian Aplikasi

Pengaruh Komputer dalam Pengendalian


1. Perubahan dalam Pengumpulan fakta (Changes to Evidence Collection)
2. Perubahan dalam Evaluasi Fakta (Changes to Evidence Evaluation)

Pengaruh Komputer dalam Pengendalian Internal

Tujuan dari perlindungan aset, integritas data, efektivitas sistem, dan efisiensi
sistem dapat dicapai dengan baik jika manajemen organisasi meningkatkan
sistem pengendalian internalnya, yaitu dengan cara :
1. Pemisahan Tanggung Jawab (Separation of Duties)
2. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab Delegation of Authority
and Responsibility)
3. Personal yang Kompeten dan Dapat dipercaya (Competent and
Trustworthy Personnel)
4. Otorisasi Sistem (System of Authorizations)
5. Kecukupan Catatan dan Dokumen (Adequate Documents and Records)
6. Pengendalian Fisik atas banyaknya Rekord dan Aset (Physical Control over
Assets and Records)
7. Kecukupan Supervisi dari pihak Manajemen (Adequate Management
Supervision)
8. Bentuk Pengecekan yang Independen (independent Checks on
Performance)

AKS – Bab VII Halaman : 3


9. Perbandingan Akuntabilitas Rekord dengan Aset (Comparing Recorded
Accountability with Assets)

Dua Pendekatan Pengendalian


• Pengendalian manajemen (management control), terdiri dari Top
Management Controls, Systems Development Management Controls,
Programming Management Controls, Data Resource Management Controls,
Security Management Controls, Operations Management Controls, dan
Quality Assurance Management Controls
• Pengendalian aplikasi (application control), terdiri dari, Boundary Controls,
Input Controls, Communication Controls, Processing Controls, Database
Controls, dan Output Controls.

Gambar 7.1. Dua Pendekatan Pengendalian

Pengendalian Umum
1. Pengendalian Organisasi dan Operasi
2. Pengendalian Pengembangan dan Dokumentasi Sistem
3. Pengendalian H/W

AKS – Bab VII Halaman : 4


4. Pengendalian Akses H/W dan Data

Pengendalian Organisasi & Operasi


1. Stuktur org.hrs disusun sedemikan rupa sehingga terdapat pemisahan antara
2. fungsi atau tugas yg memadai.
3. Pemisahan tersebut yaitu : fungsi analisis sistem, pemrograman,
4. pengoperasian komputer, librarian dan pengendali data
5. Pemisahan antara USER dg Unit pengolah data.

Pengendalian Pengembangan dan Dokumentasi Sistem


1. Pengendalian oleh Komite pengarah yg anggotanya dari pimpinan puncak
user.
2. Studi Kelayakan ekonomi, operasional dan teknik hrs dilakukan terhadap
eksisting system.

Pengendalian Pengembangan Sistem yg dilakukan antara lain :


a. Proposal atau permintaan pengembangan dan modifikasi sistem hrs di
buat secara tertulis oleh user dan di otorisasi oleh komite.
b. Menetapkan standar sistem desain dan pemrograman.
c. Modifikasi hanya boleh terhadap salinan sistem
d. Sistem hrs di uji
e. Pengembangan sistem hrs di dokumentasikan dg baik

Pengendalian Dokumentasi Sistem


Beberapa jenis dokumentasi :
1. Pendefinisian masalah,
2. Dokumentasi sistem : flowchart, input dan output, proses, dan pengendalian
yg dirancang.
3. Dokumentasi Program
4. Dokumentasi Operasi
5. Dokumentasi Pemakai

AKS – Bab VII Halaman : 5


Pengendalian H/W

1. H/W sdh di lengkapi dg pengendalian otomatis dari pabrikan


2. Beberapa pengendalian H/W sbb :
a. Boundary (storage) Protectionm melindungi program dan data
b. Diagnostic Routines, mengecek permasalahan yg terjadi di S/W
(dialkukan pd awal kerja)
c. Dual Read, pengendalian membaca input dua kali pd tape drive.
d. Duplicate Circuity, menghitung 2 kali danmembandingkannya (pada
ALU).
e. Echo Check, mengirim balik sinyal yg telah dikirim.
f. Parity Check, memberikan digit atau bit tambahan.
g. Read-Write Suppression, pengendalian dlm disk drive agar tdk dpt di tulis
dan dibaca.

Pengendalian Akses H/W dan Data


1. Untuk mencegah adanya pemakaian yg tdk benar
2. Beberapa pengendalian Akses H/W sbb :
a. Password, namun demikian pemakain Password yg berlebihan dpt
membuat user bosan dan sistem bekerja lambat.
b. System Accses Log, menggunakan log yg mencatat semua usaha untuk
menggunakan sistem a.l. tgl, kode, tipe akses, dan data yg digunakan.
c. Encryption, menggunakan algortima atau formula tertentu untuk
mengacak atau memanipulasi data.
d. Callback, melindungi sistem melalui terminal remote tanpa otorisasi.
e. Biometric Technologies, pengendalian melalui ciri fisik seseorang, misal
melalui sidik jari, retina mata, telapak tangan tanda tangan atau suara.
f. Automatic Log-Off, akan memutus hub.secara otomatis terminal yg tdk
aktif.

Pengendalian Aplikasi

Meliputi pengendalian INPUT, PROSES dan OUTPUT.

AKS – Bab VII Halaman : 6


1. Pengendalian INPUT :
a. Error Listing.kesalahan yg baru ditemukan dan kesalahan sebelumnya yg
belum dikoreksi
b. Filed Check, format field dpt berupa alphabet, Numeric date atau format
lainnya.
c. Financial Total,
d. Hasil Total
e. Limit Check, membatasi data masukan
f. Ranga Check, kisaran batasan
g. Record Count, mengecek jml transaksi yg di proses sistem
h. Self Checking Digit, digit tambahan untuk pengecekan
i. Sequence Check, mengecek data yg tdk berurut.
j. Sign Check, mengecek tanda aritmatik, misal jam kerja selalu bernilai
positif.
k. Validity Check, mengecek no. identifikasi atau kode valid.
l. Key Verification, re-keying, biasanya dilakukan oleh petugas yg lain.
m. Redundancy Check
n. Echo Check,
o. Completeness Check
p. Internal Reader dan Trailer Label, pemakain internal label di awal dan di
akhir suatu file data.

2. Pengendalian PROSES
a. Limit, Reasobable dan Sign Test
b. Posting, Crossfooting dan Zero
c. Balance Check
d. Run to Run Tools
e. End Of File Procedure
f. Audit Trail

3. Pengendalian OUTPUT
a. Console Log

AKS – Bab VII Halaman : 7


b. Distribution
c. User Review

Area Pengendalian ada 15 yaitu :


1. Integritas Sistem
2. Manajemen Sumber Daya (Perencanaan Kapasitas)
3. Pengendalian Perubahan S/W Aplikasi dan S/W sistem
4. Backup dan Recovery
5. Contigency Planning
6. System S/W Support
7. Dokumentasi
8. Pelatihan atau Training
9. Administrasi
10. Pengendalian Lingkungan dan Keamanan Fisik
11. Operasi
12. Telekomunikasi
13. Program Libraries
14. Application Support (SDLC)
15. Pengendalian Mikrokomputer

Penjelasan :
1. Integritas Sistem
a. Ketersediaan dan kesinambungan sistem komputer untuk user
b. Kelengkapan, Keakuratan, Otorisasi, serta proses yg auditable
c. Persetujuan dari user atas kinerja sistem yang di inginkan
d. Preventive maintenance agreements untuk seluruh perlengkapan
e. Kesesuaian kinerja antara S/W dan jaringan dengan yang diharapkan
f. Serta adanya program yang disusun untuk operasi secara menyeluruh

2. Manajemen Sumber Daya


a. Faktor-faktor yang melengkapi integritas sistem

AKS – Bab VII Halaman : 8


b. Yaitu meyakini kelangsungan (ongoing) H/W, S/W, SO, S/W aplikasi, dan
komunikasi jaringan komputer, telah di pantau dan dikelola pada kinerja
yang maksimal namun tetap dengan biaya yang wajar.
c. Hal-hal tersebut di dokumentasikan secara formal, demi proses yang
berkesinambungan

3. Pengendalian Perubahan S/W Aplikasi dan S/W sistem


a. Menentukan adanya keterlibatan dan persetujuan user dalam hal
adanya perubahan terhadap s/w aplikasi dan s/w sistem
b. Setiap pengembangan dan perbaikan aplikasi harus melalui proses
formal dan di dokumentasikan serta telah melalui tahapan-tahapan
pengembangan sistem yang dibakukan dan disetujui.

4. Backup dan Recovery


a. Demi kelangsungan usaha, harus tersedia data processing disaster
recovery planning (rencana pemulihan data dan pusat sistem informasi
apabila terjadi kehancuran),
b. Baik berupa backup dan pemulihan normal, maupun rencana
contingency untuk kerusakan pusat SI (lokasi gedung, peralatanya, SDM-
nya maupun manualnya).

5. Contigency Planning
a. Perencanaan yang komprehenshif di dalam mengantisipasi terjadinya
ancaman
b. terhadap fasilitas pemrosesan SI
c. Dimana sebagian besar komponen utama dari disaster recovery plan
telah dirumuskan dengan jelas, telah di koordinasikan dan disetujui,
seperti critical application systems, identifikasi peralatan dan fasilitas
penunjang H/W, sistem S/W dan sebagainya.

6. System S/W Support


a. Pengukuran pengendalian dalam pengembangan, penggunaan, dan
pemeliharaan dari S/W SO, biasanya lebih canggih dan lebih cepat

AKS – Bab VII Halaman : 9


perputarannya dibandingkan dengan S/W aplikasiDengan
ketergantungan yang lebih besar kepada staf teknik untuk integritas
fungsionalnya
b. Pengukuran kendali pengamanan aplikasi individu maupun
pengamanan logika sistem secara menyeluruh (systemwide logical
security)

7. Dokumentasi
a. Integritas dan ketersediaan dokumen operasi, pengembangan aplikasi,
user dan S/W sistem
b. Diantaranya dokumentasi program dan sistem, buku pedoman operasi
dan schedule operasi,
c. Untuk setiap aplikasi sebaiknya tersedia dokumentasi untuk tiap jenjang
user.

8. Pelatihan atau Training


a. Adanya penjenjagan berdasarkan kemampuan untuk seluruh lapisan
manajemen dan staf, dalam hal penguasaannya atas aplikasi-aplikasi
dan kemampuan teknisnya
b. Serta rencana pelatihan yang berkesinambungan

9. Administrasi
a. Struktur organisasi dan bagannya, rencana strategis, tanggungjawab
fungsional, job description, sejalan dengan metoda job accounting
dan/atau charge out yang digunakan
b. Termasuk didalamnya pengukuran atas proses pengadaan dan
persetujuan untuk semua sumber daya SI.

10. Pengendalian Lingkungan dan Keamanan Fisik


a. Listrik, peyejuk udara, penerang ruangan, pengaturan kelembaban, serta
kendali akses ke sumber daya informasi
b. Pencegahan kebakaran, ketersediaan sumber listrik cadangan,
c. Juga pengendalian dan backup sarana telekomunikasi

AKS – Bab VII Halaman : 10


11. Operasi
a. Diprogram untuk merespon permintaan/keperluan SO
b. Review atas kelompok SO berdasarkan job schedulling, review yang terus-
menerus terhadap operator, retensi terhadap console log message,
dokumentasi untuk run/restore/backup atas seluruh aplikasi
c. Daftar personel, dan nomor telepon yang harus dihubungi jika muncul
masalah SO, penerapan sistem sift dan rotasi serta pengambilan cuti
untuk setiap operator.

12. Telekomunikasi
a. Review terhadap logical and physical access controls,
b. Metodologi pengacakan (encryption) terhadap aplikasi electronic data
interchange (EDI)
c. Adanya supervisi yang berkesinambungan terhadap jaringan komputer
dan komitmen untuk ketersediaan jaringan tersebut dan juga redundansi
saluran telekomunikasi.

13. Program Libraries


a. Terdapat pemisahan dan prosedur pengendalian formal untuk
application source code dan compiled production program code
dengan yang disimpan di application test libraries development
b. Terdapat review atas prosedur quality assurance.

14. Application Support


a. Bahwa proses tetap dapat berlangsung walaupun terjadi kegagalan
sistem
b. Sejalan dengan kesinambungan proses untuk inisiasi sistem baru,
manajemen
c. proyek, proses pengujian yang menyeluruh antara user dan staf SI
d. Adanya review baik formal maupun informal terhadap tingkat kepuasan
atas SDLC yang digunakan.

AKS – Bab VII Halaman : 11


15. Microcomputer Controls
a. Pembatasan yang ketat dalam pengadaan, pengembangan aplikasi,
dokumentasi atas aplikasi produksi maupun aplikasi dengan misi yang
kritis, sekuriti logika, dan fisik terhadap microcomputer yang dimiliki,
b. Serta pembuatan daftar inventaris atas H/W, S/W, serta legalitas dari S/W
untuk menghindari tuntutan pelanggaran hak cipta.

Teknik Kalkulasi Nilai

Pengendalian Intern
Bobot :
1,0 : resiko adalah kritis
0,5 : resiko kurang kritis
2,0 : resiko sangat kritis

Standar Penilaian 1-5 :


1 : Lemah
2 : Kurang
3 : Sedang
4 : Memadai
5 : Memuaskan

Cara Penghitungan :
1. Hasil review atas masing2 resiko dikalikan dengan bobotnya.
2. Kemudian seluruh hasil perkalian ini dijumlahkan dan dicatat dikolom jumlah
(nila x bobot)
3. Angka ini kita bagi dengan banyaknya area pengendalian yang kita uji
(dari 15 area mungkin hanya 10 atau kurang)

AKS – Bab VII Halaman : 12


4. Hasil pembagian kita catat di kolom nilai rata-rata (NR), kemudian kita
bulatkan ke bawah sesuai prinsip conservatism, dan kita catat di kolom NR
di bulatkan ke bawah.
5. Terakhir, angka ini kita konversikan kembali, sehingga kita mendapatkan
rating yang sesuai untuk pusat informasi ybs yaitu apakah MEMUASKAN,
MEMADAI, SEDANG, KURANG atau LEMAH.

Pengendalian Manajemen Puncak


1. Evaluasi Fungsi Perencanaan
2. Evaluasi Fungsi Organisasi
3. Evaluasi Fungsi Kepemimpinan
4. Evaluasi Fungsi Pengendalian

Pengendalian Manajemen
Pengembangan Sistem
Evaluasi Sebagian Besar Dilakukan padaTahap Proses Pengembangan Sistem

Pengendalian Manajemen Pemrograman


1. Siklus Hidup Pengembangan Program
2. Pengorganisasian Tim Pemrograman
3. Pengelolaan Kelompok Pemrograman

Pengendalian Manajemen Keamanan


1. Pelaksanaan Program Keamanan
2. Sebagian Besar Ancaman dan Pengukuran Perbaikan
3. Pengendalian Muara Akhir

Pengendalian Manajemen Operasi


1. Operasi Komputer
2. Operasi Jaringan
3. Penyiapan dan Pengentrian Data
4. Pengendalian Produksi
5. Pustaka File

AKS – Bab VII Halaman : 13


6. Dokumentasi dan Pustaka Program
7. Help Desk / Dukungan Teknik
8. Perencanaan Kapasitas dan Pengawasan Kinerja
9. Pengelolaan Operasi Outsource

Pengendalian Manajemen Jaminan Kualitas


1. Fungsi QA
2. Pertimbangan Pengorganisasian
3. Hubungan Antara QA dan Auditing

Pengendalian Pembatasan (Boundary)


1. Pengendalian Cryptographic
2. Pengendalian Akses
3. Nomor Identifikasi Personal
4. Tandatangan Digital
5. Kartu Kredit
6. Pengendalian Audit Trail

Pengendalian Masukan
1. Metode Input Data
2. Rancangan Dokumen Sumber / Dasar
3. Rancangan Layar Entri Data
4. Pengendalian Kode Data
5. Pengecekan Digit
6. Pengendalian Batch
7. Validasi Input Data
8. Instruksi Masukan
9. Validasi Instruksi Masukan
10. Pengendalian Audit Trail

Pengendalian Komunikasi

AKS – Bab VII Halaman : 14


1. Ekspos Sub sistem Komunikasi
2. Pengendalian Komponen Fisik
3. Pengendalian Baris Kesalahan
4. Pengendalian Flow
5. Pengendalian Hubungan
6. Pengendalian Topologi
7. Pengendalian Akses Chanel
8. Pengendalian Atas Ancaman Subversif
9. Pengendalian Antar Jaringan
10. Pengendalian dan Arsitektur Komunikasi
11. Pengendalian Audit Trail
12. Pengendalian Eksistensi

Pengendalian Pemrosesan
1. Pengendalian Pemroses
2. Pengendalian Memori Nyata
3. Pengendalian Memori Virtual
4. Integrasi Sistem Operasi
5. Pengendalian Integritas
6. Pengendalian Software Aplikasi
7. Pengendalian Audit Trail
8. Pengendalian Eksistensi

Pengendalian Database
1. Pengendalian Akses
2. Pengendalian Integritas
3. Pengendalian Software Aplikasi
4. Pengendalian Konkuren
5. Pengendalian Cryptographic
6. Pengendalian Penanganan File
7. Pengendalian Audit Trail
8. Pengendalian Eksistensi

AKS – Bab VII Halaman : 15


Pengendalian Output
1. Pengendalian Inferensi
2. Pengendalian Distribusi dan Produksi Output Batch
3. Pengendalian Rancangan Laporan Batch
4. Pengendalian Distribusi dan Produksi Output On-line
5. Pengendalian Audit Trail
6. Pengendalian Eksistensi
Klasifikasi Proses Pengendalian SI
1. Perencanaan dan pengorganisasian (PO : Planning and Organisation)
2. Akuisisi dan implementasi (AI : Acquisition and Implementation)
3. Penyampaian dan dukungan (DS : Delivery and Support)
4. Pemantauan (M : Monitoring) COBIT Framework sebagaimana disebutkan
dalam IS Auditing Guidelines pada bab ‘Effect of Perfasive IS Control’
yang mulai berlaku efektif sejak 1 Maret 2000

Keempat domain tersebut diatas kemudian dijabarkan menjadi 34 faktor resiko


yang harus dievaluasi jika ingin diperoleh suatu kesimpulan mengenai
seberapa besar kepedulian manajemen terhadap teknologi informasi, serta
bagaimana teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan
informasi

PLANNING AND ORGANISATION (PO)

a1. PO1 Menetapkan Rencana Strategis Teknologi Informasi (Define a Strategic


IT Plan)
2. PO2 Menetapkan Arsitektur Informasi (Define the Information Architecture)
3. PO3 Menetapkan Arah Teknologi (Determine Technological Direction)
4. PO4 Menetapkan Organisasi TI dan Hubungannya (Define the IT Organisation
and Relationships)
5. PO5 Mengatur Investasi TI (Manage the IT Investment)
6. PO6 Mengkomunikasikan Tujuan dan Arahan Manajemen
(CommunicateManagement Aims and Direction)
7. PO7 Mengelola Sumberdaya Manusia (Manage Human Resources)

AKS – Bab VII Halaman : 16


8. PO8 Memastikan Kesesuaian dengan Kebutuhan-kebutuhan eksternal
(Ensure Compliance with External Requirements)
9. PO9 Menilai Resiko (Assess Risks)
10. PO10 Mengatur Proyek (Manage Projects)
11. PO11 Mengatur Kualitas (Manage Quality)

ACQUISITION AND IMPLEMENTATION (AI)

12. AI1 Identifikasi solusi-solusi otomatisasi (Identify Automated Solutions)


13. AI2 Memperoleh dan memelihara Perangkat Lunak Aplikasi (Acquireand
Maintain Application Software)
14. AI3 Memperoleh dan memelihara Infrastruktur Teknologi (Acquire and
Maintain Technology Infrastructure)
15. AI4 Mengembangkan dan memelihara prosedur (Develop and Maintain
Procedures)
16. AI5 Instalasi dan pengakuan sistem (Install and Accredit Systems)
17. AI6 Mengatur Perubahan (Manage Changes)

DELIVERY AND SUPPORT (DS)

18. DS1 Menetapkan dan mengatur tingkatan pelayanan (Define and Manage
Service Levels)
19. DS2 Mengelola layanan pihak ke tiga (Manage Third-Party Services)
20. DS3 Mengelola kapasitas dan kinerja (Manage Performance and Capacity)
21. DS4 Menjamin layanan berkelanjutan (Ensure Continuous Service)
22. DS5 Menjamin keamanan sistem (Ensure Systems Security)
23. DS6 Mengidentifikasikan dan mengalokasikan biaya (Identify and Allocate
Costs)
24. DS7 Mendidik dan melatih user (Educate and Train Users)

AKS – Bab VII Halaman : 17


25. DS8 Membantu dan memberikan masukan kepada pelanggan (Assist and
Advise Customers)
26. DS9 Mengelola konfigurasi (Manage the Configuration)
27. DS10 Mengelola kegiatan dan permasalahan (Manage Problems and
Incidents)
28. DS11 Mengelola Data (Manage Data)
29. DS12 Mengelola Fasilitas (Manage Facilities)
30. DS13 Mengelola Operasi (Manage Operations)

MONITORING (M)
31. M1 Mengawasi proses (Monitor the Processes)
32. M2 Menilai kecukupan pengendalian internal (Assess Internal Control
Adequacy)
33. M3 Memperoleh jaminan independen (Obtain Independent Assurance)
34. M4 Menyediakan Audit Independen (Provide for Independent Audit)

AKS – Bab VII Halaman : 18


AKS – Bab VII Halaman : 19
BAB VIII
Control Objective for Information and related Technology
(COBIT)

Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian


dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1996.
hingga saat artikel ini dimuat setidaknya sudah ada 5 versi COBIT yang sudah
diterbitkan, versi pertama diterbitkan pada tahun 1996, versi kedua tahun 1998,
versi 3.0 di tahun 2000, Cobit 4.0 pada tahun 2005, CObit 4.1 tahun 2007 dan
yang terakhir ini adalah Cobit versi 5 yang di rilis baru-baru saja.

COBIT adalah merupakan kerangka panduan tata kelola TI dan atau bisa juga
disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan untuk menjembatani gap
antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
tersebut dalam suatu organisasi. COBIT memungkinkan pengembangan kebijakan
yang jelas dan sangat baik digunakan untuk IT kontrol seluruh organisasi,
membantu meningkatkan kualitas dan nilai serta menyederhanakan pelaksanaan
alur proses sebuah organisasi dari sisi penerapan IT.

Cobit berorientasi proses, dimana secara praktis Cobit dijadikan suatu standar
panduan untuk membantu mengelola suatu organisasi mencapai tujuannya
dengan memanfaatkan IT. Cobit memberikan panduan kerangka kerja yang bisa
mengendalikan semua kegiatan organisasi secara detail dan jelas sehingga dapat
membantu memudahkan pengambilan keputusan di level top dalam organisasi.

Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan secara umum oleh
mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi,
mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan dan
penguasaan teknologi informasi.

AKS – BAB VIII Halaman 1


Cobit memiliki 4 Cakupan Domain :

1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and Organise)


Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang
bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan
bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan
infrastruktur teknologi yang baik pula.

2. Pengadaan dan Implementasi (Acquire and Implement)


Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau
diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses
bisnis.

3. Pengantaran dan Dukungan (Deliver and Support)


Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang
terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai
dengan pengadaan training.

4. Pengawasan dan Evaluasi (Monitor and Evaluate)


Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.

Keempat domain tersebut diatas kemudian dijabarkan menjadi 34 faktor resiko


yang harus dievaluasi jika ingin diperoleh suatu kesimpulan mengenai seberapa
besar kepedulian manajemen terhadap teknologi informasi, serta bagaimana
teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi.

AKS – BAB VIII Halaman 2


COBIT IT Processes Defined Withen The Four Domain

Gambar Kerangka COBIT

PLANNING AND ORGANISATION (PO)


1 P01 Menetapkan Rencana Strategis Teknologi Informasi (Define a
Strategic IT Plan)
2 P02 Menetapkan Arsitektur Informasi (Define the Information
Architecture)
3 PO3 Menetapkan Arah Teknologi (Determine Technological Direction)
4 PO4 Menetapkan Organisasi TI dan Hubungannya (Define the IT
Organisation and Relationships)
5 PO5 Mengatur Investasi TI (Manage the IT Investment)

AKS – BAB VIII Halaman 3


6 PO6Mengkomunikasikan Tujuan dan Arahan Manajemen
(Communicate Management Aims and Direction)
7 PO7 Mengelola Sumberdaya Manusia (Manage Human Resources)
8 PO8 Memastikan Kesesuaian dengan Kebutuhan-kebutuhan eksternal
(Ensure Compliance with External Requirements)
9 PO9 Menilai Resiko (Assess Risks)
10 PO10 Mengatur Proyek (Manage Projects)
11 PO11 Mengatur Kualitas (Manage Quality)

ACQUISITION AND IMPLEMENTATION (AI)


12 AI1 Identifikasi solusi-solusi otomatisasi (Identify Automated
Solutions)
13 AI2 Memperoleh dan memelihara Perangkat Lunak Aplikasi
(Acquireand Maintain Application Software)
14 AI3 Memperoleh dan memelihara Infrastruktur Teknologi (Acquire
and Maintain Technology Infrastructure)
15 AI4 Mengembangkan dan memelihara prosedur (Develop and
Maintain Procedures)
16 AI5 Instalasi dan pengakuan sistem (Install and Accredit Systems)
17 AI6 Mengatur Perubahan (Manage Changes)

DELIVERY AND SUPPORT (DS)


18 DS1 Menetapkan dan mengatur tingkatan pelayanan (Define and
Manage Service Levels)
19 DS2 Mengelola layanan pihak ke tiga (Manage Third-Party Services)
20 DS3 Mengelola kapasitas dan kinerja (Manage Performance and
Capacity)
21 DS4 Menjamin layanan berkelanjutan (Ensure Continuous Service)
22 DS5 Menjamin keamanan sistem (Ensure Systems Security)
23 DS6 Mengidentifikasikan dan mengalokasikan biaya (Identify and
Allocate Costs)

AKS – BAB VIII Halaman 4


24 DS7 Mendidik dan melatih user (Educate and Train Users)
25 DS8 Membantu dan memberikan masukan kepada pelanggan (Assist
and Advise Customers)
26 DS9 Mengelola konfigurasi (Manage the Configuration)
27 DS10 Mengelola kegiatan dan permasalahan (Manage Problems and
Incidents)
28 DS11 Mengelola Data (Manage Data)
29 DS12 Mengelola Fasilitas (Manage Facilities)
30 DS13 Mengelola Operasi (Manage Operations)

MONITORING (M)
31 M1 Mengawasi proses (Monitor the Processes)
32 M2 Menilai kecukupan pengendalian internal (Assess Internal Control
Adequacy)
33 M3 Memperoleh jaminan independen (Obtain Independent Assurance)
Menyediakan Audit Independen (Provide for Independent Audit)
34 M4

Secara keseluruhan 34 proses diataslah yang digunakan sebagai panduan dalam


menangani masalah tata kelola IT atau pembuatan IT strategic plan, meskipun
dalam prakteknya tidak mesti menggunakan 34 proses tersebut karena proses-
proses tersebut menyesuaikan dengan kondisi organisasi.

Skala maturity dari Framework COBIT

Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan


manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas
manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas
manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang. Sebagai
contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan
manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang
tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang
dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera
resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.

AKS – BAB VIII Halaman 5


Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu lingkungan Enterprise,
tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan, jangkauan dan
kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan meningkatkan
efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan kuantitas proses
yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi biaya terkait dengan
penggunaan sumber daya TI.

Maturity model dapat digunakan untuk memetakan :


1. Status pengelolaan TI perusahaan pada saat itu.
2. Status standart industri dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
3. Status standart internasional dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
4. Strategi pengelolaan TI perusahaan (ekspetasi perusahaan terhadap posisi
pengelolaan TI perusahaan)

Tingkat kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity dibagi menjadi 6 level :

1. Level 0 (Non-existent)
Perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses teknologi informasi di
perusahaannya.

2. Level 1 (Initial Level)


Pada level ini, organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang
stabil untuk mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi
kelihatannya mengalami kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan
dari mengintegrasikan pengembangan produk tidak dapat ditentukan dengan
perencanaan yang tidak efektif, respon sistem. Proses pengembangan tidak
dapat diprediksi dan tidak stabil, karena proses secara teratur berubah atau
dimodifikasi selama pengerjaan berjalan beberapa form dari satu proyek ke
proyek lain. Kinerja tergantung pada kemampuan individual atau term dan
variasi dengan keahlian yang dimilikinya.

3. Level 2 (Repeatable Level)


Pada level ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan
prosedur dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat

AKS – BAB VIII Halaman 6


efektif suatu proses manajemen dalam mengembangankan proyek adalah
institutionalized, dengan memungkinkan organisasi untuk mengulangi
pengalaman yang berhasil dalam mengembangkan proyek sebelumnya,
walaupun terdapat proses tertentu yang tidak sama. Tingkat efektif suatu
proses mempunyai karakteristik seperti; practiced, dokumentasi, enforced,
trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product requirement dan
dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah perubahan yang
tidak diinginkan.

4. Level 3 (Defined Level)


Pada level ini, proses standar dalam pengembangan suatu produk baru
didokumentasikan, proses ini didasari pada proses pengembangan produk
yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan untuk membantu
manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja dengan
lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik mempunyai
karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan prosedur dalam
mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan kriteria
selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan jelas
dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas,
maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan
proyek tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan
kualitas produk yang diawasi.

5. Level 4 (Managed Level)


Pada level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses
dan pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses
untuk mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat
diterima. Resiko perpindahan teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar
harus diketahui dan diatur secara hati-hati. Proses pengembangan dapat
ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan limit yang dapat
diukur.

AKS – BAB VIII Halaman 7


6. Level 5 (Optimized Level)
Pada level ini, seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara
terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk
otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas,
serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk
menganalisis kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab
kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah
kesalahan yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi lagi.

AKS – BAB VIII Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai