NAMA KELOMPOK :
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara manapun di dunia ini, pasti lah akan terdapat aktor-aktor yang
posisinya berada di luar parlemen yang dimana bisa turut memberikan kritik
dan saran baik yang bersifat positif maupun negatif terhadap aktor-aktor yang
berada di dalam parlemen dalam membuat suatu kebijakan.
Seperti halnya pada era kepemimpinan presiden saat ini, jika kita
berusaha menelisik lebih jauh tentang siapa aktor-aktor ekstra parlemen yang
turut ambil bagian dalam hal proses pengambilan kebijakan walaupun secara
proses informal. Maka, kita akan menemukan banyak aktor dan salah satunya
berlatar belakang seorang musisi, sebut saja sosok Iwan Fals.. Beliau adalah
salah satu aktor ekstra parlemen yang berada di belakang kepemimpnan
presiden Jokowi. Iwan Fals berperan penting sejak Jokowi melakukan
kampanye politiknya pada pemilihan Presiden 2014 lalu.
Tokoh lain yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah sosok
Surya Paloh, dimana beliau merupakan tokoh politik dari partai Nasdem yang
merupakan parai koalisinya. Dalam makalah ini Surya Paloh dikategorikan
sebagai tokoh yang berada di luar parlemen, karena beliau tidak menduduki
jabatan formal di struktur pemerintahan. Sehingga bisa dipastikan bahwa
keterlibatannya dalam sebuah proses pengambilan kebijakan adalah
keterlibatan seorang aktor ekstra parlementer.
Rumusan Masalah
Sejauh mana keterlibatan Iwan Fals dan Surya Palaoh dalam hal proses
pengambilan kebijakan pada era kepemimpinan presiden Jokowi?
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untu melihat sejauh mana
keterlibatan aktor ekstra parlementer yang dalam hal ini penulis memfokuskan
pada dua tokoh, yaitu Iwan Fals yang merupakan aktor ektra parlemen yang
memiliki latar belakang seorang musisi, dan Surya Paloh yang diyakini sebagai
aktor ekstra parlemen yang berlatar belakang sebgai tokoh politik.
BAB II
PEMBAHASAN
Namun keadaan seperti tidak pernah membuat Iwan Fals jera untuk
terus berkarya. Hal yang sangat berani dilakukan oleh masyarakat Indonesia
yang hidup pada era otoriternya negara pada saat itu. Sebelumnya, rezim orde
baru dipimpin oleh pemerintahan otoriter yang mencoba membungkam
masyarakatnya dari sudut manapun. Namun hal ini tiak membuat Iwan Fals ciut
untuk menyuarakan isi hatinya yang dituangkan dalam lagu-lagunya. Salah satu
karya Iwan Fals yang sangat berani pada saat orde baru yaitu dengan
menciptakan lagu yang berbau profokasi yaitu lagu yang sampai saat sekarang
ini masih sering terdengar di kalangan pencinta musik Indonesia seperti
bongkar, surat buat wakil rakyat dan satu lagu yang sampai sekarang
digadang-gadangkan mengkritik sosok pemimpin orde baru pada saat itu yaitu
lagu yang berjudulkan Bento.
Jumlah yang tidak sedikit tersebutlah yang membuat nama Iwan Fals
cukup mencuat dikala sebelum pemilihan Presiden 2014 lalu. Pada saat itu
Jokowi berkunjung ke rumah Iwan Fals. Hal yang membuat spekulasi
berkembang dimasyarakat Indonesia. Mayoritas masyarakat menganggap
bahwasanya kedatangan Jokowi ke rumah Iwan Fals untuk meminta dukungan,
karena sebelumnya Jokowi sudah melakukan pertemuan dengan Slank.
Wibawa dan kharisma yang dimiliki oleh Iwan Fals seakan menjadikan ia
lampion ditengah kegelapan. Begitu banyaknya basis massa yang berada
dibelakang Iwan Fals seperti Oi dan Fals Mania dijadikan satu alasan kuat
mengapa Jokowi berkunjung ke rumah Iwan Fals. Memang komunitas massa
ini menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Tak hanya sebagai pecinta Iwan
Fals, mereka pun menjadi 'incaran' partai politik.
Namun, kedatangan Iwan Fals ke Istana Negara ini jauh dari muatan
politik. Kedatang Iwan Fals ke Istana Negara bertemu dengan Presiden Joko
Widodo lebih membahas tentang konser music yang akan dilakukan oleh
dirinya di Bali. Iwan meminta tolong kepada Presiden untuk membantu jalan
konsernya tersebut mulai dari meminta usulan kepada Jokowi untuk
menentukan jadwal dan lokasi konser musiknya, yang betemakan “Konser
Nyanyian Rakyat”. Iwan Fals menyerahkan semuanya kepada Presiden mulai
dari lokasi, jadwal, hingga jumlah penonton yang diharapkan dapat dihadiri 4
juta penonton tersebut.
Para pengusaha ini nantinya diberi kewenangan besar oleh negara untuk
ikut membantu pemulihan ekonomi sebagai tujuan awalnya namun ke
depannya dapat mempengaruhi / mendikte setiap kebijakan negara
dikarenakan adanya pertukaran sumber daya finansial oleh pengusaha dan
sumber daya kekuasaan oleh negara (informal economy). Selain itu dapat
dipahami sebagai adanya kekuasaan (power) yang lebih besar namun sifatnya
informal melebihi kekuasaan yang sifatnya formal.
Saat ini, proyek tersebut masih dalam tahap studi kelayakan. Target
mereka, studi kelayakan rampung dalam setahun. Media Group meyakini
Sabang memiliki potensi besar karena sejumlah katalis positif. Salah satunya
adalah sumber daya alam berupa taman laut yang memukau. Selain itu,
fasilitas infrastruktur di wilayah itu juga sudah cukup bagus.
Di ranah politik, kiprah Surya Paloh sudah sangat dikenal publik. pernah
menjadi anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) selama dua periode
yaitu pada periode 1977-1982 serta periode 1982-1987. Beliau juga sudah
tergabung dalam salah satu partai politik di Indonesia yaitu Partai Golkar sejak
tahun 1968. Kiprahnya di partai Golkar cukup baik. Pada tahun 2004, Surya
Paloh mengikuti konvensi presiden yang diadakan oleh partai Golkar. Namun
sayang, saat itu Surya Paloh kurang beruntung karena kalah melawan pesaing
beratnya yaitu Wiranto. Akan tetapi setelah itu Surya Paloh menjabat sebagai
Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar periode 2004-2009.
Hingga pada tahun 2011, Surya Paloh keluar dari Partai Golkar dan
mendirikan Ormas Nasional Demokrat (Nasdem). Kelak Ormas Nasdem inilah
yang berubah menjadi `kendaraan` politik bagi Surya Paloh. Dengan
menggandeng pengusaha nasional lainnya yang juga memiliki kekuataan
modal cukup kuat yaitu Hary Tanoesoedibjo (HT). Partai Nasdem lolos verifikasi
untuk mengikuti pemilu 2014. Akan tetapi internal Partai Nasdem mengalami
gangguan karena mundurnya HT. Mundurnya HT disinyalir karena tidak terima
Surya Paloh menjadi Ketua Umum Partai Nasdem. Padahal sesuai janjinya,
Surya Paloh menginginkan tokoh yang menjadi Ketua Umum adalah tokoh
muda agar tidak terjadi ketergantungan pada satu sosok di Partai Nasdem
Pada pemilu tahun 2014 berada di peringkat 8 dari 12 partai yang
mengikuti pemilu. Partai Nasdem memperoleh suara 6,72% dengan capaian 35
kursi di DPR pusat. Suatu capaian yang cukup bagus untuk ukuran partai yang
baru mengikuti pemilu. Setelah pemilu, Partai Nasdem berkoalisi dengan PDIP
serta partai-partai lainnya untuk mengusung pasangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla. Koalisi ini bernama Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Dengan capaian ini, Surya Paloh menjelma menjadi sosok yang tidak
bisa dipisahkan dengan keberhasilan Partai Nasdem. Surya Paloh sering kali
disebut-sebut sebagai orang yang mampu mempengaruhi kebijakan dari
pemerintah Jokowi. Hal ini disinyalir dengan pengangkatan Jaksa Agung yang
merupakan kader dari Partai Nasdem yaitu M. Prasetyo. Suryo Paloh dianggap
orang yang memiliki andil besar dalam kebijakan tersebut
Selain itu, sebagai actor ekstra parlementer surya paloh juga berhasil
mempengaruhi kebijakan pemerintah lainnya. Seperti pemberitaan yang pernah
beredar luas mengenai peran Surya Paloh dalam kerjasama Pertamina dengan
Sonangol EP sebagai pemasok sebagian kebutuhan minyak Indonesia. Surya
Paloh disebut-sebut menjadi pembisik utama nama Sonangol EP ke telinga
Jokowi. Ia mengakui bahwa telah menyarankan Presiden Jokowi agar
Pertamina bekerjasama dengan Sonangol. Keterlibatan Surya Paloh juga
terlihat pada penggunaan PT Surya Energi Raya (perusahaan minyak milik
Surya Paloh) sebagai perantara yang mempertemukan Pertamina dan
Sonangol. Namun, Surya Paloh membantah dirinya memiliki kepentingan bisnis
dalam impor minyak Angola. Group Sonangol adalah kongsi lama Surya Paloh.
Tahun 2009, Surya Energi mendapatkan pinjaman modal dari China Sonangol
International Holding Ltd. Anak usaha Sonangol EP tersebut menyuntikkan
dana 200 juta dollar AS ke Surya Energi untuk menggarap Blok Cepu.
Dalam kasus ini, Surya Paloh dikategorikan sebagai salah satu actor
ekstra parlement yang menggunakan modal sebagai kekuatannya untuk
mempengaruhi pemerintah. Jika dikaitkan dengan shadow state maka surya
paloh lebih banyak menggunakan kapasitasnya sebagai pemilik modal yang
mendikte kebijakan pembongkaran “mafia migas” lama dan digantikan dengan
“mafia igas” yang baru. menurut perspektif State Qua State yang disampaikan
oleh Ben Anderson, maka Negara memiliki kepentingannya sendiri dengan
resiko berbenturan dengan kepentingan yang timbul dalam masyarakat.
Kepentingan ini terlihat pada pengaruh surya paloh dalam pengangkatan jaksa
agung RI.
BAB III
KESIMPULAN
Berbeda dengan Iwan Fals. Surya Paloh memiliki porsi sendiri dalam
mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi. Sebagai
salah satu petinggi partai pendukung pemerintahan Jokowi dan sekalligus
pengusaha nasional, Paloh lebih banyak mempengaruhi kebijakan politis dan
berbau ekonomi. Hal ini terlihat dari beberapa kebijakan dan keputusan yang
diindikasikan dipengaruhi oleh kepentingan Paloh.
Mulai dari pembagian jatah menteri kabinet kerja kepada politisi partai
Nasdem hingga menjembatani pertemuan perusahaan minyak Sonangol EP
dengan Pertamina. Selain itu, surya paloh juga sangat dicurigai sebagai salah
seorang yang membisikkan nama M. Prasetyo sebagai Jaksa Agung. Hal ini
patut dicurigai karena semenjak Jokowi menghuni Istana Negara, Surya Paloh
menjadi salah satu tokoh partai yang sangat sering muncul dan kepergok
berada di Istana walaupun hanya sekedar sarapan pagi dan minum teh
bersama Presiden. Fenomena ini bisa dikatakan langka karena para petinggi
partai pengusung Jokowi yang lainnya sangat jarang terlihat berada di Istana
hanya sekedar duduk santai dan berbincang hangat.
DAFTAR PUSTAKA
https://id-id.facebook.com/notes/orang-indonesia/bagaimana-iwan-fals-
bangkit-dari-kerusuhan-jiwa-dan-menjadi-saksi/109469485742361, diakses
pada tanggal 22 juni 2015, pukul 04.53 WIB.
http://www.tnol.co.id/komunitas/minat/12323-oi-komunitas-massa-
penggila-iwan-fals.html , diakses pada tanggal 22 juni 2015, pukul 05.03 WIB.