Anda di halaman 1dari 10

Majalah Ilmiah Manajemen dan Bisnis (MIMB) ISSN : 1411 - 1977

Article Type: Research Paper

Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta

Sodik Dwi Purnomo1, Minadi Wijaya2, Heri Setiawan3

ABSTRAK
Rata-rata angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menempati posisi pertama dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau
Jawa pada tahun 2012 - 2018. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh
infrastruktur ekonomi, infrastruktur pendidikan, dan infrastruktur kesehatan
terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta. Teknik
analisis data mengunakkan regresi linier berganda dengan persamaan data
Vol 18 No 1, pp 10-19 panel dan pengolahan data mengunakkan aplikasi eviews. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi berpengaruh negatif signifikan
AFFILIATION:
1,2,3 terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 -
Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Uniwesitas
2018. Sementara itu, infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pendidikan
Wijayakusuma Puuwokerto tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa
1
email: Yogyakarta tahun 2003 - 2018. Implikasi dari penelitian ini adalah
sodikdwipurnomo@yahoo.com pembangunan infrastruktur harus merata dan adil di seluruh wilayah
2email: minadiw@gmail.com kabupaten kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya pada
3
email: hersetfeb@gmail.com daerah-daerah yang angka kemiskinannya tinggi.
*CORRESPONDENCE:
Kata kunci: Infrastruktur Fisik, Kemiskinan
sodikdwipurnomo@yahoo.com

THIS ARTICLE IS
AVALILABLE IN:
http://mimb- ABSTRACT
unwiku.com/index.php/mimb
The average poverty rate in the Special Province of Yogyakarta is the
highest compared to other provinces in Java in 2012 to 2018. The study
ARTICLE HISTORY aims to analyze the impact of economic infrastructure, educational
Received: infrastructure and health infrastructure on poverty in the Special Region of
Received:
01 April 2021 Yogyakarta Province. Data analysis using multiple linear regression with
Reviewed: panel data equations and data processing using the eviews application. The
15 April 2021 results showed that economic infrastructure had a significant negative effect
Revised: on poverty in the Special Region of Yogyakarta Province in 2003 - 2018.
20 April 2021
Meanwhile, health infrastructure and education infrastructure had no effect
Accepted:
30 Mei 2021 on poverty in the Special Region of Yogyakarta Province in 2003 - 2018. The
implication of this research is that infrastructure development must be
equitable and fair in all districts and cities in the Special Region of
Yogyakarta, especially in areas with high poverty rates.

Keywords: Physical Infrastructure, Poverty


HOW TO CITE:
Purnomo, S. D., Wijaya, M., & Setiawan, H. (2021). Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Majalah Ilmiah Manajemen dan Bisnis (MIMB), 18(1), 10-19.
Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan kensenjangan sosial yang kompleks di seluruh negara
dengan melibatkan faktor-faktor yang saling berkaitan, antara lain: pendapatan,
kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender, dan
kondisi lingkungan (Todaro dan Smith, 2008: 18). Kompleksnya permasalahan
kemiskinan membuat upaya pengentasan kemiskinan cukup sulit. Oleh karena itu, semua
negara perlu membuat strategi dalam mengurangi dan mengentaskan jumlah penduduk
miskin (Hassan et al, 2015).
Pengukuran kemiskinan di Indonesia ditetapkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS).
Menurut BPS (2019) kemiskinan merupakan suatu kondisi ketika penduduk miskin tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pengukuran tersebut
mengukur penduduk miskin pada sisi pengeluaran atau konsumsi dasar baik dari sisi
makanan maupun non makanan yang diukur dalam satuan rupiah per individu. Dengan
demikian, penduduk dikatakan miskin apabila rata-rata konsumsi di bawah garis
kemiskinan. Berbeda halnya di World Bank (2016) yang menitikberatkan ukuran
kemiskinan pada kemampuan daya beli masyarakat atau Purchasing Power Parity (PPP).
Apabila pengeluaran atau konsumsi masyarakat per kapita di bawah US$1,25 atau US$2
per hari maka digolongkan dalam penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami penurunan, hal
tersebut menunjukkan dampak positif dari program kemiskinan yang sudah
diimplementasikan. Tetapi kenyataannya jumlah penduduk miskin masih tetap ada dan
memberikan dampak yang negatif terhadap pembangunan nasional (Kriswandari, 2016).
Menurut BPS (2018) jumlah penduduk miskin di Indonesia tersebar di 34 provinsi. Pulau
Papua memiliki persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia jika dibandingkan
dengan pulau lainnya. Namun secara absolut Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk
miskin terbanyak di Indonesia. Tabel 1 menunjukkan angka kemiskinan berdasarkan
provinsi di Pulau Jawa pada tahun 2012 sampai dengan 2018.
Tabel 1. Angka Kemiskinan Berdasarkan Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012-2018 (%)
No Provinsi Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 DIY 14,04 13,22 12,69 11,97 13,99
2 Jawa Tengah 13,45 13,23 12,62 11,26 13,61
3 Jawa Timur 12,31 11,95 11,48 10,92 11,98
4 Jawa Barat 9,55 8,86 8,27 7,35 8,99
5 Banten 5,83 5,39 5,52 5,25 5,57
6 DKI Jakarta 3,77 3,75 3,76 3,56 3,74
Sumber : BPS diolah, 2018
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada periode tersebut Provinsi DIY menempati
peringkat pertama dengan rata-rata angka penduduk miskin terbanyak di Pulau Jawa dan
di posisi kedua Jawa Tengah dan pada urutan terbawah DKI Jakarta. Peneliti memilih
Provinsi DIY sebagai lokasi penelitian, karena memiliki kemiskinan tertinggi di Pulau
Jawa.
Menurut Faturochman dan Molo (1994) jauh sebelum era desentralisasi
menyimpulkan bahwa karaterikstik kemiskinan ekonomi di DIY berkaitan dengan
kemiskinan lain seperti pendidikan, perumahan, dan akses terhadap informasi. Menurut
Laporan Badan Perencanaan dan pembangunan Provinsi DIY tahun 2014 menjelaskan
bahwa kemiskinan di Pulau Jawa bersumber pada keterbatasan sumberdaya, keterbatasan
tanah, modal dan sempitnya kesempatan kerja yang bermuara hidupnya lingkaran setan.
Lingkaran setan seperti ini mengakibatkan rendahnya pendapatan, seterusnya berakibat
pada rendahnya tabungan dan investasi dan akhirnya berakibat pada keterbelakangan dan

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 11


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

ketertinggalan. Lingkaran setan kemiskinan yang demikian menjadi tantangan bagi


wilayah di DIY, khususnya di Kabupaten Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dimana
sebagian besar dari tenaga kerja bergerak di sektor pertanian.
Kemiskinan juga memiliki hubungan yang erat dengan infrastruktur ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan. Infrastruktur jalan memiliki peranan terhadap pengurangan
biaya produksi. Selain itu, pembangunan infrastruktur akan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja dan akses terhadap lapangan pekerjaan, sehingga akan berdampak pada
penurunan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Purnomo, 2019). Selain itu, infrastruktur dibangun dengan tujuan antara lain untuk
mempermudah mobilitas orang, barang dan jasa, sehingga diharapkan dapat berdampak
pada pengurangan kemiskinan. Menurut Perkins, Fedderke, & Luis (2005) dan Seetanah,
Ramessur, & Rojid (2009) pembangunan infrastruktur dibutuhkan oleh setiap negara guna
menopang dunia usaha, sehingga peningkatan infrastruktur diharapkan dapat membawa
kesejahteraan dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu mengurangi
kemiskinan. Penelitian yang dilakukan oleh Canning & Pedroni (1999), Raidi (2010), dan
Prasetyo (2010) menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur baik berupa sarana dan
prasarana transportasi, jaringan listrik dan telekomunikasi serta pengadaan air bersih
berpengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan nasional dan mengurangi
kemiskinan.
Infrastruktur kesehatan juga berperan penting dalam mengentaskan kemiskinan.
Menurut Suherman et al. (2018) infrastruktur kesehatan meliputi infrastruktur fisik yang
diperlukan untuk menunjang aktivitas kesehatan rumah sakit, puskesmas, dan mobil
ambulance. Ketersediaan infrastruktur kesehatan pada dasarnya merupakan investasi
sumber daya manusia untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Ridwan dan Setiawan,
2013). Kesehatan masyarakat akan berdampak pada produktivitas dan pendapatan
masyarakat. Oleh karena itu kesehatan masyarakat memiliki keterkaitan dengan
kemiskinan (Muhtarom, 2018). Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dalam
mengentaskan kemiskinan yaitu infrastruktur pendidikan. Menurut Brata (2010)
infrastruktur pendidikan memiliki hubungan yang kuat dengan kemiskinan. Pembangunan
infrastruktur pendidikan seperti gedung sekolah, universitas, dan sumber daya pengajar
yang berkualitas akan berdampak pada human investment yang mencakup pendidikan dan
keterampilan yang merupakan elemen pokok dalam membangun masyarakat sejahtera
(Rahayu, 2005). Dengan demikian, infrastruktur pendidikan merupakan upaya mengatasi
masalah kemiskinan dengan meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan
(Mahsunah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi penelitian ini adalah tingkat
kemiskinan di Provinsi DIY menempati peringkat pertama di Pulau Jawa. Dengan
demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh infrastruktur ekonomi,
infrastruktur pendidikan dan infrastruktur kesehatan terhadap kemiskinan di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2003-2018.

TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh semua negara di dunia.
Menurut Arsyad (2004) kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dan
multidimensi, hal tersebut mengandung makna bahwa kemiskinan meliputi banyak aspek
dalam kehidupan. Terdapat dua aspek yang menjeleskan mengenai kemiskinan yaitu
pertama aspek primer yang menjelaskan bahwa penduduk miskin disebabkan karena
kekurangan asset, pengetahuan, keterampilan, dan orrganisasi sosia politik. Kedua, aspek
sekunder yang menjelaskan penduduk miskin disebabkan karena sulitnya dalam mencari

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 12


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

sumber-sumber keuangan dan informasi serta jaringan sosial. Menurut Sumarto (2010)
ada tiga penyebab kemiskinan yaitu:
1. Kondisi msayarakat yang belum yang belum ikut serta dalam proses perubahan. Hal ini
disebabkan karena masyarakat tidak mempunyai kemampuan dalan kepemilikan faktor
produksi atau kulalitas faktor produksi yang belum memadai, sehingga tidak menerima
manfaat dari proses pembangunan yang sudah dilakukan;
2. Pembangunan yang direncanakan pemerintah pusat maupun daerah tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat untuk ikut serta dalam proses berpartisipasi;
3. Faktor selanjutnya dikarenkaan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat diperdesaan.
Shrap et.al dalam kuncoro (2003) mengidentifikasikan tiga penyebab kemiskinan
dipandang dari segi ekonomi yaitu:
1. Secara mikro kemiskinan disebabkan ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya,
sehingga menyebabkan distribusi yang menimpang;
2. Kemiskinan disebabkan akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia;
3. Kemiskinan muncul diakibatkan perbedaan dalam mengakses permodalan. Ketika
kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of poverty).
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Rendahnya
pendapatan akan berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya
investasi mengakibatkan pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berfikir ini
dicetuskan oleh Rangnar Nurske pada tahun 1953 yang mengatakan bahwa : a poor
country is poor because it is poor (negara miskin itu miskin karena miskin). Uraian
tersebut dapat digambarkan oleh gambar sebagai berikut ini.

Ketidaksempurnaan Kekurangan Produktivitas


Modal rendah
pasar

Pendapatan
Investasi rendah
rendah

Tabungan
rendah
Sumber : Kuncoro, (2003)
Gambar 2. Lingkaran Kemiskinan (The Vicious Circle of Proverty)

Infrastruktur Fisik
Pengertian infrastruktur merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain seperti listrik,
telekomunikasi, air bersih dan lain sebagainya, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi
dalam kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-
fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 13


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat
(Posumah, 2015). Menurut Lewis dalam Posumah (2015) prasarana (infrastructure) bisa
dengan aman mengikuti investasi yang lain. Sebagai contoh, jika investasi industri naik,
akan terdapat penekanan akan penyediaan listrik dan fasilitas pengangkutan. Orang-orang
yang bertanggung jawab atas fasilitas umum harus memperhatikan naiknya kebutuhan, dan
karena bisnis itu baik, tidak akan mendapat kesulitan dalam memperoleh dana untuk
membiayai perluasan sistem.
Infrastruktur pembangunan pada dasarnya dapat dibagi menjadi menjadi dua,
pertama infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public
work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api,
pelabuhan, lapangan terbang). Kedua, infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial meliputi
infrastruktur pendidikan dan infrastruktur kesehatan.
Konsep infrastruktur memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut sudut
pandang kepentingannya, belum terdapat kesamaan pandangan antar lembaga, negara dan
antar disiplin ilmu mengenai konsep infrastruktur. Dari sisi ekonomi, infrastruktur dapat
dipandang sebagai sumberdaya modal yang digunakan dalam aktivitas konsumsi, produksi
dan investasi. Implikasi atas pengertian ini mendorong timbulnya klasifikasi infrastruktur
menjadi infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial yaitu infrastruktur pendidikan dan
infrastruktur kesehatan (Kodoatie, 2003).

METEDO PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu jenis
penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini
berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti
berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-
permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran
(verifikasi) atau penilaian dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan (Sugiyono,
2013: 45). Berikut ini Tabel 2 yang menunjukkan defisini operasional dalam penelitian ini.
Tabel 2. Defisini Operasional
No Variabel Definisi Operasional Satuan
Penduduk yang berada di bawah garis
1 Kemiskinan kemiskinan di lima kabupaten/kota di Persentase
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Infrastruktur Panjang jalan yang sudah terealisasi Kilometer
2
ekonomi pembangunannya
Jumlah pusat kesehatan masyarakat
Infrastruktur
3 (Puskesmas) dan rumah sakit yang sudah Unit
kesehatan
terealisasi pembangunannya
Sekolah Dasar (SD) sederajat, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sederajat.
Infrastruktur Unit
4 Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat,
pendidikan
dan perguruan tinggi yang sudah terealisasi
pembangunannya

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
model ekonometrika dengan metode regresi data panel. Data panel merupakan gabungan
antara data time series dan cross section. Analisis regresi data panel adalah alat analisis
regresi di mana data dikumpulkan secara individu (cross section) dan diikuti pada waktu

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 14


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

tertentu (time series). Data penel merupakan gabungan dari data cross section dan data time
series (Gujarati dan Porter, 2013). Berikut ini model penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan data panel:
Yit = α+β1 INFE1it +β2 INFK 2it +β3 INFP3it +eit
Keterangan :
Y = Angka kemiskinan diukur dalam satuan persentase
α = Konstanta
β1,2,3 = Koefisien regresi
INFE = Infrastruktur ekonomi, diukur dalam satuan kilometer
INFK = Infrastruktur kesehatan, diukur dalam satuan unit
INFP = Infrastruktur pendidikan, diukur dalam satuan unit
e = Standard error
I = Cross section 5 kabupaten/kota
t = Time series 2003-2018
Teknik analisis data panel dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan model
common effect, fixed effect dan random effect, sedangkan untuk menentukan model mana
yang lebih sesuai dengan penelitian ini maka digunakan Uji Chow dan Uji Hausman dan
Uji Lagrange Multiplier (Gujarati dan Porter, 2013). Uji asumsi klasik terhadap model
regresi yang digunakan, dilakukan agar dapat mengetahui apakah model regresi tersebut
merupakan model regresi yang baik atau tidak, model penelitian ini uji asumsi klasik yang
digunakan adalah uji normalitas, multikolineritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melalui uji kecocokan model dalam rergresi data penal dengan
menggunakan uji chow maka didapatkan fixed effect model dan sudah dinyatakan lolos
asumsi klasik. Tabel 3 menunjukkan ringkasan hasil analisis regresi data panel fixed effect
model.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Koefisien
No. Variabel Bebas thitung ttabel Prob.
Regresi
1 Infrastruktur Ekonomi (X1) -0,0335 -2,0856 -1,993 0,0414
2 Infrastruktur Pendidikan (X2) -0,0097 -0,3319 -1,993 0,7411
3 Infrastruktur Kesehatan (X3) -0,0027 -0,2983 -1,993 0,7665
Konstanta = 86,6119
Adj R2 Square = ,9739
Fhitung =235,8481
Sumber: Output regresi

Pengaruh Infrastruktur Ekonomi terhadap Kemiskinan


Variabel infrastruktur ekonomi yang diukur dengan panjang jalan signifikan
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Temuan ini sejalan dengan hipotesis yang menyebutka bahwa infrastrukturekonomi
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah Istiewa Yogyakarta.
Pembangunan infrastruktur dapat mempermudah dan memperlancar mobilisasi tenaga
kerja, barang dan jasa, sehingga dapat membuka akses dalam mendapatkan pekerjaan dan
membuka peluang bisnis baru (Purnomo, 2021). Temuan ini sejalan dengan Laabas &
Limam (2004), Klasen (2005), Nuritasari (2013) dan Amalia & Madris, (2015) yang
menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh terhadap penduduk miskin.
Hal tersebut didasarkan pada pembangunan infrastruktur berupa jalan akan berpengaruh

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 15


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

terhadap mobilitas barang dan jasa, sehingga akan mempercepat proses produksi dan
distribusi serta akan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan
demikian akan mengurangi kemiskinan.
Infrastruktur jalan tidak hanya mendukung kegiatan produksi yang akan
menciptakan keluaran dan peluang kerja, tetapi keberadaan infrastruktur juga
mempengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi (Nuritasari, 2013). Infrastruktur
sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi karena baik infrastruktur dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk bisnis dan masyarakat. Dengan infrastruktur
yang memadai, biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah,
jumlah produksinya meningkat, pendapatan operasional meningkat, sehingga bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat (Grigg, 1988). Ketersediaan infrastruktur juga
mempercepat pemerataan pengembangan pembangunan yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing dan di antaranya daerah, sehingga mendorong investasi, baru
pekerjaan, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan demikian
berkurang kemiskinan (Wahyuni, 2009).
Pengaruh Infrastruktur Pendidikan terhadap Kemiskinan
Infrastruktur pendidikan tidak bepengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Temuan ni tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
infrastruktur pendidikan berpengauh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Infrastruktur kesehatan tidak signifikan terhadap
kemiskinan dikarenakan pengaruh infrastruktur pendidikan tidak dapat berpengaruh
langsung terhadap kemiskinan dengan kata lain dibutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk melihat pengaruhnya terhadap kemiskinan. Selain itu juga dapat disebabkan karena
tidak sesuainya antara kirikulum pendidikan yang diajarkan dengan kualifikasi atau
keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor industri. Menurut Otabela dan
Ndjobo (2020) penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan lebih memfokuskan untuk
bekerja demi memenuhi kebutuhan primer (pangan) dari pada menempuh pendidikan,
sehingga fasilitas pendidikan di negara Cameroon, belum dimanfaatkan secara maksimal.
Selain itu, Franata et al. (2017) menjelaskan bahwa pendidikan tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan apabila mayoritas penduduk bekerja disektor informal yang tidak
membutuhkan pendidikan yang pasti, sehingga walaupun level pendidikan meningkat,
level pendapatan tidak meningkat terlalu banyak. Kondisi inilah yang mengidentifikasi
bahwa masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan akan sulit untuk keluar dari
kemiskinan tersebut (Purnomo, 2018).
Temuan ini tidak mendukung penelitian Dollar & Kraay (2001) Fan & Rao (2004),
Laabas & Limam (2004) dan Klasen (2005) yang menemukan bahwa pengeluaran
pemerintah unruk pembangunan infrastruktur memiliki dampak dalam mengurangi angka
kemiskinan. Temuanya menjelaskan bahwa pengeluaran untuk infrastruktur memiliki dua
efek. Efek langsung muncul dalam bentuk manfaat yang diterima dari pengeluaran pada
program kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Efek tidak langsung muncul
ketika investasi pemerintah di bidang infrastruktur pedesaan, penelitian pertanian,
kesehatan dan pendidikan masyarakat pedesaan merangsang pertumbuhan pertanian dan
non pertanian yang mengarah ke pekerjaan yang lebih besar dan kesempatan memperoleh
penghasilan bagi masyarakat miskin dan bahan makanan yang lebih murah.
Pengaruh Infrastruktur Kesehatan terhadap Kemiskinan
Infrastruktur kesehatan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Temuan ini tidak sejalan dengan hipotesis yang menjelaskan bahwa
variabel infastruktur kesehatan yang diukur dari jumlah fasislitas kesehatan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Walaupun pembangunan infrastruktur kesehatan yang merata di Provinsi Daerah Istimewa

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 16


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Yogyakarta dan semua elemen masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan dengan
mudah dan terjangkau termasuk penduduk miskin, namun jika penduduk miskin tidak
memiliki keterampilan, modal usaha, dan jiwa berwirausaha maka sulit untuk keluar dari
kemiskinan. Temuann Marhaeni et al. (2019) ketersediaan infrastruktur kesehatan dalam
kondisi memadai, akan tetapi jika penduduk sangat miskin, maka penduduk miskin tidak
mampu keluar dari kemiskinan karena penghasilan orang miskin rata-rata digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan masalah utama bagi orang miskin. Selain itu temuan Fithri
& Kaluge (2017) menjelaskan bahwa pengeluaran untuk infrastruktur kesehatan tidak
berpengaruh terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Hal tersebut dikarenakan
tidak selarasnya peningkatan kesehatan masyarakat dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang baru, sehingga akan menciptakan angka kelahiran yang tinggi dan akan berdampak
terhadap penambahan jumlah penduduk miskin.
Temuan ini tidak sejalan dengan Wibowo (2011), Yandrizal et al. (2014) dan
Amalia & Madris (2015) pembangunan dan keberadaan infrastruktur kesehatan
memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut, dikarenakan pengembangan infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas
maupun kualitas, akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, dimana
dengan sumber daya manusia yang berkualitas tingkat kesejahteraan juga akan meningkat,
sehingga menurungkan tingkat kemiskinan.

KESIMPULAN
Infrastruktur ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu 2003- 2018. Sementara itu,
infrastruktur pendidikan dan infrastruktur kesehatan tidak berpengaruh terhadap
kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu 2003 - 2018.
Temuan ini mengimplikasikan pembangunan infrastruktur harus merata dan adil di seluruh
wilayah kabupaten kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya pada daerah-
daerah yang angka kemiskinannya tinggi agar pembangunan infrastruktur dapat dirasakan
langsung manfaatnya oleh penduduk miskin.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia R, dan Madris, R. R. A. (2015). The Effects of the Government Spending on the
Poverty in West Sulawesi Province. Jurnal Analisis. 4(2): 183-189.
Arsyad, L. (2014). Konsep dan Pengukuran Pembangunan Ekonomi. Ekonomi
Pembangunan. Edisi Kedua. UPP STIM. Yogyakarta: YKPN.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2019). Presentase penduduk miskin di Indonesai tahun
2012-2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia
Brata, A. G. (2010). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan
Kemiskinan.Yogyakarta: LPUAJ.
Canning, D & Pedroni, P. (1999). Infrastructure and Long Run Economic Growth.
World Bank and USAID CAER II Working Paper
Faturochman, F., & Molo, M. (1994). Karakteristik Rumah Tangga Miskin di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Populasi, 5(1), 1994.
Fithri, N., & Kalague, D. (2017). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor
Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur, Jurnal
Ekonomi Pemangunan, 15(2): 129-136.
Franata, J., Marwa, T., Yusuf, M, K. (2017). Factors affecting poverty level in south
sumatra, Indonesia. Sriwijaya International Journal of dynamic economics and
Business (SIJDEB) 1(1).119-132. DOI:
https://doi.org/10.29259/sijdeb.v1i1.119-132

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 17


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Grigg, N. (1988). Infrastructure Engineering and Management.John Wiley & Sons


Australia, Limited.
Gujarati, D N. & Porter, D, C. (2013). Basic Econometrica. Fifth Edition. New York : Mc
Graw Hill.
Hassan, S. A., Zaman, K., & Gul, S. (2015). The Relationship Between Growth- Inequality-
Poverty Triangle and Environmental Degradation: Unveiling the Reality. Arab
Economic and Business Journal, 10(1): 57-71. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.aebj.2014.05.007
Khandker, S. R., & Faruqee, R. R. (2003). The Impact of Farm Credit in Pakistan.
Agricultural Economics, 28(3): 197–213. doi:10.1111/j.1574-
0862.2003.tb00138.x
Kodoatie, R. (2003). Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kriswandari, E. (2018). Analisis Faktor-Faktor Kemiskinan dan Pemetaan Tingkat
Kemiskinan Di Kabupaten Bantul Tahun 2011 Dan 2015. Tesis. FEB UGM.
Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Laabas & Limam. (2004). Impact of Public Policies on Poverty, Income Distribution and
Growth. Arab Planning Institute.
Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran
terhadap Kemiskinan di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE). 1(3):
1-17.
Marhaeni A. A. I. N., Sudibia I. K., Yuliarmi, N. Y. (2019). The Effect Of Economic
Opportunities, Availability Of Infrastructure, Positive Culture, And Capital
Accumulation On Depth / Poverty Gap In Bali Province, Indonesia. RJOAS.
3(87). 57-67. DOI: 10.18551/rjoas.2019-03.08
Muhtarom, A. (2018). Kualitas Pendidikan Sebagai Motor Pengerak Perekonomian
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. Jurnal Ekbis, 14(2): 712-721. DOI:
http://dx.doi.org/10.30736%2Fekbis.v14i2.123
Nuritasari, F. (2013). Pengaruh Infrastruktur, PMDN dan PMA terhadap Produk Domestik
Bruto di Indonesia. Economics Development Analysis Journal, 2(4): 456-467.
DOI: https://doi.org/10.15294/edaj.v2i4.3213
Otabela, N. N., Ndjobo, P.M.N. (2020). Analysis of the Impact of Education on Poverty in
Cameroon: An Application of the Nested Logit Model. Global Journal of
Management and Business Research: B Economics and Commerce. 20(6). 31-
38.
Posumah, F. (2015). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Investasi di
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisien, 15(3): 1-
13.
Prasetyo, R. B. (2010). Dampak Pembangunan Infrastruktur dan Aglomerasi Industri
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia. Tesis. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Perkins, P,. Fedderke, J., & Luiz, J. (2005). An Analysis of Economic Infrastructure
Investment in South Africa. South African Journal Of Economics. 73(2): 211-
228. DOI: 10.1111/j.1813-6982.2005.00014.x
Purnomo, S. D. (2018). Determinants of Income of Poor Women-Headed Households in
Madiun City. Eko-Regional: Jurnal Pembangunan Ekonomi Wilayah, 13(2),19-
31. https://doi.org/10.20884/1.erjpe.2018.13.2.1152

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 18


Purnomo ,Wijaya, & Setiawan
Infrastruktur dan Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Purnomo, S. D. (2019). Determinant Kemiskinan Di Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syari'ah, 11(1), 47-58.
DOI: 10.24235/amwal.v11i1.4171
Purnomo, S. D. (2021). Analysis of Labor Absorption in Central Java Province. Ekonomis:
Journal of Economics and Business, 5(1), 240-244.
DOI: http://dx.doi.org/10.33087/ekonomis.v5i1.311
Rahayu, A. (2005). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan
Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 9(2):78-90.
Seetanah, B., Ramessur, S., Rojid, S. (2009). Does Infrastructure Alleviates Poverty In
Developing Countries?. International Journal Of Applied Econometrics And
Quantitative Studies. 6(2): 18-36.
Sugiyono, S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
Suherman, S., Musaiyadi, M., & Mukaromah, D. H. (2018). Peranan Pengeluaran
Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang dalam Peningkatan Kualitas
Penduduk.Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 8(2): 72-85. DOI:
https://doi.org/10.30741/wiga.v8i2.320
Todaro, M. P. (2008). Pembangunan Ekonomi (Jilid 1) (Edisi 9). Edisi Kesembilan
Terjemahan Oleh Haris Munandar Dan Puji AL. Jakarta: Erlangga.
World Bank. (2016). Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (ikhtisar).
Jakarta:The World Bank Office Jakarta.
Yandrizal, Y., Suryani, D., Anita, B., & Febriawati, H. (2014).Analysis of the Availability
of Health Facilities and Equitable Service for The Implementation of National
Health Insurance In the City Of Bengkulu, District Seluma and District Kaur.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 3(2): 103-112. DOI:
https://doi.org/10.22146/jkki.36383
Ridwan, Y, H & Setiawan, R, P. (2013). Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan
di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal. Jurnal Teknik Pomits, 2(1):
1-5.

Majalah Ilmiah Majanemen dan Bisnis (MIMB), 2021 | 19

Anda mungkin juga menyukai