BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia industri, ilmu kimia memiliki peranan penting. Selain sebagai
ilmu terapan di dunia industri, kimia juga digunakan dalam bidang analisis,
sehingga diharapkan dengan penerapan ilmu kimia dalam dunia industri, akan
berdampak langsung pada produk barang maupun jasa yang dapat meningkatkan
kualitas maupun kuantitasnya, karena ilmu kimia berperan penting di dunia kerja
maka tenaga kerja yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan potensi akan
mewujudkan harapan dunia industri saat ini.
Inventarisasi adalah suatu daftar semua fasilitas yang ada di seluruh bagian,
termasuk gedung dan isinya. Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui banyaknya
bahan dan alat di laboratorium Kimia Dasar dan Kimia Organik.
2
B. Rumusan Masalah
➢ Bagaimana proses preparasi alat dan bahan sebelum melakukan praktikum
di laboratorium kimia?
➢ Bagaimana proses inventarisasi alat dan bahan di laboratorium?
➢ Bagaimana cara menerapkan keamanan dan keselamatan kerja saat di
laboratorium kimia?
C. Tujuan
Tujuan utama yang akan dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL)
adalah:
➢ Untuk mengetahui bagaimana proses preparasi alat dan bahan sebelum
praktikum kimia dasar dan kimia organik di Laboratorium Kimia Dasar dan
Laboratorium Kimia Organik.
➢ Untuk mengetahui bagaimana proses inventarisasi alat dan bahan di
Laboratorium Kimia.
➢ Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan keamanan dan keselamatan
kerja saat berada di dalam Laboratorium Kimia.
3
Keberadaan kampus Universitas Jember yang berada di Tegal Boto saat ini,
sebenarnya sudah diimpikan oleh R. Soedjarwo kala itu, yang mana pada tahun
1960, kawasan Tegal Boto masih berupa daerah terpencil bagaikan “pulau mati”
dan tidak bisa dijangkau transportasi darat. Untuk membuka daerah tersebut, R.
Soedjarwo mulai membangun jembatan di jalan PB Sudirman arah ke Jalan Mastrip
pada 1961. Jembatan tersebut baru selesai tahun 1976 dan hingga kini dikenal
sebagai jembatan Jarwo. Pada awal 1961 Yayasan Unita mulai merintis upaya agar
UNITA bisa berstatus negeri. Untuk itu, R. Soedjarwo mengadakan koordinasi
dengan segenap pengurus yayasan, pengurus UNITA, tokoh-tokoh daerah,
termasuk anggota DPRD. Sidang DPRD pada 19April 1961 akhirnya menghasilkan
keputusan menetapkan resolusi. Resolusi tersebut isinya menyangkut beberapa hal.
Pertama, tentang memperkuat ide pembukaan Fakultas Kedokteran, kedua
mengirim delegasi yang terdiri dari Ketua DPRD menghadap Pemerintah Pusat,
dan ketiga Universitas Tawang Alun agar diakui sebagai Universitas Negeri.
Langkah selanjutnya, Yayasan Unita mengirim beberapa delegasi untuk menghadap
Menteri PTIP waktu itu dipegang Prof Mr Iwa Kusumasumantri. Hasilnya
memberikan harapan baru, pemerintah akan menegerikan UNITA bersama-sama
dengan UNIBRAW pada 20 Mei 1962.
kebijakan baru bahwa tidak membenarkan penegerian dua universitas dalam satu
provinsi secara bersamaan. Akibat penundaan penegerian UNITA tersebut, Unita
akhirnya diintegrasikan ke Universitas Brawidjaya Malang berdasarkan SK
Menteri PTIP No1, tertanggal 5 Januari 1963. Hal ini menimbulkan keresahan bagi
masyarakat Jember dan mahasiswa UNITA khususnya. Melihat hambatan tersebut
R. Soedjarwo terus berusaha dengan mengirim delegasi ke Jakarta hingga mendapat
dukungan dari DPRD untuk mendesak pemerintah pusat untuk menegerikan
UNITA menjadi universitas negeri secepatnya. Jerih payah R. Soedjarwo dengan
dibantu pihak-pihak terkait, akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK
Menteri PTIP No 153 tahun 1964 tertanggal 9 November 1964 tentang didirikannya
sebuah Universitas Negeri Jember. Dari sinilah impian R. Soedjarwo untuk
mendirikan Perguruan Tinggi Negeri di Jember mulai terwujud.
Pada awal berdirinya pada tahun 1964, kampus Tegal Boto ini akrab disapa
dengan sebutan Universitas Negeri Djember yang disingkat UNED yang saat ini
menjadi Universitas Jember (UNEJ). Di awal berdirinya kampus Tegal Boto ini
masih memiliki lima fakultas ternama, yang terdiri dari Fakultas Hukum di Jember,
dengan cabangnya di Banyuwangi, Fakultas Sosial dan Politik dan Fakultas
Pertanian di Jember, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra di Banyuwangi.
Dengan rektor pertama dijabat oleh dr. R. Achmad.
• Sub Unit kerja pengelola Persiapan Pembukaan FMIPA (Satgas MIPA) yang
bertugas untuk mempersiapkan dan mengembangkan rencana pelaksanaan
Pendidikan akademis di bidang MIPA.
Dekan FMIPA
Drs. Achmad Sjaifullah, M.Sc., Ph.D
LABOR
a. Sublimasi
Salah satu perubahan wujud yang dapat digunakan untuk pemisahan
campuran adalah menyublim atau sublimasi. Sublimasi adalah perubahan wujud
dari zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat
diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas.
Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan berubah wujudnya
menjadi padat. Beberapa padatan yang dapat menyublim diantaranya iodin, cafein,
para-diklorobenzena, dan naphthalene.
b. Ekstrasi
Ekstrasi merupakan metode pemisahan campuran dengan melarutkan bahan
campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah perbedaan
kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. Ekstrasi juga merupakan kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang dapat larut
dengan menggunakan pelarut cair.
c. Dekantasi
Dekantasi merupakan suatu cara pemisahan antara cairan dan padatan yang
paling sederhana yaitu dengan menuangkan cairan perlahan-lahan sehingga
endapan tertinggal dibagian dasar wadah tersebut. Metode dekantasi hasilnya masih
kurang efektif dan sempurna. Hasil akan menjadi lebih efektif bila ukuran zat padat
jauh lebih besar.
d. Filtrasi
Filtrasi adalah suatu metode memisahkan zat padat yang ada pada suatu
campuran baik campuran berwujud cair maupun gas dengan menggunakan suatu
medium berpori untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang
terdapat dalam campuran.
e. Evaporasi
Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sampai zat pelarutnya menguap
dan meninggalkan zat terlarut. Proses pemisahan dengan penguapan ini dapat
14
terjadi karena zat terlarut memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada zat
pelarutnya.
f. Destilasi
Destilasi adalah proses pemisahan campuran zat cair yang didasarkan pada
perbedaan titik didih zat. Proses pemisahan campuran dengancara destilasi
dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan pengembunan. Metode ini
sangat sederhana, zat cair dipanaskan hingga mendidih, uapnya dialirkan ke
penampung, kemudian dikondensasi sehingga cairan terbentuk kembali. Panas
yang diberikan akan meningkatkan energi kinetik molekul air sehingga energi yang
dimilikinya cukup mengubah molekul air dari fase cair menjadi fase gas. Tekanan
uap diatas cairan yang ditimbulkan disebut tekanan uap. Tekanan ini akan semakin
besar bila jumlah molekul air yang berubah menjadi fase gas bertambah. Ada
kalanya tekanan uap cairan sebanding dengan tekanan uap eksternal dari cairan
yang biasa disebut tekanan atmosfir. Bila kondisi ini terjadi, maka cairan akan
mendidih, dan temperatur saat cairan mulai mendidih disebut dengan titik didih.
Dalam praktikum ini, kami menemukan banyak hal baru seperti mengenal
alat-alat baru beserta fungsi alat-alat tersebut. Selain itu, kami banyak belajar
tentang bagaimana cara melayani mahasiswa saat praktikum dan melakukan
preparasi alat serta bahan untuk praktikum.
Hukum perbandingan tetap dari Joseph Proust pada tahun 1799 menyatakan
bahwa “suatu senyawa kimia disusun oleh unsur-unsur dengan perbandingan massa
yang selalu tepat dan sama”. Dalam hal ini tentunya fungsi Hukum Perbandingan
Tetap “Hukum Proust” ini sangatlah penting dalam ilmu kimia hal ini karena hukum
ini dapat memberikan kontribusi pada konsep yang jelas mengenai senyawa kimia
dan dapat memberikan konsep bagaimana unsur-unsur dapat membentuk senyawa.
dua cara yang berbeda dari jumlah tertentu tembaga dan reagen lain yang digunakan
secara berlebih. Pada cara pertama, setelah tembaga dengan berat tertentu
dioksidasi menjadi Cu2+(aq) direaksikan dengan NaOH sehingga dihasilkan
endapan Cu(OH)2 dan Cu(OH)2 akan diuraikan menjadi CuO pada pemanasan.
beaker gelas, pipet mohr, gelas ukur, bunsen, kasa, dan kaki tiga. Pada
praktikum kali ini, kaca arloji digunakan untuk menimbang bahan. Beaker gelas
berfungsi sebagai tempat sampel atau larutan kimia. Pipet mohr digunakan untuk
mengambil larutan dalam jumlah tertentu. Gelas ukur digunakan untuk mengukur
volume larutan yang dibutuhkan. Bunsen, kasa, dan kaki tiga digunakan untuk
pemanasan. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini yaitu tembaga,
HNO3 pekat, NaOH 2 M, Na2CO3, dan aquades.
Setelah praktikum selesai, alat tersebut perlu di cek apakah lengkap seperti
saat meminjam alat atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menjaga alat agar tidak
hilang.
Hidrolisis adalah penguraian zat dalam reaksi kimia yang disebabkan oleh
air. Reaksi kimia dalam hidrolisis memecah molekul air menjadi kation hidrogen
dan anion hidroksida. Hidrolisis bergantung pada kimiawi, kelarutan, derajat
keasaman dan oksidasi-reduksi dari setiap senyawa.
campuran asam organik dengan alkohol. Proses esterifikasi ini merupakan reaksi
kesetimbangan sehingga untuk menghasilkan produk yang optimal maka salah satu
produk harus dikurangi jumlahnya, yaitu H2O sehingga jumlah ester yang
didapatkan menjadi lebih banyak (Fessenden, 1999). Ester khususnya minyak
bereaksi deangan basa membentuk garam dan gliserol, reaksi ini dikenal dengan
reaksi safonifikasi (Putranto, 2009). Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dan
alkohol dipanaskan bersama dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya
asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida terkadang digunakan, tetapi
penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester aromatik (ester dimana asam
karboksilat mengandung sebuah cincin benzen). Reaksi penggeseran (esterifikasi)
berjalan lambat dan dapat balik atau reversible.
Setelah praktikum selesai, alat tersebut perlu di cek apakah lengkap seperti
saat meminjam alat atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menjaga alat agar tidak
hilang.
Amina merupakan senyawa polar dan antar molekul amina primer atau
amina sekunder terhadap ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antar molekul amina
tidak sekuat ikatan hidrogen antar molekul alkohol/air karena perbedaan
18
keelektronegatifan antara nitrogen dan hidrogen (3,0 – 2,1 = 0,9) tidak sebesar
perbedaan keelektronegatifan, antara oksigen dan nitrogen (3,5 – 2,1 = 1,4). Amina
dengan berat molekul rendah dapat larut dengan baik dalam air, sedangkan yang
berat molekulnya tinggi kelarutannya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pada
amina dengan berat molekul rendah lebih mudah membentuk ikatan hidrogen
dengan air dari pada amina dengan berat molekul tinggi, meskipun semua jenis
amina dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Amina adalah turunan dari ammonia dengan rumus umum R dan N, R dapat
berupa gugus hidrokarbon atau hidrogen. Jika hanya satu atom hidrogen dari
ammonia digantikan oleh satu gugus hidrokarbon, hasilnya ialah amina primer.
Contohnya ialah etilamina dan anilin. Jika dua gugus hidrokarbon menggantikan
atom-atom hidrogen dalam molekul ammonia, senyawa ini ialah amina sekunder
seperti dimetilamina dan tiga penggantian menghasilkan amina tersier
(trimetilamina) amina bersifat basa sebab ada pasangan elektron menyendiri pada
atom nitrogen yang dapat menerima satu ion hidrogen, sama seperti pasangan
menyendiri pada nitrogen dalam ammonia. Amina primer atau sekunder dapat
bereaksi dengan asam karboksilat membentuk amida. Reaksi kondensasi yang lain
dan analog dengan pembentukan ester dari reaksi alkohol dengan asam karboksilat.
Setelah praktikum selesai, alat tersebut perlu di cek apakah lengkap seperti
saat meminjam alat atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menjaga alat agar tidak
hilang.
Asam sulfat merupakan cairan yang memiliki sifat berbahaya karena sifat
korosif yang mudah terbakar. Jenis cairan ini juga banyak digunakan dalam indutri
kimia seperti pembuatan aki, pupuk, pulp, dan kertas.
Timbal (II) nitrat bersifat toksik, suatu oksidator dan digolongkan sebagai
berpotensi karsinogenik pada manusia. Akibatnya, timbal (II) nitrat harus ditangani
dan disimpan dengan tindakan pencegahan keselamatan yang memadai untuk
mencegah terhirup, tertelan, dan terkena kulit. Oleh karena sifat alaminya yang
berbahaya, aplikasi timbal (II) nitrat berada di bawah pengawasan ketat.
Asam klorida (HCl) adalah asam monoprotic, yang berarti bahwa ia dapat
terdisosiasi melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam
21
larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium. Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl-. Asam klorida merupakan
asam monoprotik yang paling sulit mengalami reaksi redoks. Asam klorida juga
merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang
lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas.
Untuk penataan alat, perlu diletakkan di tempat yang cukup aman. Alat yang
sejenis diletakkan pada tempat yang sama atau perlu dipisah berdasarkan ukuran
atau spesifikasinya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mengetahui jumlah dan
jenis peralatan yang dimiliki. Alat-alat tersebut dapat ditata langsung di dalam
lemari atau bak agar terlihat rapi.
Kemudian alat yang peletakannya harus berdiri seperti neraca lengan atau
neraca analitik sebaiknya di tempatkan di tempat yang lebih tinggi. Tujuannya
untuk mengurangi risiko tersenggol atau terinjak. Sedangkan untuk alat yang tidak
dapat diletakkan berdiri seperti, labu alas bulat, labu leher tiga sebaiknya penataan
diletakkan dalam bak dengan posisi ditidurkan supaya mengurangi risiko terguling
dan jatuh.
22
Untuk alat yang memiliki bobot relatif berat, sebaiknya diletakkan ditempat
yang rendah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja dan
kerusakan alat seperti tertimpa alat tersebut. Selain itu untuk mempermudahkan
saat pengambilan alat tersebut. Penataan alat juga perlu memperhatikan frekuensi
penggunaan alat tersebut. Untuk alat yang sering digunakan, diletakkan ditempat
yang mudah terlihat dan diambil. Sedangkan untuk alat yang jarang digunakan
sebaiknya diletakkan agak di belakang atau di atas. Tetapi alat ini juga perlu di cek
secara berkala untuk mengetahui keadaannya masih bisa digunakan atau tidak.
Karena terdapat alat yang apabila sudah terlalu lama tidak dipakai maka saat
dioperasikan fungsi alat tersebut dapat berkurang.
Kemudian untuk pengecekan stok atau jumlah alat, alat yang sejenis
dihitung jumlahnya. Alat yang akan dihitung jenisnya, spesifikasinya dan juga
mereknya harus sejenis. Untuk alat denagn merek dan spesifikasi yang berbeda
harus dihitung secara terpisah.
bahan kimia berbentuk padatan dan bahan kimia berbentuk cair. Untuk tata
letaknya, bahan kimia padat dan bahan kimia cair ditempatkan secara terpisah.
Bahan kimia padatan ditata berdasarkan tatanan abjad dimulai dari angka.
Jadi, semua bahan kimia yag memiliki nama depan dengan huruf A dikelompokkan
menjadi 1 dan huruf B dikelompokkan dengan huruf B, begitu seterusnya. Penataan
ini memudahkan kita untuk menemukan bahan kimia yang dibutuhkan.
Kemudian untuk bahan yang dapat bereaksi langsung apabila terkena sinar
matahari, sebaiknya diletakkan di dalam botol yang gelap dan penempatannya
diletakkan di ruangan atau lemari yang tidak dapat terkena sinar matahari Untuk
bahan kimia berbentuk cair, penataannya berasarkan sifat dari zat tersebut. Bahan
kimia asam diletakkan dengan bahan kimia asam lainnya. Bahan kimia yang
bersifat basa, diletakkan dengan bahan kimia bersifat basa lainnya.
Untuk mengecek stok bahan, massa bahan dapat dikira-kira. Pengecekan ini
bertujuan untuk mempermudah pembelian bahan kimia yang akan datang. Untuk
bahan padat, saat pengecekan perlu membuka tutup botol bahan tersebut untuk
memperkirakan jumlah bahannya. Saat membuka tutup botol, sebaiknya jangan
langsung dihadapkan pada wajah, apalagi mata dan hidung. Karena apabila bahan
tersebut mempunyai bau yang menyengat, pernapasan kita dapat terganggu. Untuk
bahan berbentuk cair, pengecekannya dapat langsung dilihat dari luar botol tanpa
24
perlu membukanya. Akan sangat bahaya apabila membuka botol bahan kimian
yang sifatnya mudah menguap.
Fungsi utama rotary evaporator adalah memisahkan pelarut atau solvent dari
larutan. Penggunaan rotary evaporator sangat efektif jika disertai dengan vakum.
Ini mempersingkat waktu ekstraksi dan evaporasi. Perlu diketahui, pelarut atau
solvent tidak harus selalu berupa air, bisa saja cairan lain seperti aseton. Yang
penting adalah titik didihnya, karena mempengaruhi aplikasi dan setting suhu pada
water bath.
3.2 Pembahasan
Preparasi merupakan teknik laboratorium yang sangat penting dan harus
dikuasai oleh setiap kimiawi. Tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadahi
dalam teknik preparasi, maka akan sangat sulit untuk menjalankan
eksperimen/percobaan kimia secara baik dan benar.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan (PKL) di Universitas Jember
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Kimia yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa preparasi alat dan bahan bertujuan untuk
mempermudah praktikan pada saat akan melakukan praktikum dan
memperkenalkan praktikan terhadap alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum. Begitupun juga dengan inventarisasi alat dan bahan di laboratorium
kimia yang bertujuan untuk mendata jumlah alat dan bahan yang ada di
laboratorium. Dalam menerapkan Keamanan dan Keselamatan Kerja dalam
laboratorium kita diharuskan menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) seperti
jas laboratorium, masker, sarung tangan, dan lain lain untuk mengurangi risiko
kecelakaan kerja yang mungkin timbul.
Selain itu, kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) juga menjadi tempat
dimana siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruhan mengasah keterampilan mereka
khususnya dalam hal praktik dimana mereka dapat belajar lebih luas mengenai
dunia kerja serta melatih siswa-siswi menjadi generasi muda yang bertanggung
jawab dan professional.
4.2 Saran
1. Bagi sekolah
a. Pemberian bekal kepada siswa prakerin hendaklah dilakukan lebih lama dan
lebih efektif supaya siswa siap mental dan memiliki wawasan dan
pengetahuan lebih luas dan bermutu.
b. Pelaksanaan monitoring sebaiknya dilakukan lebih banyak agar terlihat
komunikasi yang lebih baik antara siswa dan guru pembimbing sekolah.
2. Bagi Instansi
a. Diharapkan agar kerjasama antara sekolah dengan instansi lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi peluang kepada siswa/siswi SMK
untuk Praktik Kerja Lapangan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Fathonah, Umi. 2019. Laporan Inventarisasi Alat Lab. Diakses pada 23 September
2023 dari https://id.scribd.com/document/422753305/Laporan-
Inventarisasi-Alat-Lab
FMIPA UNEJ. Sejarah Singkat-FMIPA UNEJ. Diakses pada 12 Agustus 2023 dari
https://fmipa.unej.ac.id/tentang-fmipa/sejarang-singkat/
Kimia Dasar, Tim. 2020. Modul Praktikum Kimia Dasar. Jember: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember
Universitas Jember. 2017. Profil UNEJ. Diakses pada 12 Agustus 2023 dari
https://unej.ac.id/profil-unej/
31
LAMPIRAN
Lampiran 1
Percobaan 1
Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran
Tujuan Percobaan:
Prosedur kerja:
a. Pemisahan campuran
• Timbang sebuah beaker 100 ml. Ke dalam beaker masukkan sebanyak
masing-masing 0,5 gram pasir, garam dapur, dan naphthalene serta aduk
sampai tercampur sempurna. Timbang berat total sampel dan beaker.
• Siapkan satu cawan porselen yang telah diketahui beratnya untuk menutup
beaker yang berisi campuran. Tempatkan beaker dan dish di atas jaring
kawat dan kaki tiga. Tambahkan beberapa pecahan es di atas cawan
porselen. Hati-hati jangan sampai ada tetesan air di bawah dish atau di
dalam beaker.
• Panaskan beaker dengan bunsen sampai terbentuk uap di dalam beaker dan
padatan mulai menempel di bawah cawan porselen. Setelah 10 menit,
pindahkan bunsen dan kumpulkan padatan di bawah cawan porselen ke
dalam wadah menggunakan spatula. Aduk campuran dalam beaker dengan
batang pengaduk. Tutup beaker dengan cawan porselen, kemudian panaskan
beaker kembali sampai tidak terbentuk padatan di bawah evaporating dish.
Timbang padatan hasil sublimasi yang menempel di bawah cawan porselen.
• Dinginkan beaker pada suhu ruang. Timbang beaker yang berisi padatan
tersisa. Hitunglah berat hasil sublimasi ditambah dengan berat padatan
tersisa. Bandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total campuran
dalam beaker.
• Tambahkan 25 ml aquades ke dalam sisa padatan dalam beaker. Lakukan
pengadukan selama 5 menit.
• Siapkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya untuk proses
penyaringan.
• Saringlah campuran dan tamping filtratnya dengan beaker lain. Bilas
padatan pada kertas saring dengan 10 ml aquades.
• Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan dalam oven suhu 105℃
selama 10 menit, lalu ditentukan berapa berat padatan hasil penyaringan.
• Cairan (filtrat) yang tersisa digunakan sebagai sampel percobaan distilasi.
33
b. Distilasi
• Pasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari instruktur. Ingat setiap
sambungan alat gelas diolesi Vaseline.
• Gunakan labu alas bulat 100 ml untuk labu distilasi dan labu penampung.
Isi labu distilasi dengan sisa filtrat percobaan sebelumnya (pemisahan
kimia). Masukkan dua butir batu didih. Pasangkan kedua labu tersebut pada
set alat distilasi, dan mulailah memanaskan menggunakan bunsen.
• Catat temperatur saat distilat yang tertampung volumenya sekitar 1 ml.
distilasi dilanjutkan hingga setengah volume air pada labu distilasi pindah
ke labu penampung distilat. Matikan bunsen dan dinginkan erlenmeyer.
• Masukkan masing-masing sebanyak 2 ml cairan sisa pada labu distilasi dan
cairan pada labu distilat pada erlenmeyer, pada dua tabung reaksi terpisah.
Teteskan sebanyak tiga tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 N pada masing-masing
tabung reaksi. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
c. Sentrifugasi versus dekantasi
• Masukkan dua-tiga sendok bubuk kapur ke dalam beaker gelas. tambahkan
30 ml air, aduk sampai rata.
• Ambil 10 ml larutan ke dalam tabung reaksi. Pisahkan sentrat dan endapan
dengan diputar dengan pemusingan selama 2 menit dan ambil fitrat dengan
pipet tetes.
• Ambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur (aduk kembali jika kapur
telah mengendap), saring menggunakan kertas saring ambil filtratnya.
Bandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari proses
penyaringan.
d. Rekristalisasi
• Ambil 1 gram garam dapur kotor, larutkan dalam beaker gelas dengan air
secukupnya.
• Saring dan tamping filtratnya, kemudian uapkan dalam cawan porselen di
atas nyala bunsen sampai air habis menguap.
34
Lampiran 2
Percobaan 2
Tujuan Percobaan:
Prosedur kerja:
1. Timbang dua sampel dari sekitar 0,01 gram tembaga dan 1,1 gram (lembaran
atau kawat). Catatlah massa sesungguhnya dengan teliti.
2. Masukkan setiap sampel tembaga ke dalam beaker gelas 150 ml, tambahkan 9
ml HNO3 pekat ke dalam masing-masing beaker gelas dan biarkan sampai
semua tembaga bereaksi, catat perubahan yang terjadi.
35
Lampiran 3
Percobaan 3
Ikatatan Kimia
Tujuan Percobaan:
• Membandingkan ikatan kovalen dengan ikatan ion dalam dua senyawa yang
berbeda.
• Mengamati perubahan ikatan kimia unsur klor dari ikatan kovalen menjadi
ikatan ion.
Prosedur kerja:
Lampiran 4
Percobaan 4
Tujuan Percobaan:
Prosedur kerja:
• Timbanglah dengan cepat sekitar 2 gram NaOH padat dan catat berat
tepatnya (tutuplah botol tempat NaOH secepat mungkin).
• Masukkan NaOH ke dalam kalorimeter, aduklah dengan cepat sehingga
semua NaOH larut, perhatikan perubahan suhunya dan catat suhu
tertingginya.
c. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH
• Masukkan 50 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter, diamkan
beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat.
• Ukurlah 50 ml larutan NaOH 0,5 M, pindahkan ke dalam beaker gelas,
diamkan beberapa saat, ukur dan catat suhunya dengan tepat.
• Tuangkan 50 ml NaOH tersebut ke dalam kalorimeter, aduklah dengan
cepat, perhatikan perubahan suhunya dan catatlah suhu tertingginya.
d. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat
• Masukkan 100 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter, diamkan
beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat.
• Timbanglah dengan cepat 2 gram NaOH padat dan catat berat tepatnya.
• Masukkan NaOH ke dalam kalorimeter, aduklah dengan cepat, perhatikan
perubahan suhunya dan catat suhu tertingginya.
41
Lampiran 5
Percobaan 5
Tujuan Percobaan:
Prosedur Kerja:
1. Timbang 1 gram minyak gondopuro ke dalam labu alas bulat dan tambahkan
satu batu didih.
2. Tambahkan 15 ml larutan NaOH 6%, batu didih satu butir.
3. Kemudian dilakukan refluks selama 15 menit (tes kebasaan menggunakan
kertas lakmus) dan didekanter ke dalam beaker gelas 100 ml.
4. Pindah larutan hasil refluks ke dalam beaker gelas.
42
5. Tambahkan larutan H2SO4 2% tetes demi tetes sambil diaduk ke dalam beaker
gelas sampai terbentuk endapan putih (tes dengan lakmus pH netral).
6. Pindahkan pada corong buchner, proses penyaringan (dengan pompa hisap).
7. Kemudian padatan dipindahkan ke dalam air panas sampai larutannya jernih
(proses rekristalisasi). Kemudian di dinginkan dengan ice bath (gumpalan es
batu) sampai terbentuk endapan putih kembali kemudian keringkan selama 24
jam.
8. Karakterisasi dengan FTIR sebelum dan sesudah proses.
43
Lampiran 6
Percobaan 6
Sintesis Benzalnilida
Tujuan Percobaan:
Prosedur kerja:
Lampiran 7
Percobaan 7
Sintesis (Bromo-Asetanilida)
Tujuan Percobaan:
Prosedur kerja:
Cara Perhitungan
500 ml
Massa zat terlarut =6x
100
= 30 gr
Langkah kerja:
1000 ml
Massa zat terlarut = 10 x
100
= 100 gr
50
Langkah kerja:
250 ml
Massa zat terlarut = 20 x
100
= 50 gr
Langkah kerja:
gr 1000
M= x
Mr ml
gr 1000
2= x
40 9000
25
2 = gr x
9000
1
2 = gr x
360
gr = 2 x 360
gr = 720 gr
Jadi NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 9 L NaOH 2M adalah 720 gram.
Langkah kerja:
500 ml
Massa zat terlarut = 2 x
100
= 10 ml
52
Langkah kerja:
500 ml
Massa zat terlarut =1x 100
= 5 gram
Langkah kerja:
% x ρ x 10
M =
Mr
32 % x 1,19 x 10
=
36,5
53
= 10,43
M1V1 = M2V2
0,5 x 24.000 ml
V1 =
10,43
= 1.150,52 ml
Jadi volume HCl yang dibutuhkan untuk membuat 24 L HCl adalah 1.150,52
ml.
M1V1 = M2V2
0,5 x 1.000 ml
V1 =
10,43
= 48 ml
Langkah kerja:
Pyrex 10 ml 11
6. Pipet Mohr Pyrex 5 ml 11
Pyrex 10 ml 13
7. Tabung Reaksi Pyrex 106
8. Buret Schott Duran 25 ml 6
Schott Duran 50 ml 7
9. Botol Reagen − 125 ml 30
− 250 ml 18
− 500 ml 8
10. Corong − − 34
11. Kondensor Schott Duran − 12
12. Pipa U − − 10
13. Pipet Tetes − Pendek 315
− Panjang 36
14. Kaca Arloji − Kecil 21
− Besar 3
15. Plate Tetes − 6 Hole 2
− 12 Hole 10
16. Cawan Porselin − − 30
17. Alu − − 14
18. Mortal − − 11
19. Batang Pengaduk − − 23
20. Bunsen − − 8
21. Kawat Kasa − − 22
22. Kaki Tiga − − 10
23. Multimeter − − 7
24. Spatula − − 1
25. Karet Pipet − − 350
26. Termometer − − 21
27. Bulp − − 11
28. Penjepit Kayu − − 13
29. Botol Semprot − − 16
Tabel 1. Data Inventarisasi Alat di Laboratorium Kimia Dasar
56
Pyrex 125 ml 12
Pyrex 150 ml 1
Pyrex 250 ml 55
Pyrex 500 ml 34
Pyrex 1000 ml 2
Pyrex 2000 ml 2
7. Labu Leher Tiga Pyrex 250 ml 8
Pyrex 500 ml 3
Pyrex 1000 ml 2
Pyrex 2000 ml 3
8. Labu Alas Bulat Pyrex 100 ml 12
Pyrex 250 ml 14
Pyrex 500 ml 13
9. Labu Kjeldal Pyrex 100 ml 26
Pyrex 200 ml 4
Pyrex 250 ml 4
Pyrex 300 ml 4
10. Gelas Ukur Pyrex 5 ml 49
Pyrex 10 ml 9
Pyrex 25 ml 13
Pyrex 50 ml 14
Pyrex 100 ml 35
Pyrex 1000 ml 2
11. Tabung Reaksi Pyrex − 606
Duran − 235
12. Termometer − − 29
13. Bunsen − − 9
14. Kondensor − − 9
15. Kaca Arloji − − 23
16. Bulp − − 9
17. Batang Pengaduk − − 52
18. Penjepit Kayu − − 15
19. Botol Semprot − − 26
20. Cawan Porselin − − 19
Tabel 2. Data Inventarisasi Alat di Laboratorium Kimia Organik
58
− Bahan Padatan
Tangal pengecekan 9 Agustus 2023
− Bahan Cair
Tangal pengecekan 14 Agustus 2023