Adapun kesimpulan permohonan ini akan dibagi serta diuraikan dalam beberapa kerangka
bagian, yakni:
● Ringkasan Kesimpulan
● Kewenangan Mahkamah Konstitusi’
● Kedudukan Hukum dan Kerugian Konstitusional Para Pemohon
● Analisis Hukum
● Keterangan
● Petitum
Berdasarkan kerangka Kesimpulan tersebut dan agar Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi
memperoleh gambaran yang jelas berkenaan dengan Permohonan yang diajukan oleh Para
Pemohon, maka terlebih dahulu Pemohon akan menguraikan kerangka Kesimpulan sebagai
berikut:
RINGKASAN KESIMPULAN
Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengatur
bahwa negara Indonesia dibagi menjadi beberapa provinsi, dan provinsi ini dibagi menjadi
kabupaten atau kota yang memiliki pemerintah daerah yang dipimpin oleh Gubernur, Bupati
dan Wali kota. Walaupun demikian, DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia saat ini
tidak memiliki DPRD dan tidak bersifat otonom. Sedangkan konsep pada Ibu Kota
Negara yang baru tidak memiliki Gubernur seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, namun dipimpin oleh Kepala Otorita yang
tercantum dalam Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota
Negara. Otorita tidak diatur dalam konstitusi apabila kita konsisten dengan yang
dijelaskan dalam pasal 18 dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang mengatur soal otonomi khusus, tidak menyebut keberadaan badan otorita.
Berdasarkan hal tersebut, memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk menimbulkan
masalah, terutama dalam sistem demokrasi Indonesia sebab tidak adanya kesesuaian.
Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut tidak dapat berpartisipasi aktif dalam mengontrol
jalannya pemerintahan, terlebih Kepala Otorita yang ditunjuk oleh Presiden memiliki masa
jabatan lima tahun. Otorita IKN ini menjadi hal yang tidak lazim apabila Otorita IKN ini
disejajarkan sebagai lembaga setingkat kementerian karena tidak terdapat dalam UUD 1945,
hal ini berpotensi menimbulkan kerancuan hubungan Otorita IKN dengan kementerian dan
pemerintahan daerah lain, Konsep Otorita lebih merupakan suatu organisasi pemerintah pusat
yang bertugas untuk kepentingan pemerintah pusat di suatu daerah dengan konsep pembagian
kekuasaan bersifat delegasi.
ANALISIS HUKUM
Berikut fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, pertama para pemohon
menilai bahwa Pasal 1 Angka 10 dalam UU No. 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara ,
bertentangan dengan Pasal 18 dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Ketentuan yang diatur di dalam pasal diatas menunjukan bahwa proses pembentukan
Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara bertentangan dengan UUD NRI
1945.
Lalu selanjutnya yang kedua, para pemohon menilai bahwa Pasal 1 Angka 10 dalam
UU No. 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara, bertentangan dengan Pasal 18 dan 18B
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Ketentuan yang diatur didalam
pasal diatas melanggar hak konstitusional dari Pemohon dikarenakan telah merampas sistem
demokrasi Indonesia sebab tidak adanya kesesuaian. Masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut tidak dapat berpartisipasi aktif dalam mengontrol jalannya pemerintahan. Dimana
warga Nusantara hanya akan mengikuti pemilu tingkat nasional.Terakhir para pemohon
menilai bahwa Bahwa Pasal 1 Angka 10 dalam UU No.3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota
Negara, bertentangan dengan Pasal 18 dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. sebagaimana pasal 18 menyatakan bahwa “negara Indonesia dibagi menjadi
beberapa provinsi, dan provinsi ini dibagi menjadi kabupaten atau kota yang memiliki
pemerintah daerah yang dipimpin oleh Gubernur, Bupati dan Wali kota.”
KETERANGAN
Keterangan Ahli
Keterangan Ahli oleh Dr. Fransis Al Samad mengenai Pengujian Pengujian Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2022 Bahwa Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 mengatur bahwa negara Indonesia dibagi menjadi beberapa provinsi,
dan provinsi ini dibagi menjadi kabupaten atau kota yang memiliki pemerintah daerah yang
dipimpin oleh Gubernur, Bupati dan Wali kota. Walaupun demikian, DKI Jakarta sebagai Ibu
Kota Negara Indonesia saat ini tidak memiliki DPRD dan tidak bersifat otonom.
Sedangkan konsep pada Ibu Kota Negara yang baru tidak memiliki Gubernur seperti
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
namun dipimpin oleh Kepala Otorita yang tercantum dalam Pasal 1 Angka 10
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Otorita tidak diatur dalam
konstitusi apabila kita konsisten dengan yang dijelaskan dalam pasal 18 dan 18B
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang mengatur soal otonomi
khusus, tidak menyebut keberadaan badan otorita.
Bahwa berdasarkan hal tersebut, memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk
menimbulkan masalah, terutama dalam sistem demokrasi Indonesia sebab tidak adanya
kesesuaian. Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
mengontrol jalannya pemerintahan, terlebih Kepala Otorita yang ditunjuk oleh Presiden
memiliki masa jabatan lima tahun. Otorita IKN ini menjadi hal yang tidak lazim apabila
Otorita IKN ini disejajarkan sebagai lembaga setingkat kementerian karena tidak terdapat
dalam UUD 1945, hal ini berpotensi menimbulkan kerancuan hubungan Otorita IKN dengan
kementerian dan pemerintahan daerah lain, Konsep Otorita lebih merupakan suatu organisasi
pemerintah pusat yang bertugas untuk kepentingan pemerintah pusat di suatu daerah dengan
konsep pembagian kekuasaan bersifat delegasi.
Petitum
Berdasarkan uraian diatas, uraian di atas, para Pemohon memohon kepada Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa dan memutus Undang-Undang Nomor 3 tahun 2022
tentang Ibu Kota Negara tentang Ibu Kota Negara:
1. Menerima, menyetujui dan mengabulkan permohonan para Pemohon untuk
seluruhnya;
2. Pembentukan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara tidak
memenuhi syarat-syarat konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun
1945;
3. Menyatakan Proses Penyusunan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2022 bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat;
4. Memerintahkan agar pengumuman pemuatan putusan ini dalam Berita Negara
Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau, apabila Yang Terhormat Majelis
Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang seadil adilnya (ex
aequo et bono).
Demikinalah kesimpulan dalam pengujian Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu
Kota Nusantara terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
kami sampaikan. Kami berharap Mahkamah Konstitusi dapat mempertimbangkan dalil atau
alasan yang telah disampaikan di atas dan memutus dengan seadil-adilnya. Terima kasih
Hormat kami,
Pemohon/Kuasa Hukum Pemohon,
…………………………..
Ir. Fransisko Saverio Abhinaya
……………………………… …………………………………
Mohammad Fabien Garibaldi L.L.M Muhammad Arsenio Ammarfiko S.