Anda di halaman 1dari 32

KEBIJAKAN KESMAVET

DALAM SISTEM
KEAMANAN PRODUK
ASAL HEWAN

DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
1. UU No. 18/2009 jo UU No. 1. PP No. 95/2012 tentang 1. Permentan 15 tahun 2021 tentang Standar
41/2014 tentang Kesehatan Masyarakat Kegiatan Usaha Dan Standar Produk Pada
Peternakan dan Kesehatan Veteriner dan Kesejahteraan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Hewan Hewan Berbasis Risiko Sektor Pertanian
2. UU No. 11 Tahun 2020 2. PP No. 3 tahun 2017 tentang 2. Permentan No.11/2020 tentang Sertifikasi
tentang Cipta kerja otoritas veteriner Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha
3. UU No. 23/2014 tentang 3. PP Nomor 5 tahun 2021 Produk Hewan
Pemerintahan Daerah penyelenggaraan perijinan
3. Kepmentan Nomor
4. UU No. 33/2014 tentang berbasis resiko serta standar 591.1/KPTS/HK.104/M/9/2020 tentang
Jaminan Produk Halal usaha dan produk Komoditas Binaan Kementerian Pertanian
5. UU No.18/2012 tentang 4. PP 39 Tahun 2019 tentang
Pelaksanaan UU No. 33 4. Permendag No. 25 tahun 2022 Perubahan
Pangan Atas Peraturan Menteri Perdagangan
6. UU No. 8/1999 tentang Tahun 2014 tentang Jaminan
Nomor 20 Tahun 2021 Tentang Kebijakan
Perlindungan Konsumen Produk Halal Dan Pengaturan Impor
5. PP 86 Tahun 2019 tentang
Keamanan Pangan
Penjaminan Produk Hewan ASUH
UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

1. Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melaksanakan pengawasan,


pemeriksaan, pengujian, standardisasi, sertifikasi, dan registrasi Produk Hewan.
Pasal 58
• di tempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan pengumpulan,
• Pada Produk Hewan segar, sebelum pengawetan, dan pada waktu peredaran setelah pengawetan.
Produk Hewan
(3) Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi terhadap Produk Hewan yang diproduksi di
dan/atau dimasukkan ke dalam NKRI untuk diedarkan dan/atau dikeluarkan dari NKRI.
(4,5&7) Produk Hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan/ dikeluarkan ke wilayah NKRI
untuk diedarkan wajib disertai:

• sertifikat veteriner; dan


• sertifikat halal bagi Produk Hewan yang dipersyaratkan.
(6) Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan Produk Hewan dilarang
memalsukan Produk Hewan dan/atau menggunakan bahan tambahan yang dilarang.

(8) Untuk pangan olahan asal Hewan, juga wajib memenuhi peraturan perundang-undangan di
bidang pangan.
Penjaminan Produk Hewan ASUH
PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan

Pasal 26

(1) Penjaminan produk Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. Pengaturan Peredaran Produk Hewan;
b. Pengawasan Unit Usaha produk Hewan;
c. Pengawasan produk Hewan;
d. Pemeriksaan dan Pengujian produk Hewan;
e. Standardisasi produk Hewan;
f. Sertifikasi Produk Hewan; dan
g. Registrasi produk Hewan.

(2) Produk Hewan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilarang diedarkan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
Penjaminan Produk Hewan ASUH
PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan

Registrasi Produk Hewan


Pasal 57

(1)Registrasi produk Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


ayat (1) huruf g dilakukan terhadap produk Hewan berupa pangan
segar asal Hewan yang dikemas untuk diedarkan.
(2)Produk Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
produk Hewan yang diproduksi di dalam negeri, dimasukkan ke
dan dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia.
(3)Registrasi produk Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Menteri dalam bentuk pemberiannomor Registrasi.
Penjaminan Produk Hewan ASUH
PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan

Pasal 58

(1) Nomor Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


57 ayat (3) wajib dicantumkan pada label dan kemasan
produk Hewan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara


Registrasi produk Hewan diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjaminan Produk Hewan ASUH
PP 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
Pasal 59
(1) Setiap Orang yang meianggar ketentuan
Pasal 38 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
(1) Setiap Pangan Segar asal hewan yang Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal 13 ayat (1), Pasal
14 ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 22
diedarkan di wilayah Negara Kesatuan Republik ayat (2), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (1) dan
Indonesia yang diproduksi di dalam negeri atau ayat (2), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1), Pasal
28 ayat (1), Pasal 31 ayat (1), Pasal 38 ayat (1)
yang diimpor untuk dan ayat (2), Pasal 39 ayat (1), Pasal 41 ayat
diperdagangkan dalam kemasan berlabel wajib (1),Pasal 42 ayat (1), Pasal 43, dan/atau Pasal 44
memiliki nomor registrasi. ayat (l) dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berupa:
a. denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan,
Produksi Pangan, dan/atau Peredaran Pangan;
c. penarikan Pangan dari Peredaran Pangan oleh
produsen;
d. ganti rugi; dan atau
e. pencabutarn izin.
Penjaminan Produk Hewan ASUH
UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Pasal 60 (1) Setiap orang yang mempunyai unit usaha produk hewan
wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh NKV
kepada pemerintah daerah provinsi
Unit Usaha

(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan


pembinaan unit usaha produk hewan skala rumah tangga
yang belum memenuhi persyaratan NKV.
Penjaminan Kemanan Produk Hewan
• Registrasi Produk Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperoleh Nomor Registrasi Produk Hewan berupa produk segar
asal hewan yang dikemas untuk diedarkan serta telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis
• Nomor Registrasi Produk Hewan diberikan oleh Direktur Jenderal
Produk Hewan Segar atas nama Menteri dalam bentuk Keputusan Menteri
berkemasan
• Nomor Kontrol Veteriner adalah Nomor registrasi unit usaha
produk hewan berupa sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah
telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan
keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan.
Unit Usaha • Nomor Kontrol Veteriner diberikan dalam bentuk sertifikat oleh
pejabat Otoritas Veteriner Provinsi.
Jenis
No Kewenangan Output
Layanan
Nomor
Registrasi
Pemerintah Registrasi
Standar Kegiatan
1 Produk
Pusat Produk
Registrasi Produk Hewan
Hewan Hewan
MAKSUD DAN TUJUAN:

MAKSUD
Agar produk hewan yang diproduksi di/atau dimasukkan
ke dalam wilayah negara Republik Indonesia untuk
diedarkan dan/atau dikeluarkan dari wilayah negara
republik Indonesia.
• terjamin keamanan dan mutunya,
• mampu telusur,
Standar Registrasi
Pemasukan • mencegah pemalsuan jenis dan komposisi produk
hewan yang diproduksi oleh pelaku usaha,
• keuntungan bagi pelaku usaha, apabila terjadi suatu
kasus terhadap keamanan dan mutu produk, tidak
semua jenis produk harus ditarik dari peredaran.
MAKSUD DAN TUJUAN:

TUJUAN

a. memberikan kepastian hukum bagi pelaku


usaha yang melakukan kegiatan produksi
dan/atau peredaran produk hewan;
b. memberikan perlindungan bagi masyarakat
dari peredaran produk hewan yang tidak
Standar Registrasi
memenuhi persyaratan keamanan dan
Pemasukan mutunya;
c. mempermudah penulusuran kembali dari
kemungkinan terjadinya penyimpangan
produksi dan/atau peredaran produk hewan;
d. meningkatkan daya saing produk hewan.
KBLI 1.
2.
3.
4.
01412 Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah
01443 Pembibitan dan Budidaya Kambing Perah
01462 Pembibitan dan Budidaya Ayam Ras Petelur
01465 Pembibitan dan Budidaya Itik dan/atau Bebek
5. 01466 Pembibitan dan Budidaya Burung Puyuh
6. 01493 Pembibitan dan Budidaya Lebah
7. 01497 Pembibitan dan Budidaya Burung Walet
8. 02307 Pemungutan Madu
9. 10110 Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Bukan Unggas
10. 10120 Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas
11. 10130 Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging dan Daging
Unggas
12. 10510 Industri Pengolahan Susu Segar dan Krim
13. 46319 Perdagangan Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil
Pertanian Lainnya
14. 4632 Perdaganagn Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil
Peternakan dan Perikanan
15. 46321 Perdagangan Besar Daging Sapi dan Daging Sapi Olahan
16. 46322 Perdagangan Besar Daging Ayam dan Daging Ayam Olahan
17. 46323 Perdagangan Besar Daging dan Daging Olahan Lainnya
18. 46325 Perdagangan Besar Telur dan Hasil Olahan Telur
19. 46326 Perdagangan Besar Susu dan Produk Susu
Klasifikasi Baku Lapangan 20. 46327 Perdagangan Besar Minyak dan Lemak Hewani
21. 47214 Perdagangan Eceran Hasil Peternakan
Usaha Indonesia (KBLI)
22. 47219 Perdagangan Eceran Hasil Pertanian Lainnya
23. 46329 Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Hasil Peternakan
dan Perikanan Lainnya
JENIS PRODUK

Susu Segar adalah cairan dari ambing sapi,


kerbau, kuda, kambing, domba, dan hewan
ternak penghasil susu lainnya yang sehat yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,
yang kandungan alamainya tidak diurangi atau
ditambah sesuatu apapun, dan belum
mendapatkan perlakuan apapun.

Susu Sapi, Susu Kerbau, Susu Kambing/Domba,


Susu Ternak lainnya
JENIS PRODUK
02. Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit segar
dalam bentuk utuh dan potongan tanpa perlakuan

03. Daging/karkas segar yang dihaluskan atau


dilepaskan dari tulangnya (mechanically deboned meat)
yang didinginkan atau dibekukan (chilled/frozen).

04. Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit dalam


bentuk utuh dan potongan yang didinginkan (chilled).

05. Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit dalam


bentuk utuh dan potongan yang dibekukan (frozen).

Dari Sapi, Dari Kerbau, Dari Kambing/Domba, Dari Babi,


Dari Ayam, Dari Bebek/Itik, Dari Burung Puyuh, Dari
Unggas Lain, Dari Hewan Buruan Lain
JENIS PRODUK
06. Telur segar dalam kerabang tidak mengandung
bahan tambahan. Pewarna pangan dapat digunakan
untuk dekorasi, pewarnaan atau pemberian cap pada
kerabang telur.

07. Telur asin (mentah dan matang), telur pindang, telur


pidan, halidan, dan telur diawetkan dengan cara lain.

07. 04. Telur Konsumsi Lainnya (seperti: Telur ayam


organik, Telur rendah kolesterol, Telur mengandung
omega 3, telur bebas residu antibiotik) dan lain-lain.
Telur Ayam (telur ayam ras, telur ayam lokal, telur ayam
arab), Telur Bebek/Itik, Telur Puyuh
JENIS PRODUK

Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah


madu berasal dari berbagai sumber nektar. Aktivitas
enzim diastase tidak kurang dari 3 DN.
Madu (Madu hutan ; Madu budidaya; Madu lebah
tanpa sengat (Trigona))

Sarang burung walet kering matahari dan kering oven.


PERSYARATAN ADMINISTRASI

Produk hewan yang diproduksi di dalam negeri:


1) Surat permohonan;
2) Nomor Induk Berusaha;
3) Identitas diri, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk, Paspor pimpinan perusahaan atau kuasa dari pimpinan perusahaan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak;
5) Profil perusahaan;
6) Akta pendirian perusahaan dan perubahan terakhir;
7) Surat pernyataan bahwa dokumen yang disampaikan benar.

Produk hewan yang


diproduksi di dalam negeri:
PERSYARATAN ADMINISTRASI

1. Surat permohonan;
2. Nomor Induk Berusaha;
3. Identitas diri, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk, Paspor pimpinan perusahaan atau kuasa dari pimpinan perusahaan;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak;
5. Profil perusahaan;
6. Akta pendirian perusahaan dan perubahan terakhir;
7. surat rekomendasi pemasukan Produk Hewan; dan
8. Surat pernyataan bahwa dokumen yang disampaikan benar.

Produk hewan yang dimasukkan ke dalam Wilayah


Negara Republik Indonesia:
PERSYARATAN ADMINISTRASI

Produk hewan yang diproduksi di dalam negeri:


1) Surat permohonan;
2) Nomor Induk Berusaha;
3) Identitas diri, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk, Paspor pimpinan perusahaan atau kuasa dari pimpinan perusahaan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak;
5) Profil perusahaan;
6) Akta pendirian perusahaan dan perubahan terakhir;
7) Surat pernyataan bahwa dokumen yang disampaikan benar.

Produk hewan yang dikeluarkan dari Wilayah


Negara Republik Indonesia:
PERSYARATAN TEKNIS

Produk hewan yang


diproduksi di dalam negeri:

1) Berasal dari unit usaha yang memiliki NKV sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) memenuhi persyaratan keamanan dan mutu Produk Hewan yang dibuktikan dengan sertifikat
hasil uji yang
diterbitkan oleh laboratorium veteriner yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri;
3) memiliki sertifikat halal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) rancangan label pada kemasan Produk Hewan yang memuat paling sedikit nomor Registrasi; dan
5) contoh jenis dan kemasan Produk Hewan.
PERSYARATAN TEKNIS

Produk hewan yang dimasukkan ke dalam Wilayah


Negara Republik Indonesia:

• Berasal dari Negara dan Unit Usaha yang sudah disetujui


pemasukannya;
• memenuhi persyaratan keamanan dan mutu Produk Hewan dari
negara asal yang dibuktikan dengan dokumen:
• Fotocopi sertifikat kesehatan Produk Hewan (Certificate of Health);
• fotokopi sertifikat asal Produk Hewan (Certificate of Origin);
• fotokopi sertifikat analisis (Certificate of Analysis), dan
• fotokopi sertifikat halal (Certificate of Halal) bagi yang dipersyaratkan.
PERSYARATAN TEKNIS

Produk hewan yang dikeluarkan dari Wilayah


Negara Republik Indonesia:

Produk hewan yang dikeluarkan dari


Wilayah Negara Republik Indonesia harus
memenuhi persyaratan teknis negara
tujuan
Tata Cara Penomoran
Penulisan nomor registrasi terdiri dari rangkaian angka dan huruf yang
menunjukkan kode asal Produk Hewan, kode lokasi provinsi, kategori jenis Produk
Hewan dan nomor registrasi.
Kode Produk Hewan dinyatakan dengan huruf, yaitu: 1) PHD : Produk Hewan produksi
dalam negeri 2) PHL : Produk Hewan yang dimasukkan dari luar negeri 3) Nomor Urut
Provinsi lokasi unit usaha yang meregistrasi Produk Hewan sesuai dengan kode statistik,
Kode Produk Hewan : Produk Hewan produksi dalam negeri (PHD) CONTOH
Nomor urut Provinsi : Jawa Barat (32)
Nomor urut Kabupaten : Bogor (11)
Kategori Produk Hewan : Daging ayam segar dingin (04.05)
Tahun : 2021 (21)
Nomor Registrasi : 00001
Penulisan : PHD 321104052100001
CONTOH
CONTOH
CONTOH
KEWAJIBAN PELAKU USAHA
a. Mencantumkan nomor registrasi Produk Hewan pada label dan
kemasan;
b. menyampaikan laporan kegiatan usaha dan kelayakan produknya
kepada Gubernur atau Bupati/walikota
c. menyampaikan laporan kegiatan usaha dan kelayakan Produk
Hewan yang berasal dari produksi dalam negeri secara berkala
setiap 6 (enam) bulan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan
SANKSI PP Nomor 5 tahun 2021 penyelenggaraan perijinan
berbasis resiko serta standar usaha dan produk
Pasal 346
(1) Pelaku Usaha peternakan dan kesehatan hewan:
e. Kegiatan Usaha berupa registrasi produk hewan yang tidak melaporkan
kegiatan usaha dan kelayakan produk hewan, dikenai sanksi
administratif berupa peringatan tertulis.

(2) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan jangka waktu
masing-masing paling lama 10 (sepuluh) Hari untuk menyesuaikan dengan standar.

Pasal 351
(1) Apabila Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 346 ayat (1) huruf e dan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
346 ayat (2) tetap tidak menyesuaikan dengan standar,dikenai sanksi penarikan
produk hewan dari peredaran selama 1 (satu) bulan.
(2) Apabila Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap tidak
menyesuaikan dengan standar, dikenai sanksi pencabutan Perizinan Berusaha.
a. dilakukan terhadap Produk hewan yang beredar baik yang diproduksi dalam
negeri dan dimasukkan dari luar negeri
b. dilakukan oleh Dokter Hewan Berwenang yang memiliki kompetensi sebagai
Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Kementerian, provinsi, dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
c. pelaksanaan pengawasan peredaran produk hewan meliputi:
1. kondisi fisik pangan asal hewan dengan mempergunakan panca indera
manusia dan apabila ditemukan penyimpangan dilakukan pengambilan
sampel untuk pengujian lebih lanjut terhadap pemenuhan persyaratan mutu
dan keamanan pangan.
2. kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai
nama produk, produsen, tanggal produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa,
jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang dipersyaratkan).
d. Pengawasan dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan, atau
sewaktu-waktu apabila diketahui adanya penyimpangan.
e. Laporan hasil pengawasan disampaikan oleh Direktur Jenderal,
Kepala dinas provinsi, dan Kepala dinas kabupaten/kota kepada
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya
f. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki
pengawas Kesmavet,maka pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh
pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
g. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan produk
hewan dapat dilakukan melalui aplikasi Kolom Laporan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang terintegrasi
d a l a m a p l i k a s i D i l a n K e s m a v e t d i
http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai