Anda di halaman 1dari 21

Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

ISBN 978-979-3541-25-9

Manajemen Inovasi Berbasis Pengetahuan di Perusahaan-


perusahaan Kecil, Menengah, dan Besar: Survei pada
Industri Barang Konsumsi di Jawa Barat

Tri Setyowati

Jurusan administrasi Niaga Politeknik Negeri bandung


Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung
INDONESIA
E-mail: trisetyowati@yahoo.com

Abstrak
Perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan yaitu jika produk yang dihasilkan
sama dengan produk impor dan memiliki tingkat daya saing yang relatif rendah. Satu-satunya cara untuk
menjadi pemenang adalah dengan memiliki daya saing tinggi dan terus melakukan inovasi. Pada industri
barang konsumsi di Jawa Barat terdapat fenomena tentang tingkat inovasi organisasional yang masih belum
baik dan diduga karena masih belum baiknya tingkat pembelajaran organisasional yang dimiliki dan tingkat
hubungan dengan para pemasok-pelanggan yang masih belum kuat. Fenomena tingkat inovasi organisasional
yang belum baik juga diduga karena masih belum baiknya kapasitas absorptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi pengaruh dari tiga variabel independen: pembelajaran organisasional, kemitraan
dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif terhadap inovasi organisasinal baik secara simultan
maupun parsial. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive dan explanatory survey, dan untuk
menguji hipotesis digunakan analisis model persamaan struktural (SEM). Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan ANOVA untuk membandingkan rata-rata setiap variabel diantara jenis perusahaan yang berbeda
pada industri barang konsumsi yaitu: makanan dan minuman, pakaian, kosmetik, mainan anak, kerajinan, dan
olahan kulit; dan dilakukan juga untuk membandingkan rata-rata setiap variabel diantara tiga ukuran
perusahaan yang berbeda yaitu: kecil, menengah, dan besar. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran organisasional, kemitraan dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif secara bersama-
sama memberikan pengaruh sebesar 70,76% terhadap inovasi organisasional. Kapasitas absorptif memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap inovasi organisasional dibandingkan dengan pembelajaran
organisasional, dan kemitraan dengan pemasok-pelanggan. Hasil temuan lain adalah tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada rata-rata nilai (P>0,05) diantara keenan jenis perusahaan pada industri barang
konsumsi dalam memersepsikan inovasi organisasinal, pembelajaran organisasional, kemitraan dengan
pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif. Hasil temuan lain juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada rata-rata nilai (P<0,05) diantara perusahaan kecil, menengah, dan besar dalam
memersepsikan inovasi organisasinal, pembelajaran organisasional, kemitraan dengan pemasok-pelanggan,
dan kapasitas absorptif.

Kata kunci: inovasi organisasinal, pembelajaran organisasional, kemitraan dengan pemasok-pelanggan,


kapasitas absorptif.

diunggulkan oleh masing-masing negara


1. PENDAHULUAN tersebut. Perdagangan bebas dapat juga
menimbulkan dampak negatif yaitu jika produk
Ketika batasan-batasan perdagangan menjadi yang dihasilkan sama dengan produk impor dan
semakin tipis maka dunia akan menjadi memiliki tingkat daya saing yang relatif rendah.
borderless world, artinya setiap negara bebas Satu-satunya cara untuk menjadi pemenang
untuk memasarkan produknya ke negara lain. adalah dengan memiliki daya saing tinggi dan
Perdagangan negara yang tanpa hambatan terus melakukan inovasi. Menurut Ahmed &
berpeluang memberi manfaat terhadap masing- Shepherd (2010: 4), inovasi sangat penting
masing negara melalui spesifikasi produk yang dengan munculnyamasyarakat berpengetahuan
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

(knowledge society) dimana kreasi dan (Calantone et al., 2002) dan orientasi
komersialisasi pengetahuan mendukung pembelajaran (Jimenez et al., 2008) adalah
kesuksesan tingkat perusahaan dan nasional. komitmen terhadap pembelajaran, open
Pada industri barang konsumsi di Jawa Barat mindedness, berbagi visi, dan
terdapat fenomena tentang tingkat inovasi intrarorganizational knowledge sharin.
organisasional yang masih belum baik dan
diduga karena masih belum baiknya tingkat Kemitraan dengan Pemasok-Pelanggan
pembelajaran organisasional yang dimiliki dan merupakan hubungan jangka panjang antara
tingkat hubungan dengan para pemasok- organisasi dengan para pemasok dan pelanggan
pelanggan yang masih belum kuat. Fenomena yang bertujuan meningkatkan kapabilitas
tingkat inovasi organisasional yang belum baik operasional dan strategis dari organisasi, dan
juga diduga karena masih belum baiknya penerapan aturan yang digunakan untuk
kapasitas absorptif. mengelola keluhan pelanggan dan
meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah jumlah dan kualitas hubungan yang dibangun
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai serta kemampuan memperoleh sumber daya
berikut: yang berharga. Bernardes (2010) dan Echols
1) Sejauhmana pengaruh Pembelajaran dan Tsai (2005) menggunakan dimensi-dimensi
Organisasional dan Kemitraan dengan modal sosial untuk mengukur kuat lemahnya
pemasok-pelanggan secara simultan dan hubungan dengan pemasok-pelanggan yaitu dari
parsial terhadap Kapasitas absorptif di tingkat pengakaran (embeddedness). Dimensi-
industri barang konsumsi di Jawa Barat. dimensi modal sosial terbagi menjadi: structural
2) Sejauhmana pengaruh Kapasitas absorptif embeddedness, relational embeddedness, dan
terhadap Inovasi Organisasional di industri resources embeddedness.
barang konsumsi di Jawa Barat.
3) Sejauhmana pengaruh Pembelajaran
Kapasitas Absorptif adalah kemampuan suatu
Organisasional dan Kemitraan dengan
perusahaan untuk mengidentifikasi dan
pemasok-pelanggan terhadap Inovasi
mengevaluasi pengetahuan yang bernilai,
Organisasional secara langsung dan tidak
menyerap pengetahuan eksternal,
langsung melalui Kapasitas absorptif di
mengkombinasikan pengetahuan baru dengan
industri barang konsumsi di Jawa Barat.
yang sudah ada, dan memanfaatkan
4) Apakah terdapat perbedaan persepsi
pengetahuan ke dalam operasi-operasi
perusahaan terhadap rata-rata rata nilai
perusahaan untuk tujuan-tujuan komersial.
diantara keenan jenis perusahaan dan
Dimensi-dimensi kapasitas absorptif yang
ketiga skala ukuran perusahaan pada
dikemukakan oleh Zahra dan George (2002)
industri barang konsumsi dalam
adalah akuisisi pengetahuan, asimilasi
memersepsikan inovasi organisasinal,
pengetahuan, alih ragam pengetahuan, dan
pembelajaran organisasional, kemitraan
eksploitasi pengetahuan. Inovasi Organisasional
dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas
adalah kemauan dan kemampuan organisasi
absorptif.
untuk mengadopsi dan/atau mengembangkan
inovasi dalam bentuk produk, pelayanan,
proses, teknik manajemen, dan sistem-sistem
2. KERANGKA PEMIKIRAN bisnis yang memberikan manfaat nyata bagi
individu, kelompok, organisasi atau masyarakat
Pembelajaran organisasional adalah proses
yang lebih luas. Dimensi-dimensi inovasi
mengembangkan pengetahuan mengenai
Organisasional yang dikemukakan Jimenez et al.
hubungan tindakan dan hasil antara organisasi
(2008) adalah inovasi produk, inovasi pemasaran,
dan lingkungan dengan menerapkan nilai-nilai
inovasi proses, dan inovasi administratif.
berupa: komitmen terhadap pembelajaran, open
mindedness, berbagi visi, dan
intrarorganizational knowledge sharing yang Pengaruh Pembelajaran Organisasional
dimaksudkan untuk perbaikan organisasi. terhadap Kapasitas absorptif
Keskin, 2006 menyampaikan dimensi-dimensi Suatu organisasi yang telah memiliki budaya
pembelajaran organisasional yang digunakan pembelajaran yang kuat berarti organisasi
untuk mengukur budaya pembelajaran

419
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

tersebut memiliki tingkat komitmen yang tinggi Pengaruh Kemitraan dengan pemasok-
terhadap pembelajaran, tingkat Open- pelanggan terhadap Kapasitas absorptif
mindedness yang tinggi, tingkat Shared vision Organisasi yang melakukan interaksi dengan para
yang tinggi, dan tingkat Intraorganizational pemasok dan pelanggan dalam jangka panjang,
knowledge sharing yang tinggi pula. Organisasi dan dengan frekuensi yang lebih sering akan
yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi mendapat informasi dan pengetahuan yang
terhadap pembelajaran akan menunjukkan beragam dan dalam jumlah yang besar serta
sejauhmana nilai-nilai organisasi dapat berkualitas. Dalam jejaring sosial yang beragam,
meningkatkan budaya pembelajaran (Keskin, perusahaan-perusahaan dapat mengakses
2006: 404). Organisasi menganggap bahwa bermacam-macam pengetahuan, dan
pembelajaran sangat penting karena merupakan pengetahuan yang diperoleh dapat dilihat dari
kunci mencapai keunggulan bersaing, kunci jumlah, variasi, serta kualitasnya; hal tersebut
untuk melakukan perbaikan, sebagai jaminan dinyatakan oleh Koka and Prescott, 2002
keberlangsungan organisasi, dan pembelajaran (dalam Casanueve, 2010) bahwa akibat yang
adalah investasi bukan pengeluaran sehingga dihasilkan dari akses terhadap informasi adalah:
organisasi berusaha mencari informasi dari luar information volume, information diversity dan
organisasi dengan frekuensi yang lebih sering. information richness.

Organisasi yang selalu membuka pikirannya Ketiga hal tersebut diperlukan untuk
akan dengan mudah bisa menerima informasi meningkatkan kapasitas organisasi dalam
tentang harapan-harapan konsumen dan mengevaluasi dan menyerap pengetahuan baru,
informasi tentang pasar input maupun output mengkombinasikan pengetahuan baru dengan
sehingga menimbulkan keinginan untuk yang sudah ada untuk kemudian memanfaatkan
mengevaluasi operasional organisasi yang rutin dalam tujuan-tujuan komersial. Kapasitas
dan menerima ide-ide baru. Organisasi yang mengkombinasikan atau mengolah informasi
selalu berbagi visi akan memiliki tingkat inilah yang disebut dengan Kapasitas absorptif.
komitmen yang tinggi pada pencapaian visi Demikian pula hubungan dengan pelanggan yang
organisasi yang berarti fokus pada upaya agar diukur dengan menggunakan pendekatan modal
organisasi berumur panjang. Organisasi tersebut sosial dengan dimensi-dimensi structural
akan lebih fokus pada pembelajaran atau selalu embeddedness, dan relational embeddedness
mengarahkan pada pembelajaran (Keskin, 2006: (Tsai, Yi-Ching, 2006). Dimensi structural
404). Organisasi yang selalu berbagi pengetahuan embeddedness mengukur kemudahan menerima
di dalam organisasi memiliki keyakinan kolektif informasi baru, adanya pertukaran informasi di
dan perilaku untuk menyebarkan pembelajaran antara anggota-anggota jejaring, banyaknya
diantara unit-unit yang berbeda dalam organisasi. jumlah pelanggan dan berapa persen dari jumlah
Organisasi seperti ini dapat meningkatkan pelanggan yang bersedia memberikan informasi.
kemampuan berfikir bersama melalui dialog, Dengan demikian structural embeddedness
berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara berpengaruh terhadap Kapasitas absorptif.
unit dalam organisasi. Keempat dimensi Dimensi relational embeddedness mengukur
pembelajaran tersebut mengarah pada pentingnya bahwa interaksi yang kuat di antara anggota akan
pembelajaran, dan pembelajaran akan menumbuhkan rasa saling percaya, saling
menghasilkan pengetahuan dan pengalaman. memahami sehingga pelanggan akan
Perusahaan membutuhkan pengetahuan memberikan informasi tentang perbaikan produk
sebelumnya untuk dapat menyerap pengetahuan dan pelayanan. Dengan demikian relational
baru (Daghfous, 2004), Pengalaman sebelumnya embeddedness berpengaruh terhadap Kapasitas
juga berpengaruh terhadap kapasitas absorptif absorptif.
(Zahra dan George, 2005). Dengan pembelajaran,
organisasi memiliki pengetahuan dalam jumlah Pengaruh Kapasitas absorptif terhadap
yang besar dan bervariasi, dan ini akan Inovasi Organisasional
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk Kapasitas absorptif merupakan suatu
memproses pengetahuan yaitu dengan kemampuan organisasi untuk mengenali,
mengevaluasi pengetahuan-pengetahuan yang mengkategorikan nilai-nilai dari informasi baru,
bernilai, melakukan asimilasi, menyatukannya, dan menerapkannya dalam
mengalihragamkan, dan menerapkan tujuan-tujuan komersial (Cohen danLevinthal,
pengetahuan tersebut untuk tujuan komersial. 1990). Definisi tersebut menitikberatkan

420
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

pentingnya Kapasitas absorptif bagi organisasi Pengaruh Pembelajaran Organisasional


untuk mengeksplor dan mengekspolitasi terhadap Inovasi Organisasional
informasi dan pengetahuan baru yang ada di
lingkungan internal atau eksternal organisasi Lin (2006) menjelaskan dalam hasil
untuk meningkatkan inovasi organisasional. penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran
organisasional terhadap inovasi organisasional
Studi-studi yang dilakukan sebelumnya menurut Marsick & Watkins (2003) dan
menemukan bahwa ada pengaruh positif dari Calantone et al. (2002) sebagai berikut:
Kapasitas absorptif terhadap inovasi Pembelajaran mempengaruhi inovasi melalui
organisasional (Chen, 2004 dan Tsai, 2001 dalam tiga cara:
Lin, 2006). Pengaruh utama dari Kapasitas 1. Organisasi yang memiliki komitmen
absorptif adalah meningkatnya kemampuan terhadap pembelajaran cenderung melakukan
memproses informasi. Dalam inovasi, organisasi interaksi dengan lingkungan eksternal
memerlukan sejumlah informasi dan dengan frekuensi yang lebih sering.
pengetahuan yang diperoleh dari luar organisasi Organisasi mengetahui
maupun dari dalam unit organisasi itu sendiri informasi/pengetahuan tentang teknologi
tetapi sejumlah informasi dan pengetahuan yang baru sehingga mendorong organisasi
diperoleh tersebut bukan jaminan untuk memiliki ide-ide untuk memperkenalkan
suksesnya suatu inovasi. Kapasitas absorptif proses dan teknologi baru. Interaksi dengan
memainkan peran dalam meningkatkan lingkungan membantu organisasi sensitif
kemampuan perusahaan untuk mengklasifikasi, terhadap permintaan pasar potensial dan
menyatukan informasi-informasi penting. mendorong melakukan inovasi produk untuk
mengisi kesempatan-kesempatan pasar baru.
Zahra dan George (2002) menyatakan bahwa 2. Secara internal mendorong anggota-anggota
Kapasitas absorptif adalah seperangkat rutinitas organisasi untuk melakukan dialog dan
dan proses organisasional, dimana perusahaan berkolaborasi yang dapat memunculkan ide-
memperoleh, berasimilasi, mengalihragamkan, ide baru. Transfer pengetahuan sangat
dan memanfaatkan pengetahuan untuk penting dalam melakukan inovasi. Anggota
menghasilkan kemampuan organisasi yang organisasi belajar dan mengemukakan
dinamis. Dalam hal ini ada empat kapabilitas pendapat dari perspektif yang berbeda
yang diusulkan dalam kapasitas absorptif yaitu: sehingga perbedaan secara individual
(1) memperoleh, (2) mengasimilasi, (3) mendorong lebih open mindedness.
mengalihragamkan, dan (4) memanfaatkan Kemauan untuk mempertimbangkan usulan
pengetahuan. Keempat kapabilitas tersebut dan informasi yang beragam mengakibatkan
memainkan peran yang berbeda tetapi saling kemapuan melakukan inovasi lebih kuat.
melengkapi dalam menjelaskan bagaimana 3. Pembelajaran mengarahkan dan mendorong
kapasitas absorptif mempengaruhi inovasi. pembelajaran individual secara kontinyu
Kapabilitas alih ragam dan pemanfaatan sehingga meningkatkan kapabilitas anggota
berpengaruh lebih besar terhadap inovasi organisasi untuk menciptakan ide-ide baru,
perusahaan. Kapabilitas alih ragam membantu mengasimilasi teknologi baru, dan
perusahaan untuk mengembangkan blueprints melakukan inovasi melalui pengetahuan dan
produk-produk baru dengan informasi dan kapabilitas terkini.
teknologi baru sedangkan menurut Kogut dan
Zander, 1996 (dalam Gao et al., 2008) Penelitian-penelitian terdahulu yang
kapabilitas pemanfaatan dapat memasukkan mengemukakan adanya pengaruh positif dari
pengetahuan ke dalam produk-produk baru. pembelajaran organisasional terhadap inovasi
Kapabilitas asimilasi diperlukan untuk alih organisasional adalah penelitian yang dilakukan
ragam sehingga perusahaan dengan tingkat alih oleh Keskin (2006), Jimenez (2008), Rhodes et
ragam pengetahuan dan kapabilitas al. (2008), Morales et al. (2005), dan Lin
pemanfaatan pengetahuan yang tinggi (2006).
cenderung lebih inovatif dibanding dengan yang
lebih rendah. Studi yang dilakukan sebelumnya Peng Kemitraan dengan Pemasok-Pelanggan
menurut: Tsai, Yi-Ching. (2006); menemukan terhadap Inovasi Organisasional
bahwa ada pengaruh positif dari Kapasitas
absorptif terhadap inovasi organisasional.

421
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Hubungan dengan pelanggan mendorong Teknik pengambilan sampel yang akan


organisasi untuk memahami kebutuhan- digunakan dalam penelitian ini adalah
kebutuhan pelanggan sebelum produk didesain disproportionate stratified random sampling.
dan dikembangkan. Setelah proses penyampaian Pengumpulan data dalam penelitian ini
akan berpengaruh pada kepuasan produk dan dilakukan dengan mengkomunikasikan
pelayanan sehingga timbul keluhan jika instrumen penelitian yaitu kuesioner melalui
pelanggan merasa tidak puas. Hal tersebut Wawancara Personal. Kuesioner
mendorong perusahan untuk berinovasi (Prajogo menggunakan skala numerikal (numerical
et al., 2004). scale) yaitu sebuah instrumen pengukuran yang
Hubungan dengan pemasok dapat memberikan digunakan untuk mengukur sikap atau perasaan
informasi kepada perusahaan tentang dan dianggap memiliki interval yang sama
ketersediaan dan kebaruan dari bahan baku, serta sehingga tingkat pengukuran yang diberikan
penggunaan teknologi baru sehingga mendorong oleh numerical scale adalah interval, hal
melakukan inovasi produk dan proses (Prajogo et tersebut sesuai dengan pendapat yang
al., 2004). Cantista (2008) dan Yang XU (2006) dikemukakan Cooper dan Schindler (2003: 254-
juga mengemukakan adanya pengaruh 256).
‘hubungan dengan pemasok-pelanggan’
terhadap inovasi perusahaan. 4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

3. METODOLOGI 4.1 Model Pengukuran


Model pengukuran merupakan model yang
Metode Penelitian yang digunakan adalah menghubungkan antara variabel laten dengan
Metode Survei Penjelasan (explanatory survey variabel manifes. Pada penelitian ini terdapat 4
method) yaitu suatu metode survei untuk variabel laten dengan jumlah variabel manifes
mengungkap kejelasan hubungan dan pengaruh sebanyak 15. Variabel laten pembelajaran
antara variabel penelitian (Cooper and organisasional terdiri dari 4 variabel manifes,
Schindler, 2007). Metode analisis menggunakan kemitraan dengan pemasok-pelanggan terdiri
model persamaan struktural (Structural dari 3 variabel manifes, kapasitas absorptif
Equations Modeling) dan ANOVA yang terdiri dari 4 variabel manifes dan inovasi
digunakan untuk membandingkan rata-rata organisasional terdiri dari 4 variabel manifes.
setiap variabel diantara jenis perusahaan yang Diagram jalur full model pengaruh
berbeda pada industri barang konsumsi yaitu: pembelajaran organisasional dan kemitraan
makanan dan minuman, pakaian, kosmetik, dengan pemasok-pelanggan terhadap kapasitas
mainan anak, kerajinan, dan olahan kulit; dan absorptif serta implikasinya terhadap inovasi
dilakukan juga untuk membandingkan rata-rata organisasional seperti terlihat pada Gambar 1
setiap variabel diantara tiga ukuran perusahaan berikut ini:
yang berbeda yaitu: kecil, menengah, dan besar.

0,3444 0,2576 0,1863 0,2122

0,4500 X1.1 Y1 Y2 Y3 Y4
0,7416
0,4546 X1.2 0,7385

0,8332
PO
0,3057 X1.3
0,8841
0,3578
Z1 0,2966
0,2184 X 1.4
0,2522 0,8387
Z2 0,3822
0,5352

ζ1 AC 0,5084 IO
0,7860
0,8413
0,2013 0,8230
Z3 0,2922
0,3997
0,2924
0,2794 X2.1 0,8489 0,6187 Z3 0,3227

0,2058 X2.2 0,8912


T PR ζ2
0,9185
0,1564 X2.3

Gambar 1. Koefisien Standarisasi Permodelan Persamaan Struktural

Melalui bobot faktor yang terdapat pada Gambar 1 dapat ditunjukkan:

422
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

1) Pada variabel laten pembelajaran pengetahuan) paling kuat dalam


organisasional (PO), indikator X1.4 (berbagi merefleksikan variabel laten kapasitas
pengetahuan di dalam organisasi) paling absorptif (AC) sedangkan indikator Y1
kuat dalam merefleksikan variabel laten (akuisisi pengetahuan) merupakan yang
pembelajaran organisasional (PO), paling lemah dalam merefleksikan variabel
kemudian disusul indikator X1.3 laten kapasitas absorptif (AC). Dengan
(keterbukaan pemikiran). Sedangkan demikian dapat dikatakan bahwa
indikator X1.2 (berbagi visi) paling lemah perusahaan pada industri barang konsumsi
dalam merefleksikan variabel laten mempersepsikan alih ragam pengetahuan
pembelajaran organisasional (PO). Dengan merupakan dimensi terpenting. Hal tersebut
demikian dapat dikatakan bahwa terjadi karena alih ragam pengetahuan
perusahaan pada industri barang konsumsi menghasilkan ide-ide cemerlang untuk
memersepsikan berbagi pengetahuan di produk, pelayanan, dan proses produksi,
dalam organisasi merupakan dimensi dan hal ini merupakan perwujudan dari
terpenting. Melalui berbagi pengetahuan kapasitas absorptif yang dalam
akan meningkatkan terjadinya implementasinya harus didukung dengan
pembelajaran tim yang efektif yang adanya kegiatan penelitian dan
merupakan sinergi pengetahuan dari semua pengembangan yang intensif.
karyawan dan hal ini akan berdampak pada
4) Pada variabel laten inovasi organisasional
terwujudnya modal manusia.
(IO), indikator Z3 (inovasi administratif)
2) Pada variabel laten kemitraan dengan paling kuat dalam merefleksikan variabel
pemasok-pelanggan (TPR), indikator X2.3 laten inovasi organisasional (IO),
(tingkat ketergantungan karena sumber sebaliknya indikator Z2 (inovasi proses)
daya) paling kuat dalam merefleksikan paling lemah dalam merefleksikan variabel
variabel laten kemitraan dengan pemasok- laten inovasi organisasional (IO). Dengan
pelanggan (TPR), kemudian disusul demikian dapat dikatakan bahwa
indikator X2.2 (tingkat ketergantungan perusahaan pada industri barang konsumsi
relasional). Sedangkan indikator X2.1 memersepsikan inovasi administratif
(tingkat ketergantungan secara struktural) merupakan dimensi terpenting. Inovasi
paling lemah dalam merefleksikan variabel administratif yang baik menjadikan
laten kemitraan dengan pemasok-pelanggan organisasi bisnis memiliki sistem
(TPR). Dengan demikian dapat dikatakan operasional yang baik.
bahwa perusahaan pada industri barang
konsumsi mempersepsikan tingkat
ketergantungan karena sumber daya 4.2 Model Struktural
merupakan dimensi terpenting. Hal tersebut Model struktural adalah model yang
terjadi karena pada dasarnya kemitraan menghubungkan variabel laten exogenous
dengan pemasok-pelanggan bertujuan dengan variabel laten endogenous atau
untuk mendapatkan pelanggan yang loyal hubungan variabel endogenous dengan variabel
dan mendapatkan pemasok yang dapat endogenous lainnya. Tabel 1 berikut
memberikan efisiensi biaya. menggambarkan rangkuman nilai-nilai yang
digunakan dalam model struktural.
3) Pada variabel laten kapasitas absorptif
(AC), indikator Y3 (alih ragam

Tabel 1.Rangkuman Hasil Uji Statistik


Sub Struktur Jalur Koefisien thitung* R-Square
Pertama PO è AC 0,3578 3,7231 0,4648
TPR è AC 0,3997 4,2459
Kedua PO è IO 0,2522 2,9124 0,7076
TPR è IO 0,2013 2,3261
AC è IO 0,5084 6,0658
*tkritis = 1,96

423
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Pembelajaran organisasional dan kemitraan a) Pengaruh pembelajaran organisasional


dengan pemasok-pelanggan secara bersama- terhadap kapasitas absorptif
sama memberikan pengaruh sebesar 46,48% 1. Pengaruh langsung pembelajaran
terhadap kapasitas absorptif, sedangkan sisanya organisasional = (0,3578)2 × 100% =
sebesar 53,52% dipengaruhi oleh faktor-faktor 12,80%
lain yang tidak diteliti. Faktor-faktor lain yang 2. Pengaruh tidak langsung pembelajaran
mempengaruhi kapasitas absorptif adalah organisasional melalui kemitraan
faktor-faktor internal yaitu: organizational dengan pemasok-pelanggan = (0,3578)
structure, size, strategy, dan prior knowledge × (0,6187) × (0,3997) × 100% = 8,85%
base, individual kapasitas absorptif, level of b) Pengaruh kemitraan dengan pemasok-
education and academic degree, divercity of pelanggan terhadap kapasitas absorptif
backgrounds, level of internal communication, 1. Pengaruh langsung kemitraan dengan
investment in R&D dan organizational pemasok-pelanggan = (0,3997)2 ×
responsiveness; dan faftor-faktor eksternal yaitu: 100% = 15,98%.
external knowledge environment, dan a firm’s 2. Pengaruh tidak langsung kemitraan
position in knowledge network. Pembelajaran dengan pemasok-pelanggan melalui
organisasional, kemitraan dengan pemasok- pembelajaran organisasional = (0,3997)
pelanggan dan kapasitas absorptif secara × (0,6187) × (0,3578) × 100% = 8,85%
bersama-sama memberikan pengaruh sebesar Diantara kedua variabel bebas, kemitraan
70,76% terhadap inovasi organisasional, dan dengan pemasok-pelanggan memberikan
sisanya sebesar 29,24% dipengaruhi oleh kontribusi yang lebih besar terhadap kapasitas
faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Faktor- absorptif, yaitu total sebesar 24,83%.
faktor lain yang mempengaruhi inovasi Sementara variabel pembelajaran
organisasional adalah: faktor yang berdasarkan organisasional secara total hanya memberikan
karakteristik atau perilaku anggota organisasi, kontribusi sebesar 21,65% terhadap kapasitas
faktor yang berasal dari luar organisasi, dan absorptif pada perusahaan industri barang
faktor yang berdasarkan karakteristik konsumsi di Jawa Barat.
organisasi. Kemitraan dengan pemasok-pelanggan
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis memberikan kontribusi yang lebih besar
untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh terhadap kapasitas absorptif jika dibandingkan
pembelajaran organisasional dan kemitraan dengan pembelajaran organisasional. Hal
dengan pemasok-pelanggan terhadap kapasitas tersebut dapat dijelaskan karena dalam
absorptif serta implikasinya terhadap inovasi penerapannya perusahaan lebih sering
organisasional. menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang
diperoleh dari para pemasok dan pelanggan ke
Pengaruh Pembelajaran Organisasional dan dalam operasi-operasinya, seperti pengetahuan
Kemitraan Dengan Pemasok-Pelanggan pelanggan yang dituangkan ke dalam desain
Terhadap Kapasitas Absorptif produk, kebaruan produk maupun keunikan
Secara bersama-sama kedua variabel produk, dan pengetahuan pemasok yang
independen (pembelajaran organisasional dan dituangkan ke dalam formula produk maupun
kemitraan dengan pemasok-pelanggan) efisiensi penggunaan bahan baku.
memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar
46,48% terhadap kapasitas absorptif pada Pengaruh Pembelajaran Organisasional,
perusahaan industri barang konsumsi di Jawa Kemitraan Dengan Pemasok-Pelanggan,
Barat. Sementara sisanya sebesar 53,52% dan Kapasitas Absorptif Terhadap Inovasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar kedua Organisasional
variabel independen yang diteliti. Melalui nilai-nilai koefisien jalur dapat
dihitung besar pengaruh masing-masing
Melalui nilai-nilai koefisien jalur yang terdapat
variabel bebas (pembelajaran organisasional,
pada Tabel 1.1 dapat dihitung besar pengaruh
dan kemitraan dengan pemasok-pelanggan)
masing-masing variabel bebas (pembelajaran
terhadap inovasi organisasional sebagaimana
organisasional dan kemitraan dengan pemasok-
tampak pada Tabel 2 berikut ini:
pelanggan) terhadap kapasitas absorptif.

424
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Tabel 2
Besar Pengaruh Pembelajaran organisasional (PO), Kemitraan dengan pemasok-pelanggan (TPR) dan
Kapasitas absorptif (AC) terhadap Inovasi organisasional (IO)

Pengaruh
Variabel Bebas Koefisien Jalur Melalui AC Total
Langsung
PO 0,2522 6,36% 7,76% 14,12%
TPR 0,2013 4,05% 6,36% 10,41%
AC 0,5084 25,85% - 24,53%

Diantara ketiga variabel bebas, kapasitas sudah memiliki dan melaksanakan kapasitas
absorptif memberikan kontribusi yang paling absorptif. Meskipun kapasitas absorptif pada
besar terhadap inovasi organisasional, perusahaan-perusahaan di industri barang
sebaliknya variabel kemitraan dengan konsumsi baru memadai namun sudah dapat
pemasok-pelanggan memberikan kontribusi mendorong terciptanya inovasi
yang paling kecil terhadap inovasi
organisasional. Dari Pembelajaran
organisasional pada perusahaan industri barang
Organisasional dan Kemitraan dengan pemasok-
konsumsi di Jawa Barat. Dari Tabel 1.2
pelanggan diperoleh pengetahuan dalam jumlah
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tidak
yang besar dan bervariasi tentang pesaing,
langsung dari pembelajaran organisasional dan
industri, pemasok dan pelanggan, dan ini akan
kemitraan dengan pemasok-pelanggan
ditindaklanjuti dengan memroses pengetahuan
terhadap Inovasi Organisasional lebih besar
yaitu dengan mengevaluasi pengetahuan-
dibanding dengan pengaruh langsung sehingga
pengetahuan yang bernilai, melakukan asimilasi,
kapasitas absorptif merupakan variabel
mengalihragamkan, dan menerapkan
intervening. Karena kapasitas absorptif
pengetahuan tersebut melalui operasi-operasi
merupakan variabel intervening maka inovasi
perusahaan untuk tujuan komersial.
organisasional di industri barang konsumsi
dapat tercapai jika perusahaan-perusahaan

Pengaruh Kapasitas Absorptif terhadap organisasional pada perusahaan industri


Inovasi Organisasional barang konsumsi di Jawa Barat digambarkan
Pengaruh kapasitas absorptif terhadap inovasi dalam Gambar 2 sebagai berikut :

0,3444 Y1 Z1 0,2966
0,8097 0,8387
0,2576 Y2 0,8616 Z2 0,3822
0,7860
0,9021 AC 0,5084 IO
0,1863 Y3 0,8413
0,8876 0,8230
Z3 0,2922

0,2122 Y4 Z3 0,3227

Gambar 2
Pengaruh Kapasitas Absorptif terhadap Inovasi Organisasional

Kapasitas absorptif memberikan kontribusi di luar penelitian memberikan kontribusi


sebesar 24,53% terhadap inovasi sebesar 75,47%. Variabel-variabel lain
organisasional perusahaan-perusahaan pada tersebut adalah: Karakteristik/Perilaku
industri barang konsumsi di Jawa Barat dan Anggota Organisasi, Karakteristik Organisasi,
DKI Jakarta sedangkan variabel-variabel lain Faktor-faktor dari Luar Organisasi,

425
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Pemberdayaan Manusia, Teknologi, customize. Kemampuan untuk mengolah


Transformasi Organisasi, kepemimpinan, dan informasi yang diperoleh dan menyatukannya
Iklim kreatif. dengan yang sudah ada akan menghasilkan
Pada perusahaan-perusahaan di industri barang gagasan cemerlang tentang produk yang pada
konsumsi menunjukkan bahwa kapasitas akhirnya diikuti dengan upaya untuk
absorptif ditandai dengan kemampuan merealisasikannya. Di industri barang
memroses informasi. Perusahaan barang-barang konsumsi, sebagian perusahaan memiliki
konsumsi sudah melakukan aktivitas intensitas kegiatan penelitian dan
pengumpulan informasi melalui keikutsertaan pengembangan yang baik sehingga terciptanya
secara aktif dalam Asosiasi, menerbitkan kartu inovasi proses dan inovasi produk dapat
anggota, keberadaan customer call-centre, terlaksana dengan baik. Namun pada sebagian
melaksanakan acara bersama pelanggan dan perusahaan yang telah menghasilkan ide-ide
distributor sehingga pengetahuan tentang cemerlang belum dapat melaksanakan inovasi
pesaing dan harapan-harapan pelanggan proses dan inovasi produk dengan baik karena
diperoleh. Pada perusahaan-perusahaan di tidak didukung oleh kemampuan menciptakan
industri barang konsumsi, pengetahuan yang model melalui kegiatan penelitian dan
telah diperoleh dari luar organisasi diikuti pengembangan. Terdapat pengaruh positif dari
dengan kemampuan mengklasifikasi, Kapasitas absorptif terhadap inovasi
menyatukan informasi-informasi penting organisasional, hal ini didukung oleh pendapat
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, dari Tseng, C.Y. et al. (2011), Zheng, S. et al.
misalnya kemampuan menyatukan harapan (2011), Chen, 2004 dan Tsai, 2001 (dalam Lin,
pelanggan tentang produk baru dengan 2006), Zahra dan George (2002), dan Tsai, Yi-
pengetahuan yang dimiliki tentang merancang Ching (2006).
produk akan menghasilkan produk yang

4.3 Analisis Uji Beda


Membedakan Pembelajaran Organisasional jenis industri ditunjukkan pada Tabel 3
Berdasarkan Jenis Industri berikut:
Pembelajaran organisasional pada industri
barang konsumsi di Jawa Barat berdasarkan

Tabel 3
Pembelajaran Organisasi Berdasarkan Jenis Industri

No Jenis Industri n Rata-Rata p-value


1 Boneka 5 3,36
2 Busana 31 3,70
3 Kerajinan 51 3,89
4 Kosmetik 8 3,63 0,664
5 Makanan 33 3,85
6 Olahan Kulit 10 3,56
Total 138 3,78

Pada Tabel 3 dapat dilihat rata-rata skor perusahaan dengan jenis industri yang berbeda
pembelajaran organisasional pada semua memiliki persepsi yang sama terhadap
industri yaitu: boneka/mainan anak, industri pembelajaran organisasional. Pembelajaran
busana, industri kerajinan, industri kosmetik, organisasional bersifat natural karena
industri makanan, dan industri olahan kulit dilakukan oleh semua organisasi, namun tidak
antara 3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan semua organisasi akan menjadi organisasi
uji ANOVA menyimpulkan tidak terdapat pembelajar (Senge, 1994).
perbedaan yang signifikan pada pembelajaran Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail
organisasional bila dilihat berdasarkan jenis (2005) pada organisasi-organisasi bisnis
industri (p-value = 0,664 > 0,05). Artinya manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan

426
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

asuransi, konsultan, pengembang, dan Membedakan Kemitraan Dengan Pemasok-


pendidikan dengan ukuran perusahaan besar, Pelanggan Berdasarkan Jenis Industri
menengah, dan kecil menghasilkan bahwa Kemitraan industri barang konsumsi di Jawa
tidak terdapat perbedaan persepsi dari jenis Barat dengan pemasok-pelanggan berdasarkan
organisasi tersebut terhadap pembelajaran jenis industri ditunjukkan pada Tabel 4 berikut
organisasional. ini:

Tabel 4
Kemitraan Dengan Pemasok Pelanggan Berdasarkan Jenis Industri

p-value
No Jenis Industri n Rata-Rata
1 Boneka 5 3,71
2 Busana 31 4,13
3 Kerajinan 51 3,93
0,707
4 Kosmetik 8 4,22
5 Makanan 33 4,00
6 Olahan Kulit 10 3,78
Total 138 3,99

untuk menghasilkan produk teknologi canggih,


Pada Tabel 4 dapat dilihat rata-rata skor aliran komunikasi yang efektif,
kemitraan dengan pemasok pelanggan pada pengiriman lebih dapat diandalkan, dan
industri boneka/mainan anak, industri kualitas bahan baku yang lebih baik. Dari
kerajinan, dan industri olahan kulit antara 3 – analisis deskriptif sebelumnya diketahui
< 4, sedangkan industri busana, industri adanya kemitraan dengan pemasok yang
kosmetik, dan industri makanan dengan rata- belum baik sehingga perusahaan-perusahaan
rata skor antara 4 – < 5. Hasil pengujian pada industri barang konsumsi perlu
menggunakan uji ANOVA menyimpulkan meningkatkan hubungan yang bersifat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang collaborative partnership.
signifikan pada kemitraan dengan pemasok- Hubungan dengan pelanggan merupakan
pelanggan bila dilihat berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan produsen untuk
industri (p-value = 0,707 > 0,05). Artinya memahami permintaan pelanggan dan
perusahaan dengan jenis industri yang berbeda meningkatkan kepuasan pelanggan. Suatu
memiliki persepsi yang sama terhadap strategi CRM yang baik dapat meningkatkan
kemitraan dengan pemasok-pelanggan. Pada penjualan melalui perbaikan hubungan dengan
dasarnya secara natural kemitraan dengan para pelanggan sehingga dapat meningkatkan
pemasok diperlukan dan memanfaatkan loyalitas pelanggan (Huang and Lin, 2005).
hubungan untuk meminimalkan biaya Perusahaan-perusahaan pada industry barang
pembelian dari pemasok (Humphreys et al., konsumsi menyadari pentingnya fokus
2001 dalam Petison et al., 2008). terhadap pelanggan sehingga memiliki
Menurut Humphreys et al., 2001 (dalam persepsi yang sama.
Petison et al., 2008) tipe hubungan dengan
pemasok ada dua yaitu adversarial dan Membedakan Kapasitas Absorptif
collaborative partnership. Tipe hubungan Berdasarkan Jenis Industri
seperti di atas termasuk tipe adversarial. Tipe Kapasitas absorptif industri barang konsumsi
hubungan partner kolaborasi mendasarkan di Jawa Barat berdasarkan jenis industri
pada hubungan jangka panjang dengan sedikit ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini:
pemasok terpilih dan tujuan dari tipe hubungan
ini tidak hanya pada efisiensi biaya tetapi juga

427
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Tabel 5
Kapasitas Absorptif Berdasarkan Jenis Industri
No Jenis Industri n Rata-Rata p-value

1 Boneka 5 3,68
2 Busana 31 3,99
3 Kerajinan 51 3,95
4 Kosmetik 8 3,85 0,985

5 Makanan 33 3,93
6 Olahan Kulit 10 3,86
Total 138 3,93

Pada tabel 5 dapat dilihat rata-rata skor persepsi yang sama terhadap kapasitas
kapasitas absorptif pada semua jenis industri absorptif.
antara 3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan
uji ANOVA menyimpulkan tidak terdapat Membedakan Inovasi Organisasional
perbedaan yang signifikan pada kapasitas Berdasarkan Jenis Industri
absorptif bila dilihat berdasarkan jenis industri Inovasi organisasional industri barang
(p-value = 0,985 > 0,05). Artinya perusahaan konsumsi di Jawa Barat berdasarkan jenis
dengan jenis industri yang berbeda memiliki industri ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6
Inovasi Organisasional Berdasarkan Jenis Industri
No Jenis Industri N Rata-Rata p-value
1 Boneka 5 3,50
2 Busana 31 3,56
3 Kerajinan 51 3,47
4 Kosmetik 8 3,60 0,997
5 Makanan 33 3,54
6 Olahan Kulit 10 3,43
Total 138 3,51

Pada tabel 6 dapat dilihat rata-rata skor inovasi asuransi, konsultan, pengembang, dan
organisasional pada semua jenis industri antara pendidikan dengan ukuran perusahaan besar,
3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan uji menengah, dan kecil menghasilkan bahwa tidak
ANOVA menyimpulkan tidak terdapat terdapat perbedaan persepsi dari setiap jenis
perbedaan yang signifikan pada inovasi organisasi tersebut terhadap inovasi
organisasional bila dilihat berdasarkan jenis organisasional.
industri (p-value = 0,997 > 0,05). Artinya
perusahaan dengan jenis industri yang berbeda Membedakan Pembelajaran Organisasional
memiliki persepsi yang sama terhadap inovasi Berdasarkan Ukuran Perusahaan
organisasional. Pembelajaran organisasional pada industri
Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail barang konsumsi di Jawa Barat berdasarkan
(2005) pada organisasi-organisasi bisnis ukuran perusahaan ditunjukkan pada Tabel 7
manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan berikut ini:

Tabel 7
Pembelajaran Organisasional Berdasarkan Ukuran Perusahaan

No Ukuran Perusahaan n Rata-Rata p-value


1 Kecil 70 3,71
2 Menengah 51 3,76 0,169
3 Besar 17 4,15

428
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Total 138 3,78

Pada Tabel 7 dapat dilihat rata-rata skor Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail
pembelajaran organisasional pada perusahaan (2005) pada organisasi-organisasi bisnis
kecil dan menengah antara 3 – < 4 sedangkan manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. asuransi, konsultan, pengembang, dan
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA pendidikan dengan ukuran perusahaan besar,
menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang menengah, dan kecil menghasilkan bahwa tidak
signifikan pada pembelajaran organisasi bila terdapat perbedaan persepsi dari ukuran
dilihat berdasarkan ukuran perusahaan (p-value organisasi tersebut yaitu kecil, menengah, dan
= 0,169 > 0,05). Artinya perusahaan dengan besar terhadap pembelajaran organisasional.
ukuran yang berbeda yaitu kecil, menengah, dan
besar memiliki persepsi yang sama terhadap Membedakan Kemitraan Pemasok
pembelajaran organisasional. Pembelajaran Pelanggan Berdasarkan Ukuran Perusahaan
organisasional bersifat natural karena dilakukan Kemitraan industri barang konsumsi di Jawa
oleh semua organisasi, namun tidak semua Barat dengan pemasok pelanggan berdasarkan
organisasi akan menjadi organisasi pembelajar ukuran perusahaan ditunjukkan pada Tabel 8
(Senge, 1994). berikut ini:

Tabel 8. Kemitraan Dengan Pemasok Pelanggan Berdasarkan Ukuran Perusahaan

No Ukuran Perusahaan n Rata-Rata p-value


1 Kecil 70 3,79
2 Menengah 51 4,03 <0,001
3 Besar 17 4,70
Total 138 3,99

Pada tabel 8 dapat dilihat rata-rata skor Fungsi-fungsi yang dilakukan untuk menjalin
kemitraan dengan pemasok-pelanggan pada kemitraan dengan pelanggan (adopsi dari Lin,
perusahaan kecil termasuk kategori cukup J. R. et al, 2010) yaitu:
tinggi yaitu dengan rata-rata skor a. Berbagi informasi yang merujuk
pada pertukaran informasi yang penting
antara 3 – < 4 sedangkan kemitraan dengan dan eksklusif melalui
pemasok-pelanggan pada perusahaan aktivitas interaktif antara pengusaha
menengah dan besar yaitu dengan rata-rata dengan pelanggan
skor 4 – < 5. Hasil pengujian menggunakan uji b. Keterlibatan pelanggan yang
ANOVA menyimpulkan terdapat perbedaan berhubungan dengan partisipasi
yang signifikan pada kemitraan dengan pelanggan dalam kegiatan pengembangan
pemasok pelanggan bila dilihat berdasarkan produk baru, rapat teknis, konferensi
ukuran perusahaan (p-value < 0,05). Artinya tahunan rantai suplai, dan konferensi
perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan evaluasi pasar
menengah menilai bahwa implementasi c. Kemitraan jangka panjang yang
kemitraan dengan pemasok-pelanggan sudah berhubungan dengan kepercayaan dan
baik atau sudah kuat sedangkan perusahaan- komitmen antara dua perusahaan. Kedua
perusahaan kecil menilai implementasi perusahaan harus berbagi tujuan dan
kemitraan dengan pemasok-pelanggan masih keuntungan atas dasar ketergantungan
pada kategori cukup. dan kepercayaan.
Penjelasan yang dapat diberikan untuk adanya d. Kerjasama dalam pemecahan
perbedaan penilaian terhadap kemitraan masalah, merupakan kolaborasi antara
dengan pemasok-pelanggan adalah: pengusaha dengan pelanggan dan dalam
“perusahaan dengan skala besar memiliki memecahkan masalah bersama dan
kemitraan yang kuat dengan pemasok dan berbagi tanggung jawab ketika
pelanggan karena berjalannya fungsi-fungsi menghadapi situasi yang tidak
untuk menjalin kemitraan dengan baik”. diharapkan.

429
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Tipe hubungan yang dilakukan oleh


Fungsi-fungsi yang dilakukan untuk menjalin perusahaan besar pada umumnya adalah tipe
kemitraan dengan pemasok yaitu: collaborative partnership. Hasil analisis
“Hubungan yang kuat dengan pemasok dijalin deskriptif sebelumnya diketahui bahwa
dengan keintiman, dengan intensitas yang kemitraan dengan pemasok masih belum baik
tinggi, dengan lebih mendalam, dan dalam karena penelitian ini dilakukan pada sebagian
kurun waktu yang lama”. Menurut Bstieler, L besar UKM sehingga terdapat perbedaan dalam
dan Hemmert, M (2008) berpengaruh terhadap implementasi antara UKM dengan perusahaan
informasi yang diperoleh. Hubungan seperti itu besar untuk menjalin ikatan secara
akan menimbulkan kepercayaan dan collaborative partnership.
berpengaruh pula terhadap perolehan informasi
yaitu: informasi pengembangan produk, Membedakan Kapasitas Absorptif
informasi proses manufaktur, informasi Berdasarkan Ukuran Perusahaan
logistik, dan pengawasan kualitas yang pada Kapasitas absorptif industri barang konsumsi
akhirnya mengarahkan kepada meningkatnya di Jawa Barat berdasarkan ukuran perusahaan
mass-customization capabilities (Liao, K et al, ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini:
2011).

Tabel 9. Kapasitas Absorptif Berdasarkan Ukuran Perusahaan

No Ukuran Perusahaan n Rata-Rata p-value


1 Kecil 70 3,86
2 Menengah 51 3,91 0,162
3 Besar 17 4,32
Total 138 3,93

Pada Tabel 9 dapat dilihat rata-rata skor a. Sosialisasi, aktivitas yang membantu
kapasitas absorptif pada perusahaan kecil dan pergerakan pengetahuan dalam bentuk
menengah antara 3 – < 4 sedangkan pada tacit (implisit) diantara para individu;
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. b. Eksternalisasi, aktivitas yang
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA memperlihatkan aplikasi dari
menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang pandangan yang berbentuk tacit
signifikan pada kapasitas absorptif bila dilihat (implisit) pada bentuk yang sudah
berdasarkan ukuran perusahaan (p-value = nampak (ada wujudnya) seperti
0,162 > 0,05). Artinya perusahaan dengan pekerjaan;
ukuran yang berbeda yaitu kecil, menengah, dan c. Kombinasi, aktivitas dalam bentuk
besar memiliki persepsi yang sama terhadap tiruan untuk memperlihatkan sintetis
kapasitas absorptif. bagian pengetahuan yang sudah bersifat
Usaha kecil dan menengah memiliki persepsi eksplisit;
yang sama terhadap kapasitas absorptif, hal d. Internalisasi, proses dimana salah satu
tersebut terjadi karena UKM memiliki pihak meningkatkan pengetahuan
kekhasan dalam manajemen pengetahuan. Hal mereka dengan mempelajari peristiwa-
ini dikemukakan oleh Kevin C. Desouza and peristiwa yang terjadi dalam pihak
Yukika Awazu (2006) berdasarkan hasil eksternal.
penelitian yang hasilnya adalah:
Postulat dari Nonaka dkk: “Dalam setiap
Lima Kekhasan dari Manajemen organisasi, bekerja melalui siklus SECI akan
Pengetahuan UKM: membantu dalam aktivitas menurunkan,
1. Dominasi Sosialisasi dalam siklus SECI mentransfer, dan mengaplikasikan pengetahuan”.
(socialization, externalization, combination,
and internalization); Hasil riset pada usaha kecil dan menengah
Siklus kreasi pengetahuan terdiri dari 4 menunjukkan:
aktivitas: a) Proses sosialisasi mendominasi tiga
aktivitas lainnya dalam SECI model;

430
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

b) Sosialisasi menjadi cara yang 5) Kebanyakan perusahaan kecil dan


mendominasi aktivitas transfer menengah memiliki proses yang singkat
pengetahuan dari pemilik kepada para dimana pegawai baru dapat
pegawai, dan diantara sesama pegawai; diindoktrinasi dengan pengetahuan
umum;
c) Dalam perusahaan-perusahaan kecil dan 6) Dapat dengan cepat melakujkan siklus
menengah, transfer pengetahuan perekrutan dan pelatihan;
dilakukan dengan metode sosialisasi 7) Keahlian lain dari perusahaan kecil dan
formal dan informal; menengah adalah: kemampuan
mempromosikan seseorang dengan
2. Pengetahuan Umum; cepat untuk mengisi posisi yang
1) Merupakan pengetahuan yang diketahui kosong;
oleh semua anggota organisasi,
biasanya berasal dari “common sense 4. Eksploitasi Sumber Pengetahuan Dari Luar
(perasaan bersama)”;
2) Membantu menangani pekerjaan dalam a. Perusahaan-perusahaan kecil dan
organisasi, dengan cara menyiapkan menengah memiliki keahlian khusus
kerangka berpikir yang diketahui (tangkas) dalam memperoleh
bersama; pengetahuan dari sumber luar yang
3) Pengetahuan umum yang dimiliki oleh berada disekitarnya;
para pegawai perusahaan kecil dan b. Bila memiliki kekurangan dan tidak
menengah bersifat mendalam dan luas; dapat mengkreasikan sendiri, dengan
4) Pengetahuan umum membantu mudah dapat melihat pengetahuan yang
organisasi dalam melakukan diperlukannya ke luar organisasi;
pekerjaannya dengan cara c. Untuk memanfaatkan pengetahuan yang
mempermudah aktivitas transfernya, sudah siap pakai dari pihak luar,
pemahamannya sehingga dapat pengusaha kecil dan menengah akan
dirasakan bersamaan, dan aplikasinya di membuat prioritas penerapan
lapangan. disesuaikan dengan lokasi;
d. Karena memiliki hubungan yang baik
3. Kehilangan Pengetahuan: Apakah dengan masyarakat sekitar, para
merupakan Problem atau Tidak? pengusaha kecil dan menengah mudah
menerapkan pengetahuan yang didapat
1) Para usaha kecil dan menengah tidak dari lingkungannya;
pernah mempertimbangkan bahwa e. Meskipun para individu yang berada
kehilangan pengetahuan merupakan dalam organisasi jarang memperoleh
suatu problem; pengetahuan yan gkompleks dari pihak
2) Beberapa perusahaan kecil dan luar, namun organisasi
menengah yang sudah mapan, telah secarakeseluruhan dapat melakukan
memiliki mekanisme yang jelas sebagai pekerjaan yang seadanya berdasarkan
tindakan pencegahan supaya pengetahuan yang didapat dari beberapa
pengetahuan yang hilang tidak menjadi sumber;
masalah organisasi; f. Alasan adanya kekurang pedulian
3) Karena mudahnya dan tersedianya terhadap pengetahuan dari luar adalah:
pengetahuan umum, maka bisnis tidak “obsesi untuk menurunkan/memperoleh
dipengaruhi oleh seorang pegawai atau pengetahuan dari dalam dan bebas dari
lebih yang meninggalkan perusahaan; dunia luar”;
4) Karyawan dapat datang dan pergi, dan g. Perkembangan yang terjadi akhir-akhir
pegawai lainya mengabil alih ini: beberapa organisasi tertarik untuk
pekerjaannya saat waktu istirahat; memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan dari pihak
luar; pelanggan atau berkolaborasi dengan
h. Ada keinginan untuk mengkreasikan pihak pesaing.
nilai melalui cara bekerjasama dengan

431
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

5. Manajemen Pengetahuan Yang (5) Pada kenyataannya, perusahaan kecil


Berorientasi Pada Orang – Teknologi dan menengah memiliki keunggulan
Sebagai Latar belakangnya karena ada kedekatan diatara para
pegawainya merupakan sumber
(1) Perusahaan kecil dan menengah penyelesaian problem yang muncul
sangat terbatas dalam menjalankan dalam melaksanakan pekerjaan
aktivitas yang bersifat otomatis; sekalipun ini terjadi di perusahaan
(2) Teknologi tidak pernah digunakan besar yang berhubungan dengan
dalam manajemen pengetahuan. penggunaan teknologi
Pengetahuan dikreasikan, dibagikan,
dialihkan dan diterapkan melalui
mekanisme yang menggunakan Membedakan Inovasi Organisasional
orang; Berdasarkan Ukuran Perusahaan
(3) Cara yang dipakai adalah: pertemuan Inovasi organisasional industri barang
tatap muka, observasi-observasi, konsumsi di Jawa Barat berdasarkan ukuran
metode pelatihan di tempat kerja. perusahaan ditunjukkan pada Tabel 10 berikut
(4) Pengetahuan diturunkan dengan ini:
cepat dalam bentuk praktek.

Tabel 10. Inovasi Organisasional Berdasarkan Ukuran Perusahaan

No Ukuran Perusahaan n Rata-Rata p-value


1 Kecil 70 3,33
2 Menengah 51 3,56 0,010
3 Besar 17 4,11
Total 138 3,51

Pada Tabel 10 dapat dilihat rata-rata skor inovasi produk dan inovasi proses sehingga
inovasi organisasional pada perusahaan kecil dapat meningkatkan efisiensi yang ditunjang
dan menengah antara 3 – < 4 sedangkan pada pula dengan tersedianya peralatan/mesin yang
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. mutakhir. Hal ini akan menghasilkan tingkat
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA inovasi organisasional pada perusahaan besar
menyimpulkan terdapat perbedaan yang terutama pada inovasi proses dan produk lebih
signifikan pada inovasi organisasional bila baik daripada perusahaan dengan skala kecil dan
dilihat berdasarkan ukuran perusahaan (p-value menengah”.
= 0,010 < 0,05). Artinya perusahaan- Keadaan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
perusahaan besar menilai bahwa implementasi yang dilakukan oleh Wagner, R. E & Hansen N.
inovasi organisasional di perusahaan sudah E (2005) pada industri kayu namun berlaku juga
baik sedangkan perusahaan-perusahaan kecil untuk industri-industri yang lain yang menurut
dan menengah menilai bahwa implementasi Wagner & Hansen tingkat inovasi pada
inovasi organisasional di perusahaan masih perusahaan-perusahaan besar berbeda dengan
dalam kategori cukup. perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dilihat
Penjelasan yang mungkin untuk adanya dari jenis inovasinya.
perbedaan penilaian terhadap inovasi
organisasional adalah: “perusahaan dengan skala Tabel 11 berikut menggambarkan skor rata-rata
besar ditunjang oleh aktifitas riset dan untuk setiap jenis industri pada setiap dimensi.
pengembangan yang intensif untuk merealisasi

Tabel 11. Masing-Masing Dimensi Inovasi Organisasional


Berdasarkan Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Dimensi p-value
Besar Kecil Menengah
IO1 3,51 3,72 4,27 0,021
IO2 3,16 3,24 4,00 0,041
IO3 3,51 3,77 4,08 0,086

432
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

IO4 2,92 3,33 3,88 0,009

administratif. Persepsi perusahaan kecil,


menengah, dan besar terhadap inovasi
Pada Tabel 11 terlihat pada masing-masing administratif adalah sama, hal ini dapat
dimensi juga menunjukkan perbedaan yang dijelaskan karena inovasi administratif pada
signifikan bila dilihat berdasarkan ukuran setiap ukuran perusahaan sangat
perusahaaan (p-value < 0,05), kecuali untuk
dimensi inovasi
diperlukan untuk berjalannya suatu sistem yang positif terhadap Kapasitas absorptif, hal
baik seperti sistem reward dan desain pekerjaan. tersebut menunjukkan bahwa semakin baik
Menurut Wagner & Hansen (2005) tingkat pembelajaran organisasional dan kemitraan
inovasi pada perusahaan-perusahaan besar dengan pemasok-pelanggan mengakibatkan
berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang kapasitas absorptif yang semakin baik.
lebih kecil dalam mengutamakan jenis Kontribusi kemitraan dengan pemasok-
inovasinya untuk bisa bertahan di pasar. Pada pelanggan lebih besar dari pembelajaran
perusahaan-perusahaan besar lebih intensif organisasional dalam mempengaruhi
dalam hal investasi terhadap peralatan-peralatan kapasitas absorptif.
untuk memelihara umur inovasi proses sehingga 2. Kapasitas absorptif berpengaruh positif
dapat mencapai keunggulan bersaing melalui terhadap inovasi organisasional, hal ini
keefektifan operasional. berarti semakin baik kapasitas absorptif yang
Penelitian tersebut juga menghasilkan bahwa dimiliki mengakibatkan semakin baik pula
pada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil inovasi organisasional.
lebih mempertimbangkan jenis-jenis inovasi
3. Pembelajaran organisasional, dan kemitraan
artinya perusahan dengan skala yang lebih kecil
dengan pemasok-pelanggan berpengaruh
unggul dalam hal inovasi produk dan sistem
terhadap inovasi organisasional baik secara
bisnis karena keterbatasan sumber daya. Jadi
langsung maupun melalui kapasitas
ukuran perusahaan menentukan jenis inovasi
absorptif. Pengaruh tidak langsung
yang akan dikejar sehingga disarankan untuk
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
perusahaan-perusahaan kecil untuk lebih
inovasi organisasional harus terlebih dahulu
mengenali hal-hal yang lebih penting dari
meningkatkan kapasitas absorptif, dan
inovasi proses.
meningkatnya kapasitas absorptif ipengaruhi
oleh meningkatnya

5. KESIMPULAN

1. Pembelajaran Organisasional dan Kemitraan


dengan Pemasok-Pelanggan berpengaruh
4. pembelajaran organisasional dan kemitraan pelanggan, dan kapasitas absorptif. Hasil
dengan pemasok-pelanggan. temuan lain juga menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada
5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai (P<0,05) diantara perusahaan
pada rata-rata nilai (P>0,05) diantara kecil, menengah, dan besar dalam
keenan jenis perusahaan pada industri memersepsikan inovasi organisasinal,
barang konsumsi dalam memersepsikan pembelajaran organisasional, kemitraan
inovasi organisasinal, pembelajaran dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas
organisasional, kemitraan dengan pemasok- absorptif.
1) Mengoptimalkan implementasi pembelajaran
organisasional melalui implementasi berbagi
6. SARAN visi dengan cara menerbitkan code of ethics
dan code of conduct yang pengenalannya
dilakukan melalui sosialisasi dari pihak
6.1 Saran bagi Manajemen Perusahaan pada manajemen.
Industri Barang Konsumsi

433
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

2) Meningkatkan implementasi berbagi 3) Meningkatkan implementasi kemitraan


pengetahuan di dalam organisasi dengan cara dengan pemasok melalui hubungan yang
menerbitkan buku saku tentang aturan lebih intensif, lebih intim, untuk kurun
perilaku, membentuk serikat karyawan, dan waktu yang panjang sehingga diperoleh
tersedianya forum komunikasi. tingkat intensitas berbagi informasi yang
tinggi yang dapat meningkatkan
4) kepercayaan diantara perusahaan dengan adalah dengan menjalin hubungan berupa
pemasok sehingga intensitas berbagi kolaborasi partnerships melalui:
informasi lebih baik. Cara yang ditempuh a) Melibatkan pemasok dalam
memecahkan masalah bahan baku
b) Menjalin hubungan untuk jangka intensitas mengikuti kegiatan pameran
panjang produk.
Kolaborasi partnerships juga harus
dilakukan kepada pelanggan untuk 6.2 Saran bagi Peneliti yang lain
mendapatkan jumlah informasi yang cukup a) Diperlukan penelitian lanjutan yang
dan keanekaragaman informasi yang akan dilakukan pada Usaha Kecil dan Menengah
mengarah kepada terciptanya mass- dan perusahaan dengan skala besar dengan
customize products. melakukan analisis perbandingan untuk
5) Meningkatkan implementasi kapasitas mengetahui kekhasan inovasi organisasional,
absorptif melalui: kapasitas absorptif, kemitraan dengan
a. Peningkatan implementasi transformasi pemasok-pelanggan, dan pembelajaran
pengetahuan dan eksploitasi organisasional pada UKM dan perusahaan
pengetahuan dengan cara meningkatkan besar.
tingkat intensitas kegiatan penelitian dan b) Penelitian ini dilakukan pada lintas fungsi
pengembangan untuk merealisasikan yaitu manajemen operasi, pemasaran, dan
ide-ide/gagasan produk baru, efisiensi SDM maka diperlukan penelitian lanjutan
penggunaan bahan baku, efisiensi proses dengan menambahkan fungsi keuangan
produksi sehingga terealisasinya model untuk mengembangkan pemahaman
yang customize, mutakhir, berwawasan pengaruh relatif dari setiap jenis inovasi
lingkungan. yang berbeda, misalnya bagaimana pengaruh
b. Adanya fungsi yang melakukan terhadap return on invesment (ROI) dari
pengumpulan informasi tentang industri inovasi produk, proses, administratif, dan
melalui keikutsertaan secara aktif dalam pemasaran.
Asosiasi sehingga dapat c) Melanjutkan penelitian ini dengan melakukan
menginterpretasikan pengetahuan penelitian tentang inovasi organisasional
industri untuk mengarahkan perusahaan pada organisasi jasa, dan memperbesar
memperoleh bagian pasar yang dominan. ukuran sampel.
6) Meningkatkan implementasi pada inovasi d) Rentang waktu penelitian ini adalah cross
organisasional, perusahaan-perusahaan pada section sehingga diharapkan untuk penelitian
industri barang konsumsi disarankan untuk: lanjutan dengan rentang waktu longitudinal.
a. Lebih mengenali hal-hal yang dianggap
penting dari inovasi proses khususnya
untuk melakukan investasi pada 7. 7. DAFTAR PUSTAKA
pemeliharaan peralatan atau efisiensi
penggunaan bahan baku.
b. Mengembangkan saluran distribusi 1. Ahmed, Pervaiz. K, & Shepherd,
diantaranya dengan penjualan online. Charles. D. (2010). Innovation
c. Mengembangkan program promosi Management: Context, Strategies,
melalui media yang banyak dikenal
Systems and Processes. (1st Ed).
masyarakat sehingga keberadaan produk
selalu diketahui dan untuk selalu Harlow: Pearson Education Limited.
mengingatkan pelanggan terhadap
produk. Khusus untuk perusahaan 2. Ar, I. M., & Baki, B. (2011).
dengan skala kecil, lebih meningkatkan Antecedents and performance impacts
of product versus process innovation:

434
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Empirical evidence from SMEs located organizational innovation. Journal of


in Turkish science and technology Knowledge Management. Vol. 12 No.
parks. European Journal of 1 pp. 3-20. Emerald Group Publishing
Innovation Management. Vol. 14 No. Limited.
2, pp. 172-206. Emerald Group
Publishing Limited. 9. Chen, Ja-Shen; & Ching, Russell K.H.
(2004). An empirical study of the
3. Belkahla, W., & Triki, A. (2011). relationship of IT intensity and
Customer knowledge enabled organizational kapasitas absorptif on
innovation capability: proposing a CRM Performance. Journal of Global
measurement scale. Journal of Information Management Vol. 12
Knowledge Management. Vol. 15 No. No.1 pp. 1- 17. ABI/INFORM Global.
4 2011, pp. 648-674. Emerald Group
Publishing Limited, ISSN 1367-3270. 10. Choi, Thomas Y. & Kim, Yusoon.
(2008). Structural embeddedness and
4. Bernardes, Ednilson S. (2010). The Supplier Management: Network
effect of Supply Management on Perspective. Journal of Supply Chain
Aspects of Social Capital and the Management Vol. 44 No.4 pp. 5-13.
impact on Performance: A social ABI/INFORM Global.
network perspective. Journal of Supply
Chain Management. Vol 46 No. 1 pp. 11. Cohen, Wesley M. & Levinthal, Daniel
45-56. ABI/INFORM Global. A. (1990). Kapasitas absorptif: A New
Perspective On Learning And
5. Bstieler, L., & Hemmert, M. (2008). Innovation. Administrative Science
Influence of Tie Strength and Quarterly. 35, 1, pp. 128-152.
Behavioural Factors on Effective ABI/INFORM Global.
Knowledge Acquisition: A Study of
Korean New Product Alliances. Asian 12. Cooper, Donald R. & Schindler, Pamela
Business & Management. Vol 7 pp 75- S. (2007). Business Research Methods.
94. Palgrave Macmillan Ltd. (9th Ed). New York: McGraw-Hill,Inc.

6. Cantista, Isabel & Tylecote, Andrew. 13. Dagfous, Abdelkader. (2004). Kapasitas
(2008). Industrial innovation, corporate absorptif and the Implementation of
governance and supplier-customer Knowledge-Intensive Best Practices.
relationships. Journal of S.A.M. Advanced Management
Manufacturing Technology Journal Vol. 69 No. 2 pp. 21-27.
Management Vol. 19 No. 5 pp. 576- ABI/INFORM Global.
590 Emerald Group Publishing Limited. 14. Echols, Ann & Tsai, Wenpin. (2005).
7. Casanueva, Cristobal. (2010). Social Niche and Performance: The
Capital and Innovation: An Intra- moderating role of Network
departmental Perspective. Management Embeddedness. Strategic Management
revue Vol. 21 No. 2 pp.135-154. DOI Journal 26: 219–238. DOI:
10.1688/1861- 10.1002/smj.443.
9908_mrev_2010_02_Casanueva. www.interscience.wiley.com

8. Chang, Shu-Chao, & Lee, Ming-Shing. 15. Fawcett, Stanley E., Magnan, Gregory
(2008). The linkage between knowledge M., & McCarter, Matthew W. (2008).
accumulation capability and Benefits, barriers, and bridges to
effective supply chain management.

435
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Supply Chain Management: An 22. Liao, K., Ma, Z., Lee, JY., & Ke, K.
International Journal Vol. 13 No. 1 (2011). Achieving mass customization
pp. 35–48. Emerald Group Publishing through trust-driven information
Limited. sharing: a supplier’s perspective.
Management Research Review. Vol.
16. Gao, Shanxing; Xu, Kai & Yang, 34 No. 5 pp. 541-552. Emerald Group
Jianjun. (2008). Managerial ties, Publishing Limited.
kapasitas absorptif, and innovation.
Asia Pasific Journal Manage 25 pp. 23. Lin, R.J., Chen, R.H., & Chiu, K.K.S.
395-412. DOI 10.1007/s10490-008- (2010). Customer relationship
9096-1. management and innovation capability:
an empirical study. Industrial
17. Garvin, David A. (2003). Learning in Management & Data Systems. Vol.
Action: A Guide to Putting the 110 No. 1 pp. 111-133. Emerald Group
Learning Organization to Work. Publishing Limited.
Boston: Harvard Business School Press.
24. Luk, Chung-Leung; Yau, Oliver HM;
18. Gray, Colin. (2006). Kapasitas Sin, Leo YM; Chow, Raymond PM;
absorptif, knowledge management and Tse, Alan CB; & Lee, Jenny SY.
innovation in entrepreneurial small (2008). The effects of social capital
firms. International Journal of and organizational innovativeness in
Entrepreneurial Behaviour & different institutional contexts. Journal
Research Vol. 12 No. 6 pp. 345-360. of International Business Studies 39.
Emerald Group Publishing Limited. Pp. 589–612. Academy of International
19. Hui, Chua Beng & Idris, Khairuddin. Business.
(2009). What Makes Growth-Oriented 25. Mahnke, Volker; Pedersen, Torben; &
Small-Scall Companies innovative? A Venzin, Markus. (2005). The Impact of
look at Kapasitas absorptif. Journal of Knowledge Management on MNC
Global Business Issues Vol. 3, Issue 1, Subsidiary Performance: The Role of
pp. 15-22. ABI/INFORM Global. Kapasitas absorptif. Management
International Review Vol. 45 No.2 pp.
20. Jimenez, Daniel Jime´nez; Valle,
Raquel Sanz; & Espallardo, Miguel 101-119. ABI/INFORM Global.
Hernandez. (2008). Fostering 26. Marquardt, Michael J. (2011). Building
Innovation: The role of market the Learning Organization: Achieving
orientation and organizational learning. Strategic Advantage through a
European Journal of Innovation Commitment to Learning. (3rd Ed).
Management Vol. 11 No. 3 pp. 389- Palo Alto: Davies-Black Publishing,
412. Emerald Group Publishing Inc.
Limited.
27. Maxwell, Ian E. (2009). Managing
21. Keskin, Halit Halit. (2006). Market Sustainable Innovation: The Driver
orientation, learning orientation, and for Global Growth. Takapura-New
innovation capabilities in SMEs: An Zealand: Maxco Consulting Group.
extended model. European Journal of
Innovation Management. Vol. 9 No. 4 28. Morales, F.X.M., & Teresa, M. (2010).
pp. 396-417. Emerald Group Publishing Social Networks: Effects of Social
Limited. Capital on Firm innovation. Journal of

436
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Small Business Management. 48 (2) 35. Salim, I. M., dan Sulaiman, M. (2011).
pp. 258-279. ABI/INFORM Global. Organizational Learning, Innovation
and Performance: A Study of Malaysian
29. Morales, Victor J.G., Montes, Francisco Small and Medium Sized Enterprises.
J.L., and Jover, Antonio J.V. (2006). International Journal of Business and
Antecedents and consequences of Management. Vol. 6, No. 12. Canadian
organizational innovation and Center of Science and Education.
organizational learning in
entreprenership. Industrial 36. Schumacher, Randall E. & Richard G.
Management & Data Systems Vol. 106 Lomax. (2004). A Beginner’s Guide to
No. 1 pp. 2-42. Structural Equation Modeling. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
30. Ortenblad, Anders. (2001). On Publisers.
differences between organizational
learning and learning organization. 37. Senge, Peter M. (1994). The Fifth
Journal of the Learning Organization Discipline Fieldbook: Strategy and
Vol. 8 No. 3 pp. 125-133 MCB UP Tools for Building A Learning
Limited. Organization. London: Nicholas
Breadley Publishing
31. Park, J., Shin, K., Chang, T.W., & Park,
J. (2010). An integrative framework for 38. Senge, Peter M. (2006). The Fifth
supplier relationship management. Discipline: The Art & Practice of The
Industrial Management & Data Learning Organization. London:
Systems. Vol. 110 No. 4 pp. 495-515. Nicholas Breadley Publishing.
Emerald Group Publishing Limited.
39. Senge, Peter M. (1990). The Fifth
32. Petison, P & Johri, L.M. (2008). Discipline: The Art and Practice of
Dynamics of the manufacturer-supplier The Learning Organization. New
relationships in emerging markets: A York: Doubleday, A Division of
case of Thailand. Asia Pacific Journal Bantam Doubleday Dell Publishing
of Marketing and Logistics. Vol. 20 Group, Inc.
No. 1 pp. 76-96. Emerald Group
Publishing Limited 40. Sentosa, I., Nejatian, H., Bohari, A.M.,
& Piaralal, S.K. (2011).The Influence
33. Prajogo, Daniel I.; Power, Damien J.; of Customer Knowledge on CRM
& Sohal, Amrik S. (2004). The role of Performance of Malaysian ICT
trading partner relationships in Companies: A Structural Equation
determining innovation performance: an Modeling Approach. International
empirical examination. European Journal of Business and Management.
Journal of Innovation Management Vol. 6, No. 7; www.ccsenet.org/ijbm.
Vol. 7 No. 3 pp. 178-186.
ABI/INFORM Global. 41. Sri Nur Yuliyawati & Hazma. (2009).
Kiat Penulisan Laporan Ilmiah.
34. Prajogo, Daniel I; Peggy McDermott; Bandung: UPT Penerbit Politeknik
& Mark Goh. (2008). Supply Chain Negeri Bandung.
and Innovation. International Journal
of Operations & Production 42. Tsai, Wenpin. (2001). Knowledge
Management. ABI/INFORM Global. transfer in intraorganizational networks:
Effects of network position and
Kapasitas absorptif on Business Unit

437
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012

Innovation and Performance. Academy 47. Yen, YX., Wang, E.ST., & Horng, DJ.
of Management Journal. Vol. 44 No. (2011). Suppliers’ willingness of
5 pp. 996-1004. ABI/INFORM Global. customization, effective
communication, and trust: a study of
43. Tsai, Yi-Ching. (2006). Effect of Social switching cost antecedents. Journal of
Capital and Absorptive Capability on Business & Industrial Marketing. Vol
Innovation in Internet Marketing. 26/4 pp. 250–259. Emerald Group
International Journal of Management Publishing Limited.
Vol. 23 No.1 pp. 157-166.
ABI/INFORM Global. 48. Yigitbasioglu, O.M., (2010).
Information sharing with key suppliers:
44. Tseng, C.Y., Pai, D.C., & Hung, C.H. a transaction cost teory perspective.
(2011). Knowledge absorptive capacity Journal of Physical Distribution and
and innovation performance in KIBS. Logistic Management. Vol 40 No 7.
Journal of Knowledge Management. Emerald Group Publishing Limited.
Vol. 15 No. 6 pp. 971-983. Emerald
Group Publishing Limited, 49. Zahra, Shaker A., & George Gerald.
(2002). The Net-enabled business
45. Wagner, R. E & Hansen N. E. (2005). innovation cycle and the evolution of
Innovation in large versus small dynamic capabilities. Information
companies: insight from the US wood Systems Research Vol. 13 No. 2 pp.
products industry. Management 147-150. ABI/INFORM Global.
Decision. Vol 43 No.5/6 pp. 837.
ABI/INFORM Global. 50. Zheng, S., Zhang, W., Wu, X., & Du, J.
(2011). Knowledge-based dynamic
46. Wang, Catherine L. & Ahmed, Pervaiz capabilities and innovation in
K. (2004). The development and networked environments. Journal of
validation of the organisational Knowledge Management. Vol. 15 No.
innovativeness construct. European 6, pp. 1035-1051. Emerald Group
Journal of Innovation Management Publishing Limited.
Vol. 7 No. 4 pp. 303-313.
ABI/INFORM Global.

438

Anda mungkin juga menyukai