BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang
dan jasa, lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak hanya
dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumber daya alam, dan lingkungan hidup,dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman
kekerasan.
Berdasarkan laporan BPS (Anonim, 2007), angka kemiskinan di Indonesia sejak
tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami kenaikan dan penurunan dalam jumlah
penduduk miskin, Pada tahun 2005 terdapat 35,10 juta orang (15,97%) penduduk miskin
di Indonesia, sebanyak 12,40 juta orang (11,68%) penduduk miskin yang berada di
daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 22,70 juta orang (19,98%).
Fenomena kemiskinan merupakan lingkaran setan (vicious circle) yang sulit untuk
dipecahkan, diperlukan usaha yang tepat sasaran dan berkesinambungan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang kaya akan warisan budaya dan pariwisata. Namun, di balik kekayaan budaya dan
destinasi wisata yang menarik, DIY masih menghadapi masalah yang serius, yaitu
kemiskinan. Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjadi masalah
yang belum bisa diatasi. Menurut data pada tahun 2010, persentase penduduk miskin di
DIY mencapai 13,10%, yang merupakan angka yang cukup tinggi. Namun, data pada
tahun 2018 menunjukkan bahwa persentase jumlah penduduk miskin di DIY menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, persentase penduduk miskin
DIY mencapai angka 11,49% dimana angka tersebut melampaui persentase penduduk
miskin secara nasional (11%).
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan penurunan angka
kemiskinan mencapai nol persen dalam rangka mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) Tanpa Kemiskinan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan di DIY,
diperlukan upaya-upaya yang komprehensif, seperti peningkatan kualitas pendidikan,
peningkatan upah, dan peningkatan kualitas kesehatan. Selain itu, pemerintah juga perlu
memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih
besar kepada masyarakat.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki kebijakan penanganan
kemiskinan. Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata dengan perkembangan kotanya
sangat menarik urbanisasi yang berdampak pada penduduk dari wilayah Bantul,
Gunungkidul, dan bahkan dari luar DIY. Keanekaragaman budaya masyarakat yang
menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan dan pengangguran di Daerah
Istimewa Yogyakarta sangat beragam, dengan karakteristik lokal yang kuat dan
pengalaman kemiskinan sosial dan perempuan yang berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan di DIY antara lain rendahnya
tingkat pendidikan, rendahnya upah, dan rendahnya kualitas kesehatan. Selain itu,
pembangunan mall dan hotel di Yogyakarta tidak banyak membawa manfaat kepada
masyarakat, sehingga angka kemiskinan dan ketimpangan semakin meningkat. Faktor-
faktor lainnya yang menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan adalah kurangnya
lapangan pekerjaan, akses terhadap fasilitas pelayanan publik yang belum memadai, dan
kualitas lingkungan hidup. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
faktor kemiskinan tersebut adalah penyediaan fasilitas fisik berupa pembangunan
infrastruktur.
Infrastruktur yang memadai merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Infrastruktur daerah dapat mempengaruhi
aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dan layanan publik, seperti transportasi, air bersih,
sanitasi, dan listrik. Masyarakat yang tinggal di daerah dengan infrastruktur yang
memadai cenderung memiliki akses yang lebih baik ke layanan-layanan tersebut dan
dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Infrastruktur daerah dapat mempengaruhi
kualitas hidup masyarakat melalui aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dan layanan
publik, seperti transportasi, air bersih, sanitasi, dan listrik. Sebaliknya, masyarakat miskin
mungkin memiliki keterbatasan dalam mengakses infrastruktur yang memadai.
Pada dasarnya suatu pembangunan bertujuan untuk memperluas kesempatan
kerja, pertumbuhan ekonomi serta menciptakan kesejahteraan masyarakat. Canning dan
Pedroni (2004) menyatakan bahwa efek dari tersedianya infrastruktur sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sukirno (2012:423) menyebutkan bahwa
kemakmuran ditentukan pula oleh fasilitas untuk mendapatkan suplai listrik dan air
minum atau bersih, fasilitas pendidikan yang diperoleh dan taraf pendidikan yang
dicapai, tingkat kesehatan dan fasilitas perobatan yang tersedia, keadaan perumahan
masyarakat miskin dan taraf perkembangan infrastruktur yang dicapai. Infrastruktur juga
memiliki keterkaitan dengan ketenagakerjaan, Nugraheni (2012) menyatakan bahwa
belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah dapat berkontribusi pada perekonomian
regional apabila benar – benar diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur diyakini mampu menggerakan sektor riil, menyerap tenaga
kerja meningkatkan konsumsi masyarakat dan pemerintah, serta memicu kegiatan
produksi.
Infrastruktur memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi penduduk.
Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor
produksi. Infrastruktur juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan tingkat
kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jenis-jenis infrastruktur meliputi
infrastruktur keras, infrastruktur keras non-fisik, dan infrastruktur lunak. Infrastruktur
keras mencakup fasilitas teknik, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Pembangunan infrastruktur memberikan peranan yang sangat penting untuk
memacu pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun daerah, serta
mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pembangunan infrastruktur jalan memiliki dampak yang positif terhadap peluang
penduduk untuk bekerja serta menurunkan ketimpangan pendapatan. Dalam konteks
Indonesia, pembangunan infrastruktur lima tahun terakhir masuk lima sektor yang
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional bersama dengan industri
pengolahan, pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan.
Pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
penduduk. Infrastruktur yang baik dapat menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan
tingkat kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jenis-jenis infrastruktur
meliputi infrastruktur keras, infrastruktur keras non-fisik, dan infrastruktur lunak.
Pembangunan infrastruktur jalan memiliki dampak yang positif terhadap peluang
penduduk untuk bekerja serta menurunkan ketimpangan pendapatan.
Dengan pembangunan infrastruktur yang mendukung aktivitas publik pada suatu
lingkungan masyarakat dapat mengurangi faktor-faktor penyebab kemiskinan secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian mengenai korelasi antara
infrastruktur daerah dan masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang kemudian menjadi pendorong bagi masyarakat dalam penyediaan lapangan
pekerjaan, pengurangan pengangguran, dan permasalahan lingkungan hidup yang
berdampak secara tidak langsung dengan kemiskinan yang terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah
1. Apakah terdapat korelasi antara tingkat infrastruktur daerah (seperti jalan,
transportasi, air bersih, sanitasi, listrik, dll.) dengan tingkat kemiskinan
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana pengaruh kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah terhadap
kondisi sosial-ekonomi masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Apa saja faktor-faktor infrastruktur daerah yang paling berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan infrastruktur daerah
dengan tujuan mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara infrastruktur daerah dan
masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut adalah tujuan penelitian
terkait studi kasus ini:
4. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang dapat diajukan yaitu :
5. Manfaat Penelitian
Penelitian terkait korelasi antara infrastruktur daerah dan masyarakat miskin dalam studi
kasus Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa manfaat, antara lain:
Berikut ini adalah jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2018-2022 :
Tabel 1. 1 Jumlah penduduk miskin dan Garis Kemiskinan menurut Time Series
Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka
Tahun 2023
1. Pengembangan sistem pasokan air di daerah Kamijoro untuk Kulon Progo dan
Kabupaten Bantul, dengan total kapasitas 500 liter/detik
2. Pengembangan tempat pembuangan akhir sampah di Piyungan
3. Pembangunan kendali banjir di sekitar kawasan Bandara Internasional
Yogyakarta
4. Pembangunan infrastruktur di Rutan Kelas IIB Bantul
5. Penataan Kawasan Aerotropolis, Kawasan Stasiun Tugu, Kawasan Stasiun
Lempuyangan, dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Gunung Merapi
6. Percepatan pembangunan jalan tol Jogja-Bawen, Solo-Jogja-Kulon Progo, Jalan
Jalur Lintas Selatan (JJLS), Jalan Temon-Borobudur, dan Jalan Prambanan-
Gading
Selain itu, DIY juga terus mengembangkan infrastruktur seperti pengolahan air
minum, bantaran, dan lainnya. Infrastruktur yang baik akan membuat masyarakat nyaman
untuk tinggal di daerah tersebut dan secara langsung akan meningkatkan perekonomian
dan pembangunan pada daerah tersebut. Untuk menggerakkan sektor ekonomi dan
mengurangi angka kemiskinan adalah salah satunya melalui sektor pariwisata yang dapat
membuka lapangan pekerjaan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempatkan sektor
pariwisata sebagai salah satu sektor utamanya, karena daerah ini tidak terlalu banyak
memiliki sumber daya alam. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur di DIY masih
memprioritaskan proyek-proyek pendukung sektor pariwisata. Berikut adalah beberapa
pembangunan infrastruktur yang sedang dikembangkan di DIY untuk mendukung
pariwisata:
Saat ini juga sedang digagas pembangunan jalur tol yang menghubungkan Solo-
Jogja-Borobudur-Semarang sebagai pendukung integrasi transportasi antara daerah.
Jenis-jenis infrastruktur pelayanan publik yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah :
a. Transportasi: Yogyakarta memiliki berbagai pilihan transportasi umum seperti
bus kota, angkutan kota (angkot), dan taksi. Selain itu, terdapat juga sistem
transportasi online seperti ojek online dan penyewaan sepeda.
b. Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan: Yogyakarta memiliki sejumlah rumah sakit,
klinik, dan pusat kesehatan yang menyediakan layanan medis dan perawatan
kesehatan.
c. Sekolah dan Universitas: Kota ini terkenal dengan keberadaan sejumlah
perguruan tinggi terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut
Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selain itu, terdapat juga banyak sekolah
menengah umum dan sekolah menengah kejuruan.
d. Tempat Ibadah: Yogyakarta memiliki berbagai tempat ibadah seperti masjid,
gereja, kuil, dan vihara yang melayani kebutuhan spiritual masyarakat.
e. Taman dan Ruang Terbuka Hijau: Terdapat beberapa taman dan ruang terbuka
hijau di Yogyakarta di mana masyarakat dapat berolahraga, bersantai, atau
menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.
f. Pusat Perbelanjaan: Ada beberapa pusat perbelanjaan di Yogyakarta yang
menawarkan berbagai macam barang dan layanan untuk kebutuhan sehari-hari,
seperti mal, pasar tradisional, dan toko-toko serba ada.
g. Museum dan Tempat Wisata: Yogyakarta memiliki sejumlah museum dan tempat
wisata yang menampilkan budaya, sejarah, dan keindahan alam kota tersebut.
Infrastruktur dibagi menjadi menjadi tiga oleh The World Bank (1994) yaitu (1)
Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan dalam menunjang
aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas),
public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan,
rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya) (2) Infrastruktur sosial, meliputi
pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi (3) Infrastruktur administrasi, meliputi
penegakan hukum, control administrasi dan koordinasi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian:
Unit Amatan dan Unit Analisis bekerja secara sinergis untuk mengumpulkan data
yang relevan, menganalisisnya, dan menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang
korelasi antara infrastruktur daerah dan masyarakat miskin di DIY. Dengan informasi ini,
pemerintah dapat membuat keputusan kebijakan yang lebih efektif dalam upaya mengatasi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Adapun unit amatan dan unit
analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
4
Merumuskan rekomendasi Rekomendasi berupa penyelesaian masalah
kebijakan yang dapat diusulkan yang menjadi fokus dan lokus penelitian
kepada pemerintah daerah untuk terkait korelasi antara infrastruktur daerah
meningkatkan kualitas dan masyarakat miskin di Daerah Istimewa
infrastruktur daerah dan Yogyakarta ( DIY )
mengurangi tingkat kemiskinan di
Daerah Istimewa Yogyakarta
Badan Pusat Statistik ( 2023 ), Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2023Diakses
dari https://www.bps.go.id/
Fikri, A. A. H. S., Sholeh, M., & Baroroh, K. (2016). Fenomena kemiskinan perkotaan
(urban poverty) di Yogyakarta: Suatu kajian struktur dan respons
kebijakan. Jurnal UNY, 1-15.
Purnomo, S. D., Wijaya, M., & Setiawan, H. (2021). Infrastruktur dan Kemiskinan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Imiah Manajemen dan
Bisnis, 18(1), 10-19.
victara Tinambunan, E., Findi, M., & Purnamadewi, Y. L. (2019). Dampak pembangunan
infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 2013–2017. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan, 8(1), 20-42.