Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FILM YOWIS BEN

(PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK DAN ALIH KODE DAN CAMPUR


KODE)

Aditya Nur Aji1, Melanie Hartati2, Nisa Asilmi Dewi3, Patimah4


Universitas Djuanda Bogor; Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35.
Kab. Bogor 1672 Jawa Barat ; Telepon. 0251-8240773 ; Fax. 0251-8240985
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru, Bogor
e-mail: adityanuraji@unida.ac.id, melaniehartati6@gmail.com,
nisasilmidewiii@gamil.com, fhatimahsiti20@gmail.com

ABSTRAK
Proses berkomunikasi dalam penggunaan bahasa yang terjadi di lingkungan masyarakat tutur
dapat menimbulkan alih kode dan campur kode di dalam film Yowis Ben karya Fajar Nugros
dan Bayu Eko Moekitto. Alih kode dan campur kode dapat dipertemukan dalam dialog para
pemain dalam film tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterkaitan
sosiolinguistik serta penerapannya terhadap film Yowis Ben. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh aspek kajian perspektif karya yang meliputi tema, diksi, gaya
bahasa, imaji, dan amanat dalam film Yowis Ben yang menggambarkan pengaruh adanya aspek
sosiologi dan linguistik terhadap film Yowis Ben Penelitian ini menggunakan metode dekriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah Teknik
menonton, menyimak dan mencatat. Teknik dilakukan dengan menonton film, menyimak,
kemudian dicatat untuk dianalisis berdasarkan kajian perspektifnya. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan serta menjelaskan mengenai deskripsi tentang campur kode dan alih kode yang
terdapat pada film Yowis Ben. Simpulan dari penelitian ini adalah alih kode dan campur kode
dapat terjadi karena adanya pengaruh dari latar belakang penutur, suasana, dan tempat
terjadinya tuturan. Sehingga tidak menuntut kemungkinan alih kode dan campur kode sering
terjadi pada masyarakat tutur.
Kata Kunci: Sosiolinguistik, Film, Alih kode, Campur kode.

A. PENDAHULUAN
Sosiolinguistik berasal dari sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah suatu kajian yang
objektif mengenai manusia di dalam lingkungan masyarakat, tentang Lembaga-lembaga dan
proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat, sedangkan linguistik adalah bidang ilmu bahasa
atau ilmu yang mengkaji tentang bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah antar disiplin ilmu yang mempelajari tentang Bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu sendiri di dalam masyarakat, (Chaer, 2004).
Istilah masyarakat bahasa pada masa dialek Eropa klasik mengacu pada suatu konsep
yang idealistis, tidak hanya bermakna kesatuan bahasa, tetapi lebih berarti kesatuan sosial-
geografis. Bahasa adalah bunyi yang arbitrer dan mempunyai makna. Bahasa dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai alat berkomunikasi dan mengutarakan ide-ide baik secara tertulis maupun
lisan. Bahasa juga dapat menampung pikiran dan perasaan untuk menimbulkan adanya saling
memahami antara penutur dan mitra tutur. Indonesia terdapat tiga bahasa dengan status yang
berbeda-beda. Ketiga bahasa tersebut yaitu bahasa daerah, bahasa Indoneia, dan bahasa asing.
Namun, bahasa yang ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
Masyarakat sering menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi yang bersifat
kedaerahan, misalnya menggunakan bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan lain-lain.
Fenomena ini terjadi di dalam masyarakat yang terbuka adalah anggota masyarakat dapat
memperbolehkan kedatangan anggota dari masyarakat lain baik satu atau lebih dari satu
masyarakat dan akan terjadi hubungan kontak bahasa. Bahasa yang terdapat dalam masyarakat
yang memperbolehkan akan berdampak pada bahasa masyarakat yang datang. Pada umumnya
terjadi peranan dua bahasa atau lebih dalam proses berkomunikasi. Kehidupan masyarakat yang
bilingualisme berkenaan dengan dua bahasa atau lebih dari dua kode bahasa.
Alih kode adalah transisi dalam penggunaan bahasa dengan menyesuaikan keadaan
yang terjadi antarbahasa serta antara ragam dalam satu bahasa. Menurut Suwito (dalam Aslinda
dan Syafyahya, 2007: 86) alih kode ada dua jenis, yaitu alih kode internal dan alih kode
eksternal. Alih kode internal terjalin antara bahasa sendiri seperti bahasa daerah dengan bahasa
Indonesia sedangkan alih kode ekternal terjalin antara bahasa dalam dan bahasa asing seperti
bahasa Inggris, Jerman dan lain-lain. Campur kode terjadi apabila seorang penutur memasukan
unsur bahasa daerah ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia.
Film adalah suatu bentuk hubungan berupa media audio visual yang mampu
memperlihatkan berupa kata-kata, bunyi, citra, dan kombinasinya (Sobur dalam Oktavianus,
2015: 3). Film adalah sebuah alat baru yang digunakan untuk menyalurkan hiburan, cerita,
peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat (McQuail dalam
Oktavianus, 2015: 3). Film adalah medium komunikasi massa yang canggih, bukan saja untuk
hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan (Effendy dalam Oktavianus, 2015: 3).
Penggunaan bahasa lokal dalam film Yowis Ben karya Fajar Nugros dan Bayu Eko Moektito
membuatnya dapat digolongkan dalam berbagai macam bentuk bahasa, film tersebut memiliki
keutuhan makna bahasa dalam setiap dialog yang diucapkan oleh setiap pemain sehingga
bahasa yang digunakan dapat dianalisis dengan cara kebahasaan. Salah satu hal yang dapat
dianalisis dari isi ucapan oleh para pemeran film Yowis Ben, yaitu bahasa kalimat yang
merujuk uraian campur kode (code mixing) dan alih kode (code switching) yang terkandung
dalam bahasa tersebut adanya bilingalisme yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa
Inggris.

B. KAJIAN TEORI

Alih kode (code switching) adalah suatu keadaan tentang peralihan dari satu kode ke kode
yang lain. Misalnya, pengujar memakai bahasa Indonesia kemudian beralih menggunakan
bahasa Jawa. Alih kode juga salah satu aspek terkait bahasa dalam lingkungan masyarakat
multilingual. Faktor yang memengaruhi alih kode antara lain dari penutur, mitra tutur,
hadirnya penutur ketiga, pokok pembicaraan, membangkitkan rasa humor, dan untuk sekedar
bergengsi.
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila pengujar memakai suatu bahasa secara
dominan untuk mendukung suatu tuturan yang disisipi dengan unsur dari bahasa lain. Campur
kode dapat terjadi karena karakter dari penutur atau pengujar itu sendiri, misalnya latar
belakang sosial dan tingkat pendidikan dari penutur tersebut. campur kode ini biasanya lebih
terlihat pada saat berkomunikasi dalam suasana yang informal. Tetapi campur kode juga dapat
terjadi karena keterbatasan bahasa dan kata yang ingin diucapkan tersebut
tidak ada padanan katanya. Sehingga hal tersebut dapat mendorong penutur untuk
menggunakan bahasa lain.
Alih kode dan campur kode merupakan suatu hal yang wajar jika terjadi di dalam
masyarakat tutur. Pada masyarakat multingual penggunaan dua bahasa atau lebih itu nyata
terjadi.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk memelajari pada kondisi objek alamiah, di mana peneliti adalah
instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif terdapat pada data dan memanfaatkan teori bahan penjelas dan berakhir dengan
bentuk teori. Metode kualitatif mempersembahkan perhatian terhadap data pada aspe
pemahaman yang mendalam terhadap suatu masalah (Husaini dan Purnomo, 2004: 4).
Penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang memiliki tujuan untuk memahami
suatu fenomena tentang apa yang dialami dari subjek penelitian seperti perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah, (Moleong, 2005:6). Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
kualitatif. .Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan campur kode dan alih kode dalam
film Yowis Ben karya Fajar Nugros dan Bayu Eko Moektito.
Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dan sumber data
diperoleh dangan menonton film Yowis Ben. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik simak dan teknik catat (Mahsun, 2007: 92). Teknik analisis data menggunakan
analisis isi dengan mengklasifikasi data (Suharsaputra, 2012: 187), menyajikan data dan
menarik simpulan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa alih kode dan campur kode
dalam film Yowis Ben karya Fajar Nugros dan Bayu Eko Moektito, yang mana penelitian
ini dapat memaparkan data hasil penelitian. Film adalah sebuah media elektronik yang
menyajikan berupa audio visual, gambar, dan kata-kata.
Film Yowis Ben sudah ditayangkan di bioskop Indonesia sejak tanggal
22 Februari 2018, saat ini film tersebut masih bisa dilihat melalui internet dengan cara
streaming atau diunduh. Film “Yowis Ben” telah berhasil memperoleh 926.278 ribu
penonton selama 34 hari dari awal penayangannya. Film ini diproduseri oleh Bayu Eko
Moektito atau yang lebih dikenal dengan Bayu Skak. Film ini juga melibatkan artis yang
masih memiliki keterkaitan dengan Jawa Timur. Pemilihan lokasi shooting yang dilakukan
di kota Malang dan Batu.
Hasil dari penelitian ini diperoleh data yang menunjukkan campur kode dan alih
kode. Campur kode yang diperoleh dari film Yowis Ben ini ada tiga pada saat dialog
Susan dengan Bayu, Kepala Sekolah dengan Bayu, dan
ibu dengan Bayu. Selain itu juga terdapat dua alih kode yang terdapat di dalam film
tersebut.
Hampir semua data yang ditemukan dalam film ini menggunakan campur kode.
Campur kode yang terjadi disebabkan adanya latar belakang penutur yang merupakan
penutur asli berdialek kota Malang Jawa Timur serta pemilihan kata yang mudah diingat
dan adanya situasi yang berubah.
Campur kode merupakan peristiwa tutur yang digunakan terdiri dari klausa dan
frasa campuran namun tidak mendukung fungsi sendiri, (Thelander dalam Aslinda dan
Syafyahya, 2007:87). Peristiwa campur kode terjadi dikarenakan adanya kata yang tepat
untuk mewakili bahasa yang digunakan sehingga memakai kata dari bahasa daerah atau
bahasa asing. Berikut contoh campur kode yang terdapat di film Yowis Ben karya Fajar
Nugros dan Bayu Eko Moektito.
[1]

1. Susan : “Kamu gak denger apa kata Roy?”


2. Bayu : “Denger. Limang ewu, tuku bensin sakliter, ndhang
muliho!”
3. Susan : “Bukan itu. mendingan kamu pergi dari sini”
4. Susan : “Bukan itu. mendingan kamu pergi dari sini”
5 Bayu : “Loh tapi San?”
6. Susan : “Pergi!”

Pada data di atas ditemukan campur kode campuran yang melibatkan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Berdasarkan data 1.5, campur kode yang digunakan adalah
kalimat “limang ewu, tuku bensin sakliter, ndhang muliho..” yang merupakan bahasa
Jawa. Kalimat tersebut mengandung makna “lima ribu rupiah, beli bensin seliter, terus
pulang..”
[2]

Kepalah Sekolah: “Saya. Di sini memperkerjaan satpam itu kembar tiga. Jadi
kemana pun kalian pergi pasti ketemu sama satpam itu. Poin saya adalah
mbolos artinya kalian mengkhianati orang-orang yang sangat sayang
kalian. Ojo mbolos pelajaran!”

B. Bayu: “Nggih Pak”

Campur kode pada data di atas juga melibatkan antara bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa. Hal itu terlihat pada data 2.1 dalam kalimat “Ojo mbolos pelajaran!” yang
merupakan kalimat perintah yang mempunyai arti “Jangan bolos pelajaran!”, kalimat
tersebut merupakan bahasa Jawa ngoko karena penutur memiliki pangkat lebih tinggi
daripada lawan tuturnya dan kalimat “Nggih Pak” merupakan bahasa Jawa karma yang
biasanya digunkan kepada orang yang lebih tua dengan tujuan untuk menghormati karena
lawan tuturnya adalah kepala sekolah. Kata “Nggih” sendiri memiliki makna yaitu “iya”.
[3]
1. Ibu : “Edan apa awakmu! koen piker departemen store
apa?“
2. Bayu : “Ya sopo weruh Bu. Moro-moro dadi pecel
departemen store. Departemen store iku dimulai teka diskon
sing gedhe-gedhean Buk.“
3. Ibu : “Diskon apa! Gak onok diskon-diskonan Modhal seket
ewu njaluk diskon“

4. Bayu : “Loh.. Buk..”

Data 3.1 dan 3.2 di atas merupakan contoh campur kode bahasa Jawa dan bahasa
Inggris. Hal ini terlihat dalam kata “departemen store” yang memiliki makna sebagai “toko
serba ada” yang menjual barang dengan eceran.
Alih kode merupakan peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan cara
pergantian kode, (David dalam Margana, 2013: 40). Alih kode sebagai gejala peralihan
penggunaan bahasa karena berubahnya situasi, alih kode bukan hanya terjadi antara bahasa
namun dapat terjadi antara ragamragam ataupun gaya yang terdapat dalam satu bahasa
tersebut (Apple dalam Chaer dan Agustina, 2014: 107). Alih kode terdapat dua macam,
yaitu alih kode intern dan alih kode eksteren (Jendra dalam Padmadewi, dkk 2014: 64). Alih
kode dalam kalimat (Akl) disejajarkan dengan istilah campur kode (Ck), (Saddhono, 2010).
Alih kode yang dilakukan penutur difokuskan bahasa Jawa yang lebih dominan
dalam tuturan tersebut karena dalam film mempunyai latar belakang kehidupan pemain
yang berasal dari Malang dengan bahasa Jawa yang medok erta dipengaruhi situasi keadaan
dan meningkatan rasa humor. Berikut salah santu contoh alih kode yang terdapat dalam film
Yowis Ben karya Fajar Nugros dan Bayu Eko Moektito.
[1]

1. Doni : “San, boleh tolong keluar sebentar!”

2. Susan : “Loh, memangnya kenapa? Aku ganggu kalian yah? Enggak


kok nih, gak ganggu kan, aman kan.”
3. Nando : “Ini masalah…”

4. Doni : “Bay mosok gak reti Bay?”

5. Bayu : “San. Kamu tunggu di sepeda motorku dulu! Nanti aku jemput
lagi ke sini. Bentar tok”

Pada data ini terdapat alih kode yaitu penggunaan bahasa Indonesia dan beralih ke
bahasa Jawa data 1.4. Berdasarkan analisis tindak komunikasi terjadi peristiwa alih kode
bentuk informal, dikarenakan hubungan penutur dengan mitra tutur yang mulai
menunjukkan keakraban, sehingga bahasa yang digunakan dalam komunikasi dengan
bahasa informal. Sehingga beralih kode dengan menggunakan bahasa Jawa dan juga
suasana dalam berkomunikasi terkesan lebih akrab dan dekat.
[2]
1. Susan : “Bayu. Bay aku pengin ngomong sama kamu”

2. Bayu : “Ngomong apa San? Kalo kamu di sini aku tambah


deg-degan”
3. Susan : “Makasih yah”
4. Bayu: “Makasih? Buat apa?”
5. Susan : “Makasih. Karena kamu satu-satunya orang yang udah ingetin
aku, kalo aku tuh salah. Kamu mau kan maafin aku? Kalian juga
mau kan maafin aku? Sukses
yah buat pentasnya.”
6. Doni : “Eh cuk. Pokoke nek arek iku noleh rene jaluk diuber
iku”
7. Bayu: “Nek gak noleh rene?”

8. Doni : “Gulune loro paling. Yo gak pak?”

Alih kode pada data di atas itu terjadi pada saat penggunaan bahasa Indonesia yang
beralih ke bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena penutur sudah menjalin keakraban dan juga
latar belakang dari penutur dan lawan tutur berasal dari daerah yang sama. Sehingga bahasa
Jawa dianggap sebagai bahasa sesuai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dalam film Yowis Ben karya Fajar
Nugros dan Bayu Eko Moektito terdapat peristiwa campur kode dan alih kode hal ini
terdapat beberapa simpulan yang terkait sebagai berikut.
Campur kode yang terjadi dalam film Yowis Ben karya Fajar Nugros dan Bayu
Eko Moektito. yaitu penggunaan bahasa Indoneis, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris.
Sedangkan alih kode yang terjadi yaitu penggunaan bahasa Jawa. Hal ini dilatar belakangi
dari cerita film yang menggambarkan para pemain yang berasal daerah berasal dari Malang
Jawa Timur. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode dan alih kode dipengaruhi oleh
latar belakang, lawan tutur, penutur, pokok pembicaraan, dan membangkitkan rasa humor.

REFERENSI

Aslinda & Syafyahya. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rinika Cipta.
Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. (2004). Sosioinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. (2000). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV.
Fatur, Rokhman. (2013). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Husaini &Purnomo. (2004). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara. Iqbal,
dkk. (2011). Sosiolinguistik: Teori dan Praktik. Surabaya: Lima-lima Jaya.
Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Luizen, Inggrid. (2019). Motif Remaja Kota Malang dan Batu Menonton Film Yowis Ben.
Skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya:
Surabaya.
Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya”.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Margana. (2013). Alih Kode dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di SMA. E- journal.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mbete, Atmajaya, Sujaya, Pastika, Sulatra, Dhianari, dan Mahayani. (2013). Bahasa Media
“Televisi, Internet dan Surat Kabar”. Bali: Udayana University Press.
Padmadewi, N. N., Merlyna, P. D., & Saputra, N. P. (2014). Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saddhono, Kundharu. (2006). Bahasa Etnik Madura Di Lingkungan Sosial: Kajian


Sosiolinguistik Di Kota Surakarta. Kajian Linguistik dan Sastra. 18(34):1- 15.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2011). Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik
Kultural. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(4): 433-446.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2012). Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat (Studi
Kasus Di Kota Surakarta). Jurnal Adabiyat. 1(1): 71-92.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Bipa) di Universitas
Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra. 24(2): 176-186.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundaru. (2014). Pengantar Sosiolinguistik Teori dan Konsep Dasar.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta


Suhardi. (2009). Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suharsaputra. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Sumarsono. (2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susmita, N. (2015). Alih Kode dan Campur Kode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP Negeri 12 Kerinci. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora,
17(2), hal. 87-98.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai