PASAR MONOPOLI
Disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ekonomi Mikro
Pengampu : Dr. Maimun Sholeh, M.Si.
Disusun Oleh
Lita Apriani Rustian 16719251009
Dwi Oktaviani Ogara 16719251013
Muhammad Ansori 16719251017
Liao Yuting 16719254001
PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Monopoli bukanlah hal yang asing lagi dalam dunia industri, baik monopoli yang
terjadi karena praktik monopoli maupun monopoli yang dilakukan secara legal dengan
persetujuan pemerintah. Monopoli sebagai praktik monopoli maksudnya yaitu terjadi
monopoli pada industri tertentu yang tidak dikehendaki oleh konsumen karena akan
merugikan konsumen atas tindakan monopoli tersebut. Kerugian konsumen disebabkan oleh
penetapan harga yang tinggi oleh perusahaan karena perusahaan tersebut memiliki kekuatan
pasar yang besar dan dapat menentukan harga sendiri. Selanjutnya monopoli legal yaitu
monopoli yang sengaja dibentuk untuk kepentingan hajat hidup orang banyak, selain itu
monopoli dimaksudkan agar biaya yang dikeluarkan untuk produksi lebih ekonomis
dibandingkan ada perusahaan lain yang masuk ke dalam pasar akan tetapi biaya yang
dikeluarkan perusahaan tersebut jauh lebih besar dibandingkan penerimaan yang diperoleh.
Sebagai perusahaan tunggal dalam pasar monopoli tentu saja memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dengan adanya monopoli yaitu perusahaan yang diberi hak monopoli
akan menghasilkan output bagi kepentingan hajat hidup orang banyak, sehingga mudah
dikontrol dalam pelaksanaannya sehingga konsumen atau masyarakat tidak dirugikan dan
tidak keberatan. Kelemahan dari adanya pasar monopoli yaitu masyarakat hanya dapat pasrah
terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh oleh perusahaan monopoli tersebut. Untuk lebih
jelasnya mengenai karakteristik pasar monopoli akan dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
P,C,R
MC
Laba
A
PE AC
B
C
0 AR=D
QE MR Q
Gambar 2.1 Equlibrium Produsen
Produsen Equilibrium saat memproduksi sebanyak 0QE dengan harga setinggi 0PE.
AR=QEA, TAR=0QEAPE.
AC=QEB, TAC=0QEBC.
AR>AC dan TAR>TAC.
Laba sebesar CBAPE.
2.5.2. Produsen Menerima Normal Profit
P,C,R
MC
AC
A
PE 1.
0 AR=D
QE MR Q
AR=QEA, TAR=0QEAPE
AC=QEA, TAC=0QEAPE
AR=AC dan TAR=TAC
Produsen mengalami impas (normal profit)
2.5.3. Produsen Mengalami Rugi
P,C,R
MC
AC
B
C AVC
D
A
PE
AR=D
0 MR
QE Q
AR=QEA TAR=0QEAPE
AC=QEB TAC=0QEBC
AC>AR dan TAC>TAR
Rugi sebesar PEABC
AFC=DB
Rugi rata-rata=AB
ATC>AFC
Keluar dari Pasar
b. Produsen Dapat Bertahan di Pasar
P,C,R
MC AC
C
D
B
PE AVC
A
0 AR=D
QE MR Q
AR=QEB ; AC=QEC
AC>AR
Rugi sebesar BC (PEBCD)
AFC=AC ; ATC=BC
ATC<AFC
Dapat bertahan di pasar
Pada gambar 2.2 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat
P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka
Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila
produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli
produk tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah
maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus konsumen
yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun menjadi
milik produsen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price discrimination karena
memperoleh surplus konsumen paling besar.
Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat terbang.
Jika si dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien lemah, dokter bisa meminimalkan
biaya bahkan bisa menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu
secara ekonomi dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani
setiap pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien, dokter
tidak menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.
Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga derajat I. Harga Tiket Pesawat
Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari
2013 pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.
Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat yang sama)
harganya menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hampir 150%. Dalam satu pesawat
yang sama, kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk harga tiket pesawatnya,
padahal biaya yang dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen sama. Inilah contoh-contoh
kasus diskriminasi harga derajat I, ketika perbedaan harga dibedakan berdasarkan daya beli
setiap konsumen.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran dan pembelian
banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5 sampai dengan
Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara eceran sebenarnya
menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika membeli secara kardus,
produsen mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara langsung walaupun secara
nominal lebih sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs secara eceran. Konsumen pun
merasa diuntungkan dengan harga yang lebih murah bila membeli banyak (kardus). Bagi
konsumen yang tidak memerlukan mie instan dalam jumlah banyak, pembelian secara eceran
sangat menguntungkan konsumen. Bagi produsen pun, penjualan secara eceran akan
menambah keuntungan.
Kebijakan diskriminasi harga derajat II dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen
karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku
usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per kardus, sehingga konsumen lebih baik
membeli barang langsung per kardus daripada membeli barang eceran.
Case, Karl E. dan Fair, Ray C. 2007. Edisi Kedelapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Badrudin, Rudy dan Hamsinah, Ina. Aspek Keseimbangan Pasar Pada Fenomena Kenaikan
Tiket Angkutan Umum Kereta Api Pada Masa Lebaran Tahun 2009.
http://www.stieykpn.ac.id/downloads/journal/jeb/jeb_vol_3_no_3_november_2009.pd
f. Diakses pada 19 November 2016.
Hasan, M. Fadhil dan Afifah, Evi Noor. Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan
Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia.
http://www.docsengine.com/pdf/1/jurnalstruktur-pasar-monopoli.html#. Diakses pada
17 November 2016.
Pindyck Robert S. dan Rubinfeld Daniel L. 2014. Mikroekonomi Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
Salvatore, Dominick. 2006. Teori dan Soal-Soal Mikroekonomi Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal PT. Kereta Api
Lampiran 2. Jurnal Kepemilikan Silang