Anda di halaman 1dari 20

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Edisi terkini dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
https://www.emerald.com/insight/1750-6204.htm

JEC
17,3 Peran pengetahuan tradisional-
berdasarkan kemampuan dinamis untuk
meningkatkan kinerja kerajinan
664 tenun yang berkelanjutan
Diterima 10 November 2021
Revisi 17 Desember 2021 4
di Indonesia
Anggraeni Permatasari
Januari 2022
Diterima 4 Januari 2022
Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, Bandung,
Indonesia dan Fakultas Bisnis, President University, Bekasi, Indonesia, dan
Wawan DhewantoDanDina Dellyana
Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung,
Bandung, Indonesia

Abstrak
Tujuan -Usaha kecil dan menengah (UKM) kerajinan anyaman Indonesia mengalami beberapa kesulitan dalam
mempertahankan kesuksesannya di era digital. Kinerja bisnis bergantung pada kemampuannya untuk
memperoleh keunggulan kompetitif melalui kemampuan pengetahuan tradisional. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mempelajari peran proses pengelolaan pengetahuan tradisional terhadap keunggulan kompetitif
dan kinerja berkelanjutan pada UKM kerajinan anyaman.

Desain/metodologi/pendekatan –Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi survei.


Penelitian konfirmatori dilakukan untuk menguji lima hipotesis untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari
empat variabel yaitu manajemen pengetahuan tradisional, kapabilitas dinamis, keunggulan kompetitif dan
kinerja berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan strategi purposive sampling dan mengumpulkan data dari 385
responden. Sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, termasuk beroperasi selama lebih dari
lima tahun dan aktivitas kewirausahaan yang menggunakan pengetahuan tradisional sebagai sumber daya
untuk mengelola inovasi produk. Teknik analisis yang digunakan adalah pemodelan persamaan struktural
dengan dukungan program AMOS.

Temuan –Temuan menunjukkan bahwa proses manajemen pengetahuan tradisional secara langsung mempengaruhi
kemampuan dinamis dan kinerja berkelanjutan. Studi ini juga menemukan proses manajemen pengetahuan tradisional
memainkan peran penting dalam meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimediasi oleh kemampuan dinamis.
Namun, proses manajemen pengetahuan tradisional tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Oleh
karena itu, terdapat pengaruh signifikan yang disumbangkan oleh hubungan antara proses pengelolaan pengetahuan
tradisional dan kinerja berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam konteks UKM kerajinan tenun, semakin tinggi kemampuan
berbasis pengetahuan tradisional, semakin tinggi pula kinerja berkelanjutannya.

Orisinalitas/nilai –Kebaruan ini menunjukkan hubungan langsung antara proses pengelolaan pengetahuan
tradisional dan kinerja berkelanjutan. Studi ini juga menemukan proses manajemen pengetahuan tradisional
yang dimediasi oleh kapabilitas dinamis memiliki hubungan dengan keunggulan kompetitif. Proses pengelolaan
pengetahuan tradisional akan memicu peningkatan kapabilitas dinamis yang menjadi sumber pengembangan
bisnis; kondisi tersebut akan meningkatkan kinerja berkelanjutan. Kapabilitas berbasis pengetahuan tradisional
Jurnal Komunitas Enterprising: Orang
merupakan pendahulu dari kinerja berkelanjutan. Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur ilmiah
dan Tempat dalam Perekonomian mengenai keterkaitan antara proses manajemen pengetahuan tradisional, keunggulan kompetitif dan
Global
Jil. 17 Nomor 3 Tahun 2023
hal.664-683
© EmeraldPublishingLimited
1750-6204
DOI10.1108/JEC-11-2021-0156 Penelitian ini didanai oleh dana beasiswa LPDP (skema disertasi) pada tahun 2019.
kinerja berkelanjutan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan landasan untuk memberdayakan UKM kerajinan Penampilan dari
tenun tradisional di Indonesia.
kerajinan tenun
Kata kunciManajemen pengetahuan tradisional, Kapabilitas dinamis, Keunggulan kompetitif, Kinerja
di Indonesia
berkelanjutan, UKM anyaman tradisional

Jenis kertasMakalah penelitian

1. Perkenalan
665
Sektor ekonomi kreatif merupakan salah satu bidang industri yang memiliki potensi pertumbuhan
pesat terbesar di era Industri 4.0. Industri kreatif mengedepankan orisinalitas aktor, kemampuan
berpikir kritis, dan budaya lokal. Sektor kreatif di Indonesia berperan penting dalam melestarikan
beragam tradisi masyarakat Indonesia, memanfaatkan bahan-bahan lokal, mengembangkan
toleransi dan meningkatkan pertumbuhan kreativitas masyarakat lokal. Potensi sumber daya lokal
dapat ditransformasikan bentuk dan fungsinya untuk menunjang nilai ekonomi (Simatupangdkk.,
2012;Permatasaridkk.,2021b). Kemajuan teknologi yang mengiringi era Industri 4.0 juga
menawarkan prospek terciptanya industri kreatif berbasis budaya. Berdasarkan laporan BEKRAF
tahun 2019, sektor ekonomi kreatif menyumbang Rp 1,105 triliun terhadap produk domestik
bruto (PDB). Subsektor kerajinan tangan merupakan salah satu dari tiga subsektor teratas dalam
sektor ekonomi kreatif dan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, ekspor, dan
penyerapan tenaga kerja Indonesia. Menurut laporan tersebut, industri kerajinan menghasilkan
14,9% dari total PDB nasional, hampir Rp 166 triliun. Meskipun terjadi pandemi COVID-19, sektor
pendapatan mengalami penurunan sekitar 3%–5% (CNN Indonesia, 2021). Namun subsektor
kerajinan mampu beradaptasi dan bertahan dengan digitalisasi. Data menunjukkan bahwa pada
tahun 2016, sebanyak 57,48% usaha kerajinan menggunakan media sosial dan e-commerce (
BEKRAF, 2019). Jumlahnya terus meningkat saat ini.
Digitalisasi telah menyebabkan gangguan bisnis di industri kreatif. Persaingan menjadi
semakin ketat. Usaha kecil dan menengah (UKM) di industri kreatif harus berinovasi dan
beradaptasi dengan permintaan pasar dan konsumen serta perubahan lingkungan bisnis yang
terus-menerus.Ramadani dan Gerguri (2011)mendefinisikan inovasi dalam produksi sebagai
proses pengembangan atau peningkatan produk tertentu; inovasi dalam pelayanan sebagai
penyediaan layanan baru atau lebih baik; inovasi dalam proses sebagai penemuan cara-cara baru
dalam mengatur dan menggabungkan masukan dalam proses menghasilkan produk atau jasa
tertentu; dan inovasi dalam manajemen sebagai penciptaan struktur organisasi baru untuk
sumber daya bisnis. Dengan demikian, UKM yang adaptif dan inovatif akan mampu bersaing dan
berkembang.
BerdasarkanKaur (2019), seiring dengan persaingan dunia bisnis, organisasi menghadapi banyak
peluang dan masalah, baik internal maupun eksternal. Suatu perusahaan harus memahami apa dan
bagaimana mengelola berbagai sumber daya yang mereka miliki untuk bersaing dan bertahan hidup.
Kemampuan UKM untuk mengelola sumber daya mereka secara efektif untuk membangun keunggulan
kompetitif sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang. Sumber daya lokal
perlu dipertahankan dan diperbarui untuk menciptakan nilai ekonomi (Permatasaridkk.,2021a).
BerdasarkanKaur dan Mehta (2017a,2017b), suatu bisnis dapat mencapai keunggulan kompetitif dengan
memberikan manfaat lebih banyak kepada klien dibandingkan pesaing. Berbagai tindakan perusahaan,
termasuk penciptaan produk, manufaktur, promosi, pengiriman dan pemeliharaan, dapat menghasilkan
keunggulan kompetitif. Tindakan ini akan memperbaiki posisi biaya relatif perusahaan dan meletakkan
dasar bagi diferensiasi.
Sebagian besar perusahaan kreatif di bidang ekonomi pengetahuan, khususnya yang beroperasi di
era digital, merangkul dan mentransformasikan operasi mereka melalui teknologi. Transformasi digital
adalah proses mengelola pengetahuan dan sumber daya bisnis untuk menjadi lebih baik
JEC operasinya (Kaur, 2019;Hapon, 2020). Perusahaan kreatif berupaya memperoleh dan menerapkan

17,3 pengetahuan untuk meningkatkan operasi mereka. Misalnya, dalam subsektor Teknologi Informasi (TI),
suatu organisasi secara sadar dan menyeluruh memperoleh, mengatur, berbagi, dan mengevaluasi
pengetahuannya mengenai sumber daya, catatan, dan kemampuan manusia (Kaur dan Mehta,2017a,
2017b;Kaur, 2019). Hasilnya, manajemen pengetahuan mengalami peningkatan dalam mengembangkan
nilai strategis. Namun mengelola pengetahuan sebagai nilai strategis tidaklah mudah. Situasi sektor TI

666 bertolak belakang dengan subsektor kerajinan. UKM kerajinan di Indonesia menderita akibat
menerjemahkan pengetahuan sebagai sumber daya utama mereka menjadi keunggulan kompetitif. UKM
kerajinan mengelola pengetahuan tradisionalnya untuk menghasilkan produk. Pengetahuan tradisional
di Indonesia menjadi peluang bagi UKM lokal untuk mengembangkan nilai-nilai inovasi produknya.
BerdasarkanMayasari dan Chandra (2020), informasi diperoleh dari modal sosial, seperti lingkungan
sosial dan komunitas. Lingkungan sosial dan masyarakat (modal sosial) akan memberikan informasi
penting bagi keberadaan industri kreatif dalam mengembangkan produk-produk inovatif yang dapat
melambangkan konteks sosial di mana sektor kreatif itu berada. Oleh karena itu, pengelolaan
pengetahuan tradisional sangat penting untuk meningkatkan UKM kreatif, khususnya kerajinan tenun
tradisional, untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Indonesia memiliki kekayaan pengetahuan tradisional yang luas dengan semakin banyaknya pilihan bagi
pelaku bisnis untuk mengkomersialkan pengetahuan tradisional sebagai nilai strategis. Namun, banyak daerah
di Indonesia yang masih kesulitan mengembangkan keunggulan kompetitif dalam hal produk dan layanan dalam
negeri serta keberlanjutan (Geowaktu, 2017;Permatasaridkk.,2021b). Dalam industri berbasis sumber daya
terbarukan, masyarakat pada dasarnya menjalankan usaha tersebut untuk menciptakan lapangan kerja dengan
memanfaatkan hak kekayaan intelektual (Mayasari dan Chandra, 2020). Penelitian ini mengisi kesenjangan yang
ditinggalkanMayasari dan Chandra (2020)penelitian tentang fungsi modal sosial dalam sistem manajemen
pengetahuan (KMS) di industri kreatif. Pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan sosial atau masyarakat
diyakini mampu menumbuhkan daya saing dan cepat beradaptasi terhadap perubahan. Namun, untuk
beradaptasi dengan pasar digital yang terus berkembang, UKM harus memberikan pilihan strategis kepada klien
yang mengarah pada produk yang lebih baik dan keunggulan kompetitif (Botol, 2019). Selain itu, seiring dengan
kemajuan teknologi, produk buatan tangan suatu UKM akan semakin sulit dibedakan dengan produk buatan
UKM lainnya. Dengan demikian, untuk memenangkan persaingan atau memasarkan produk yang ada saat ini,
produsen harus mempertimbangkan kualitas produk dan strategi perusahaan. Oleh karena itu, pelaku usaha
yang bergerak di bidang tenun kreatif harus terus didukung untuk mempertahankan daya saing yang kuat dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keberlanjutan usaha tenun tradisional di
Indonesia, dengan menganalisis peran proses manajemen pengetahuan tradisional, kapabilitas
dinamis dan keunggulan kompetitif. Pelestarian industri tenun tradisional Indonesia sangatlah
penting, karena tenun tradisional merupakan ciri khas produk daerah seluruh Indonesia. Oleh
karena itu, untuk menjaga keberlangsungan UKM kerajinan anyaman perlu dilakukan
pengelolaan kemampuan UKM dalam memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya asli. Namun,
produsen kerajinan tradisional menghadapi banyak kendala yang membahayakan kelangsungan
hidup dan ekspansi mereka (Syafiidkk.,2020):

Studi tentang kewirausahaan pribumi bermanfaat. Masyarakat adat telah mengembangkan basis
pengetahuan yang menjamin kelangsungan hidup di lingkungan tertentu selama beberapa generasi.
Namun, perusahaan-perusahaan asli belum berkelanjutan (McGregor, 2004;Dana, 2007).

Perubahan dinamis pada sektor tenun tradisional antara lain meningkatnya persaingan industri, kenaikan harga
bahan baku, dan berkurangnya sumber daya manusia kreatif. Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan konsep
kapabilitas dinamis berbasis pengetahuan denganKaur (2019)dengan yang berbeda
bidang usaha yaitu bidang kerajinan tenun tradisional. Sektor tersebut terdiri dariPenampilan dari
usaha masyarakat yang bergantung pada sumber daya lokal untuk mempertahankan usahanya. Kebaruan kerajinan tenun
penelitian ini mengacu pada pengelolaan pengetahuan asli sebagai kemampuan berbasis sumber daya untuk
di Indonesia
mendapatkan tidak hanya keunggulan kompetitif tetapi juga kinerja berkelanjutan.
Penelitian ini disusun sebagai berikut setelah pendahuluan dan penjelasan latar belakang
penelitian. Bagian 2 menjelaskan tinjauan literatur. Kami mengeksplorasi definisi variabel dan
membangun hubungan antar variabel. Lima hipotesis akan diuji dalam penelitian ini. Pada Bagian
667
3, kami menjelaskan metodologi, desain penelitian dan strategi untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan proses pengumpulan data karena situasi Covid-19. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM). Bagian selanjutnya terdiri dari analisis
data dan penjelasan temuan serta pembahasan terkait dengan konteks nyata. Terakhir, di Bagian
5, kami menyimpulkan dan memberikan rekomendasi untuk penelitian masa depan.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Kinerja berkelanjutan
Kinerja berkelanjutan didefinisikan sebagai upaya untuk “memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang”. Di masa depan, semakin sukses
suatu bisnis, maka akan semakin berkelanjutan. Penelitian ini mengacu pada dimensi kinerja
bisnis berdasarkan sumber daya. Sumber daya dan kemampuan merupakan sumber utama bagi
perusahaan untuk mencapai profitabilitas. BerdasarkanRamadani dan Gerguri (2011), aspek
inovasi bisnis terdiri dari pertumbuhan keuntungan dan pembangunan berkelanjutan.
Keberlanjutan dalam perusahaan mengacu pada proses manajemen organisasi yang terdiri dari
tiga aspek kinerja, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Sementara itu, kegagalan keberlanjutan
usaha menimbulkan persoalan lingkungan hidup, ketidakadilan sosial, dan kesenjangan. Oleh
karena itu, untuk memperoleh kinerja yang berkelanjutan, suatu perusahaan perlu memiliki
strategi yang mensinergikan ketiga aspek tersebut.
Tujuan utama kinerja berkelanjutan bukan sekedar keuntungan, namun juga menciptakan
dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat. “Komitmen lingkungan merupakan
prediktor signifikan terhadap praktik kelestarian lingkungan di perusahaan” (Sendawuladkk.,2020
). Permasalahan lingkungan hidup menyebabkan proses operasional bisnis yang berdampak pada
kinerja perekonomian. Dari sisi sosial, kinerja berkelanjutan dapat dicapai dengan mengelola
modal sosial perusahaan agar bermanfaat bagi pemangku kepentingan termasuk masyarakat.
Oleh karena itu, kinerja berkelanjutan merupakan keberhasilan perusahaan dalam
mengoperasikan sumber daya yang ada di perusahaan untuk meningkatkan tiga aspek kinerja,
yaitu aspek keuntungan, sosial, dan lingkungan.

2.2 Manajemen pengetahuan tradisional


Manajemen pengetahuan dalam organisasi adalah keahlian untuk menciptakan, mengambil dan
mentransfer pengetahuan – tujuannya adalah untuk mengubah perilaku organisasi menuju
pengetahuan dan pengalaman baru.Kaur (2019)menemukan hubungan positif antara proses manajemen
pengetahuan dan kapabilitas dinamis perusahaan yang diukur dengan kapabilitas adaptif, absorptif, dan
inovatif (Kaur, 2019). Proses manajemen pengetahuan dalam penelitian ini mengacu pada
pengembangan pengetahuan tradisional dan baru, yang bersumber dari proses pengolahan informasi
mendalam yang dapat meningkatkan kapabilitas dinamis perusahaan. Pengetahuan tradisional atau
kearifan lokal merupakan ruang lingkup karya intelektual yang bersumber dari gagasan atau penemuan
sekelompok masyarakat suatu negara.Berkes (1999)di dalamDana (2007):
JEC [. . .] mendefinisikan pengetahuan ekologi tradisional sebagai pengetahuan, praktik, dan kepercayaan, yang

17,3 berkembang melalui proses adaptif dan diturunkan dari generasi ke generasi melalui transmisi budaya,
tentang hubungan makhluk hidup (termasuk manusia) satu sama lain dan dengan lingkungannya.

Pengetahuan tradisional masyarakat adat merupakan komponen penting dalam sistem manajemen suatu
perusahaan.Mayasari dan Chandra (2020)menyatakan bahwa “Sistem Manajemen Pengetahuan (KMS) dalam
industri kreatif adalah proses dan alat organisasi untuk memperoleh, mengubah, menerapkan, dan melindungi
668 pengetahuan yang ada baik dari internal maupun eksternal organisasi”. Namun, perlindungan pengetahuan
tradisional merupakan isu yang mendesak mengingat sebagian besar manfaat ekonomi dari perdagangan
internasional hanya diperuntukkan bagi pihak eksternal seperti perusahaan atau negara lain (Siddiq, 2018).
Karena itu,H1dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1. Proses manajemen pengetahuan tradisional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
dinamis.

Pengetahuan asli atau pengetahuan tradisional mengacu pada sistem pengetahuan, kreasi, inovasi dan ekspresi
budaya yang umumnya diturunkan dari generasi ke generasi. Hal ini dianggap berkaitan dengan masyarakat
atau wilayah tertentu, berkembang secara nonsistematis dan terus menerus sebagai respons terhadap
perubahan lingkungan (Dana, 2007;Siddiq, 2018). Sementara itu, dalam bisnis, manajemen pengetahuan
membantu organisasi memiliki efisiensi pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif. Menerapkan manajemen pengetahuan memberikan banyak manfaat, seperti mengidentifikasi
kesenjangan keterampilan, mengembangkan keputusan yang lebih tepat, meningkatkan kolaborasi,
mengoptimalkan orientasi dan pelatihan karyawan, serta mempertahankan pengetahuan bisnis (Chien dan Tsai
(2012;Gaodkk.,2017). Keunggulan kompetitif adalah kemampuan suatu bisnis untuk mencapai keuntungan
dalam industri yang kompetitif melalui strategi penciptaan nilai (Porter, 1998). Bisnis dapat menggunakan
manajemen pengetahuan untuk membekali mereka dengan alat dan metode untuk menangani sejumlah besar
informasi dan mengubahnya menjadi keunggulan kompetitif (Kaur, 2019). Penelitian ini mengacu pada
keunggulan kompetitif mengacu pada Barney (1991) yang mengadopsi dimensi sumber daya yang berharga,
langka, sulit ditiru dan sulit digantikan. Keunggulan kompetitif adalah posisi unik yang dikembangkan oleh suatu
organisasi yang secara langsung dibandingkan dengan pesaingnya melalui pengelolaan sumber daya. Oleh
karena itu, manajemen pengetahuan tradisional dalam penelitian ini mengacu pada proses di mana suatu bisnis
mengeksplorasi pengetahuan baru atau pengetahuan (tradisional) yang sudah ada untuk mengembangkan
keunggulan kompetitif bagi produknya. Karena itu,H2penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2.Proses manajemen pengetahuan tradisional mempunyai pengaruh yang signifikan


keunggulan kompetitif.

Perusahaan pada dasarnya adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu,
antara lain memperoleh keuntungan dan menjamin keberlangsungan usaha. Kinerja bisnis dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut pandang infrastruktur perusahaan, operasional
bisnis, dan sumber daya perusahaan. Merujuk pada konsep manajemen, maka wajar jika dikatakan
bahwa kinerja perusahaan tercermin dari fungsi manajemen yang dijalankan dengan baik, termasuk
dalam hal proses manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan adalah “menangkap,
mendeskripsikan, mengatur, dan berbagi pengetahuan secara sistematis – menjadikannya berguna,
dapat digunakan, dapat diadaptasi, dan dapat digunakan kembali” (Liebowitz dan Yan, 2004). Proses
manajemen pengetahuan membantu bisnis mendapatkan hasil yang lebih cepat seiring dengan
peningkatan pembelajaran dan kolaborasi organisasi. “Limpahan pengetahuan untuk inovasi akan
berdampak pada kinerja bisnis” (Ramadhanidkk.,2017). Pada saat yang sama,C-arcel-Carrasco dan G-
omez-G-omez (2021)juga menyatakan bahwa pembangkitan pengetahuan dan kemampuan
kombinasional secara langsung mempengaruhi kinerja inovatif. Pada UKM kerajinan tradisional,
bisnis ini dikelola oleh masyarakat adat yang menggunakan pengetahuan tradisional sebagai sumber Penampilan dari
daya untuk mengembangkan produknya. “Masyarakat adat seringkali bergantung pada sumber daya
kerajinan tenun
yang tersedia, dan pekerjaan di komunitas adat sering kali tidak teratur” (Dana, 2007). Pengetahuan asli
di Indonesia
atau pengetahuan tradisional memainkan peran kunci dalam memastikan pembangunan berkelanjutan (
Gorjestani, 2001). BerdasarkanDana (2007), masyarakat adat:

[. . .] manfaat yang diinginkan dan dicapai dari bertualang dapat berkisar dari pandangan sempit mengenai
keuntungan ekonomi bagi satu individu hingga pandangan luas mengenai keuntungan ganda, sosial dan ekonomi 669
bagi seluruh masyarakat.

Pengetahuan tradisional yang diterapkan oleh pengusaha pribumi dan inovasi-inovasi akar rumput yang muncul
merupakan sumber pertumbuhan unik yang kurang dimanfaatkan dan memiliki potensi besar untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan (Onwuegbuzie, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini mencakup
pengelolaan pengetahuan tradisional untuk mendapatkan kinerja yang berkelanjutanH3:

H3.Proses manajemen pengetahuan tradisional mempunyai pengaruh yang signifikan


kinerja berkelanjutan.

2.3 Kemampuan dinamis


Dalam hal perubahan dinamis, perusahaan perlu merespons perubahan lingkungan dengan cepat dan
efisien. Konsep ini mengarah pada gagasan kemampuan dinamis. Kapabilitas dinamis mengacu pada
kemampuan perusahaan untuk mengintegrasikan, membangun dan mengkonfigurasi ulang kompetensi
internal dan eksternal untuk mengatasi lingkungan yang berubah dengan cepat. Teori ini juga
melibatkan pengembangan strategi bagi bisnis untuk menghadapi perubahan ekstrem sambil menjaga
standar kemampuan tetap minimum untuk menjamin kelangsungan kompetitif (Teecedkk.,1997;Aldianto
dkk.,2021).Chien dan Tsai (2012)menunjukkan bahwa “kemampuan dinamis meningkatkan kinerja toko,
dan bahwa sumber daya pengetahuan dan mekanisme pembelajaran mempunyai efek positif pada
kemampuan dinamis”. BerdasarkanTeecedkk. (2017), kapabilitas dinamis terdiri dari tiga komponen:
penginderaan (yang mencakup pengenalan dan penilaian peluang di luar organisasi), pemanfaatan
(yang mencakup mobilisasi sumber daya untuk memanfaatkan peluang tersebut) dan perubahan
(pembaruan berkelanjutan).
Terlepas dari industri atau jenis perubahannya, berinvestasi pada kapabilitas dinamis akan
menciptakan manfaat jangka panjang bagi bisnis. UKM dapat menggunakan kemampuan dinamis untuk
beradaptasi dan mencapai tujuan strategis dengan mengatur ulang sumber daya internal dan eksternal
untuk memanfaatkan perkembangan teknologi, menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku
pelanggan dan, pada akhirnya, mengungguli pesaing.Kaur dan Mehta (2017a,2017b) menyatakan bahwa
kapabilitas dinamis berdampak pada daya saing suatu perusahaan.Kaur (2019)menganalisis bagaimana
kemampuan dinamis terdiri dari keterampilan adaptif, absorptif, dan inovatif; ketiga elemen tersebut
telah menjadi keterampilan yang wajib dimiliki oleh para pebisnis saat ini.Pundzienedkk. (2021)
menunjukkan bahwa inovasi terbuka berperan dalam memediasi hubungan antara kapabilitas dinamis
dan kinerja bisnis kompetitif.Jiaodkk. (2011)menemukan bahwa “strategi inovasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kapabilitas dinamis”. Sebaliknya, kapabilitas dinamis memerlukan perubahan basis
sumber daya melalui integrasi, pengembangan, dan konfigurasi ulang kompetensi. Integrasi berkorelasi
positif dengan kemampuan dinamis (Digantungdkk.,2010; Gonzales, 2021). Namun, penelitian ini juga
menemukan bahwa istilah interaksi antara strategi inovasi dan dinamisme lingkungan tidak signifikan
dalam memprediksi kemampuan dinamis. UKM dapat membangun dan meningkatkan kemampuan
dinamis menuju keunggulan kompetitif dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Karena itu,H4
penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4.Kapabilitas dinamis berpengaruh signifikan terhadap keunggulan kompetitif.


JEC 2.4 Keunggulan kompetitif
17,3 Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk menambahkan nilai lebih pada produknya
dibandingkan pesaing, dengan nilai tambah adalah nilai yang memperdagangkan manfaat bagi pelanggan (Kaur
dan Mehta,2017a, 2017b;Kaur, 2019). Keunggulan kompetitif dicapai dengan menerapkan strategi yang
menggunakan beragam sumber daya perusahaan secara efektif. Strategi ini harus berkembang untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif dari waktu ke waktu, sehingga memungkinkan organisasi untuk

670 mendominasi pasar saat ini dan masa depan. Mengacu pada MichaelPorter (1990), diferensiasi dan biaya rendah
adalah strategi yang tidak dapat berjalan bersamaan pada waktu yang sama. Argumentasi serupa juga
disampaikan olehTreacy dan Wiersema (1997). Selain itu, keunggulan kompetitif digambarkan sebagai strategi
yang menggunakan sumber daya dan kolaborasi perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang lebih
efektif di pasarnya. MerujukBharadwajdkk. (1993), keterampilan dan sumber daya dipandang sebagai sumber
keunggulan kompetitif. Sementara itu,Wiig (1997)menyatakan bahwa dari perspektif manajemen pengetahuan,
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, perusahaan perlu secara aktif mengejar nilai-nilai, yaitu operasi,
kepemimpinan produk, dan keintiman pelanggan. Nilai-nilai ini akan menjamin keberlanjutan dan profitabilitas
bisnis. Hal ini juga diungkapkan olehZainol dan Al Mamun (2018)DanDansodkk. (2020); strategi perusahaan
merupakan aset berharga dalam penerapan proses inovatif UKM untuk meningkatkan keunggulan kompetitif
dan kinerja yang berkelanjutan. Karena itu,H5penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5.Keunggulan kompetitif berpengaruh signifikan terhadap kinerja berkelanjutan.

3. Metode penelitian
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi survei. Tujuannya adalah untuk mengukur
hubungan sebab akibat (sebab akibat). Penelitian kuantitatif menggunakan metode ilmu pengetahuan alam
untuk menghasilkan data numerik dan kebenaran nyata. Ini menggunakan pendekatan statistik untuk
membangun hubungan sebab akibat antara dua variabel (Saunders dan Lewis, 2012). Penelitian kuantitatif dapat
membuat grafik dan tabel data mentah, sehingga hasilnya lebih mudah dianalisis (Ong dan Puteh, 2017). Kami
mengklasifikasikan, memberi peringkat, atau mengukur data yang dikumpulkan. Penelitian ini tentang
memahami peran kapabilitas berbasis pengetahuan tradisional melalui keunggulan kompetitif untuk
meningkatkan kinerja berkelanjutan.Gambar 1menunjukkan kerangka teori penelitian ini.

3.2 Sampel dan pengumpulan data


Populasi penelitian ini adalah UKM tenun tradisional di Indonesia yang mengembangkan
kegiatan usahanya melalui media sosial, yang belum diketahui populasinya. Bertujuan

Gambar 1.
Kerangka Penelitian
sampling digunakan untuk nonprobabilitas dalam penelitian ini. Nonprobabilitas bersifat arbitrer danPenampilan dari
subyektif. Kami menargetkan minimal 300 responden untuk memiliki desain pengambilan sampel kerajinan tenun
yang baik (Comrey dan Lee, 1992). Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
di Indonesia
untuk mengumpulkan data dari responden. Kuesioner terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama
adalah perkenalan. Bagian kedua mencakup pertanyaan penyaringan dan profil responden.
Bagian terakhir terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengukur variabel. Kami menggunakan tiga
indikator untuk mengukur kinerja berkelanjutan berdasarkanDansodkk. (2020), sedangkan
sembilan indikator lainnya digunakan untuk mengidentifikasi proses manajemen pengetahuan,
671
kemampuan dinamis, dan keunggulan kompetitif berdasarkanKaur (2019). Variabel eksogen
dalam penelitian ini adalah proses pengelolaan pengetahuan tradisional. Sedangkan variabel
endogennya adalah kapabilitas dinamis, keunggulan kompetitif dan kinerja berkelanjutan.
Karena adanya Covid-19, pengumpulan data dilakukan melalui survei online
menggunakan Facebook Advertising (FBAds). Kuesioner disebarkan kepada perajin tenun
tradisional yang terdaftar di media sosial (Facebook) untuk memasarkan usahanya.
Sebanyak 385 responden berpartisipasi. Setelah responden mengisi kuesioner, disusun ke
dalam formulir Excel dan siap diolah untuk analisis data.

3.3 Analisis data


Analisis data dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen yang berkaitan dengan statistik
deskriptif dan SEM untuk menilai kesesuaian model. Analisis statistik deskriptif membantu menjelaskan,
mendemonstrasikan, atau meringkas poin data untuk mengembangkan pola yang memenuhi semua
persyaratan data. Bagian penting dari analisis deskriptif adalah menentukan kecenderungan atau
respon. Skala enam poin digunakan untuk menangkap penilaian yang jelas terhadap kecenderungan
dengan menghindari titik tengah. SEM adalah teknik multivariat untuk menguji dan menilai hubungan
sebab akibat multivariat (Rambutdkk.,2014). SEM saat ini banyak digunakan dalam penelitian. Ketika
metode analisis tingkat lanjut menjadi umum, kompleksitas model empiris dan terobosan teoretis dalam
penelitian yang dipublikasikan juga meningkat (Rambutdkk.,2014). Uji validitas dan reliabilitas, uji
goodness of fit, uji hipotesis danR-analisis kuadrat dibahas secara singkat di bagian selanjutnya.

4. Hasil dan temuan


4.1 Profil responden
Profil responden menunjukkan, dari 385 UKM kerajinan, 312 memulai usahanya dengan modal kurang
dari Rp 35 juta, sementara 65 responden memulai usaha dengan modal Rp 35 juta – 100 juta. Sebanyak
312 responden memiliki pendapatan per tahun <300 juta; 55 di antaranya memiliki pendapatan per
tahun Rp 300 juta dan Rp 2,5 miliar. Namun ada dua responden yang memiliki pendapatan per tahun
lebih dari Rp 2,5 miliar. Jumlah responden terbanyak adalah independen; mereka tidak bermitra dengan
pemerintah atau lembaga bisnis. Secara keseluruhan, 61 responden memiliki mitra usaha, 39
diantaranya bekerja sama dengan pemerintah daerah dan 23 responden bermitra dengan pemerintah
pusat. Yang lainnya bermitra dengan berbagai pemangku kepentingan (Tabel 1).

4.2 Uji validitas dan reliabilitas


Uji validitas menentukan/menganalisis keakuratan dan presisi alat ukur dalam menjalankan
fungsi pengukurannya – faktor pemuatan standar (SLF) untuk menguji persyaratan.
Indikator yang valid mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,5. Sebagai perbandingan, uji
reliabilitas diterapkan untuk memastikan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Uji AVE dan CR dianalisis untuk mengetahui reliabilitas variabel penelitian. Jika nilai AVE
lebih besar dari 0,5 dan nilai CR lebih besar dari 0,7 maka variabel penelitiannya adalah
JEC Karakteristik demografi Kategori Frekuensi (%)
17,3
Usia perusahaan <5 tahun 276 71.69
5–10 tahun 58 15.06
10–15 tahun 21 5.45
15–20 tahun 10 2.60
> 20 tahun 20 5.19
672 Ekuitas awal (Rp) <35m 312 81.04
35–100m 65 16.88
> 100m 8 2.08
Pendapatan per tahun (Rp) <300m 328 85.19
300m–2,5 miliar 55 14.29
> 2,5 miliar 2 0,52
Keterlibatan pemangku Mitra bisnis 61 15.84
kepentingan (bisnis/pemerintah) Pemerintah lokal 39 10.13
Pemerintah pusat 23 5.97
Pemerintah daerah dan mitra usaha 17 4.42
Pemerintah pusat dan pemerintah 4 1.04
daerah Pemerintah pusat, pemerintah 6 1.56
Tabel 1. daerah, mitra usaha
Profil responden Mandiri 235 61.04

dapat diandalkan. Temuan uji validitas dan reliabilitas masing-masing variabel terdapat pada Meja
2.
BerdasarkanMeja 2, hasil uji validitas menggunakan SLF terhadap variabel penelitian menunjukkan
bahwa setiap variabel mempunyai nilai signifikan lebih besar dari 0,5. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel yang dipilih merupakan indikator yang sesuai untuk masing-masing variabel penelitian.
Berdasarkan Tabel 3Hasil uji reliabilitas menggunakan AVE dan CR pada variabel penelitian menunjukkan
nilai AVE lebih besar dari 0,5 dan nilai CR lebih besar dari 0,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran variabel-variabel penelitian dapat diandalkan.

Terstandarisasi
memuat
faktor (SLF) > 0,5 Keabsahan

TIDAK. Konstruksi/variabel Indikator Pengukuran (Rambutdkk.,2010) tes

1 Pengetahuan tradisional Perlindungan TKM1 0,865 Sah


pengelolaan
Kombinasi TKM2 0,826 Sah
Akuisisi TKM3 0,885 Sah
2 Kemampuan dinamis adaptif DC1 0,913 Sah
Menyerap DC2 0,915 Sah
Inovatif DC3 0,923 Sah
3 Keunggulan kompetitif Kualitas produk CA1 0,840 Sah
Jumlah pelanggan CA2 0,932 Sah
Pendapatan penjualan CA3 0,922 Sah
4 Bisnis yang berkelanjutan Ekonomis SBP1 0,670 Sah
pertunjukan
Meja 2. Sosial SBP2 0,867 Sah
Uji validitas Lingkungan SBP3 0,847 Sah
Penampilan dari
AVE > 0,5 CR > 0,7
(Rambutdkk., (Rambutdkk., Keandalan kerajinan tenun
TIDAK. Konstruksi/variabel Indikator Pengukuran 2010) 2010) tes di Indonesia
1 Pengetahuan tradisional Perlindungan TKM1 0,738 0,849 Dapat diandalkan

pengelolaan Kombinasi TKM2


Akuisisi TKM3
2 Kemampuan dinamis adaptif DC1 0,841 0,941 Dapat diandalkan 673
Menyerap DC2
Inovatif DC3
3 Keunggulan kompetitif Produk CA1 0,749 0,857 Dapat diandalkan

kualitas
Jumlah CA2
pelanggan
4 Bisnis yang berkelanjutan Pendapatan penjualan CA3 0,639 0,840 Dapat diandalkan

pertunjukan Ekonomis SBP1


Sosial SBP2 Tabel 3.
Lingkungan SBP3 Tes kepercayaan

4.3 Statistik deskriptif


Nilai indeks ditentukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Nilai indeks ini berguna untuk
memperoleh gambaran umum tentang sikap responden terhadap permasalahan yang diajukan. Tabel
berikut (Tabel 4) yang merangkum nilai indeks untuk indikator-indikatornya, menunjukkan bahwa
pendekatan pengelolaan pengetahuan tradisional termasuk dalam kelompok sedang, dengan nilai
indeks sebesar 4,65. Indikator kombinasi (TKM.2) mempunyai nilai indeks tertinggi dari ketiga indikator
yang diteliti. Tiga indikator digunakan untuk mengukur variabel kapabilitas dinamis. Hasil perhitungan
indeks menunjukkan kemampuan dinamis tergolong sedang, dengan nilai indeks sebesar 4,88. Indikator
DC.1 (adaptif) mempunyai nilai indeks tertinggi diantara keempat indikator yang diteliti. Tiga indikator
digunakan untuk mengukur variabel keunggulan kompetitif. Hasil perhitungan nilai indeks menunjukkan
bahwa keunggulan bersaing berada pada kisaran menengah, dengan nilai sebesar 4,65. Indikator CA.3
mempunyai nilai indeks terendah dari ketiga indikator yang diteliti. Tiga metrik diterapkan untuk
mengukur variabel kinerja berkelanjutan. Perhitungan nilai indeks menunjukkan bahwa kinerja
berkelanjutan berada pada kategori sedang, dengan nilai indeks sebesar 4,56. Indikator BSP.1
mempunyai nilai indeks terendah dari ketiga indikator yang diteliti.

Barang N Minimum Maksimum Berarti Rata-rata skor dimensi SD

TKM1 385 1 6 4.90 4.98 1.194


TKM2 385 2 6 5.18 0,921
TKM3 385 1 6 4.85 1.185
DC1 385 1 6 4.92 4.88 1.181
DC2 385 1 6 4.81 1.195
DC3 385 1 6 4.89 1.144
CA1 385 1 6 4.82 4.65 1.172
CA2 385 1 6 4.57 1.279
CA3 385 1 6 4.56 1.253
BSP1 385 1 6 4.24 4.56 1.474
BSP2 385 1 6 4.70 1.296 Tabel 4.
BSP3 385 1 6 4.75 1.267 Statistik deskriptif
JEC 4.4 Analisis pemodelan persamaan struktural

17,3 4.4.1 Kesesuaian yang baik.Setelah dilakukan analisis tingkat unidimensionalitas dimensi/
indikator pembentuk variabel laten untuk diuji dengan analisis faktor konfirmatori, analisis
dilanjutkan dengan full model SEM. Hasil pengolahan data untuk analisis model SEM secara
lengkap diuraikan padaGambar 2.
BerdasarkanTabel 5, kriteria uji goodness of fit secara umum baik atau memenuhi
674 standar yang dipersyaratkan. Uji Chi-square menunjukkan model valid jika nilai Chi-square
lebih kecil dari nilai Chi-square tabel. CMIN/DF yang ditentukan dalam Tabel 5menunjukkan
nilai Chi-square yang ditentukan dalam penelitian ini lebih kecil dari nilai krusial/tabel (dapat
diterima). Oleh karena itu, hasilnya menunjukkan bahwa model tersebut akurat; dengan
kata lain tidak terdapat perbedaan estimasi populasi antar sampel yang diteliti.

4.4.2 Pengujian hipotesis.Setelah penilaian asumsi dalam analisis SEM,


pengujian hipotesis dilakukan. Penelitian ini menguji lima hipotesis dengan menghitung rasio kritis (CR)
dan menghitung probabilitas hubungan sebab akibat (Tabel 6). Prosedur pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut:H1menggambarkan estimasi parameter untuk menguji pengaruh proses manajemen
pengetahuan tradisional terhadap kemampuan dinamis, menghasilkan nilai CR sebesar 25,714 danP-nilai
0,00. Pentingnyahal =0,05 menunjukkan bahwa proses manajemen pengetahuan tradisional mempunyai
efek menguntungkan yang cukup besar terhadap kemampuan dinamis. Ini berarti bahwa keahlian
tradisional industri tenun akan berkembang dalam mencari kemampuan yang dinamis. Dalam
manajemen pengetahuan tradisional, indikator kombinasi akan memiliki dampak paling besar terhadap
kemampuan dinamis.

Gambar 2.
Pengujian model SEM

Kebaikan ukuran kecocokan Nilai batas Mencetak gol Hasil

Chi kuadrat – rasio derajat kebebasan (CMIN/DF) Indeks Idealnya <3,0 tetapi tidak >5,0 3.706 Dapat diterima
kesesuaian komparatif (CFI) > 0,90 0,975 Bagus
Indeks kesesuaian bernorma (NFI) > 0,90 0,966 Bagus
Indeks kesesuaian yang baik (GFI) > 0,80 0,937 Bagus
Kesesuaian yang disesuaikan (AGFI) > 0,80 0,887 Bagus
Tabel 5. Indeks Tucker–Lewis (TLI) Indeks > 0,90 0,961 Bagus
Kebaikan kecocokan kesesuaian tambahan (IFI) > 0,90 0,975 Bagus
ukuran Perkiraan kesalahan akar rata-rata kuadrat (RMSEA) Idealnya <0,05 tetapi tidak >0,08 0,08 Dapat diterima
H2mengilustrasikan estimasi parameter untuk menguji pengaruh pengetahuan tradisionalPenampilan dari
proses manajemen terhadap keunggulan kompetitif sehingga menghasilkan nilai CR sebesar -0,53 kerajinan tenun
dan aP- nilai 0,598. Karenahal>0,05, disimpulkan bahwa proses manajemen pengetahuan
di Indonesia
tradisional tidak memiliki pengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif. Artinya, proses
pengelolaan pengetahuan tradisional yang digunakan dalam usaha tenun tidak selalu
ditingkatkan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
H3menggambarkan estimasi parameter yang digunakan untuk menilai keberlanjutan proses
pengelolaan pengetahuan tradisional, dengan nilai CR sebesar 7,876 danP-nilai 0,00. Pentingnya
675
hal =0,05 menunjukkan bahwa proses manajemen pengetahuan tradisional mempunyai dampak
menguntungkan yang cukup besar terhadap kinerja jangka panjang. Artinya, keahlian tenun
tradisional diperluas untuk mencapai kinerja berkelanjutan. Kombinasi tersebut menunjukkan
indikator agresif proses pengelolaan pengetahuan tradisional menuju kinerja berkelanjutan.

Estimasi parameter untukH4menunjukkan nilai CR sebesar 3,631 dengan aP-nilai 0,00 untuk
pengaruh kapabilitas dinamis terhadap keunggulan kompetitif. Karena pentingnyahal = 0,05, hal
ini menunjukkan bahwa kapabilitas dinamis berkontribusi signifikan terhadap keunggulan
kompetitif. Artinya kapabilitas dinamis ditingkatkan untuk mencapai kinerja berkelanjutan.
Kontribusi paling signifikan terhadap keunggulan kompetitif akan datang dari indikator adaptif
yang tertanam dalam kapabilitas dinamis.
H5menggambarkan estimasi parameter untuk menguji pengaruh keunggulan kompetitif terhadap
kinerja jangka panjang, dengan CR sebesar -0,314 dan aP-nilai 0,754. Akibatnya, dengan aP- nilai 0,05,
dapat dikatakan bahwa keunggulan kompetitif tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja
jangka panjang. Hal ini berarti bahwa keunggulan kompetitif industri tenun tidak ditingkatkan dengan
upaya mencapai kinerja yang berkelanjutan.
4.4.3 Uji R-kuadrat.Model struktural dievaluasi menggunakanR2pengujian, yaitu
disajikan dalamTabel 7yaitu untuk variabel kapabilitas dinamis, keunggulan kompetitif dan
kinerja pemasaran. ItuR2nilai kapabilitas dinamis sebesar 0,934 yang berarti variabel proses
pengelolaan pengetahuan tradisional mempengaruhi 93,4% varian kapabilitas dinamis.
Faktor lain menjelaskan 6,6% varians, laluR2untuk keunggulan bersaing sebesar 0,811 yang
berarti 81,1% pengaruh keunggulan bersaing dijelaskan oleh variabel kapabilitas dinamis,
dan 18,9% variabel terikatnya dijelaskan oleh variabel kapabilitas dinamis.

Pengujian hipotesis Perkirakan SE Kr P

H1 Manajemen Pengetahuan Tradisional! Kemampuan dinamis 0,980 0,038 25.714***


H2 Manajemen Pengetahuan Tradisional ! Keunggulan kompetitif - 0,149 0,282 - 0,53 0,596
H3 Kemampuan Dinamis Manajemen ! Kinerja berkelanjutan 0,832 0,106 7.876 ***
H4 Pengetahuan Tradisional ! Keunggulan kompetitif 1.024 0,282 3.631 ***
H5 Keunggulan kompetitif ! Kinerja berkelanjutan - 0,029 0,093 - 0,314 0,754
Tabel 6.
Catatan: ***hal <0,001 Pengujian hipotesis

Variabel R-kuadrat

Kemampuan dinamis 0,934


Keunggulan kompetitif 0,811 Tabel 7.
Kinerja bisnis yang berkelanjutan 0,741 Tes R Kuadrat
JEC dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. ItuR2untuk kinerja berkelanjutan
17,3 sebesar 0,741 yang berarti variabel kapabilitas dinamis mempengaruhi 74,1% varians keunggulan
bersaing, dan 25,9% variabel terikat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian
ini. ItuR2berdasarkan padaTabel 7; semakin tinggiR-nilai kuadrat maka semakin besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, menunjukkan
persamaan struktural yang semakin baik.
676
4.4 Diskusi
4.4.1 Kontribusi proses manajemen pengetahuan tradisional terhadap kemampuan dinamis dan
kinerja berkelanjutan.Kinerja berkelanjutan merupakan tantangan bagi UKM di industri kreatif.
Pandemi yang terjadi saat ini membuat penerapannya semakin sulit karena adanya perubahan
mendadak dalam operasional bisnis, perilaku pelanggan, dan digitalisasi. Terlepas dari kondisi
pandemi yang penuh tantangan, kinerja berkelanjutan telah banyak dibicarakan saat ini.
Penerapan manajemen pengetahuan dan kemampuan dinamis memiliki peran penting dalam
peralihan bisnis menuju praktik berkelanjutan. Dari aspek ekonomi dan lingkungan, integrasi
pengelolaan pengetahuan telah mendukung strategi kebangkitan UKM kerajinan anyaman
melalui integrasi dan diseminasi pengetahuan. BerdasarkanDana (2007), “Kewirausahaan pribumi
biasanya ramah lingkungan”.Kapel (2014)mindfulness yang disebutkan menumbuhkan kesadaran
akan pengetahuan dan perilaku alternatif, mendorong inovasi dan kewirausahaan masyarakat
adat (atau pendatang baru atau usaha bisnis baru masyarakat adat). Literatur menunjukkan
bahwa perusahaan dapat menggunakan kemampuan dinamis untuk keberlanjutan perusahaan
guna melacak kebutuhan keberlanjutan yang muncul dari berbagai pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, mengelola pengetahuan tradisional atau asli membantu dunia usaha memperoleh
kinerja yang berkelanjutan (Gorjestani, 2001).Syafiidkk. (2020)menyatakan, “Yang perlu
diperhatikan adalah intervensi pemerintah diperlukan untuk menghidupkan kembali industri
kerajinan tradisional. Hal ini juga membantu dunia usaha untuk meraih peluang pembangunan
berkelanjutan dan mengkonfigurasi ulang kemampuan fungsional yang ada untuk keberlanjutan
bisnis”.
Studi ini mendukungKaur (2019)pernyataan bahwa “kemampuan proses manajemen
pengetahuan sangat penting bagi organisasi untuk mengejar daya saing”. Sebuah studi olehGloet
(2006) juga menunjukkan bahwa pengelolaan pengetahuan terkait sumber daya manusia yang
efektif membantu pimpinan dan manajemen mengembangkan kemampuannya dalam
mendukung keberlanjutan tiga bottom line yaitu dampak bisnis, lingkungan, dan sosial.
Kemampuan perusahaan juga akan menjadi keuntungan besar bagi dunia usaha dalam
menghadapi dunia yang terus berubah (Aldiantodkk.,2021). Proses kapabilitas dinamis (adaptif,
kolaboratif dan inovatif) dapat menciptakan landasan keunggulan kompetitif suatu perusahaan (
Kaur, 2019;Aldiantodkk.,2021). Kemampuan dinamis tingkat tinggi sangat berdampak pada
pemangku kepentingan, komunitas, masyarakat dan lingkungan. Hal ini juga mendukung bisnis
untuk memobilisasi sumber daya internal perusahaan untuk mengembangkan perubahan
strategis menuju keberlanjutan. Namun,Dana (2007)berpendapat bahwa:

[. . .] masyarakat adat sering kali bergantung pada sumber daya yang tersedia saat ini, dan pekerjaan di komunitas
adat sering kali dilakukan secara tidak teratur. Sebagian besar aktivitas kewirausahaan di kalangan masyarakat adat
melibatkan aktivitas ekonomi internal tanpa transaksi, sementara transaksi sering kali terjadi di pasar dan di sektor
informal, dimana perusahaan sering kali memiliki persediaan yang terbatas.

Manajemen pengetahuan bertujuan untuk membantu individu dan organisasi meningkatkan efisiensi pembelajaran dan
pengelolaan informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif yang lebih baik. Kemampuan dinamis, seperti yang
didefinisikan olehKaur (2019), adalah “kemampuan perusahaan untuk mengintegrasikan, membangun, dan
mengkonfigurasi ulang kompetensi internal dan eksternal untuk mengatasi lingkungan yang berubah dengan cepat”.
Kedua proses ini, proses manajemen pengetahuan dan kemampuan dinamis, digunakan untuk Penampilan dari
menerapkan keberlanjutan bisnis dan memberikan dampak positif pada aspek ekonomi, sosial, dan
kerajinan tenun
lingkungan. Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa manajemen pengetahuan secara
di Indonesia
signifikan mempengaruhi strategi kebangkitan bisnis dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan
dan manajemen (Iqbal dan Ahmad, 2021).
Di sisi lain, kapabilitas dinamis berperan dalam inovasi dan meraih peluang pembangunan
berkelanjutan serta mengkonfigurasi ulang kapabilitas fungsional yang ada sekaligus
memobilisasi sumber daya internal bisnis menuju keberlanjutan. Kemampuan unik ini adalah
677
kemampuan bisnis untuk menjadikan personelnya sebagai bagian integral dalam memperoleh
keunggulan kompetitif.Pundzienedkk. (2021)mengatakan bahwa kapabilitas dinamis suatu
perusahaan mempunyai dampak besar pada kinerja inovasi terbuka dan, akibatnya, pada kinerja
kompetitifnya. Aset asli atau sumber daya unik yang dibutuhkan suatu bisnis untuk menjalankan
strategi kompetitifnya adalah aset rata-rata atau sumber daya khusus. Kedua sumber daya
tersebut harus dicurahkan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif berbiaya rendah yang
membedakan perusahaan dari pesaing.
Penelitian ini juga menemukan proses manajemen pengetahuan dalam hal kombinasi dan
kemampuan dinamis dalam hal adaptif merupakan strategi yang baik bagi UKM kerajinan tenun
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Namun, kapabilitas dinamis dalam hal inovasi
dipandang sebagai sarana yang digunakan bisnis untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang dinamis. Pergeseran lingkungan bisnis telah memaksa perusahaan untuk
menghasilkan konsep dan produk baru.Ziyaedkk. (2021)mengidentifikasi infrastruktur yang
diperlukan untuk inovasi layanan, termasuk penerapan teknologi mutakhir di berbagai bidang,
infrastruktur manusia, modal, serta ruang dan lokasi yang tepat. Oleh karena itu, inovasi menjadi
semakin penting untuk menjamin keberlanjutan UKM kerajinan dan memungkinkan mereka
untuk berkembang di pasar.
4.4.2 Kontribusi proses pengelolaan pengetahuan tradisional terhadap persaingan
keuntungan dan kinerja berkelanjutan.Di era digital, kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi
terhadap produknya akan memastikan produk tersebut tetap dapat memenuhi keinginan dan
permintaan pelanggan. Mendapatkan keunggulan kompetitif adalah memenuhi keinginan klien (
Bharadwajdkk., 1993;Digantungdkk.,2010). Keunggulan kompetitif sebagian besar berasal dari nilai atau
keunggulan yang dihasilkan suatu bisnis bagi pelanggannya. Pelanggan seringkali lebih memilih untuk
membeli barang yang melebihi ekspektasi atau keinginannya. Namun, melindungi pengetahuan
tradisional pada UKM kerajinan tenun sangat penting untuk diferensiasi produk menuju keunggulan
kompetitif. Nilainya sebanding dengan harga yang diberikan. Pembelian akan terjadi jika pelanggan
yakin harga produk tersebut wajar dibandingkan dengan nilai yang diberikannya. Oleh karena itu,
temuan menunjukkan bahwa proses manajemen pengetahuan tradisional tidak memiliki pengaruh
langsung yang signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Studi ini bertentangan dengan pandangan
bahwa kemampuan dinamis berbasis pengetahuan dapat berfungsi sebagai keunggulan kompetitif
tambahan bagi sebuah bisnis (Digantungdkk.,2010;Kaur, 2019). Namun,Dana (2007)berpendapat bahwa
persepsi masyarakat adat mengenai peluang dipengaruhi oleh budaya; namun, peluang kewirausahaan
yang ditentukan secara budaya sering kali diganggu oleh pihak-pihak di luar masyarakat adat.

Studi ini juga menemukan bahwa masih menjadi tantangan bagi UKM kerajinan tenun tradisional untuk
membangun operasi dan inovasi mereka yang bertanggung jawab secara sosial. Kita tahu bahwa kemampuan
dinamis dalam hal inovasi dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi bisnis.Drögedkk. (1994) menemukan
bahwa inovasi produk perlu dimanfaatkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Aldiantodkk. (2021)
menyatakan pengetahuan berperan dalam meningkatkan inovasi layanan dan produk. Namun pada sektor
kerajinan tenun tradisional, pengembangan inovasi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan mempunyai
risiko.Dana (2007)juga berpendapat “organisasi sosial di antara
JEC masyarakat adat seringkali didasarkan pada ikatan kekerabatan, tidak selalu diciptakan sebagai respons

17,3 terhadap kebutuhan pasar”. Di Indonesia, pengetahuan asli/tradisional dimiliki oleh masyarakat lokal.
Pihak eksternal yang mempunyai keahlian dan teknologi tinggi mengelola pengetahuan tradisional
kemudian memodifikasi, menentukan dan memadukannya hingga menjadi sebuah penemuan baru yang
memenuhi kebutuhan pelanggan. Bagi pengetahuan tradisional yang dilindungi Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), khususnya paten, maka manfaat ekonominya akan dimiliki dan dinikmati oleh pihak
678 luar (Siddiq, 2018). Pemilik pengetahuan tradisional atau masyarakat lokal sering kali tidak mendapatkan
apa pun dari HKI. Oleh karena itu, dalam usaha tenun kerajinan tradisional, konsep inovasi tidak hanya
mencakup produk baru dan penerapan ide atau prosedur baru tetapi juga dikaitkan dengan manfaat
bagi masyarakat.
Inovasi produk di bidang kerajinan harus memberikan nilai tambah bagi kemaslahatan masyarakat
agar memperoleh keunggulan dibandingkan pesaingnya. Namun, inovasi produk mungkin gagal karena
berbagai alasan, termasuk kurangnya desain inovatif atau kesalahan persepsi terhadap keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Telah dibuktikan bahwa hubungan antara keunggulan kompetitif dan kinerja
berkelanjutan tidak berpengaruh secara substansial. BerdasarkanSyafiidkk. (2020), itu:

[. . .] Industri kerajinan di suatu negara perlu direvitalisasi. Jika tidak, budaya tradisional dan keahlian
patrimonial yang berusia berabad-abad akan musnah. Selain itu, ada kebutuhan untuk menarik
investasi asing untuk mengatasi keterbatasan sumber daya dan memperkuat kemampuan kompetitif
komunitas wirausaha.

Hubungan antara keunggulan kompetitif dan kinerja berkelanjutan merupakan budaya kreativitas
dalam organisasi dalam mengembangkan produk yang memperhatikan tiga aspek keberlanjutan
(profit, people, dan planet). Persaingan yang ketat pada industri tenun tradisional mendorong
berkurangnya pangsa pasar dalam negeri, yang mengharuskan UKM tenun menyesuaikan
strateginya terhadap perubahan situasi bisnis dan lingkungan. Melalui perubahan strategi
berbasis sumber daya lokal, keberlanjutan UKM dapat terjamin.Naidudkk. (2014)menyelidiki:

[. . .] delapan faktor yang mempengaruhi tingkat inovasi pada industri kerajinan, antara lain nilai
tambah, keunikan desain, pengembangan produk baru, keunikan budaya, kemajuan teknologi,
pengalaman pemilik, kemampuan pemilik beradaptasi dengan tren pasar, dan kualitas bahan baku.

Bisnis yang terus memantau kinerjanya dan berupaya memperbaikinya memiliki peluang untuk
mencapai keberlanjutan perusahaan. Dengan posisi kompetitif yang kuat, suatu bisnis
mempunyai cukup uang untuk bersaing dengan perusahaan lain (Drögedkk.,1994;Kaur dan Mehta
,2017a, 2017b). Oleh karena itu, UKM kerajinan anyaman yang mampu mengembangkan
produknya sesuai keinginan pelanggan akan bertahan dalam menghadapi persaingan karena
produknya akan terus diminati.

5. Kesimpulan
Ringkasnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peran kapabilitas dinamis pengetahuan
tradisional dalam keberlanjutan UKM kreatif sektor kerajinan tenun. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa proses manajemen pengetahuan tradisional berpengaruh positif terhadap
kapabilitas dinamis dan kinerja berkelanjutan namun tidak secara langsung mempengaruhi
keunggulan kompetitif. Sedangkan kapabilitas dinamis berpengaruh signifikan terhadap
keunggulan kompetitif dalam mengelola pengetahuan tradisional. UKM tenun tradisional perlu
menampilkan perpaduan antara pengetahuan tradisional dan pengetahuan terkini. Misalnya,
mereka perlu mengembangkan motif baru dengan memadukan motif modern-tradisional.
Keunikan motif baru dapat membangun diferensiasi. Oleh karena itu, kompetitifPenampilan dari
keuntungan meningkat jika kemampuan dinamis memediasi proses manajemen pengetahuan kerajinan tenun
tradisional dengan kebutuhan pasar. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun proses
di Indonesia
manajemen pengetahuan tradisional tidak secara langsung mempengaruhi keunggulan kompetitif,
namun memiliki dampak langsung terhadap kinerja jangka panjang.
Implikasi manajerial menunjukkan bahwa UKM kerajinan anyaman perlu mengembangkan strategi
jangka panjang untuk memperoleh kinerja berkelanjutan, tidak hanya berfokus pada operasional jangka
pendek. UKM kerajinan tenun perlu meningkatkan kualitas produknya agar dapat bersaing dengan
679
daerah atau negara lain, mengedepankan keunikan produk namun tetap berkomitmen terhadap
keberlanjutan (profit, sosial dan lingkungan). Oleh karena itu, mereka harus meningkatkan kemampuan
mengelola pengetahuan tradisional dengan mempelajari tren pasar dan menggabungkan pengetahuan
tradisional dengan pengetahuan pasar. Selain itu, menjadi tantangan baru bagi pemerintah untuk
memfasilitasi akses pemasaran berbasis teknologi informasi terkini, seperti pemanfaatan internet untuk
informasi bisnis dan pemasaran produk. Dengan demikian, UKM kerajinan tenun dapat memperoleh
informasi secara lebih modern dan membuka akses pasar global. Pada akhirnya, pemerintah daerah
harus proaktif dalam mewariskan pengetahuan tradisional dari generasi ke generasi sebagai inspirasi
untuk menciptakan nilai bisnis. Dengan demikian, generasi penerus dapat terlibat dalam mengelola
usahanya melalui pengetahuan tradisional sehingga bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Implikasi teoritis menunjukkan bahwa proses pengetahuan tradisional mempengaruhi kinerja


berkelanjutan UKM kerajinan anyaman. Proses pengetahuan tradisional yang diadopsi oleh UKM
kerajinan tenun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja berkelanjutan dalam hal
lingkungan, sosial dan keuntungan, meskipun hasilnya menemukan bahwa pengaruh terhadap
keuntungan lebih rendah dibandingkan kinerja sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kinerja berkelanjutan dalam hal keuntungan, industri perlu mempelajari tren pasar.
Penelitian ini dapat dijadikan acuan teori dan kajian empiris selanjutnya mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja berkelanjutan. Namun pada hasil penelitian ini masih terdapat
kekurangan terkait indikator sebagai alat ukur variabel. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya
dapat menambahkan beberapa variabel sesuai dengan perkembangan teori pemasaran. Penulis
menyadari bahwa penggunaan sampel melalui media sosial dalam penelitian ini masih belum
memenuhi kriteria populasi. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut terkait permasalahan serupa
perlu memperluas pemilihan dan distribusi sampel atau memperluas fokus untuk skala tertentu
seperti skala mikro, kecil atau menengah sehingga hasilnya akan lebih spesifik dan memberikan
implikasi yang lebih sesuai untuk setiap skala usaha.

Referensi
Aldianto, L., Anggadwita, G., Permatasari, A., Mirzanti, IR dan Williamson, IO (2021), “Menuju
kerangka ketahanan bisnis untuk startup”,Keberlanjutan,Jil. 13 No.6, hal. 3132, lakukan:10.3390/
su13063132.
Berkes, F. (1999), “Peran dan pentingnya pengetahuan adat tradisional: Fokus pada
pengetahuan ekologi tradisional”, Indigenous Knowledge and Development Monitor
(Belanda).
BEKRAF (2019), Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif Tahun 2019, Tersedia di, tersedia di:www.
kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/media_1598879701_BUKU_BEKR
AF_28-8-2020.pdf
Bharadwaj, SG, Varadarajan, PR dan Fahy, J. (1993), “Keunggulan kompetitif berkelanjutan dalam layanan
industri: model konseptual dan proposisi penelitian”,Jurnal Pemasaran,Jil. 57 No.4,
hal.83-99.
JEC Capel, C. (2014), “Perhatian, pengetahuan adat, inovasi adat dan kewirausahaan”,
Jurnal Penelitian Pemasaran dan Kewirausahaan,Jil. 16 No. 1, hal. 63-83, doi:10.1108/
17,3 JRME-10-2013-0031.
C-arcel-Carrasco, J. dan Gómez-Gómez, C. (2021), “Analisis kualitatif persepsi perusahaan
manajer dalam manajemen pengetahuan dalam aktivitas pemeliharaan di era Industri 4.0”,
Proses,Jil. 9 No.121, hal.1-18.

680 Chien, SY dan Tsai, CH (2012), “Kemampuan dinamis, pengetahuan, pembelajaran, dan kinerja perusahaan”,
Jurnal Manajemen Perubahan Organisasi,Jil. 25 No.3, hal.434-444, doi:10.1108/
09534811211228148.
CNN Indonesia (2021) “Menparekraf Ungkap Sektor Industri yang Bertahan Saat Pandemi”, Tersedia
di, tersedia di:www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210405191654-92-626265/menparekrafungkap-
sektor-industri-yang-bertahan-saat-pandemi
Comrey, AL dan Lee, HB (1992),Kursus Pertama dalam Analisis Faktor,Lawrence Erlbaum Rekan,
Hillsdale, New Jersey.

Dana, LP (2007), “Menuju definisi multidisiplin kewirausahaan pribumi”,


Buku Pegangan Internasional Penelitian tentang Kewirausahaan Pribumi,Edward Elgar,
Cheltenham, hal.3-7.
Danso, A., Adomako, S., Lartey, T., Amankwah-Amoah, J. dan Owusu-Yirenkyi, D. (2020),
“Integrasi pemangku kepentingan, orientasi kelestarian lingkungan dan kinerja keuangan”,
Jurnal Riset Bisnis,Jil. 119, hal.652-662.
Dröge, C., Vickery, S. dan Markland, RE (1994), “Sumber dan hasil persaingan
keuntungan: studi eksplorasi di industri furnitur”,Ilmu Keputusan,Jil. 25 No.5/6,
hal.669-689.
Gao, T., Chai, Y. dan Liu, Y. (2017), “ Tinjauan manajemen pengetahuan tentang teori
pendekatan konsepsi dan perancangan”,Jurnal Internasional Ilmu Kerumunan,Jil. 2 No.1,
hal.42-51, doi:10.1108/IJCS-08-2017-0023.
Geotimes (2017), “Kearifan Lokal Yang Dilupakan”, tersedia di:https://geotimes.co.id/opini/kearifan-
lokal-yang-dilupakan/
Gloet, M. (2006), “Manajemen pengetahuan dan kaitannya dengan HRM: mengembangkan kepemimpinan dan
kemampuan manajemen untuk mendukung keberlanjutan”,Berita Riset Manajemen,Jil. 29 No.7,
hal.402-413, doi:10.1108/01409170610690862.
Gonzalez, RVD (2021), “Kinerja inovatif tim proyek: peran struktur organisasi
dan kemampuan dinamis berbasis pengetahuan”,Jurnal Manajemen Pengetahuan,Jil. sebelum dicetak No.
sebelum dicetak, doi:10.1108/JKM-03-2021-fc0259.
Gorjestani, N. (2001), “Kearifan lokal untuk pembangunan: peluang dan tantangan”, tersedia
pada:https://eric.ed.gov/?id=ED460812
Hair, JF, Gabriel, M. dan Patel, V. (2014), “ Pemodelan persamaan struktural berbasis kovarians AMOS (CB-
SEM): pedoman penerapannya sebagai alat riset pemasaran”,Jurnal Pemasaran Brasil, Jil. 13
No.2, hal.44-55.
Rambut, JF, Hitam, WC, Babin, BJ dan Anderson, RE (2010),Analisis Data Multivariat: Edisi Global,
Pendidikan Pearson, London.
Hapon, M. (2020), “Apa perbedaan digitalisasi, digitalisasi, dan digital
transformasi".
Hung, RYY, Yang, B., Lien, BYH, McLean, GN dan Kuo, YM (2010), “Kemampuan dinamis: dampak
penyelarasan proses dan budaya pembelajaran organisasi terhadap kinerja”,Jurnal Bisnis
Dunia,Jil. 45 No.3, hal.285-294.
Iqbal, Q. dan Ahmad, NH (2021), “Pembangunan berkelanjutan: warna kepemimpinan berkelanjutan dalam
organisasi pembelajaran”,Pembangunan berkelanjutan,Jil. 29 No.1, hal.108-119.
Jiao, H., Alon, I. dan Cui, Y. (2011), “Dinamisme lingkungan, inovasi, dan kemampuan dinamis: Penampilan dari
kasus Tiongkok”,Jurnal Komunitas Enterprising: Orang dan Tempat dalam Perekonomian
kerajinan tenun
Global,Jil. 5 No.2, hal.131-144, doi:10.1108/17506201111131550.
di Indonesia
Kaur, V. (2019),Kemampuan Dinamis Berbasis Pengetahuan,Pegas, Cham.
Kaur, V. dan Mehta, V. (2017a), “Kemampuan dinamis untuk keunggulan kompetitif”,Paradigma,Jil. 21
No.1, hal.31-51, doi:10.1177/0971890717701781.
Kaur, V. dan Mehta, V. (2017b), “Kemampuan dinamis untuk keunggulan kompetitif: studi perbandingan
681
perusahaan multinasional TI di India”,Paradigma,Jil. 21 No.1, hal.31-51.

Liebowitz, J. dan Yan, C. (2004), “Kemahiran berbagi pengetahuan: kunci pengetahuan


pengelolaan",Buku Pegangan tentang Manajemen Pengetahuan,Springer, Berlin, Heidelberg, Jil. 1,
hal.409-424.
McGregor, D. (2004), “Mewujudkan lingkaran penuh: pengetahuan adat, lingkungan, dan masa depan kita”,Itu
Suku Indian Amerika,Jil. 28 No.3, hal.385-410.
Mayasari, Y. dan Chandra, T. (2020), “Modal sosial untuk sistem manajemen pengetahuan kreatif
industri",Jurnal Komunitas Enterprising: Orang dan Tempat dalam Perekonomian Global,Jil. 14 No.
4, hal. 481-494, doi:10.1108/JEC-01-2020-0008.
Naidu, S., Chand, A. dan Southgate, P. (2014), “Penentu inovasi dalam industri kerajinan tangan
Fiji dan Tonga: analisis empiris dari perspektif pariwisata”,Jurnal Komunitas Enterprising:
Orang dan Tempat dalam Perekonomian Global,Jil. 8 No.4, hal.318-330, doi:10.1108/
JEC-11-2013-0033.
Ong, MHA dan Puteh, F. (2017), “Analisis data kuantitatif: memilih antara SPSS, PLS, dan
AMOS dalam penelitian ilmu sosial”,Jurnal Penelitian Ilmiah Interdisipliner Internasional, Jil.
3 No.1, hal.14-25.
Onwuegbuzie, HN (2010), “Strategi pembangunan berkelanjutan menggunakan pengetahuan adat dan
kewirausahaan”, Tersedia di SSRN 1841787.
Permatasari, A., Dhewanto, W. dan Dellyana, D. (2021a), “Model sosial kreatif berbasis agen
perilaku kewirausahaan dalam konteks ekonomi kreatif”,Jurnal Manajemen Indonesia, Jil. 21
No.1, hal.7-16.
Permatasari, A., Dhewanto, W. dan Dellyana, D. (2021b), “Model penciptaan nilai bersama yang diusulkan
melalui kolaborasi multipihak dalam pengembangan produk dalam negeri”,Bisnis: Teori
dan Praktek,Jil. 22 No.2, hal.414-425.
Porter, ME (1990), “Keunggulan kompetitif suatu negara”,Ulasan Bisnis Harvard,Jil. 1, hal.71-91.
Porter, ME (1998), “Alamat Adam Smith: lokasi, cluster, dan mikroekonomi 'baru' dari
kompetisi",Ekonomi Bisnis,Jil. 33 No.1, hal.7-13.
Pundziene, A., Nikou, S. dan Bouwman, H. (2021), “Hubungan antara kemampuan dinamis dan
kinerja perusahaan kompetitif: peran mediasi inovasi terbuka”,Jurnal Manajemen Inovasi
Eropa,Jil. sebelum dicetak No. sebelum dicetak, doi:10.1108/EJIM-09-2020-0356.
Ramadani, V. dan Gerguri, S. (2011), “Kerangka teoritis inovasi: daya saing dan
program inovasi di Makedonia”,Jurnal Ilmu Sosial Eropa,Jil. 23 No.2, hal.268-276.

Ramadani, V., Abazi-Alili, H., Dana, LP, Rexhepi, G. dan Ibraimi, S. (2017), “Dampak pengetahuan
dampak buruk dan inovasi terhadap kinerja perusahaan: temuan dari negara-negara
Balkan”, Jurnal Kewirausahaan dan Manajemen Internasional,Jil. 13 No.1, hal.299-325, doi:
10.1007/s11365-016-0393-8.
Saunders, MN dan Lewis, P. (2012), “Melakukan penelitian dalam bisnis dan manajemen: panduan penting
untuk merencanakan proyek Anda”, Universitas Surrey.

Sendawula, K., Bagire, V., Mbidde, CI dan Turyakira, P. (2020), “Komitmen lingkungan dan
praktik kelestarian lingkungan pada usaha kecil dan menengah manufaktur di
JEC Uganda”,Jurnal Komunitas Enterprising: Orang dan Tempat dalam Perekonomian Global,Jil. 15

17,3 No.4, hal.588-607, doi:10.1108/JEC-07-2020-0132.


Shafi, M., Yin, L. dan Yuan, Y. (2020), “Kebangkitan komunitas wirausaha kerajinan tradisional di
Pakistan”,Jurnal Komunitas Enterprising: Orang dan Tempat dalam Perekonomian Global, Jil. 15
No.4, hal.477-507, doi:10.1108/JEC-07-2020-0129.
Siddiq, MA (2018), “Dilema komersialisasi pengetahuan tradisional dalam sistem hukum
682 Indonesia: antara perlindungan dan pembagian manfaat”.Jurnal Hukum & Pembangunan, Jil. 48
No.1, 164-180.
Simatupang, TM, Rustiadi, S. dan Situmorang, DBM (2012), “Meningkatkan daya saing industri
sektor jasa kreatif di Indonesia”, Mengembangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) menjadi Pusat
Layanan Global, 2011-1, hal. 172-270.
Teece, DJ (2017), “Kemampuan dinamis dan siklus hidup platform (digital)”, dalam Furman, JL Gawer, A.
Silverman, BS dan Stern, S. (Eds),Kewirausahaan, Inovasi, dan Platform:Jil. 37, Emerald
Publishing Limited, Bingley, hlm.211-225.
Teece, DJ, Pisano, G. dan Shuen, A. (1997), “Kemampuan dinamis dan manajemen strategis”,
Jurnal Manajemen Strategis,Jil. 18 No.7, hal.509-533.
Treacy, M. dan Wiersema, F. (1997), “Disiplin pemimpin pasar: pilih pelanggan Anda, sempit
fokusmu”,Dominasi Pasar Anda:Addison-Wesley, MA.
Vial, G. (2019), “Memahami transformasi digital: tinjauan dan agenda penelitian”,Jurnal dari
Sistem Informasi Strategis,Jil. 28 No.2, hal.118-144.
Wiig, KM (1997), “Manajemen pengetahuan: pengenalan dan perspektif”,Jurnal Pengetahuan
Pengelolaan,Jil. 1 No. 1, hal. 1-14, doi:10.1108/13673279710800682.
Zainol, NR dan Al Mamun, A. (2018), “Kompetensi kewirausahaan, keunggulan kompetitif dan
kinerja pengusaha mikro perempuan informal di Kelantan, Malaysia”,Jurnal Komunitas
Enterprising: Orang dan Tempat dalam Perekonomian Global,Jil. 12 No.3, hal.299-321, doi:
10.1108/JEC-11-2017-0090.
Ziyae, B., Sadeghi, H. dan Golmohammadi, M. (2021), “Inovasi layanan di industri perhotelan:
tampilan kemampuan dinamis”,Jurnal Komunitas Enterprising: Orang dan Tempat dalam
Perekonomian Global,Jil. sebelum dicetak No. sebelum dicetak, doi:10.1108/
JEC-12-2020-0205.

Bacaan lebih lanjut


Emami, A., Klein, PG, Ramadani, V. dan Hisrich, RD (2021), “Interaksi antara empati,
pembelajaran, dan peluang dalam proses penciptaan nilai kewirausahaan”,Jurnal
Manajemen Internasional Eropa,Jil. 16 No.3, hal.408-426.
Gonzales Gemio, CT (2021), “Peran inovasi yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kinerja perusahaan di
usaha kecil dan menengah dan meningkatkan keberlanjutannya”, disertasi doktoral,
Universitat de Barcelona.
Kemp, R. dan Martens, P. (2007), “Pembangunan berkelanjutan: bagaimana mengelola sesuatu yang
subjektif dan tidak pernah bisa dicapai?”,Keberlanjutan: ilmu pengetahuan, Praktek dan Kebijakan,Jil. 3 No.2,
hal.5-14, doi:10.1080/15487733.2007.11907997.

Mundfrom, DJ, Shaw, DG dan Ke, TL (2005), “Rekomendasi ukuran sampel minimum untuk
melakukan analisis faktor”,Jurnal Pengujian Internasional,Jil. 5 No.2, hal.159-168.
Teece, D. dan Pisano, G. (2003), “Kemampuan dinamis perusahaan”,Buku Pegangan tentang Pengetahuan
Pengelolaan,Springer, Berlin, Heidelberg, hal.195-213.
Upadhyay, P. dan Kundu, A. (2020), “Hubungan antara keberlanjutan bisnis dan pengetahuan tacit
manajemen di UMKM: studi berbasis kasus”,Jurnal VINE Sistem Manajemen Informasi dan
Pengetahuan,Jil. 50 No. 3, hal. 477-494, tersedia di:https://doi.org/10.1108/
VJIKMS-08-2019-0133
Vijfvinkel, S., Bouman, N. dan Hessels, J. (2011), “Keberlanjutan lingkungan dan keuanganPenampilan dari
kinerja UKM”,Analisis Ilmiah Kewirausahaan dan UKM,hal.3-47.
kerajinan tenun
Wiig, KM (1997), “Manajemen pengetahuan: pengenalan dan perspektif”,Jurnal Pengetahuan
Pengelolaan,Jil. 1 No. 1, hal. 1-14, doi:10.1108/13673279710800682.
di Indonesia

Penulis yang sesuai


Anggraeni Permatasari dapat dihubungi di:anggraeni@presiden.ac.id
683

Untuk petunjuk tentang cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs
web kami: www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm Atau hubungi
kami untuk informasi lebih lanjut:izin@emeraldinsight.com

Anda mungkin juga menyukai