ISBN 978-979-3541-25-9
Tri Setyowati
Abstrak
Perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan yaitu jika produk yang dihasilkan
sama dengan produk impor dan memiliki tingkat daya saing yang relatif rendah. Satu-satunya cara untuk
menjadi pemenang adalah dengan memiliki daya saing tinggi dan terus melakukan inovasi. Pada industri
barang konsumsi di Jawa Barat terdapat fenomena tentang tingkat inovasi organisasional yang masih belum
baik dan diduga karena masih belum baiknya tingkat pembelajaran organisasional yang dimiliki dan tingkat
hubungan dengan para pemasok-pelanggan yang masih belum kuat. Fenomena tingkat inovasi organisasional
yang belum baik juga diduga karena masih belum baiknya kapasitas absorptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi pengaruh dari tiga variabel independen: pembelajaran organisasional, kemitraan
dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif terhadap inovasi organisasinal baik secara simultan
maupun parsial. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive dan explanatory survey, dan untuk
menguji hipotesis digunakan analisis model persamaan struktural (SEM). Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan ANOVA untuk membandingkan rata-rata setiap variabel diantara jenis perusahaan yang berbeda
pada industri barang konsumsi yaitu: makanan dan minuman, pakaian, kosmetik, mainan anak, kerajinan, dan
olahan kulit; dan dilakukan juga untuk membandingkan rata-rata setiap variabel diantara tiga ukuran
perusahaan yang berbeda yaitu: kecil, menengah, dan besar. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran organisasional, kemitraan dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif secara bersama-
sama memberikan pengaruh sebesar 70,76% terhadap inovasi organisasional. Kapasitas absorptif memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap inovasi organisasional dibandingkan dengan pembelajaran
organisasional, dan kemitraan dengan pemasok-pelanggan. Hasil temuan lain adalah tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada rata-rata nilai (P>0,05) diantara keenan jenis perusahaan pada industri barang
konsumsi dalam memersepsikan inovasi organisasinal, pembelajaran organisasional, kemitraan dengan
pemasok-pelanggan, dan kapasitas absorptif. Hasil temuan lain juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada rata-rata nilai (P<0,05) diantara perusahaan kecil, menengah, dan besar dalam
memersepsikan inovasi organisasinal, pembelajaran organisasional, kemitraan dengan pemasok-pelanggan,
dan kapasitas absorptif.
(knowledge society) dimana kreasi dan (Calantone et al., 2002) dan orientasi
komersialisasi pengetahuan mendukung pembelajaran (Jimenez et al., 2008) adalah
kesuksesan tingkat perusahaan dan nasional. komitmen terhadap pembelajaran, open
Pada industri barang konsumsi di Jawa Barat mindedness, berbagi visi, dan
terdapat fenomena tentang tingkat inovasi intrarorganizational knowledge sharin.
organisasional yang masih belum baik dan
diduga karena masih belum baiknya tingkat Kemitraan dengan Pemasok-Pelanggan
pembelajaran organisasional yang dimiliki dan merupakan hubungan jangka panjang antara
tingkat hubungan dengan para pemasok- organisasi dengan para pemasok dan pelanggan
pelanggan yang masih belum kuat. Fenomena yang bertujuan meningkatkan kapabilitas
tingkat inovasi organisasional yang belum baik operasional dan strategis dari organisasi, dan
juga diduga karena masih belum baiknya penerapan aturan yang digunakan untuk
kapasitas absorptif. mengelola keluhan pelanggan dan
meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah jumlah dan kualitas hubungan yang dibangun
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai serta kemampuan memperoleh sumber daya
berikut: yang berharga. Bernardes (2010) dan Echols
1) Sejauhmana pengaruh Pembelajaran dan Tsai (2005) menggunakan dimensi-dimensi
Organisasional dan Kemitraan dengan modal sosial untuk mengukur kuat lemahnya
pemasok-pelanggan secara simultan dan hubungan dengan pemasok-pelanggan yaitu dari
parsial terhadap Kapasitas absorptif di tingkat pengakaran (embeddedness). Dimensi-
industri barang konsumsi di Jawa Barat. dimensi modal sosial terbagi menjadi: structural
2) Sejauhmana pengaruh Kapasitas absorptif embeddedness, relational embeddedness, dan
terhadap Inovasi Organisasional di industri resources embeddedness.
barang konsumsi di Jawa Barat.
3) Sejauhmana pengaruh Pembelajaran
Kapasitas Absorptif adalah kemampuan suatu
Organisasional dan Kemitraan dengan
perusahaan untuk mengidentifikasi dan
pemasok-pelanggan terhadap Inovasi
mengevaluasi pengetahuan yang bernilai,
Organisasional secara langsung dan tidak
menyerap pengetahuan eksternal,
langsung melalui Kapasitas absorptif di
mengkombinasikan pengetahuan baru dengan
industri barang konsumsi di Jawa Barat.
yang sudah ada, dan memanfaatkan
4) Apakah terdapat perbedaan persepsi
pengetahuan ke dalam operasi-operasi
perusahaan terhadap rata-rata rata nilai
perusahaan untuk tujuan-tujuan komersial.
diantara keenan jenis perusahaan dan
Dimensi-dimensi kapasitas absorptif yang
ketiga skala ukuran perusahaan pada
dikemukakan oleh Zahra dan George (2002)
industri barang konsumsi dalam
adalah akuisisi pengetahuan, asimilasi
memersepsikan inovasi organisasinal,
pengetahuan, alih ragam pengetahuan, dan
pembelajaran organisasional, kemitraan
eksploitasi pengetahuan. Inovasi Organisasional
dengan pemasok-pelanggan, dan kapasitas
adalah kemauan dan kemampuan organisasi
absorptif.
untuk mengadopsi dan/atau mengembangkan
inovasi dalam bentuk produk, pelayanan,
proses, teknik manajemen, dan sistem-sistem
2. KERANGKA PEMIKIRAN bisnis yang memberikan manfaat nyata bagi
individu, kelompok, organisasi atau masyarakat
Pembelajaran organisasional adalah proses
yang lebih luas. Dimensi-dimensi inovasi
mengembangkan pengetahuan mengenai
Organisasional yang dikemukakan Jimenez et al.
hubungan tindakan dan hasil antara organisasi
(2008) adalah inovasi produk, inovasi pemasaran,
dan lingkungan dengan menerapkan nilai-nilai
inovasi proses, dan inovasi administratif.
berupa: komitmen terhadap pembelajaran, open
mindedness, berbagi visi, dan
intrarorganizational knowledge sharing yang Pengaruh Pembelajaran Organisasional
dimaksudkan untuk perbaikan organisasi. terhadap Kapasitas absorptif
Keskin, 2006 menyampaikan dimensi-dimensi Suatu organisasi yang telah memiliki budaya
pembelajaran organisasional yang digunakan pembelajaran yang kuat berarti organisasi
untuk mengukur budaya pembelajaran
419
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
tersebut memiliki tingkat komitmen yang tinggi Pengaruh Kemitraan dengan pemasok-
terhadap pembelajaran, tingkat Open- pelanggan terhadap Kapasitas absorptif
mindedness yang tinggi, tingkat Shared vision Organisasi yang melakukan interaksi dengan para
yang tinggi, dan tingkat Intraorganizational pemasok dan pelanggan dalam jangka panjang,
knowledge sharing yang tinggi pula. Organisasi dan dengan frekuensi yang lebih sering akan
yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi mendapat informasi dan pengetahuan yang
terhadap pembelajaran akan menunjukkan beragam dan dalam jumlah yang besar serta
sejauhmana nilai-nilai organisasi dapat berkualitas. Dalam jejaring sosial yang beragam,
meningkatkan budaya pembelajaran (Keskin, perusahaan-perusahaan dapat mengakses
2006: 404). Organisasi menganggap bahwa bermacam-macam pengetahuan, dan
pembelajaran sangat penting karena merupakan pengetahuan yang diperoleh dapat dilihat dari
kunci mencapai keunggulan bersaing, kunci jumlah, variasi, serta kualitasnya; hal tersebut
untuk melakukan perbaikan, sebagai jaminan dinyatakan oleh Koka and Prescott, 2002
keberlangsungan organisasi, dan pembelajaran (dalam Casanueve, 2010) bahwa akibat yang
adalah investasi bukan pengeluaran sehingga dihasilkan dari akses terhadap informasi adalah:
organisasi berusaha mencari informasi dari luar information volume, information diversity dan
organisasi dengan frekuensi yang lebih sering. information richness.
Organisasi yang selalu membuka pikirannya Ketiga hal tersebut diperlukan untuk
akan dengan mudah bisa menerima informasi meningkatkan kapasitas organisasi dalam
tentang harapan-harapan konsumen dan mengevaluasi dan menyerap pengetahuan baru,
informasi tentang pasar input maupun output mengkombinasikan pengetahuan baru dengan
sehingga menimbulkan keinginan untuk yang sudah ada untuk kemudian memanfaatkan
mengevaluasi operasional organisasi yang rutin dalam tujuan-tujuan komersial. Kapasitas
dan menerima ide-ide baru. Organisasi yang mengkombinasikan atau mengolah informasi
selalu berbagi visi akan memiliki tingkat inilah yang disebut dengan Kapasitas absorptif.
komitmen yang tinggi pada pencapaian visi Demikian pula hubungan dengan pelanggan yang
organisasi yang berarti fokus pada upaya agar diukur dengan menggunakan pendekatan modal
organisasi berumur panjang. Organisasi tersebut sosial dengan dimensi-dimensi structural
akan lebih fokus pada pembelajaran atau selalu embeddedness, dan relational embeddedness
mengarahkan pada pembelajaran (Keskin, 2006: (Tsai, Yi-Ching, 2006). Dimensi structural
404). Organisasi yang selalu berbagi pengetahuan embeddedness mengukur kemudahan menerima
di dalam organisasi memiliki keyakinan kolektif informasi baru, adanya pertukaran informasi di
dan perilaku untuk menyebarkan pembelajaran antara anggota-anggota jejaring, banyaknya
diantara unit-unit yang berbeda dalam organisasi. jumlah pelanggan dan berapa persen dari jumlah
Organisasi seperti ini dapat meningkatkan pelanggan yang bersedia memberikan informasi.
kemampuan berfikir bersama melalui dialog, Dengan demikian structural embeddedness
berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara berpengaruh terhadap Kapasitas absorptif.
unit dalam organisasi. Keempat dimensi Dimensi relational embeddedness mengukur
pembelajaran tersebut mengarah pada pentingnya bahwa interaksi yang kuat di antara anggota akan
pembelajaran, dan pembelajaran akan menumbuhkan rasa saling percaya, saling
menghasilkan pengetahuan dan pengalaman. memahami sehingga pelanggan akan
Perusahaan membutuhkan pengetahuan memberikan informasi tentang perbaikan produk
sebelumnya untuk dapat menyerap pengetahuan dan pelayanan. Dengan demikian relational
baru (Daghfous, 2004), Pengalaman sebelumnya embeddedness berpengaruh terhadap Kapasitas
juga berpengaruh terhadap kapasitas absorptif absorptif.
(Zahra dan George, 2005). Dengan pembelajaran,
organisasi memiliki pengetahuan dalam jumlah Pengaruh Kapasitas absorptif terhadap
yang besar dan bervariasi, dan ini akan Inovasi Organisasional
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk Kapasitas absorptif merupakan suatu
memproses pengetahuan yaitu dengan kemampuan organisasi untuk mengenali,
mengevaluasi pengetahuan-pengetahuan yang mengkategorikan nilai-nilai dari informasi baru,
bernilai, melakukan asimilasi, menyatukannya, dan menerapkannya dalam
mengalihragamkan, dan menerapkan tujuan-tujuan komersial (Cohen danLevinthal,
pengetahuan tersebut untuk tujuan komersial. 1990). Definisi tersebut menitikberatkan
420
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
421
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
0,4500 X1.1 Y1 Y2 Y3 Y4
0,7416
0,4546 X1.2 0,7385
0,8332
PO
0,3057 X1.3
0,8841
0,3578
Z1 0,2966
0,2184 X 1.4
0,2522 0,8387
Z2 0,3822
0,5352
ζ1 AC 0,5084 IO
0,7860
0,8413
0,2013 0,8230
Z3 0,2922
0,3997
0,2924
0,2794 X2.1 0,8489 0,6187 Z3 0,3227
422
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
423
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
424
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Tabel 2
Besar Pengaruh Pembelajaran organisasional (PO), Kemitraan dengan pemasok-pelanggan (TPR) dan
Kapasitas absorptif (AC) terhadap Inovasi organisasional (IO)
Pengaruh
Variabel Bebas Koefisien Jalur Melalui AC Total
Langsung
PO 0,2522 6,36% 7,76% 14,12%
TPR 0,2013 4,05% 6,36% 10,41%
AC 0,5084 25,85% - 24,53%
Diantara ketiga variabel bebas, kapasitas sudah memiliki dan melaksanakan kapasitas
absorptif memberikan kontribusi yang paling absorptif. Meskipun kapasitas absorptif pada
besar terhadap inovasi organisasional, perusahaan-perusahaan di industri barang
sebaliknya variabel kemitraan dengan konsumsi baru memadai namun sudah dapat
pemasok-pelanggan memberikan kontribusi mendorong terciptanya inovasi
yang paling kecil terhadap inovasi
organisasional. Dari Pembelajaran
organisasional pada perusahaan industri barang
Organisasional dan Kemitraan dengan pemasok-
konsumsi di Jawa Barat. Dari Tabel 1.2
pelanggan diperoleh pengetahuan dalam jumlah
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tidak
yang besar dan bervariasi tentang pesaing,
langsung dari pembelajaran organisasional dan
industri, pemasok dan pelanggan, dan ini akan
kemitraan dengan pemasok-pelanggan
ditindaklanjuti dengan memroses pengetahuan
terhadap Inovasi Organisasional lebih besar
yaitu dengan mengevaluasi pengetahuan-
dibanding dengan pengaruh langsung sehingga
pengetahuan yang bernilai, melakukan asimilasi,
kapasitas absorptif merupakan variabel
mengalihragamkan, dan menerapkan
intervening. Karena kapasitas absorptif
pengetahuan tersebut melalui operasi-operasi
merupakan variabel intervening maka inovasi
perusahaan untuk tujuan komersial.
organisasional di industri barang konsumsi
dapat tercapai jika perusahaan-perusahaan
0,3444 Y1 Z1 0,2966
0,8097 0,8387
0,2576 Y2 0,8616 Z2 0,3822
0,7860
0,9021 AC 0,5084 IO
0,1863 Y3 0,8413
0,8876 0,8230
Z3 0,2922
0,2122 Y4 Z3 0,3227
Gambar 2
Pengaruh Kapasitas Absorptif terhadap Inovasi Organisasional
425
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Tabel 3
Pembelajaran Organisasi Berdasarkan Jenis Industri
Pada Tabel 3 dapat dilihat rata-rata skor perusahaan dengan jenis industri yang berbeda
pembelajaran organisasional pada semua memiliki persepsi yang sama terhadap
industri yaitu: boneka/mainan anak, industri pembelajaran organisasional. Pembelajaran
busana, industri kerajinan, industri kosmetik, organisasional bersifat natural karena
industri makanan, dan industri olahan kulit dilakukan oleh semua organisasi, namun tidak
antara 3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan semua organisasi akan menjadi organisasi
uji ANOVA menyimpulkan tidak terdapat pembelajar (Senge, 1994).
perbedaan yang signifikan pada pembelajaran Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail
organisasional bila dilihat berdasarkan jenis (2005) pada organisasi-organisasi bisnis
industri (p-value = 0,664 > 0,05). Artinya manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan
426
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Tabel 4
Kemitraan Dengan Pemasok Pelanggan Berdasarkan Jenis Industri
p-value
No Jenis Industri n Rata-Rata
1 Boneka 5 3,71
2 Busana 31 4,13
3 Kerajinan 51 3,93
0,707
4 Kosmetik 8 4,22
5 Makanan 33 4,00
6 Olahan Kulit 10 3,78
Total 138 3,99
427
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Tabel 5
Kapasitas Absorptif Berdasarkan Jenis Industri
No Jenis Industri n Rata-Rata p-value
1 Boneka 5 3,68
2 Busana 31 3,99
3 Kerajinan 51 3,95
4 Kosmetik 8 3,85 0,985
5 Makanan 33 3,93
6 Olahan Kulit 10 3,86
Total 138 3,93
Pada tabel 5 dapat dilihat rata-rata skor persepsi yang sama terhadap kapasitas
kapasitas absorptif pada semua jenis industri absorptif.
antara 3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan
uji ANOVA menyimpulkan tidak terdapat Membedakan Inovasi Organisasional
perbedaan yang signifikan pada kapasitas Berdasarkan Jenis Industri
absorptif bila dilihat berdasarkan jenis industri Inovasi organisasional industri barang
(p-value = 0,985 > 0,05). Artinya perusahaan konsumsi di Jawa Barat berdasarkan jenis
dengan jenis industri yang berbeda memiliki industri ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6
Inovasi Organisasional Berdasarkan Jenis Industri
No Jenis Industri N Rata-Rata p-value
1 Boneka 5 3,50
2 Busana 31 3,56
3 Kerajinan 51 3,47
4 Kosmetik 8 3,60 0,997
5 Makanan 33 3,54
6 Olahan Kulit 10 3,43
Total 138 3,51
Pada tabel 6 dapat dilihat rata-rata skor inovasi asuransi, konsultan, pengembang, dan
organisasional pada semua jenis industri antara pendidikan dengan ukuran perusahaan besar,
3 – < 4. Hasil pengujian menggunakan uji menengah, dan kecil menghasilkan bahwa tidak
ANOVA menyimpulkan tidak terdapat terdapat perbedaan persepsi dari setiap jenis
perbedaan yang signifikan pada inovasi organisasi tersebut terhadap inovasi
organisasional bila dilihat berdasarkan jenis organisasional.
industri (p-value = 0,997 > 0,05). Artinya
perusahaan dengan jenis industri yang berbeda Membedakan Pembelajaran Organisasional
memiliki persepsi yang sama terhadap inovasi Berdasarkan Ukuran Perusahaan
organisasional. Pembelajaran organisasional pada industri
Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail barang konsumsi di Jawa Barat berdasarkan
(2005) pada organisasi-organisasi bisnis ukuran perusahaan ditunjukkan pada Tabel 7
manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan berikut ini:
Tabel 7
Pembelajaran Organisasional Berdasarkan Ukuran Perusahaan
428
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Pada Tabel 7 dapat dilihat rata-rata skor Penelitian yang dilakukan oleh Meriam Ismail
pembelajaran organisasional pada perusahaan (2005) pada organisasi-organisasi bisnis
kecil dan menengah antara 3 – < 4 sedangkan manufaktur, telekomunikasi, keuangan dan
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. asuransi, konsultan, pengembang, dan
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA pendidikan dengan ukuran perusahaan besar,
menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang menengah, dan kecil menghasilkan bahwa tidak
signifikan pada pembelajaran organisasi bila terdapat perbedaan persepsi dari ukuran
dilihat berdasarkan ukuran perusahaan (p-value organisasi tersebut yaitu kecil, menengah, dan
= 0,169 > 0,05). Artinya perusahaan dengan besar terhadap pembelajaran organisasional.
ukuran yang berbeda yaitu kecil, menengah, dan
besar memiliki persepsi yang sama terhadap Membedakan Kemitraan Pemasok
pembelajaran organisasional. Pembelajaran Pelanggan Berdasarkan Ukuran Perusahaan
organisasional bersifat natural karena dilakukan Kemitraan industri barang konsumsi di Jawa
oleh semua organisasi, namun tidak semua Barat dengan pemasok pelanggan berdasarkan
organisasi akan menjadi organisasi pembelajar ukuran perusahaan ditunjukkan pada Tabel 8
(Senge, 1994). berikut ini:
Pada tabel 8 dapat dilihat rata-rata skor Fungsi-fungsi yang dilakukan untuk menjalin
kemitraan dengan pemasok-pelanggan pada kemitraan dengan pelanggan (adopsi dari Lin,
perusahaan kecil termasuk kategori cukup J. R. et al, 2010) yaitu:
tinggi yaitu dengan rata-rata skor a. Berbagi informasi yang merujuk
pada pertukaran informasi yang penting
antara 3 – < 4 sedangkan kemitraan dengan dan eksklusif melalui
pemasok-pelanggan pada perusahaan aktivitas interaktif antara pengusaha
menengah dan besar yaitu dengan rata-rata dengan pelanggan
skor 4 – < 5. Hasil pengujian menggunakan uji b. Keterlibatan pelanggan yang
ANOVA menyimpulkan terdapat perbedaan berhubungan dengan partisipasi
yang signifikan pada kemitraan dengan pelanggan dalam kegiatan pengembangan
pemasok pelanggan bila dilihat berdasarkan produk baru, rapat teknis, konferensi
ukuran perusahaan (p-value < 0,05). Artinya tahunan rantai suplai, dan konferensi
perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan evaluasi pasar
menengah menilai bahwa implementasi c. Kemitraan jangka panjang yang
kemitraan dengan pemasok-pelanggan sudah berhubungan dengan kepercayaan dan
baik atau sudah kuat sedangkan perusahaan- komitmen antara dua perusahaan. Kedua
perusahaan kecil menilai implementasi perusahaan harus berbagi tujuan dan
kemitraan dengan pemasok-pelanggan masih keuntungan atas dasar ketergantungan
pada kategori cukup. dan kepercayaan.
Penjelasan yang dapat diberikan untuk adanya d. Kerjasama dalam pemecahan
perbedaan penilaian terhadap kemitraan masalah, merupakan kolaborasi antara
dengan pemasok-pelanggan adalah: pengusaha dengan pelanggan dan dalam
“perusahaan dengan skala besar memiliki memecahkan masalah bersama dan
kemitraan yang kuat dengan pemasok dan berbagi tanggung jawab ketika
pelanggan karena berjalannya fungsi-fungsi menghadapi situasi yang tidak
untuk menjalin kemitraan dengan baik”. diharapkan.
429
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Pada Tabel 9 dapat dilihat rata-rata skor a. Sosialisasi, aktivitas yang membantu
kapasitas absorptif pada perusahaan kecil dan pergerakan pengetahuan dalam bentuk
menengah antara 3 – < 4 sedangkan pada tacit (implisit) diantara para individu;
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. b. Eksternalisasi, aktivitas yang
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA memperlihatkan aplikasi dari
menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang pandangan yang berbentuk tacit
signifikan pada kapasitas absorptif bila dilihat (implisit) pada bentuk yang sudah
berdasarkan ukuran perusahaan (p-value = nampak (ada wujudnya) seperti
0,162 > 0,05). Artinya perusahaan dengan pekerjaan;
ukuran yang berbeda yaitu kecil, menengah, dan c. Kombinasi, aktivitas dalam bentuk
besar memiliki persepsi yang sama terhadap tiruan untuk memperlihatkan sintetis
kapasitas absorptif. bagian pengetahuan yang sudah bersifat
Usaha kecil dan menengah memiliki persepsi eksplisit;
yang sama terhadap kapasitas absorptif, hal d. Internalisasi, proses dimana salah satu
tersebut terjadi karena UKM memiliki pihak meningkatkan pengetahuan
kekhasan dalam manajemen pengetahuan. Hal mereka dengan mempelajari peristiwa-
ini dikemukakan oleh Kevin C. Desouza and peristiwa yang terjadi dalam pihak
Yukika Awazu (2006) berdasarkan hasil eksternal.
penelitian yang hasilnya adalah:
Postulat dari Nonaka dkk: “Dalam setiap
Lima Kekhasan dari Manajemen organisasi, bekerja melalui siklus SECI akan
Pengetahuan UKM: membantu dalam aktivitas menurunkan,
1. Dominasi Sosialisasi dalam siklus SECI mentransfer, dan mengaplikasikan pengetahuan”.
(socialization, externalization, combination,
and internalization); Hasil riset pada usaha kecil dan menengah
Siklus kreasi pengetahuan terdiri dari 4 menunjukkan:
aktivitas: a) Proses sosialisasi mendominasi tiga
aktivitas lainnya dalam SECI model;
430
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
431
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Pada Tabel 10 dapat dilihat rata-rata skor inovasi produk dan inovasi proses sehingga
inovasi organisasional pada perusahaan kecil dapat meningkatkan efisiensi yang ditunjang
dan menengah antara 3 – < 4 sedangkan pada pula dengan tersedianya peralatan/mesin yang
perusahaan besar termasuk kategori tinggi. mutakhir. Hal ini akan menghasilkan tingkat
Hasil pengujian menggunakan uji ANOVA inovasi organisasional pada perusahaan besar
menyimpulkan terdapat perbedaan yang terutama pada inovasi proses dan produk lebih
signifikan pada inovasi organisasional bila baik daripada perusahaan dengan skala kecil dan
dilihat berdasarkan ukuran perusahaan (p-value menengah”.
= 0,010 < 0,05). Artinya perusahaan- Keadaan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
perusahaan besar menilai bahwa implementasi yang dilakukan oleh Wagner, R. E & Hansen N.
inovasi organisasional di perusahaan sudah E (2005) pada industri kayu namun berlaku juga
baik sedangkan perusahaan-perusahaan kecil untuk industri-industri yang lain yang menurut
dan menengah menilai bahwa implementasi Wagner & Hansen tingkat inovasi pada
inovasi organisasional di perusahaan masih perusahaan-perusahaan besar berbeda dengan
dalam kategori cukup. perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dilihat
Penjelasan yang mungkin untuk adanya dari jenis inovasinya.
perbedaan penilaian terhadap inovasi
organisasional adalah: “perusahaan dengan skala Tabel 11 berikut menggambarkan skor rata-rata
besar ditunjang oleh aktifitas riset dan untuk setiap jenis industri pada setiap dimensi.
pengembangan yang intensif untuk merealisasi
432
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
5. KESIMPULAN
433
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
434
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
6. Cantista, Isabel & Tylecote, Andrew. 13. Dagfous, Abdelkader. (2004). Kapasitas
(2008). Industrial innovation, corporate absorptif and the Implementation of
governance and supplier-customer Knowledge-Intensive Best Practices.
relationships. Journal of S.A.M. Advanced Management
Manufacturing Technology Journal Vol. 69 No. 2 pp. 21-27.
Management Vol. 19 No. 5 pp. 576- ABI/INFORM Global.
590 Emerald Group Publishing Limited. 14. Echols, Ann & Tsai, Wenpin. (2005).
7. Casanueva, Cristobal. (2010). Social Niche and Performance: The
Capital and Innovation: An Intra- moderating role of Network
departmental Perspective. Management Embeddedness. Strategic Management
revue Vol. 21 No. 2 pp.135-154. DOI Journal 26: 219–238. DOI:
10.1688/1861- 10.1002/smj.443.
9908_mrev_2010_02_Casanueva. www.interscience.wiley.com
8. Chang, Shu-Chao, & Lee, Ming-Shing. 15. Fawcett, Stanley E., Magnan, Gregory
(2008). The linkage between knowledge M., & McCarter, Matthew W. (2008).
accumulation capability and Benefits, barriers, and bridges to
effective supply chain management.
435
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Supply Chain Management: An 22. Liao, K., Ma, Z., Lee, JY., & Ke, K.
International Journal Vol. 13 No. 1 (2011). Achieving mass customization
pp. 35–48. Emerald Group Publishing through trust-driven information
Limited. sharing: a supplier’s perspective.
Management Research Review. Vol.
16. Gao, Shanxing; Xu, Kai & Yang, 34 No. 5 pp. 541-552. Emerald Group
Jianjun. (2008). Managerial ties, Publishing Limited.
kapasitas absorptif, and innovation.
Asia Pasific Journal Manage 25 pp. 23. Lin, R.J., Chen, R.H., & Chiu, K.K.S.
395-412. DOI 10.1007/s10490-008- (2010). Customer relationship
9096-1. management and innovation capability:
an empirical study. Industrial
17. Garvin, David A. (2003). Learning in Management & Data Systems. Vol.
Action: A Guide to Putting the 110 No. 1 pp. 111-133. Emerald Group
Learning Organization to Work. Publishing Limited.
Boston: Harvard Business School Press.
24. Luk, Chung-Leung; Yau, Oliver HM;
18. Gray, Colin. (2006). Kapasitas Sin, Leo YM; Chow, Raymond PM;
absorptif, knowledge management and Tse, Alan CB; & Lee, Jenny SY.
innovation in entrepreneurial small (2008). The effects of social capital
firms. International Journal of and organizational innovativeness in
Entrepreneurial Behaviour & different institutional contexts. Journal
Research Vol. 12 No. 6 pp. 345-360. of International Business Studies 39.
Emerald Group Publishing Limited. Pp. 589–612. Academy of International
19. Hui, Chua Beng & Idris, Khairuddin. Business.
(2009). What Makes Growth-Oriented 25. Mahnke, Volker; Pedersen, Torben; &
Small-Scall Companies innovative? A Venzin, Markus. (2005). The Impact of
look at Kapasitas absorptif. Journal of Knowledge Management on MNC
Global Business Issues Vol. 3, Issue 1, Subsidiary Performance: The Role of
pp. 15-22. ABI/INFORM Global. Kapasitas absorptif. Management
International Review Vol. 45 No.2 pp.
20. Jimenez, Daniel Jime´nez; Valle,
Raquel Sanz; & Espallardo, Miguel 101-119. ABI/INFORM Global.
Hernandez. (2008). Fostering 26. Marquardt, Michael J. (2011). Building
Innovation: The role of market the Learning Organization: Achieving
orientation and organizational learning. Strategic Advantage through a
European Journal of Innovation Commitment to Learning. (3rd Ed).
Management Vol. 11 No. 3 pp. 389- Palo Alto: Davies-Black Publishing,
412. Emerald Group Publishing Inc.
Limited.
27. Maxwell, Ian E. (2009). Managing
21. Keskin, Halit Halit. (2006). Market Sustainable Innovation: The Driver
orientation, learning orientation, and for Global Growth. Takapura-New
innovation capabilities in SMEs: An Zealand: Maxco Consulting Group.
extended model. European Journal of
Innovation Management. Vol. 9 No. 4 28. Morales, F.X.M., & Teresa, M. (2010).
pp. 396-417. Emerald Group Publishing Social Networks: Effects of Social
Limited. Capital on Firm innovation. Journal of
436
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Small Business Management. 48 (2) 35. Salim, I. M., dan Sulaiman, M. (2011).
pp. 258-279. ABI/INFORM Global. Organizational Learning, Innovation
and Performance: A Study of Malaysian
29. Morales, Victor J.G., Montes, Francisco Small and Medium Sized Enterprises.
J.L., and Jover, Antonio J.V. (2006). International Journal of Business and
Antecedents and consequences of Management. Vol. 6, No. 12. Canadian
organizational innovation and Center of Science and Education.
organizational learning in
entreprenership. Industrial 36. Schumacher, Randall E. & Richard G.
Management & Data Systems Vol. 106 Lomax. (2004). A Beginner’s Guide to
No. 1 pp. 2-42. Structural Equation Modeling. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
30. Ortenblad, Anders. (2001). On Publisers.
differences between organizational
learning and learning organization. 37. Senge, Peter M. (1994). The Fifth
Journal of the Learning Organization Discipline Fieldbook: Strategy and
Vol. 8 No. 3 pp. 125-133 MCB UP Tools for Building A Learning
Limited. Organization. London: Nicholas
Breadley Publishing
31. Park, J., Shin, K., Chang, T.W., & Park,
J. (2010). An integrative framework for 38. Senge, Peter M. (2006). The Fifth
supplier relationship management. Discipline: The Art & Practice of The
Industrial Management & Data Learning Organization. London:
Systems. Vol. 110 No. 4 pp. 495-515. Nicholas Breadley Publishing.
Emerald Group Publishing Limited.
39. Senge, Peter M. (1990). The Fifth
32. Petison, P & Johri, L.M. (2008). Discipline: The Art and Practice of
Dynamics of the manufacturer-supplier The Learning Organization. New
relationships in emerging markets: A York: Doubleday, A Division of
case of Thailand. Asia Pacific Journal Bantam Doubleday Dell Publishing
of Marketing and Logistics. Vol. 20 Group, Inc.
No. 1 pp. 76-96. Emerald Group
Publishing Limited 40. Sentosa, I., Nejatian, H., Bohari, A.M.,
& Piaralal, S.K. (2011).The Influence
33. Prajogo, Daniel I.; Power, Damien J.; of Customer Knowledge on CRM
& Sohal, Amrik S. (2004). The role of Performance of Malaysian ICT
trading partner relationships in Companies: A Structural Equation
determining innovation performance: an Modeling Approach. International
empirical examination. European Journal of Business and Management.
Journal of Innovation Management Vol. 6, No. 7; www.ccsenet.org/ijbm.
Vol. 7 No. 3 pp. 178-186.
ABI/INFORM Global. 41. Sri Nur Yuliyawati & Hazma. (2009).
Kiat Penulisan Laporan Ilmiah.
34. Prajogo, Daniel I; Peggy McDermott; Bandung: UPT Penerbit Politeknik
& Mark Goh. (2008). Supply Chain Negeri Bandung.
and Innovation. International Journal
of Operations & Production 42. Tsai, Wenpin. (2001). Knowledge
Management. ABI/INFORM Global. transfer in intraorganizational networks:
Effects of network position and
Kapasitas absorptif on Business Unit
437
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Innovation and Performance. Academy 47. Yen, YX., Wang, E.ST., & Horng, DJ.
of Management Journal. Vol. 44 No. (2011). Suppliers’ willingness of
5 pp. 996-1004. ABI/INFORM Global. customization, effective
communication, and trust: a study of
43. Tsai, Yi-Ching. (2006). Effect of Social switching cost antecedents. Journal of
Capital and Absorptive Capability on Business & Industrial Marketing. Vol
Innovation in Internet Marketing. 26/4 pp. 250–259. Emerald Group
International Journal of Management Publishing Limited.
Vol. 23 No.1 pp. 157-166.
ABI/INFORM Global. 48. Yigitbasioglu, O.M., (2010).
Information sharing with key suppliers:
44. Tseng, C.Y., Pai, D.C., & Hung, C.H. a transaction cost teory perspective.
(2011). Knowledge absorptive capacity Journal of Physical Distribution and
and innovation performance in KIBS. Logistic Management. Vol 40 No 7.
Journal of Knowledge Management. Emerald Group Publishing Limited.
Vol. 15 No. 6 pp. 971-983. Emerald
Group Publishing Limited, 49. Zahra, Shaker A., & George Gerald.
(2002). The Net-enabled business
45. Wagner, R. E & Hansen N. E. (2005). innovation cycle and the evolution of
Innovation in large versus small dynamic capabilities. Information
companies: insight from the US wood Systems Research Vol. 13 No. 2 pp.
products industry. Management 147-150. ABI/INFORM Global.
Decision. Vol 43 No.5/6 pp. 837.
ABI/INFORM Global. 50. Zheng, S., Zhang, W., Wu, X., & Du, J.
(2011). Knowledge-based dynamic
46. Wang, Catherine L. & Ahmed, Pervaiz capabilities and innovation in
K. (2004). The development and networked environments. Journal of
validation of the organisational Knowledge Management. Vol. 15 No.
innovativeness construct. European 6, pp. 1035-1051. Emerald Group
Journal of Innovation Management Publishing Limited.
Vol. 7 No. 4 pp. 303-313.
ABI/INFORM Global.
438