Anda di halaman 1dari 6

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG (STF-SP)

PERAYAAN PASKAH

Merayakan Perayaan Tri Hari Suci dalam Situasi Pandemi Covid-19

“Jawaban dan Bukti Nyata Kehadiran Cinta-Nya bagi Dunia”

Refleksi Teologis Spiritual-Tugas Mandiri:

MATA KULIAH LITURGI KHUSUS

(Dr. Stenly Vianny Pondaag, S.S., M. Th)

Disusun oleh:

Johanes Feygthi Sandehang

NIM: 19-77201-023

Pineleng, Juni 2020


Jawaban dan Bukti Nyata Kehadiran Cinta-Nya bagi Dunia

Perayaan Tri Hari Suci merupaka titik puncak rangakaian Perayaan Paskah. Dalam
perayaan ini gereja merayakan msteri penebusan Kristus bagi manusia dalam penederiataan
dan kesengsaraanNya, wafat dan kebangkitanNya dari alam maut. Perayaan ini merupakan
puncak di mana karya penebusan Kristus dinyatakan. Misteri penebusan dan penyelamatan
manusia dari kejahatan dosa dinyatakan oleh Yesus dalam pemberian diriNya secara total
kepada dunia lewat sengasara, wafat dan kebangkitanNya yang mengagumkan. karyaNya ini
menyatakan bahwa Cinta kasihNya kepada manusia sungguh amat besar. Ini membiarkan
diriNya dianiaya, dan wafat demi manusia. Karena Dia tahu bahwa ini merupakan jalan
menuju kebahagiaan yang sejati serta penebusan itu dinyatakan.

Perayaan Tri Hari Suci dirayakan selama tiga hari sebelum memasuki Masa Sukacita
paskah 50 hari. Perayaan ini dirayakan secara meriah dalam satu kesatuan utuh yang saling
berkesinambungan. Perayan ini dimulai dari Kamis Putih (perjamuan malam terakhir), Jumat
Agung (Wafat Yesus) dan Malam Paskah (Vigili Paskah). Ketiga perayaan ini merupakan
satu ibadat utuh dan saling berkaitan. Perayaan ini menggambarkan bahwa karya
penyelamatan Allah kepada manusia itu terus-menerus dan tak akan berkesudahan. Perayaan
ini sesungguhnya lahir dari tradisi tua di Yerusalem yang mana pada Kamis, Jumat dan Sabtu
sebelum paskah diadakan ibadat secara terus-menerus tanpa henti.

Terlepas dari semua itu, perayaan trihari suci merupakan perayaan keselamatan yang
membawa umat manusia kepada keselamatan sejati dalam Kristus Sang Penyelamat manusia.
Dalam dia seluruh umat disatukan; yang dulu tidak datang mengikuti perayaan ekaristi kudus,
pada perayaan ini semua datang dan mohon berkat dari Tuhan serta menyadari bahwa Allah
sungguh mencintai umatNya dengan mengutus dan memberikan PuteraNya terkasih sebagai
pendamai antara Allah dan manusia yang dinyatakanNya dalam misteri paskah; sengsara,
wafat dan kebangkitanNya. Ia membuka pintu kerahiman Allah bagi manusia yang tertutup
karena dosa nenek moyang. Ia menjadi jalan menuju Bapa yang adalah Sumber sukacita
sejati. Ia yang akan membawa manusia kepada kehidupan yang penuh dengan kegembiraan
dan sukacita. Kesengsaraan, wafat dan kebangkitanNya merupakan bukti nyata bagi dunia
bahwa Ia sungguh mencintai umatNya dan tidak segan-segan mempertaruhkan nyawaNya.
Sebab Dialah cinta itu dan ia jugalah yang menyatakan cinta itu kepada dunia. Apa yang
dilakukanNya tidaklah menjadi kesia-siaan belaka namun, menjadi benih yang tumbuh dan
menghasilkan buah yang membawa kebahagiaan dan kenikmatan yang tak tertandingi.

Refleksi Teologis Spiritual 1


Perayaan Trihari suci tahun 2020 sangat berbeda dengan perayan trihari suci di tahun
sebelumnya. Tahun ini rangkaian perayaan paskah maupun seluruh aktivitas manusia yang
dilakukan secara bersama-sama, dihentikan. Kegiatan keagamaan dilakukan secara virtual
dan setiap orang harus melakukan aktivitas lainnya di dalam rumah. Hal ini terjadi karena
pandemic virus corona yang menyerang seluruh dunia. Ini merupakan permasalahan krusial
yang membuat dunia berada pada ketakutan dan kecemasan mendalam akan bahaya virus
corona. Maka, perayan paskah tahun ini sungguh sangat berbeda yang mana para imam
merayakan misa hanya bersama beberapa umat bahkan adapula yang hanya merayakan misa
secara pribadi, keluarga-keluarga dengan inisiatif dan kreativitasnya masing-masing
membuat ibadat dan doa bersama entah ibadat yang dipimpin oleh anggota keluarga ataupun
mengikuti perayaan ekaristi secara online melalui media sosial. Perayaan tahun ini
merupakan perayaan paskah yang membuat orang sedih karena, tidak dapat merayakan
ekaristi bersama di gereja secara meriah tapi ada bahagianya yang mana seperti para murid
yang berkumpul pada perjamuan malam terakhir dan perayaan paskah di rumah mereka,
keluarga yang dulunya sering tidak berkumpul bersama dalam doa, kini pada perayaan
paskah tahun ini semua anggota keluarga lengkap dan hadir bersama dalam doa. Hal ini pun
berpanguruh juga bagi saya yang tinggl di seminari. Di seminari kami merayakan ekaristi
tanpa umat dan hanya kami para calon imam bersama para imam yang merayakannya. Kami
semua tidak libur dan hanya melakuka aktivitas lebih banyak di dalam seminari. Namun
dibalik itu, untuk pertama kali dalam sejarah, kami semua baik imam maupun calon imam
lengkap dan tidak ada yang tidak hadir dalam perayaan ekaristi. Kami disatukan dalam satu
keluarga.

Perayaan Tri Hari Suci yang dirayakan dalam suasana pandemic corona ini
mengingatkan saya akan para murid yang merayakan paskah dalam satu rumah yang dikunci
rapat karena takut akan prajurit yang akan menangkap mereka, dan umat gereja awal yang
merayaka perayaan di katakombe-katakombe karena takut dengan tentara romawi waktu
pengejaran, penganiyaian orang Kristen oleh Kaisar Nero. Memang itu dalam konteks yang
mana mereka takut oleh sesuatu yang dapat dilihat secara langsung tetapi, virus ini tidak.
Namun semua dilakukan hanya dalam rumah dan tidak di tempat lain, serperti misa yang
dilakukan secara meriah bersama umat dalam gereja. Namun apa yang menjadi makna dalam
perayaan tri hari suci yang dirayaka lebih berbeda dari tahun sebelumnya ini yang oleh
karena pandemic corona akhirnya menjadi berbeda? Apakah perayaan trihari suci tahun ini
yang karena virus corona menjadi berbeda akan menghilangkan kekhasan dari trihari suci?

Refleksi Teologis Spiritual 2


Perayaan tri hari suci merupakan perayan keselamatan yang membawa setiap orang
pada refleksi mendalam terhadap cinta Allah kepada umatNya. Makna perayaan tri hari suci
tahun ini yakni;

Pertama, persatuan. Perayaan tri hari suci merupakan perayaan yang menyatukan dan
membangun serta memelihara persatuan di antara setiap orang. Perayaan ini sesungguhnya
merupakan perayaan yang membawa setiap orang pada kesatuan cinta dengan Allah
Tritunggal Mahakudus, sumber kesatuan dan kesatuan paling sempurna. Kesatuan keluarga
cinta yang sejati dan sempurna ini merupakan pemersatu umat yang dinyatakanNya dalam
perayaan keselamatan tri hari suci yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus melalui
sengsara, wafat, dan kebangkitanNya. Kesatuan ini pula mulai diwujudikan dalam diri setiap
keluarga maupun setiap orang dalam situasi pandemic corona ini. Setiap orang mulai
menyatukan diri dan membangun kesatuan dengan sesame mulai dari keluarga masing-
masing.

Kedua, dalam persatuan dan keakraban yang mulai hadir kembali dan bertumbuh
dalam diri setiap orang, ada kerinduan yang mendalam akan persatuan bersama dengan umat
lainnya dalam perayaan ekaristi bersama. Situasi dan kondisi dunia yang berada dalam
kegelapan, ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran ini, ada kerinduan yang besar akan
perayaan ekaristi bersama dangan kerinduan akan situasi dan kondisi yang sama seperti
dahulu kala. Kerinduan akan sukacita dalam kebersamaan bersama dengan semua orang dan
kerinduan akan komuni kudus yang diterima secara langsung dari imam, kerinduan akan
pertemuan dengan semua orang untuk merayakan perayaan paskah bersama. Di dalam
kerinduan yang mendalam dan besar itu ada harapan akan kondisi yang kondusif dan aman
serta terlepas dari wabah yang sementara dihadapi dunia saat ini.

Maka, ketiga adalah harapan. Harapan merupakan dasar kehidupan umat beriman.
Harapan akan paskah cerah. Seperti peristiwa paskah, penederitaan dan kesengsaraan serta
kematian kristus merupakan gambaran seperti yang dialami dunia saat ini. Dunia sedang
berada dalam kesengsaraan, penderitaan, kesedihan, nestapa, dan dukacita akan situasi saat
ini. Kristus yang menderita dan wafat di kayu salib membuat para murid dan Bunda Maria
berada dalam kesedihan. Para murid pun khawatir dengan keadaan yang akan mereka hadapi
kelak. Namun dibalik itu mereka percaya bahwa akan ada kebahagiaan dan sukacita. Harapan
yang sama kini dimiliki oleh semua orang di seluruh dunia. Walau dihantui oeh berbagai

Refleksi Teologis Spiritual 3


macam hal yang berkaitan dengan pandemic ini. Namun semua orang percaya akan ada
kebahagiaan kelak.

Keempat, iman merupakan suatu bentuk penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan.
Iman merupakan satu spirit dalam mempertahankan harapan. Harapan yang besar akan
kebahagiaan seperti harapan para murid dikuatkan karena ada iman dan kepercayaan bahwa
akan ada kebahagiaan setelah itu. pandemic corona merupakan permasalahan krusial yang
menimpa dunia, namun dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan kelak
akan menjawab masalah ini merupakan hal penting dan membuat banyak orang kuat dalam
pandemic ini.

Oleh sebab itu, kelima yakni jawaban; jawaban atas masalah ini sesungguhnya adalah
Misteri Paskah Kristus. Misteri ini merupakan pengungkapan jawaban atas problematika
yang sedang dihadapi dunia saat ini. Misteri paskah yang dirayakan dalam kesatuan yang
utuh dalam satu rangkaian menjadi jawaban terhadap masalah ini. Kesengsaraan dan
penderitaan serta wafatNya di kayu salib merupakan suatu kronologi pembaharuan hidup
menuju kebahagiaan sejati. Pandemic corona seperti para murid yang sedih dan kegelapan
yang meliputi seluruh daerah Yerusalem waktu Yesus wafat, dan kegelapan kubur yang
dialami Yesus. Dengan demikian, jawaban terhadap masalah ini adalah karya penebusan
Allah bagi dunia dalam misteri paskah Kristus bahwa Allah tak akan pernah meninggalkan
umatNya yang rindu dan berharap serta percaya bahwa akan ada terang kebahagiaan sesudah
kegelapan dan kesedihan yang mendalam. Maka, jawaban itu dibuktikan dan nyata dalam diri
PuteraNya, Yesus Kristus.

Maka yang keenam ialah bukti nyata bahwa pandemic bukanlah akhir segala-galanya
namun, merupakan proses pemandirian dan pemantapan iman untuk menjadi dewasa dan
tahan uji daam berbagai situasi. Bukti yang ia berikan bahwa kebahagiaan bukan hanya
sekadar suatu kepercayaan, kerinduan dan harapan. Bukti itu adalah misteri paskah Kristus,
suatu karya penebusan dan penyelamatan bagi umat manusia dari perbudakan dosa. Bukti ini
dipuncaki dengan kebangkitan Kristus dari alam maut bahwa Kristus yang bersengsara dan
wafat di kayu salib pada akhirnya bangkit dan menyatakan kebahagiaan itu kepada banyak
orang. Inilah yang menjadi bukti nyata bahwa Ia takkan meninggalkan dan membiarkan
umatNya terlantar bagai domba tanpa gembala. Ia akan selalu menyertai umatNya dan
membuktikan bahwa kebahagiaan yang diharapkan, dirindukan dan imani itu bukanlah
sebuah hal kosong tak berarti namun, sungguh nyata dan buktinya adalah kebangkitan mulia

Refleksi Teologis Spiritual 4


kristus dari alam maut. Dengan demikian, bukti nyata dari kebahagiaan itu adalah Kristus
sendiri yang bersengsara, wafat, dimakamkan dan bangkit dari kubur dalam kemuliaan abadi.
Ini yang menjadi bukti bahwa kasihNya tak berkesudahan dan tak pernah ia mengingkari
janjiNya. Cinta ini yang dirasakan oleh semua umat. Dunia mengalami pandemic namun,
dengan kepercayaan bahwa cinta Allah begitu besar maka, masalah ini pasti akan berakhir
dan masalah ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya dibalik setiap masalah yang ada dalam
hidup manusia, Kasih Allah akan selalu menjiwai dan menguatkan hidup. Kini setiap orang
yang sedang menghadapi kondisi tidak biasa ini, tidak harus bersedih namun menjawaban
semuanya dalam iman, harapan akan kasih Allah yang nyata dalam hidup manusia.

Cahaya kasih Tuhan yang dipancarkanNya melalui misteri kebangkitan Kristus


merupakan makna terbesar dari perayaan tri hari suci dalam situasi yang dihadapi dunia saat
ini. Cahaya kasihNya itu menyatukan orang dalam kerinduan, harapan dan kepercayaan yang
besar akan kebahagiaan sejati bersama keluarga Allah Tritunggal Mahakudus, keluarga
sempurna dan menjadi daya kekuatan bagi banyak orang. Dengan demikian, walau situasi
apapun yang dihadapi oleh setiap orang yakin dan percaya, Allah akan selalu menyertai
umatNya.

“KasihMu, ya Tuhan, tak berkesudahan

dan menerangi umatMu senantiasa sampai akhir zaman”

Refleksi Teologis Spiritual 5

Anda mungkin juga menyukai