Anda di halaman 1dari 6

AFL INTERNATIONAL CORPORATE STRATEGY

Oleh:
0106011910195
Willy Tanjaya

Dosen Pengampu:
Dr. Eric Harianto, S.T., M.M.
1. Barney’s Resource Base Theory
Berikut ini adalah 3 jenis resources yang penting dalam suatu perusahaan.
- Physical Capital Resources (Williamson, 1975)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah sumber daya fisik dari suatu perusahaan misalnya
pabrik dan peralatan, lokasi geografis perusahaan, bahan baku, perlengkapan, kendaraan
dan lain sebagainya.
- Human Capital Resources (Becker, 1964)
Yang masuk dalam kategori SDM adalah pelatihan, pengalaman SDM, interpretasi dari
masing-masing SDM, kemampuan intelijen, hubungan antar SDM, serta wawasan dari
manajer serta individu perusahaan. Jadi SDM dalam sebuah perusahaan bukan hanya soal
berapa banyak karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan tersebut tetapi juga
mengenai apa saja kemampuan yang dimiliki oleh setiap karyawan tersebut.
- Organizational Capital Resources (Tomer, 1987)
Sumber Daya Organisasi meliputi struktur pelaporan, perencanaan formal maupun
informal, sistem pengawasan dan koordinasi, serta relasi informal antar kelompok intra
perusahaan, antar perusahaan maupun dengan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu,
sebuah perusahaan yang kaya akan Sumber Daya Organisasi akan memiliki ekosistem
kerja yang tersusun rapi serta minim kesalahan.
GOJEK
Gojek menetapkan Sumber Dayanya ke dalam 3 kategori penting yaitu.
a. Physical Capital Resources
Mencakup kantor pusat, server, aplikasi dan juga sumber daya lain yang berbentuk fisik
dan memiliki karakteristik tangible.
b. Human Capital Resources
Sebagai perusahaan jasa, Gojek memiliki program pelatihan SDM yang komprehensif
demi menjamin bahwa konsumen menerima layanan jasa yang prima. Selain itu, Gojek
juga melakukan seleksi yang ketat terhadap SDM yang melamar di Gojek. Seleksi ini
melibatkan wawasan Individu mengenai lingkungan pasar, teamwork serta kemampuan
inovasi.
c. Organizational Capital Resources
Hal ini berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh Gojek dalam operasional perusahaan.
Gojek membangun kultur kerja kolaboratif melalui lingkungan kantor yang tanpa sekat
sehingga kolaborasi antar departemen dapat berjalan dengan baik karena efektivitas
komunikasi yang terjadi. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah Gojek baru saja
melakukan merger dengan Tokopedia sehingga memiliki wawasan yang lebih luas dari
kompetitor karena sekarang Gojek juga memiliki informasi mengenai industri E-
Commerce.
2. Barney’s 1st Mover Advantages
First mover advantages membahas tentang strategi dimana suatu perusahaan dalam suatu
industri mengimplementasi strategi baru lebih awal dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri yang sama. Perusahaan first mover akan terlebih dahulu memiliki kanal distribusi dan
membangun reputasi positif di kalangan konsumen sebelum perusahaan lain mengimplementasi
strategi tersebut. Dengan demikian maka perusahaan yang lebih dahulu mengimplementasi suatu
strategi yang unik dapat meraih keunggulan bersaing. Hal yang harus diperhatikan agar bisa
menjadi first mover adalah:
a. Perusahaan harus memiliki wawasan mengenai peluang yang ada berkaitan dengan strategi
yang akan diimplementasi (information about opportunity)
b. Perusahaan-perusahaan dalam suatu industri harus mengendalikan Sumber Daya yang
berbeda (heterogen) sehingga saat satu perusahaan menjadi first mover maka akan sulit
untuk ditiru oleh perusahaan lainnya
GOJEK
Seperti yang kita ketahui, Gojek merupakan 1st Mover sebagai penyedia layanan jasa
transportasi ojek online. Hal ini karena pendiri Gojek, Nadiem Makariem, mengimplementasi
strategi model bisnis ini lebih awal dibandingkan penyedia jasa lain yang ada di Indonesia saat ini.
Hal ini menjadikan Nadiem Makariem memiliki kanal distribusi serta reputasi positif di kalangan
konsumen lebih dahulu dibandingkan dengan kompetitor. Bagaimana tidak, Nadiem memulai
Gojek berawal dari Call Center dimana driver ojek yang tersedia belum sebanyak sekarang namun
hanya sekumpulan driver ojek yang sering ngopi bersama Nadiem Makariem.
Meskipun 1st Mover Advantage tidak dapat bertahan lama karena terbukti saat ini sudah
banyak perusahaan lain yang mengimplementasi strategi yang dibentuk oleh Gojek.
3. Dynamic Capability & Leadership in Organizational Learning
A. Perbedaan mendasar antara Five Forces Theory dan Dynamic Capability terdapat pada
kemampuan teori ini untuk mengakomodasi lingkungan yang dinamis atau terus berubah. Di era
Industri 4.0 ini, perubahan teknologi melaju dengan sangat pesat sehingga kerangka kerja Five
Forces dianggap tidak dapat mengakomodasi hal berikut ini.
- Inovasi serta berbagai faktor yang mengubah ‘rules of the game’ sebagaimana telah kita
saksikan di banyak perusahaan startup, aturan bermain tradisional seakan-akan sudah tidak
berlaku lagi di era ini
- Faktor-faktor internal perusahaan yang membatasi peluang
- Faktor yang memengaruhi isu imitasi dan kelayakan
- Peran serta institusi/lembaga pendukung, aset pelengkap, cospecialization, serta jaringan
eksternal lainnya
- Batasan yang ada dalam industri bersifat rancu
Kerangka Kerja Dynamic Capability ingin menekankan bahwa konteks lingkungan bisnis
yang harus digunakan sebagai dasar analisis tidak hanya dari lingkungan bisnis itu sendiri tetapi
juga harus mencakup ekosistem bisnis yaitu komunitas organisasi, institusi/lembaga, serta individu
yang memiliki dampak terhadap perusahaan, konsumen, dan supplier. Esensi sebuah strategi yang
ditawarkan oleh Dynamic Capability melibatkan seleksi dan pengembangan teknologi serta model
bisnis yang dapat membangun keunggulan daya saing melalui penyusunan dan pengaturan aset
yang sulit ditiru. Kuncinya adalah bagaimana perusahaan bisa mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki untuk melakukan pencarian serta penelusuran yang dapat menghasilkan informasi internal
maupun eksternal dari aspek teknologi, pasar, dan persaingan.
GOJEK
Gojek dapat menerapkan kerangka kerja Dynamic Capability melalui penelusuran terus
menerus mengenai perkembangan teknologi terbaru, keinginan pasar serta memperhatikan gerak
gerik kompetitor yang ada di Indonesia. Misalnya dari segi teknologi, Gojek dapat mencari
peluang baru dari kehadiran mobil listrik di Indonesia. Gojek bisa saja menerapkan skema cicilan
mobil listrik Hyundai Ionic dengan bunga rendah untuk memberikan subsidi bagi driver Go-Car.
Dengan demikian diharapkan kedepannya, Driver Go-Car mulai beralih ke mobil listrik sehingga
ongkos Go-Car dapat ditekan sehingga menghasilkan keunggulan daya saing terhadap pesaingnya.
B. Tepat sekali bila dikatakan peran seorang pemimpin sangat penting bagi proses Organizational
Learning. Hal ini dikarenakan pemimpin dapat melakukan intervensi yang akan berpengaruh pada
proses pembelajaran serta output yang dihasilkan. Faktor Leadership sendiri dapat berpengaruh
dalam konteks siapa saja yang perlu diikutkan dalam proses pembelajaran serta kapan momen
yang tepat bagi individu ini untuk dilatih. Hannah and Lester menyajikan sudut pandang multilevel
mengenai bagaimana pemimpin dapat melakukan intervensi terhadap Organizational Learning.
- Level mikro: membina kesiapan individu untuk mengikuti proses pembelajaran melalui
keterlibatan dalam mengembangkan pengalaman kerja
- Level meso: mempromosikan dan memfasilitasi jaringan sosial yang berorientasi
pengetahuan (knowledge-centric) secara efektif
- Level macro: memantau pengetahuan kritis yang muncul menggunakan praktek
kepemimpinan dan manajemen yang tepat
GOJEK
Gojek dapat memperbaiki peran pemimpin dalam perusahaan melalui proses seleksi ketat
yang mampu memastikan bahwa di lingkungan internal Gojek dipenuhi oleh pemimpin
berkemampuan tinggi. Selain berkemampuan tinggi, pemimpin yang ditunjuk harus dapat
menciptakan budaya kerja yang kental sehingga harapannya budaya ini dapat dianut oleh seluruh
individu yang bekerja di Gojek. Harapannya, pemimpin dapat lebih mudah untuk melakukan
intervensi dalam hal pembelajaran karena sudah ada budaya kerja yang tertanam di benak masing-
masing individu. Hal ini sesuai dengan intervensi level meso yang memastikan bahwa jaringan
sosial yang terbentuk di dalam Gojek bersifat knowledge-centric. Bayangkan jika pembicaraan
antar individu semuanya berhubungan dengan lingkungan kerja serta inovasi terbaru, maka dapat
dipastikan proses Organizational Learning akan berjalan dengan lancar.
4. Cohen & Levinthal’s Absorptive Capacity Theory
Absorptive Capacity adalah kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi kemampuan
eksternal untuk menciptakan kemampuan berinovasi. Kemampuan ini membutuhkan proses
pengenalan terhadap informasi baru, mengasimilasi informasi tersebut serta pada akhirnya tentang
bagaimana perusahaan dapat mengolah informasi ini menjadi keputusan komersial yang
menguntungkan. Absorptive Capacity dapat dihasilkan melalui berbagai metode yaitu melalui
kegiatan Riset dan Pengembangan Internal perusahaan. Selain itu, Abernathy and Rosenberg
menyampaikan bahwa Absorptive Capacity juga dapat dibentuk melalui keterlibatan langsung
suatu perusahaan terhadap proses manufaktur. Pengalaman perusahaan dalam melakukan produksi
dapat menjadikan perusahaan lebih sensitif terhadap nilai dan metode-metode baru sehingga dapat
mengembangkan proses produksi yang sudah ada.
Berikut ini adalah perbedaan antara Individual Absorptive Capacity dengan Organizational
Absorptive Capacity.
- Individual Absorptive Capacity: Kemampuan individu dalam suatu organisasi untuk menerima
dan mengolah informasi-informasi baru menjadi sesuatu yang berguna bagi perkembangan
organisasi
- Organizational Absorptive Capacity: Kemampuan organisasi untuk memproses informasi
eksternal baru menjadi sesuatu yang berguna bagi perkembangan strategi organisasi. Meskipun
demikian, Organizational Absorptive Capacity juga melibatkan kemampuan perusahaan dalam
mengintegrasikan informasi baru ini kepada seluruh individu dan sub-unit yang ada dalam
perusahaan (transfer of knowledge).
Organizational Absorptive Capacity bergantung pada Absorptive Capacity yang dimiliki
oleh individu yang berperan didalamnya. Perusahaan akan menempatkan individu tertentu untuk
menerima informasi-informasi eksternal. Individu ini kemudian akan mentranslasi informasi
mentah ini menjadi suatu knowledge yang sekiranya dapat dipahami oleh seluruh individu yang
ada dalam organisasi. Misalnya informasi teknis seperti pabrik Toyota yang menggunakan Mesin
B58 besutan BMW untuk produk Toyota Supra A90 tidak bisa langsung disebarkan ke seluruh
individu di perusahaan untuk kemudian diambil langkah strategisnya. Tetapi ada baiknya
informasi ini diolah menjadi knowledge bahwa penggunaan beberapa suku cadang dari manufaktur
lain dapat menguntungkan perusahaan dari segi Cost Leadership.
GOJEK
Gojek sudah menerapkan Absorptive Capacity melalui proses merger yang baru saja
dilakukan dengan Tokopedia. Dengan proses merger ini, Gojek dapat menggali informasi penting
mengenai perilaku pasar melalui data yang dimiliki oleh Tokopedia. Dengan demikian, individu
dapat mempelajari langkah-langkah penting yang dilakukan oleh Tokopedia dalam menarik minat
konsumen di tengah persaingan bisnis digital yang sangat ketat ini. Terbukti, saat ini Gojek sudah
mengintegrasikan Gopay dan Gopay Coins ke Tokopedia agar kedepannya masyarakat lebih
tertarik untuk menggunakan Gopay sebagai alat pembayaran Digital.

Anda mungkin juga menyukai