Istilah ketimpangan memang lebih umum digunakan untuk menyebutkan dua kondisi yang
kontras dan berbeda terlalu jauh. Secara umum, ketimpangan sosial adalah kondisi dimana
ada ketidakseimbangan atau jarak yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang bisa
disebabkan oleh perbedaan status sosial, ekonomi, maupun budaya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Yogyakarta menjadi provinsi dengan ketimpangan
tertinggi di Indonesia. Dilansir dari databoks.katadata.co.id, Yogyakarta sempat mengalami
ketimpangan tertinggi sejak Maret 2018. Rasio gininya mencapai 0,441 pada Maret 2021.
Kemudian rasio gini tersebut menurun menjadi 0,436 pada September 2021. Rasio gini per
September 2021 berhasil mencatatkan angka terendah sejak pandemi datang ke Indonesia
pada 2020. Menurut wilayah, penurunan ketimpangan juga terjadi di pedesaan dan perkotaan.
Rasio gini di perkotaan sebesar 0,443 pada September 2021, turun dari Maret 2021 yang
sebesar 0,448.
Berikut ini disajikan grafik data ketimpangan ekonomi pada wilayah DI Yogyakarta
Sumber: katadata.co.id
Kemiskinan dan ketimpangan tidak saja terjadi di pedesaan atau pertanian (rural) tetapi juga
di perkotaan. Masalah kemiskinan salah satunya disebabkan oleh ketimpangan distribusi
pendapatan yang terjadi di masyarakat. Meskipun perekonomian Daerah Istimewa
Yogyakarta terus berkembang, akan tetapi adanya persoalan distribusi pendapatan yang
belum merata dapat menimbulkan masalah yang lebih besar saat ini maupun di masa datang.
Hasil dari indeks gini oleh Badan Pusat Statistik pada Maret 2019 menunjukkan bahwa indeks
gini D.I. Yogyakarta sebesar 0,423 adalah tingkat kesenjangan terbesar di Indonesia. Untuk
itu, jika ketimpangan ini dibiarkan berlarut-larut maka akan semakin memperparah keadaan
perekonomian D.I. Yogyakarta ke depan.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik DIY., Badan Perencanaan Pembangunan DIY. 2020. Analisis
Ketimpangan Pendapatan Daerah Istimewa Yogyakarta 2020. 33-51. BPS dan
BAPPEDA, Daerah Istimewa Yogyakarta.