KAK Pengendalian Rusun Komersil
KAK Pengendalian Rusun Komersil
1. LATAR BELAKANG
Secara teoritis pada bangunan gedung bertingkat terdapat 2 (dua) sistem
kepemilikan yakni:
a. sistem kepemilikan tunggal (single ownership system) di mana pemegang hak
atas tanah sekaligus sebagai pemilik Gedung.
b. sistem kepemilikan bersama dimana terdapat beberapa orang pemegang hak
atas tanah, bagian dan benda secara bersama-sama di samping secara
perseorangan/kepemilikan secara individual atas unit yang dimiliki (privately
owned unit).
Pada sistem kepemilikan bersama, disamping adanya kepemilikan
bersama, yang terpisah dari kepemilikan secara individual (perseorangan) atas
unit yang dimiliki (privately owned unit). Maka pada sistem kepemilikan bersama
(condominium/Joint Property/Strata Title.) melahirkan pula konsep bukti
kepemilikan yang berbeda dengan kepemilikan tunggal (single ownership system).
Pada sistem kepemilikan bersama bukti kepemilikan (Property Rights) selain
menunjukkan hak kepemilikan secara individual atas unit yang dimiliki (privately
owned unit) juga harus menujukan adanya batas dan uraian atas bagian bersama
dan benda bersama yang menjadi hak setiap pemilik. Hak atas bersama tersebut
secara konsep akan di perhitungan dengan sebuah angka yang menujukan hak
atas kepemilikan bersama (tercantum dalam bukti kepemilikan) yang disebut
dengan Nilai Perbandingan Proporsional (NPP).
Konsep ini lah yang kemudian menjadi dasar dibentuknya Undang-Undang
20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun.
Sistem kepemilikan inilah “sistem kepemilikan bersama dimana terdapat
beberapa orang pemegang hak atas tanah, bagian dan benda secara bersama-
sama di samping secara perseorangan/kepemilikan secara individual atas unit
yang dimiliki (privately owned unit)” yang menjadi dasar adanya pertelaan dan akta
pemisahan pada bangunan yang memiliki konsep tersebut. Pertelaan dan akta
pemisahan menjadi hal yang penting sebagai dasar pemisahan atas hak
kepemilikan bersama yang dapat digunakan secara bersama-sama atau yang
disebut dengan common areas”, “common parts”, “commonly owned areas”,
“common elements”, or “jointly owned parts” dengan hak kepemilikan perseorangan
atas unit-unit sarusun atau yang disebut dengan “privately owned unit”.
Pemisahan rumah susun tersebut wajib dituangkan dalam bentuk gambar
dan uraian, yang dibuat sebelum sebelum pelaksanaan pembangunan rumah
susun, yang kemudian dituangkan dalam bentuk akta pemisahan yang disahkan
oleh bupati/walikota, Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta disahkan oleh
Gubernur. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU 20/2011 Rumah Susun
yang kemudian di ubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (UU 6/2023 Cipta Kerja).
Berdasarkan Pasal 28 PP 13/2021 Rumah Susun terdapat 2 (dua) bentuk
dokumen hukum yakni pertelaan dan akta pemisahan. Pertelaan berdasarkan
Pasal 1 angka 25 PP 13/2021 Rumah Susun merupakan: Pertelaan adalah
pernyataan dalam bentuk gambar dan uraian yang dibuat sebelum pelaksanaan
pembangunan Rumah Susun yang disahkan oleh pemerintah daerah yang
menunjukkan batas yang jelas dari setiap Sarusun, Bagian Bersama, Benda
Bersama, dan Tanah Bersama beserta uraian NPP.
3. TARGET
Target dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen rancangan Peraturan
Wali Kota Bandung dan lampiran Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai
dasar pelaksanaan pengesahan pertelaan dan akta pemisahan rumah susun oleh
Pemerintah Kota Bandung yang akan dilakukan kemudian.
Sumber dana yang dipakai untuk membiayai pengadaan jasa konsultansi ini
berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui DPA - SKPD Dinas Perumahan
dan Kawasan Permukiman Kota Bandung, Tahun Anggaran 2023, dengan nomor
kode rekening kegiatan : 1.04.02.2.06.03. 5.1.02.02.08.0019 .
Mekanisme pembayaran pekerjaan selanjutnya akan diatur dalam kontrak
kerja yang dibuat antara Pejabat Penandatangan Kontak (PPK) dan tim tenaga ahli
serta tenaga pendukung yang terdapat pada DPA, dengan Pagu Anggaran sebesar
Rp 97.465.770 (Sembilan Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Enam Puluh Lima Ribu
Tujuh Ratus Tujuh Puluh Rupiah).
6. DATA REFERENSI
8. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
✓ Laporan - laporan;
✓ Background Study yang berisikan identifikasi dan kajian dari berbagai isu,
masalah, tantangan dan upaya yang diperlukan dalam pengesahan pertelaan
dan akta pemisahan rumah susun;
✓ Rancangan Peraturan Wali Kota Bandung beserta lampiran Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai pendukung dan penjabaran pengesahan
pertelaan dan akta pemisahan rumah susun di lingkungan Pemerintah Kota
Bandung.
Untuk melaksanakan tugas ini penyedia jasa harus menyediakan tenaga ahli yang
kompeten dan dapat memenuhi kebutuhan pekerjaan yang terikat selama
pelaksanaan pekerjaan. Tenaga ahli dan pendukung yang diperlukan untuk
melaksanakan penyusunan Penyusunan Naskah Akademis dan Perwal SOP
pengesahan pertelaan dan akta pemisahan rumah susun ini diantaranya:
4. Administrasi keuangan
a. Berjumlah satu orang dan berpendidikan minimal SMA/SMK
Administrasi dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun;
b. Memiliki kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya
di dalam tim;
c. Menguasai program proses dokumen word, excel, dan program
pengolahan keuangan yang diperlukan;
11. LAPORAN
12. PENUTUP
a. Setelah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diterima, maka tenaga ahli dan tenaga
pendukung hendaknya memeriksa semua bahan masukan yang diterima dan
mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan;
b. Berdasarkan bahan-bahan tersebut, konsultan agar segera menyusun
program kerja untuk dibahas dengan pemberi tugas;
c. Kerangka Acuan Kerja ini disusun sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
Pengendalian Rusun Komersil Kota Bandung