Anda di halaman 1dari 11

Nama : Maichel Anton

NPM : 2106637725
Prodi : Reguler

Depok, 9 November 2022

Nomor : 001/JR-N&W/2022

Lampiran : 1 (satu) berkas

Perihal : Permohonan Pengujian Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2


Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik

Kepada Yang Terhormat,

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, RT/RW 02/03, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110

Dengan hormat,
Perkenankan kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maichel Anton, S.H., LL.M.
Tempat, Tanggal Lahir : Malaysia, 29 Juli 1987
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Advokat
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jln. Cengkeh, Pondok Cina, Kota Depok, Jawa
Barat
Nomor Telepon : 082132356531
Status Kawin : Kawin
Surat elektronik : maichelanton@gmail.com
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
Selaku advokat dari Kantor Hukum HHP Partners, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tertanggal pada 10 November 2022 No. 002/SKK-HHP/2022, dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, yaitu:
Nama : Muhamad Faiz, SH.
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Agustus 1997
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. RP. Soeroso No. 46, RT 2/RW 2, Gondangdia,
Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10350
disebut sebagai----------------------------------------------------------------------
PEMOHON 1

Nama : Rendi, SH.


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1987
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Kebagusan Raya No. 12, Jagakarsa, Jakarta
Selatan
disebut sebagai----------------------------------------------------------------------
PEMOHON 2

Bahwa Para Pemohon bersama ini hendak mengajukan Permohonan Uji Materi
Pengujian Undang-Undang (PUU) atas Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945), sebagai berikut:

I. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI


1. Bahwa berdasarkan pada Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, dan Pasal 29 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga neagra yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum
2. Merujuk pada ketentuan Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 10
ayat (1) huruf (a) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 juncto Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK),
menjelaskan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah
melakukan pengujian undang-undang terhadap Undang Undang Dasar
1945.
Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 menyatakan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar,…”
Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK antara lain menyatakan :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk”:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,…”;
Pasal 29 ayat (1) huruf a UU 48/2009 menyatakan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”
3. Bahwa Mahkamah Konstitusi hadir sebagai lembaga yang mengawal
konstitusi atau the guardian of constitution. Dalam hal ini, Mahkamah
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
Konstitusi memiliki kewenangan untuk menguji hingga membatalkan
undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945 sebagai konstitusi
yang berlaku di Indonesia dengan menyatakan bahwa undang-undang
tersebut inkonstitusional dengan membatalkan keberadaan undang-undang
tersebut secara menyeluruh atau sebagian
4. Bahwa dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, diatur bahwa secara
hierarkis UUD 1945 memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada
undang-undang. Oleh karenanya, undang-undang tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945. Apabila terdapat ketentuan dalam undang-undang yang
bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat
dimohonkan untuk diuji oleh Mahkamah Konstitusi melalui pengujian
undang-undang (PUU)
5. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi berwenang
untuk melakukan pemeriksaan dan memutus Permohonan Pengujian
Undang-Undang ini.
II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON
II.1. Kedudukan Hukum Para Pemohon
1. Bahwa para pemohon adalah perwakilan dari partai politik berbadan hukum
dan telah mengikuti Pemilihan Umum yang diselenggarakan setidak-
tidaknya pada tahun 2009. Dengan demikian, kedudukan partai politik
tersebut adalah partai yang sah berdasarkan pada Pasal 51 ayat (1) UU
Nomor 2 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa:
“Partai Politik yang telah disahkan sebagai badan hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik tetap diakui
keberadaannya.”
Dengan berlakunya ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,
keberadaan partai politik dari pemohon dirugikan secara konstitusional atas
hak-hak konstitusionalnya sebagai berikut:
a. Pada frasa atau kalimat dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun
2011 yang mengatakan bahwa:
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
“Partai Politik yang telah disahkan sebagai badan hukum
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik tetap diakui keberadaannya dengan kewajiban melakukan
penyesuaian menurut Undang-Undang ini dengan mengikuti
verifikasi.”
Akibat hukum dari pasal tersebut adalah partai politik para
pemohon terancam tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya
sebagai partai politik dalam agenda demokrasi yaitu Pemilihan
Umum di tahun berikutnya;
b. Bahwa kerugian konstitusional yang menjadi akibat hukum dari
berlakunya ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011
berupa pelanggaran hak dari partai politik para pemohon atas
kebebasan berserikat dan berkumpul sebagaimana terdapat
dalam Pasal 28 UUD 1945. Dalam hal ini, partai politik para
pemohon mengalami kerugian atas hak-hak konstitusionalnya dalam
kapasitasnya sebagai partai politik.
2. Bahwa dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya
disebut (UU MK) menyatakan bahwa pemohon dalam pengujian
undang-undang adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-
Undang. Pemohon dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi
adalah sebagai berikut:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-
undang;
c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga Negara.
3. Bahwa dalam ketentuan dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
4. Bahwa sesuai ketentuan di atas, terdapat dua komponen penting yang harus
terpenuhi dalam pengajuan perkara Pengujian Undang-Undang (PUU) bagi
para pemohon untuk memiliki kedudukan hukum (legal standing), yaitu:
a. Para pemohon memiliki kualifikasi sebagaimana diuraikan
dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK
b. Terdapat kerugian konstitusional dalam hak dan/atau
kewenangan konstitusional para pemohon dengan berlakunya
suatu pasal atau undang-undang.
5. Berdasarkan ketentuan di atas maka para pemohon yang merupakan
perwakilan dari partai politik yang sah berdasarkan hukum yang berlaku,
berbadan hukum sesuai dengan ketentuan UU No. 2 Tahun 2008 tentang
Partai Politik dan telah mengikuti agenda demokrasi yaitu Pemilihan
Umum setidak-tidaknya pada tahun 2009 yang menjadikan partai politik
memiliki justifikasi sebagai badan hukum publik berdasarkan pada Pasal
51 ayat (1) UU MK. Dengan demikian, para pemohon berhak dan memiliki
kualifikasi untuk mengajukan permohonan sebagai pihak Pemohon dalam
Pengujian Undang-Undang yaitu perkara Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
6. Kemudian, dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011 menyatakan
bahwa:
"Partai Politik yang telah disahkan sebagai badan hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik tetap diakui
keberadaannya dengan kewajiban melakukan penyesuaian menurut
Undang-Undang ini dengan mengikuti verifikasi."
Dalam pasal tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa partai yang sudah
terbentuk, disahkan dan berbadan hukum, keberadaannya tetaplah diakui,
tetapi harus tetap mematuhi undang-undang tersebut dengan tetap
melakukan proses verifikasi. Selanjutnya, dalam Pasal 51 ayat 1 (1b)
menyebutkan bahwa:
"Dalam hal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memenuhi syarat verifikasi, keberadaan Partai Politik tersebut tetap diakui
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
sampai dilantiknya anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota hasil Pemilihan Umum tahun 2014."
Dengan diundangkannya Pasal tersebut menyebabkan hilangnya hak
konstitusional suatu partai apabila tidak lolos proses verifikasi. Lebih
lanjut, Anggota DPRD yang berhasil terpilih dalam pemilu 2009 dan
berasal dari yang tidak lolos proses verifikasi terdapat kebingungan akibat
hak konstitusionalnya tidak memiliki kepastian hukum.
7. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Para Pemohon memiliki
kerugian hak konstitusional atas berlakunya Pasal 51 ayat (1) UU No. 2
Tahun 2011 atau akibat diberlakukannya Pasal a quo tersebut, sehingga
Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
bertindak sebagai Pemohon dalam permohonan ini
8. Bahwa Mahkamah Konstitusi sejak diundangkannya Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 tanggal 31 Mei 2005 dan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 11/PUU-V/2007 tanggal 20 September 2007
serta putusan-putusan selanjutnya terkait kerugian hak dan/atau
kewenangan konstitusional sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 51
ayat (1) UU MK mengisyaratkan, hak atau kewenangan konstitusionalnya
dianggap dirugikan oleh UU atau PERPU apabila:
a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang
diberikan oleh UUD 1945;
b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon
dianggap dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang
dimohonkan pengujian;
c. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan
aktual atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang
wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian
dimaksud dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan
pengujian;
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan
maka kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau
tidak lagi terjadi;
9. (ini masih banyak, tapi tak tulis awal/briefnya dulu)

II.2. Kerugian Konstitusional Para Pemohon


1. Bahwa para pemohon mempunyai hak konstitusional yang diberikan oleh
UUD 1945 yang mana hak-hak tersebut telah dilanggar dan berpotensi
dilanggar dengan keberadaan Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011
Hak-hak tersebut ialah sebagai berikut;
a. Hak untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
yang tertuang dalam Pasal 28 UUD 1945 terancam dilanggar
dengan keberadaan Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011 yang
menyatakan keberadaan partai politik yang berfungsi sebagai
wadah aspirasi rakyat diharuskan untuk melakukan penyesuaian dan
mengikuti verifikasi. Dengan demikian, hak yang sebagaimana yang
dimandatkan Pasal 28 UUD 1945 menjadi terlanggar dan pihak
pemohon menjadi dirugikan.
b. Hak untuk menjadi peserta pemilihan umum sebagaimana yang
tertuang dalam Pasal 22E ayat (3)
"Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah partai politik",
c. Hak untuk memajukan dirinya untuk membangun masyarakat,
bangsa dan negaranya yang tertuang dalam Pasal 28C ayat (2)
"Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya."
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
III. ALASAN PERMOHONAN (POSITA) MASIH CONTOH DAN INI
COPAS DARI PUTUSAN, CEK ULANG
1. Dengan adanya frasa atau kalimat:
“dengan kewajiban melakukan penyesuaian menurut UU ini dengan
mengikuti verifikasi”
dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011 memberikan
ketidakpastian hukum dan menghilangkan hak konstitusional dari
pemohon yang dalam hal ini adalah Partai Politik yang didirikan
secara sah dan berbadan hukum.
2. Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa:
"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum."
Adanya, ketetapan terkait verifikasi dalam Pasal 51 ayat (1) UU No.
2 Tahun 2011 tersebut membatasi ruang gerak pemohon karena
menghilangkan hak pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum bagi Partai Politik terkait.
3. Bahwa Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa:
"Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang."
Dapat menyebabkan ketetapan terkait verifikasi dalam Pasal 51 ayat
(1) UU No. 2 Tahun 2011 tersebut telah melanggar atau berpotensi
melanggar hak konstitusional Partai Politik apabila Partai Politik
tidak lulus dalam Proses verifikasi sebagaimana yang disyaratkan.
4. Bahwa Pasal 28 C ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan bahwa:
"Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya."
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
Ketetapan terkait verifikasi dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 2
Tahun 2011 menjadi penghambat bagi Partai Politik yang telah sah
dan berbadan hukum untuk menjalankan tujuan dan fungsinya
akibat proses verifikasi yang nilai memaksa atau mengharuskan
bagi Partai Politik.

IV. PETITUM/POKOK PERMOHONAN


Dari uraian di atas dan bukti yang telah dilampirkan, dengan ini Para
Pemohon mengajukan permohonan kepada Majelis Hakim Mahkamah
Konstitusi untuk berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945,
khususnya Pasal 28D ayat (1), Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), dan
Pasal 22A karenanya pasal tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat;
3. Memerintahkan pemuatan putusan Mahkamah Konstitusi atas
permohonan pasal a quo dimuat dalam Berita Negara.
Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, Para Pemohon
memohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquat et bono).
Jakarta, 9 November 2022
Hormat saya,
PEMOHON

Maichel Anton
Nama : Maichel Anton
NPM : 2106637725
Prodi : Reguler
E. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai