Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kelompok

STUDI LAPANG MASYARAKAT DESA CIKARAWANG KECAMATAN


DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

Muhamad Bagus Jatmiko, Salma Tri Ambarsari, Nurshadrina Alifah, Nadya Tendra
Sikki, Surya Antariksa, Geis Ayman

Dibawah supervisi
Widya Hasian Situmeang, S.KPm, M.Si, Yumma Aufa Khairunnanisa, A.Md,
Sundari Surya Kartika, A.Md

1/12/2022

Abstrak

Studi lapangan adalah metode pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung
dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Salah satu kegiatan akhir pada mata kuliah sosiologi pedesaan di Sekolah Vokasi Institut
Pertanian Bogor, adalah studi lapangan ke desa di kawasan sekitar kecamatan Bogor.
Pada studi lapangan kali ini mahasiswa dituntut mengumpulkan data mulai dari potensi
desa, mata pencaharian masyarakat dusun, pola nafkah, modal-modal yang terdapat di
dusun, aktivitas harian perempuan hingga pembagian peran dalam keluarga. Metode
yang digunakan adalah studi lapangan dan analisis data sekunder. Hasilnya, setelah
menganalisis di Desa Cikarawang kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat..
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang berada di


Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah
Desa Cikarawang berbatasan dengan Sungai Cisadane pada bagian utara,
Sungai Ciapus pada bagian selatan, Sungai Cianduan pada bagian barat, dan
kelurahan Situ Gede pada bagian timur. Sebagian besar penduduk di Desa
Cikarawang bekerja sebagai petani. Di Desa Cikarawang sendiri terdapat
beberapa kelompok tani, diantara adalah kelompok tani Hurip, Subur Jaya,
Mekar, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Setia dan Andalan. Keenam
kelompok tani tersebut masuk ke dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya
yang diketuai oleh Bapak AB. Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya
(Gapoktan Mandiri Jaya) resmi berdiri pada tahun 2007 berawal dari
adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi
tanaman pangan seperti umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen.
Pola pencarian nafkah merupakan cara- cara yang di jalani warga buat
mendapatkan hasil/ pemasukan, guna membiayai kebutuhan ekonomi rumah
tangganya yang di jalani secara tertib serta kesekian. Perihal ini ditunjukkan guna
menjauhi dari kemiskinan. Pola pencarian nafkah ini bisa dicoba dengan metode
menaikkan semangat kerja dan kenaikan kreativitas menanggulangi permasalahan
kerja dengan menjadikan sesuatu pekerjaan menjadi bermutu, produktis,
ekonimis, efektif serta efesien.
Pola pencarian nafkah ini maksudnya adalah pengembangan sumber daya
manusia yang mandiri, yang berawalnya dari semangat kerja masyarakat yang
tinggal di desa Cikarawang, untuk memanfaatkan lahan kosong dengan cara
menanam berbagai macam komoditas pertanian. Disini titik tolak adalah
pengenalan bahwa setiap manusia atau setiap masyarakat memiliki potensi yang
dapat di kembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.
Pemanfaatan sumber daya yakni pola pencarian nafkah yang telah berkembangnya
dari adanya masyarakat pendidikan. Maka dari itu banyak cara pemanfaatan dari
sumber kehidupan mereka, terutama dalam meningkatkan sumber ekonomi
masyarakat
Masyarakat merupakan kesatuan dari beberapa orang yang kegiataanya
saling memerlukan, serta menempati sesuatu ruang ataupun daerah tertentu.
Dalam uraian yang lebih rinci masyarakat ialah sesuatu kelompok orang- orang
yang mempunyai karakteristik ataupun pekerjaan yang sama, ataupun tinggal pada
sesuatu kawasan tertentu. Jadi dalam konsep masyarakat tercantum ialah manusia
secara orang serta secara berkelompok dengan bermacam perilaku serta
perilakunya, ruang ataupun daerah dimana manusia- manusia itu berdimisili serta
aktivitas ataupun kegiatan yang dilakukan oleh orang ataupun kelompok tersebut.
Permasalahan

Berisikan permasalahan utama dan permasalahan turunan dari situasi yang akan dibahas.
Maksimal 1 halaman.

Metode

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten


Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih oleh Dosen melalui Penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan permasalahan yang menuntut
gambaran realitas ekonomi-sosial. Informasi yang didapatkan melalui wawancara dan
pengamatan berpartisipasi dengan para informan selama penelitian dilakukan.
Wawancara dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan yang telah disusun
agar informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Dalam mencari
informasi tidaklah terlalu sulit bagi peneliti, karena penduduk desa Cikarawang memiliki
sifat yang ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka.
BAB II
HASIL & PEMBAHASAN

A. Potensi Desa

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang berada di


Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Desa
Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut keadaan topografinya, Desa
Cikarawang merupakan dataran dan persawahan dengan ketinggian mencapai 193
m dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25°C–30°C. Batas-batas
wilayah Desa Cikarawang adalah sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cisadane,
sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, sebelah barat berbatasan dengan
Sungai Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane), dan sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan Setu Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Secara administratif,
wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga dusun dan tujuh rukun warga (RW).
Wilayah ini terbagi lagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat, yaitu 32 rukun
tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Luas wilayah desa adalah 226,56 ha yang
terdiri dari lahan sawah dan ladang seluas 194,572 ha, lahan pemukiman atau perumahan
seluas 37,854 ha, lahan empang seluas 2,15 ha, lahan perkuburan seluas 0,6 ha, dan
sisanya digunakan untuk jalan. Sebagian besar penduduk di Desa Cikarawang bekerja
sebagai petani. Di Desa Cikarawang sendiri terdapat beberapa kelompok tani,
diantara adalah kelompok tani Hurip, Subur Jaya, Mekar, Kelompok Wanita Tani
(KWT) Melati, Setia dan Andalan. Keenam kelompok tani tersebut masuk ke dalam
gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yang diketuai oleh Bapak AB. Gabungan
kelompok tani Mandiri Jaya (Gapoktan Mandiri Jaya) resmi berdiri pada tahun
2007 berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman
pangan seperti umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen
B. Mata Pencaharian Utama Masyarakat Desa

Dapat dilihat pada data tabel diatas menunjukan bahwa di Desa Cikarawang, diperoleh
informasi tentang mayoritas penduduk Desa Cikarawang yang menganut agama Islam
dan merupakan penduduk asli daerah dengan mutu sumber daya manusia di Desa
Cikarawang sangat rendah karena dari 8.362 penduduk, hanya 4.394 (61%) yang
pernah mengenyam bangku pendidikan dan 2.285 (52%) dari jumlah tersebut adalah
lulusan sekolah menengah pertama (SMP). Mata pencaharian pokok yang paling banyak
adalah Karyawan Perusahaan Wiraswasta 945 , Wiraswasta 469, Buruh Tani 305 dan
Pembantu Rumah Tangga 300. Berdasarkan Data tersebut dapat diketahui bahwa mata
pencaharian pokok sebagai buruh tani mengalami penurunan. Kehidupan petani
khususnya petani sawah selalu digambarkan dekat dengan kemiskinan. Pekerjaan petani
sawah masih dianggap sebagai profesi yang tidak menjamin kesejahteraan hidup di masa
depan, masih dianggap sebagai pekerjaan yang kurang bergengsi. Petani sawah menjadi
kelompok yang terpinggirkan dan terbelenggu dalam kemiskinan, hal tersebut menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan para petani tidak bangga lagi bekerja sebagai petani
sawah.
C. Pola Nafkah Masyarakat Desa

Mata pencaharian masyarakat di Desa ini sebagian besar bekerja sebagai petani, hal ini
dikarenakan sumber daya alam masih menjadi sumber utama dalam memenuhi kehidupan
mereka, Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya. Adapun hasil pertanian
desa ini terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang tanah, pisang, dan
pepaya. Komoditi unggulan petani Desa Cikarawang adalah tanaman ubi jalar dan
kacang tanah. Walaupun produksi pertanian di desa Cikarawang cukup banyak akan
tetapi belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat secara penuh, maka dari itu untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka masyarakaat di desa Cikarawang umumnya
mempunyai pekerjaan ganda, selain menjadi petani mereka juga mempunyai pekerjaan
sampingan seperti penggembala domba, tukang bangunan, karyawan pegawai negeri
dan swasta, pedagang, tukang ojeg, dan sopir angkot. Profesi lain dari
masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung, ayam ras,
kambing, sapi dan kerbau

D. Modal Masyarakat

a) Modal alam

Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya. Adapun hasil


pertanian desa ini terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang
tanah, pisang, dan pepaya. Komoditi unggulan petani Desa Cikarawang
adalah tanaman ubi jalar dan kacang tanah. Padi yang ditanam, setelah
panen tidak pernah dijual ke pasar atau ke tengkulak. Padi-padi yang
sudah dipanen akan dijemur, kemudian sebagian akan digiling sesuai
dengan kebutuhan untuk dikonsumsi dan sisanya akan disimpan dalam
bentuk gabah oleh petani sebagai persediaan pangan keluarga mereka.
Sebaliknya, untuk komoditi lainnya selain untuk dikonsumsi juga dijual ke
pasar-pasar terdekat atau ke tengkulak.
b) Modal manusia

Rata – Rata petani di Desa Cikarawang ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup
rendah. Petani di Desa Ciherang ini mayoritas berlulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). para petani di Desa Cikarawang hanya berbekal pengetahuan dari pengalaman
yang diperoleh secara spontanitas selama bekerja di sawah. Kedua, belajar dari mulut ke
mulut dari beberapa orang yang berpengalaman dalam bertani , secara otodidak
menularkan pengalamannya ke petani lain yang memiliki tujuan yang sama. Proses
transfer skill dan berbagi pengalaman antar petani ini disebut dengan istilah internalisasi.
Internalisasi sebagai bentuk sikap, perasaan dan keyakinan individu saat berproses
penyerapan pengalaman yang secara berulang-ulang (Hornsby, 1995). Pengalaman
belajar yang didapatkan sepanjang hidup yang terpadu dengan perasaan inilah yang
selanjutnya berpengaruh terhadap pembentukan sistem nilai dalam diri masing-masing
individu maupun masyarakat yang teraktualisasi sebagai seperangkat norma dan praktik..

c) Modal fisik

Fasilitas umum yang ada di Desa Cikarawang diantaranya adalah di bidang


pendidikan terdapat empat buah PAUD, TK,TPA, MI berjumlah dua buah, Sekolah
Dasar (SD) berjumlah empat dan SMP yang berjumlah satu buah. Selain itu, di
Desa Cikarawang sudah memiliki sebuah perpustakaan umum guna meningkatkan minat
baca masyarakat, sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat
dapat meningkat dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat pula. Perpustakaan
desa tersebut terletak di samping kantor Desa Cikarawang dan buka pada saat hari
dan jam kerja. Selain itu, dalam bidang kesehatan, terdapat berbagai fasilitas umum
diantaranya adalah puskesmas pembantu yang ada di sebelah kantor desa, posyandu yang
berjumlah tujuh buah yang tersebar di setiap RW, bidan desa yang berjumlah satu
orang dan poliklinik serta balai pengobatan.
Terdapat suatu permasalahan desa yang secara tidak langsung menimbulkan
suatu hubungan sebab-akibat sekaligus berpengaruh terhadap perkembangan sektor
pertanian di Desa Cikarawang. Para petani di desa ini menghadapi kendala sumber air.
Selama ini sumber air untuk irigasi berasal dari Bendungan Cibenda yang terletak
di wilayah administratif Kota Bogor. Air yang berasal dari bendungan ini akan ditampung
di Situ Gede, Kelurahan Situ Gede baru kemudian dialirkan ke sawah-sawah para petani
di Desa Cikarawang. Permasalahan yang dihadapi adalah, Situ Gede merupakan tempat
rekreasi yang persediaan airnya harus terus mencukupi. Apabila persediaan air di
Situ berkurang, maka air dari Bendungan Cibenda tidak akan dialirkan ke sawah-
sawah di Desa Cikarawang, akibatnya para petani sering menghadapi kesulitan
untuk pengairan sawahnya. Selain itu, saluran yang menghubungkan Situ Gede dengan
sawah-sawah di Desa Cikarawang juga sering mengalami kebocoran. Oleh karena
itu, para petani di Desa Cikarawang melakukan pengaturan pola tanam pertanian
berdasarkan persediaan air dan kebijakan kelompok tani yang ada.
d) Modal sosial

Gotong royong di Dusun ini dilakukan pada setiap hari Sabtu dan Minggu untuk
membersihkan daerah yang kotor dan juga pada Gotong royong ini untuk mempererat tali
silaturahmi antar warga Dusun. Selain dengan begotong royong warga Dusun ini cara
agar mempererat tali silahturahmi yaitu dengan cara berkumpul dan mengobrol setelah
berkegiatan atau bekerja di Sawah.

e) Modal financial
Penghasilan masyarakat di desa Cikarawang ini bekerja sebagai petani
masih belum tmencukupi untuk kebutuhan sehari hari maka dari itu para petani ini
memiliki pekerjaan sampingan seperti menggembala hewan ternak, tukang
bangunan, karyawan pegawai negeri dan swasta, pedagang, tukang ojeg,
dan sopir angkot. Para Petani di Desa Cikarawang ini mengelola keuangan atau
meminjam keuangan bisa di Koperasi Serba Usaha Mandiri Jaya

E. Aktivitas Harian Perempuan

Nama : Bu Euis

Waktu Aktivitas
04.30 Bangun Pagi
05.00 Shalat Subuh
05.30 Bersih – bersih Rumah
07.00 Belanja Sayur
08.00 Mencuci Pakaian
11.00 Masak makanan siang
13.00 Mengambil Pesanan Kentang
14.30 Bikin cemilan Kentang Mustopa
15.30 Shalat Ashar
16.00 Ikut Pengajian ibu-ibu
17.00 Bersih-bersih Rumah
17.50 Shalat Magrib
18.30 Menyiapkan Makanan Malam
19.20 Shalat Isya
19.45 Mengajari anaknya belajar
21.00 Tidur
Nama : Bu Normayanti

Waktu Aktivitas
04.00 Bangun Pagi
04.30 Shalat Subuh
04.45 Ke pasar belanja sayur
06.00 Bersih-bersih Rumah
07.30 Mencuci Pakaian
09.00 Masak makanan siang
11.00 Bikin Pesanan Roti Brownies
12.00 Shalat Dhuhur
13.30 Mengurusi Pabrik Saos
15.00 Shalat Ashar
15.30 Kumpul dengan ibu-ibu
17.00 Bersih-bersih Rumah
17.55 Shalat Magrib
18.15 Menyiapkan makanan malam
19.30 Shalat Isya
19.40 Mengajari anaknya belajar
21.15 Mainan HP
21.30 Tidur

Nama : Bu Munara

Waktu Aktivitas
04.30 Bangun Pagi
04.45 Shalat Subuh
05.00 Bersih-bersih Rumah
06.15 Belanja Sayuran
07.00 Masak makanan siang
09.00 Mencuci Pakaian
11.00 Kumpul dengan ibu-ibu
12.00 Shalat Dhuhur
13.00 Nganterin anaknya les
15.00 Shalat Ashar
16.00 Ikut Pengajian ibu-ibu
17.00 Bersih-bersih Rumah
18.00 Shalat Magrib
18.30 Menyiapkan makanan malam
19.15 Shalat Isya
19.30 Mengajari anaknya belajar
21.00 Tidur

Perempuan di Desa Cikarawang memiliki keterbatasan dalam menjalankan


aktivitasnya, keterbatasan tersebut seperti rendahnya pendidikan, keterampilan,
sedikitnya kesempatan untuk bekerja, dan juga hambatan ideologis perempuan
yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan juga dihadapkan pada kendala
tertentu yang seringkali dikenal dengan istilah “tripple burden of women”, yaitu
perempuan harus melakukan fungsi reproduksi dan produksi.

F. Peran Gender dengan Kerangka Harvard

Kegiatan Laki - laki Perempuan


Kegiatan produktif :
- Mencari nafkah  -
- Mengantar anak sekolah - 

Kegiatan reproduktif :
- Memasak - 
- Berbelanja - 
- Membersihkan rumah - 
- Mencuci pakaian - 
- Menyapu - 

Kegiatan sosial :
- Kerja bakti  -
- Kegiatan ronda  -
- Peringatan hari kemerdekaan  -
- Menghadiri Pengajian - 
- Menghadiri Arisan - 

Berkaitan dengan upaya mengkaji konstribusi atau peran perempuan, maka


dapat dilihat tiga peran kaum perempuan, sebagaimana di kemukakan oleh lhromi
yakni :
(1) peran produktif menyangkut kelangsungan hidup manusia dan
keluarga, misalnya melahirkan, menyusui, memelihara dan mengasuh anak,
mengambil air, memasak, membersihkan rumah, dan menjahit;
(2) peran sosial, mencakup kegiatan yang tidak terbatas pada pengaturan
keluarga tetapi juga pada komunitasnya
Peran ganda perempuan merupakan perilaku tindakan sosial yang
diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.
Sederhananya, ia memiliki peran reproduksi dan komunitas (double burden).
Namun saat ini, itu dianggap masih kurang, maka perlu adanya peran yang lain.
Inilah yang disebut kerangka kerja (triple burden).
Triple burden adalah sebuah kerangka kerja analisis berbasis gender yang
digunakan untuk melihat suatu keadaan perempuan. Konsep ini dibangun oleh
Caroline O.N. Moser, ia adalah akademisi yang berspesialisasi dalam kebijakan
sosial dan antropologi sosial perkotaan, dari University of Manchester, konsep ini
didukung oleh kaum pelangi (feminis). Konsep ini menjelaskan bahwa terdapat
tiga peran ganda bagi perempuan yaitu peran perempuan sebagai reproduksi,
komunitas, dan produksi. Peran reproduksi berkaitan dengan peran menjadi ibu
rumah tangga seperti mengasuh anak dan pekerjaan domestik. Peran komunitas
berkaitan dengan peran perempuan di ruang sosial, seperti keterlibatan perempuan
pada kegiatan-kegiatan sosial masyarakat dan secara tidak sadar hal ini
melahirkan peran ganda terhadap perempuan. Peran produksi adalah peran yang
harus dijalankan oleh perempuan pada tempat kerjanya. Perempuan-perempuan
pada era ini telah memasuki era kebebasan berkarir.
Ide ini telah meracuni pemikiran para perempuan untuk melepaskan diri
dari tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Ketika perempuan didorong untuk
bekerja secara mandiri, hal ini justru membebani perempuan dengan sesuatu yang
seharusnya bukan menjadi tugasnya sebagai perempuan.

Simpulan

Berisikan penarikan simpulan apakah permasalahan telah terjawab dan apa jawaban dari
permasalahan tersebut

Saran

Berisikan saran berdasarkan hasil simpulan atau usulan perbaikan metode dan
pendalaman hasil
Daftar Pustaka

Khomariyah, I. N., Sunaryanto, S., & Wardoyo, C. (2020). Internalisasi Pendidikan


Ekonomi pada Kelompok Petani Semangka Margo Tani: Studi Kasus pada Kelompok
Petani Semangka. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(9), 1314-
1322.

Andari, I., Suriadi, A., & Harahap, R. H. (2018). Analisis Perubahan Orientasi Mata
Pencaharian dan Nilai Sosial Masyarakat Pasca Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi
Lahan Industri. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social
and Cultural Anthropology), 4(1), 1-8.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai