Anda di halaman 1dari 7

61

Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67


Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/inteligensi
ISSN 2656-601X (online)
ISSN 2656-8675 (cetak)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN
PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI PADA SISWA SMA

Siti Fatimah
SMA Negeri 1 Pandaan
E-mail: fatimahprihanto@gmail.com

ABSTRACT
The purpose is to increase critical thinking sk ills and conceptual understanding of mathematical trigonometric
equations through problem-based learning model. The type of money research used is PTK with the subjects of
all class XI MIA 3 students of SMA Negeri 1 Pandaan in the 2019/2019 academic year, totaling 35 students. The
results showed that after the first cycle was implemented, 73.06% of students who think critically with sufficient
qualifications were obtained, then increased in the second cycle with a result of 81.66%. The students’
conceptual understanding also increased where in the first cycle of 35 students only 6 students (17.14%), then
increased in cycle II to 19 students (54.29%) with good qualification. It showed that the problem-based learning
model can actually improve critical thinking skills and conceptual understanding because students are actively
involved in collecting, studying, and discussing math facts related to the subject matter of trigonometric
equations compared to before.
Keywords: problem-based learning, critical thinking, concept understanding, trigonometric equations.

ABSTRAK
Penelit ian in i bertujuan untuk meningkat kan kemampuan berpikir krit is dan pemahaman konseptual persamaan
trigonometri matematis melalu i model pembelajaran berbasis masalah. Jenis penelit iannya adalah PTK dengan
subjek seluruh siswa kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Pandaan tahun pelajaran 2019/2019 yang berjumlah 35
siswa. Hasil penelit ian menunjukkan bahwa setelah siklus I d ilaksanakan diperoleh hasil 73,06% siswa yang
berpikir krit is dengan kualifikasi cukup, kemudian men ingkat pada siklus II dengan hasil 81,66% Pemahaman
konsep siswa juga meningkat dimana pada siklus I dari 35 siswa hanya 6 siswa (17,14%), kemudian meningkat
pada siklus II men jadi 19 siswa (54,29%) dengan kualifikasi baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan
problem based learning ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir krit is dan pemahaman konseptual
karena siswa terlibat aktif dalam mengu mpulkan, mempelajari, dan mendiskusikan fakta matemat ika yang
berkaitan dengan materi pokok persamaan trigonometri dibandingkan sebelumnya.
Kata kunci : pembelajaran berbasis masalah, berpikir kritis, pemahaman konsep, persamaan trigonometri.

PENDAHULUAN kompeten melalui pengalaman


Salah satu masalah dalam interaksinya dalam suatu lingkungan
pendidikan adalah adanya proses belajar (Wiyani, 2013:20; Rusman,
pembelajaran yang masih didominasi oleh 2013:3). Kemampuan berpikir harus terus
guru sehingga tidak memberikan akses dikembangkan, namun pada kenyataan
bagi siswa untuk berkembang agar mampu berdasarkan hasil penilaian posttest pada
berkompetisi dalam persaingan global pembelajaran matematika kelas XI MIA-3
(Trianto, 2014:6; Sadia, 2008: 221). Proses SMA Negeri 1 Pandaan Kabupaten
tersebut akan memunculkan sikap Pasuruan bahwa dari 25 siswa ternyata

Cara mengutip: Fatimah, S. (2020). Penerapan Problem Based Learning untuk M eningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
dan Pemahaman Konsep Trigonometri pada Siswa SM A. Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 61-67

Retrieved from https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/inteligensi/article/view/2156


62
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

sebagian besar (82,86%) hanya menghafal persamaan trigonometri matematika


konsep dan kurang mampu menerapkan dengan penerapan problem based learning.
konsep yang dipelajari, bahkan kurang
METODE PENELITIAN
mampu berpikir kritis dalam melakukan
proses belajar terhadap obyek masalah Penelitian yang digunakan adalah
yang harus diselesaikan baik dalam tindakan kelas (PTK) dengan model
menentukan masalah maupun Kemmis dan McTaggart, dengan subjek
merumuskannya. Hanya sebagian kecil penelitian 35 siswa kelas XI MIA 3
(17,14%) siswa yang memiliki semester gasal SMA Negeri 1 Pandaan
pemahaman konsep yang relatif cukup Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran 2018-
terhadap materi pelajaran matematika yang 2019. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dibahas. dua tahap, yaitu tahap observasi awal; dan
Problem based learning merupakan tahap pelaksanaan tindakan dengan alokasi
inovasi yang dioptimalisasikan melalui waktu 180 menit melalui tiga tahap
proses kerja tim berdasarkan masalah kegiatan, pendahuluan; inti; dan penutup.
untuk pengajaran proses berpikir tingkat Adapun untuk mengetahui keberhasilan
tinggi (Rusman, 2013:229; Trianto, tindakan yang dilakukan maka perlu
2014:65). Tujuan dari pembelajaran ini pemenuhan indikator seperti peningkatan
adalah untuk memberi pengalaman belajar keterampilan berpikir kritis siswa dan
dalam mengembangkan keterampilan pemahaman konsep hasil belajar siswa
berpikir kritis dan keterampilan dengan ketuntasan mencapai nilai rata-rata
pemecahan masalah dari sejumlah obyek minimal 72). Jika tindakan yang
maupun peristiwa (Sadia, 2008: 224; dilaksanakan dengan bersiklus telah
Dahar, 2011: 62; Thobroni & Mustofa, mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
2013: 26). Menyadari kenyataan hasil mencapai nilai rata-rata minimal 72, dan
belajar siswa pada pembelajaran jika telah mencapai ketuntasan belajar
matematika tersebut, maka perlu dilakukan maka penelitian tindakan ini dihentikan.
refleksi diri terhadap pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
matematika yang telah dilaksanakan itu.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan Kegiatan pengumpulan data awal
keterampilan berpikir kritis (critical dilakukan melalui kegiatan pra-tindakan
thinking) dan pemahaman konsep tentang atau sebelum dilaksanakannya tindakan,
“persamaan trigonometri” pada siswa kelas dan merupakan satu rangkaian dari
XI MIA-3 adalah pembelajaran berbasis penelitian ini. Adapun data awal yang
masalah. Tindakan penerapan dimaksud adalah mendeskripsikan
pembelajaran berbasis masalah dimaksud mengenai pelaksanaan pembelajaran,
dilaksanakan dengan pendekatan melalui keterampilan berpikir kritis siswa dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) yang proses belajar dan pemahaman pada pokok
melibatkan atau berkolaborasi dengan guru bahasan “persamaan trigonometri”. Dari
lain (teman sejawat) di sekolah untuk hasil observasi dan analisis dokumen yang
mengetahui peningkatan keterampilan dilaksanakan pada pra tindakan, diperoleh
berpikir kritis (critical thinking), dan gambaran mengenai keterampilan berpikir
pemahaman konsep siswa tentang kritis siswa selama berlangsungnya
63
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

pembelajaran, dimana berdasarkan hasil rata nilai siswa adalah 72. Upaya
post-test dapat diketahui nilai keterampilan peningkatan keterampilan berpikir kritis
berpikir kritis dalam proses dari 35 siswa siswa dalam proses belajar dan
terdapat 6 siswa (17,14%) menunjukkan pemahaman konsep hasil belajar
keterampilan berpikir kritis yang tergolong matematika dimaksud dilakukan dengan
cukup, dengan nilai tertinggi 78. suatu tindakan perbaikan terhadap
Selanjutnya sebanyak 17 siswa (48,57%) penerapan pembelajaran matematika yang
menunjukkan keterampilan berpikir kritis dilakukan guru. Tindakan perbaikan
yang tergolong kurang atau rendah, dengan pembelajaran matematika ini dilakukan
nilai terendah 62 dan sebanyak 12 siswa dengan pendekatan penerapan
(34,29%) tergolong sangat kurang atau pembelajaran berbasis masalah (problem
rendah dengan nilai terendah 55. Secara based learning) model Kemmis dan Mc.
klasikal rata-rata nilai keterampilan Taggart.
berpikir kritis siswa dalam proses belajar Hasil Pelaksanaan Tindakan
adalah 64, dengan persentase taraf
Hasil pelaksanaan tindakan melalui 2
ketuntasan keterampilan berpikir kritis siklus, siklus I dan siklus II. Siklus I
64,26% (kategori kurang); (2) pemahaman dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
konsep siswa pada pra-tindakan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 180
berdasarkan analisa dari hasil ulangan menit (4 x 45 menit). Materi pokok
harian (hasil post-test) menunjukkan
bahasan pelajaran matematika yang
bahwa dari 35 siswa hanya 7 siswa diberikan adalah “persamaan trigonometri”
(20,00%) yang mencapai ketuntasan
matematika yang meliputi: (1) pengertian;
belajar matematika yang diharapkan (2) jenis/ macam persamaan; (3) penentuan
dengan kualifikasi tergolong cukup.
penyelesaian bentuk persamaan; dan (4)
Sedangkan sebanyak 19 siswa (54,29%)
latihan penyelesaian masalah. Adapun
tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pencapaian keberhasilan tindakan
yang ditetapkan atau nilai pemahaman
pembelajaran yang telah dilakukan
konsep hasil belajar menunjukkan berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi
kualifikasi tergolong kurang. Bahkan ada 9
siswa, meliputi: (1) hasil penilaian
siswa (25,71%) yang nilai pemahaman observasi tentang keterampilan berpikir
konsep hasil belajar matematikanya kritis siswa dalam proses belajar, dan (2)
tergolong sangat kurang, mereka ini
hasil penilaian post-test siswa (hasil tes
dinyatakan belum tuntas belajar. Secara akhir pembelajaran. Hasil refleksi dan
klasikal nilai pada pra-tindakan adalah 65,
evaluasi hasil belajar siswa meliputi
dengan persentase 64,94% (kategori
ketrampilan berpikir kritis dan pemahaman
kurang/rendah), sehingga masih dibawah
konsep siswa.
kriteria ketuntatasan belajar minimal 75%. a) Keterampilan Berpikir Kritis Siklus I
Berdasarkan capaian hasil belajar Dari hasil analisis data terungkap
siswa pada pra-tindakan tersebut, untuk bahwa dari 35 siswa ternyata hanya 5
itu, perlu upaya peningkatan keterampilan siswa (14,28%) menunjukkan
berpikir kritis siswa dalam proses belajar
keterampilan berpikir kritis siswa dalam
dan pemahaman konsep hasil belajar proses belajar matematika yang tergolong
matematika rata-rata yaitu 75% atau rata-
64
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

baik. Berikutnya terdapat 22 siswa 26 November dan 3 Desember 2018


(62,86%) yang memiliki keterampilan dengan alokasi waktu adalah 180 menit (4
berpikir kritis dalam proses belajar dengan x 45 menit). Ada beberapa kegiatan
kualifikasi cukup dengan nilai yang pembelajaran yang perlu mendapatkan
dicapai rata-rata 72, dan terdapat 8 siswa perbaikan pada tindakan siklus II, yaitu:
(22,86%) yang tergolong kurang, dengan a) Skenario pembelajaran, di mana
nilai terendah 62. Sedangkan nilai rata-rata kegiatan belajar mengajar lebih
kelas keterampilan proses belajar siswa difokuskan pada keterampilan berpikir
adalah 73, dengan taraf keterampilan kritis siswa dalam proses belajar dengan
berpikir kritis siswa dalam proses belajar penerapan pendekatan problem based
73,06%, dengan taraf kualifikasi cukup. learning melalui latihan mengerjakan
b) Pemahaman Konsep Siklus I soal operasi hitung melalui LKS
Mengenai nilai pemahaman konsep mengenai pelajaran yang dibahas
hasil belajar siswa pada tindakan dengan memberikan porsi alokasi
menunjukkan bahwa taraf pemahaman waktu yang memadai. Dengan demikian
atau ketuntasan belajar rata-rata nilai siswa siswa dapat mengerjakan tugas-tugas
terhadap materi/bahan pelajaran yang yang diberikan guru lebih efektif.
diberikan penulis adalah 75 atau dengan b) Pemberian bimbingan belajar kepada
taraf ketuntasan belajar rata-rata berkisar siswa selama berlangsungnya kegiatan
75,31%. Ini berarti bahwa pemahaman belajar perlu ditingkatkan dan
konsep hasil belajar siswa terhadap materi diefektifkan, terutama terhadap siswa
pelajaran adalah menunjukkan nilai rata- yang mengalami kesulitan dalam
rata cukup. Hasil tersebut menunjukkan mengerjakan tugas.
bahwa dari 35 siswa hanya 6 siswa c) Sebelum siswa mengerjakan tugas,
(17,14%) yang mencapai ketuntasan dapatnya guru memberi penjelasan
belajar dengan kualifikasi baik. Berikutnya tentang petunjuk cara-cara mengerjakan
sebanyak 23 siswa (65,72%) mencapai tugas dan cara-cara menggunakan
ketuntasan dengan kualifikasi tergolong media/alat peraga belajar dengan
cukup. Siswa uang belum mencapai penerapan pendekatan berbasis
ketuntasan belajar adalah sebanyak 6 siswa masalah.
(17,14%), dengan kualifikasi kurang atau Pembelajaran pada siklus II
rendah. Capaian hasil belajar tersebut dilakukan sesuai dengan rencana yang
masih belum mencapai hasil maksimal telah ditetapkan, kemudian dilakukan
sebagaimana yang diharapkan, untuk itu refleksi dan evaluasi untuk mengetahui
diperlukan tindakan perbaikan yang lebih pencapaian keberhasilan pada siklus II.
baik terhadap penerapan pembelajaran Adapun gambaran pencapaian
berbasis masalah dalam pembelajaran keberhasilan tindakan penerapan
matematika tersebut melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dalam
tindakan siklus II, dimana siswa telah pembelajaran matematika pada siklus II
mencapai ketuntasan belajar yang sebagaimana tujuan penelitian dapat
ditetapkan. dikemukakan sebagai berikut:
Tindakan pembelajaran matematika
pada siklus II dilaksanakan pada tanggal
65
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

a) Keterampilan Berpikir Kritis Siklus I keterampilan berpikir kritis siswa dalam


Hasil dalam proses belajar proses belajar dengan kualifikasi tergolong
menunjukkan bahwa dari 35 siswa ternyata cukup, dan hanya terdapat 3 siswa (8,57%)
terdapat 18 siswa (51,43%) menunjukkan yang memperoleh nilai dengan kualifikasi
kualifikasi baik dalam keterampilan kurang, yang dideskripsikan pada tabel 1
berpikir kritis. Berikutnya sebanyak 14 berikut.
siswa (40,00%) menunjukkan bahwa

Tabel 1. Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Skala nilai Pra Tindakan Tindakan Tindakan Kualifikasi Ketuntasan
(10-100) Siklus I Siklus II Nilai Belajar
f % f % f %
92 – 100 - - - - - - Sangat Baik Tuntas
(SB)
82 – 91 - - 5 14,28 18 51,43 Baik Tuntas
(B)
72 – 81 6 17,14 22 62,86 14 40,00 Cukup Tuntas
(C)
62 – 71 17 48,57 8 22,86 3 8,57 Kurang Tidak Tuntas
(K)
≤ 61 12 34,29 - - - - Sangat Tidak Tuntas
Kurang (SK)
Jumlah 35 100% 35 100 35 100%

Nilai keterampilan berpikir kritis b) Pemahaman Konsep Siklus II


siswa dalam proses belajar berdasarkan Pemahaman konsep siswa
rata-rata kelas adalah tergolong baik menunjukkan bahwa dari 35 siswa ternyata
dengan taraf pencapaian 81,66% atau terdapat 19 siswa (54,29%) mampu
dengan nilai rata-rata 82. Sebelum mencapai ketuntasan belajar matematika
penerapan model pembelajaran berbasis pokok bahasan “persamaan trigonometri”
masalah pada pra-tindakan, dimana dengan kualifikasi tergolong baik.
keterampilan berpikir kritis siswa dalam Berikutnya sebanyak 16 siswa (45,71%)
proses belajar mempelajari “persamaan mencapai ketuntasan belajar dengan
trigonometri” mata pelajaran matematika kualifikasi tergolong cukup. Secara
adalah secara umum cenderung kurang/ klasikal pencapaian taraf pemahaman
rendah. Kemudian setelah menggunakan konsep hasil belajar matematika siswa
penerapan model pembelajaran berbasis berdasarkan nilai rata-rata kelas adalah
masalah pada pertemuan berikutnya tergolong baik dengan taraf pencapaian
melalui dua siklus, dimana keterampilan 81,57% atau dengan nilai rata-rata 82.
berpikir kritis siswa dalam proses belajar Pencapaian kompetensi keterampilan
matematika dari siklus ke siklus cenderung berpikir kritis dan pemahaman konsep
mengalami peningkatan. siswa mencapai kriteria KKM dengan nilai
minimal rata-rata 82 hingga siklus II, yang
dideskripsikan pada tabel 2 berikut.
66
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

Tabel 2. Nilai Pemahaman Konsep Siswa


Skala nilai Pra Tindakan Tindakan Tindakan Kualifikasi Ketuntasan
(10-100) Siklus I Siklus II Nilai Belajar
f % f % f %
92 – 100 - - - - - - Sangat Baik Tuntas
(SB)
82 – 91 - - 6 17,14 19 54,29 Baik (B) Tuntas
72 – 81 7 20,00 23 65,72 16 45,71 Cukup (C) Tuntas
62 – 71 19 54,29 6 17,14 - - Kurang (K) Tidak
Tuntas
≤ 61 9 25,71 - - - - Sangat Tidak
Kurang (SK) Tuntas
Jumlah 35 100% 35 100 35 100%

Pemahaman konsep siswa baik SIMPULAN


sebelum dan setelah penggunaan Penerapan pembelajaran berbasis
penerapan problem based learning
masalah dalam pelajaran trigonometri
menunjukkan peningkatan kualitas hasil dapat mendorong dan memotivasi siswa
belajar. Pencapaian pada Pra-Tindakan
untuk belajar lebih giat dan kreatif belajar
berdasarkan nilai rata-rata kelas adalah serta mendorong keterampilan untuk
tergolong kurang/rendah dengan nilai rata- berpikir kritis yang berkaitan dengan
rata 65 atau dengan taraf ketuntasan materi bahan pelajaran yang dibahas, baik
belajar 64,94%. Sedangkan ketuntasan dengan cara belajar individual maupun
belajar minimal yang diharapkan adalah
secara kelompok. Rata-rata nilai
75%, atau dengan nilai rata-rata 72. pemahaman kritis siswa adalah 82 dengan
Kemudian pencapaian pemahaman konsep
pencapaian 81,66%, dan nilai rata-rata
hasil belajar matematika siswa dari siklus
pemahaman konsep 82 dengan taraf
ke siklus cenderung mengalami ketuntasan belajar 81,57%, selain itu siswa
peningkatan, yaitu dari tergolong cukup merasa senang dalam belajar pelajaran
(siklus I) kemudian meningkat menjadi matematika dengan banyak latihan/praktik
tergolong baik (siklus II). Pada tindakan
menggunakan media belajar yang
siklus I nilai rata-rata kelas adalah dimilikinya, dan memupuk rasa
tergolong cukup dengan nilai rata-rata 75
kebersamaan antar siswa dalam belajar,
atau dengan taraf ketuntasan belajar sehingga dapat meningkatkan
75,31%, selanjutnya meningkat pada keterampilan berpikir kritis siswa dan
tindakan siklus II nilai rata-rata kelas pemahaman konsep siswa dalam proses
tergolong baik dengan nilai rata-rata 82
belajar.
atau dengan taraf ketuntasan belajar
81,57%. Pencapaian pemahaman konsep DAFTAR PUSTAKA
hasil belajar matematika siswa tersebut,
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori
dibuktikan dari pencapaian ketuntasan
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
belajar pada sebelum (pra tindakan) dan Erlangga.
setelah penerapan. Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Pedoman Umum Matematika SMA.
Jakarta: Dikdasmen - Depdiknas.
67
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 3, No.2, 2020. Hal 61-67

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Meningkatkan Keterampilan


Penelitian Tindakan Kelas Berpikir Kritis (Suatu Persepsi
(Classroom Action Research). Guru). Artikel pada Jurnal
Jakarta: Depdiknas. Pendidikan dan Pengajaran
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Universitas Pendidikan Ganesha,
Pembelajaran yang vol. 41 Nomor 2, April 2008: p219-
Mengembangkan Critical Thinking. 237.
Jakarta: Depdiknas. Thobroni, Muhammad & Mustofa, Arif.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. 2013. Belajar Pembelajaran:
Pengembangan Model Peningkatan Pengembangan Wacana dan Praktik
Kemampuan Guru SMP Dalam Pembelajaran Dalam Pembangunan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Media.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999.
2014. Lampiran Peraturan Menteri Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan dan Kebudayaan (Classroom Action Research).
Republik Indonesia Nomor: 103 Jakarta: Proyek PGSM – Dirjen
Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Dikti – Depdikbud.
pada Pendidikan Dasar dan Uno. Hamzah B. 2011. Model
Menengah. Jakarta: Kementerian Pembelajaran: Menciptakan Proses
Pendidikan dan Kebudayaan. Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
2014. Peraturan Menteri Pendidikan Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain
dan Kebudayaan Republik Indonesia Pembelajaran Pendidikan: Tata
Nomor: 104 Tahun 2014 Tentang Rancang Pembelajaran Menuju
Penilaian Hasil Belajar oleh Pencapaian Kompetensi.
Pendidik pada Pendidikan Dasar Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rusman. 2013. Model-model
Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Sadia, I Wayan. 2008.Model
Pembelajaran yang Efektif Untuk

Anda mungkin juga menyukai