Anda di halaman 1dari 12

1

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO


(Theobroma cacao L) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK
KANDANG SAPI DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM

OUTLINE

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
2

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO


(Theobroma cacao L) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK
KANDANG SAPI DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM

OUTLINE

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Praktikum Budidaya


Tanaman Kakao, Kelapa Dan Tebu Pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara

Diperiksa Oleh :

Dicky Zulkarnain S.P Aditya Nur Cahyo


Asisten Praktikum Asisten Praktikum

Disahkan Oleh :

Ir. Efrida Lubis M. P


Dosen Penanggung Jawab
1

A. JUDUL PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L)

AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan golongan tanaman multiguna

yang mulai dibudidayakan oleh masyarakat dan berpotensi sebagai komoditas

perkebunan penting seperti tanaman karet dan kelapa sawit. Kakao merupakan

salah satu dari sekian komoditas tanaman yang ada di Indonesia memiliki peluang

cukup besar untuk perdagangan dalam dan luar negeri. Perkembangan perkebunan

kakao saat ini termasuk pesat, terutama pada luas perkebunan kakao rakyat dan

perkebunan swasta. Tanaman kakao dapat dibudidayakan dengan sistem

monokultur atau polikultur dengan kakao sebagai komoditas utama. Habitat

alaminya, tanaman kakao tumbuh di hutan dan berkembang dibawah lindungan

tumbuhan hutan. Karena itu, tanaman kakao dapat tumbuh apabila dicampur

dengan tanaman penaung lainnya, tanaman penaung ini berfungsi sebagai

pelindung kakao dari radiasi sinar matahari (Wahyudi, 2018).

Produksi kakao di Indonesia turun dari urutan keempat menjadi urutan

keenam terbesar dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Ekuador, Kamerun dan

Negeria. Pada tahun 2010 produksi kakao Indonesia mencapai 837.918 ton dan

mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 596.477 ton. Berdasarkan hal

tersebut, peningkatan produktivitas kakao perlu dilakukan agar dapat

memaksimalkan potensi hasil kakao (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020).


2

Indonesia adalah salah satu produsen kakao terbesar. Data dari Badan Pusat

Statistik menunjukkan bahwa dari 34 provinsi di Indonesia, Sulawesi Selatan

adalah penghasil kakao terbesar kedua dibandingkan dengan provinsi lain. Sebagai

pusat produksi kakao terbesar kedua di Indonesia, kontribusi Sulawesi 2 Selatan

adalah 16,59%. Di Sulawesi Selatan, produksi tanaman kakao mengalami fluktuasi

produksi pada 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016 dengan produksi 114.276

ton/tahun menjadi 108.983 ton/ha di tahun 2020. Produksi tanaman kakao sempat

mengalami peningkatan produksi pada tahun 2018 sebanyak 24.561 ton/ha.

Meskipun angka data produksi kakao pada tahun 2020 ini masih merupakan angka

estimasi dari Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, namun penurunan produksi

kakao akan tetap terjadi jika dibiarkan terus menurus. Pada tahun 2016 – 2018

Kabupaten Luwu Timur menjadi urutan ke-3 produksi kakao di Sulawesi Selatan

dimana pada tahun 2016 produksi kakao12.250 ton dan mengalami peningkatan

pada tahun 2017 – 2018 menjadi 12.862 ton sedangkan pada tahun 2019 produksi

kakao di Luwu Timur mengalami penurunan menjadi 6.055 ton sehingga

Kabupaten Luwu Timur turun menjadi urutan keenam produksi kakao di Sulawesi

Selatan (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2019).

Sebagai tanaman yang habitat aslinya berasal dari daerah tropis basah dan

dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan

yang sesuai tetap diperlukan persiapan naungan sebelum penanaman kakao

dilakukan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao

akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan

naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung

merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. Tanaman
3

kakao memerlukan tanaman penaung sebagai penunjang kebutuhan iklim mikro

untuk menjaga keberlangsungan proses asimilasi secara efisien. Tanaman kakao

tidak menyukai cahaya matahari langsung dalam porsi berlebihan, melainkan hanya

sekitar 30-50% cahaya matahari langsung. Kurangnya penaung pada tanaman

kakao dapat memicu kerusakan akibat kekeringan karena tingginya transpirasi

tanaman kakao pada saat suplai air hujan berkurang (Ridawati, 2017).

Kendala yang dialami saat ini adalah berkurangnya volume pohon naungan

di lahan perkebunan kakao. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor di antaranya

penebangan pohon yang berfungsi sebagai penaung secara sengaja oleh petani

dengan maksud menghindarkan resiko kerusakan pada tanaman utama kakao akibat

pohon tumbang. Kerusakan semacam ini tidak mendapatkan kompensasi sehingga

dapat merugikan petani. Selain itu, rekomendasi penyuluhan cenderung

merekomendasikan penggunaan sedikit pohon naungan pada tanaman kakao untuk

meningkatkan hasil, terutama klon kakao hibrida yang baru. 4 Introduksi varietas

kakao baru yang membutuhkan sedikit naungan dan produksi yang tinggi

menyebabkan pergeseran teknik budidaya kakao dengan menggunakan sedikit atau

tanpa naungan. Meskipun dengan praktek budidaya yang demikian membutuhkan

input yang tinggi berupa penggunaan insektisida dan pupuk yang banyak

(Faradilla, 2018).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Tanaman Kakao

(Theobroma cacao L) Akibat Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan

Komposisi Media Tanam.


4

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan tanaman

kakao (Theobroma cacao L).

2. Ada pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kakao

(Theobroma cacao L).

3. Ada pengaruh kombinasi pupuk kandang sapi dan komposisi media tanam

terhadap pertumbuhan tanaman kakao (Theobroma cacao L).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat masuk untuk mengikuti praktikum Budidaya

Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Sebagai salah satu syarat untuk praktikal test dan praktikum Budidaya

Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan

dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini.


5

B. TINJAUAN PUSTAKA

 Botani Tanaman Tanaman Kakao (Theobroma cacao L).

 Morfologi Tanaman Tanaman Kakao (Theobroma cacao L).

 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao (Theobroma cacao L).


o Iklim

o Tanah

 Pupuk Kandang Sapi

 Tanaman Kakao (Theobroma cacao L).


6

C. BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu dilaksanakan di

lahan percobaan Sampali Jalan Dwikora Pasar VI Dusun XXV Desa Sampali

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan Ketinggian 21 meter

di atas permukaan laut.

Praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu dilaksanakan pada

tanggal 7 November 2023 hari Selasa pada pukul 08.00 – 10.00 WIB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Tanaman Kakao

(Theobroma cacao L), tanah top soil, pupuk kandang sapi, pasir, kompos dan sekam

padi.

Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini diantaranya cangkul, parang,

Tali plastik, bambu, polibag, naungan, plank nama, alat tulis, dan meteran.

METODE PENELITIAN

Metode Analisis Data

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial sebagai salah satu metode

Penelitian untuk melihat berapa besar pengaruh pertumbuhan Tanaman Kakao

(Theobroma cacao L). Analisis kedua dilakukan untuk melihat perbandingan

perlakuan pemberian pupuk kandang sapi dan komposisi media tanam. Jika terdapat

ada yang berbeda nyata dapat dilanjudkan dengan melakukan uji beda rataan

menurut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%

dengan model linier untuk analisis kombinasai Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial dengan rumus sebagai berikut:


7

Yij = μ + τi + βj + eij

Keterangan:

Yij : respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

μ : nilai tengah umum

τi : pengaruh perlakuan ke-I

βj : pengaruh blok ke-j

eij : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan

Uji Beda Rataan Duncan (DMRT).


8

D. PELAKSANAAN PENELITIAN

 Pembukaan Lahan

 Pembuatan Naungan

 Pengisian Polybag

 Pembuatan Bedengan/Plot Tanaman

 Penanaman

 Penyisipan

 Pemeliharaan Tanaman

 Penyiraman

 Pemupukan

 Penyiangan

 Parameter Pengamatan

 Tinggi Tanaman

 Jumlah Daun

 Luas Daun
9

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2019. Produksi Perkebunan


Menurut Kabupaten atau Kota dan Jenis Tanaman di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2016-2019.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Meningkatkan Mutu Kakao dan Kopi


Nasional Menjadi Salah Satu Fokus Kegiatan Gernas Kakao dan Kopi.
Jakarta: Dirjenbun.

Faradilla, L. 2018. Analisis Teknik Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan


Sanitasi (P3S) terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usaha Tani Kakao
(Theobroma cacao L.) Di Kabupaten Pinrang, Bantaeng dan Luwu Timur.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makassar

Ridawati M, 2017. Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao.L) Dengan


Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Npk (16:16:16) Pada Tanah Ultisol Di
Polybag. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 13(4) : 95-98.

Wahyudi, T. 2018. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta. 364 hal.
10

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L).


Nama latin : Theobroma cacao L
Jenis Tanaman : Perdu dengan tinggi 1,8 - 3 m
Akar : Tunggang
Batang : Berkayu
Warna Bunga : Putih, (diameter maksimum 3 cm), tunggal,
Daun : daun tanaman kakao bentuknya bulat memanjang, dan
meruncing pda kedua ujungnya. Tepi daun tanaman kakao
rata dan jika daun sudah tua warnanya menjadi hijau tua dan
mengkilap pada bagian atas, Helai daun dewasa panjangnya
mencapai 30 cm sedangkan lebarnya 10 cm.
Buah : Buah kakao yang saat muda berwarna hijau muda atau agak
putih ketika sudah tua atau matang maka akan berubah
menjadi kuning, sedangkan buah yang ketika masih muda
berwarna merah maka warnanya berubah menjadi oranye
ketika sudah matang. Pada umumnya buah akan matang pada
umur 6 bulan.

Alat Produksi : Biji dan Batang


Panen : 2,5 – 3 Tahun
Potensi Budidaya : Dataran rendah dan dataran tinggi

Anda mungkin juga menyukai