Anda di halaman 1dari 24

PETUNJUK PELAKSANAN

SATUAN KHUSUS BANSER PROTOKOLER

I. KETENTUAN UMUM.

1. Yang dimaksud dengan Satuan Khusus Barisan Ansor Serbaguna PROTOKOLER selanjutnya
disingkat BANSER PROTOKOLER adalah anggota Banser yang memiliki kualifikasi disiplin dan
dedikasi yang tinggi, utamanya kemampuan dan kecakapan dalam manajemen acara
kenegaraan, organisasi atau acara resmi. yang meliputi; Rekayasa Pengamanan dan
Pengawalan, Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan, sebagai bentuk
penghormatan dan/atau penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan, GP Ansor, BANSER, NU beserta banom,
lembaga dan lajnahnya, serta kebiasaan yng berlaku di tengah masyarakat.
2. Secara umum, protokoler adalah seluruh hal yang mengatur dan atau mengorganisir
pelaksanaan suatu kegiatan baik dalam kedinasan (organisasi) maupun masyarakat.
3. Protokoler merupakan sistem atau norma-norma atau aturan-aturan yang di anut atau
diyakini dalam kehidupan berorganisasi, berbangsa dan bermasyarakat.
4. Petugas protokoler adalah personil BANSER yang melaksanakan serta bertanggung jawab
atas terlaksananya penerapan Rekayasa Pengamanan dan Pengawalan, Tata Tempat, Tata
Upacara, dan Tata Penghormatan, kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan, GP Ansor, BANSER, NU beserta banom,
lembaga dan lajnahnya, serta kebiasaan yng berlaku di tengah masyarakat
5. Landasan Hukum yang digunakan dalam penyusunan JUKLAK ini adalah:
a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokoleran
b. PO Ansor Konbes XVIII Tahun 2012 Nomor : 17/KONBES-XVIII/VI/2012 Tentang PO
BANSER
c. Kebiasaan yang berkembang dan berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama dan
masyarakat secara umum.
II. MAKSUD DAN TUJUAN.
1. Protokoler dimaksudkan untuk memaksimalkan keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan
dengan cara mengatur seluruh personil / petugas yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
kegiatan.
2. Tujuan protokoler adalah memastikan pelaksanaan kegiatan/upacara yang lancar dan
sesuai rencana serta terciptanya ketertiban dan rasa aman dalam suatu kegiatan/upacara.

III. FUNGSI TUGAS, KEWAJIBAN DAN WEWENANG SATUAN KHUSUS BANSER PROTOKOLER.
Fungsi Satuan Khusus Banser Protokoler sebagai berikut :
1. Memastikan penghormatan dan atau perlakuan terhadap Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan (baik pusat maupun daerah), perwakilan Negara asing dan atau organisasi
internasional, Pengurus NU bersama banom, lembaga dan lajnah, Pengurus GP Ansor,
Personalia Banser, Alim Ulama, Habaib serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan atau Tamu
sesuai dengan kedudukan harkat dan martabatnya.
2. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu kegiatan agar berjalan tertib, rapi, lancar,
dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku di GP Ansor dan BANSER.
3. Mengorganisir pelaksanaan suatu kegiatan sesuai dengan perencanaan, sehingga suatu
kegiatan agar berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan
kebiasaan yang berlaku di GP Ansor dan BANSER.
4. Menciptakan hubungan yang baik dalam tata pergaulan antara pemerintah dengan GP
Ansor, Banser, keluarga besar NU, dan komponen masyarakat lain.
5. Protokol berfungsi sebagai salah satu staf pembantu pimpinan / penjabat.
Tugas Satuan Khusus Banser Protokoler adalah merencanakan, mempersiapkan,
mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas-tugas keprotokoleran di GP Ansor dan BANSER.
Kewajiban Satuan Khusus Banser Protokoler sebagai berikut :
1. Melaksanakan tata cara keprotokoleran dalam kegiatan resmi GP Ansor dan BANSER.
2. Mentaati peraturan dan prosedur keprotokoleran dalam kegiatan resmi GP Ansor dan
BANSER.
3. Mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan keprotokoleran.
4. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan keprotokoleran.
5. Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan penyelengaraan angkutan darat, laut,
udara.
6. Menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan petugas protokoler lain, (protokoler
pejabat, presiden, gubernur, bupati dan pejabat lainnya)
7. Menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas keprotokoleran.

Kewenangan Satuan Khusus Banser Protokoler sebagai berikut :


1. Merencanakan tata upacara kegiatan resmi yang dilaksanakan oleh GP Ansor dan BANSER.
2. Merubah, memperbaiki, menambah, mengurangi desain perencanaan suatu kegiatan agar
sesuai dengan kaidah-kaidah keprotokoleran.
3. Mengatur dan melaksanakan tata cara keprotokoleran kegiatan resmi GP Ansor dan
BANSER.

IV. KEGIATAN SATUAN KHUSUS BANSER PROTOKOLER.


1. Kegiatan Banser Protokoler adalah kegiatan merencanakan, mempersiapkan,
mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas-tugas keprotokoleran di GP Ansor dan
Banser, baik yang resmi maupun tidak resmi. Sesuai Standart Operasional yang berlaku.
2. Berpartisipasi dan membantu merencanakan, mempersiapkan, mengkordinir dan
melaksanakan tugas-tugas keprotokoleran keluarga besar NU, banom, lembaga dan
lajnahnya, apabila dibutuhkan.

V. JENIS KEGIATAN GP ANSOR DAN BANSER.


Jenis Kegiatan GP Ansor dan Banser terbagi atas 2 (dua) jenis kegiatan. Kegiatan resmi dan
kegiatan yang tidak resmi. Kegiatan resmi yang diselenggarakan GP Ansor dan/atau Banser
dilaksanakan sesuai dengan aturan rekayasa pengamanan dan pengawalan, Tata Acara, Tata
Tempat, Tata Upacara, Tata Pakaian dan Tata Penghormatan.
Kegiatan resmi yang diselenggarakan oleh GP Ansor sebagai berikut :
1. Pelantikan Pengurus GP Ansor.
2. Resepsi Harlah GP Ansor.
3. Konferensi Besar dan Rapat Kerja GP Ansor.
4. Kegiatan Majelis Dzikir Rijalul Ansor.
5. Pembukaan PKN, PKL dan PKD GP Ansor.
6. Pembukaan Seminar/Sarasehan yang diselenggarakan GP Ansor.
7. Pengajian/Halal Bihalal dan kegiatan lain yang diselenggarakan GP Ansor.
Kegiatan resmi yang diselenggarakan BANSER :
1. Pengukuhan Satuan Kordinasi Banser
2. Rapat Kerja Nasional Banser
3. Rapat Koordinasi Nasional Banser
4. Apel Banser
5. Upacara Pembukaan Diklat Banser
6. Upacara PHBN/PHBI yang diselenggarakan Banser
7. Kegiatan lain yang diselenggarakan oleh Banser.
Dalam hal terjadi situasi dan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan terlaksananya atau
berlangsungnya kegiatan resmi dengan sempurna, maka pelaksanaan kegiatan dimaksud
disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu tersebut.
VI. PENGAMANAN DAN PENGAWALAN.
Yang di maksud Pengamanan dan Pengawalan adalah:
1. Merencanakan/merekayasa sistem pengamanan dan pengawalan terhadap personil-
personil VIP dan atau VVIP, termasuk di dalamnya kegiatan mengkoordinasikan dengan
pihak terkait (pihak bandara, stasiun, terminal bus, hotel, PATWAL Kepolisian, Protokoler
pejabat lain) dalam hal penjemputan dan pengawalan serta mengkorfimasi titik dan waktu
penjemputan.
2. Menyiapkan personil/petugas pengawalan, dan pengamanan mulai dari titik jemput tamu
VIP maupun VVIP sampai dengan tempat kegiatan sampai dengan pasca kegiatan.
VII. TATA ACARA.
Yang dimaksud tata acara adalah urut-urutan (susunan) acara dalam setiap kegiatan yang
diselenggarakan GP Ansor dan atau Banser, guna memberikan kepastian bentuk dan format
acara.
Tata acara kegiatan resmi/tidak resmi, tergantung situasi dan kondisi kegiatan, sehingga Banser
Protokoler harus cepat dan tanggap dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi
untuk dikordinasikan dengan Kepala Satuan Kordinasi Banser (Satkornas/Satkorwil/Satkorcab)
sesuai tingkatannya dan diteruskan kepada Ketua Umum/Ketua (PP/PW/PC) sesuai
tingkatannya, untuk diambil kebijakan.
VIII. TATA TEMPAT.
Tata tempat, pada hakekatnya mengandung unsur-unsur :
- Siapa yang berhak lebih didahulukan.
- Siapa yang mendapat hak menerima prioritas dalam urutan tata tempat.
Orang yang mendapat tempat untuk didahulukan adalah seseorang karena jabatan,
pangkat atau derajat di dalam Pemerintahan atau masyarakat.
Dalam acara resmi GP Ansor dan atau Banser, Pengurus NU bersama pengurus Banom,
Lembaga dan Lajnah, Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan Negara asing dan/atau
organisasi internasional, Tokoh Masyarakat Tertentu (Kyai, Habaib dan Senior Ansor/Banser),
mendapat tempat sesuai dengan pengaturan Tata Tempat dengan memenuhi prinsip-prinsip
dan aturan sebagai berikut :
1. Tata Tempat adalah pengaturan posisi undangan sesuai dengan jabatannya dengan aturan
dasar yaitu :
a. Orang yang di anggap paling utama mempunyai urutan paling depan.
b. Jika dalam posisi duduk/berdiri berjajar, yang paling utama mempunyai urutan
disebelah kanan
2. Aturan Umum Tata Tempat yaitu.
a. Jika duduknya menghadap meja, yang dianggap tempat utama adalah yang menghadap
pintu keluar, yang duduk dekat pintu keluar dianggap tempat terakhir.
b. Dalam pengaturan tempat suatu jajaran (dari sisi ke sisi) maka tempat sebelah kanan di
luar atau tempat di tengah adalah yang utama, tergantung situasi.
3. Aturan Memasuki Kendaraan yaitu: bagi undangan resmi memerlukan perhatian dan
penanganan khusus bahkan perencanaan yang matang. Jenis kendaraan juga
mempengaruhi pengaturan tersebut, antara lain :
a. Pesawat Udara : seseorang dengan posisi utama memasuki pesawat paling akhir
(biasanya sambil melambaikan tangan), sebaliknya ketika turun dari pesawat berada di
posisi terdepan.
b. Kapal Laut : seseorang dengan posisi utama naik terlebih dahulu, juga ketika turun
seseorang dengan posisi utama turun lebih dulu.
c. Mobil : seseorang dengan posisi utama baik naik maupun turun akan mendahului yang
lain. Namun apabila letak kendaraan tidak dapat di atur dengan sedemikian rupa
karena keadaan maka hal tersebut merupakan suatu perkecualian.
Tata Tempat dalam Acara Resmi di setiap tingkatan pengurusan ditentukan dengan urutan
sebagaimana petunjuk di bawah ini :
1. Tata Tempat dalam Acara Resmi di tingkat kepengurusan pusat ditentukan dengan
urutan sebagai berikut :
a. Presiden Republik Indonesia;
b. Wakil Presiden Republik Indonesia;
c. Ketua Mustasyar NU
d. Rais Aam Syuriyah PBNU
e. Ketua Umum Tanfidziyah PBNU;
f. Alim Ulama Khos dan Habaib Nasional
g. Ketua Umum Pimpinan Pusat Banom
h. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
i. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
j. Pejabat Negara (Menteri, Panglima TNI, Kapolri, dll)
k. Tokoh Organisasi lain
l. Duta Besar dan tamu dari Negara lain
m. Pengurus Besar NU
n. Pengurus Pusat Banom
o. Tamu undangan lainnya
2. Tata Tempat dalam Acara Resmi di tingkat kepengurusan wilayah ditentukan dengan
urutan sebagai berikut :
a. Gubenur
b. Wakil Gubenur
c. Ketua Mustasyar NU
d. Ketua Syuriyah NU;
e. Ketua Tanfidziyah NU;
f. Alim Ulama Khos dan Habaib
g. Ketua Wilayah Banom
h. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi
i. Forpimda Propinsi
j. Tokoh Organisasi lain
k. Pengurus Wilayah NU
l. Pengurus Wilayah Banom
m. Tamu undangan lainnya
3. Tata Tempat dalam Acara Resmi di tingkat kepengurusan cabang ditentukan dengan
urutan sebagai berikut :
a. Bupati
b. Wakil Bupati
c. Ketua Mustasyar NU
d. Ketua Syuriyah NU;
e. Ketua Tanfidziyah NU;
f. Alim Ulama Khos dan Habaib
g. Ketua Cabang Banom
h. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
i. Forpimda Kabupaten
j. Tokoh Organisasi lain
k. Pengurus Cabang NU
l. Pengurus Cabang Banom
m. Tamu undangan lainnya
Tata Tempat dalam Acara Resmi di tingkat kepengurusan anak cabang dan ranting
menyesuaikan.
Tata Tempat bagi penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah dalam pelaksanaan Acara
Resmi sebagai berikut :
a. Dalam hal Acara Resmi dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden, penyelenggara
dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Presiden dan/atau Wakil Presiden.
b. Dalam hal Acara Resmi tidak dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden,
penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Pejabat Negara
dan/atau Pejabat Pemerintah yang tertinggi kedudukannya.
c. Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, kepala perwakilan negara asing
dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu berhalangan
hadir pada Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, tempatnya tidak diisi oleh yang
mewakilinya.
d. Seorang yang mewakili sebagaimana dimaksud pada huruf c, mendapat tempat
sesuai dengan kedudukan sosial dan kehormatan yang diterimanya atau
jabatannya.
IX. TATA UPACARA BENDERA DAN BUKAN UPACARA BENDERA.
Tata Upacara memuat perencanaan dan pelaksanaan upacara Bendera dan bukan upcara
bendera yang secara umum dengan berpedoman pada :
1) Kelengkapan upacara;
2) Perlengkapan upacara;
3) Langkah-langkah persiapan;
4) Petunjuk pelaksanaan upacara;
5) Susunan acara.
Sedangkan Tata Upacara adalah tata urutan kegiatan sesuai dengan jenis kegiatannya, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis Kegiatan.
b. Bahasa pengantar yang digunakan.
c. Materi aktifitas.
d. Personil yang terlibat.
e. Kesiapan perlengkapan.
Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi pada
pelaksanaan :
a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
b. Hari lahir NU
c. Hari Lahir GP Ansor
d. Harlah Banser.
Tata urutan upacara bendera sebagaimana dimaksud di atas, sekurang-kurangnya meliputi:
a. Pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
b. Mengheningkan cipta;
c. Pembacaan Naskah Pancasila;
d. Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
e. Pembacaan doa.
Perlengkapan upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain, meliputi:
a. inspektur upacara;
b. komandan upacara;
c. perwira upacara;
d. peserta upacara;
e. pembawa naskah;
f. pembaca naskah; dan
g. pembawa acara.
Perlengkapan upacara, antara lain, meliputi:
a. bendera;
b. tiang bendera dengan tali;
c. mimbar upacara;
d. naskah Proklamasi;
e. naskah Pancasila;
f. naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
g. teks doa.

Tata urutan acara bukan upacara bendera dalam Acara Resmi GP Ansor dan atau Banser, antara lain
meliputi:
a. Pembukaan (membaca surat al fathehah)
b. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
c. menyanyikan Mars GP Ansor dan atau Mars Banser.
d. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an dan Sholawat Badar
e. acara pokok
f. doa
g. penutup.
Bendera negara dalam Acara Resmi GP Ansor dan atau Banser (berlaku juga di NU, banom, lembaga
dan lajnah) upacara bukan upacara bendera dipasang pada sebuah tiang bendera dan diletakkan di
sebelah kanan mimbar.
Bendera Negara, NU dan GP Ansor dan atau Banser (berlaku juga untuk Banom NU yang lain)
dalam Acara Resmi GP Ansor dan atau Banser (Banom yang lain) upacara bukan upacara bendera
dipasang pada sebuah tiang bendera dan diletakkan di sebelah kanan mimbar.
X. TATA UPACARA PERSEMAYAMAN DAN PEMAKAMAN
1. Upacara pemakaman sebagaimana dimaksud adalah pemakaman bagi Tokoh, Kiai, orang-orang
yang di hormati, Pengurus dan Anggota ANSOR, dan BANSER yang meninggal dunia.
2. Upacara persemayaman dan pemakaman, untuk menyampaikan penghormatan kepada jenazah
dan pernyataan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.
3. Kelengkapan pelaksanaan persemayaman dan pemakaman dipersiapkan oleh unit kerja
dibawah koordinasi Satuan Khusus Banser Protokoler yang meliputi:
a. Susunan acara pemakaman;
b. Pemimpin pemberangkatan jenazah;
c. Perwira upacara pemberangkatan jenazah;
d. Pengusung jenazah;
e. Pengawal jenazah;
f. Pembawa foto almarhum;
g. Pembawa acara;
h. Petugas Pengusung Peti Jenazah / Pengemudi Kereta Jenazah;
i. Penunjuk jalan (pengawalan);
j. Meja atau tempat peletakan peti jenazah;
k. Foto almarhum yang berukuran 30 x 40 cm;
l. Alat pengeras suara dan Kelengkapan lain yang diperlukan.
4. Pemimpin upacara persemayaman dan pemakaman adalah orang yang dianggap paling tinggi
jabatannya atau orang yang paling di hormati.
5. Tata cara pelaksanaan upacara persemayaman dan pemekaman jenazah adalah sebagai berikut:
a. Jenazah ditempatkan pada tempat yang sudah dipersiapkan;
b. Jenazah di Sholatkan.
c. Susunan acara pelepasan jenazah dari rumah duka adalah:
1. Sambutan ahli waris atau keluarga dilanjutkan dengan penyerahan jenazah;
2. Pembacaan riwayat hidup singkat Almarhum
3. Sambutan Pemimpin keberangkatan jenazah;
4. Do’a Pemberangkatan Jenazah
5. Laporan perwira upacara tentang pemberangkatan jenazah
6. Penghormatan kepada jenazah;
d. Pemberangkatan jenazah;
6. Tata cara pelaksanaan upacara persemayaman dan pemakaman jenazah dapat disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
7. Tata cara pelaksanaan upacara pemakaman ditentukan sebagai berikut:
a. Peserta / pentakziah pemakaman telah datang dan menempati tempat yang telah
ditentukan;
b. Para petugas upacara telah siap di posisi masing-masing;
c. Jenazah tiba di tempat pemakaman di tempatkan di atas liang lahat;
d. Laporan perwira upacara kepada pemimpin upacara bahwa jenazah sudah tiba dan
siap dimakamkan;
e. Susunan acara:
1. Pembukaan;
2. Prosesi penguburan
3. Penurunan jenazah ke liang lahat;
4. Penimbunan liang lahat secara simbolis dilaksanakan berturut-turut oleh
Pimpinan Upacara dan wakil keluarga, penimbunan selanjutnya dilakukan
oleh petugas makam;
5. Sambutan pemimpin upacara;
6. Doa;
7. Peletakan karangan bunga diawali oleh pemimpin upacara, diikuti oleh
keluarga, pejabat atau oleh undangan lain; dan
8. Penutup.
8. Tata cara pelaksanaan upacara pemakaman dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.

XI. TATA PAKAIAN.


Tata Busana adalah pakaian yang harus dikenakan pada suatu aktifitas protokoler, baik oleh
pejabat undangan maupun pelaksana kegiatan. Tata busana harus ditentukan atau dicantumkan
pada surat undangan yang dikirimkan baik formal ataupun informal.
1. Tata pakaian upacara bendera dalam acara-acara resmi disesuaikan menurut jenis acara;
yaitu;
a. Dalam Acara Resmi digunakan pakaian sipil lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran,
atau pakaian nasional yang berlaku sesuai dengan jabatannya atau kedudukannya
dalam masyarakat.
b. Dalam Acara Resmi dapat digunakan pakaian sipil harian atau seragam resmi GP Ansor,
Banser atau yang telah ditentukan.
1. Jenis tata busana yang perlu di ketahui, antara lain :
a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
b. Pakaian Sipil Harian (PSH)
c. Pakaian Dinas Lapangan (PDL)
d. Pakaian Dinas Harian (PDH)
e. Pakaian Dinas Upacara (PDU)
f. Pakaian Resmi Organisasi / Keagamaan.
2. Tata pakaian upacara bukan upacara bendera dalam Acara Resmi GP Ansor dan atau Banser
(berlaku juga di keluarga besar NU bersama Banom, lembaga dan lajnah) disesuaikan
menurut jenis acara.
XII. TATA RUANG
Tata Ruang adalah mengatur ruang atau lokasi yang akan dipergunakan sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam Tata Ruang adalah sebagai berikut :
a. Luas lokasi sesuai dengan kebutuhan termasuk segala perlengkapan yang dibutuhkan
di lokasi.
b. Jumlah undangan.
c. Papan nama petunjuk yang diperlukan.
2. Berkaitan ketersediaan luas lokasi dan jumlah undangan, maka diperlukan penataan tata
undangan atau tata warkat.
3. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam Tata Ruang adalah sebagai berikut :
a. Daftar nama tamu yang akan di undang harus dipersiapkan lebih dahulu sesuai dengan
jenis kegiatan.
b. Jumlah undangan disesuaikan dengan kapasitas lokasi kegiatan.
c. Penulisan nama, pangkat, jabatan, gelar dan alamat dengan benar.
d. Dalam undangan perlu dicatumkan untuk berapa orang, beserta istri/tidak.
e. Dicantumkan kode undangan, VVIP, VIP, A,B, dan sebagainya.
f. Dicantumkan ketentuan pakaian yang dikenakan.
XIII. TATA CARA PENGHORMATAN.
Adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Unsur Pengurus NU, Pengurus
Banom, Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan Negara asing dan/atau organisasi
internasional, Tokoh Masyarakat Tertentu, dalam Acara Resmi GP Ansor dan atau Banser
mendapat penghormatan.
1. Penghormatan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. penghormatan dengan bendera negara;
b. penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau
c. penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau bentuk penghormatan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, adat kebiasaan dan
norma yang berlaku di lingkungan masyarakat NU.
XIV. SYARAT KEANGGOTAAN SATUAN KHUSUS BANSER PROTOKOLER.
1. Persyaratan Umum Keanggotaan Satuan Khusus Banser Protokoler :
a. Setia kepada Bangsa dan NKRI
b. Sanggup berkhidmat pada GP Ansor, BANSER dan NU
c. Berahklaqul karimah
d. Memahami dan mengamalkan idiologi Ahhlissunnah Wal Jamaah Annahdliyah
e. Memiliki disiplin, etos kerja dan tangggung jawab kepada tugas
f. Telah menjadi anggota BANSER dan bersertifikat.
g. Berusia minimal 20 tahun, berpendidikan minimal SLTA dan tinggi badan minimal 160
cm
2. Persyaratan Khusus Keanggotaan Satuan Khusus Banser Protokoler :
a. Berpenampilan menarik, berbusana yang ditentukan dan mampu berkomunikasi dengan
bahasa dan tekanan yang baik.
b. Pandai membawa diri, selalu mawas diri, rendah hati dan tidak rendah diri.
c. Sederhana dan sopan serta hormat kepada setiap orang.
d. Telah mengikuti Diklat Khusus Keprotokoleran yang dinyatakan lulus dengan
bersertifikat
e. Memiliki pengetahuan keprotokoleran, mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
luas, terutama dalam hal hubungan antar manusia.
f. Bermental kuat dan berkepribadian yang tangguh.
g. Trampil dan cekatan menguasai situasi.
h. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan cermat.
i. Peka terhadap permasalahan yang terjadi.
j. Mampu memahami perasaan orang lain dan tidak mudah tersinggung.
k. Secara teknis, setiap petugas harus menekuni bidang tugas masing-masing dan dituntut
pula untuk turut memperhatikan kepentingan bidang lainnya.
l. Dapat mewujudkan pengelolaan yang efektif dalam iklim yang kompak, tertib dan
berwibawa dalam suatu kondisi yang berazaskan kekeluargaan guna menjamin
tercapainya keberhasilan pelaksanaan tugas.
m. Protokol perlu menguasai segala permasalahan, tetapi bukan berarti harus
melaksanakannya sendiri,tetapi untuk mengetahui apapun aspek kegiatan yang perlu
bagi suatu acara.
n. Mampu mengerti arti pentingnya dekorasi, kebersihan dan keamanan.
o. Mengerti tentang prinsip-prinsip manajemen yang baik.
p. Mampu berpakaian yang baik.
XV. STRUKTUR.
a. Di tingkat Satkornas dan Satkorwil BANSER dibentuk Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER
terdiri dari seorang Kepala, seorang Wakil Kepala dan beberapa anggota Satuan Khusus
BANSER PROKOLER.
b. Di tingkat Satkorcab BANSER dibentuk Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER, terdiri dari
seorang Kepala, seorang Wakil Kepala dan beberapa anggota Unit Khusus BANSER
PROTOKOLER
c. Demi pertimbangan cakupan kegiatan dan jumlah personil untuk tingkat Satkoryon dan
Sarkorkel tidak diperlukan adanya struktur BANSER PROTOKOLER.
d. Struktur Satuan Khusus Banser Protokoler di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota
adalah sebagaimana terlampir.
XVI. TANGGUNG JAWAB DAN LAPORAN.
Kepala Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER bertanggungjawab kepada Kepala Satuan
BANSER, sesuai tingkatannya ( Kepala Satkornas, Kepala SatkorwilL dan Kepala Satkorcab)
1. Wakil Kepala Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER bertanggungjawab kepada Kepala
Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER, sesuai tingkatannya.
2. Anggota Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER bertanggungjawab kepada Kepala
Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER, baik secara langsung maupun melalui Wakil
Kepala Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER.
Satuan Khusus Banser Protokoler diwajibkan melaporkan situasi dan Kondisi pelaksanaan
kegiatan GP Ansor atau BANSER kepada Kepala Satuan BANSER
(Satkornas/Satkorwil/Satkorcab) dan atau Pimpinan GP Ansor (PP/PW/PC) di tingkatannya.
1. Laporan yang dilakukan dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis.
a. Laporan bentuk lisan adalah laporan anggota Banser Protokoler selama proses
kegiatan, yang bersifat dinamis atau sewaktu waktu yang diminta oleh Wakil Kepala
Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER, Kepala Satuan/Unit Khusus BANSER
PROTOKOLER dan Kepala Kesatuan BANSER (Satkornas/Satkorwil/Satkorcab), dan
atau Ketua Umum/ Ketua (PP/PW/PC) GP Ansor sesuai tingkatannya.
b. Laporan tertulis sebelum kegiatan adalah berbentuk perencanaan kegiatan, yang
akan dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan.
c. Laporan tertulis setelah kegiatan dibuat selengkapnya dengan melampirkan bukti-
bukti dan foto-foto kegiatan yang formatnya diatur lebih lanjut oleh Kepala Satuan
Kordinasi (Satkornas/Satkorwil/Satkorcab) Banser sesuai tingkatannya.
XVII. PENGANGKATAN
Kepala, Wakil Kepala dan anggota Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Satuan Kordinasi BANSER (Satkornas/Satkorwil dan Satkorcab),
sesuai tingkatannya
XVIII. LOGO DAN SERAGAM.
Logo dan Seragam BANSER PROTOKOLER adalah sebagaimana terlampir;
XIX. SISTEM KORDINASI.
1. Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER dibawah komando Kepala Satuan Kordinasi BANSER di
tingkatan masing-masing (Satkornas, Satkorwil dan Satkorcab).
2. Karena kewenangannya, Ketua Umum/Ketua (PP/PW/PC) GP Ansor dapat melakukan
instruksi kepada Kepala Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER, di tingkatan masing-
masing, melalui Kepala Satuan Kordinasi BANSER (Satkornas/Satkorwil/Satkorcab) di
tingkatan masing-masing.
3. Satuan/Unit Khusus BANSER PROTOKOLER diwajibkan melakukan kordinasi kepada Kepala
Satuan Koordinasi BANSER (Satkornas/Satkorwil/Satkorcab) sesuai tingkatannya, dan
selanjutnya untuk dikordinasikan dengan Ketua Umum/Ketua GP Ansor (PP/PW/PC), sesuai
dengan tingkatannya.
XX. PENDIDIKAN
1. Pendidikan untuk menjadi anggota Satuan/ unit Khusus Banser Protokoler adalah
Pendidikan dan Pelatihan Khusus (DIKLATSUS) Banser Protokoler.
2. Materi Diklatsus Banser Protokoler meliputi:
a. Wawasan Kebangsaan
b. Ke-Nu-an dan Aswaja Annahdliyah
c. Ke-Ansor-an dan Ke-banser-an
d. UU Keprotokoleran
e. Kepemimpinan dan Psikologi massa.
f. Petunjuk Teknis Infokom
g. Pelatihan Tata kelola tempat acara resmi Negara, GP Ansor, Banser dan NU.
g. Pelatihan Pengaturan dan pengelolaan acara resmi Negara, GP Ansor, Banser dan NU.
h. Pelatihan Tata Upacara Negara, Tata Upacara Sipil, Tata Upacara Militar, Tata Upacara
GP Ansor, Tata Upacara Banser dan Tata Upacara NU.
i. Pelatihan Master of Ceremony (MC)
j. Pelatihan Dirigen
k. Praktek Lapangan
XXI. PENUTUP.
Demikian Petunjuk Pelaksanan Satuan Khusus Banser Protokoler ini dibuat, sebagai pedoman
tugas bagi Anggota Satuan Khusus Banser Protokoler.
Semoga Allah SWT senantiasa memberakhi seluruh aktivitas pengabdian kita, Amin.
Lampiran 1, Struktur Banser Protokoler;
Struktur Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER di tingkat Pusat adalah sebagai berikut:

KETUM PP GP
ANSOR

KEPALA SATKORNAS
BANSER

KEPALA SATUAN
KHUSUS BANSER
PROTOKOLER

WAKIL KEPALA
SATUAN KHUSUS
BANSER
PROTOKOLER

DIV.
DIV. ACARA DIV. HUMAS DIV. PAM/ WAL DIV. DIIKLAT
PERLENGKAPAN

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Struktur Satuan Khusus BANSER PROTOKOLER di tingkat propinsi adalah sebagai berikut:

KETUA WILAYAH
GP. ANSOR

KASATKORWIL
BANSER

KEPALA SATUAN
KHUSUS BANSER
PROTOKOLER

WAKIL KEPALA
SATUAN KHUSUS
BANSER
PROTOKOLER

DIV.
DIV. ACARA DIV. HUMAS DIV. PAM/ WAL DIV. DIIKLAT
PERLENGKAPAN

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Struktur Unit Khusus BANSER PROTOKOLER di tingkat Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

KETUA CABANG
GP. ANSOR

KASATKORCAB
BANSER

KEPALA SATUAN
KHUSUS BANSER
PROTOKOLER

WAKIL KEPALA
SATUAN KHUSUS
BANSER
PROTOKOLER

DIV.
DIV. ACARA DIV. HUMAS DIV. PAM/ WAL DIV. DIIKLAT
PERLENGKAPAN

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Lampiran 2, Logo dan Seragam Banser Protokoler;
A. Logo Banser Protokoler;

MAKNA LAMBANG/LOGO

SATUAN KHUSUS BANSER PROTOKOLER

1. Bentuk lingkaran Luar melambangkan bahwa Satuan Khusus Banser Porotokoler bertugas untuk
mengkoordiasikan suatu acara/kegiatan dalam lingkup keluarga besar GP Ansor/ BANSER menjadi
satu kesatuan acara yang utuh sesuai prosedur protokoler.
2. Bentuk lingkaran berwarna hijau ANSOR melambangkan bahwa induk utama Satuan Khusus Banser
Porotokoler adalah Gerakan Pemuda ANSOR Sesuai Struktur dan Tingkatan.
3. Bintang Sembilan Identik dengan Nahdlatul Ulama melambangkan bahwa di dalam menjalankan
tugas Jajaran Satuan Khusus Banser Porotokoler selalu mengedepankan prinsip-prinsip protokoler
dengan memerhatikan derajat dan kehormatan semua pihak.
4. Bendera Merah Putih melambangkan Satuan Khusus Banser Porotokoler berkerja secara tegas
dalam prinsip/aturan namun juga Luwes dengan pihak/protokoler lain dalam mengkoordinasikan
satu kegiatan/acara.
5. Lambang BANSER melambangkan bahwa Satuan Khusus Banser Porotokoler adalah bagian dari
BANSER.

B. Pakaian Dinas BANSER PROTOKOLER;


1. Pakaian model safari
2. Terbuat dari bahan katun jenis driil warna C088.
3. Bentuk kragh leher terbuka/duduk.
4. Lengan panjang dengan menggunakan plat ganda pundak kanan dan kiri.
5. Dua saku (kanan dan kiri) di baju, pakai tutup.
6. Di dada kanan dipasang nama yang bersangkutan ditulis pada label nama (papan nama) warna
dasar hitam dengan tulisan emas yang dilengkapi logo Banser sebelum tulisan nama.
7. Di kragh sebelah kiri dipasang PIN Protokoler ukuran kecil dengan pengait dan gantungan
rantai emas.
8. Memakai songkok/peci nasional berwarna hitam.
9. Sepatu PDH
Contoh Baju Banser Protokoler

Seragam Lengkap Banser PROTOKOLER:


Lampiran 3
PENGATURAN TATA TEMPAT
1) Duduk :
a. Duduk dalam Rapat/Konperensi pada meja :
8 6 4 2 1 3 5 7 9

1 = yang memimpin
2–9 = menurut jabatan
b. Berhadapan dengan Pemimpin/Pengurus/Podium/Mimbar :
1) Tidak terbagi dalam golongan :
PIMPINAN
Dst. 5 3 1 2 4 Dst
2) Terbagi dalam macam-macam golongan :
PIMPINAN
Dst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Dst
Dst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Dst
Dst 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Dst

c. Duduk pada meja makan :


1) Meja panjang melintang :
7 3 1 5 9

10 6 2 4 8

2) Meja panjang membujur :


1 1
3 2 3 5
4 5 7 9
6 7 12 11
8 9 10 8
10 11 6 4
12 2
2) Meja Bulat :
1
3 2
4 5
6 7
8 9
10
(lihat meja panjang membujur 2)
3) Meja Oval :
1
3 5
7 9
10 8
6 4
2

4) Meja Bentuk U :
7 3 1 5 9
11 12
10 6 2 4 8
13 14 15 16
17 18 19 20

6 4 2 1 3 5 7

8 9

10 11
12 13
5) Meja Bentuk T :
16 12 8 4 2 1 3 5 11 13 7

18 14 10 6 7 9 16 19
28 23
26 25
24 27
w2 39

6) Meja Bentuk I
17 15
14 11
10 7
6 3
2 1
4 5
8 9
12 13
18 16

7) Meja Bentuk E
12 10 4 2 3 5 11 13
14 15
16 17

8 6 7 9
18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29
30 31 32 33 34 35
36 37 38

Anda mungkin juga menyukai