Anda di halaman 1dari 21

KORELASI ANTARA INFRASTRUKTUR DAERAH DAN MASYARAKAT MISKIN

(STUDI KASUS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang
dan jasa, lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak hanya
dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumber daya alam, dan lingkungan hidup,dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman
kekerasan.
Berdasarkan laporan BPS (Anonim, 2007), angka kemiskinan di Indonesia sejak
tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami kenaikan dan penurunan dalam jumlah
penduduk miskin, Pada tahun 2005 terdapat 35,10 juta orang (15,97%) penduduk miskin
di Indonesia, sebanyak 12,40 juta orang (11,68%) penduduk miskin yang berada di
daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 22,70 juta orang (19,98%).
Fenomena kemiskinan merupakan lingkaran setan (vicious circle) yang sulit untuk
dipecahkan, diperlukan usaha yang tepat sasaran dan berkesinambungan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang kaya akan warisan budaya dan pariwisata. Namun, di balik kekayaan budaya dan
destinasi wisata yang menarik, DIY masih menghadapi masalah yang serius, yaitu
kemiskinan. Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjadi masalah
yang belum bisa diatasi. Menurut data pada tahun 2010, persentase penduduk miskin di
DIY mencapai 13,10%, yang merupakan angka yang cukup tinggi. Namun, data pada
tahun 2018 menunjukkan bahwa persentase jumlah penduduk miskin di DIY menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, persentase penduduk miskin
DIY mencapai angka 11,49% dimana angka tersebut melampaui persentase penduduk
miskin secara nasional (11%).
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan penurunan angka
kemiskinan mencapai nol persen dalam rangka mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) Tanpa Kemiskinan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan di DIY,
diperlukan upaya-upaya yang komprehensif, seperti peningkatan kualitas pendidikan,
peningkatan upah, dan peningkatan kualitas kesehatan. Selain itu, pemerintah juga perlu
memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih
besar kepada masyarakat.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki kebijakan penanganan
kemiskinan. Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata dengan perkembangan kotanya
sangat menarik urbanisasi yang berdampak pada penduduk dari wilayah Bantul,
Gunungkidul, dan bahkan dari luar DIY. Keanekaragaman budaya masyarakat yang
menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan dan pengangguran di Daerah
Istimewa Yogyakarta sangat beragam, dengan karakteristik lokal yang kuat dan
pengalaman kemiskinan sosial dan perempuan yang berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan di DIY antara lain rendahnya
tingkat pendidikan, rendahnya upah, dan rendahnya kualitas kesehatan. Selain itu,
pembangunan mall dan hotel di Yogyakarta tidak banyak membawa manfaat kepada
masyarakat, sehingga angka kemiskinan dan ketimpangan semakin meningkat. Faktor-
faktor lainnya yang menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan adalah kurangnya
lapangan pekerjaan, akses terhadap fasilitas pelayanan publik yang belum memadai, dan
kualitas lingkungan hidup. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
faktor kemiskinan tersebut adalah penyediaan fasilitas fisik berupa pembangunan
infrastruktur.
Infrastruktur yang memadai merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Infrastruktur daerah dapat mempengaruhi
aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dan layanan publik, seperti transportasi, air bersih,
sanitasi, dan listrik. Masyarakat yang tinggal di daerah dengan infrastruktur yang
memadai cenderung memiliki akses yang lebih baik ke layanan-layanan tersebut dan
dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Infrastruktur daerah dapat mempengaruhi
kualitas hidup masyarakat melalui aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dan layanan
publik, seperti transportasi, air bersih, sanitasi, dan listrik. Sebaliknya, masyarakat miskin
mungkin memiliki keterbatasan dalam mengakses infrastruktur yang memadai.
Pada dasarnya suatu pembangunan bertujuan untuk memperluas kesempatan
kerja, pertumbuhan ekonomi serta menciptakan kesejahteraan masyarakat. Canning dan
Pedroni (2004) menyatakan bahwa efek dari tersedianya infrastruktur sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sukirno (2012:423) menyebutkan bahwa
kemakmuran ditentukan pula oleh fasilitas untuk mendapatkan suplai listrik dan air
minum atau bersih, fasilitas pendidikan yang diperoleh dan taraf pendidikan yang
dicapai, tingkat kesehatan dan fasilitas perobatan yang tersedia, keadaan perumahan
masyarakat miskin dan taraf perkembangan infrastruktur yang dicapai. Infrastruktur juga
memiliki keterkaitan dengan ketenagakerjaan, Nugraheni (2012) menyatakan bahwa
belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah dapat berkontribusi pada perekonomian
regional apabila benar – benar diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur diyakini mampu menggerakan sektor riil, menyerap tenaga
kerja meningkatkan konsumsi masyarakat dan pemerintah, serta memicu kegiatan
produksi.
Infrastruktur memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi penduduk.
Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor
produksi. Infrastruktur juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan tingkat
kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jenis-jenis infrastruktur meliputi
infrastruktur keras, infrastruktur keras non-fisik, dan infrastruktur lunak. Infrastruktur
keras mencakup fasilitas teknik, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Pembangunan infrastruktur memberikan peranan yang sangat penting untuk
memacu pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun daerah, serta
mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pembangunan infrastruktur jalan memiliki dampak yang positif terhadap peluang
penduduk untuk bekerja serta menurunkan ketimpangan pendapatan. Dalam konteks
Indonesia, pembangunan infrastruktur lima tahun terakhir masuk lima sektor yang
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional bersama dengan industri
pengolahan, pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan.
Pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
penduduk. Infrastruktur yang baik dapat menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan
tingkat kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jenis-jenis infrastruktur
meliputi infrastruktur keras, infrastruktur keras non-fisik, dan infrastruktur lunak.
Pembangunan infrastruktur jalan memiliki dampak yang positif terhadap peluang
penduduk untuk bekerja serta menurunkan ketimpangan pendapatan.
Dengan pembangunan infrastruktur yang mendukung aktivitas publik pada suatu
lingkungan masyarakat dapat mengurangi faktor-faktor penyebab kemiskinan secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian mengenai korelasi antara
infrastruktur daerah dan masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang kemudian menjadi pendorong bagi masyarakat dalam penyediaan lapangan
pekerjaan, pengurangan pengangguran, dan permasalahan lingkungan hidup yang
berdampak secara tidak langsung dengan kemiskinan yang terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah
1. Apakah terdapat korelasi antara tingkat infrastruktur daerah (seperti jalan,
transportasi, air bersih, sanitasi, listrik, dll.) dengan tingkat kemiskinan
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana pengaruh kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah terhadap
kondisi sosial-ekonomi masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Apa saja faktor-faktor infrastruktur daerah yang paling berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan infrastruktur daerah
dengan tujuan mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara infrastruktur daerah dan
masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut adalah tujuan penelitian
terkait studi kasus ini:

1. Menganalisis hubungan antara tingkat infrastruktur daerah dengan tingkat


kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Menilai pengaruh kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah terhadap kondisi
sosial-ekonomi masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Menganalisis upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan infrastruktur daerah
dengan tujuan mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan kepada pemerintah
daerah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur daerah dan mengurangi tingkat
kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang dapat diajukan yaitu :

1. Bagaimana tingkat kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah di Daerah


Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana tingkat korelasi antara kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah
dengan tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Apa faktor-faktor infrastruktur daerah yang paling berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Bagaimana pengaruh tingkat kualitas dan ketersediaan infrastruktur daerah
terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat miskin di Daerah Istimewa
Yogyakarta?
5. Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan
infrastruktur daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta?
6. Apa rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan untuk meningkatkan kualitas
infrastruktur daerah dan mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta?

5. Manfaat Penelitian
Penelitian terkait korelasi antara infrastruktur daerah dan masyarakat miskin dalam studi
kasus Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Informasi bagi Pemerintah Daerah: Penelitian ini akan memberikan informasi


yang berharga bagi pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
memahami hubungan antara infrastruktur daerah dan tingkat kemiskinan.
2. Perbaikan Kebijakan Publik: Temuan dan rekomendasi dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kebijakan publik terkait
pengembangan infrastruktur daerah dan penanggulangan kemiskinan.
3. Pengembangan Infrastruktur yang Lebih Baik: Penelitian ini dapat memberikan
wawasan yang lebih baik tentang faktor-faktor infrastruktur yang paling
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
4. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin: Melalui pemahaman yang lebih
baik tentang hubungan antara infrastruktur daerah dan masyarakat miskin,
penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Kontribusi pada Penelitian dan Studi Selanjutnya: Penelitian ini dapat menjadi
sumbangan dalam literatur akademik dan studi lanjutan mengenai korelasi antara
infrastruktur daerah dan kemiskinan. Temuan dan metodologi penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi penelitian serupa di wilayah lain atau bidang terkait.

Dengan manfaat-manfaat tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi nyata dalam upaya meningkatkan pengembangan infrastruktur daerah dan
mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta memberikan
pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya hubungan antara infrastruktur dan
kesejahteraan masyarakat.
BAB 2
Kajian Literatur

1. Fenomena Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki tingkat kemiskinan yang cukup


tinggi. Berdasarkan data yang dilansir oleh Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
periode 2022, persentase penduduk miskin di DIY mencapai 11,49%, dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 463.630 jiwa. Pada tahun 2020, persentase penduduk miskin
di DIY sebesar 12,80%. Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki dampak
multidimensional, seperti keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan nutrisi.
Kemiskinan terjadi karena penghasilan yang rendah tidak mampu mengakses layanan
pendidikan, kesehatan, dan nutrisi secara baik. Hal ini juga terlihat dari data yang dilansir
oleh3, rerata lama sekolah terendah pada 2014 masih Kabupaten Gunungkidul (6,45
tahun) disusul kemudian Kabupaten Kulon Progo (8,20 tahun). Alih-alih mengurangi
beban ekonomi orang tua dengan tidak meneruskan sekolah, hal ini justru menjerat anak
dalam lingkaran kemiskinan. Selain itu, kemiskinan juga berdampak pada kriminalitas.
Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang,
seperti mencopet, mencuri, dan lain-lain.

Berikut ini adalah jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2018-2022 :
Tabel 1. 1 Jumlah penduduk miskin dan Garis Kemiskinan menurut Time Series

Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Persentase


(Rupiah/kapita/bula Miskin (ribu) Penduduk Miskin
n) (%)

2018 432.018 450,25 11,81

2019 472.666 440,89 11,44

2020 488.461 503,14 12,80


2021 517.353 474,49 11,91

2022 573.915 463,63 11,49

Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka
Tahun 2023

Berdasarkan data di atas, persentase penduduk miskin di Daerah Istimewa


Yogyakarta termasuk ke dalam kategori yang tinggi hingga sedang dalam kurun waktu 5
tahun terakhir, yaitu di angka 11,41-12,80%. Jumlah penduduk miskin yang rata-rata
mencapai di angka 450.000 - 500.000 jiwa dalam jangka waktu 5 tahun dapat dikatakan
sebagai jumlah yang cukup besar. Berikut ini adalah jumlah dan persentase penduduk
miskin di DIY menurut kabupaten/kota pada tahun 2021 dan 2022:
Tabel 1. 2 Jumlah persentase penduduk miskin menurut Kabupaten / Kota

Kabupaten/kota Jumlah Penduduk Miskin (ribu Persentase Penduduk Miskin


jiwa)

2021 2022 2021 2022

Kulon Progo 81,14 73,21 18,38 16,39

Bantul 146,98 130,13 14,04 12,27

Gunungkidul 135,33 122,82 17,69 15,86

Sleman 108.93 98,92 8,64 7,74

Kota 34,07 29,68 7,69 6,62


Yogyakarta

D.I. 506,45 454,76 12,80 11,34


Yogyakarta

Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta 2023


Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Bantul merupakan
tiga kabupaten yang menjadi penyumbang persentase penduduk miskin terbesar di
Daerah Istimewa Yogyakarta selama 2 tahun terakhir, meskipun mengalami penurunan
pada tahun 2022.

Untuk mengatasi kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, diperlukan upaya


lintas sektor yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan swasta. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, dan nutrisi
bagi masyarakat miskin. Selain itu, pemerintah dapat memberikan bantuan sosial dan
pelatihan keterampilan bagi masyarakat miskin agar dapat meningkatkan penghasilannya.
Dalam jangka panjang, pemerintah juga dapat melakukan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperkuat sektor-sektor yang dapat memberikan lapangan kerja
dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam hal ini, swasta dapat berperan aktif
dalam memberikan investasi dan menciptakan lapangan kerja. Dengan upaya-upaya
tersebut, diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Ketersediaan Infrastruktur di Kota Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus memperbaiki infrastruktur dan penataan


ruang di wilayahnya. Pembangunan infrastruktur di DIY diharapkan dapat membantu
pertumbuhan ekonomi dan mempercepat penanganan kemiskinan. Pemerintah DIY
menetapkan lima prioritas pembangunan pada tahun 2022, antara lain pemberdayaan
SDM yang berkualitas, peningkatan infrastruktur layanan dasar yang mendukung
pertumbuhan ekonomi, peningkatan sektor-sektor unggulan dan potensial, mewujudkan
pembangunan yang merata, selaras dan lestari, serta mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.

Beberapa proyek infrastruktur besar di DIY sedang dikerjakan, seperti pembangunan


kendali banjir di sekitar kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, pembangunan
pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto, dan sistem penyediaan air minum (SPAM)
regional Kamijoro, Kartamantul, dan Banyusoco. Selain itu, penataan kawasan
aerotropolis, kawasan Stasiun Tugu, kawasan Stasiun Lempuyangan, dan Kawasan
Strategis Nasional (KSN) Gunung Merapi juga sedang dikerjakan.

Pembangunan infrastruktur di DIY diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong


pemerataan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan infrastruktur
juga diharapkan dapat membuka akses sosial dan ekonomi masyarakat sekitarnya
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi tersebut dan mampu
menjadi wahana interaksi sosial masyarakatnya. Pembangunan infrastruktur di DIY juga
diharapkan dapat membantu mengatasi kemiskinan. Pada 2023, DIY akan fokus
mengembangkan infrastruktur wilayah selatan yaitu Kabupaten Bantul, Kulonprogo, dan
Gunungkidul. Namun, pembangunan infrastruktur juga dapat berdampak pada warga
marjinal di DIY-Jateng yang terancam kehilangan ruang hidup mereka. Cepatnya
kebangkitan perekonomian di DIY dipicu dengan dua sektor ekonomi andalan di
Yogyakarta, yaitu pendidikan dan pariwisata. Pembangunan infrastruktur di DIY
diharapkan dapat meminimalisasi kesenjangan dan membantu kebangkitan ekonomi.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejumlah proyek infrastruktur yang


sedang atau akan dibangun. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pengembangan sistem pasokan air di daerah Kamijoro untuk Kulon Progo dan
Kabupaten Bantul, dengan total kapasitas 500 liter/detik
2. Pengembangan tempat pembuangan akhir sampah di Piyungan
3. Pembangunan kendali banjir di sekitar kawasan Bandara Internasional
Yogyakarta
4. Pembangunan infrastruktur di Rutan Kelas IIB Bantul
5. Penataan Kawasan Aerotropolis, Kawasan Stasiun Tugu, Kawasan Stasiun
Lempuyangan, dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Gunung Merapi
6. Percepatan pembangunan jalan tol Jogja-Bawen, Solo-Jogja-Kulon Progo, Jalan
Jalur Lintas Selatan (JJLS), Jalan Temon-Borobudur, dan Jalan Prambanan-
Gading
Selain itu, DIY juga terus mengembangkan infrastruktur seperti pengolahan air
minum, bantaran, dan lainnya. Infrastruktur yang baik akan membuat masyarakat nyaman
untuk tinggal di daerah tersebut dan secara langsung akan meningkatkan perekonomian
dan pembangunan pada daerah tersebut. Untuk menggerakkan sektor ekonomi dan
mengurangi angka kemiskinan adalah salah satunya melalui sektor pariwisata yang dapat
membuka lapangan pekerjaan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempatkan sektor
pariwisata sebagai salah satu sektor utamanya, karena daerah ini tidak terlalu banyak
memiliki sumber daya alam. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur di DIY masih
memprioritaskan proyek-proyek pendukung sektor pariwisata. Berikut adalah beberapa
pembangunan infrastruktur yang sedang dikembangkan di DIY untuk mendukung
pariwisata:

1. Pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi yang dapat memudahkan


aksesibilitas ke tempat-tempat wisata
2. Pembangunan pengendali banjir Bandara Yogyakarta International Airport (YIA)
di Kabupaten Kulon Progo
3. Pembangunan Jogjakarta Outer Ringroad (JORR) dan penyelesaian konstruksi
Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)
4. Pembangunan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan dan pariwisata
5. Penataan yang baik lokasi wisata, termasuk penyiapan masyarakat setempat
dalam memfasilitasi kegiatan kepariwisataan.

Pemerintah DIY juga memiliki strategi-strategi dalam mengembangkan prasarana


wilayah untuk meningkatkan aktivitas perekonomian, seperti pengembangan kawasan
strategis.

Saat ini juga sedang digagas pembangunan jalur tol yang menghubungkan Solo-
Jogja-Borobudur-Semarang sebagai pendukung integrasi transportasi antara daerah.
Jenis-jenis infrastruktur pelayanan publik yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah :
a. Transportasi: Yogyakarta memiliki berbagai pilihan transportasi umum seperti
bus kota, angkutan kota (angkot), dan taksi. Selain itu, terdapat juga sistem
transportasi online seperti ojek online dan penyewaan sepeda.
b. Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan: Yogyakarta memiliki sejumlah rumah sakit,
klinik, dan pusat kesehatan yang menyediakan layanan medis dan perawatan
kesehatan.
c. Sekolah dan Universitas: Kota ini terkenal dengan keberadaan sejumlah
perguruan tinggi terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut
Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selain itu, terdapat juga banyak sekolah
menengah umum dan sekolah menengah kejuruan.
d. Tempat Ibadah: Yogyakarta memiliki berbagai tempat ibadah seperti masjid,
gereja, kuil, dan vihara yang melayani kebutuhan spiritual masyarakat.
e. Taman dan Ruang Terbuka Hijau: Terdapat beberapa taman dan ruang terbuka
hijau di Yogyakarta di mana masyarakat dapat berolahraga, bersantai, atau
menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.
f. Pusat Perbelanjaan: Ada beberapa pusat perbelanjaan di Yogyakarta yang
menawarkan berbagai macam barang dan layanan untuk kebutuhan sehari-hari,
seperti mal, pasar tradisional, dan toko-toko serba ada.
g. Museum dan Tempat Wisata: Yogyakarta memiliki sejumlah museum dan tempat
wisata yang menampilkan budaya, sejarah, dan keindahan alam kota tersebut.

3. Kebutuhan Infrastruktur di kawasan masyarakat miskin

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan


sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.Sistem infrastruktur dapat didefinisikan
sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-
instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat (Posumah, 2015).Pembangunan infrastruktur sangat diperlukan di
dalam proses pertumbuhan ekonomi karena dapat mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi, sehingga menciptakan lapangan kerja baru, menurunkan tingkat kemiskinan,
dan meningkatkan pendapatan perkapita. Infrastruktur berperan sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan infrastruktur yang baik akan
menjamin efisiensi, memperlancar pergerakan barang dan jasa, dan meningkatkan nilai
tambah perekonomian (Prasetyo dan Firdaus 2009). Ketersediaan infrastruktur
merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas daerah.

Infrastruktur dibagi menjadi menjadi tiga oleh The World Bank (1994) yaitu (1)
Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan dalam menunjang
aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas),
public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan,
rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya) (2) Infrastruktur sosial, meliputi
pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi (3) Infrastruktur administrasi, meliputi
penegakan hukum, control administrasi dan koordinasi.

Definisi infrastruktur yang merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan


transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain
seperti listrik, telekomunikasi, air bersih dan sebagainya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Dalam
kehidupan masyarakat sistem infrastruktur sebagai pendukung utama fungsi-fungsi
sistem sosial dan sistem ekonomi. Definisi sistem infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas
atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg
1988 dalam Fadel Muhammad 2004).
Infrastruktur yang memadai dapat memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
masyarakat miskin. Berikut adalah beberapa pengaruh yang dapat timbul:

Tabel 1. 3 Pengaruh Infrastruktur terhadap masyrakat

Pengaruh Infrastruktur Keterangan

Infrastruktur yang baik, seperti jalan yang baik,


transportasi umum yang terjangkau, dan jaringan
Peningkatan aksesibilitas transportasi yang terhubung dengan baik, dapat
meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat miskin ke
berbagai layanan dan peluang. Hal ini termasuk akses
ke pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, pasar, dan
sumber daya lainnya yang penting untuk meningkatkan
kualitas hidup.

Infrastruktur yang memadai, seperti akses ke air bersih,


sanitasi yang baik, dan energi listrik yang andal, dapat
memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan
kualitas hidup masyarakat miskin. Akses yang memadai
Peningkatan kualitas hidup
terhadap layanan dasar ini membantu mengurangi risiko
penyakit, meningkatkan sanitasi, dan meningkatkan
kualitas kehidupan secara keseluruhan.

Infrastruktur yang baik dapat menciptakan peluang


ekonomi baru bagi masyarakat miskin. Contohnya, jalan
yang baik dan transportasi yang terjangkau
memungkinkan mereka untuk mengakses pasar yang
Peluang ekonomi
lebih luas, mengangkut barang dagangan, atau
mengakses lapangan kerja yang lebih baik. Dengan
demikian, infrastruktur yang memadai dapat membantu
mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan di
antara masyarakat miskin

Sumber : Olahan Peneliti

4. Rekomendasi Upaya Pemerintah dalam peningkatan Infrastruktur

Pengertian infrastruktur merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan transportasi,


pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain seperti listrik,
telekomunikasi, air bersih dan lain sebagainya, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem
ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai
fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang
dibangun.Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat menerapkan berbagai
upaya dalam mengembangkan infrastruktur untuk memfasilitasi masyarakat miskin.
Berikut adalah beberapa contoh rekomendasi langkah yang dapat diambil oleh
pemerintah DIY:

1. Program Pembangunan Infrastruktur Dasar: Pemerintah DIY dapat mengalokasikan


dana dan sumber daya untuk membangun infrastruktur dasar seperti jalan, saluran air
bersih, sanitasi, dan listrik di daerah-daerah yang dihuni oleh masyarakat miskin.
Dengan adanya infrastruktur ini, aksesibilitas dan kualitas hidup masyarakat miskin
dapat ditingkatkan.
2. Program Perumahan Murah: Pemerintah DIY dapat menginisiasi program perumahan
murah yang ditujukan khusus untuk masyarakat miskin. Program ini dapat
melibatkan pembangunan rumah-rumah dengan biaya terjangkau dan penyediaan
akses ke fasilitas dasar seperti air bersih, sanitasi, dan listrik.
3. Pembangunan Sarana Kesehatan: Pemerintah DIY dapat memperkuat infrastruktur
kesehatan di daerah-daerah yang dihuni oleh masyarakat miskin. Ini bisa mencakup
pembangunan pusat kesehatan masyarakat, posyandu, atau fasilitas kesehatan lainnya
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar secara terjangkau dan mudah
diakses oleh masyarakat miskin.
4. Pengembangan Pendidikan: Pemerintah DIY dapat fokus pada pengembangan
infrastruktur pendidikan di daerah-daerah miskin, seperti pembangunan sekolah,
perpustakaan, atau laboratorium. Hal ini akan membantu meningkatkan aksesibilitas
pendidikan bagi anak-anak miskin dan memberi mereka kesempatan yang lebih baik
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan.
5. Program Pemberdayaan Ekonomi: Pemerintah DIY dapat meluncurkan program
pemberdayaan ekonomi yang ditujukan untuk masyarakat miskin. Ini bisa mencakup
penyediaan pelatihan keterampilan, akses ke modal usaha, dan bantuan dalam
pengembangan usaha mikro dan kecil. Dengan memperkuat sektor ekonomi di
kalangan masyarakat miskin, pemerintah dapat membantu mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
6. Peningkatan Transportasi Publik: Pemerintah DIY dapat memperbaiki sistem
transportasi publik di daerah-daerah miskin untuk memfasilitasi mobilitas
masyarakat miskin. Ini dapat mencakup perluasan jaringan angkutan umum,
penyediaan layanan transportasi berbiaya rendah, atau program subsidi transportasi
bagi masyarakat miskin.

BAB 3
METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian:

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data times


series atau runtun waktu. Bentuk analisis yang menggunakan data sekunder dari tahun
2018 sampai dengan 2022 yang bersumber dari BPS,serta sumber lainnya yang berasal
dari penelitian sebelumnya.Variabel penelitian ini adalah kemiskinan yang diukur dengan
persentase penduduk miskin menurut time series dan wilayah di Daerah Istimewa
Yogyakarta ( DIY ). Penelitian kuantitatif merupakan suatu jenis penelitian yang pada
dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Sugiyono ( 2013: 45 ) Menyatakan
bahwa pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun
pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi
permasalahan- permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penilaian dalam bentuk dukungan data empiris di
lapangan.Berikut ini Tabel yang menunjukkan defisini operasional dalam penelitian ini.

Tabel 1. 4 Definisi Operasional variabel

No Variabel Definisi Operasional Satuan


1 Time series lima tahun terakhir (Rupiah/kapita/bulan)
Garis kemiskinan penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan di
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

2 Jumlah Penduduk Penduduk yang berada di ( Ribu Jiwa )


Miskin bawah garis kemiskinan di lima
kabupaten/kota dan
berdasarkan time series lima
tahun terakhir di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.

3 Persentase Penduduk Tingkat kemiskinan yang ( Persentase )


Miskin berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta berdasarkan Time
series Lima Tahun terakhir.
Suatu daerah bisa dikatakan
miskin jika tingkat persentase
kemiskinan nya lebih dari 10-
11%.

4 Ketersediaan Ketersediaan Infrastruktur ( Unit )


Infrastruktur mencakup semua Infrastruktur
fisik yang tersedia maupun
sedang dibangun di Daerah
Istimewa Yogyakarta ( DIY )

5 Kebutuhan Mencakup pengaruh ( Unit )


Infrastruktur infrastruktur yang memiliki
korelasi dengan kondisi sosial
ekonomi masyarakat miskin di
Daerah Istimewa Yogyakarta (
DIY )

Sumber : Olahan data Peneliti

2. Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit Amatan dan Unit Analisis bekerja secara sinergis untuk mengumpulkan data
yang relevan, menganalisisnya, dan menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang
korelasi antara infrastruktur daerah dan masyarakat miskin di DIY. Dengan informasi ini,
pemerintah dapat membuat keputusan kebijakan yang lebih efektif dalam upaya mengatasi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Adapun unit amatan dan unit
analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. 5 Unit Amatan dan Unit Analisis

No Unit Amatan dan Unit Analisis Detail Amatan dan Analisis

1 Mengidentifikasi korelasi antara Elemen - elemen yang akan di identifikasi


tingkat infrastruktur daerah antaralain tingkat infrastruktur di Daerah
dengan tingkat kemiskinan Istimewa Yogyakarta, Tingkat kemiskinan
masyarakat di Daerah Istimewa berupa jumlah penduduk miskin dan
Yogyakarta persentase penduduk miskin di DIY.etelah
data tentang infrastruktur daerah dan
kemiskinan terkumpul, unit analisis dapat
melakukan analisis untuk mengidentifikasi
korelasi antara keduanya.

2 Pengaruh kualitas dan Mencakup ketersediaan fasilitas


ketersediaan infrastruktur daerah Infrastrutkur Daerah Istimewa Yogyakarta
terhadap kondisi sosial-ekonomi dan kaitan nya dengan kondisi sosial
masyarakat miskin di Daerah ekonomi masyarakat miskin
Istimewa Yogyakarta

3 faktor-faktor infrastruktur daerah Pengumpulan data yang telah diperoleh


yang paling berpengaruh terhadap guna untuk mencari faktor faktor
tingkat kemiskinan masyarakat di infrastruktur yang paling berpengaruh
Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap tingkat kemiskinan masyarakat
DIY

4
Merumuskan rekomendasi Rekomendasi berupa penyelesaian masalah
kebijakan yang dapat diusulkan yang menjadi fokus dan lokus penelitian
kepada pemerintah daerah untuk terkait korelasi antara infrastruktur daerah
meningkatkan kualitas dan masyarakat miskin di Daerah Istimewa
infrastruktur daerah dan Yogyakarta ( DIY )
mengurangi tingkat kemiskinan di
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber : Olahan data Peneliti

3. Populasi dan Sampel

Menurut nawawi ,( 1996 ) populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang


terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala dan peristiwa sebagai sumber
data dan objek penelitian dan memiliki karakteristik tersendiri dalam suatu penelitian .
Menurut Sugiono (2012) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian yang
akan dilakukan, populasi yang dimaksud ialah jumlah masyarakat miskin yang berada
pada Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) . Pada sasaran 2 penelitian ini, populasi akan
difokuskan pada keberadaan Infrastruktur di DIY yang memiliki pengaruh terhadap
masyarakat miskin . Lalu sasaran 3 untuk menentukan rekomendasi / upaya bagi
pemerintah untuk menjawab semua permasalahan yang ada.

Menurut Koentjaraningrat, (1997) Sampel merupakan bagian dari suatu populasi


yang menjadi objek nyata dalam suatu penelitian. Dalam kata lain, sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Menurut Sugiyono,( 2010 ) Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi . Maka dari itu, untuk sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Pada penelitian kali
ini akan digunakan teknik Clustering sampel yang memiliki arti sebuah teknik
pengambilan sampel di mana populasi dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disebut
klaster. Klaster dapat terbentuk secara geografis (misalnya, wilayah atau desa) atau
berdasarkan kelompok sosial (misalnya, sekolah atau perusahaan). Dalam cluster
sampling, beberapa klaster dipilih secara acak sebagai sampel, dan seluruh anggota dalam
klaster yang dipilih akan menjadi bagian dari sampel. Tujuan utama dari cluster sampling
adalah untuk memperoleh sampel yang mewakili populasi dengan cara yang efisien,
terutama ketika populasi sangat besar dan tersebar di berbagai lokasi atau klaster. Dalam
penelitian ini kriteria responden akan dikelompokan pada jarak tempat tinggal dengan
keberadaan Infrastruktur penunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik ( 2023 ), Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2023Diakses
dari https://www.bps.go.id/

Adinata, Y., & Yudistira, M. R. (2022). Determinan Kemiskinan di Provinsi Daerah


Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2021. Journal of Statistics, Economics,
Finance, Human Resources, and Information Technology, 1(02).

Awandari, L. P. P., & Indrajaya, I. G. B. (2016). Pengaruh infrastruktur, investasi, dan


pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
kesempatan kerja. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 5(12), 165388.

Fikri, A. A. H. S., Sholeh, M., & Baroroh, K. (2016). Fenomena kemiskinan perkotaan
(urban poverty) di Yogyakarta: Suatu kajian struktur dan respons
kebijakan. Jurnal UNY, 1-15.

Prasetyo, R. B., & Firdaus, M. (2009). Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan


ekonomi wilayah di indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan, 2(2), 222-236.

Purnomo, S. D. (2019). Determinant Kemiskinan Di Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syari'ah, 11(1), 47-
58.

Purnomo, S. D., Wijaya, M., & Setiawan, H. (2021). Infrastruktur dan Kemiskinan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Imiah Manajemen dan
Bisnis, 18(1), 10-19.

victara Tinambunan, E., Findi, M., & Purnamadewi, Y. L. (2019). Dampak pembangunan
infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 2013–2017. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan, 8(1), 20-42.

Anda mungkin juga menyukai