Anda di halaman 1dari 124

i

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah

Kabupaten Nganjuk

Tim Penyusun PPKD Kabupaten Nganjuk

Copyright © Juli 2023

Xii + 120, x 25 cm

Hak Cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved


Penerbit ; PARAPEN Research Center

Surel ; perapenresearch@gmail.com

No Tlpn ; 082131457994

Pemerintah Kabupaten Nganjuk


Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Ekonomi Kreatiif
POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH
KABUPATEN NGANJUK

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb., Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam


Kebajikan, Selamat Sejahtera bagi kita semua, Rahayu.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Buku Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
Kabupaten Nganjuk ini telah tersusun oleh kerja sama Tim Penyusun yang
terdiri dari OPD terkait serta para akademisi maupun budayawan yang ada di
Kabupaten Nganjuk.

Terima kasih pula disampaikan kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian buku ini sehingga nantinya diharapkan Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Nganjuk dapat memberikan
gambaran kepada semua pihak terutama para pemangku kepentingan untuk
turut serta dalam pemajuan kebudayaan.

Terdapat 10 objek Pemajuan Kebudayaan yang tertuang dalam Buku


Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk ini, namun 3 objek
yang menjadi perhatian utama yang selama ini menjadi ciri khas Kabupaten
Nganjuk di kalangan seniman maupun budayawan Jawa Timur ditetapkan tiga
(3) Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang menjadi prioritas pemajuan
kebudayaan, yaitu Kesenian Wayang, Kesenian Tayub, Kesenian Jaranan
Pogokan, dan kesenian jaranan lainnya.

Pada tahun 2023 diadakan pembaruan PPKD dan menghasilkan


rekomendasi baru termasuk OPK prioritas, di antaranya yaitu: Adat Istiadat
Desa, Gembyangan Waranggana, Kawasan Cagar Budaya Hutan Tritik Rejoso,
dan Seni Media Baru. Jadi ada tujuh (7) Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)
prioritas dalam PPKD Kabupaten Nganjuk Tahun 2023. Menjadi pokok
bahasan yang menarik dan telah menjadi semacam magnet pada ekosistem
berkebudayaan.
Selain tujuh (7) objek utama dalam pemajuan kebudayaan tersebut,
tetap diuraikan pula objek lainnya secara terperinci. Diharapkan semuanya itu
mampu memberikan gambaran secara keseluruhan kondisi kebudayaan yang
ada di Kabupaten Nganjuk sehingga layak untuk dijadikan bahan masukan
dalam rembuk pokok pikiran kebudayaan di tingkat Provinsi Jawa Timur
maupun nasional.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini.


Oleh karena itu, kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat
diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan maupun semua pihak yang berkepentingan dalam pemajuan
kebudayaan daerah. Semoga apa yang sudah dikerjakan dan disajikan dalam
buku ini tidak menjadi sia-sia, mengingat selama ini dikerjakan dengan niat
hati yang tulus untuk membangun bangsa dan negara.

Wassalamualaikum Wr. Wb.,

Shalom, Om Santi Santi Om, Namo


Budaya, Salam Kebajikan, Rahayu.

Nganjuk, 25 Mei 2023

Koordinator Tim Penyusun PPKD

Kabupaten Nganjuk
Sambutan Bupati Nganjuk Dalam Rangka Penyusunan Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan


karuniaNya sehingga Buku Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten
Nganjuk telah mampu diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam rangka
penyelenggaraan Menuju Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 2023
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal
Kebudayaan akan melaksanakan Lokakarya Penyusunan Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah Kabupaten/Kota sebagai implementasi Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Penyusunan Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten/Kota dimaksud menjadi bahan dasar
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Provinsi dan menjadi dasar penyusunan
Strategi Kebudayaan.
Selanjutnya, rencana strategis tersebut sebagai dasar penyusunan
rencana induk pemajuan kebudayaan, pembangunan jangka panjang, jangka
menengah, serta perencanaan kerja pembangunan. Dalam Pasal 11 Ayat (1) UU
No. 5/2017 dinyatakan bahwa “Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah kabupaten/kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan
masyarakat melalui para ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas dalam
Objek Pemajuan Kebudayaan di kabupaten/kota”. Dalam Pasal 11 Ayat (4)
dinyatakan pula bahwa “Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah kabupaten/kota
ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota”.
Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten/Kota
dimaksud menjadi bahan dasar Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Provinsi
dan menjadi dasar penyusunan strategi kebudayaan. Pasal 32 Ayat (1) UUD
NRI 1945 yang berbunyi “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
Tujuan pemajuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan budaya
dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Dalam alinea ke-
4 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, disebutkan bahwa Republik ini
dibangun untuk melindungi segenap bangsa dan tanah air, untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menjaga
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Dalam undang-undang ini, pemajuan kebudayaan dilakukan dengan
beberapa upaya, yaitu pelindungan, pengembangan, pemanfaatan objek
pemajuan kebudayaan, serta pembinaan terhadap sumber daya manusia
kebudayaan. Mandat pertama adalah mengenali, lalu mengembangkannya.
Sejalan akan hal tersebut, penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah (PPKD) tentunya menjadi sangat penting terutama bagi tiap daerah
untuk mengungkapkan segala hal yang ada tentang kebudayaannya.
Kabupaten Nganjuk sebagai bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur juga
telah menyiapkan penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD)
dari tanggal melalui dibentuknya Tim Penyusunan PPKD Kabupaten Nganjuk
yang terdiri dari sembilan orang.
Syukur Alhamdulillah, pada tanggal 25 Mei 2023, PPKD Kabupaten
Nganjuk telah rampung disusun dalam bentuk buku maupun softcopy setelah
melalui beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Semoga pokok-pokok
pikiran tentang kebudayaan di Kabupaten Nganjuk yang tertuang dalam buku
ini akan dapat memberikan gambaran secara rinci tentang kondisi serta
permasalahannya sehingga dapat benar-benar dapat menjadi bahan kajian di
tingkat provinsi maupun nasional. Ucapan terima kasih saya sampaikan
kepada seluruh tim yang telah mampu menyelesaikan naskah PPKD
Kabupaten Nganjuk dalam waktu yang diharapkan.
Semoga kerja keras yang telah dilakukan akan membawa manfaat
kepada semua pihak yang akan terlibat dalam pemajuan kebudayaan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
NASKAH
POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH KABUPATEN
NGANJUK TAHUN 2023

Oleh :
TIM PENYUSUN POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH
KABUPATEN NGANJUK
Telah disetujui oleh :
Ditetapkan di Nganjuk
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii


Sambutan Bupati Nganjuk Dalam Rangka Penyusunan Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah ..................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................. ......xii
II. 1.1 Wilayah dan Karakteristik Alam ....................................................... 5
II. 1.2 Demografi.......................................................................................... 8
II. 1.3 Latar Belakang Budaya ...................................................................... 9
II. 1.3.1 Corak Utama ................................................................................ 9
II. 1.3.2 Keragaman Budaya .................................................................... 11
II. 1.4 Sejarah .............................................................................................. 15
II. 1.4.1 Sejarah Singkat Kebudayaan Kabupaten Nganjuk ................... 15
II. 1.5. Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan .............................. 19
II. 2. Ringkasan Proses Penyusunan PPKD ................................................ 20
II. 2.1 Tim Penyusun ............................................................................... 20
II. 2.2. Proses Pendataan ......................................................................... 21
II. 2.3. Proses Penyusunan Masalah dan Rekomendasi .......................... 26
II. 2.4 Catatan Evaluasi atas Proses Penyusunan .................................... 32
III. LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN ....................... 33
III. 1. Lembaga Pendidikan Menengah Bidang Kebudayaan ..................... 33
III. 2. Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang Kebudayaan ........................... 33
IV. DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN ................................. 34
1 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Tradisi Lisan (Jumlah 56) ............... 35
2 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Adat Istiadat (Jumlah 11) ................ 39
3 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Bahasa (Jumlah 1) ........................... 40
4 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Olahraga Tradisional (Jumlah 10) .. 40
5. Data Objek Pemajuan Kebudayaan Permainan Rakyat (Jumlah 12) ...... 41
6. Data Objek Pemajuan Kebudayaan Seni (Jumlah 45) ........................... 42
7 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Teknologi Tradisional (Jumlah 62) 44
8 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Ritus (Jumlah 20) ............................ 48
9 Daftar Objek Pemajuan Kebudayaan Pengetahuan Tradisional (Jumlah 74)
..................................................................................................................... 49
10 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Manuskrip (Jumlah 3) ................... 53
V. DATA SUMBER DAYA MANUSIA DAN LEMBAGA ........................ 54
VI. SARANA DAN PRASARANA KEBUDAYAAN ................................. 58
VII. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI ........................................ 61
VII.1.1 Manuskrip ....................................................................................... 62
VII.1.2 Tradisi Lisan ................................................................................... 65
VII.1.3 Adat Istiadat ................................................................................... 67
VII.1.4 Ritus................................................................................................ 70
VII.1.5 Pengetahuan Tradisional ................................................................ 73
VII.1.6 Teknologi Tradisional .................................................................... 76
VII.1.7 Olahraga Tradisional ...................................................................... 78
VII.1.8 Bahasa ............................................................................................ 80
VII.1.9 Permainan Tradisional .................................................................... 83
VII.1.10 Cagar Budaya ............................................................................... 85
VII.1.11 Seni ............................................................................................... 88
VIII.Gambaran Umum Permasalahan, Rekomendasi, dan Upaya Umum
Pada Naskah PPKD 2023
a. Gambaran Umum Permasalahan ......................................................... 91
b. Upaya dan Rekomendasi Umum ......................................................... 93
Lampiran-Lampiran ...................................................................................... 102
RANGKUMAN UMUM

Kabupaten Nganjuk mempunyai 20 kecamatan yang terdiri dari 264

desa dan 20 kelurahan. Keduapuluh kecamatan meliputi: 1. Nganjuk, 2.

Wilangan, 3. Bagor,4. Sukomoro, 5. Berbek, 6. Ngetos, 7. Sawahan, 8. Loceret,

9. Tanjunganom, 10. Pace, 11. Prambon, 12. Kertosono, 13. Baron, 14.

Ngronggot, 15. Patianrowo,16. Lengkong, 17. Jatikalen, 18. Gondang, 19.

Ngluyu, dan 20. Rejoso. Jumlah penduduk Kabupaten Nganjuk pada tahun

2020 berdasarkan proyeksi Susenas adalah sebanyak 1.103.902 jiwa, terdiri

dari 555.280 jiwa (50,72%) penduduk laki-laki dan 548.622 jiwa (59,28%)

penduduk perempuan. Persentase jumlah penduduk terpadat di Kecamatan

Nganjuk 3.111,24 jiwa/km dan terendah ada di Kecamatan Ngluyu 164,36

jiwa/km.

Sebagai daerah agraris tentunya melahirkan kebudayaan-kebudayaan

sebagai bentuk ekspresi kehidupan masyarakat pertanian. Ekspresi-ekspresi

kebudayaan ini kemudian melahirkan ekosistem dan pranata kebudayaan yang

saling berkaitan. Sebagai contoh di Nganjuk berkembang Kesenian Tayub

yang merupakan tari tradisional yang erat dengan simbol-simbol kesuburan.

Selain dalam bentuk kesenian, ekspresi kebudayaan masyarakat agraris juga

melahirkan adat istiadat, tradisi, dan ritual. Seperti adanya tradisi Nyadran di

hampir semua desa di Nganjuk dengan bentuk ritual-ritual yang berbeda-beda


1
namun ada satu titik kesamaannya yakni berupa ucapan rasa syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan harapan agar selalu dilindungi dari segala bentuk

bencana.

Guna memajukan kebudayaan daerah, Pemerintah Kabupaten

(Pemkab) Nganjuk menyelenggarakan Penyusunan Pokok

Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) yang disusun oleh tim. Tim Penyusun

PPKD Kabupaten Nganjuk dirumuskan oleh profesional di bidang masing-

masing. Terdiri profesional kedinasan dan dua (2) profesional lain dalam

bidang akademis, kebudayaan, dan peneliti kebudayaan.

Penelitian dan pengumpulan data diawali dengan melakukan studi

kepustakaan melalui karya ilmiah dan jurnal antropologi tentang kebudayaan

dan kesenian tradisional Nganjuk. Setelah data kepustakaan terkumpul,

kemudian dilakukan pemetaan dan analisis data untuk mengetahui peta

kebudayaan dan seni tradisional Kabupaten Nganjuk. Ditetapkan tiga (3)

Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang menjadi prioritas pemajuan

kebudayaan, yaitu Kesenian Wayang, Kesenian Tayub, Kesenian Jaranan

Pogokan, dan kesenian jaranan lainnya.

Pada tahun 2023, diadakan pembaruan PPKD dan menghasilkan

rekomendasi baru termasuk OPK prioritas, di antaranya yaitu: Adat Istiadat

2
Desa, Gembyangan Waranggana, Kawasan Cagar Budaya Hutan Tritik Rejoso,

dan Kreasi Baru Wayang Anjuk Ladang. Total, ada tujuh (7) Objek

Pemajuan Kebudayaan (OPK) prioritas dalam PPKD Kabupaten Nganjuk

Tahun 2023.

Proses penyusunan masalah pertama dilaksanakan pada saat pendataan data

Objek Pemajuan Kebudayaan. Pada proses pendataan tersebut ditemukan

beberapa permasalahan dan selanjutnya diperkuat dalam Forum Diskusi

Terfokus. Adanya kesibukan dari masing-masing anggota Tim Penyusun

membuat pembagian kerja proses penyusunan kurang maksimal sehingga pada

pendataan hingga penyusunan rekomendasi ada sedikit hambatan yang

memperlambat jalannya proses penyusunan PPKD; Proses administrasi yang

lama membuat proses penginputan data menjadi terlambat sehingga proses

analisis data APIK menjadi terlambat dilakukan; Minimnya komunikasi antara

anggota tim penyusun nondinas dan dinas terkait membuat penyamaan

persepsi sulit dilakukan; Kurangnya publikasi terkait Penyusunan Pokok

Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) sehingga masyarakat tidak mengetahui

adanya penyusunan PPKD yang membuat kurangnya masukan-masukan data

maupun permasalahan kebudayaan dari masyarakat luas. Dengan segala

keterbatasan dan hambatan, proses penyusunan PPKD dapat dilaksanakan.

3
Empat (4) bahan evaluasi di atas diharapkan dapat diperbaiki agar

proses penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan yang akan dilakukan kelak di

kemudian hari dapat berjalan dengan lancar dan berhasil guna maksimal demi

mewujudkan pemanfaatan kebudayaan sebagai aset daerah sumber Pendapatan

Asli Daerah.

Di Kabupaten Nganjuk terdapat satu (1) lembaga pendidikan menengah

kejuruan yang memiliki jurusan atau program studi bidang kebudayaan, yaitu

SMK Negeri 2 Nganjuk. SMK Negeri 2 Nganjuk memiliki Jurusan Seni Tari.

Selain itu di sekolah yang lain, bidang kebudayaan diajarkan dalam

ekstrakurikuler dan belum ada perguruan tinggi yang memiliki fakultas dan

Jurusan Ilmu Humaniora.

Maka dari itu, hasil dari penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai

berikut: empat puluh sembilan (49) tradisi lisan yang ada digunakan pada

Kesenian Wayang dan Jaranan, sepuluh (10) adat istiadat, satu (1) bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa, tujuh (7) olahraga tradisional, enam (6)

permainan rakyat, empat puluh empat (44) seni, enam puluh dua (62) teknologi

tradisional, enam belas (16) objek ritus, tujuh puluh empat (74) objek

pengetahuan tradisional, tiga ratus lima (438) objek cagar budaya, dan belum

ditemukannya objek manuskrip.

4
II. PROFIL KABUPATEN NGANJUK

II. 1.1 Wilayah dan Karakteristik Alam

Kabupaten Nganjuk terletak di bagian barat daya Provinsi Jawa Timur.

Daerah ini berbatasan dengan lima kabupaten, meliputi Kabupaten Jombang

(sebelah timur), Kabupaten Kediri (sebelah selatan dan timur), Kabupaten

Madiun (sebelah barat), dan Kabupaten Bojonegoro (sebelah utara). Posisi

tersebut sangat menguntungkan sebagai jalur transportasi dan perdagangan,

karena Kabupaten Nganjuk dilewati dari perjalanan Kediri-Bojonegoro,

Kediri-Madiun, dan Kediri-Surabaya. Kabupaten Nganjuk juga terletak di

posisi silang antara Surabaya-Solo atau Yogyakarta melalui jalur selatan.

Kabupaten Nganjuk mempunyai 20 kecamatan, 264 desa dan 20

kelurahan. Keduapuluh kecamatan tersebut meliputi: 1. Nganjuk, 2.

Wilangan, 3. Bagor, 4. Sukomoro, 5. Berbek, 6. Ngetos, 7. Sawahan, 8.

Loceret, 9. Tanjunganom, 10. Pace, 11. Prambon, 12. Kertosono, 13. Baron,

14. Ngronggot, 15. Patianrowo, 16. Lengkong, 17. Jatikalen, 18. Gondang,

19. Ngluyu, dan 20. Rejoso.

Secara astronomi, Kabupaten Nganjuk terletak pada posisi 111o 50’

sampai dengan 112o 13’ Bujur Timur dan 7o 20’ sampai 7o 50’ derajat Lintang

Selatan. Kabupaten Nganjuk bagian utara dibatasi oleh Pegunungan Kendeng

yang mempunyai ketinggian 60-300 meter dpl. Daerah tengah merupakan


5
dataran rendah dengan ketinggian 60-140 meter dpl yang merupakan daerah

pertanian, sedangkan daerah barat daya merupakan lereng Pegunungan Wilis

dengan ketinggian 1000-3000 meter dpl. Luas keseluruhan wilayah

Kabupaten Nganjuk mencapai 122.433 ha. Kabupaten Nganjuk terbagi

menjadi tiga bagian menurut jenis tanah, yaitu tanah sawah (35%), tanah

kering (27%), dan tanah hutan (38%).

Kabupaten Nganjuk yang luasnya 122.433 ha, terbagi menjadi 20

kecamatan dengan 264 desa dan 20 kelurahan. Sebagian besar kecamatan

berada pada dataran rendah dengan ketinggian antara 46 sampai dengan 95

meter di atas permukaan laut. Empat kecamatan yang berada pada daerah

pegunungan terletak pada ketinggian 150 sampai dengan 750 meter di atas

permukaan laut. Daerah tertinggi yaitu Desa Ngliman di Kecamatan Sawahan.

Sejumlah sungai melintasi Kabupaten Nganjuk yang ukurannya besar.

Pada musim kemarau sungai-sungai ini tetap mengalir meskipun debit air

yang ada tergolong kecil. Sungai-sungai ini memberikan kontribusi yang

besar bagi irigasi pertanian di Kabupaten Nganjuk.

Adapun sungai-sungai tersebut yakni aliran Sungai Brantas di sebelah

timur yang menjadi pembatas antara Kabupaten Jombang dan Kabupaten

Nganjuk, serta Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kediri. Aliran Sungai

Widas yang berasal dari Kabupaten Madiun dan Sungai Kuncir yang melewati

6
kota Nganjuk di bagian selatan dan utara, keduanya bertemu di Sungai

Kedungsoko yang mengalir ke utara menuju Sungai Widas, kemudian

mengalir ke timur melewati Kecamatan Lengkong dan bermuara di Sungai

Brantas. Sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dapat mengairi

daerah seluas 430,150 km.

Seperti wilayah Indonesia pada umumnya, dari segi klimatologis

Kabupaten Nganjuk terdapat dua musim, yakni musim kemarau dan musim

penghujan. Secara umum musim kemarau terjadi antara Juni sampai dengan

September, sedangkan bulan Desember sampai Maret terjadi musim

penghujan.

Pada Oktober terjadi embusan angin kencang dari arah tenggara yang

menjadi identitas dari Kabupaten Nganjuk, yaitu Kota Angin. Pada musim

hujan rata-rata hujan turun 20 hari per bulan, dengan jumlah rata-rata curah

hujan sekitar 200-400 mm, dan pada waktu pancaroba rata-rata curah hujan

tidak lebih dari 100mm.

Sebagai daerah yang terletak tidak jauh dari garis khatulistiwa,

Kabupaten Nganjuk termasuk dalam jajaran daerah tropik. Suhu udaranya

ketika musim penghujan berkisar pada angka 28o C. Pada musim kemarau suhu

rata-rata berkisar pada angka 30o C. Kondisi geografis tersebut sangat

menunjang bagi pembudidayaan tanaman-tanaman dalam bidang agraris. Hal

7
tersebut disebabkan sektor agraris membutuhkan unsur-unsur iklim, seperti

curah hujan, cuaca, kondisi tanah, dan irigasi yang baik.

II. 1.2 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Nganjuk pada tahun 2020 berdasarkan

proyeksi Susenas adalah sebanyak 1.103.902 jiwa, terdiri dari 555.280 jiwa

(50,72%) penduduk laki-laki dan 548.622 jiwa (59,28%) penduduk

perempuan. Persentase jumlah penduduk terpadat di Kecamatan Nganjuk

3.111,24 jiwa/km dan terendah ada di Kecamatan Ngluyu 164,36 jiwa/km.

Jika dilihat dalam empat tahun terakhir telah terjadi pertambahan

jumlah penduduk dari 1.037.723 pada tahun 2014 menjadi 1.041.716 pada

tahun 2015 dan 1.045.723 pada tahun 2016 yang berarti pertumbuhan ratarata

sebesar 0,38% di tahun 2015 dan 0,35% di tahun 2016. Kemudian pada tahun

2020 1.103.902 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,82%.

Sedangkan jika dilihat dari komposisi penduduk dapat diketahui penduduk

Kabupaten Nganjuk didominasi oleh penduduk usia produktif. Komposisinya

sebagai berikut, anak-anak di bawah 14 tahun 84.097 jiwa sedangkan pada

kelompok usia 15-19 tahun berjumlah 80,404 jiwa, berikutnya pada usia 20-

24 tahun ada 71.034 jiwa, dan pada usia 25-40 tahun rata-rata berada di jumlah

79.000-an jiwa penduduk.

8
Sementara pada mata pencaharian masyarakat Kabupaten Nganjuk

hasil Sensus Ekonomi Nasional dapat diketahui sebagai berikut; 51,73%

Pertanian, Pertambangan dan Penggalian 1,54%, Industri 4,25%,

Perdagangan, Rumah Tangga dan Jasa Akomodasi sebesar 20,98%,

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 2,49%, Lembaga Keuangan, Real

Estate, Usaha Jasa 0,57%, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perseorangan

9,95%. Dari sisi keagamaan atau religiusitas penduduk Kabupaten Nganjuk

mayoritas 99,14% memeluk agama Islam. Penduduk beragama Katolik

0,55%, Protestan 0,204%, Hindu 0,039%, dan Lain-Lain Kepercayaan sebesar

0,063%. Untuk ragam suku dan etnis di Kabupaten Nganjuk lebih homogen

dengan mayoritas etnis dan suku Jawa. Walaupun juga berkembang dan

membaur etnis Tionghoa, khususnya di wilayah pusat perkotaan dan juga

suku Kalang yang ada di wilayah utara berbatasan dengan Bojonegoro.

II. 1.3 Latar Belakang Budaya

II. 1.3.1 Corak Utama

Dalam kajian antropologi mengenal istilah tentang relativisme budaya

yang menjelaskan bahwa setiap budaya memiliki keunikan masing-masing,

yang mana keunikan tersebut merupakan bentuk penyesuaian terhadap

keadaan geografis, sosiologis, dan kebutuhan masyarakat di tiap daerah.

Kabupaten Nganjuk sebagai daerah agraris tentunya melahirkan

9
kebudayaankebudayaan sebagai bentuk ekspresi kehidupan masyarakat

pertanian.

Ekspresi-ekspresi kebudayaan ini kemudian melahirkan ekosistem

dan pranata kebudayaan yang saling berkaitan. Sebagai contoh di Nganjuk

berkembang kesenian Tayub yang merupakan tari tradisional yang erat

dengan simbol-simbol kesuburan. Selain dalam bentuk kesenian, ekspresi

kebudayaan masyarakat agraris juga melahirkan adat istiadat, tradisi, dan

ritual. Kemudian, adanya tradisi Nyadran di hampir semua desa di Nganjuk

dengan bentuk ritual-ritual yang berbeda-beda namun ada satu titik

kesamaannya yakni berupa ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan harapan agar selalu dilindungi dari segala bentuk bencana.

Secara kebudayaan, Kabupaten Nganjuk memiliki corak kebudayaan

Mataraman, hal ini bisa dilihat dari ragam budaya yang ada di Nganjuk sangat

terpengaruh oleh kebudayaan-kebudayaan Mataram, baik Kerajaan Mataram

Islam maupun Mataram Hindu–Budha. Sama halnya dengan wilayah-wilayah

subkebudayaan Mataraman di Jawa Timur yang mempunyai tradisi, adat,

ritual, dan kesenian yang erat dengan pemikiran metafisik dan mistisisme.

Peninggalan-peninggalan cagar budaya yang ada di Nganjuk menjadi

salah satu bukti bagaimana pengaruh Kerajaan Mataram cukup kuat. Selain

itu, dalam perkembangan kesenian pertunjukan juga memiliki kesamaan

10
dengan daerah Solo dan Yogyakarta semisal Wayang Kulit Purwo, sedangkan

pada tradisi, adat, dan ritual bisa dilihat dari Perayaan Satu Syu’ro atau

Gerebeg Maulud.

Jika dilihat dari frekuensi pertunjukan ada beberapa jenis kesenian di

Nganjuk yang dominan sebagai bentuk ekspresi kebudayaan baik yang

berkaitan dengan adat istiadat, ritual, atau hanya sekadar pementasan.

Kesenian-kesenian tersebut di antaranya yaitu; Tayub, Jaranan, dan Wayang.

Meskipun ketiga kesenian tersebut hampir sama dengan daerah-

daerah lain di Jawa Timur, namun Nganjuk mempunyai kekhasan tersendiri.

Bahkan, melahirkan kesenian baru dan endemik atau hanya ada di Nganjuk.

Di antaranya yakni Wayang Timplong, Jaranan Pogogan, Jaranan Barik, dan

Gembyang (Wisuda) Waranggono (Penari Tayub). Ciri khas inilah yang

kemudian menjadi identitas kebudayaan Kabupaten Nganjuk.

II. 1.3.2 Keragaman Budaya

Gambaran lingkungan alam Kabupaten Nganjuk secara geografis

ditandai oleh tiga wilayah karakteristik yang berbeda. Wilayah yang berada

di selatan berada di kaki Gunung Wilis merupakan daerah subur dengan

sistem pertanian persawahan, meliputi Kecamatan Loceret, Sawahan, Ngetos,

Pace, Prambon, dan Ngerongot. Sedangkan untuk wilayah utara berada di

gugusan

11
Pegunungan Kendeng (krast) yang membentang dari Rembang, Blora,

Tuban, Bojonegoro, Jombang sampai Nganjuk. Untuk wilayah ini bercirikan

sistem pertanian persawahan dan tegalan, Kecamatan Ngluyu, Rejoso,

Gondang, Lengkong, Jatikalen, dan Patianrowo.

Sementara untuk wilayah tengah merupakan daerah yang berada di

jalur jalan nasional Surabaya–Jakarta. Daerah ini merupakan pusat kawasan

perekonomian, pemerintahan, dan fasilitas publik, seperti kantor pemda,

kantor DPRD, terminal, stasiun, dan rumah sakit daerah, kawasan ini meliputi

Kecamatan Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukorejo, Tanjunganom, Baron, dan

Kertosono.

Seperti pembahasan pada subbab sebelumnya, kebudayaan

merupakan respons dan bentuk ekspresi masyarakat terhadap kondisi alam

dan sistem ekonomi masyarakat.

Meskipun secara umum Kabupaten Nganjuk merupakan daerah yang

mayoritas agraris, namun jika dilihat lebih detail lagi karakteristik pertanian

di Nganjuk dibedakan dua jenis, yaitu tegalan dan persawahan. Adanya

perbedaan dua jenis pertanian ini berdampak pada ekspresi kebudayaan

masyarakat. Sebagai contoh, Kesenian Tayub meskipun telah menjadi

kesenian khas Kabupaten Nganjuk, namun dilihat dari penyebarannya Tayub

lebih populer di wilayah yang berada di gugusan Pegunungan Kendeng sepeti

di Ngluyu, Gondang, Rejoso, dan Tanjonganom. Kondisi berbeda di wilayah

12
sekitar kaki Gunung Wilis, di daerah ini berkembang cerita rakyat-cerita

rakyat tentang Cerita Panji dan legenda-legenda Kerajaan Kediri. Sedangkan

di wilayah tengah atau pusat pemerintahan Kabupaten Nganjuk lebih

berkembang kebudayaan-kebudayaan yang terpengaruh oleh interaksi

antarmasyarakat pendatang yang dinamis. Maka di wilayah ini melahirkan

kebudayaan-kebudayaan irisan.

Selain dalam bentuk kesenian, secara sosio-religius masyarakat

Nganjuk juga beragam. Jika dilihat secara demografis masyarakat Nganjuk

memang mayoritas memeluk agama Islam, meskipun demikian dalam

kehidupan masyarakat Nganjuk juga masih menjalankan dan melestarikan

adat istiadat, upacara-upacara ritual atau upacara-upacara kalenderial.

Adanya tradisi Nyadran menandai jika ada titik temu antara Islam dan

tradisi lokal yang berkembang di Masyarakat. Sedangkan pada

upacaraupacara kalenderial seperti perayaan Maulud (Kelahiran Nabi

Muhammad) atau Syu’roan (Tahun Baru Islam) masyarakat Nganjuk

merayakan dengan ekspresi yang bermacam-macam bahkan tidak hanya

dirayakan oleh umat Islam namun juga oleh Kelompok Penghayat yang cukup

banyak di Kabupaten Nganjuk.

Kelompok Penghayat di Nganjuk menjadi warna tersendiri dalam

perkembangan religiusitas masyarakat Nganjuk. Selain itu, dalam masyarakat

13
Hindu juga merayakan dan melaksanakan ritual Melasti sebelum Hari Raya

Nyepi. Sementara itu, dari sisi cagar budaya atau kesejarahan, Kabupaten

Nganjuk memiliki peninggalan benda atau sumber sejarah yang beragam.

Mulai dari era prasejarah yang bisa ditemui di Kawasan Hutan Tritik

Kecamatan Rejoso, kemudian peninggalan era Hindu-Budha seperti Candi

Lor dan Candi Ngetos. Di era Islam terdapat peninggalan jejak-jejak

penyebaran Islam seperti Masjid Al Mubarok di Kecamatan Berbek.

Peninggalan era Kolonial jejaknya bisa dilihat sampai hari ini seperti sisa-sisa

pabrik gula, kawasan kota tua baik di Kecamatan Berbek atau Kecamatan

Nganjuk. Belum lagi potensi kesejarahan yang berupa arsip, baik tulis

maupun visual yang masih banyak tersebar di pelbagai lembaga seperti

ARSIPNAS, PERPUSNAS, Museum Pres Solo, serta Perpustakaan Kraton

Yogyakarta dan Solo.

14
II. 1.4 Sejarah

II. 1.4.1 Sejarah Singkat Kebudayaan Kabupaten Nganjuk

Perkembangan budaya masyarakat Nganjuk dipengaruhi oleh

peristiwa masa lampau, posisi geografis yang berada di antara banyak wilayah

kekuasaan politik yang saling memberi corak kebudayaan. Pada masa

HinduBudha, diawali oleh pengaruh Kerajaan Mataram Klasik (Hindu-

Budha), Kahuripan, Jenggala, Kadhiri, Majapahit. Kemudian pada masa

Islam khususnya era Kerajaan Mataram Islam, Nganjuk merupakan dua titik

kekuatan sosiologis dan kultural antara sisa-sisa kekuatan Majapahit,

pertemuan dua kekuatan ini kemudian melahirkan identitas budaya yang

berbeda dari wilayah lainnya.

Sebagian besar bahkan dapat dikatakan mayoritas masyarakat

Nganjuk merupakan masyarakat suku Jawa, meskipun juga ada suku Kalang

yang menempati wilayah selatan Kabupaten Nganjuk yang berbatasan dengan

Kabupaten Bojonegoro. Selain itu juga ada etnis Tionghoa yang mayoritas

menempati wilayah-wilayah pusat ekonomi seperti di Kecamatan Nganjuk

dan Kertosono. Sebagian besar masyarakat Jawa saat ini (termasuk di wilayah

Kabupaten Nganjuk) memeluk agama Islam. Meskipun demikian, unsur

sistem animisme dan dinamisme masih juga dapat di temui dalam

praktikpraktik tradisi dan adat istiadat masyarakat Nganjuk.

15
Dalam perkembangan kesenian yang ada di Kabupaten Nganjuk,

merupakan representatif dari apa yang dikenal dengan daerah Monconegoro

yaitu daerah yang berada jauh dari pusat kerajaan atau Negara Agung. Adanya

Kesenian Jaranan menjadi salah satu tanda jika kesenian yang berkembang di

Nganjuk merupakan kesenian rakyat. Hal inilah yang menjadi penanda

karakteristik masyarakat Nganjuk yang tidak hierarki dan lebih egaliter

meskipun dalam hal penggunaan bahasa lebih dominan dengan bahasa Jawa

halus (inggil).
Menurut pandangan masyarakat Nganjuk, terdapat tiga lokus penting

yang disakralkan dan harus tetap dihormati sebagai bentuk hubungan baik

antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Lokus atau medan

budaya tersebut adalah Nyadran atau bersih desa, Punden, dan Perayaan

Syu’roan (Tahun Baru Islam dan Jawa). Ketiga medan budaya inilah menjadi

titik temu kebudayaan yang kemudian menghasilkan ekosistem dan

pranatapranata kebudayaan.

II. 1.4.2 Sejarah Singkat Administratif Kabupaten Nganjuk

Secara administratif wilayah Kabupaten Nganjuk merupakan

gabungan dari beberapa kadipaten dan kabupaten yang dulunya merupakan

daerah otonom yang berdiri sendiri dan menjadi bagian dari kekuasaan

Keraton Mataram. Ada Lima kadipaten dan kabupaten yang kemudian

16
disatukan dalam satu wilayah administratif Kabupaten Berbek sebelum

kemudian berganti menjadi Kabupaten Nganjuk pada tahun 1885 sesudah ada

proses pindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk pada tahun 1880.

Kelima kabupaten tersebut yaitu; Pace, Kertosono, Berbek, Godean, dan

Nganjuk.

Keberadaan Nganjuk dalam perjalanan sejarah Nusantara bisa di

elusuri sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu-Budha, tepatnya pada era

Kerajaan Medang dengan Rajanya Pu Sindok. Hal ini dapat diketahui dengan

adanya Prasasti Anjuk Ladang atau biasa disebut Candi Lor. Prasasti tersebut

bertahun 937 M, dalam prasasti tersebut menjelaskan tentang ucapan terima

kasih Raja Pu Sindok kepada rakyat Desa Anjuk Ladang atas jasa-jasanya

dalam membantu perang Kerajaan Mataram yang pada saat itu sedang

berperang melawan Kerajaan Melayu pada tahun 929 M. Atas jasa-jasa itulah

Raja Pu Sindok memberi hadiah berupa tugu kemenangan dan Sima atau Desa

Anjuk Ladang dibebaskan dari beban pajak. Sejak itu Sima Anjuk Ladang

menjadi daerah perdikan. Dalam prasasti tersebut tertulis tahun 859 Saka

bulan Caitra tanggal 12, jika diubah pada tahun Masehi bertepatan pada

tanggal 10 April 937 M.

Selanjutnya pada era kerajaan-kerajaan Hindu sesudah Medang,

belum ada catatan yang menjelaskan aktivitas dan status Nganjuk. Baru pada

era Majapahit, Nganjuk dijadikan tempat penyimpanan abu Raja Hayam

17
Wuruk dengan ditandai adanya Candi Ngetos. Sedangkan pada masa kerajaan

Islam, status Nganjuk khususnya pada era Demak menjadi bagian dari

wilayah Kabupaten Bang Wetan yang berkedudukan di Madiun. Nganjuk

pada saat itu disebut dengan Pace yang sekarang merupakan salah satu

kecamatan di Kabupaten Nganjuk. Sampai pada era Mataram Islam,

Kabupaten Nganjuk masih disebut dengan Kabupaten Pace.

Dengan adanya pengaruh Pemerintahan Kolonial Belanda dalam

sistem pemerintahan Jawa, khususnya dengan adanya Perjanjian Giyanti pada

tahun 1735 yang berisikan tentang pembagian wilayah menjadi dua yaitu

Kasunanan Surakarta dengan Raja Pangeran Mangkubumi dan Kesultanan

Yogyakarta dengan Raja Hamengkubuwana I, hasil ini kemudian berdampak

pada pembagian wilayah di Nganjuk. Kabupaten Pace menjadi kabupaten di

bawah kekuasaan Surakarta, sedangkan Kabupaten Kertosono menjadi

wilayah kekuasaan Yogyakarta. Pada masa inilah Nganjuk banyak mengalami

perubahan status administratif, bahkan pada tahun 1811 terdapat empat pusat

pemerintahan yang berbeda yaitu; 1. Kabupaten Berbek, 2. Kabupaten

Godean, 3. Kabupaten Nganjuk, dan 4. Kabupaten Kertosono.

Pada tahun 1830 lewat naskah resolusi Pemerintahan Kolonial

diputuskan terdapat tiga kabupaten di wilayah Nganjuk yang terdiri dari; 1.

Nganjuk, 2. Berbek, dan 3. Kertosono. Seiring berjalannya waktu ketiga

18
wilayah kabupaten tersebut dilebur menjadi satu wilayah menjadi Kabupaten

Berbek yang berkedudukan di Kecamatan Berbek. Baru pada tahun 1880, saat

Kabupaten Berbek di bawah pemerintahan Bupati KRT SOSROKOESOEMO

III, pusat pemerintahan Kabupaten Berbek dipindah ke wilayah Kecamatan

Nganjuk.

Hal ini ditegaskan dengan Surat Gubernur Jendral Hindia Belanda

tanggal 30 Mei 1885 Nomor 4/C tentang kedudukan Nganjuk sebagai Ibu

Kota dari Kabupaten Berbek. Pada saat itu Kabupaten Berbek terdiri dari

delapan distrik yaitu; 1. Berbek, 2. Godean, 3. Siwalan, 4. Nganjuk, 5.

Gemenggeng, 6. Kertososno, 7. Waru Djayeng, dan 8. Lengkong. Baru pada

tahun 1928 dapat diketahui adanya perubahan penyebutan dan nama

Kabupaten Berbek menjadi Kabupaten Nganjuk (Regentschap Nganjuk).

Kondisi ini bertahan sampai era Kemerdekaan.

II. 1.5. Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan

Terdapat peraturan daerah yang sudah berlaku di bidang kebudayaan

yaitu: “Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Pelestarian Kebudayaan Tradisional Tak Benda Kabupaten Nganjuk”.

19
II. 2. Ringkasan Proses Penyusunan PPKD

II. 2.1 Tim Penyusun

Tim Penyusun PPKD Kabupaten Nganjuk dirumuskan profesional di

bidang masing-masing. Terdiri dari profesional kedinasan dan dua (2)

profesional lain dalam bidang akademis, kebudayaan, dan peneliti kebudayaan

Sekretaris Daerah Kabupaten Nganjuk Sebagai Ketua Tim Punyusun

Naskah PPKD 2023 yang beranggotakan ;

1. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

2. Sekretaris Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Kabupaten Nganjuk

3. Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kepemudaan, Olahraga,

Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

4. Kepala Bidang Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata pada

Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

20
5. Kepala Bidang Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada

Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

6. Perencana Ahli Muda Pada Dinas Kepemudaan, Olahraga,

Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

7. Pamong Budaya Pada Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan,

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Nganjuk ;

8. Wildan Erhu Nugraha, S.Hum., Akademisi Kebudayaan Universitas

Airlangga Surabaya

9. Rudy Handoko, S.S., Budayawan dan Penulis buku sejarah Nganjuk

II. 2.2. Proses Pendataan

Penelitian dan pengumpulan data diawali dengan melakukan studi

kepustakaan melalui karya ilmiah dan jurnal antropologi tentang kebudayaan

dan kesenian tradisional Nganjuk. Setelah data kepustakaan terkumpul,

kemudian dilakukan pemetaan dan analisis data untuk mengetahui peta

kebudayaan dan seni tradisional Kabupaten Nganjuk.

Selain Tayub, Nganjuk memiliki beragam tradisi dan budaya yang

unik dan menarik, di antaranya Wayang Timplong dan Jaranan Pogog.

Kesenian Wayang Timplong dan kesenian Jaranan Pogogan memiliki ciri

21
khas tersendiri. Wayang Timplong selain sebagai media ritual bersih Desa

Kepanjen, Kecamatan Pace, juga dipakai sebagai media hiburan dalam

acaraacara seperti pernikahan dan sunatan. Jaranan Pogogan menonjolkan sisi

pogog (ndagel) ketimbang sisi akrobatik seperti pada kesenian Jaranan

umumnya. Kesenian Tayub, Kesenian Wayang Timplong, dan Kesenian

Jaranan Pogogan, dipilih menjadi Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)

prioritas.

Dikarenakan pada tahun 2023 ada pembaruan PPKD, maka ada

rekomendasi tambahan terhadap OPK dalam PPKD Kabupaten Nganjuk. Di

antaranya yaitu: Adat Istiadat Desa, Gembyangan Waranggana, Kreasi Baru

Wayang Anjuk Ladang, dan Pelestarian Cagar Budaya Prasejarah di Kawasan

Hutan Tritik Kecamatan Rejoso. Total, ada 7 (tujuh) OPK prioritas dalam

naskah PPKD terbaru.

Dasar pertimbangan yang melatarbelakangi adalah kesenian Tayub

sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Nganjuk, pelestarian dan

pemanfaatannya dilakukan terus-menerus seperti adanya Gembyangan

Waranggana dan Padepokan Langen Bekso Tayub. Keberadaan kesenian

tradisional Tayub yang sedemikian tua menjadikannya cocok sebagai Objek

Pemajuan Kebudayaan.

22
Kesenian Wayang Timplong yang bercerita tentang Kisah Panji serta

cerita lokal lainnya ini diciptakan oleh Mbah Boncol pada tahun 1910

termasuk dalam kesenian yang mulai ditinggalkan. Kesenian ini dalam

posisinya sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat Nganjuk memiliki

fungsi jamak, salah satunya dijadikan sebagai media bersih atau ruwatan desa

dan masih tetap dilakukan sampai saat ini. Namun, kesenian Wayang

Timplong kini hanya memiliki 2 orang dalang saja.

Jaranan Pogog seperti halnya Wayang Timplong yang juga mulai

ditinggalkan. Kesenian ini banyak mempertunjukkan kisah keprawiraan yang

dikemas dengan tarian dan dagelan lokal yang disadur dari Cerita Panji.

Kelompok pegiat Jaranan Pogog terdeteksi hanya tinggal satu, yakni

Kelompok Teguh Rahayu yang berlokasi di Jimbir, Sugihwaras, Kecamatan

Prambon.

Untuk OPK terbaru yang masuk prioritas berdasarkan pertimbangan

hasil diskusi dan riset yang dilakukan oleh Tim Penyusun PPKD perlu

memasukkan 4 (empat) OPK prioritas baru dalam PPKD Kabupaten Nganjuk

Tahun 2023. Dalam hasil riset dan diskusi Tim Penyusun, melihat pentingnya

masukan Adat Istiadat Desa menjadi bagian dari OPK prioritas dikarenakan

fungsi dan tujuan adanya Adat Istiadat Desa ini berdampak baik bagi

pelestarian adat istiadat di masyarakat khususnya di pedesaan. Dalam hal ini

Tim Penyusun mengusulkan Desa Ngeliman, Kecamatan Sawahan, dengan

23
Tradisi Jamasan Pusaka untuk menjadi proyek percontohan pengembangan

Adat Istiadat Desa dan Wisata Budaya Desa. Kemudian, Tradisi

Gembayangan Waranggana (Wisuda Bagi Penari Tayub), sebagai bagian dari

ekosistem seni tari Tayub. Adanya Gembayangan Waranggana sangat

penting dalam proses pelestarian seni Tayub di Kabupaten Nganjuk khususnya

bagi proses regenerasi penari Tayub.

Selain itu, dalam prosesi atau ritual tersebut penuh makna dan pesan

baik bagi pelaku seni Tayub dan juga masyarakat pada umumnya, semisal

mendoakan leluhur, menghormati adat dan istiadat dan desa hingga sifatnya

pembinaan bagi palaku atau seniman Tayub itu sendiri.

Selanjutnya ada Seni Kreasi Baru Wayang Anjuk Ladang. Mengapa

kemudian Wayang Anjuk Ladang perlu masuk dalam OPK prioritas? Menurut

temuan dan hasil diskusi terfokus, keberadaan Wayang Anjuk Ladang ini

merupakan inovasi baru dalam dunia kesenian wayang, khususnya dapat

menjadi sesuatu yang khas bagi perkembangan seni wayang di Nganjuk

dengan harapannya dengan adanya usaha inovasi dalam bentuk tampilan dan

cerita wayang dapat menarik ketertarikan generasi muda pada seni tradisi

khususnya wayang.

Selanjutnya OPK yang termasuk dalam prioritas adalah Cagar Budaya

Prasejarah di Kawasan Hutan Tritik Kecamatan Rejoso. Hal yang kemudian

menjadi dasar Tim Penyusun untuk memasukkan dalam OPK prioritas

24
dikarenakan melihat pentingnya Kawasan Hutan Tritik dalam fase prasejarah

di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Dengan adanya temuan beberapa fosil

hewan purba dan juga memungkinkan adanya temuan fosil manusia purba di

kawasan tersebut, maka perlu kiranya bentuk perlindungan dan pemanfaatan

kawasan cagar budaya prasejarah di Hutan Tritik menjadi bagian dari sumber

sejarah di era prasejarah dan ke depannya dapat dimanfaatkan sebagai bagian

dari pengembangan wisata edukasi berbasis prasejarah.

Tujuh (7) OPK prioritas tersebut di atas yang kemudian diteliti dengan

lebih mendalam melalui empat (4) kali riset dan wawancara langsung dengan

narasumber terkait yang meliputi, sesepuh dan pelaku kesenian Wayang,

Jaranan, dan Tayub, serta pengrajin perlengkapan kesenian serta pengrawit.

Selain itu dilakukan pula tiga (3) kali Diskusi Kelompok Terpimpin dengan

mengundang pegiat kebudayaan terkait. Tujuannya untuk menggali

permasalahan dan kendala yang muncul di Kelompok Kesenian Wayang,

Pengrajin Perlengkapan Wayang, dan Kelompok Kesenian Jaranan serta

Tayub di Kabupaten Nganjuk.

Adapun data kuantitatif diperoleh dengan memanfaatkan database

yang ada di Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan

Kebudayaan, Bidang Jasa Sarana dan Jasa Usaha Pariwisata, serta survei

lapangan langsung. Dari data kuantitatif yang diperoleh kemudian dibuat

analisis dan peta mengenai pelaku seni tradisi kebudayaan. Data wawancara

25
digunakan untuk memetakan situasi terbaru, permasalahan yang muncul,

upaya mengatasi masalah dan kendala dalam mengatasi masalah guna

merumuskan permasalahan dan mencari solusi yang dianggap tepat. Langkah

selanjutnya adalah membuat rekomendasi-rekomendasi yang dibutuhkan

untuk diajukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk untuk

ditindaklanjuti.

II. 2.3. Proses Penyusunan Masalah dan Rekomendasi

Proses penyusunan masalah pertama dilaksanakan pada saat

pendataan data Objek Pemajuan Kebudayaan. Pada proses pendataan tersebut

ditemukan beberapa permasalahan dan selanjutnya diperkuat dalam Forum

Diskusi Terfokus.

Forum Diskusi Terfokus pertama diadakan pada tanggal 2 Juli

tahun 2018. Forum ini membahas dan menggali permasalahan di kalangan

Pegiat Kesenian Jaranan Kabupaten Nganjuk, dengan narasumber Eko

Kardiono selaku Pegiat Kesenian Jaranan Pogogan Teguh Rahayu dan

Marsudi Sindu Winoto selaku Pegiat Kesenian Jaranan dan dihadiri oleh

perwakilan organisasi PEPIJAR dan masyarakat pendukung kesenian jaranan.

Dari forum ini berhasil dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

26
1. Adanya stigma negatif (mistis) dalam Kesenian Jaranan.

2. Munculnya stigma negatif ini berdampak Kesenian Jaranan

yang tidak disukai oleh kelompok masyarakat agamis.

3. Dengan banyaknya pelaku Kesenian Jaranan tetapi belum ada

pakem gerakannya.

4. Hampir punahnya pegiat Jaranan Pogogan. Padahal, jaranan ini

adalah jaranan asli Kabupaten Nganjuk.

5. Gerakan monoton dari kesenian jaranan sehingga perlu adanya

variasi dari Kesenian Jaranan.

Rekomendasi yang dihasilkan:

1. Harus ada kreasi baru dalam pertunjukan Kesenian Jaranan di

Nganjuk.

2. Menegaskan kembali ciri khas Jaranan Nganjuk.

3. Mengidentifikasi stigma negatif pada pertunjukan jaranan.

4. Membuat narasi positif tentang dinamika Kesenian Jaranan di

Nganjuk.

5. Mempublikasikan Jaranan Pogogan sebagai ciri dari

Kesenian Jaranan Nganjuk.

27
6. Memisahkan konsep Kesenian Jaranan untuk pendidikan

karakter dan Kesenian Jaranan sebagai bagian dari tanggapan.

Forum Diskusi Terfokus Kedua diadakan pada tanggal 3 Juli tahun 2018.

Forum ini membahas dan menggali permasalahan di kalangan Pegiat

Kesenian Wayang Kabupaten Nganjuk, dengan narasumber Ali selaku Dalang

Wayang Kulit dan Solekan selaku Dalang Wayang Timplong serta dihadiri

oleh perwakilan organisasi PEPADI dan masyarakat pendukung kesenian

wayang. Dari forum ini berhasil dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Tidak adanya regenerasi pegiat Wayang Timplong.

2. Wayang Timplong dalam pertunjukannya kurang menarik

karena cerita yang dibawakan monoton dan instrumen

musiknya sangat sederhana.

3. Belum adanya sarana dan prasarana yang bisa untuk

pengembangan Wayang Timplong.

4. Perlu adanya penambahan kualitas SDM bagi pegiat Wayang

Kulit dan Wayang Timplong.

5. Perlu regenerasi pembuat Wayang Kulit dan Wayang

Timplong, serta perlu manajemen pemasaran.

28
6. Adanya persaingan harga antardalang yang membuat

menurunnya nilai dan kreativitas dalam Kesenian Wayang.

Rekomendasi yang dihasilkan:

1. Membuat narasi menarik untuk mengenalkan Wayang

Timplong.
2. Memasukkan Wayang Timplong dalam Wayang Periodik.

3. Perlu adanya Wayang Masuk Sekolah.

4. Penguatan organisasi PEPADI.

Forum Diskusi Terfokus Ketiga diadakan pada tanggal 7 Juli tahun 2018.

Forum ini membahas dan menggali permasalahan di kalangan Pegiat

Kesenian Tayub Kabupaten Nganjuk, dengan narasumber Eko Kardiono

selaku Guru Tari dan Asharianto selaku Kepala Seksi Seni Dinas Pariwisata

Kepemudaan Olahraga dan Kebudayaan, serta dihadiri oleh perwakilan

organisasi HIPRAWARPALA dan masyarakat pendukung kesenian tayub.

Dari forum ini berhasil dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya pengrawit yang menguasai “Gending Klasik” yang

merupakan ciri khas Kabupaten Nganjuk.

2. Belum bisa diterimanya Kesenian Tayub pada generasi muda.

29
3. Perlu adanya pendisiplinan kembali pelaku Kesenian Tayub.

4. Stigma negatif (sensual dan erotis).

5. Stigma negatif waranggono (perempuan nakal).

Rekomendasi yang dihasilkan:

1. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kepemudaan

Olahraga dan Kebudayaan bisa memfasilitasi kegiatan

pembinaan dan pelatihan bagi seniman tayub, baik untuk yang

sudah terlibat atau palaku seni baru.

2. Tidak mengubah tradisi wisuda waranggono (gembyangan)

yang biasanya dilaksanakan tiap tahun.

3. HIPRAWARPALA bersama dinas bekerja bersama untuk

mengidentifikasi stigma negatif yang ada di Kesenian Tayub.

4. Membuat narasi positif tentang Kesenian Tayub.

5. Memanfaatkan potensi wisata dengan juga melibatkan kesenian-

kesenian khas Nganjuk untuk diberikan kesempatan

menampilkan pertunjukan di objek-objek wisata.

6. Pentingnya lembaga pendidikan formal bidang kesenian atau


humaniora.

30
Forum Diskusi Terfokus Keempat Dalam Proses Pembaruan PPKD

Kabupaten Nganjuk Tahun 2023 dilaksanakan pada 16 Februari 2023.

Dalam diskusi tersebut yang bertindak sebagai pemateri yaitu: Anom Astika

selaku Staf Dirjen Kebudayaan, Wildan Erhu Nugraha selaku Fasilitator

Penyusunan PPKD Kabupaten Nganjuk, dan Suwarno selaku Budayawan

Nganjuk.

Beberapa poin yang dihasilkan dalam forum diskusi tersebut secara garis besar

terkait ekosistem kebudayaan yang ada di Kabupaten Nganjuk. Yakni di

antaranya:

1. Masih belum maksimalnya peran Pemerintah Kabupaten

Nganjuk dalam hal ini Bidang Kebudayaan dalam mengawal

program-program kementerian yang bisa dimanfaatkan oleh

pelaku budaya di Kabupaten Nganjuk.

2. Perlu adanya forum-forum diskusi baik formal dan informal

yang berkala antarpelaku budaya dan pemerintah, sehingga

dapat saling memahami permasalahan kebudayaan di akar

rumput.

3. Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk melalui

penyusunan PPKD untuk melaksanakan amanat

UndangUndang Pemajuan Kebudayaan.

31
4. Perlunya pendayagunaan fasilitas publik untuk kegiatan

kebudayaan.

5. Mendorong memfasilitasi bentuk kolaborasi antara kesenian

tradisi dengan konsep kesenian media baru.

II. 2.4 Catatan Evaluasi atas Proses Penyusunan

1. Adanya kesibukan dari masing-masing anggota Tim Penyusun

membuat pembagian kerja proses penyusunan kurang

maksimal sehingga pada pendataan hingga penyusunan

rekomendasi ada sedikit hambatan yang memperlambat

jalannya proses penyusunan PPKD.

2. Proses administrasi yang lama membuat proses penginputan

data menjadi terlambat sehingga proses analisis data APIK

menjadi terlambat dilakukan.

3. Minimnya komunikasi antara anggota tim penyusun nondinas

dengan dinas terkait membuat penyamaan persepsi sulit

dilakukan.

4. Kurangnya publikasi terkait penyusunan Pokok Pikiran

Kebudayaan Daerah (PPKD) sehingga masyarakat tidak

mengetahui adanya penyusunan PPKD yang membuat

32
kurangnya masukan-masukan data maupun permasalahan

kebudayaan dari masyarakat luas.

Dengan segala keterbatasan dan hambatan, proses penyusunan PPKD

dapat dilaksanakan. Empat (4) bahan evaluasi di atas diharapkan dapat

diperbaiki agar proses penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan yang akan

dilakukan kelak di kemudian hari dapat berjalan dengan lancar dan berhasil

maksimal demi mewujudkan pemanfaatan kebudayaan sebagai aset daerah

sumber Pendapatan Asli Daerah.

III. LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN

III. 1. Lembaga Pendidikan Menengah Bidang Kebudayaan

Ada satu (1) lembaga pendidikan menengah kejuruan yang memiliki

jurusan atau program studi bidang kebudayaan, yaitu SMK Negeri 2 Nganjuk.

SMK Negeri 2 Nganjuk memiliki Jurusan Seni Tari. Selain itu di sekolah yang

lain, bidang kebudayaan diajarkan dalam ekstrakurikuler.

III. 2. Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang Kebudayaan

Belum ada perguruan tinggi yang memiliki Fakultas dan Jurusan Ilmu

Humaniora.

33
IV. DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan Kabupaten Nganjuk pada tahun 2018 dan data Objek

Pemajuan Kebudayaan saat Pembaruan Naskah PPKD di tahun 2023 yang

terhimpun pada aplikasi DAPOBUD Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Dari proses pendataan riset lapangan, kepustakaan, dan melalui

diskusi terfokus yang diadakan Tim Penyusun PPKD Kabupaten Nganjuk.

Data yang sudah terkumpul dalam tabel ini merupakan bagian dari

taksonomi tujuh objek prioritas kebudayaan Kabupaten Nganjuk yang sudah

dipilih oleh Tim penyusun dan berkoordinasi dengan pelaku dan pegiat

kebudayaan di Kabupaten Nganjuk. Berangkat dari Objek Pemajuan

Kebudayaan prioritas, yakni Kesenian Wayang khususnya Wayang Timplong,

Kesenian Tayub, Gembyangan Waranggono, Kawasan Cagar Budaya Hutan

Tritik Rejoso, Adat Istiadat Desa, Kesenian Kreasi Baru Wayang Anjuk

Ladang (Seni Media Baru), Kesenian Jaranan Pogokan, dan kesenian jaranan

lainnya.

34
1 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Tradisi Lisan (Jumlah 56)

DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN TRADISI LISAN


No. Nama Tradisi Lisan Etnis yang Jenis Frekuensi
Melaksanakan
Tradisi Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)
Lisan

1 Babad Alas Ploso Kuning Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

2 Babad Yang Menceritakan Syeh Jawa Babad Jarang


Hasan Dalam Pertunjukan
Wayang Timplong

3 Cerita Bandaralim Kalimati Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Timplong

4 Cerita Baru Klinthing Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

5 Cerita Begawan Gunowaseso Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Kulit

6 Cerita Begawan Kilisarupo Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Timplong

7 Cerita Begawan Ngarit Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Kulit Rakyat

8 Cerita Bujangganong Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

9 Cerita Damarwulan Dalam Jawa Cerita Jarang


Wayang Timplong Rakyat

10 Cerita Darupati Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

11 Cerita Dewi Galuh Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplongl Rakyat

35
12 Cerita Endang Lorojuwito Dalam Jawa Cerita Jarang
Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

13 Cerita Gandakusuma Dalam Jawa Cerita Jarang


Wayang Timplong Rakyat

14 Cerita Gendek Mantri Anom Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Timplong

15 Cerita Jaran Tandang Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

16 Cerita Joko Loro Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

17 Cerita Joko Ombak Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

18 Cerita Jokoslewah Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

19 Cerita Joko Sundang Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

20 Cerita Joko Suwarno Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

21 Cerita Joko Umbar Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

22 Cerita Kahyangan Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

23 Cerita Kedrah Dadi Begawan Jawa Cerita Jarang


Kilisarupo Dalam Pertunjukan Rakyat
Wayang Timplong

24 Cerita Kudawaris Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan wayang Timplong Rakyat

25 Cerita Lahir Joko slewah dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

26 Cerita Lembu Amiluhur Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

27 Cerita Mahabaratha Jawa Epos Jarang

36
28 Cerita Masjid Demak Dalam Jawa Cerita Jarang
Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

29 Cerita Mlaya Kusuma Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

30 Cerita Mojopahitan Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

31 Cerita Panji Dalam Pertunjukan Jawa Cerita Jarang


Wayang Timplong Rakyat

32 Cerita Panji Jaranan Jawa Cerita Sering


Rakyat

33 Cerita Panji Mirap Miring Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

34 Cerita Rakyat Air Terjun Jawa Cerita Jarang


Pacoban Rakyat

35 Cerita Rakyat Asal Mula Air Jawa Cerita Jarang


Terjun Rorokuning Rakyat

36 Cerita Rakyat Tempat Jawa Cerita Jarang


Penyimpanan Abu Jenazah Rakyat
Hayam Wuruk

37 Cerita Salikin, Lukin dan Salikun Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Timplong

38 Cerita Sarkromo dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

39 Cerita Sekarsari Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

40 Cerita Sekartaji Kembar Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

41 Cerita Semoro Bangun Mukso Jawa Cerita Jarang


Dalam Pertunjukan Wayang Rakyat
Timplong

42 Cerita Sinencongsari Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

37
43 Cerita Sumoyudo Dalam Jawa Cerita Sering
Pertunjukan Wayang Kulit Rakyat

44 Cerita Tanjunganom Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

45 Cerita Tejalengkawa Dalam Jawa Cerita Jarang


Pertunjukan Wayang Timplong Rakyat

46 Kesenian Sandur Jawa Cerita Jarang


Rakyat

47 Mahabarata Dalam Pertunjukan Jawa Epos Sering


Wayang Kulit

48 Cerita Ramayana Jawa Epos Sering

49 Rapalan Sebelum Pertunjukan Jawa Rapalan Jarang


Jaranan

50 Sandur Jawa Cerita Jarang


Rakyat
51 Lerok Jawa Cerita Jarang
Rakyat
52 Cerita Kemunculan Air Terjun Jawa Cerita Jarang
Sedudo Rakyat
53 Cerita Kanjeng Jimat Jawa Cerita Jarang
Rakyat
54 Mbah Ngaliman Jawa Cerita Jarang
Rakyat
55 Dewi Galuh Jawa Cerita Jarang
Rakyat
56 Cerita Asal Usul Air Terjun Roro Jawa Cerita Jarang
Kuning Rakyat

38
2 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Adat Istiadat (Jumlah 11)

DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN ADAT ISTIADAT


No. Nama Adat Etnis yang Jenis Adat Istiadat Frekuensi
Melaksanakan
Istiadat Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)
1 Gembyangan Jawa Adat Perayaan Sering
Waranggono

2 Mageri Dalam Jawa Doa Perlindungan Sering


Pertunjukan Jaranan

3 Nyekar Sebelum Jawa Penghormatan Sering


Terhadap Leluhur
Pertunjukan Jaranan
Desa

4 Pawai Alegoris Jawa Adat Perayaan Sering


Kabupaten Nganjuk

5 Pawai Budaya Jawa Adat Perayaan Sering


Peringatan Ulang Ulang Tahun
Tahun Kabupaten Kabupaten
Nganjuk

6 Pertunjukan Wayang Jawa Upacara Adat Tolak Sering


Untuk Ruwatan Bala

7 Selametan di Makam Jawa Bentuk Sering


Ki Ageng Ngliman Penghormatan
Kepada Sesepuh

8 Selametan Satu Syuro Jawa Adat Perayaan Sering


di Air Terjun Sedudo

9 Tradisi Bersih Desa di Jawa Adat Bersih Desa Sering


Kabupaten Nganjuk

10 Tradisi Nyadran di Jawa Adat Istiadat Sering


Kabupaten Nganjuk

11 Tradisi Ater Ater Bentuk Sering


Penghormatan
Jawa kepada tetangga atau
kerabat

39
3 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Bahasa (Jumlah 1)
DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN BAHASA

No. Nama Bahasa Jumlah Dialek Jumlah Penutur Status Penggunaan

(Masih Ada/Sudah
Punah)
1 Bahasa Jawa 1 1.0453.75 Masih Ada

4 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Olahraga Tradisional (Jumlah 10)

DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN OLAHRAGA TRADISIONAL

No. Nama Olahraga Etnis yang Jumlah Pemain Frekuensi


Tradisional Melaksanakan Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)

1 Akrobatik Bujang Jawa 1 Sering


Ganong Jaranan

2 Akrobatik Kelono Jawa 1 Sering


dalam Jaranan

3 Dagongan Jawa 10 Jarang

4 Egrang Jawa 6 Jarang

5 Gobak Jawa 10 Jarang

6 Kucingan Dalam Jawa 1 Sering

Pertunjukan Jaranan

7 Terompah Panjang Jawa 10 Jarang

8 Obak Beteng Jawa - Jarang


9 Obak Delik Jawa - Jarang
10 Layang-Layang Jawa - Sering

40
5. Data Objek Pemajuan Kebudayaan Permainan Rakyat (Jumlah 12)
DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN PERMAINAN RAKYAT

No. Nama Permainan Rakyat Etnis yang Jumlah Frekuensi


Melaksanakan Pemain Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)

1 Bantengan Dalam Jawa 1 Sering


Pertunjukan Jaranan
2 Ganongan Dalam Jawa 1 Sering
Pertunjukan Jaranan

3 Klotekan Lesung Jawa 5 Jarang


4 Kucingan Dalam Jawa 1 Sering
Pertunjukan Jaranan

5 Macanan Dalam Jawa 1 Sering


Pertunjukan Jaranan

6 Rampokan Dalam Jawa 8 Sering


Pertunjukan Jaranan
7 Obak Bekel Jawa - Jarang
8 Pasaran Jawa - Jarang
9 Gembrengan Jawa - Jarang
10 Layang-layang Jawa - Jarang
11 Dam-Daman Jawa - Jarang

12 Petasan Bambu Jawa - Jarang

41
6. Data Objek Pemajuan Kebudayaan Seni (Jumlah 45)
DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN SENI

No. Nama Karya Seni Cabang Seni Frekuensi


Pertunjukan/Pameran/Pemutaran
Kualitatif (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)

1 80 Jenis Gendingan dalam Seni Musik Sering


Kesenian Tayub

2 Barongsai Seni Tari Jarang

3 Elektun Dangdut Koplo dalam Seni Musik Sering


Kesenian Jaranan

4 Gending AndekAndek Seni Musik Jarang

5 Gending AweAwe Seni Musik Jarang

6 Gending ElingEling Seni Musik Sering

7 Gending Grendel Seni Musik Jarang

8 Gending Pangkur Seni Musik Sering

10 Gending Ransang Seni Musik Jarang

11 Gending Sendonan Seni Musik Jarang

12 Gending Sinom Seni Musik Sering

13 Gending Wayang Purwo Seni Musik Sering

14 Gending Wayang Timplong Seni Musik Jarang

15 Jaranan Pogogan Seni Tari Jarang

16 Karawitan dalam Pertunjukan Seni Musik Sering


Kesenian Jaranan

17 Kentrung Mojokendil Seni Tari Jarang

18 Kesenian Ketoprak Seni Teater Jarang

19 Kesenian Tayub Kabupaten Seni Tari Jarang


Nganjuk

42
20 Kesenian Wayang Timplong Seni Media Jarang
Nganjuk

21 Ludruk Seni Teater Jarang

22 Organisasi Kesenian Musik Seni Musik Sering

23 Pembuatan Wayang Kulit Seni Rupa Jarang

24 Pembuatan Wayang Timplong Seni Rupa Jarang

25 Pramugari Kesenian Tayub Seni Tari Jarang

26 Sanggar Tari Seni Tari Sering

27 Seni Jaranan Seni Tari Jarang

28 Sinden Seni Musik Jarang

29 Tari Bujang Ganong dalam Seni Tari Sering


Kesenian Jaranan

30 Tari Gambyong Seni Tari Jarang

31 Tari Gedhog dalam Pertunjukan Seni Tari Jarang


Kesenian Tayub

32 Tari Kapangan Pramugari dalam Seni Tari Jarang


Pertunjukan Kesenian Tayub

33 Tari Kembang Goyang Seni Tari Jarang

34 Tari Kepangan Seni Tari Jarang

35 Tari Klana Sewandana dalam Seni Tari Sering


Pertunjukan Kesenian Jaranan

36 Tari Mungdhe Seni Tari Jarang

37 Tari Remo dalam Pertunjukan Seni Tari Jarang


Kesenian Tayub

38 Tari Salepok Seni Tari Jarang

39 Tari Swatantra Anjuk Ladang Seni Tari Jarang

40 Vokalis Dangdut Seni Musik Sering

43
41 Waranggono Tayub Kabupaten Seni Tari Sering
Nganjuk

42 Wayang Kulit Purwo Seni Musik Jarang

43 Wayang Wong Seni Teater Jarang

44 Radio Jodhipati Seni Media Sering

45 Wayang Anjuk Ladang (Seni Seni Pertunjukan Jarang


Kontemporer)
9 Gending Prahap Seni Musik Jarang

7 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Teknologi Tradisional (Jumlah 62)


DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN TEKNOLOGI TRADISIONAL

No. Nama Teknologi Etnis yang Jenis Teknologi Frekuensi


Melaksanakan
Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)
1 Ancakan Jawa Tempat Gamelan Sering

2 Batu Apung Jawa Bahan Baku Jarang

3 Blencong Jawa Perlengkapan Sering

Pertunjukan
Wayang Kulit
4 Bonang Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
5 Celempung Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
6 Cempala Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
7 Demung Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
8 Gambangan Jawa Alat Musik Sering
Tradisional

44
9 Gamelan Wayang Jawa Alat Musik Sering
Pengiring
Pertunjukan
Wayang
10 Gedebog Jawa Perlengkapan Sering
Pertunjukan
Wayang Kulit

11 Gedog Jawa Perlengkapan Sering


Pertunjukan
Wayang Kulit

12 Gender Jawa Alat Musik Sering


Tradisional

13 Gong Jawa Alat Musik Jarang


Tradisional
14 Jarik Jawa Pakaian Sering
Tradisional

15 Kain Layar Jawa Kain Mori Jarang

16 Kelir Jawa Perlengkapan Sering


Pertunjukan
Wayang Kulit

17 Kemanak Jawa Alat Musik Sering


Tradisional
18 Kemben dan Selendang Jawa Pakaian Sering
Tradisional
19 Kempul Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
20 Kempul Jawa Alat Musik Sering
Tradisional

21 Kempyang Jawa Alat Musik Sering


Tradisional

22 Kendang Jawa Alat Musik Sering


Tradisional
23 Kendang Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
24 Kenong Jawa Alat Musik Sering

45
25 Keprak Jawa Perlengkapan Sering

Pertunjukan
Wayang

Kulit
26 Keris Dalang Jawa Senjata Tradisional Sering

27 Kethok Jawa Alat Musik Sering


Tradisional
28 Ketipung Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
29 Ketuk Jawa Alat Musik Sering
Tradisional
30 Konde dan Hiasan yang Jawa Riasan Tradisional Sering
Dipakai Waranggono

31 Kropak Jawa Tempat Sering


Menyimpan
Wayang
32 Larapan Jawa Perlengkapan Jarang
Pertunjukan
Wayang Timplong

33 Lulang Kulit Kerbau Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Wayang Kulit

34 Nagan Gayor Perlengkapan Sering


Gamelan
35 Nampan Lengser Jawa Kerajinan Sering
Tradisional
36 Pahat Begalan Jawa Alat Perkakas Jarang
Pertukangan
37 Pahat Bubukan Jawa Perkakas Perajin Jarang
Wayang Kulit
38 Pahat Pengukon Jawa Alat Perkakas Jarang
Perajin Wayang
39 Pahat Tratasan Jawa Alat Perkakas Jarang
Perajin Wayang

40 Pandai Besi Jawa Ahli pembuat Sering

41 Peking Jawa Alat Musik Sering


Tradisional

46
42 Pemahatan Kayu Untuk Jawa Teknik Pembuatan Jarang
Membuat Wayang
Timplong
43 Pengecatan Kayu Jawa Teknik Mewarnai Jarang
44 Pengeringan Kulit Kerbau Jawa Teknik Pembuatan Jarang

45 Pengolahan Kulit Kerbau Jawa Bahan Baku Jarang


46 Perendaman Kulit Kerbau Jawa Teknik Pembuatan Jarang
Wayang Kulit
47 Putihan Proses Mengelolah Jawa Teknik Pembuatan Jarang
Kulit Kerbau yang Sudah Wayang Kulit
Dibersihkan dan Disketsa
dan Ditatah
48 Rebab Jawa Alat Musik Sering

49 Sampur dalam Kesenian Jawa Alat Musik Sering


Tayub
50 Saron Jawa Alat Musik Sering
51 Slentem Jawa Alat Musik Sering
52 Suwukan Barang Jawa Alat Musik Sering

53 Suwukan biasa Jawa Alat Musik Sering


54 Tabuh Jawa Alat Musik Sering
55 Teknik Pembuatan Jawa Teknik Pembuatan Jarang
Barongan dalam Kesenian
Jaranan
56 Teknik Pembuatan Jaranan Jawa Teknik Pembuatan Jarang

57 Teknik Pembuatan Wayang Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Kulit
58 Teknologi Pembuatan Jawa Teknik Pembuatan Jarang
Pakaian Penari Jathilan

60 Teknologi Pembuatan Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Topeng Bujang Ganong
dalam Kesenian Jaranan

61 Teknologi Pembuatan Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Topeng Kelono Sewandono
dalam Kesenian Jaranan

62 Teknologi Pembuatan Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Pecut

47
8 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Ritus (Jumlah 20)
DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN RITUS

No. Nama Ritus Konteks Adat Istiadat Etnis yang Frekuensi


Melaksanakan
Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)

1 Gumbrengan Adat Panen Jawa Sering

2 Jamasan Menyucikan Benda Pusaka Jawa Sering


Pusaka Mbah
Ngaliman

3 Mandi Air dari Adat Gembyangan Waranggono Jawa Sering


Air Terjun
Sedudo

4 Mantenan Adat Perayaan Jawa Sering

5 Nyekar Bentuk Penghormatan Pada Jawa Sering


Leluhur Desa
6 Nyekar Berdoa Kepada Sang Pencipta Jawa Sering
Sebelum dan Leluhur Pada Upacara
Pertunjukan Nyadran
Kesenian
Tayub

7 Puasa Puasa Sebelum Pertunjukan Jawa Jarang


Jaranan
8 Puasa Dalang Laku Spiritual Jawa Sering
Wayang
9 Sajen Perlengkapan Ritual Jawa Sering

10 Selametan Nasi Adat Perayaan Jawa Sering


Kuning
Gunungan
11 Sesaji Sebelum Meminta Perlindungan Selama Jawa Sering
Pertunjukan Pertunjukan Jaranan
Jaranan

12 Siram Sedudo Adat Perayaan, Peringatan Tahun Jawa Sering


Baru Islam atau peringatan satu
Syuro

48
13 Tradisi Nyekar Penghormatan untuk keluarga Jawa Sering
Embong yang Sudah Meninggal
Lengkong

14 Tradisi Nyekar Adat Kematian Jawa Sering


Embong
Perempatan

15 Upacara/Ritus Adat perayaan Jawa Sering


Suran
Nganjuk
16 Upacara Adat Perayaan Jawa Sering
Sukerta
17 Ritus Lingkar Adat Jawa Sering
Hidup
(Tingkep,
Wetonan dll)
18 Ritus Lingkar Adat Jawa Sering
Kematian
(Pitung Dinane,
dll)
19 Perayaan Adat Perayaan Jawa Sering
Nyadran
20 Sedekah Bumi Adat Perayaan Jawa Sering

9 Daftar Objek Pemajuan Kebudayaan Pengetahuan Tradisional (Jumlah 74)


DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

No. Nama Pengetahuan Etnis yang Jenis Pengetahuan Frekuensi


Tradisional Melaksanakan Tradisional
Pelaksanaan (Tdk
dlkkan/Jrng/Srng)

1 Amardi Boso Jawa Keahlian Dalang Sering

2 Antawacana Jawa Keahlian Dalang Sering

3 Banyol Jawa Keahlian Dalang Sering

4 Begalan Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
5 Beras Kencur Jawa Pengobatan Tradisional Sering

49
6 Botok Telur Asin Jawa Kuliner Tradisional Sering

7 Bubukan Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
8 Dumbleg Jawa Kuliner Tradisional Sering

9 Emping Jagung Jawa Kuliner Tradisional Sering

10 Engges Jawa Keahlian Dalang Sering

11 Enting Enting Jawa Kuliner Tradisional Sering


12 Gamelan Wayang Jawa Keahlian Memainkan Jarang
Timplong Gending wayang
Timplong

13 Gapit Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Wayang Kulit

14 Gerak Tari Gambyong Jawa Seni Tari Sering

15 Gerak Tari Ginjongan Jawa Seni Tari Sering

16 Gerak Tari Pengibing Jawa Seni Tari Sering

17 Getuk Lindri Jawa Kuliner Tradisional Sering

18 Getuk Pisang Jawa Kuliner Tradisional Sering

19 Jamu Kencur Jawa Obat Tradisional Sering

20 Jenang Ketan Wijen Jawa Kuliner Tradisional Sering

21 Jipang Jawa Kuliner Tradisional Sering

22 Kawiradya Jawa Kealhian Dalang Sering

23 Kawit Sawah Jawa Teknik Pembibitan Sering

24 Kembang Gula Jawa Kuliner Tradisional Sering

25 Kerajinan Bantengan Jawa Seni Rupa Sering


dalam Kesenian Jaranan
26 Kerajinan Barongan Jawa Seni Rupa Sering
Dalam Kesenian Jaranan
27 Kerajinan Gamelan dalam Jawa Seni Musik Sering
Kesenian Jaranan
28 Kerajinan Kucingan Jawa Seni Rupa Sering
dalam Kesenian Jaranan

50
Keripik Sukun Jawa Kuliner Tradisional Sering
30 Kerupuk Pecel Jawa Sering
31 Kerupuk Puli Jawa Kuliner Tradisional Sering
32 Kerupuk Sambal Jawa Kuliner Tradisional Sering
33 Kunir Asem Jawa Obat Tradisional Sering
34 Larangan Waranggono Jawa Larangan Sering
dan Pramugari Minum
Minuman Keras Saat
Pertunjukan Kesenian
Tayub

35 Larangan Waranggono Jawa Larangan Sering


Memakai Jarik Warna
Hijau
36 Larangan Waranggono Jawa Larangan Sering
Menggunakan Jarit
Bermotif Parang

37 Larangan Waranggono Jawa Larangan Sering


yang Sedang Dalam
Masa Haid Ikut dalam
Prosesi Nyadran

38 Madumongso Jawa Kuliner Tradisional Sering

39 Marning Jawa Kuliner Tradisional Sering

40 Nasi Jagung Jawa Kuliner Tradisional Sering

44 Nasi Tiwul Jawa Kuliner Tradisional Sering

45 Olah Suara Nembang Jawa Seni Musik, Teknik Sering


Vokal
46 Onde Onde Jawa Kuliner Tradisional Sering

47 Opak Gapit Jawa Kuliner Tradisional Sering

48 Pandukan Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang

49 Paramakawi Jawa Keahlian Dalang Sering

50 Pecel Nganjuk Jawa Kuliner Tradisional Sering

51 Pembuatan Jaran Kepang Jawa Seni Kriya Sering

51
52 Pembuatan Wayang Kulit Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang
Wayang
53 Pengukon Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang
Wayang
54 Rempeyek Kacang Jawa Kuliner Tradisional Sering

55 Renggep Jawa Keahlian Dalang Sering

56 Renginang Jawa Kuliner Tradisional Sering

57 Rujak Kambang Jawa Kuliner Tradisional Sering

58 Sabetan Jawa Keahlian Dalang Sering

59 Samplok Jawa Kuliner Tradisional Sering

60 Sinom Jawa Kuliner Tradisional Sering

61 Sopak Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
62 Sotren dalam Pertunjukan Jawa Kawruh Sering
Kesenian Jaranan
63 Tape Singkong Jawa Kuliner Tradisional Sering

64 Tatah Sungging Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
65 Temulawak Jawa Obat Tradisional Sering

66 Tindihan Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
67 Tongtongan Jawa Kuliner Tradisional Sering

68 Tratasan Jawa Seni Rupa Pembuatan Jarang


Wayang
69 Tretekan Jawa Kuliner Tradisional Sering

70 Uler-Uleran Jawa Teknik Pertanian Sering

71 Tuding Jawa Teknik Pembuatan Jarang


Wayang Kulit

72 Wedang Pokokak Jawa Kuliner Tradisional Jarang

73 Wedang Secang Jawa Kuliner Tradisional Sering

74 Wiwit Jawa Teknik Pertanian Sering

52
10 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Manuskrip (Jumlah 3)

DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN MANUSKRIP


No. Nama Manuskrip Bahasa Jumlah Pengguna Status Penggunaan
atau Pengakses
(Masih Ada/Sudah Punah)

1 Babad Jawa Baru - Masih Ada

Prasasti Anjuk
2 Jawa Kuno - Masih Ada
Ladang

3 Prasasti Kinawe Jawa Kuno - Masih Ada

11 Data Objek Pemajuan Kebudayaan Cagar Budaya (Jumlah 448)

DAFTAR OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN CAGAR


BUDAYA

No. Cagar Budaya Kabupaten Kondisi Aktual (Rusak/Tdk


Nganjuk Terawat/Baik)

1 Situs, Benda, Kawasan dan 39 Cagar Budaya di Kabupaten


Struktur Cagar Budaya Nganjuk
Kabupaten Nganjuk yang
Terdata pada Tahun 2021

2 Benda Cagar Budaya 409 Benda Cagar Budaya Koleksi


Kabupaten Nganjuk yang Museum
Berada di Museum dan
Sudah Teregistrasi

53
V. DATA SUMBER DAYA MANUSIA DAN LEMBAGA

Berikut ini data organisasi atau lembaga kebudayaan dan sumber daya

manusia yang berkaitan dengan Objek Pemajuan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk.

DATA SUMBER DAYA MANUSAI DAN LEMBAGA KEBUDAYAAN


KABUPATEN NGANJUK

No. OBJEK DAFTAR LEMBAGA / JUMLAH


PEMANJUAN SUMBER
ORGANISASI
KEBUDAYAAN DAYA
KEBUDAYAN MANUSIA

1 Tradisi Lisan PEPIJAR KABUPATEN


NGANJUK, 193 Organisasi
Jaranan, Jaranan Pogogan
Teguh Rahayu dan PEPADI
KABUPATEN NGANJUK.

2 Adat Istiadat PEPADI, PEPIJAR, 193


Organisasi Jaranan,
Sanggar Tari, Organisai
Masyarakat, Organisasi

Keagamaan, Juru Pelihara


Makam, Kelompok
Penghayat, Lembaga Adat Desa
dan
HIPRAWARPALA

3 Bahasa

54
4 Olahraga
Tradisional

PEPIJAR dan 193


Organisasi atau Kelompok
Jaranan.
5 Permainan Rakyat

6 Seni

2. Wayang Kulit Perhimpunan Pedalang 12 Dalang


Purwa
Indonesia (PEPADI)
Kabupaten Nganjuk

3. Wayang Perhimpunan Pedalang 2 Dalang


Timplong
Indonesiab (PEPADI)
Kabupaten Nganjuk

Himpunan Pramugari,
Waranggono dan Pengrawit
(HIPRAWARPALA)
Kabupaten Nganjuk
4. Tayub

33
Waranggono (
Penari Tayub)
a. Waranggono

9 Pramugari
Tayub
b. Pramugari

c. Pengrawit 22 Kelompok Karawitan 210 Pengrawit

55
5. Jaranan Perhimpuan Pelestari Seni 600 Pegiat
Jaranan dan Reyog (PEPIJAR Seni Jaranan
Kabupaten Nganjuk) dan 26 dan Reyog
Organisai atau Kelompok
Jaranan dan 1 Kelompok Seni
Reyog

Perhimpuan Pelestari Seni 20 Pegiat Seni


Jaranan
Jaranan dan Reyog (PEPIJAR
Pogogan
Kabupaten Nganjuk) dan
Kelompok Seni Jaranan Teguh
Rahayu
6. Jaranan Pogogan

7. Lundruk KOPASGAT TRISULA 165 Pegiat


Seni Ludruk
DARMA, MITRA BUDAYA,
PANCA WIJAYA dan
PANCA MARGA

PUWO DILUHUNG dan 50 Pegiat Seni


PEPADI Ketoprak
8. Ketropak

9. Siden 10 Sinden

10. Vokalis 34 Vokalis

11. Organisasi 109 Kelompok atau Organisasi 400 Pegiat


Kesenian Musik Musik
Musik Dangdut dan 22
Kelompok Karawitan

12. Barongsai NAGA MAS dan PUTRA 44 Pegiat Seni


KERTOSONO Barongsai

56
13. Sanggar Seni. KOMUNITAS BAYU SERU, 148 Pegiat
Seni
KRIDA BUDAYA ANJUK
LADANG, AGRIPINA
KAWISWARA, ASTHA
BRATA, CANDRA KIRANA
dan SEKAR PUTRI

14. Fotografi dan


Videografi

15. Seni Kriya

- Wayag Anjuk Ladang


17. Seni
Kontemporer

PEPIJAR ,193 Organisasi dan


Kelompok seni
Jaranan, PEPADI, Madu Laras
Teknologi
dan Mustika Laras
7 Tradisional

Ritus PEPIJAR, PEPADI,


HIPRAWARPALA,
Organisasi Masyarakat,
Organisasi Keagamaan,
Lembaga Adat Desa dan
Kelompok Penghayat
8

57
PEPIJAR ,193 Organisasi dan
Kelompok seni
Jaranan,PEPADI, Madu Laras
Pengetahuan
dan Mustika Laras
9 Tradisional

10 Manuskrip -

11 Cagar Budaya Komunitas Kota Sejuk Nganjuk

VI. SARANA DAN PRASARANA KEBUDAYAAN

Data terkait sarana dan prasarana kebudayaan yang ada di Kabupaten


Nganjuk baik yang dimiliki pemerintah pusat, daerah, dan yang merupakan
aset masyarakat.
Keterangan LainLain
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Rincian
1 Museum
1. Museum
Anjuk Ladang Terdapat 3 Museum
2. Museum Dr. yang dikelola oleh
• Pemerintah 3 Soetomo pemerintah, namun
3. Museum hanya 1 yang telah
Jendral terakreditasi.
Sudirman
-Tipe A
Museum Anjuk
-Tipe B 1
Ladang
-Tipe C
• Swasta/Komunitas
Belum ada ruang
2 Ruang Pertunjukan
pertunjukan
• Kapasitas < 100
orang
• Kapasitas 100-500
orang

58
• Kapasitas 500-1000
orang
• Kapasitas > 1000
orang
3 Galeri Belum ada Galeri
• Pemerintah
• Swasta/Komunitas
(Kegiatan Seni
Padepokan
4 Sanggar budaya Lagen Bekso
Langen Bekso
Tayub dan lainnya)
5 Bioskop
• Layar Tunggal
• Cineplex
6 Perpustakaan
Perpustakaan Berada di Dinas
Umum Kearsipan dan
• Umum
Kabupaten Perpustakaan
Nganjuk Nganjuk
Terdapat pada
Sebagai prasarana
• Sekolah setiap sekolah
sekolah
negeri/swasta
Dimiliki oleh
penggiat baca,
budayawan atau
Ada, namun
masyarakat umum
• Pribadi/Komunitas belum diketahui
sebagai sarana
jumlah pasti
penunjang,
penyebaran nilai, dan
pengetahuan.
7 Taman Kota
1. Taman
Pintar
2. Taman
Pandan
• Luasan < 2500 m2 Wilis
3. Alun Alun
Nganjuk
4. Taman Kota
Nganjuk

59
•Luasan 2500-5000
m2
• Luasan 5000-10.0000
m2
• Luasan > 10.000 m2
8 Kebun Raya
GOR Bung
9 Gelanggang 1
Karno
10 Taman Budaya
• Aset Kab/Kota
• Aset Provinsi
11 Alat Musik
Alat Musik Pengiring Pertunjukan Berasal dari
Jaranan 717
193 Organisasi Milik Sanggar atau
Alat
Seni Jaranan Kelompok Seni
Musik
(PEPIJAR)
Alat Musik Pengiring 290 Alat Berasal dari 30 Milik Sanggar atau
Pertujukan Wayang Musik Sanggar dan Kelompok Seni
Dalang Wayang
Kulit
Alat Musik Pengiring Berasal dari 131
834 Alat Milik Sanggar atau
Karawitan, Tayub dan Organisasi
Musik Kelompok Seni
Kelompok Musik Dangdut Musik
12 Perangkat Pertunjukan
Panggung - Belum terdata
Sond Sistem - Belum terdata
Lampu Pertujukan - Belum terdata

60
VII. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

Dalam tahapan terakhir penyusunan Naskah PPKD adalah merumuskan

permasalahan terkait ekosistem kebudayaan yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Seperti yang sudah diatur pada Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, tahapan

dalam memajukan kebudayaan daerah harus melalui langkah-langkah strategis yang

keseluruhannya berpusat pada masyarakat. Langkah-langkah pemajuan kebudayaan

terdiri dari tahapan Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan.

Berikut ini beberapa permasalahan dan rumusan rekomendasi pemajuan

kebudayaan pada Naskah PPKD yang telah diperbarui pada tahun 2023.

61
VII.1.1 Manuskrip

No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja Indikator Capaian


2024 2029 2034 2039
1 Aspek • Membentuk • Adanya koleksi • Dinas • Pembentukan • Sudah • Adanya • Adanya -
Perlindungan Tim riset untuk dan Kepemudaan, Tim riset untuk terbentuk proses rumah data
mengidentifikasi terinventarisasi Olahraga, melacak tim dokumentasi kebudayan
keberadaan dalam data Kebudayaan dan keberadaan riset dan secara digital Kab.
• Masih belum kebudayaan kajian manuskrip Nganjuk
manuskrip baik Pariwisata manuskrip dan
terinventaris daerah. museum dan arsip • Digitalisasi
yang berada di • Dinas arsip.
asi Kab.Nganjuk • Keberadaan • Adanya data • Adanya manuskrip
keberadaan Perpustakaan dan
Arsip Daerah dan • Membuat ruang
atau di luar sumber sejarah inventaris pusat studi dan arsip
manuskrip daerah manuskrip sampai di
Kab.Nganjuk. Museum penyimpanan manuskrip
dan sumber Nganjuk. dan arsip. level
sejarah • Pengadaan atau • Lembaga dan pameran dan arsip
digitalisasi untuk • Adanya Desa/Kelurahan
tertulis Kebudayaan
manuskrip atau manuskrip dan sarana dan
(Arsip) • Kelompok Pegiat prasarana
arsip yang arsip.
lainnya di Sejarah dan OPK
Kab. dimiliki Budaya • Membuat manuskrip
Nganjuk masyarakat atau pedoman • Adanya
• Masih yang berada di penyimpanan regulasi
sedikitnya lembaga lain. manuskrip dan
keberadaan daerah
• Kerja sama arsip bagi
Manuskrip di terkait
dengan lembaga kelompok
Kab. perlindungan
atau kelompok masyrakat dan
Nganjuk. OPK
masyarakat pegiat budya. manuskrip.
yang
menyimpan

62
2 Aspek • Pengalihwahan • Adanya • Pembentukan • Sudah adanya • Adanya • Bertambahn
Pengembangan aan aksara dan Katalog baik tim riset untuk tim riset dan sarana dan ya koleksi
• Semakin bahasa cetak atau pengalihwahana kajian untuk prasarana manuskrip
berkurangnya manuskrip dan digital an aksara dan proses pendukug dan arsip
kemampuan arsip. mengenai bahasa. pengalih yang daerah
sumber daya • Kajian koleksi keberadaan Membuat wahanaan dimiliki
manusia yang manuskrip dan manuskrip dan katalog aksara dan OPD
dapat membaca arsip. arsip. manuskrip dan bahasa. terkait.
teks manuskrip • Adanya pusat • Adanya teks arsip berbasis • Adanya buku • Adanya
atau sumber informasi data terjemahan teknologi dan katalog Ekatalog
• sejarah (Arsip) kebudayaan manuskrip dan • Adanya buku terkait kajian manuskrip
tertulis lainnya. Kab. Nganjuk arsip. kajian terkait manuskrip dan
• Minimnya berbasis manuskrip atau arsip dan arsip
ketertarikan teknologi. arsip. daerah
generasi muda • Sarana dan
pada manuskrip prasarana
dan sumber sejarah Pemajuan Objek
(Arsip) tertulis • Pamajuan
lainnya. Kebudayaan
• Minimnya manuskrip dan
informasi terkait arsip.
keberadaan
manuskrip dan
sumber sejarah
(Arsip) tertulis
lainnya di Kab.
Nganjuk
3 Aspek • Mendorong proses • Dijadikannya • Terbentuknya • Sudah • Adanya • -
Pemanfaatan pengalih wahanaan manuskrip dan tim penulisan adanya tim proses kreatif
• Belum adanya manuskrip atau atau arsip sejarah dan penulisan terkait
pemanfaatan secara arsip dalam bentuk sebagai bagian kearifan lokal sejarah dan pemanfaatan
maksimal manuskrip produk dan praktek dari sumber Terbentuknya tim kearifan OPK
dan sumber sejarah
kebudayaan belajar penulisan naskah lokal • manuskrip
kontemporer bermuatan lokal seni tradisi atau Kab. Nganjuk. sebagai
(Arsip) tertulis
• Adanya kajian di sekolah kontemporer Sudah adanya produk
lainnya dalam produk tematik terkait • Adanya produk • Tim Kreatif hasil Ekraf dan
dan praktek pemanfaatan dan praktek karya seni dari alihwahan UMKM
kebudayaan manuskrip dan atau kebudayaan proses alih bahasa dan
• Belum menjadi arsip sebagai (karya sastra, wahana aksara
bagian dari materi belajar di naskah manuskrip dan
kurikulum muatan sekolah. pertujukan dan arsip.
lokal di Kab. seni • Sudah
Nganjuk kontemporer adanya buku
lainya) sejarah dan

63
kearifan
lokal Kab.
Nganjuk.
• Dijadikan
sejarah dan
kerafian lokal
Kab. Nganjuk
sebagai
kurikulum
muatan lokal
di satuan
pendidikan.
• Adanya hasil
proses alih
wahana
manuskrip
dan arsip
menjadi
naskah dan
atau produk
seni tradisi
dan seni
kontemporer
• Adanya
regulasi
pemerintah
daerah
terkait
pemanfaatan
sejarah dan
kerafian
lokal sebagai
bagian dari
Kurikulum
muatan lokal
• Kegiatan
pameran
manuskrip
dan arsip
daerah
Nganjuk

64
4 Aspek Pembinaan • Adanya pembinaan • Sertifikasi • Adanya pelatihan • Pembinaan • Adanya
Adanya ego sektoral terkait proses tenaga ahli atau pembinaan bagi pemilik kepedulian
antar pegiat, pengelolaan pengelola bagi masyarakat manuskrip dan pemerintah
kelompok/masyar akat manuskrip dan manuskrip dan pemilik manuskrip arsip desa/kelurahn
pemilik manuskrip dan arsip bagi tenaga arsip. dan arsip. • Pelatihan bagi untuk
ahli museum, • Adanya pelatihan OPD dan pengelolaan
sumber sejarah (Arsip)
perpustakaan, tenaga ahli masyarakat manuskrip
tertulis lainnya dengan
arsip daerah dan pengelola terkait dan arsip desa
OPD terkait juga bagi manuskrip dan • Tenaga ahli
pentingnya
Belum adanya panduan pegiat, kelompok arsip pengelola
manuskrip dan
terkait kepemilikan atau masyarakat. arsip daerah manuskrip
atau penyimpanan • Adanaya dan arsip di
manuskrip dan sumber • sertifikasi level
sejarah (Arsip) tertulis tenaga ahli desa/kelurahn
lainnya yang dimiliki pengelolaan .
pegiat, kelompok atau manuskrip
masyarakat. dan arsip

VII.1.2 Tradisi Lisan


Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1 Aspek • Perlunya ada • Adanya data • Dinas • Dibentuknya tim • Sudah ada tim • Adanya pusat • Semakin -
Perlindungan pendataan dan terpadu terkait Kepemudaan,Olahraga, riset dan kajian riset dan kajian. studi pedulinya
• Semakin tidak inventarisir keberadaan Kebudayaan dan untuk pendataan • Adanya katalog mengenai masyarakat
populernya tradisi ragam tradisi lisan ragam tradisi Pariwisata ragam tradisi dan pusat data tradisi lisan di Nganjuk
lisan (cerita tutur) di Kab. Nganjuk lisan yang ada • Dinas Pendidikan lisan yang ada tradisi lisan. Kab. dalam
di masyarakat • Perlunya di Kab. • Dinas Perpustakaan di Kab. • Adanya sarana Nganjuk. pemajuan
Nganjuk dokumentasi Nganjuk dan Arsip Daerah prasarana • Adanya rumah kebudayaan
Ngangjuk
khususnya tradisi lisan • Adanya • Museum Daerah pendukung
• Terhimpunnya pendokumentasia
data OPK di daerah
generasi muda. yang ada di pelestarian • Akademisi, pegiat tiap
data dan
• Belum adanya Kab. tradisi lisan
n tradisi lisan.
seni, budayawan dan inventaris OPK • Ada regulasi desa/kelurahan
pendataan dan Nganjuk oleh generasi kelompok peduli tradisi lisan. pemerintah
inventarisir ragam • Perlunya kajian muda. sejarah. • Dokumentasi daerah untuk
tradisi lisan yang terkait tradisi
ada di Kab. hasil pendataan perlindungan
lisan.
Nganjuk. dan inventarisir tradisi lisan di
Kab. Nganjuk.
2 Aspek • Perlunya ada • Munculnya . • Dibentuknya • Terbentuknya tim - - -
Pengembangan kegiatan untuk tim pengembangan
mendorong pengembangan

65
proses pengalih kreasi-kreasi dan dan
wahanaan seni media alihawahan. pengaliwahanaan.
• Belum adanya tradisi lisan baru yang
usaha pengalih menjadi seni berangkat dari
wahanaan tradisi • Diadakannya • Adanaya naskah
kontemporer tradisi lisan
lisan yang ada di kegiatan lomba hasil
(cerita (cerita tutur)
Kab. Nganjuk pengaliwahanaa pengalihwahanaa
bergambar,
menajadi produk n tradisi lisan n.
film, animasi
dan atau praktek Ditampilkanny a menjadi seni
dan media baru
kebudayaan, baik bentuk kontemporer
lainnya) • Sarana prasarana
yang tradisi atau • Upaya kearifan lokal atau media baru pendukung
kontemporer pengarsipan yang termuat
• Masih kurangnya tradisi lisan dalam tradisi
publikasi ragam lisan kepada • Kegiatan lomba
(cerita tutur)
tradisi lisan atau festival
yang beredar di generasi
tradisi lisan.
masyarakat. muda.
3 Aspek • Menjadikan ragam • Adanya • Dibentuknya • Terbentuknya - - -
Pemanfaatan tradisi lisan yang kurikulum tim tim pengembang
• Belum adanya ada di Kab. muatan lokal pengembangan kurikulum
upaya untuk Nganjuk menjadi yang kurikulum muatan lokal
memanfaatkan bagian dari berdasarkan muatan lokal • Lomba dan
tradisi lisan tradisi lisan • Diadakannya festival bertutur
kurikulum muatan
(cerita tutur) yang yang ada di kegiatan atau dongeng,
lokal.
ada di Kab. Kab. Nganjuk festival dan • Adanya produk
• Mendorong bagi • Munculnya lomba bertutur
Nganjuk sebagai UMKM dengan
para pegiat seni karya-karya atau dongeng
bagian dari konsep dan tema
kurikulum untuk seni atau • Adanya tradisi lisan.
muatan lokal di memanfaatkan produk produk
Naskah
satuan tradisi sebagai tema kebudayaan UMKM
pertujukan atau
pendidikan. karya seni. yang berlatar berbasis tradisi
tradisi lisan. seni kontemporer
• Masih minimnya lisan.
berbasis data
usaha untuk
menjadikan tradisi lisan.
cerita lisan
(cerita tutur)
sebagai produk
dan praktek
kebudayaan seni
kontemporer atau
seni media baru

66
4 Aspek Pembinaan • Digencarkannya • Adanya • Adanya • Pelatihan dan - - -
• Kurangnya gerakan cerita kesadaran di kegiatan atau sosialisasi.
kesadaran tutur untuk para masyarakat pelatihan dan • Gerakan
generasi pelajar. untuk atau sosialisasi mendekati
muda akan Pelatihan bagi para melestarikan terkait tradisi lisan
manfaat pegiat seni dan tradisi lisan keberadaan (cerita tutur)
keberadaan pegiat literasi untuk di level tradisi lisan di bagi peserta
tradisi lisan. mendekati manfaat desa/kelurahan Kab. Nganjuk didik.
Semakin dari tradisi lisan. • Semakin • Adanya gerakan • Adanya pusat
berkurangnya digemarinya pelestarian data
• Memaksimalkan
sumber daya tradisi lisan bagi tradisi lisan kebudayaan di
peran para
manusia yang peserta didik. dalam bentuk level
penutur (tradisi
lisan) dalam seni desa/kelurahan
melestarikan
kontemporer
tradisi lisan di pemajuan
kebudayaan atau media baru
Kab. Nganjuk.
daerah

VII.1.3 Adat Istiadat


Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan
Kerja
2024 2029 2034 2039

1 Aspek • Pendataan dan • Adanya data • Dinas • Pembentukan • Terbentuknya • Terdapat • Terdapat Terdapat
Perlindungan inventarisir inventaris adat Kepemudaan,Olahra tim pendataan tim kajian dan Lembaga Lembaga Lembaga
• Semakin praktek adat istiadat. ga, Kebudayaan dan adat istiadat pendataan adat Adat Desa di Adat Desa di Adat Desa di
berkurangnya istiadat yang ada • Mendekatkan Pariwisata istiadat. tiap tiap tiap
praktek adat di Kab. Nganjuk. masyarakat • Dinas PMD. • Pembentukan • Adanya data
Lembaga Adat desa/keluraha desa/kelurah desa/keluraha n
istiadat di • Terbentuknya khusunya • Pemerintahan dan hasil
Desa n 20 % dari a n 70 % dari 100 % dari total
masyarakat. Lembaga Adat generasi muda Desa/Kelurahan kajian.
total jumlah total jumlah jumlah
• Masih sedikitnya Desa pada
• Akademisi, pegiat • Sudah ada
ekosistem • Adanya desa/keluraha desa/kelurah desa/keluraha n
Lembaga Adat seni, budayawan, Lembaga
adat istiadat. regulasi n di Kab. a n di Kab. di Kab.
Desa di Kab. kelompok adat desa Adat Desa.
• Terbentuknya perlindungan Nganjuk. Nganjuk. Nganjuk.
Nganjuk.
Lembaga dan peserta didik. terhadap adat
.
Adat Desa. istiadat.

67
2 Aspek • Kajian terkait • Adanya hasil • Pembentuka n • Adanya hasil • Sudah ada • Sudah ada • Sudah ada
Pengembangan ekosistem adat riset dan tim kajian dan riset dan kajian. tiga ragam lima ragam sepuluh
• Masih istiadat. kajian terkait riset untuk • Sudah ada satu adat istiadat adat istiadat ragam adat
minimnya hasil • Dokumenta si ekosistem pendaftaran ragam adat prioritas di prioritas di istiadat
kajian dan publikasi adat istiadat. ragam kegiatan istiadat prioritas Kab. Kab. Nganjuk prioritas di
ekosistem adat praktekprakte • Adanya adat istiadat di di Kab. Nganjuk yang yang telah Kab. Nganjuk
istiadat yang k adat istiadat. dokumentasi Kab. Nganjuk Nganjuk yang telah ditetapkan yang telah
ada di Kab. Pendaftaran dan publikasi. menjadi Warisan telah ditetapkan menjadi ditetapkan
Nganjuk. praktekpraktek • Ditetapkanny Budaya Tak ditetapkan menjadi Warisan menjadi
• Belum adat istiadat a adat istiadat Benda menjadi Warisan Budaya Tak Warisan
maksimalnya yang ada di yang ada di Indonesia. Warisan Budaya Tak Benda. Budaya Tak
kegiatan Kab. Nganjuk Kab. Nganjuk • Adanya Budaya Tak Benda. Benda.
pendokumentas untuk menjadi menjadi dokumentas i Benda.
i an dan Warisan Warisan dan publikasi. • Adanya bentuk
publikasi Budaya Tak Budaya Tak dokumentasi
kegiatan adat Benda Benda. dan publikasi
istiadat. Indonesia. dengan
• Masih memanfaatka
sedikitnya adat n teknologi
istiadat yang terbaru.
ada yang
ditetapkan
menjadi WTTB

68
3 Aspek • Dibuatnya • Memasukan • Dibuatnya • Sudah adanya • Promosi - -
Pemanfaatan kalender kegiatan adat kalender kalender kegiatan dan
• Masih belum kegiatan istiadat kegiatan adat kegiatan adat branding
maksimalnya adat menjadi bagian istiadat yang istiadat. event adat
agenda adat istiadat. dari kalender terintegrasi • Kerja sama istiadat di
istiadat di Kab. • Menjadika wisata di Kab. dengan dengan media level
Nganjuk n agenda Nganjuk. kalender masa (koran, internasional
menjadi bagian adat • Adanya hasil pariwisata. radio atau .
dari daya tarik istiadat kajian dan • Promosi televisi). • Adanya desa
wisata. sebagai sosialisasi kegiatan • Kerja sama berbasis
• Belum adanya bagian dari mengenai melalui dengan wisata adat.
upaya untuk daya tarik hubungan adat media masa pengelola
menjadikan adat wisata Kab. istiadat dengan dan media info media
istiadat menjadi Nganjuk pelestarian sosial. sosial baik di
nilai lebih yang • Pelestarian lingkungan dan • Dibentukny skala daerah
dapat lingkungan hubungan a tim kajian dan nasional.
meningkatkan hidup dan sosial dan riset
pendapatan asli hubungan untuk
kemasyarakatan •
daerah, desa sosial merumuska
. n agenda
atau masyarakat
masyarakat. dengan adat istiadat
• Masih belum pendekatan menjadi
dimanfaatkan adat bagian dari
ekosistem adat istiadat. proses
istiadat menjadi perlindungan
bagian dari terhadap
perlindungan ekologi dan
terhadap ekologi toleransi
atau hubungan
antar
sosial antar
masyarakat di masyarakat.
Kab. Nganjuk
4 Aspek Pembinaan • Dialog antar • Adanya dialog • Dibentuknya • Terbentuknya - - -
• Adanya stigma umat ritun yang forum forum
negatif dan beragama melibatkan komunikasi komunikasi
polarisasi dan tokoh agama, dewan adat adat desa di
pembenturan antara masyarakat. budayawan, desa Kab.
keyakinan tertentu Sosialisasi pemangku • Diadakannya Nganjuk
terhadap praktek terkait adat, generasi agenda dialog • Pemahaman
adat istiadat bahaya muda dan dan diskusi. dan
(intolerasi). intoleransi pemerintahan penghormatan
dan daerah. adat istiadat.
polarisasi
kebencian

69
VII.1.4 Ritus
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039

1 Aspek • Pendataan • Adanya data • Dinas • Pembentukan • Terbentuknya • Terbentuknya • Terbentuknya • Terbentuknya
Perlindungan dan pokok terkait Kepemudaan,O tim pendataan tim riset dan Lembaga Lembaga Lembaga
• Belum adanya inventarisir ekosistem ritus lahraga, dan riset pendataan. Adat Desa 30 Adat Desa 70 Adat Desa
data dan ekosistem di Kab. Kebudayaan ekosistem ritus. • Adanya data % dari total % dari total 100 % dari
inventaris ritus. Nganjuk dan pokok desa/kelurahan desa/keluraha total
ekositem (SDM • Pembentukn • Adanya hasil Pariwisata • Pengkajian hasil ekosistem . n. desa/keluraha
dan Praktek) ritus tim riset dan kajian terkait pendataan. ritus di Kab. n.
di masyarakat kajian. dinamika Nganjuk
• Pemerintahan • Adanya
Kab. Nganjuk. praktek ritus. • Adanya hasil
Desa/Keluraha sosialisasi terkait kajian terkait
• Belum adanya kajian
n regulasi dinamika
praktek ritus yang
perlindungan ekosistem
ada di Kab. Nganjuk
• Akademisi, ekosistem ritus. ritus.
• Perlunya regulasi di
budayawan, • Regulasi terkait
tingkat pemerintah
kelompok adat perlindungan
daerah dan ekosistem ritus.
desa/kelurahan desa dan
masyarakat. • Terbentuknya
dalam perlindungan Lembaga
ekosistem ritus. Adat Desa 30 %
dari total
desa/kelurahan.

70
2 Aspek • Pengkajian • Adanya upaya • Dibentuknya • Ditetapkan 12 • Ditetapkan 1-2 • Ditetapkan 12 • Ditetapkan 12
Pengembangan dan pendaftaran tim kajian dan praktek ritus praktek ritus praktek ritus praktek ritus
• Masih sedikitnya pendaftaran praktek ritus riset untuk menjadi menjadi menjadi menjadi
praktek ritus di praktek- yang ada di pendaftaran Warisan Warisan Warisan Warisan
Kab. Nganjuk praktek ritus Kab. Nganjuk praktek-praktek Budaya Tak Budaya Tak Budaya Tak Budaya Tak
yang ditetapkan di Kab. menjadi ritus di Kab. Benda Benda Benda Benda
menjadi Warisan Nganjuk Warisan Nganjuk Indonesia. Indonesia. Indonesia. Indonesia.
Budaya Tak menjadi Budaya Tak menjadi • Dokumentasi
Benda Indonesia. Warisan Benda Warisan dan publikasi
• Masih minimnya Budaya Tak Indonesia. Budaya Tak ekosistem ritus
dokumentasi dan Benda • Adanya Benda dalam bentuk
publikasi Indonesia. dokumentasi Indonesia. film, buku, foto
ekosistem ritus. • Dokumentas dan publikasi • Pendokumentas dan media
• Belum i dan dalam beragam ian dan lainnya.
dijadikannya publikasi media. publikasi • Adanya materi
pengetahuan dan ekosistem • Para peserta ekosistem ritus. pembelajaran
nilai-nilai yang ritus. didik • Perumusan di sekolah
terkandung dalam • Dijadikanny memahami pengetahuan terkait
ritus menjadi a pengetahuan dan nilai-nilai pengetahuan dan
bagian dari pengetahuan dan nilai-nilai ritus untuk nilai-nilai yang
kurikulum dan nilai- ritus yang ada diintegrasikan terkandung pada
muatan lokal di nilai terkait di Kab. dengan
ritus.
Kab. Nganjuk ritus menjadi Nganjuk kurikulum
bagian dari melalui mata muatan lokal.
kurikulum pelajaran
muatan muatan lokal.
lokal.
3 Aspek • Pengintegrasian • Masuknya • Perumusan • Adanya
Pemanfaatan ragam ritus ke ragam praktek ragam praktek konektivitas
• Masih minimnya dalam ritus dalam ritus untuk ragam praktek
nilai-nilai dan kurikulum kurikulum diintegrasikan ritus ke dalam
pengetahuan pendidikan pendidikan ke dalam sistem
mengenai ritus formal. formal (muatan kurikulum pembelajaran di
di masyarakat. • Sosialisasi lokal) pendidikan tiap-tiap satuan
• Masih minimnya tentang manfaat • Adanya formal. pendidikan.
pemanfaatan ritus kepada sosialisasi ke • Sosialisasi • Kegiatan
praktik ritus masyarakat. masyarakat pemanfaatan sosialisasi ke
untuk terkait ragam ragam ritus masyarakat.
pengembangn praktek ritus
kepada
pemajuan
masyarakat
kesejahteraan
masyarakat. terutama anak
muda.

71
4 Aspek Pembinaan • Disediakanny • Adanya sarana • Adanya • - - -
• Kurangnya sarana a sarana dan dan prasarana prasarana dan
dan prasarana prasarana penunjang sarana yang
penunjang kegiatan yang kegiatan ritus. bisa digunakan
ritus di masyarakat. disiapkan Kegiatan untuk
oleh berkaitan penunjang
• Semakin
pemerintah dengan ritus kegiatan ritus.
berkurangnya
daerah/desa yang • Adanya
praktek-praktek
untuk difasilitasi kegiatan rutin
ritus di
penunjang pemerintah sosialisasi dan
masyarakat.
kegiatan ritus. daerah/desa pengenalan
• Belum
• Diagendakan • Adanya pengetahuan
tersosialisasik an
n ya kegiatan pemahaman dan nilai-nilai
nilai dan
ritus di terkait ekosistem
pengetahuan
masyarakat ekosistem ritus kepada
terkait ritus di
dengan bagi generasi masyarakat
generasi
pemerintah muda/pelajar. khususnya
muda/pelajar
daerah/desa pelajar/gener asi
sebagai muda.
fasilitator. • Adanya kegiatan
• Pengenalan dan ritus yang
sosialisasi nilai- difasilitasi oleh
nilai dan pemerintah
pengetahuan daerah/desa
yang ada dalam
ekosistem ritus

72
VII.1.5 Pengetahuan Tradisional
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan
Kerja
2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Melakukan • Adanya data • Dinas • Membentuk tim • Sudah ada data - - -
• Belum terinventarisasi inventaris data base Kepemudaan,Ola inventaris base terkait
data pengetahuan pengetahuan pengetahuan hra ga, terkait pengetahuan
tradisional (resep tradisional. tradisional yang Kebudayaan dan pengetahuan tradisional.
kuliner, • Adanya kajian terinventarisir. Pariwisata tradisional.
dan riset terkait • Adanya hasil • Dinas
penanggalan/pawuk
pengetahuan riset dan kajian Menjadikan data • Adanya
on,pengobatan/ramuan , Pendidikan. perlindungan
tradisional dan pengetahuan
musim tanam, aturan pemanfaatan • Dinas Pertanian tradisional regulasi terkait
pemanfaatnya. pengetahuan dan Peternakan. sebagai bagian pengetahuan
irigasi, arsitektur dan • Adanya regulasi tradisional • Dinas UMKM dari sistem ilmu tradisional.
lainlain) yang ada di pemerintah • Adanya dan Koperasi pengetahuan dan
Kab. Nganjuk daerah/desa regulasiper • Dinas Kesehatan kurikulum.
• Masih sedikitnya hasil terkait lindungan. • Dinas PMD.
kajian dan riset terkait perlindungan • Pemerintahan • Adanya regulasi
khazanah pengetahuan pengetahuan Desa/Kelurahan perlindungan.
tradisional. tradisional. • Akademisi,
• Belum adanya regulasi
peserta didik,
perlindungan terkait
budayawan,
pengetahuan tradisional
kelompok adat
desa, praktisi
kesehatan,
pengobat
tradisional dan
masyarakat
umum.

73
2 Aspek Pengembangan • Melakukan • Adanya • Dibentuknya tim • Adanya hasil Adanya 3(tiga) Adanya Adanya 10
tahapan kajian hasil kajian dan kajian dan riset. kajian dan riset OPK 5(lima) OPK (sepuluh)
dan riset. riset. • Melakukan terkait pengetahuan pengetahuan OPK
• Adanya riset dan
• Pemetaan • Adanya pemetaan pengetahuan tradisional di tradisional di pengetahuan
kajian terkait
terhadap pemetaan prioritas terkait tradisional Kab.Nganjuk Kab.Nganjuk tradisional di
pengetahuan
pengetahuan pengetahuan OPK untuk • Adanya hasil yang ditetapkan yang Kab.Nganjuk
tradisional (resep
tradisional di tradisional. didaftarkan pemetaan terkait menjadi Warisan ditetapkan
kuliner, yang
Kab.Nganjuk • Adanya menjadi Warisan penggunaan Budaya Tak menjadi
penanggalan/pawukon, ditetapkan
• Pendaftaran Objek Budaya Tak pengetahuan Benda. Warisan
pengobatan/ramuan, menjadi
dan penetapan Pemajuan Benda. tradisional di Budaya Tak
musim tanam, Warisan
pengetahuan Kebudayaan masyarakat. Benda.
aturan irigasi, Budaya Tak
arsitektur dan
tradisional di (OPK) • Adanya 1 (satu)
Kab. Nganjuk pengetahuan OPK Benda.
lainlain) yang ada di
sebagai Warisan tradisional di pengetahuan
Kab. Nganjuk
Budaya Tak Benda Kab. Nganjuk tradisional di
• Belum
maksimalnya Indonesia. menjadi Kab.Nganjuk
pendaftaran Warisan yang ditetapkan
pengetahuan Budaya Tak menjadi Warisan
tradisional yang ada Benda. Budaya Tak
di Kab.Ngajuk Benda.
menjadi bagian dari
Warisan Budaya Tak
Benda Indonesia.
3 Aspek Pemanfaatan • Pengintegrasian • Masuknya • • Perumusan • Adanya Adanya - -
• Belum ragam pengetahuan ragam konektivitas keterkaitan
dimanfaatkannya ragam pengetahuan tradisional pengetahuan ragam ragam
pengetahuan tradisional tradisional ke dalam tradisional untuk pengetahuan pengetahuan
yang ada di Kab. dalam kurikulum kurikulum diintegrasikan ke tradisional ke tradisional
Nganjuk dalam pendidikan pendidikan dalam kurikulum dalam sistem
yang dengan
kurikulum pendidikan formal. formal (muatan pendidikan pembelajaran
kurikulum
formal. • Sosialisasi lokal) formal. di tiap-tiap
• Sosialisasi pendidikan
• Masih sedikitnya tentang manfaat • Adanya satuan
pemanfaatan pemanfaatan pendidikan. formal
pengetahuan sosialisasi ke
pengetahuan dalam masyarakat pengetahuan • Kegiatan (muatan lokal)
tradisional
kehidupan seharihari kepada terkait tradisional sosialisasi
di masyarakat. masyarakat. penggunaan kepada ke
pengetahuan masyarakat masyarak
tradisional. at.
terutama anak
muda.

74
4 Aspek Pembinaan • Pembinaan pelaku • Adanya langkah- • Pembinaan dan • Kegiatan - - -
dan pengguna langkah pelatihan secara sosialisasi ke
pengetahuan pembinaan oleh berkala kepada masyarakat dan
• Semakin minimnya
tradisional secara OPD terkait. para pelaku dan pelaku.
pelaku dan pengguna
berkala. • Adanya pengetahuan • Sudahnya
pengetahuan tradisional
• Konsolidasi konsolidasi tradisional. lembaga atau
di tengah-tengah
lembaga atau pengetahuan • Adanya organisasi yang
masyarakat.
organisasi tradisional di konsolidasi pada dapat
• Belum
yang menaungi Kab. para pelaku dan konsolidasikan
terkonsolidasinya
pengetahuan Nganjuk. pengguna pengetahuan
lembaga atau organisasi
tradisional yang pengetahuan tradisional yang
yang menaungi
ada di Kab.Ngajuk ada di Kab.
keberadaan palaku tradisional.
Nganjuk.
pengetahuan tradisional

75
VII.1.6 Teknologi Tradisional
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan
Kerja
2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Pendataan dan • Adanya • Dinas • Pembentukan • Melakukan - - -


• Belum terinventarisnya inventarisir ragam database Kepemudaan, tim inventaris pendataan dan
keberadaan Teknologi Teknologi terkait Olahraga, • Pemetaan inventarisir
Tradisional yang ada di Tradisional yang keberadaan Kebudayaan ekosistem OPK
Kab. Nganjuk. ada di Kab. ragam dan Pariwisata Teknologi Teknologi
• Lemahnya perlindungan Nganjuk. Teknologi • Dinas Tradisional di Tradisional
dalam bentuk regulasi • Adanya regulasi Tradisional. Pendidikan. Kab. Nganjuk. • Adanya data
pada pelaku dan perlindungan baik • Terlindunginya • Dinas • Penyusunan base kebudayaa
pengguna Teknologi di tingkatan Perda ekosistem baik Pertanian dan Perda atau n di Kab.
Tradisional. atau Perdes. pelaku atau Peternakan. Perdes Nganjuk yang
. pengguna • Dinas perlindungan terintergrasi.
Teknologi Objek • Adanya Perda
UMKM dan
Tradisional. Pemajuan dan atau Perdes
Koperasi
• Dinas Kebudayaan perlindungan
Kesehatan (OPK). OPK
• Dinas PMD.
• Pemerintahan
Desa/Kelurahan
• Akademisi,
peserta didik,
budayawan,
kelompok adat
desa, praktisi
dan
• masyarakat
umum

76
2 Aspek Pengembangan • Adanya kolaborasi • Untuk • Adanya • Agenda riset Terdaftarnya - -
• Belum maksimalnya antara penggunan mengetahui agenda dan kajian Teknologi
riset dan kajian terkait Teknologi penggunaan riset dan secara berkala.Tradisional yang
ekosistem Teknologi Tradisional dengan Teknologi kajian. • Terdaftarnya ada di Kab.
Tradisional yang ada di kehidupan sehari- Tradisional • Pemetaan Teknologi Nganjuk sebagai
hari. agar tetap ragam Tradisional
Kab. Nganjuk Warisan budaya
• Pendaftaran relevan Teknologi yang ada di
• Belum kolaborasi antara Tak Benda
Teknologi dengan Tradision Kab. Nganjuk
penggunan Teknologi Tradisional yang generasi hari al yang sebagai Indonesia.
Tradisional dengan ada di Nganjuk ini. ada di Warisan
kehidupan sehari-hari. menjadi Warisan • Terdaftarnya Kab. Budaya Tak
• Masih sedikitnya Budaya Tak Benda dan Nganjuk Benda
Teknologi Tradisional Indonesia. diakuinya untuk Indonesia.
yang ada di Kab. • Adanya riset dan Teknologi didaftarka
Nganjuk yang ditetapkan kajian terkait Tradisional n menjadi
menjadi Warisan Budaya ekosistem yang ada di Warisan
Tak Benda Indonesia. Teknologi Nganjuk Budaya
Tradisional yang menjadi Tak
ada di Kab. Nganjuk Warisan Benda
Budaya Tak Indonesia.
Benda
Indonesia.
3 Aspek Pemanfaatan Adanya integrasi • Pemanfaatan • Adanya Adanya - - -
Teknologi Tradisional kembali keterkaitan materi
dengan sistem Teknologi penggunaan Teknologi
• Belum maksimalnya
Tradisional. Teknologi
pemanfaatan Teknologi pengetahuan masyarakat Tradisional
Tradisional
dan kurikulum pada • Adanya dalam sistem
Tradisional dalam dengan
pendidikan formal. keterkaitan kurikulum
sistem pengetahuan Teknologi kehidupan
masyarakat atau muatan
Tradisional sehari-hari
• Belum terintegrasinya • Menjadi lokal.
dengan
Teknologi Tradisional teknologi bagian dari
yang ada di Kab. terbaru kurikulum
Nganjuk ke dalam muatan lokal.
kurikulum pendidikan
formal.
4 Aspek Pembinaan Adanya usaha Adanya transfer Diadakannya Pembinaan •
Belum adanya pembinaan pembinaan secara pengetahuan agenda berkala dan
kepada palaku dan berkala kepada pelaku mengenai pembinaan. sosialisasi
pengguna Teknologi dan pengguna Teknologi Teknologi pemajuan
Tradisionall Tradisional Tradisional Teknologi
Tradisional

77
VII.1.7 Olahraga Tradisional
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan
Kerja
2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Perlunya Terinventarisnya data • Dinas • Pembentukan • Dimulainya • Sudah - -


 Belum adanya pendataan dan Olahraga Tradisional Kepemudaan, tim inventarisir pendataan adanya
inventarisir data inventarisir yang ada di Kab. Olahraga, data. dan regulasi
Olahraga Tradisional Olahraga Nganjuk. Kebudayaan inventarisir Objek
• Pendataan
yang ada di Kab. Tradisional dan Pariwisata secara berkala • Adanya Pemajuan
• Perlunya data Kebudayaan
Nganjuk Terlindunginya OPK • Organisasi OPK Teknologi Olahraga
keberadaan (OPK)
 Belum adanya regulasi regulasi Objek
Olahraga Tradisional Olahraga Tradisional Tradisional
terkait Objek Pemajuan Pemajuan Tradisional Pembahasan
Kebudayaan (OPK) Kebudayaan • Dinas • Pembahasan • Adanya
dan
Olahraga Tradisional Pendidikan regulasi Perdes OPK
(OPK) Olahraga sosialisasi
• Dinas UMKM Perda/Perdes terkait
Tradisional. Objek
dan Koperasi regulasi
Pemajuan
• Dinas Objek
Kebudayan.
• Kesehatan Pemajuan
• Dinas PMD Kebudayaan
• Pemerintahan di Kab.
Desa/Kelurahan Nganjuk dan
Perdes di
Akademisi,
tingkat desa.
peserta didik,
budayawan,
kelompok adat
desa, praktisi
kesehatan,
pengobat
tradisional dan
masyarakat
umum

78
2 Aspek Pengembangan • Adanya riset dan • Adanya hasil dan • Pembentukan •Adanya riset - - -
kajian terkait kajian terkait tim riset dan dan kajian
konektivitas pengembangan kajian. serta
• Belum adanya riset dan
Olahraga Olahraga • Adanya lokakarya
kajian terkait Tradisional dengan Tradisional Olahraga
sosialisasi atau
pengembangan Olahraga berbasis menjadi bagian lokakarya hasil Tradisional
Olahraga Tradisional Teknologi ( E-Spot) dari Olahraga riset. berbasis E-
menjadi bagian dari • Pendaftaran Teknologi (E- • Pendaftaran Spot dan
Teknologi (E-Sport) Olahraga Spot) OPK atau
Tradisional di Kab. • Terdaftarnya Olahraga teknologi.
Nganjuk menjadi Olahraga Tradisional •Adanya
bagian dari Warisan Tradisional di Kab. yang ada di OPK
Budaya Tak Benda. Nganjuk menjadi Kab. Olahraga
bagian dari Nganjuk Tradasional
Warisan menjadi yang telah
Budaya Tak bagian dari ditetapkan
Benda. Warisan menjadi
Budaya Tak Warisan
Benda. Budaya Tak
Benda
Indonesia.
3 Aspek Pemanfaatan • Adanya event • Semakin • Koordinasi • Terselengg - - -
• Masih minimnya berkala dan digemarinya dengan OPD aranya
pemanfaatan Olahraga berjenjang Olahraga dan organisasi event
Tradisional dalam event Olahraga Tradisional oleh masyarakat Pekan
- event di Kab. Tradisional di masyarakat. terkait adanya Olahraga
Kab.Nganjuk. • Menjadi bagian agenda event Tradisional
Nganjuk.
• Adanya dari muatan Olaraga di Kab.
• Belum terakomodirnya
pemanfaatan lokal kurikulum Tradisional di Nganjuk.
Olahraga Tradisional ke Olahraga sekolah. Kab. Nganjuk.
dalam kurikulum atau Tradisional menjadi • Adanya event Adanya
pembelajaran di sekolah muatan lokal Pekan kurikulum
kurikulum sekolah Olahraga muatan
Tradisional di lokal yang
Kab. terintegrasi
Nganjuk
dengan OPK
Sinkronisasi
Olahraga
kegiatan
Olahraga Tradisional.
Tradisional
dengan
kurikulum

79
4 Aspek Pembinaan • Pelaksanaan • Adanya • Pembuatan • Sudah - - -
• Masih minimnya program regenerasi program kerja adanya
pembinaan bagi pelaku pembinaan dan atlet dan untuk induk
Olahraga Tradisional di pelatihan bagi pelatih mencetak atlet organisasi
Kab. pelaku Olahraga Olahraga dan pelatih Olahraga
Nganjuk Tradisional. Tradisional. Olahraga Tradisional
• Masih minimnya • Adanya program • Adanya Tradisional. • Sudah
keberadaan dan regenerasi pelaku organisasi • Pembentukan adanya
eksistensi organisasi Olahraga induk Organisasi program
induk Olahraga Tradisional. Olahraga Induk pembinaan
Tradisional di Kab. • Pembentukan dan Tradisional di Olahraga dan
Nganjuk peningkatan Kab. Tradisional di pelatihan
kapasitas induk Nganjuk. Kab. untuk atlet
organisasi Nganjuk.
Olahraga dan pelatih
Tradisional olahraga
tradisional.

VII.1.8 Bahasa
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1 Aspek Perlunya Tersedianya • Dinas Pembentukan tim pendataan • Adanya dokumen • Adanya • Adanya -
Perlindungan pendataan dan data base Kepemudaan, dan pemetaan keberagaman terkait pendataan dokumen dokumen
Masih belum adanya pembuatan terkiat sebaran Olahraga, bahasa di Kab. Nganjuk. dan pemetaan terkait terkait
pendataan terkait peta keragaman Kebudayaan dan ragam bahasa pendataan dan pendataan
keberadaan dan keberagaman bahasa daerah Pariwisata daerah. pemetaan dan
di Kab.
keragaman bahasa bahasa daerah • Dinas Pendidikan ragam bahasa pemetaan
Nganjuk.
daerah di Kab. yang ada di • Cabag Dinas daerah di tiap ragam
Nganjuk. Nganjuk. Provinsi desa. bahasa
• Dinas Kominfo daerah di
• Dinas PMD tiap desa.
• Pemerintahan
Desa/Kelurahan
• Akademisi, peserta
didik, budayawan,
kelompok adat
desa dan
masyarakat umum

80
2 Aspek • Perlunya ada • Adanya kajian • Pembentukan program • Sudah adanya Tersedianya - -
Pengembangan program riset dan riset yang kerja riset dan kajian program riset dan ruang untuk
• Masih sedikitnya dan kajian komprehensif terkait bahasa daerah di kajian secara pusat studi
riset dan kajian terkiat ragam • Adanya pusat Kab. Nganjuk. berkala. dan
terkait bahasa daerah studi dan dokumentasi
di Kab. dokumentasi ragam bahasa
keberagaman
Nganjuk. ragam bahasa di Museum
bahasa daerah
• Perlu adanya Nganjuk.
yang ada di Kab. di Kab.
pusat
Nganjuk. Nganjuk
dokumentasi
• Belum adanya keberadaan
ruang atau pusat ragam bahasa
dokumentasi di Kab.
bahasa daerah di Nganjuk.
Kab. Nganjuk

3 Aspek • Penggunaan Pelestarian • Sosialisasi dan • Sudah adanya • Adanya 5 • Adanya •


Pemanfaatan bahasa daerah ragam bahasa pewacanaan program ntuk desa sadar 10 desa Ada
• Masih minimnya sebagai daerah di Kab. penggunaan bahasa menggunakan bahasa sadar nya
pemanfaatan bahasa Nganjuk. daerah pada pusat-pusat bahasa daerah daerah. bahasa 25
bahasa daerah pendamping informasi publik. di pusat-pusat daerah. desa
pada pusat- • Sinkronisasi program informasi.
pada pusat-pusat sada
pusat pekan atau sehari • Terlaksanakann
informasi publik. r
informasi berbahasa daerah di ya pekan dan
• Masih minimnya publik. lingkup pemerintah atau sehari baha
penggunaan • Adanya pekan daerah Kab. Nganjuk. berbahasa sa
bahasa daerah atau hari • Diwacanakannya desa daerah di daer
dalam bahasa wajib sadar bahasa daerah di lingkup ah.
pengantar sehari- menggunakan Kab. Nganjuk. pemerintah
hari. bahasa daerah daerah Kab.
• Rendahnya di lingkup Nganjuk.
penggunaan pemerintah
bahasa daerah daerah atau
dalam kegiatan desa di Kab.
Nganjuk.
atau program
pemerintah
daerah dan atau
desa.

81
4 Aspek • Adanya Pembinaan • Pelatihan secara berkala. • Mengadakan
Pembinaan pelatihan secara pengguna Adanya pembinaan. acara pelatihan
• Rendahnya berkala kepada ragam bahasa secara berkala
kemampuan generasi muda daerah di Kab. di tiap
berbahasa atau pelajar Nganjuk. tahunnya.
daerah di terkait
kalangan anak penggunaan
muda. bahasa daerah
• Minimnya Kab. Nganjuk
minat • Pembinaan bagi
terhadap OPD terkait
penggunaan untuk ikut serta
bahasa dalam
daerah di penggunaan
masyarakat bahasa daerah
Kab. Kab. Nganjuk
Nganjuk. dalam ruang-
ruang
pelayanan atau
publik.

82
VII.1.9 Permainan Tradisional

No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


Kerja 2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Melakukan • Adanya data terkait • Dinas Pembentukan tim • Sudah adanya Adanya - -
pendataan secara OPK Permainan Kepemudaan, inventaris dan data base regulasi
• Belum adanya berkala terkait Tradisional. Olahraga, Kebudayaan kajian. ekosistem perlindungan
inventarisir OPK Permainan dan Pariwisata Pendiskusian OPK terkait OPK
Tradisional yang • Organisasi Olahraga terkait pentingnya Permainan baik dalam
Permainan Tradisional • Terlindunginya
ada di Kab. regulasi Tradisional bentuk
yang ada di Kab. OPK Permainan Tradisional
Nganjuk. perlindungan OPK. yang di Kab. peraturan
Nganjuk. • Mengupayakan Tradisional melalui • Dinas Nganjuk. daerah dan atau
• Masih belum adanya segera adanya regulasi Pendidikan • Adanya peraturan desa.
peraturan baik di regulasi pemerintah • Dinas regulasi
tingkat daerah atau perlindungan OPK UMKM dan perlindung an
desa terkait di Kab. Nganjuk. Koperasi terkait OPK
perlindungan Objek • Dibentuknya induk • Dinas baik dalam
Pemajuan organisasi Kominfo bentuk
Kebudayaan (OPK) Permainan • Dinas peraturan
Permainan Tradisional. Kesehatan daerah dan
Tradisional. • Dinas PMD atau peraturan
• Pemerintahan desa.
• Belum adanya induk
organisasi yang Desa/Kelurahan
menaungi Permainan • Akademisi, peserta
Tradisional didik, budayawan,
kelompok adat desa
dan masyarakat umum
2 Aspek Pengembangan • Pendaftaran • Ditetapkannya • Membentuk tim • Adanya • Adanya hasil • Adanya hasil • Adanya hasil
Masih minimnya Permainan Permainan Tradisonal Permainan kajian dan riset. hasil riset riset dan riset dan riset dan
Tradisional di Kab. Nganjuk yang ada di Kab. Tradisional di Pendaftaran dan kajian kajian secara kajian secara kajian secara
yang menjadi Warisan Nganjuk menjadi Kab. Nganjuk Permainan secara berkala. berkala. berkala.
Budaya Tak Benda Warisan Budaya Tak menjadi Warisan Tradisional untuk berkala. • 5 OPK • 10 OPK • 15 OPK
Benda Indonesia. Budaya Tak Benda masuk nominasi • Adanya
Indonesia. Permainan Permainan Permainan
Belum maksimalnya riset • Program riset dan Indonesia. Warisan Budaya penetapan
Tradisional Tradisional Tradisional
kajian terkait • Adanaya hasil Tak Benda. Permainan
dan kajian terkait ekosistem yang ada di yang ada di yang ada di
Permainan riset dan kajian. Tradisional
Permainan Tradisional yang Nganjuk Nganjuk Nganjuk
Tradisional. yang ada di
ada di Kab. Nganjuk menjadi menjadi menjadi
Nganjuk
WTTB WTTB WTTB
menjadi
WTTB

83
3 Aspek Pemanfaatan • Pengupayaan Adanya agenda Membuat agenda • Sudah terlaksana• Sudah -
• Belum Permainan secara berkala dan tahunan dalam festival terlaksana
maksimalnya Tradisional dalam terprogram festival Permainan festival
pemanfaatan agenda kebudayaan Permainan Permainan Tradisional di Permainan
Permainan Tradisional daerah. Tradisional di Kab. Tradisional Kab. Nganjuk. Tradisional di
dalam agenda • Diagendakannya Nganjuk secara berjenjang • Sudah masuknya Kab. Nganjuk.
kebudayaan. festival secara berkala. dan berkala. Permainan • Sudah
• Belum adanya Tradisional masuknya
agenda festival secara dalam kurikulum Permainan
berkala terkait muatan lokal. Tradisional
Permainan dalam
kurikulum
Tradisional di Kab.
muatan lokal.
Nganjuk.
• Perlunya memasukan
Permainan
Tradisional ke dalam
kurikulum muatan
lokal.
4 Aspek Pembinaan Diadakannya Terlaksanakannya Program Sudah - - -
• Belum adanya program kegiatan pembinaan kegiatan pembinaan pembinaan bagi terlaksanakannya
pembinaan secara berjenjang dan bagi palaku pelaku Permainan program
bagi palaku berkala bagi palaku Permainan Tradisional di pembinaan
Permainan Permainan Tradisional. Kab. Nganjuk. secara berkala.
Tradisional di Kab. Tradisional di Kab.
Nganjuk.
Nganjuk.

84
VII.1.10 Cagar Budaya

No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


Kerja 2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Pendataan secara • Adanya data • Dinas • Membentuk • Sudah ada Terlindungnya - -
• Belum maksimalnya berkala objek cagar base objek Kepemudaan, Tim Ahli Cagar data base Objek cagar
inventarisir data cagar budaya. pemajuan Olahraga, Budaya Kab. Cagar Budaya
budaya yang ada di Kab. • Dibuatkannya kebudayaan di Kebudayaan dan Nganjuk Budaya yang melalui status
Nganjuk. Perda atau produk Kab. Nganjuk. Pariwisata • Membentuk terintregrasi hukum
hukum cagar • Adanya • Adanya Tim
• Lemahnya perlindungan • BAPEDA Kab. Tim perumus
budaya. perlindungan Ahli Cagar
hukum terhadap cagar Nganjuk Perda Cagar
• Dibentuknya Tim hukum untuk Budaya.
budaya. • Dinas PMD Budaya Kab.
Ahli Cagar Budaya Objek Cagar • Adanya
• Belum adanya Tim Ahli • Dinas Pekerjaan Nganjuk
Kab. Budaya. Perda Cagar
Cagar Budaya di Kab. Nganjuk. • Adanya Tim Umum Pegiat Budaya di
Ngannjuk • Perlunya Ahli Cagar Budaya, Kabupaten
• Masih sedikitnya Objek pembahasan Budaya di Kab. • Akademisi dan Nganjuk.
Cagar Budaya di Kab. penganggaran dalam Nganjuk Masyarakat • Adanya
Nganjuk yang memiliki upaya kompensasi • Upaya umum. pengangga ran
status hukum dalam upaya
dan balas jasa kompensasi
• Belum adanya anggaran kompensasi
terhadap temuan dan balas jasa
terkait kompensasi dan dan balas jasa
Objek Cagar terhadap terhadap
atau balas jasa terhadap Budaya. temuan Objek temuan Objek
penemuan Objek Cagar Cagar Budaya. Cagar Budaya
Budaya.
2 Aspek Pengembangan • Mengadakan • Adanya hasil • Merencanakan • Sudah ada • Adanya • Revitalisasi -
• Belum banyaknya kajian dan riset kajian dan riset kajian dan riset kajian dan riset fasilitas dan Kawasan
hasil kajian dan riset secara berkala yang faktual dan secara berkala. terkait Cagar sarana Kota Tua
mengenai Cagar
terhadap aktual. • Merencanakan Budaya di kab. prasarana Nganjuk
temuan atau • Adanya diskusi publik Nganjuk secara penunjang
Budaya.
objek Cagar kesadaran di atau seminar berkala.
• Belum Budaya di Kab. • Merencanakan • Diskusi publik
Cagar
masyarakat Budaya
maksimalnya sarana Nganjuk dan sosialisasi dengan
umum terkait (Tempat
dan prasarana • Mengadakan Cagar Budaya ke pemerintah masyarakat
penunjang di seminar secara daerah atau dan atau Penyimpanan
• Adanya fasilitas
Kawasan Cagar berkala hasil desa terkiat pelajar. koleksi)
sarana dan
Budaya. kajian dan riset pentingnya • Adanya • Keberadaan
prasarana Cagar
ke masyarakat fasilitas fasilitas dan kawasan
Budaya sampai
dan atau penunjang sarana Geo Park di
di level Desa.
pelajar serta Cagar Budaya. prasarana Situs
penunjang Purbakala

85
pegiat Cagar Budaya Hutan
kebudayaan (Tempat Trittik
• Pengadaan Penyimpanan Rejoso
sarana dan koleksi)
prasarana
penunjang
Objek Cagar
Budaya
(Kawasan Geo
Park di Tritik
dan Museum
berbasis desa)
3 Aspek Pemanfaatan • Perlunya • Generasi muda • Merencanakan • Sudah - - -
• Masih belum menjadikan dan atau pelajar kurikulum lokal terintergras
maksimalnya Objek Cagar akan semakin yang inya kurikulum
pemanfaatan Objek Budaya sebagai mengenal Objek terintregrasi pendidikan
Cagar Budaya media Cagar Budaya dengan dengan Objek
sebagai media pembelajaran yang ada di Pemajuan Cagar Budaya
pembelajaran di dapat melalui Nganjuk. Kebudayaan di
lembaga pendidikan kurikulum • Adanya Kab. Nganjuk. Kab.Nganjuk
formal dan muatan lokal. kesinambungan • Mengadakan • Adanya lomba
informal. • Adanya lomba- antara lomba dan dan inovasi
• Masih minimnya lomba atau pendidikan dan inovasi berbasis secara berkala
pemanfaatan Objek inovasi bidang pemajuan teknologi, seni dalam bidang
Cagar Budaya ekonomi dan kebudayaan dan media teknologi, seni
sebagai bagian dari industri kreatif daerah. dan media
bertemakan
daya tarik wisata, bertemakan • Munculnya bertemakan
Objek Cagar
ekosistem ekonomi Objek Cagar inovasi- inovasi Objek Cagar
Budaya yang ada Budaya. Budaya.
dan industri kreatif• berbasis seni,
Belum di Kab. teknologi dan • Tercapainya
dimaksimalkannya Nganjuk. media yang fungsi Objek
Objek Cagar • Mendorong Cagar Budaya
bertemakan
Budaya sebagai inovasi dalam sebagai sarana
Objek Cagar
bagaian dari inovasi bidang pendidikan dan
teknologi, seni Budaya.
teknologi atau dan rekreasi
ahli wahana ke dan media baru keluarga
media seni. bertemakan
• Belum Objek Cagar
dimaksimalkannya Budaya di Kab.
Objek Cagar Ngangjuk.
Budaya sebagai
bagaian dari inovasi
teknologi atau dan

86
ahli wahana ke
media seni.

4 Aspek Pembinaan • Meningkatkan • Pembinaan dan • Merencanakan • Sudah adanya


• Masih minimnya SDM kualitas SDM peningkatan program program
dalam bidang perawatan (Juru Pelihara) SDM (Juru pembinaan pembinaan juru
Objek Cagar Budaya. Objek Cagar Pelihara) secara berkala pelihara acara
• Belum adanya tenaga Budaya. • Adanya SDM kepada juru berkelanjutan.
• Ada
ahli Cagar Budaya yang • Melibatkan Tim Tim Ahli yang pelihara
Ahli Sertifikasi • Cagar Budaya. keterwakilan
tersertifikasi.
Cagar Budaya Mendorong Tim Ahli Cagar
Kab.Nganjuk dalam keterlibatan Tim Budaya dalam
Sertifikasi ahli. Ahli Cagar sertifikasi.
Budaya dalam
pelatihan
sertifikasi ahli.

87
VII.1.11 Seni
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan
Kerja 2024 2029 2034 2039

1 Aspek Perlindungan • Membentuk sistem • Tersedianya data • Pegiat dan • Membentuk • Adanya • Sudah - -
• Masih belum adanya data pendataan terpadu inventaris Pekerja Seni Tim pembahasan adanya Perda
terpadu mengenai untuk ekosistem ekosistem • Organisasi induk inventarisir regulasi terkait Pemajuan
ekosistem kesenian yang kesenian di kesenian yang seniman data kesenian Pemajuan Kebudayaan
Kab.Nganjuk ada di Kab. • Bapeda Kab. • Membuat Kebudayaan • Sudah
ada di Kab. Nganjuk
Nganjuk. Nganhuj penyimpanan Daerah. adanya
• Masih belum adanya
Adanya Perda • Dinas Kominfo data • Adanya Perdes
regulasi pemerintah • Membuat regulasi
dan atau Perdes • Dinas PMD ekosistem pendataan terkait Pemajuan
daerah atau desa dalam pemerintah daerah kesenian data ekosistem Kebudayaan
Pemajuan
perlindungan ekosistem atau desa dalam • Dinas
Kebudayaan kesenian di .
kesenian di Kab. pemajuan Pendidikan Dinas • Merumuskan Kab.Nganj uk.
daerah dan desa
Nganjuk. kebudayaan daerah Kepemudaan, Perda / Perdes
dan desa Olahraga, membahas
Kebudayaan dan perlindungan
Pariwisata Kebudayaan
• Akademisi,
Peserta didik dan
Masyarakat
Umum

2 Aspek Pengembangan • Mengadakan • Adanya kajian • Membentuk • Adanya kajian Adanya 5 Adanya 8 Adanya 10
• Masih minimnya hasil kegiatan kajian dan yang tim kajian dan riset kesenian kesenian kesenian
kajian atau riset riset tentang potensi komprehensif dan riset tentang potensi asal Kab. asal Kab. asal Kab.
mengenai potensi seni seni daerah di Kab. mengenai potensi untuk proses kesenian daerah Nganjuk Nganjuk Nganjuk
daerah di Kab. Nganjuk. Nganjuk. seni daerah. pendaftaran Kab. Nganjuk menjadi menjadi menjadi
• Ditetapkannya Warisan • Adanya 3 Warisan Warisan Warisan
• Masih minimnya
kesenian asal Budaya Tak kesenian asal Budaya Tak Budaya Budaya
kesenian asal • Mendaftarkan
Kab. Nganjuk Benda. Kab. Nganjuk Benda Tak Tak Benda
Kab.Nganjuk yang kesenian Kab.
menjadi bagian • Merencanaka menjadi Benda
ditetapkan menjadi Nganjuk menjadi
dari Warisan n ruang Warisan
bagian Warisan Budaya Warisan Budaya Tak Budaya Tak ekspresi dan Budaya Tak
Tak Benda. Benda Indonesia
Benda Indonesia. ruang Benda.
• Adanya
• Perlunya ruang ekspresi gedung atau • Peningkatan pertujukan • Adanya ruang
dan panggung pertujukan ruang sarana dan ekspresi dan
atau galeri
yang representatif prasarana atau galeri seni
pertujukan seni.

88
3 Aspek Pemanfaatan • Perlunya • Meningkatnya • Mengadakan • Adanya - - -
Belum maksimalnya kemanfaatan aspek program kerja program kerja
pemanfaatan ekosistem kesenian asal pemanfaatan berkelanjutan di OPD yang
seni di Kab. Nganjuk. daerah Kab. kesenian dalam untuk mendukung
Nganjuk dalam program memprioritas aktivitas
kegiatan pembangunan kan ekosistem seni
pembangunan di Kab. pemanfaatan di Kab.
daerah. Nganjuk ekosistem seni Nganjuk
• Perlunya sinergi • Munculnya di Kab. • Terlaksana
antara pelaku seni inovasiinovasi Nganjuk kannya program
tradisional dan seni seni media baru menjadi bagian inovasi –
media baru. dan dari inovasi bidang
• Pendorong inovasi penggunaan pembangunan kesenian secara
dalam bidang daerah. berkala.
teknologi
teknologi dan • Mengagenda
dalam seni
komunikasi dalam kan program
tradisi yang ada
pemanfaatan inovasi
di Kab.
kesenian daerah. bidang
Nganjuk
kesenian
dalam
pemanfaatan
teknologi dan
informasi.

89
4 Aspek Pembinaan • Meningkatkan • Adanya • Mengagenda • Terwujudn ya Terwujudnya - -
• Semakin berkurangnya mutu dan kuantitas peningkatan kan program program kesadaran
pelaku seni tradisi di Kab. SDM pelaku seni SDM baik secara regenerasi regenerasi publik
Nganjuk di Kab. Nganjuk. mutu atau pelaku pelaku seni terhadap
• Belum adanya • Meningkatkan tata kuantitas pada kesenian khusunya apresiasi seni.
kelola manajemen pelaku kesenian khususnya pada seni
regenerasi seniman tradisi
kesenian. di Kab. Nganjuk seni tradisi di prioritas
secara terprogram.
• Berkurangnya Kab. Nganjuk (Tayub,
• Masih perlunya
stigma negatif • Mengadakan Wayang
peningkatan SDM dan
pada pertujukan program kerja Timplong dan
tata kelola manajemen
seni-seni tradisi pembinaan Jaranan)
kesenian.
yang ada di berkelanjutan • Terwujudnya
• Masih minimnya
Kab.Nagnjuk untuk tata program
kegiatan bagi pelaku kelola pembinaan
seni media baru. manajemen tata kelola
• Munculnya stigma seni. kesenian
negatif terhadap • Pembinaan secara
kesenian tradisi di Kab. kepada pelaku berkala.
Nganjuk ( Tayub dan seni yang • Adanya
Jaranan) selama ini program
mendapat residensi bagi
stigma negatif. anak muda
• Mengagenda dan pelaku
kan program
seni media
residensi
(Pertukaran baru ke pusat
Wawasan) kesenian
bagi pelaku daerah atau
seni. luar daerah

90
VIII. Gambaran Umum Permasalahan, Rekomendasi, dan Upaya Umum PadaNaskah
PPKD 2023
a. Gambaran Umum Permasalahan

Permasalahan yang umum terjadi pada proses pemajuan kebudayaan di

Kabupaten Nganjuk tidak bisa dilepaskan dengan kondisi pemajuan

kebudayaan nasional. Sebagai bagian dari narasi subkebudayaan nasional,

permasalahan yang muncul di antaranya melemahnya interaksi kebudayaan

lokal di masyarakat, arus globalisasi dan industrialisasi yang masif ikut

berperan dalam sikap konsumtif masyarakat. Selain itu masuknya ide-ide dan

kebudayaan global juga membuat generasi muda lebih dekat dengan

kebudayaan bangsa lain daripada kebudayaan nasional atau lokal sehingga

regenerasi pelaku budaya tidak berjalan lancar. Ancaman berikutnya

berangkat dari semakin maraknya sikap intoleransi di tengah masyarakat yang

kemudian sikap ini berdampak munculnya kebencian terhadap keberagaman

kebudayaan lokal dan stigma negatif pelaku kesenian tradisional.

Pendataan dan pencatatan terkait kekayaan dan keragaman kebudayaan

di Kabupaten Nganjuk tentunya masih menjadi masalah yang serius dalam

agenda pemajuan kebudayaan. Keberadaan data inventaris ini menjadi bekal

untuk menentukan bagaimana arah pembangunan kebudayaan ke depannya

sehingga dapat terukur melalui program kerja periodik baik dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah atau Jangkah Panjang Daerah.

91
Sementara dalam ranah kebijakan dan program, permasalahan pemajuan

kebudayaan daerah Kabupaten Nganjuk terdapat pada belum adanya visi misi

bersama di lintas OPD untuk melaksanakan amanat Undang-Undang

Pemajuan Kebudayaan. Masih adanya ego sektoral antar OPD dalam

menyusun program pemajuan kebudayaan dan minimnya program kerja

dalam proses pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan

kebudayaan daerah dalam narasi pembangunan Kabupaten Nganjuk. Di sisi

lain masih adanya keterputusan program pemajuan kebudayaan di tingkatan

kementerian dengan OPD terkait dan pelaku atau pegiat kebudayaan daerah.

Untuk segi sarana dan prasarana pendukung kebudayaan juga masih

menjadi persoalan yang perlu mendapat perhatian. Sesuai yang tercatat dalam

naskah PPKD tahun 2023, ada beberapa sarana dan prasarana yang perlu

ditingkatkan baik secara kualitas dan kapasitas. Dengan adanya data terkait

aset sarana dan prasarana kebudayaan baik yang dimiliki oleh pemerintah

daerah, lembaga, dan perorangan. Tujuan dari pendataan tersebut adalah untuk

memotret secara faktual kebutuhan sarana dan prasarana bidang kebudayaan

yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Keterbukaan informasi dalam arus globalisasi dan pesatnya

perkembangan teknologi nyatanya telah banyak bersentuhan dengan

kebudayaan daerah. Nilai-nilai luhur dan sistem kebudayaan lokal tentunya

tetap diharapkan mampu dilestarikan generasi muda hari ini. Dengan konsep

92
dan konteks yang disesuaikan zamannya. Maka kolaborasi antara dunia

teknologi dan tradisi menjadi tantangan yang harus disiapkan oleh pemangku

kebijakan agar kemudian apa yang telah diwariskan oleh leluhur berjalan

beriringan dengan laju kemajuan teknologi.

b. Upaya dan Rekomendasi Umum

Objek Pemajuan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk sesuai amanat

undang-undang: Tradisi Lisan, Adat Istiadat, Ritus, Pengetahuan Tradisional,

Teknologi Tradisional, Seni, Bahasa, Permainan Rakyat, Olahraga

Tradisional, dan Cagar Budaya. Dari kesebelas OPK tersebut tercatat dalam

pendataan penyusunan PPKD tahun 2023 terdapat 706 Objek Kebudayaan.

Data tersebut tentunya harus terus dicatat, diarsipkan lebih detail, dan

terperinci sehingga dapat menjadikan pijakan perumus kebijakan dalam

menyusun program-program kerja bidang kebudayaan. Sesuai dengan hasil

rapat Tim Penyusun PPKD dan hasil diskusi publik untuk membuat skala

prioritas Objek Pemajuan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk mana

yang akan diarusutamakan dalam program pembangunan daerah. Objek

Pemajuan Kebudayaan prioritas tersebut yaitu: Seni Tayub, Gembyangan

Waranggono, Seni Jaranan Pogogkan, Seni Wayang Timplong, Seni Media

Baru, Kawasan Cagar Budaya Hutan Tritik Kecamatan Rejoso, dan Lembaga

Adat Istiadat Desa untuk didorong adanya Lembaga Adat Desa.

93
Pemilihan objek yang direkomendasikan sebagai Objek Pemajuan

Kebudayaan Prioritas Kabupaten Nganjuk didasari sejumlah tolok ukur yang

disusun anggota tim PPKD. Rumusan tolok ukur yang disepakati adalah

sebagai berikut:

A. Merupakan unsur budaya yang dikenal sebagai tradisi masyarakat

Nganjuk. Sebagai unsur tradisi sebuah objek kebudayaan

disyaratkan:

1. Pewarisannya melewati tiga generasi tanpa terputus, 2.

Merupakan milik bersama sebuah komunitas masyarakat

3. Bukan hasil karya perorangan (anonimus).

B. Bersifat unik, artinya tidak ditemukan di daerah lain.

C. Belum dikenal sebagai ikon budaya daerah lain.

D. Berpotensi menjadi ikon budaya Kabupaten Nganjuk.

E. Tidak berketetapan nasional sebagai warisan budaya daerah lain.

F. Sudah dikenal masyarakat luas sebagai objek budaya asal

Kabupaten Nganjuk.

94
Berikut ini merupakan keterangan dari Objek Pemajuan Kebudayaan

Daerah Kabupaten Nganjuk yang masuk dalam kategori prioritas.

1. Seni Tayub

Seni Tayub merupakan bentuk kesenian pertujukan perpaduan antara

seni musik dan seni tari. Akar katanya berasal dari tata-guyub yang memiliki

makna ditata secara bersama, pementasan seni tayub merupakan titik temu

antargerakan dan iringan musik gamelan. Dalam sistem tradisi masyarakat

Nganjuk, pertujukan tayub merupakan bentuk ekspresi kesuburan terhadap

hasil panen atau wujud dari penyimbolan Dewi Sri (Dewi Kesuburan).

Dalam setiap pementasan tayub selalu melibatkan banyak unsur bukan

hanya pada sisi estetika berkesenian namun juga dapat dilihat dari kegiatan

gotong royong antara seniman, penanggap, dan penonton, ini simbol

kerukunan yang khas dari masyarakat agraris.

2. Gembyangan Waranggono

Gembyangan Warnggono merupakan bagian dari ekosistem

kesenian tayub, Gembyangan atau wisuda bagi para Waranggono penari

tayub. Merupakan sebuah ritual yang dilaksanakan sebagai prosesi wisuda

bagi calon penari tayub yang disebut sebagai waranggono. Prosesi dan ritual

ini dilaksanakan di Padepokan Langen Tayub Dusun Ngerajek, Desa

Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom. Acara tersebut diawali dengan ritual

95
pada hari Kamis malam Jumat Pahing pada bulan Besar dengan mengambil

Air Terjun Sedudo untuk diminum dan mandi serta membasuh muka.

Setelah mengambil air Sedudo, kemudian air tersebut dicampur dengan air

sumur Mbah Ageng yang terdapat dalam punden. Di sore harinya, para

waranggono ngamen di setiap rumah dengan gerakan gemulai layak halnya

menari, serta menggunakan kebaya dan sanggul untuk perempuan dan untuk

laki-laki menggunakan sarung, baju koko, serta peci disertai dengan

selendang berwarna merah. Ngamen tersebut dilakukan di depan rumah

warga dan warga berhak memberikan uang sama halnya dengan ngamen

pada umumnya.

3. Seni Jaranan Pogogan dan Seni Jaranan Lainnya

Seni jaranan merupakan seni tari khas yang tidak hanya ada di

Kabupaten Nganjuk, bahkan seni tari kuda ini jejaknya bisa ditemui hingga

Jawa Barat. Namun, kesenian jaranan setiap daerah memiliki keunikan

tersendiri. Seperti dalam Kesenian Jarananan Pogogan, ada beberapa hal

yang membuat Jaranan Pogogan berbeda dengan jaranan lainnya. Dalam

pertunjukan Jaranan Pogogan terdapat dialog yang diangkat dari Cerita

Panji, selain itu dalam adegan-adegannya terdapat humor dan penyampaian

pesan moral. Kesenian Jaranan Pogogan sendiri hanya ada di Nganjuk,

tepatnya di Kecamatan Prambon.

96
4. Seni Wayanng Timplong

Kesenian Wayang Timplong pertama kali diciptakan oleh Ki Bancol

pada tahun 1910 di Desa Jetis, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Ki

Bancol sendiri adalah seorang pendatang yang berasal dari daerah Grobogan,

Semarang. Keunikan Wayang Timplong yang tidak ditemukan di wayang lain

yaitu dari segi penamaannya, penamaan Wayang Timplong mengambil dari

suara gamelan, kenong, dan gambang yang terbuat dari bambu. Gamelan ini

mempunyai suara yang khas, yakni apabila gamelan dipukul, maka akan

menghasilkan bunyi yang dominan. Bunyi suara itu terdengar dari jauh

plong...plong...plong. Umumnya penampilan Wayang Timplong dilaksanakan

pada saat momentum sedekah bumi atau nyadran. Dalam satu pertujukan

terdapat kurang lebih 70 tokoh wayang yang terdiri dari beberapa tokoh,

binatang, dan senjata. Namun yang pakem ada sembilan, yakni Ksatria

(prajurit), Satria Muda, Putri Sekartaji, Ratu (Putri), Panji, Satrio Sepuh,

Patih, Tumenggung, dan Ratu (Kediri, Majapahit, Jenggala) tergantung cerita.

Pada tokoh Wayang Timplong tak ada penokohan khusus kecuali Panji,

Sekartaji, dan Kilisuci. Sedangkan tokoh lain hanya sebagai pemeran biasa.

Panakawan ada dua, yakni Kedrah dan Gethik Miri.

97
5. Seni Media Baru

Di era teknologi digital selalu memperkenalkan gairah baru yang

begitu indah dan menarik mewarnai pelaku seni. Praktik seni yang dibantu

teknologi ini tidak hanya menularkan perubahan yang lebih atraktif. Seni

media baru (new media art) telah berusaha mengelola kegiatan seni visual

dengan dukungan dari teknologi digital. Berkat teknologi itu pula, kreativitas

seni yang dimiliki kreator bisa merealisasi video, video instalasi, seni suara,

digital print, fotografi, animasi, web-art, maupun seni interaktif lain. Dari

sini penting kiranya untuk menjadi gagasan kolaborasi antara seni tradisi

yang begitu beragam di tengah masyarakat Nganjuk dengan sentuhan-

sentuhan teknologi.

6. Kawasan Cagar Budaya Hutan Tritik Kecamatan Rejoso

Wilayah Kabupaten Nganjuk memiliki potensi prasejarah yang

cukup kuat. Penemuan fosil di Nganjuk menambah banyaknya daftar situs

prasejarah yang ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Dengan adanya

temuan di Kawasan Hutan Desa Tritik, Kecamatan Rejoso, Kabupaten

Nganjuk. Tinggalan purba berupa fosil banyak ditemukan, di antaranya jenis

fosil binatang laut dan darat, yakni kerang laut, bagian tubuh gajah, tanduk

banteng, gigi gajah, serta fosil purba lainnya. Fosil-fosil yang ditemukan di

98
Hutan Tritik bisa dilihat di Museum Anjuk Ladang Nganjuk. Selain fosil, di

wilayah Nganjuk juga pernah ditemukan artefak berupa bola batu. Temuan

fosil dan artefak di Nganjuk menjadikan daerah ini sebagai situs yang

penting bagi ilmu pengetahuan, terutama untuk pemahaman tentang

pengetahuan prasejarah. Dengan latar belakang kekayaan potensi arkeologis

yang dimiliki Kabupaten Nganjuk.

7. Lembaga Adat Istiadat Desa.

Keberadaan Lembaga Adat Istiadat Desa menjadi hal yang penting

dalam usaha memajukan kebudayaan daerah khususnya di Kabupaten

Nganjuk. Dari data OPK yang telah terdata dapat diketahui jika sebagian

besar ekosistem kebudayaan Kabupaten Nganjuk berbasis di desa. Dari latar

belakang tersebut perlu kiranya kedudukan Lembaga Adat Istiadat Desa

untuk dibentuk dan didorong sebagai bentuk perlindungan terhadap

keberagaman kebudayaan yang ada di desadesa. Dengan demikian desa dan

kebudayaan merupakan sebuah ekosistem yang saling berkaitan dalam

upaya menjaga kelestarian lingkungan, adat istiadat, pengetahuan

tradisional, teknologi tradisional hingga mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa.

Keberadaan kebudayaan dan sistem masyarakat Kabupaten Nganjuk

erat kaitannya dengan kondisi sosial dan bentang alamnya. Inilah yang

secara tidak langsung membuat keberagaman objek kebudayaan yang ada

99
di Kabupaten Nganjuk. Kebudayaan tidak sekadar menjadi hobi atau gaya

hidup namun telah menjadi bagian dari sistem kehidupan mulai dari upacara

lingkar hidup atau kematian, aturan-aturan menjalin hidup dengan alam,

norma keseharian, sistem pengetahuan, dan perayaan.

Keanekaragaman objek kebudayaan inilah yang harus ditangkap

sebagai kekayaan daerah, sehingga untuk pemajuan kebudayaan daerah

tidak hanya menjadi tanggung jawab OPD bidang kebudayaan atau

pemerintah saja, tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab pemilik

kebudayaan itu sendiri yaitu masyarakat. Oleh karena itu, penting kiranya

pemajuan kebudayaan harus melibatkan masyarakat, sehingga harapannya

tidak mengalami keterputusan antara agenda pemajuan kebudayaan yang

dihimpun dari masyarakat dengan pembangunan daerah.

Dalam rangka perlindungan, pengembangan, pemanfaatan Objek

Pemajuan Kebudayaan, serta pembinaan terhadap sumber daya manusia

kebudayaan, rekomendasi umum yang dijadikan prioritas rencana kerja

Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai berikut:

1. Melindungi segala bentuk Objek Pemajuan Kebudayaan

Kabupaten Nganjuk yang terdiri dari tahapan pencatatan,

pendokumentasian, dan penetapan regulasi.

100
2. Mengembangkan Objek Pemajuan Kebudayaan Kabupaten

Nganjuk melalui serangkaian hasil kajian yang komprehensif

dengan melibatkan akademisi, pelaku budaya, pekerja seni,

masyarakat, dan organisasi perangkat daerah terkait.

3. Memanfaatkan segenap potensi Objek Pemajuan Kebudayaan

Kabupaten Nganjuk dengan semangat kolaborasi lintas sektoral

serta memaksimalkan inovasi teknologi dan informasi, sehingga

kebudayaan mampu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan kenaikan Pendapatan Asli Daerah.

4. Membina segenap sumber daya manusia kebudayaan di Kabupaten

Nganjuk secara berkala. Dengan tujuan meningkatkan kualitas dan

kuantitas pegiat dan pelaku kebudayaan baik yang tradisi maupun

modern.

5. Mengarusutamakan agenda kebudayaan yang bukan hanya

sekadar hobi atau gaya hidup. Namun telah menjadi bagian yang

tak terpisah dari bentang alam, sosial, dan ekonomi masyarakat

Kabupaten Nganjuk.

101
Lampiran-Lampiran

102
103
104
105
106
107
108
109
Dokumentasi Kegiatan

Koordinasi Tim Penyusun PPKD Tahun 2023 Dengan Bupati Nganjuk

Sosialisasi Penyusunan Naskah PPKD 2023 Dengan Pelaku Seni Budaya


Kabupaten Nganjuk

110
111

Anda mungkin juga menyukai